PEREKONOMIAN INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEREKONOMIAN INDONESIA"

Transkripsi

1 )()l,illi'lird-i-l sl & Al?5]lP ffiayg:'ri.jas Acc. Ciass "'?ao c PEREKONOMIAN INDONESIA VALUASI 1994 DAN PERKIRAAN 1995 oleh Gi n an dj ar KarI a s a s mit a Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas (catatan untuk diskusi terbatas Harian Suara Karya, 12 Desember 1994) I PENGANTAR Dua buah topik teiah dibahas pagi ini, yaitu sektor keuangan dan sektor perdagangan. Topik yang diberikan untuk saya adalah perkembangan makro. Agar tidak tumpang tindih terlalu banyak, saya akan membatasi diri pada subtopik: pertumbuhan dan stabilitas, neraca pembayaran, dan keuangan negara. Itupun hanya pokokpokoknya saja. Kalaupun angka-angka di sana-sini keluar, itu hanya order of magnitude saja. Forum seperti ini saya anggap sebagai forum saling tukar informasi. Oleh karena itu akan lebih bermanfaat bagi kita nanti apabila diskusi dapat diarahkan kepada pembahasan masalah-masalah pembangunan dan tantangan-tantangan yang kita hadapi daripada menilai apakah angka-angka perkiraan yang akan saya kemukakan ini terlalu optimis atau terlalu pesimis. Saya akan mulai dengan menyimpulkan evaluasi 1994 dan perkiraan Berbagai indikator menunjukkan bahwa dalam tahun 1994 perekonomian Indonesia tetap tumbuh dengan cukup tinggi walaupun tingkat inflasi dan defisit transaksi berjalan relatif cukup tinggi. Diperkirakan pula bahwa dalam tahun 1995 pertumbuhan ekonomi kemungkinan dapat lebih tinggi lagi, dengan resiko pengaruhnya pada stabilitas ekonomi apabila tidak diambil langkah-langkah yang tepat pada saat diperlukan. rl:/e!ata/samb-94/skarya/skarya.94, Catatan untuk Diskusi Terbatas Harian Suara Karya, l2 Desenber 1994

2 II. A. a 1 A T. 5. EVALUASI TAHTII{ T994 Pertumbuhan Ekonomi Indikator pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari sisi produksi maupun pengeluaran. Dari sisi produksi, menurut data sementara BPS, selama dua triwulan pertama (Januari-Juni) L994 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 1993, sektor pertanian tumbuh sebesar 0,3 persen. Sementara itu sektor industri pengolahan nonmigas dan sektor lainnya (di luar pertanian dan industri) tumbuh dengan cukup pesat, yaitu masing-masing 10,6 persen dan 7,4 persen. Dengan perkembangan ini, maka perfumbuhan ekonomi pada semester I tahun 1994 mencapai 6,7 persen. Dalam semester II telah terjadi kemarau panjang. Walaupun demikian tingkat produksi atau nilai tambah sektor pertanian masih akan sedikit di atas tahun lalu, karena pertumbuhan yang dicapai pada tahun 1993 sudah sangat rendah (1,4 persen). Sebagai catatan, pada tahun 1991, pada waktu kemarau panjang, sektor pertanian masih meningkat dengan 1,6 persen. Dengan demikian sasaran pertumbuhan sektor pertanian sebesar 3,3 persen pada tahun 1994/95 sulit dapat dicapai. Perfumbuhan sektor pertambangan diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun Hal ini terutama terlihat dari meningkatnya ekspor migas pada delapan bulan pertama 1994, yang meliputi minyak mentah, hasil minyak dan gas alam. Perkembangan sektor migas ini mempengaruhi pula pertumbuhan industri pengolahan migas. Sektor bangunan diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu, tercermin dari besarnya permintaan akan bahan bangunan seperti semen dan besi baja. Kemarau panjang telah turut pula meningkatkan kegiatan sektor bangunan di tahun Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahun 1994 lebih dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam negeri, yaitu d:/data/samb-94/skarya/skarya.94, Catatan untuk Diskusi krbatas Harian Suara Karya, l2 Desenber 1994

3 konsumsi rumah tangga dan investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terbantu oleh ekspansi kredit perbankan yang meningkat tinggi. Peningkatan Upah Minimum Regional (UMR) telah turut mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut. Sementara itu pendapatan petani dan eksportir komoditi primer, sepe.rti petani kopi dan karet telah meningkat sejak triwulan II.,1 Peningkatan investasi yang cukup pesat dapat dilihat antara lain dari perkembangan impor barang modal serta volume ekspor dan impor beberapa komoditi seperti semen dan bahan bangunan serta besi dan baja. Impor barang modai pada Januari-Agusfus 1994 menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi (7,3 persen) dibanding periode yang sama tahun Untuk kurun waktu yang sama, net-ekspor semen dan bahan bangunan menurun (-59,2 persen) dan net-impor besi dan baja meningkat (37,0 persen) Pengeluaran rutin secara nominal kemungkinan meningkat lebih tinggi dari perkiraan semula. Tetapi kenaikan tersebut utamanya terdapat pada pelunasan hutang, dan item ini tidak seluruhnya termasuk dalam unsur yang membentuk konsumsi Pemerintah. Dengan demikian, secara riil pengeluaran Pemerintah diperkirakan kurang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan Permintaa netto dari luar negeri terlihat dari perkembangan ekspor dan impor. Perkembangan ekspor tampak sedikit tertekan, terutama dengan relatif lambatnya laju pertumbuhan ekspor selama 9 bulan pertama 1994 (6,8 persen) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (14 persen). Sementara itu impor, terutama impor nonmigas; telah meningkat lebih tinggi (10,9 persen) dari tahun sebelumnya (7,5 persen). Berdasarkan keseluruhan gambaran tersebut di atas maka pertumbuhan ekonomi tahun 1994 diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandins tahun d:/data/samb-94/skarya/skarya.94, Catatan untuk Diskusi Terbatas ltarian Suara Karya, l2 Desenber 1994

4 B Stabilitas Ekonomi Stabilitas ekonomi dapat dilihat dari perkembangan inflasi dan transaksi berjalan. Sampai dengan bulan Nopember 1994, inflasi mencapai 8,72 persen. Dengan demikian inflasi tahun 1994 kemungkinan besar di bawah tingkat inflasi 1993 yaitu 9,77 percen. Pada inflasi tahun 1993 unsur utamanya adaiah meningkatnya harga-harga barang kelompok perumahan sebagai akibat meningkatnya BBM dan kenaikan berbagai tarif. Inflasi pada tahun 1994, yang diperkirakan sedikit di atas 9 persen, terutama terjadi pada kelompok bahan makanan sebagai akibat kemarau panjang pada semester II serta meningkatnya hargaharga kelompok perumahan sejak triwulan II. 7- lj. Defisit transaksi berjalan sampai dengan triwulan III tahun 1994 diperkirakan telah mencapai sekitar US$ 2,2 miliar, suatu kenaikan 66 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Seperti telah diuraikan di atas, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekspor yang melamban dan pertumbuhan impor yang meningkat, di samping pengeluaran jasa yang jr.,ga meningkat. Hampir dapat dipastikan bahwa defisit transaksi berjalan untuk tahun 1994 akan lebih besar dari tahun 1993 yang sebesar US$ 2,3 miliar. C. 14. Neraca Pembayaran Walau terlihat kecenderungan meningkatnya defisit transaksi berjalan sampai dengan triwulan III tahun 1994, namun secara keseluruhan neraca pembayaran tetap berada dalam posisi yang cukup aman. Hal tersebut disebabkan defisit transaksi berjalan ini akan tertutup oleh surplus dalam lalulintas rnodal, baik pemerintah maupun swasta. Secara keseluruhan diperkirakan neraca pembayaran pada tahun 1994 tetap mengalami surplus, walaupun lebih kecil dibanding yang d:ktata/samb-94/skarya/skarya.94, Catatan untuk Diskusi Terbans flarian Suara Kama, l2 Deserber 1994

5 dicapai tahun 1993, sehingga cadangan devisa dapat dipertahankan pada tingkat sekitar 5 bulan impor. 15. Hal yang menarik untuk disoroti secara khusus adalah perkembangan ekspor. Sampai dengan bulan September 1994 keseluruhan ekspor hanya mengalami peningkatan sebesar 6,8 persen (I1,4 persen untuk nonmigas dan -5,4 persen untuk migas) dibandingkan dengan periode yang sama tahun Sementara itu, dalam kurun wakru yang sama impor telah meningkat dengan 7,2 persen (10,9 persen untuk nonmigas dan -22,9 persen untuk migas). Laju pertumbuhan ekspor tersebut jauh di bawah yang dicapai dalam periode yang sama tahun 1993, yaitu sebesar 14 persen (22,7 persen unfuk nonmigas dan -4,2 persen untuk migas). Komoditi nonmigas yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah kelompok kayu dan produk kayu, dan kelompok tekstil dan produk tekstil (TPT). Bersama dengan sepatu dan peralatan kaki lainnya, kelompok TPT mengalami pula penurunan harga per unit ekspor, yang secara tidak langsung menunjukkan semakin tajamnya persaingan di pasar internasional. D. 16. Keuangan negara Realisasi APBN diperkirakan mencapai sasaran. Perkiraan ini didasarkan pada: (a) Realisasi semester I yang cukup baik. Realisasi harga minyak sebesar US$ 16,35 per barel lebih tinggi dari asumsi (US$16/barel). Realisasi penerimaan sektor migas adalah sekitar Rp miliar atau 50,2 persen dari APBN 1994/95. Realisasi penerimaan dalam negeri nonmigas sebesar Rp miliar atau 41,2 persen dari sasaran seluruh tahun dan realisasi penerimaan pembangunan sebesar Rp miliar atau 51 persen. d:/data/samb-94/skarya/skarya.94, Catatan untuk Diskusi Terbatas Harian Suara Karya, l2 Desentber 1994

6 o) Kegiatan perekonomian, kecuali sektor pertanian, tetap bergairah pada Semester-Il. Berdasarkan acuan tersebut, maka penerimaan baik sektor migas, penerimaan non migas, dan penerimaan pembangunan akan melampaui sasaran. (c) Dari sisi pengeluaran, pengeluaran rutin diperkirakan akan mengalami peningkatan terutama dengan meningkatnya kewajiban pelunasan hutang pemerintah sebagai akibat apresiasi Yen yang terjadi pada tahun Namun demikian, pengeluaran pembangunan diperkirakan tetap dapat dilaksanakan sesuai rencana. UI. PERKIRAAN TAHTN 1995 A. Lingkungan Eksternal 17. Perekonomian dunia: IMF memperkirakan pertumbuhan perekonomian dunia pada tahun 1994, akan mencapai 3,4 persen. Pada tahun tersebut pertumbuhan di negara-negara industri mencapar2,t persen, terdiri dari Amerika Serikat3,T persen, Masyarakat Eropa 2,1 persen, dan Jepang 0,9 persen. Sementara kelompok negaranegara berkembang meningkat dengan 5,6 persen, terdiri dari 8 persen untuk Asia dan 7,4 persen untuk NIC. Pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 1995 diperkirakan lebih tinggi dari tahun 1994, yaitu mencapai 3,6 persen. Kelompok negara industri akan meningkat dengan2,7 persen, terdiri dari Amerika Serikat 2,5 persen, Masyarakat Eropa 2,9 persen, dan Jepang 2,5 persen. Pertumbuhan untuk kelompok negara-negara berkembang pada tahun 1995 diperkirakan akan mencapai 5,6 persen, antara lain dari Asia 7,3 persen dan NIC 7,2 persen. d:/data/samb-94/skarya/skarya.94. Catatan unntk Diskusi Terbatas Harian Suara Karya. I2 Desember 1994

7 18. Perdagangan dunia: Perfumbuhan perekonomian dunia yang cukup tinggi tersebut diperkirakan akan meningkatkan pula permintaan terhadap berbagai barang ekspor. Harga barang-barang primer nonbahan bakar diperkirakan akan meningkat dengan 6,5 persen pada tahun i995, sedangkan harga-harga barang manufaktur akan meningkat dengan 4,1 persen. Kecenderungan harga minyak diperkirakan akan lebih baik apabila kuota OPEC dipatuhi oleh negara anggotanya dan Irak masih terkena embargo. Secara keseluruhan, volume perdagangan dunia pada tahun I995 diperkirakan akan meningkat dengan 5,9 persen. Perkiraan perkembangan perdagangan dunia pada tahun 1995 tersebut serta dengan memperhitungkan perkembangan perekonomian di negara tujuan ekspor Indonesia diharapkan akan membawa pengaruh positif terhadap perkembangan ekspor. 19. Tingkat bunga dan nilai tukar: Diperkirakan tingkat bunga di Amerika Serikat dan Eropa Barat akan mengalami peningkatan, terutama dalam rangka mendorong dana masuk karena masih tingginya defisit transaksi berjalan di Amerika Serikat, di samping sebagai upaya pula untuk mengerem laju inflasi. Situasi ini diperkirakan dapat sedikit memperkuat nilai tukar dolar Amerika. Bagi Indonesia, hal tersebut berarti akan mengurangi beban pelunasan hutang dalam mata uang Yen. Di pihak lain peningkatan suku bunga tersebut dapat meningkatkan pembayaran bunga hutang luar negeri yang berdasarkan "floating rate". Di samping itu peningkatan suku bunga internasional tersebut dapat mendorong kenaikan tingkat suku bunga dalam negeri. 20. Inflasi: Walau berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi tekanan meningkatnya permintaan agregat di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris namun kecenderungan sedikit meningkatnya laju inflasi di negara-negara tersebut pada tahun 1995 mendatang sukar dihindarkan. d:/data/samb-94/skama/skarya.94, Catatan untuk Diskusi Terbatas Harian Suara Kana, l2 Desember 1994

8 B. Perekonomian Indonesia Pertumbuhan 2t. Seperti disebutkan pada butir 1, pertumbuhan ekonomi pada tahun 1995 diperkirakan akan lebih tinggi dari pada tahun Dari sisi permintaan, hal ini terutama didukung oleh perkiraan perkembangan konsumsi masyarakat, investasi, dan ekspor. Peningkatan konsumsi masyarakat akan banyak dipengaruhi oleh penurunan tarif pajak penghasilan serta kemungkinan peningkatan gaji/upah. Di samping itu, konsumsi masyarakat juga dapat meningkat sebagai akibat kenaikan harga-harga komoditi ekspor di pasar internasional. Perkiraan peningkatan investasi pada tahun 1995 merupakan implikasi dari tingginya persetujuan investasi di tahun-tahun sebeiumnya, baik untuk PMA maupun PMDN. Sebagai catatan, pada tahun 1994 sampai bulan Oktober, proyek PMA yang disetujui telah mencapai sekitar US$ 20,5 miliar, meningkat lebih dari 3 kali lipat dari nilainya pada periode yang sama tahun 1993 yaitu US$ 6,6 miliar. Sementara itu PMDN yang disetujui sampai dengan Oktober 1994 melonjak menjadi Rp 48,8 triliun dari Rp 22,9 triiiun pada periode yang sama tahun Sudah barang tentu realisasinya sangat tergantung pada banyak hal, antara lain pembiayaan dan pelaksanaan di lapangan. Perilial pembiayaan PMA, prospek keuangan internasional tahun 1995, seperti tercermin dalam surplus transaksi berjalan negara-negara E,ropa, Jepang, dan NIC's, yang cukup mendukung. Yang mungkin akan menjadi masalah adalah pembiayaan PMDN. Kemampuan sektor perbankan untuk menghimpun dana dalam negeri ternyata tertinggal dari kemampuannya untuk menyalurkan dana dalam tahun Dapat diperkirakan bahwa untuk tahun 1995 perbankan akan meningkatkan pinjaman komersial luar negeri sampai batas-batas yang dirnungkinkan. Selain itu menurunnya PPh dan dampak deregulasi yang dilakukan selama ini d:/data/samb-94/skarya/skarya.94, Catatan untuk Diskusi Terbatas Harian Suara Karya, I2 Desenber 1994

9 diperkirakan akan membawa pengaruh positif terhadap kegiatan investasi Perekonomian dunia yang membaik diharapkan dapat mendorong peningkatan volume dan nilai ekspor. Hal ini akan memperbaiki posisi net-ekspor yang relatif tertekan selama tahun 1994, walaupun kenaikan impor kemungkinan juga akan cukup tinggi. Kecenderungan meningkatnya harga-harga komoditi primer di pasar internasional diperkirakan selain akan meningkatkan ekspor juga akan meningkatkan "term of trade", sehingga pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (GDY) akan lebih tinggi dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP). Hal ini akan mendorong konsumsi rumah tangga dan impor. Dari sisi produksi, paling tidak diperkirakan sektor pertanian dan industri pengolahan akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari tahun 1994 sedangkan pertumbuhan sektor konstruksi sedikit lebih rendah daripada tahun Berdasarkan pertimbangan bahwa tingkat produksi pada tahun 1993 dan 1994 reiatif rendah, maka pertumbuhan sektor pertanian 1995 diperkirakan akan meningkat (asalkan tidak ada gangguan musim seperti kekeringan atau banjir). Hal ini, pada gilirannya, akan meningkatkan pendapatan dan mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga. Sedangkan perkiraan peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan antara lain didasarkan pada perkiraan peningkatan permintaan domestik akan hasil-hasil industri baik untuk konsumsi, investasi, maupun permintaan dari luar negeri. Stabilitas 27. Menjaga stabilitas ekonomi (menurunkan tingkat inflasi dan defisit transaksi berjalan) dalam tahun 1995/96 merupakan tantangan cl:klata/sanb-94/skarva/skarva.94, Catalan untuk Diskusi Terltatas Harian Suara Karya, l2 Desember 1994

10 tersendiri. Dari sisi permintaan, seperti diuraikan di atas, pertumbuhannya akan cukup tinggi. Dari sisi penawaran, akan ada desakandesakan untuk penyesuaian harga jasa angkutan, listrik, semen, dan gaji/upah, di samping harga beras yang tingkat kenaikannya sudah diumumkan. Tetapi dengan kebijaksanaan fiskal dan moneter yang tepat, stabilitas ekonomi diharapkan dapat dipertahankan pada tingkat yang serasi dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan Neraca Pembayaran Seperti telah dikemukakan, dalam tahun 1995 perekonomian dunia akan meningkat dengan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun Berdasarkan perkiraan tersebut maka prospek pertumbuhan ekspor non migas tahun diperkirakan dapat lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun Dalam pada itu sisi impor pun akan mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan pendapatanasional. Di samping itu, realisasinvestasi baik asing maupun dalam negeri, yang kandungan impornya tinggi, termasuk prasarana diperkirakan akan meningkat lebih cepat daripada tahun Sementara itu pengeluaran jasa netto juga diperkirakan tidak akan iebih kecil dari tahun , walaupun setelah memperhitungkan penerimaan yang meningkat dari sektor pariwisata dan tenaga kerja. Secara keseluruhan gambaran ini menunjukkan kemungkinan meningkatnya defisit transaksi berjalan dibandingkan dengan realisasi pada tahun Oleh karena itu, secara keseluruhan posisi neraca pembayaran akan sangatergantung pada keberhasilan untuk meningkatkan arus dana masuk dari luar negeri. Memperhatikan langkah-langkah kebijaksanaan yang telah diambil tahun 1993 dan 1994 maka diperkirakan pemasukan modal, terutama penanalnan modal langsung dan portfolio, diperkirakan akan cukup memadai untuk menutup defisit cl:/tlata/sanb-94/skarya/skarya.94, Catatan untuk Diskusi Terbaras Harian Suara Karya, I2 Desember

11 transaksi berjalan, sehingga neraca pembayaran tahun masih tetap akan aman. Perkiraan Keuangan Negara L RAPBN sedang daiam proses penyusunan dan akan disampaikan oleh Presiden kepada DPR pada awal Januari Meskipun demikian dapat disampaikan beberapa indikasi sebagai berikut: (a) Harga minyak diperkirakan tidak jauh berbeda dari asumsi yang dipergunakan tahun anggaran (b) (c) Dengan diberlakukannya UU Perpajakan yang baru, khususnya Pajak Penghasilan, maka penerimaan PPh tahun L andaipun meningkat hanya sedikit saja dibandingkan PPh pada APBN Oleh karena itu langkah untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri nonmigas harus dipusatkan pada intensifikasi penerimaan PPN dan PBB. Sebagai konsekuensinya, penerimaan dalam negeri nonmigas seperti yang diperkirakan dalam Repelita VI, yaitu sebesar Rp 52,8 triliun sulit dapat terlampaui. Sebaliknya dalam hal penerimaan pembangunan dengan langkah-langkah yang diambil dalam rangka meningkatkan kelancaran pelaksanaan proyek-proyek banfuan luar negeri, penerimaan pembangunan sebesar Rp 11,4 triliun seperti yang ditargetkan dalam Repelita VI kemungkinan dapaf dicapai. 31. (d) Dengan gambaran penerimaan seperti tersebut di atas dan kebutuhan akan pengeluaran rutin yang meningkat, maka sulit untuk mencapai tabungan pemerintah seperti yang ditargetkan pada Repelita VI. Anggaran pembangunan, sesuai arahan Repelita VI, dalam tahun akan diarahkan untuk meningkatkan produktivitas/efisiensi cl:/rlata/samb-94/skarya/skarya.94, Catatan untuk Diskusi Terbatas Harian Suara Karya, 12 Desenber

12 perekonomian serta peningkatan partisipasi masyarakat. Dalam hubungan itu sektor-sektor pembangunan yang akan memperoleh prioritas adalah: (a) (b) (c) (d) (e) sumber daya manusia, termasukpeningkatan kualitas hidup, seperti pendidikan, kesehatan, iptek, hukum, lingkungan hidup, prasarana ekonomi, utamanya wilayah-wilayah di luar Jawa, pemerataan pembangunan (daerah), utamanya untuk wilayahwilayah terpencil, pengentasan kemiskinan, dan pembangunan kelembagaan. Jakarta. 12 Desember 1994 d:/data/samb-94/skarya/skarya.94, Catatan untuk Diskusi Terbatas Harian Suara Karya, I2 Desenber

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam triwulan II/2001 proses pemulihan ekonomi masih diliputi oleh ketidakpastian.

Lebih terperinci

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 Prospek ekonomi tahun 2007 lebih baik dari tahun 2006. Stabilitas ekonomi diperkirakan tetap terjaga dengan nilai tukar rupiah yang stabil, serta laju inflasi dan suku

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2002 2004 Bab perkembangan ekonomi makro tahun 2002 2004 dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai prospek ekonomi tahun 2002 dan dua tahun berikutnya.

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005 BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005 A. TANTANGAN DAN UPAYA POKOK TAHUN 2005 Meskipun secara umum pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dan stabilitas moneter dalam keseluruhan tahun 2004 relatif terkendali,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003 BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 23 Secara ringkas stabilitas moneter dalam tahun 23 tetap terkendali, seperti tercermin dari menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga;

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua negara menerapkan perekonomian terbuka yang mengarah kepada sistem perdagangan internasioal. Dengan

Lebih terperinci

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah) Tabel 1a 2004 dan -P 2004 Keterangan -P ( (3) (4) (5) A. Pendapatan Negara dan Hibah 349.933,7 17,5 403.769,6 20,3 I. Penerimaan Dalam Negeri 349.299,5 17,5 403.031,8 20,3 1. Penerimaan Perpajakan 272.175,1

Lebih terperinci

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004 BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004 Bab ini membahas prospek ekonomi Indonesia tahun 2004 dalam dua skenario, yaitu skenario dasar dan skenario dimana pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat. Dalam skenario

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak Neraca pembayaran yaitu catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk suatu negara dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Pada awal triwulan III/2001 perekonomian membaik seperti tercermin dari beberapa

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1983-1997 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1983-2 1997 2. Arah Kebijakan 1983-1997 5 3. Langkah-Langkah Strategis 1983-1997

Lebih terperinci

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana untuk membiayai pembangunan tersebut

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SELAMA PERIODE

KEBIJAKAN SELAMA PERIODE KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA KEBIJAKAN SELAMA PERIODE 1966-1969 Pembersihan proses-proses kebijakan orde lama yang tidak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci