MODIFIKASI KITOSAN DENGAN KAOLIN DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL (II)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODIFIKASI KITOSAN DENGAN KAOLIN DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL (II)"

Transkripsi

1 MODIFIKASI KITOSAN DENGAN KAOLIN DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL (II) Stephanei Tanheitafino *, Titin Anita Zaharah 1, Lia Destiarti 1 1 Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak * stephaneitanheitafino@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan modifikasi kitosan dengan kaolin sebagai adsorben dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya. Kitosan termodifikasi kaolin dibuat dengan membentuk larutan gel kitosan-kaolin dengan variasi massa 1:0,25; 1:0,5; 1:1; 1:2 dan 1:4 (kitosan:kaolin) menjadi bentuk hidrogel pada larutan NaOH yang mengandung metanol. Hidrogel kitosankaolin hasil sintesis dikarakterisasi dengan Fourier Transform Infra Red Spectrometer (FT-IR) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil menunjukkan bahwa modifikasi kitosan dengan kaolin melibatkan interaksi elektrostatik antara gugus fungsional pada kedua adsorben. Spektrum FT-IR menunjukkan terbentuknya ikatan antara kitosan dan kaolin muncul pada bilangan gelombang 3425,58 cm -1 (O H) dan pada bilangan gelombang 1033,85 cm -1 (Si O dan Al O). Struktur morfologi permukaan SEM kitosan-kaolin lebih padat dan kompak dibandingkan kitosan. Adsorben diaplikasikan sebagai pengisi fasa diam pada kolom dengan variasi ph 4, 5, 6, dan 7 dalam proses adsorpsi terhadap Pb(II). Penentuan penurunan konsentrasi Pb(II) dianalisis dengan menggunakan spektrofotomer serapan atom. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa adsorpsi Pb(II) pada kitosan-kaolin terjadi pada ph optimum 5 dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 76,46% oleh kitosan-kaolin 1:0,25. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa modifikasi kitosan-kaolin telah berhasil dilakukan dan dapat digunakan sebagai adsorben Pb(II). Kata kunci : Hidrogel, Kitosan-kaolin, Timbal (II) PENDAHULUAN Timbal merupakan salah satu logam berat yang bersifat toksik dan berbahaya bagi makhluk hidup yang dapat dihasilkan dari indutri metalurgi. Pada hewan dan manusia, timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi serta melalui pernapasan dan penetrasi pada kulit. Timbal dalam tubuh manusia dapat menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin yang dapat menyebabkan penyakit anemia. Timbal juga dapat menyerang susunan saraf, mengganggu sistem reproduksi dan kelainan ginjal (Iqbal dan Qodir, 1990). Keberadaan timbal dalam perairan dapat merusak ekosistem perairan dan tidak dapat terbiodegradasi, timbal sangat perlu untuk dihilangkan dari limbah industri agar diperoleh perairan yang memenuhi standar kualitas yang aman bagi lingkungan. Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 untuk timbal dalam air minum adalah 0,01 ppm. Banyak metode yang telah dikembangkan untuk menangani masalah pencemaran logam berat di perairan, salah satunya adalah metode adsorpsi. Metode ini merupakan salah satu metode yang potensial, karena prosesnya yang sederhana, dapat bekerja pada konsentrasi rendah, dapat didaur ulang, dan biaya yang dibutuhkan relatif murah (Nurmasari, dkk., 2010). Salah satu adsorben yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai adsorben adalah kitosan. Limbah kulit udang merupakan salah satu sumber potensial pembuatan kitosan, yang saat ini tersedia berlimpah dan belum termanfaatkan secara optimal. Kemampuan adsorpsi kitosan dapat ditingkatkan melalui modifikasi dalam bentuk hibrida kitosan dengan material anorganik lainnya, diantaranya jenis-jenis 33

2 lempung (clay). Panda (2012), telah melakukan penelitian yang menunjukkan peningkatan aktivitas adsorpsi dari modifikasi bentonit terpilar alumunium dengan kitosan pada adsorpsi timbal (Pb). Husein et al. (2000) membuktikan dalam proses modifikasi kitosan-bentonit, kitosan tidak mengalami interkalasi dengan lapisan silika, kitosan hanya teradsorpsi pada lapisan permukaan bentonit saja. Hal ini berarti gugus-gugus aktif dari kitosan dan bentonit terlindungi, sehingga tidak mengurangi kemampuan adsorpsi dari kedua adsorben tersebut. Selain bentonit, material alumina-silika lain yang berpotensi untuk digunakan sebagai hidrogel dengan kitosan adalah kaolin. Salah satu metode pengembangan material adsorben baru dapat dilakukan dengan mengkombinasikan dua jenis adsorben yakni kitosan dengan kaolin menjadi bentuk hidrogel. Kaolin dapat berfungsi sebagai material pengemban bagi kitosan sehingga menghasilkan material hidrogel yang kompak dan mempunyai stabilitas yang tinggi (Panda, 2012). Sifat adsorpsi dari material hidrogel yang dihasilkan akan digunakan untuk adsorpsi timbal (II). Penelitian mengenai karakterisasi hasil modifikasi kitosan-kaolin sebagai adsorben untuk menyerap timbal (II) belum ditemukan. Dengan demikian pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi kitosan dengan kaolin sebagai adsorben timbal (II) berdasarkan variasi ph dan waktu kontak. Penentuan kadar timbal (II) dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kaolin terhadap karakteristik material hidrogel kitosan-kaolin berdasarkan spektrum FT-IR dan SEM, dan untuk memperoleh ph optimum untuk material hidrogel kitosankaolin terhadap kemampuan adsorpsi timbal (II). METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik, spatula, gelas ukur, gelas piala, botol semprot, tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur, pemanas, batang pengaduk, termometer, magnetik stirer, labu ukur, erlenmeyer, tanur, cawan porselen, sentrifuge, spektrofotometer FT-IR Shimadzu FTIR 8201 PC, syringe 3 ml, corong pisah, kolom, statif, botol vial, difraktometer sinar-x, Scanning Electron Microscope Carl Zeiss EVO MA10, spektrofotometer serapan atom (SSA) Varian AA 240FS. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah cangkang udang, lempung, aqua demineralisasi (aqua d.m), natrium hidroksida (NaOH), metanol (CH 3 OH), asam asetat (CH 3 COOH), asam klorida (HCl), dan timbal (II) nitrat (Pb(NO 3 ) 2 ). Cara Kerja Pembuatan Kitosan (Rahayu dan Purnavati, 2007) Limbah cangkang udang bersih setelah dikeringkan digiling menjadi serbuk ukuran mesh. Kemudian dicampur HCl 1,25 N dengan perbandingan 10:1 untuk pelarut dibanding kulit udang, lalu dipanaskan pada suhu 90 C selama satu jam. Residu berupa padatan dicuci dengan air sampai ph netral dan dikeringkan dalam oven pada suhu 80 C selama 24 jam. Kitosan dibuat dengan menambahkan NaOH 60% dengan perbandingan 20:1 (pelarut:kitin), lalu dipanaskan selama 90 menit dengan suhu 140 C. Larutan kemudian disaring untuk mendapatkan residu berupa padatan, lalu dilakukan pencucian dengan air sampai ph netral, kemudian dikeringkan dengan oven suhu 70 C selama 24 jam. Karakterisasi hasil kitosan dilakukan dengan FT-IR. Penentuan Kadar Air Kitosan (Rakhmawati, 2007) Sebanyak 0,5 gram sampel kitosan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang. Perlakuan diulangi sampai diperoleh berat yang konstan. Kadar air dihitung dari selisih berat sampel sebelum dikeringkan dan sesudah dikeringkan. 34

3 Penentuan Kadar Abu Kitosan (Rakhmawati, 2007) Cawan porselin kosong ditimbang, kemudian sebanyak 1 gram sampel kitosan dimasukkan dalam cawan porselin dan ditimbang. Cawan dimasukkan dalam tanur dengan suhu 575 C selama 3 jam, didinginkan kemudian ditimbang, perlakuan diulangi sampai diperoleh berat yang konstan. Kadar abu diperoleh dari berat sampel yang tidak terabukan setelah pemanasan. Preparasi Kaolin (Kesuma, dkk., 2013; Sunardi, 2010) Sampel lempung yang diperoleh dari Kota Singkawang dikeringkan dalam oven suhu 80ºC selama 24 jam. Lempung yang telah kering digerus dan diayak 100 mesh, lalu dicuci dengan aqua demineralisasi hingga bersih. Kaolin diperoleh dengan sentrifuge untuk memisahkan kaolin dari kuarsa. Kaolin preparasi dikeringkan pada suhu 80-90ºC selama 24 jam. Selanjutnya kaolin direndam dalam larutan HCl 1,5 N lalu dicuci hingga ph netral. Kaolin dikalsinasi pada suhu 350 C selama 4 jam dalam tanur. Karakterisasi terhadap kaolin hasil preparasi dilakukan dengan FT-IR dan XRD. Pembuatan Material Hidrogel Kitosan- Kaolin (Indrawati dan Cahyaningrum, 2013) Hidrogel kitosan-kaolin dibuat dengan melarutkan kitosan yang telah dipreparasi sebanyak 1 gram dalam 25 ml larutan asam asetat 2%, kemudian ditambahkan kaolin dengan variasi massa 0,25; 0,5; 1; 2; dan 4 gram. Kaolin yang ditambahkan sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 110 C dalam oven hingga diperoleh berat konstan dan digunakan dalam bentuk keringnya. Campuran kitosan-kaolin diaduk hingga homogen dan dibiarkan selama 20 jam. Gel kitosan-kaolin yang diperoleh dibentuk menjadi hidrogel pada larutan 100 ml NaOH 5% dalam 0,5 ml metanol menggunakan syringe 3 ml. Hidrogel kitosan-kaolin yang diperoleh direndam selama 24 jam kemudian dicuci hingga netral dan disimpan di dalam botol hingga dikarakterisasi dan digunakan. Karakterisasi terhadap material hidrogel kitosan-kaolin yang diperoleh dilakukan dengan FT-IR dan SEM. Pengujian Kemampuan Adsorpsi Material Hidrogel Kitosan-Kaolin Berdasarkan Variasi ph (Allen, dkk., 2014) Sebanyak 10 ml larutan Pb(II) 500 ppm dialirkan pada kolom dengan variasi ph 4, 5, 6, dan 7 dan digunakan massa adsorben hidrogel kitosan-kaolin sebesar 0,5 gram sebagai fase diam dengan laju alir 0,15 ml/menit. Eluat dikumpulkan dengan menggunakan wadah dan diukur dengan SSA pada panjang gelombang 283 nm. Setiap percobaan dilakukan penggulangan sebanyak 3 kali. Persen penyerapan hidrogel kitosan-kaolin terhadap ion Pb(II) yang tertahan pada kolom dapat ditentukan dari perbedaan antara konsentrasi logam awal (Ns) dan jumlah konsentrasi logam pada eluat (Nf) dengan persamaan: HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Kitosan Pada proses pembuatan kitosan dilakukan tahap demineralisasi terlebih dahulu dikarenakan mineral membentuk pelindung yang keras pada kulit udang. Umumnya mineral lebih keras dibandingkan protein, sehingga dengan menghilangkan mineral terlebih dahulu, tahap deproteinasi dapat lebih optimal menghilangkan protein karena pelindung yang terbuat dari mineral telah hilang (Puspawati dan Simpen, 2010). Proses demineralisasi dilakukan dengan menambahkan HCl 1,25 N untuk mengurangi kadar mineral (CaCO 3 ) yang terkandung dalam kulit udang sehingga diperoleh kitin. Terjadinya proses pemisahan mineral ditunjukkan dengan terbentuknya gas CO 2 berupa gelembung udara pada saat larutan HCl ditambahkan ke dalam sampel. Reaksi yang terjadi adalah: CaCO 3(s) + 2HCl (l) CaCl 2(s) + H 2 O (l) + CO 2(g) Kitin yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan proses deproteinasi untuk menghilangkan protein dan deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil pada kitin dengan menggunakan larutan NaOH dan diikuti dengan pemanasan. Proses deasetilasi dengan menggunakan alkali pada suhu tinggi akan menyebabkan terlepasnya gugus asetil dari molekul kitin. 35

4 Gugus amida pada kitin akan berikatan dengan gugus hidrogen yang bermuatan positif sehingga membentuk gugus amina bebas NH 2 (Puspawati dan Simpen, 2010). Spesifikasi dan Karakterisasi Kitosan Kitosan yang diperoleh diidentifikasi gugus fungsionalnya dengan menggunakan FT-IR untuk memastikan terbentuknya kitosan dari kitin. Spektra kitosan yang dihasilkan terlihat adanya serapan pada bilangan gelombang 3425,58 cm -1 yang merupakan serapan dari gugus OH. Serapan yang dihasilkan oleh gugus OH tersebut lebar dan mengalami pergeseran dari bilangan gelombang 3448,72 cm -1 pada kitin. Hal ini disebabkan karena adanya tumpang tindih dengan gugus N H dari amina. Serapan pada bilangan gelombang 2885,51 cm -1 merupakan gugus C H dari alkana yang menunjukkan vibrasi ulur gugus CH 2. Serapan khas kitosan terlihat pada bilangan gelombang 1651,07 cm -1 yang merupakan vibrasi bengkokan N H dari amina ( NH 2 ) yang disebabkan proses deasetilasi yang mengubah sebagian gugus amida menjadi gugus amina sehingga massa N H semakin kecil dan bilangan gelombangnya bergeser ke lebih besar (Rakhmawati, 2007). Disamping itu, pita serapan pada bilangan gelombang 1087,65 cm -1 merupakan serapan dari vibrasi ulur gugus C O. Serapan pada bilangan gelombang 1419,61 cm -1 merupakan gugus CH 3 yang berasal dari gugus amida menunjukkan bahwa pada kitosan masih terdapat gugus amida yang belum terdeasetilasi menjadi gugus amina (Puspawati dan Simpen, 2010). Kitin Kitosan Gambar 1. Spektrum FT-IR kitin dan kitosan Besar kualitas kitosan yang diperoleh ditentukan berdasarkan hasil derajat deasetilasi, kadar air dan kadar abu. Derajat deasetilasi dapat dihitung dengan membandingkan daerah serapan dari gugus hidroksil O H dan gugus amina N H. Kitosan yang diperoleh berwarna kuning pucat dengan derajat deasetilasi 80,6% yaitu lebih besar dari hasil penelitian Larita (2006) yang dilakukan dengan menggunakan NaOH 60% pada suhu dan waktu yang sama yaitu ºC selama 90 menit hanya diperoleh kitosan dengan derajat deasetilasi sebesar 56,52%. Besar derajat deasetilasi pada kitosan sangat berpengaruh terhadap penggunaannya sebagai adsorben ion logam, karena semakin tinggi derajat deasetilasi semakin banyak gugus amina ( NH 2 ) dalam polimer yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pengkhelatan, sehingga semakin besar kemampuan kitosan dalam mengikat ion logam. Kadar air dalam kitosan diketahui dari banyaknya air yang menguap setelah pemanasan. Kadar air kitosan yang diperoleh sebesar 11,74% yang menunjukkan bahwa kitosan yang diperoleh tidak memenuhi spesifikasi kitosan yang baik yaitu kurang dari 10%. Hal ini dikarenakan kitosan merupakan biopolimer yang higroskopis, sehingga dapat terjadi penyerapan uap air ketika kitosan dalam keadaan terbuka. Kadar abu adalah indikator keefektifan tahap demineralisasi. Kadar abu diketahui dari berat kitosan yang tidak terabukan setelah ditanur. Kadar abu yang besar pada kitosan dapat mempengaruhi kelarutan, konsekuensinya dapat menurunkan viskositas atau dapat mempengaruhi karakteristik lainnya yang penting. Kadar abu kitosan yang diperoleh sebesar 0,047% yang memenuhi standar spesifikasi yaitu kurang dari 1%, hasil ini menunjukkan bahwa proses demineralisasi berhasil menghilangkan mineral pada kitosan. Berdasarkan nilai derajat deasetilasi, kadar air dan kadar abu yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kandungan senyawa kimia dari isolat cangkang udang memenuhi standar spesifikasi kitosan. Oleh karena itu, kitosan hasil isolasi dapat digunakan sebagai adsorben yang akan dimodifikasi dengan kaolin. 36

5 Karakterisasi Kaolin Sampel lempung yang telah dihaluskan, diayak dengan ayakan 100 mesh untuk memperoleh ukuran partikel yang seragam. Lempung dicuci dengan aqua d.m untuk menghilangkan pengotor polar yang menempel pada permukaan lempung. sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan kaolin dari kuarsa, dimana lapisan atas merupakan kaolin dan lapisan bawah merupakan kuarsa berdasarkan berat massa. Kaolin yang diperoleh dikeringkan untuk menguapkan kadar air yang masih tersisa. Selanjutnya dilakukan perendaman dalam larutan asam klorida untuk menghilangkan logam-logam pengotor dari struktur kaolin. Proses kalsinasi bertujuan untuk membuka situs aktif adsorben. Kemudian dilakukan pengayakan kembali untuk meningkatkan luas permukaan kaolin. Kaolin hasil preparasi dianalisis menggunakan FT-IR untuk mengetahui apakah hasil preparasi merupakan kaolin dengan membandingkannya dengan spektra kaolin literatur. Spektra kaolin pada bilangan gelombang 3749,62 cm -1 menunjukkan terdapatnya gugus hidroksil O H yang terikat pada atom Al oktahedral yang berasal dari silanol dan dari air yang terabsorpsi. Serapan pada bilangan gelombang 3448,72 cm -1 merupakan gugus hidrogen H O H dari molekul air. Serapan khas kaolin yang memperlihatkan keberadaan silika berada pada bilangan gelombang 1080,14 cm -1 yang merupakan vibrasi ulur Si O dan Al O, pada bilangan gelombang 671,23 cm -1 untuk vibrasi tekuk Si O Si dan vibrasi ulur Si O Al pada bilangan gelombang 462,92 cm -1 (Wahyuni, 2010). Berdasarkan spektra kaolin tersebut dapat diperoleh informasi bahwa sampel yang diperiksa terdiri dari mineral yang memiliki gugus fungsional OH dan Si O yang memenuhi standar spesifikasi dengan spektra kaolin secara literatur. Puncak-puncak difraksi setiap mineral lempung sangat khas, sudut difraksi 2θ yang dihasilkan berhubungan dengan bidang kisi kristal mineral yang dianalisis. Identifikasi komponen penyusun sampel dilakukan dengan mencocokan harga d hkl yang ada pada difraktogram sampel dengan harga d hkl mineral yang terdapat pada Mineral Powder Diffraction File. Mineral lempung yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar tersusun atas mineral kuarsa dan sedikit mineral kaolin, hal ini dikarenakan puncak kuarsa memiliki serapan yang jauh lebih besar dibandingkan puncak-puncak seperti mineral kaolin, haloisit, klorit, lempung dan kristobalit. Gambar 2. Spektrum FT-IR kaolin preparasi Difraktogram kaolin preparasi pada gambar 3. menunjukkan adanya mineral kaolinit yang memberikan serapan pada sudut 2θ=12,42º untuk difraksi tingkat pertama d 001 dan pada sudut 2θ=24,88º untuk difraksi tingkat kedua d 002 (Sunardi, 2010). Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, kaolin berhasil di preparasi dengan sedikit kehadiran mineral haloisit, klorit, kuarsa, lempung dan kristobalit. Gambar 3. Difraktogram sinar-x sampel kaolin sebelum dan sesudah preparasi (Cl=lempung, Ch=klorit, K=kaolin, Cr=kristobalit, H=haloisit, Q=kuarsa) (Sunardi, 2010) 37

6 Pembuatan Material Hidrogel Kitosan- Kaolin Modifikasi kitosan dengan kaolin dilakukan pada variasi rasio massa 1:0,25; 1:0,5; 1:1; 1:2 dan 1:4 (kitosan:kaolin). Variasi massa dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan hidrogel kitosan seiring dengan bertambahnya massa kaolin dan kinerja terbaik dari adsorben hidrogel kitosan-kaolin melalui proses adsorpsi. Pada larutan gel kitosan yang telah terbentuk ditambahkan kaolin dan didiamkan selama 20 jam bertujuan untuk memberikan waktu kontak antara kedua adsorben sehingga terbentuk hidrogel yang kompak. Semakin besar massa kaolin maka semakin bertambah kekentalan suatu larutan gel. Hal ini mengindikasi bahwa kaolin bereaksi dengan baik dengan larutan gel kitosan. Campuran gel kitosan-kaolin yang telah homogen selanjutnya dibentuk menjadi hidrogel dalam larutan NaOH yang mengandung metanol menggunakan syringe 3 ml. Penggunaan larutan NaOH bertujuan untuk mengeraskan gel kitosankaolin sehingga terjadi repolimerisasi kitosan, serta dengan kehadiran metanol akan membantu proses memadatkan hidrogel sesuai dengan bentuk tetesan dari syringe yang digunakan. Ukuran hidrogel kitosan-kaolin diusahakan dalam ukuran kecil karena semakin kecil ukuran maka semakin besar luas permukaannya sehingga kemampuannya sebagai adsorben semakin besar. Setiap celah dalam struktur hidrogel kitosan yang terbentuk akan diisi oleh larutan asam asetat. Pada proses tersebut tidak terjadi perubahan ikatan pada gugus fungsi kitosan, yang terjadi hanya perubahan pada bentuk fisik saja (Basuki dan Sanjaya, 2009). Hidrogel kitosan-kaolin yang terbentuk direndam selama 24 jam untuk proses pengerasan. Kemudian hidrogel kitosan-kaolin dicuci hingga diperoleh ph 7 untuk menghindari pengaruh ph dan disimpan dalam keadaan basah sehingga dapat langsung digunakan sebagai adsorben. Perubahan gugus fungsional hidrogel kitosan dan kitosan-kaolin yang telah dikarakterisasi melalui spektrofotometri FT-IR disajikan pada Gambar 4. Kitosan 1:0,25 1:0,5 1:1 1:2 1:4 Gambar 4. Spektrum FT-IR hidrogel kitosan dan kitosan-kaolin (1:0,25; 1:0,5; 1:1; 1:2; 1:4) Karakterisasi Material Hidrogel Kitosan- Kaolin Hasil analisis foto SEM pada Gambar 5. memperlihatkan struktur morfologi permukaan hidrogel kitosan termodifikasi dengan kaolin lebih padat dan kompak dibandingkan hidrogel kitosan. Menurut Sunardi (2010) morfologi permukaan khas kaolin adalah berupa kelompok lembaran heksagonal berlapis, dimana kaolin mempunyai struktur pseudoheksagonal berlapis-lapis dengan ukuran 1-10 µm dengan jumlah lembaran tiap lapis sekitar buah. Morfologi permukaan hidrogel kitosan-kaolin memperlihatkan morfologi permukaan kaolin yang lebih dominan dari morfologi khas kaolin berupa kelompok lembaran heksagonal berlapis. Semakin banyak kaolin yang digunakan maka semakin besar ruang antarlapisan yang menyebabkan semakin padat dan kompak adsorben yang dihasilkan. Berdasarkan hasil foto tersebut, pori-pori hidrogel kitosan maupun kitosan-kaolin tidak dapat diketahui dengan jelas, hal ini dikarenakan hidrogel mengalami deformasi struktur setelah dikeringkan (Nurmasari, dkk., 2010). Perubahan gugus fungsional hidrogel kitosan termodifikasi dengan kaolin memperlihatkan karakteristik yang berbeda dibandingkan spektra kitosan dan kaolin. Perubahan ini dapat diamati pada daerah sekitar cm -1 dan cm -1. Serapan pada bilangan gelombang 3695,61 cm -1 merupakan vibrasi ulur gugus N H dari amina kitosan. Puncak serapan pada bilangan gelombang 3425,58 38

7 cm -1 merupakan vibrasi ulur O H menunjukkan adanya interaksi gugus O H pada kaolin dengan O H pada kitosan sehingga menyebabkan intensitas dari puncak gugus O H semakin lebar. Serapan yang dihasilkan oleh gugus OH tersebut lebar karena jumlah gugus OH yang besar. Puncak serapan tersebut mengalami penurunan intensitas serapan yang menunjukkan terjadinya perusakan ikatan hidrogen dari kitosan dan pembentukan ikatan hidrogen baru antara kitosan dan kaolin (Indrawati dan Cahyaningrum, 2013). Vibrasi ulur Si O dan Al O dari kaolin bergeser dari 1080,14 cm -1 menjadi 1033,85 cm -1. Pita serapan pada bilangan gelombang 1103, 28 cm -1 merupakan pergeseran serapan dari vibrasi ulur gugus C O dari kitosan. Puncak serapan pada bilangan gelombang 1658,78 cm -1 merupakan vibrasi bengkokan N H dan dapat diindikasikan sebagai konfirmasi terbentuknya ion NH 2 (Zaharah, dkk., 2015). Berdasarkan hasil karakterisasi FT- IR pada hidrogel kitosan-kaolin hasil penelitian, diperkirakan bahwa modifikasi kitosan dengan kaolin melibatkan interaksi elektrostatik antara gugus Si O dan Al O pada kaolin dengan gugus amina terprotonasi pada kitosan. Puncak serapan hidrogel kitosankaolin (1:0,25) pada bilangan gelombang 3425,58 cm -1 memiliki persen intensitas yang besar sebesar 8,3% dibandingkan kitosan-kaolin lainnya yang memiliki intensitas sebesar 11,5-13,5%. Pada serapan tersebut juga menunjukkan bahwa interaksi gugus O H pada kaolin dengan O H kitosan lebih baik dibandingkan kitosan-kaolin lainnya yang dapat dilihat dari perbedaan pelebaran intensitas dari puncak O H masing-masing. Puncak serapan 1658,78 cm -1 yang mengindikasikan terbentuknya ion NH 2 lebih tajam dibandingkan dengan kitosankaolin lain, hal ini menunjukkan bahwa kitosan-kaolin 1:0,25 memiliki gugus aktif amina kitosan lebih besar. Kitosan-kaolin 1:0,25 memiliki intensitas yang lebih kecil dibandingkan kitosan-kaolin lainnya yaitu sebesar 5,4% pada serapan 1033,85 cm -1 yang merupakan gugus aktif kaolin, hal ini dikarenakan gugus aktif kitosan lebih dominan dibandingkan gugus aktif kaolin, sehingga persen adsorpsi kitosan-kaolin 1:0,25 lebih besar dibandingkan kitosankaolin lainnya. a b c d e f Gambar 5. Morfologi Permukaan (a) kitosan, (b) kitosan:kaolin 1:0,25, (c) 1:0,5, (d) 1:1, (e) 1:2 dan (f) 1:4 39

8 Pengaruh ph Terhadap Kemampuan Adsorpsi Hidrogel Kitosan-Kaolin Derajat keasaman (ph) suatu larutan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses adsorpsi, dimana muatan pada situs aktif atau ion H + akan berkompetisi dengan kation untuk berikatan dengan situs aktif. Kondisi keasaman dari larutan ion logam juga memberikan pengaruh terhadap persen penyerapan secara maksimum sehingga perlu ditentukan ph optimum dalam suatu proses adsorpsi. Kaolin Kitosan 1 : 0,25 Gambar 6. Spektrum FT-IR kaolin, kitosan dan kitosan-kaolin (1:0,25). Penentuan ph optimum dilakukan pada variasi ph 4, 5, 6, dan 7. Pemilihan nilai ph ini didasarkan untuk melihat peningkatan stabilitas hidrogel kitosan termodifikasi kaolin dalam suasana asam, dimana kitosan mudah larut dalam asam. Proses adsorpsi dilakukan dengan menggunakan kolom, dimana adsorben kitosan-kaolin sebagai fasa diam dari kolom dengan sampel larutan timbal. Timbal (II) yang teradsorpsi dinyatakan dalam %, dihitung berdasarkan konsentrasi ion-ion Pb 2+ yang tidak teradsorpsi. Pada tabel diatas, dapat dilihat kemampuan adsorpsi masing-masing adsorben kitosan termodifikasi kaolin yaitu kitosan-kaolin (1:0,25), kitosan-kaolin (1:0,5), kitosan-kaolin (1:1), kitosan-kaolin (1:2) dan kitosan-kaolin (1:4) terhadap ion logam Pb 2+. Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa adsorpsi ion logam Pb(II) mencapai kondisi optimum pada ph 5. Pada ph yang sangat asam (ph 3), jumlah ionion H + dalam larutan sangat besar sehingga terjadi adsorpsi kompetitif dengan ion Pb(II) untuk berikatan dengan situs aktif adsorben. Pada ph rendah, gugus amina adsorben cenderung sangat mudah terprotonasi menjadi NH 3 +, yang dapat mengakibatkan terjadinya tolakan elektrostatik dengan ion Pb(II) sehingga proses adsorpsi relatif rendah. Seiring meningkatnya ph larutan, muatan parsial positif adsorben akan berkurang sehingga banyak situs aktif yang dapat diakses oleh ion logam Pb(II) dan jumlah ion yang teradsorpsi meningkat hingga mencapai kondisi optimum pada ph 5. Tabel 2. Adsorben Kitosan: Kaolin Pengaruh ph Larutan Terhadap Penurunan Konsentrasi Ion Logam Pb 2+ Persen Penyerapan (%) Berdasarkan Derajat Keasaman (ph) :0 73,32 73,93 50,23 49,36 1:0,25 74,38 76,46 47,64 47,21 1:0,5 70,42 74,62 55,13 41,97 1:1 71,82 73,68 47,46 51,91 1:2 72,34 74,42 49,27 46,36 1:4 72,23 76,13 50,35 40,20 Adsorpsi pada kisaran ph 6 dan 7, cenderung menurun signifikan. Hal ini dikarenakan pada ph tinggi jumlah ion H + akan berkurang dan akan ada persaingan antara situs aktif bermuatan negatif dari adsorben dan ion OH - untuk menarik ion logam Pb 2+. Menurut hasil penelitian Zaharah, dkk. (2015) pada ph yang tinggi, gugus hidroksida merupakan ligan yang lebih efektif dibandingkan gugus aktif adsorben, sehingga ion logam lebih tertarik untuk berikatan dengan ligan hidroksida dan mengakibatkan proses pengendapan lebih dominan daripada proses adsorpsi dalam larutan. Pada ph 6 dan 7, spesi Pb 2+ terdapat dalam jumlah yang kecil dan telah terjadi reaksi antara Pb 2+ dengan OH - sehingga membentuk endapan Pb(OH) 2 yang menyebabkan proses adsorpsinya terhalang. Proses adsorpsi yang terjadi kemungkinan lepas lagi karena interaksi yang terjadi secara elektrostatik, sehingga ikatannya lemah dan menyebabkan persen penyerapannya semakin menurun. Berdasarkan persen adsorpsi tersebut, dapat diketahui bahwa persen penyerapan maksimum terjadi pada hidrogel kitosan-kaolin (1:0,25) dengan persen penyerapan sebesar 76,46%. 40

9 Adsorben kitosan-kaolin (1:0,25) merupakan perbandingan massa kitosan dan kaolin yang bekerja secara optimum dibandingkan adsorben lainnya. Perbedaan persen penyerapan oleh hidrogel kitosan dengan kitosan termodifikasi kaolin tidak memberikan kenaikan yang signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan gugus aktif kaolin tertutupi kitosan, sehingga gugus aktif yang banyak berperan adalah gugus aktif kitosan. Akan tetapi, semakin banyak kaolin yang digunakan semakin menurun persen penyerapannya karena jumlah gugus aktif kaolin semakin bertambah dan mulai bersaing dengan gugus aktif kitosan untuk berperan dalam mengikat ion Pb(II), sehingga gugus aktif kitosan yang dapat mengadsorpsi lebih banyak dari gugus aktif kaolin mulai terhalangi dan menyebabkan persen penyerapan menjadi menurun. SIMPULAN Kitosan telah berhasil dimodifikasi dengan kaolin, terlihat dengan munculnya gugus baru pada 3425,58 cm -1 (O H) dan pada 1033,85 cm -1 (Si O dan Al O). Struktur morfologi permukaan kitosan termodifikasi kaolin yang dihasilkan lebih padat dan kompak dibandingkan kitosan. Kemampuan adsorpsi kitosan-kaolin(1:0,25) lebih tinggi dibandingkan kitosan dan kitosan termodifikasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada kitosankaolin(1:0,25) gugus aktif NH 2 terdapat dalam jumlah yang banyak yang ditunjukkan dengan penurunan konsentrasi Pb (II) sebesar 76,46% pada ph optimum 5. DAFTAR PUSTAKA Allen, C. V., Destiarti, L., dan Zaharah, T. A., 2014, Recovery Timbal Ekstraksi Fase Padat Menggunakan Kitosan Terimobilisasi Ditizon, J. Kimia Khatulistiwa, 3 (1): Badan Standarisasi Nasional, 2004, SNI : Cara Uji Timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Basuki dan Sanjaya, 2009, Sintesis Ikat Silang Kitosan dengan Glutaraldehid serta Identifikasi Gugus Fungsi dan Derajat Deasetilasinya, J.Ilmu Dasar, Vol. 10(1): Husein, M. Z., Yarmo, M. A., Rahman, M. Z. A., Zainal, Z., and Liang A. A. S., 2001, Texture and Microstructure of Chitosan-Treated Bentonite and its Calcined products, Malaysian J. of Analytical Sciences, 7 (1): Indrawati, D dan Cahyaningrum, S. E., 2013, Pengaruh Perbandingan Komposisi Kitosan dan Silika Terhadap Karakterisasi Adsorben Kitosan-Silika Bead, UNESA J. of Chemistry, 2 (1): Iqbal, H. Z dan Qodir, M. A., 1990, AAS Determination of Lead and Cadmium in Leaves Polluted by Vehicles Exhoust Interface, J. Environmental Analytic Chemistry, 38(4): Kesuma, R. F., Sitorus, B., dan Adhitiyawarman, 2013, Karakterisasi Pori Adsorben Berbahan Baku Kaolin Capkala dan Zeolit Dealuminasi, J. Kimia Khatulistiwa, Larita, K., 2006, Transformasi Khitin Menjadi Khitosan serta Kemampuan Adsorpsinya terhadap Ion Pb(II) dalam Larutan, Universitas Udayana, Jimbaran, (Skripsi). Nurmasari, R., Santoso, U. T., Umaningrum, D., dan Rohman, T., 2010, Imobilisasi Asam Humat pada Beads Kitosan dengan Metode Pengikatan-Silang Terproteksi dan Aplikasinya sebagai Adsorben Pb(II), Indo. J. Chem, 10 (1): Panda, R. D., 2012, Modifikasi Bentonit Terpilar Al dengan Kitosan Untuk Adsorpsi Ion Logam, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, (Skripsi). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492, 2010, Persyaratan Kualitas Air Minum dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Puspawati, N. M., dan Simpen, I. N., 2010, Optimasi Deasetilasi Khitin dari Kulit Udang dan Cangkang Kepiting Limbah Restoran Seafood Menjadi Khitosan Melalui Variasi Konsentrasi NaOH, J. Kimia, 4 (1): Rahayu, L. H., dan Purnavita, S., 2007, Optimasi Pembuatan Kitosan dari Kitin Limbah Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus) untuk Adsorben Ion Logam Merkuri. Reaktor, 11 (1):

10 Rakhmawati, E., 2007, Pemanfaatan Kitosan Hasil Deasetilasi Kitin Cangkang Bekicot Sebagai Adsorben Zat Warna Remazol Yellow, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta (Skripsi). Sunardi, 2010, Kajian Spektroskopi FTIR, XRD dan SEM Kaolin Alam Asal Tatakan, Kalimantan Selatan Hasil Purifikasi dengan Metode Sedimentasi, Sains dan Terapan Kimia, 4 (2): Wahyuni, N., 2010, Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan Benzalkonium Klorida dan Karakterisasinya Menggunakan Spektrofotometer Infra Merah, J. Sains dan Terapan Kimia, 4 (1): Zaharah, T. A., Shofiyani, A., dan Sayekti, E., 2015, Karakteristik Biomassa Chlorella sp Terimobilisasi pada Kitosan untuk Adsorpsi Kromium(III) dalam Larutan, Alchemy, Vol. 11 (1):

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN

PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN Muhardi 1*, Nurlina 1, Anis Shofiyani 1 1 Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jln.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juni 2011 sampai Desember 2011, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. Indokom

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol.1, No. 1, pp. 647-653, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 9 February 2015, Accepted 10 February 2015, Published online 12 February 2015 PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Penggunaan Kitosan dari Tulang Rawan Cumi-Cumi (Loligo pealli) untuk Menurunkan Kadar Ion Logam (Harry Agusnar) PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN Widia Purwaningrum, Poedji Loekitowati Hariani, Khanizar

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT 276 PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline Risfidian Mohadi, Christina Kurniawan, Nova Yuliasari,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 217 ADSORPSI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan eksperimental. Penelitian deskriptif eksploratif meliputi isolasi kitin, transformasi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Lampung, serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Untuk keperluan Analisis digunakan Laboratorium

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex Beaker glass 100 ml pyrex Beaker glass 150 ml pyrex Beaker glass 200 ml pyrex Erlenmeyer

Lebih terperinci

Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi

Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi Sunardi 1), Utami Irawati 1) dan Totok Wianto 2) Abstrak: Kajian tentang karakteristik kaolin lokal asal Tatakan, Tapin, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat Bab 3 Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas tahap pembuatan kitin dan kitosan, sintesis karboksimetil kitosan dari kitin dan kitosan, pembuatan membran kitosan dan karboksimetil kitosan, dan karakterisasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material, Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik dan Fisik, Program Studi Kimia ITB dari bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Kimia FT Unnes yang meliputi pembuatan adsorben dari Abu sekam padi (rice husk), penentuan kondisi optimum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste Nur Laili Eka Fitri* dan Rusmini Department of Chemistry,

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Pengambilan

Lebih terperinci

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR 1 Deskripsi 1 2 30 SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkaitan dengan sintesis senyawa Mg/Al hydrotalcite-like (Mg/Al

Lebih terperinci

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN SINTESIS, KARAKTERISASI DAN APLIKASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG WANGKANG (Penaeus orientalis) SEBAGAI KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT Stefunny 1*, Titin Anita Zaharah 1,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal Oleh: Risa Fitriya H. Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau selama kurang lebih 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logam krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang sering digunakan dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri pelapisan logam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi inhibisi produk dari kitosan yang berasal dari cangkang rajungan sebagai inhibitor korosi baja karbon dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai September 2012 di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci