BAB 3 METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional) untuk melihat gambaran ekspresi reseptor estrogen β (ER- β) pada ANJ. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Divisi Onkologi Bedah Kepala Leher Departemen T.H.T.K.L FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. Sediaan jaringan tumor ANJ pascaoperasi berupa blok parafin diambil dari Bagian Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan dan pemeriksaan imunohistokimia dikerjakan oleh Departemen Patologi Anatomi FK USU Medan. Penelitian dilakukan mulai Juni 2016 sampai April Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita angiofibroma nasofaring juvenile di Divisi Onkologi Bedah Kepala Leher T.H.T.K.L FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan mulai Oktober 2010 Juni 2016 dengan hasil pemeriksaan histopatologi jaringan pascaoperasi menunjukkan angiofibroma nasofaring, yaitu sebanyak 22 penderita Sampel Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi. a. Kriteria inklusi Penderita dengan data rekam medik yang lengkap di RSUP H. Adam Malik Medan, dengan identitas jelas dan tercatat hasil pemeriksaan histopatologi pascaoperasi yaitu angiofibroma. 27

2 28 Mempunyai blok parafin yang tersimpan di Bagian Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan. b. Kriteria eksklusi - Blok parafin rusak selama proses pewarnaan imunohistokimia c. Kriteria drop out - Sediaan blok parafin setelah dilakukan pewarnaan imunohistokimia ternyata tidak terbaca. Berdasarkan kriteria di atas yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel adalah 19 orang. 3.4 Variabel Penelitian Variabel yang diteliti yaitu jenis kelamin, umur, intensitas pewarnaan, jumlah sel yang mengandung ER- β dan ekspresi ER- β. 3.5 Definisi Operasional a. Angiofibroma Nasofaring Juvenile (ANJ) Defenisi Tumor fibrovaskular nasofaring yang secara Alat ukur Cara ukur Hasil ukur histopatologi adalah jinak akan tetapi memiliki kemampuan mendestruksi jaringan sekitarnya. Sediaan jaringan tumor pascaoperasi Hasil pemeriksaan histopatologi yang tercantum di rekam medik 1 = Angiofibroma 0 = Bukan angiofibroma b. Jenis kelamin Defenisi Alat ukur Ciri biologis yang membedakan orang satu dengan yang lain. Jenis kelamin pasien ANJ

3 29 Cara ukur Hasil ukur c. Umur Defenisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Rekam medik pasien Laki-laki atau perempuan Rentang waktu sejak penderita dilahirkan sampai ulang tahun terakhir. Usia pasien ANJ Rekam medik pasien Sakala numerik dalam satuan tahun d. Ekspresi Reseptor Estrogen β Defenisi Alat ukur Cara ukur Protein intraselular yang berada pada bagian inti sel. Di bawah mikroskop tampak sebagai presipitasi berwarna coklat pada stroma dan sel endotel pembuluh darah. Pemeriksaan imunohistokimia Menilai tingkat imunoreaktivitas mouse monoklonal antibody terhadap ER-β menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100x pada 1000 sel yang tersebar pada 10 lapangan pandang yang berbeda, Ekspresi ER-β Untuk skor akhir digunakan skor imunoreaktif. Skor imunoreaktif diperoleh dengan mengalikan skor luas (jumlah inti sel yang mengandung ER-β) dengan skor intensitas pewarnaan. (Tan & Putti 2005) Hasil ukur Ekspresi ER-β Negatif 0 3 Ekspresi ER-β Positif / Overekspresi 4 9

4 30 a. Intensitas pewarnaan ER-β 0 Tidak ada reaktifitas 1 + Lemah 2+ Sedang 3+ Kuat

5 31 b. Jumlah sel tumor yang positif mengandung ER-β (skor luas) 0 Tidak ada sel tumor yang positif mengandung ER-β 1+ Pewarnaan positif < 25% jumlah sel 2+ Pewarnaan positif 25-50% jumlah sel 3+ Pewarnaan positif > 50% jumlah sel 3.6 Alat dan Bahan Penelitian Alat penelitian - Status penelitian - Sistem visualisasi immunohistokimia (Envision kit), mesin pemotong jaringan (mikrotome), silanized slide, mikroskop cahaya (Olympus CX21) Bahan penelitian - Blok parafin angioibroma nasofaring yang tersimpan di Bagian Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan. - Untuk pemeriksaan immunohistokimia Xylol, alkohol absolut, alkohol 95%, alkohol 80%, alkohol 70%, H2O2 0,5% dalam methanol, Phosphat Buffer Saline (PBS), antibodi ER-β (Mouse monoclonal estrogen receptor beta antibody), Envision, Chromogen Diamino Benzidine (CDB), Lathium Carbonat jenuh, Tris EBTA, Hematoxylin, aqua destilata.

6 Kerangka Kerja Kerangka kerja penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini Data pasien ANJ berdasarkan rekam medik di Divisi Onkologi Bedah Kepala Leher T.H.T.K.L FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan Periode Oktober 2010 Juni 2016 Rekam Medik Lengkap Data di bagian PA RSUP HAM sesuai dengan blok parafin Blok parafin Ada / baik Blok Parafin Rusak Pemeriksaan ER-β dengan metode imunohistokimia Eksklusi Jenis Kelamin Umur Intensitas Jumlah sel (skor luas) Ekspresi Setelah pewarnaan tidak terbaca dengan mikroskop Drop Out Gambar 3.7. Kerangka kerja

7 Alur penelitian Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi pasien-pasien yang telah didiagnosis angiofibroma nasofaring dan telah dilakukan operasi berdasarkan rekam medik di Divisi Onkologi Bedah Kepala Leher T.H.T.K.L FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan dari Oktober 2010 Juni Pasien dengan rekam medik lengkap, datanya disesuaikan dengan blok parafin yang tersimpan di Bagian Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan. Kemudian blok parafin yang ada dan kondisinya masih baik dilakukan pemeriksaan ER-β dengan menggunakan imunohistokimia Pewarnaan imunohistokimia sediaan blok parafin 1. Deparafinisasi slide (Xylol 1, Xylol 2, Xylol 5 menit 2. Rehidrasi (Alkoholabsolute, Alkohol 4 menit Alkohol 80%, Alkohol 70%) 3. Cuci dengan air mengalir 5 menit 4. Masukkan slide ke dalam PT Santa Cruz ± 1 jam Epitope Retrieval set up Preheat 65 o C, Running time 98 o C selama 15 menit 5. Pap Pen. Segera masukkan dalam Tris 5 menit Buffered Saline (TBS) ph 7,4 6. Blocking dengan peroxidase block 5-10 menit 7. Cuci dengan Tris Buffered Saline (TBS) ph 7,4 5 menit 8. Blocking dengan Normal Horse Serum (NHS) 3% 15 menit 9. Cuci dalam Tris Buffered Saline (TBS) ph 7,4 5 menit 10. Inkubasi dengan Antibodi Mouse Antibodi 1 jam Monoklonal ER-β dengan pengenceran µl 11. Cuci dengan Tris Buffered Saline (TBS) ph 7,4 5 menit /Twen Dako Real Envision Rabbit/ Mouse 30 menit 13. Cuci dengan Tris Buffered Saline (TBS) ph 7, menit /Twen 20

8 DAB + Substrat Chromogen solution dengan 5 menit Pengenceran 20µL DAB 1000µL substrat (tahan 5 hari di suhu 2-8 o C setelah dicampur) 15. Cuci dengan air mengalir 10 menit 16. Counterstain dengan Hematoxylin 3 menit 17. Cuci dengan air mengalir 5 menit 18. Lithium carbonat (5% dalam aqua) 2 menit 19. Cuci dengan air mengalir 5 menit 20. Dehidrasi (Alkohol 80%, Alkohol 96%, 5 menit Absolute) 21. Clearing (Xylol1, Xylol2, 5 menit 22. Mounting + cover glass Penilaian ekspresi ER-β 1. Pewarnaan imunohistokimia pada masing-masing preparat gelas objek dinilai berdasarkan persentase sel tumor yang positif mengandung ER-β dan intensitas pewarnaan. Perhitungan dilakukan pada 1000 sel yang tersebar pada 10 lapangan pandang dilakukan oleh peneliti dan ahli Patologi Anatomi. 2. Sistem penderajatan (grading) yang dipakai adalah berdasarkan a. Intensitas pewarnaan ER-β 0 = negatif; 1+ = lemah; 2+ = sedang; 3+ = kuat b. Jumlah sel tumor yang mengandung ER-β (skor luas) 0 = negatif; 1+ = <25%; 2+= 25-50%; 3+ = >50% 3.8 Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data penderita ANJ yang memenuhi kriteria penerimaan sampel yaitu data rekam medik secara retrospektif di Divisi Onkologi Bedah Kepala Leher T.H.T.K.L FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan Oktober 2010 Juni 2016 dan data primer yang diperoleh

9 35 dari pemeriksaan langsung ekspresi ER-β ANJ dengan pemeriksaan immunohistokimia. 3.9 Analisa Data 1. Data skala kategorik nominal dan ordinal akan disajikan sebagai sebaran frekuensi (n, %) yaitu dalam jumlah dan persentase. 2. Data skala numerik akan dilakukan uji normalitas data dengan uji (Shapiro-Wilk). Data dikatakan berdistribusi normal jika p>0,05 (disajikan dalam nilai mean dan standar deviasi) dan jika p<0,05 dikatakan data tidak berdistribusi normal (disajikan dalam nilai median serta minimum dan maksimumnya) Etika Penelitian Pelaksanaan penelitian terlebih dahulu akan meminta persetujuan dari Komite Etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran USU Jadwal Penelitian No Jenis kegiatan 1 Persiapan & proposal 2 Pengumpulan data 3 Pengolahan data 4 Penyusunan laporan 5 Seminar hasil 6 Penggandaan laporan Waktu ( Tahun ) Oktober - Juni Juli Agustus Desember Januari April

10 36 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Divisi Onkologi Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan, bagian Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan dan Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran. Departemen THT-KL FK USU yaitu bagian dari RSUP H. Adam Malik Medan dan FK USU untuk melayani pasien THT-KL di RSUP H. Adam Malik dan tempat menjalankan program pendidikan dokter spesialis THT- KL. Tahun 2013, Departemen ini telah mendapat penilaian A dari akreditasi Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala & Leher (THT-KL) Indonesia dan tahun 2015 mendapat penilaian GOLD dari akreditasi International Standard Operasional (ISO ). Penelitian ini diawali di Divisi Onkologi THT-KL RSUP H. Adam Malik yaitu bagian dari Departemen THT-KL yang khusus menangani penyakit-penyakit tumor di bagian THT-KL. Ada empat supervisor sebagai dokter penanggung jawab di divisi ini. Tiga diantaranya telah mendapat gelar Fellow of the International College of Surgeon (FICS) yaitu gelar pengakuan dari kumpulan ahli bedah internasional dan menjadi konsultan di bagian onkologi THT-KL. Divisi Onkologi THT-KL melayani pasien sekitar 25 pasien perhari. Berbagai kasus tumor THT dan dalam hal ini penyakit Angiofibroma Nasofaring Juvenile ditangani secara tim oleh supervisor tersebut. Berkaitan dengan reseptor estrogen beta, pemeriksaan ini tidak termasuk pemeriksaan rutin dalam penanganan kasus angiofibroma nasofaring juvenile. Pada penelitian ini membutuhkan data rekam medis pasien dari Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan yang telah menggunakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang tertatalaksana dengan baik. Selain itu, penelitian ini juga bekerjasama 36

11 37 dengan Bagian Patologi Anatomi rumah sakit, yaitu bagian yg melakukan pemeriksaan dan disimpan jaringan tumor pascaoperasi, baik jaringan makroskopis ataupun bentuk blok parafin. Proses penelitian lebih lanjut dan pemeriksaan blok parafin dilakukan di Departemen Patologi Anatomi (PA) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera. Selain melayani pemeriksaan jaringan tumor yang dirujuk dari berbagai praktek dokter juga sebagai sentra penelitian yang menggunakan pemeriksaan metode imunohistokimia di lingkungan Fakultas Kedokteran. Departemen PA ini juga telah berjalan program pendidikan dokter spesialis dan mendapat akreditasi B dari Kolegium Patologi Anatomi Indonesia. Instalasi Patologi Anatomi ini dilengkapi peralatan microtome untuk memotong blok parafin, lemari pendingin untuk menjaga suhu penyimpanan reagensia antibodi tetap stabil dan mikroskop CX21 merk Olympus yang tersambung dengan komputer dan kamera merk Samsung. Sehingga pembacaan side jaringan langsung tampak di layar monitor komputer. 4.2 Distribusi Frekuensi Penderita ANJ Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel Distribusi frekuensi penderita ANJ berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin n % Laki laki Perempuan TOTAL Seluruh penderita pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Hasil ini menunjukkan kesamaan dengan karakteristik penderita angiofibroma nasofaring secara umum, dimana predileksinya tinggi pada laki-laki. 4.3 Distribusi Frekuensi Penderita ANJ Berdasarkan Umur

12 38 Tabel Distribusi frekuensi penderita ANJ berdasarkan umur Umur n % 8 10 tahun tahun tahun tahun tahun , ,9 10,5 5,3 TOTAL Umur rata-rata adalah 14,21 tahun ± 2,52 tahun dengan kelompok umur terbanyak adalah tahun (57,9%). Hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan dengan profil penderita angiofibroma nasofaring juvenile pada umumnya dimana kejadiannya paling tinggi pada usia pubertas. Hal ini terkait penyebab angiofibroma nasofaring berkaitan dengan hormonal. 4.4 Distribusi Frekuensi Penderita ANJ Berdasarkan Intensitas Pewarnaan ER-β Tabel Distribusi frekuensi penderita ANJ berdasarkan intensitas pewarnaan ER-β Intensitas pewarnaan ER-β n % ,5 57,9 31,6 TOTAL Ekspresi ER-β dinilai setelah dilakukan pewarnaan secara imunohistokimia. Pada penelitian ini, seluruh penderita ANJ memiliki sebaran ER-β di jaringan tumor. Namun memiliki intensitas pewarnaan

13 39 yang berbeda-beda. Ekspresi ER-β dengan intensitas pewarnaan 2+ (intensitas sedang) 11 penderita (57,9%), dan intensitas pewarnaan 3+ (intensitas kuat) 6 penderita (31,6%). Perbedaan intensitas pewarnaan kuat, sedang dan lemah dinilai dengan mikroskop Olympus CX21 (pembesaran 400x) seperti pada gambar di bawah ini. Gambar Intensitas Pewarnaan ER-β 1+ (Inti sel yang mengandung reseptor ER-β dengan intensitas lemah (tanda panah)). Gambar Intensitas Pewarnaan ER-β 2+ (Inti sel yang mengandung reseptor ER-β dengan intensitas sedang (tanda panah)). Gambar Intensitas Pewarnaan ER-β 3+ (Inti sel yang mengandung reseptor ER-β dengan intensitas kuat (tanda panah)).

14 Distribusi Frekuensi Penderita ANJ Berdasarkan Jumlah Sel Yang Positif Mengandung ER-β Tabel Distribusi frekuensi penderita ANJ berdasarkan jumlah sel yang positif mengandung ER-β Jumlah sel yang positif mengandung ER-β (skor luas) n % 0 atau (-) 0 0 <25% /1+ 1 5, % / ,8 >50% / ,9 TOTAL Berdasarkan jumlah sel yang mengandung reseptor estrogen β (ER-β), mayoritas sampel (15 penderita / 78,9%) mengekspresikan sel yang mengandung ER-β >50% (skor 3+). Sedangkan antara 25-50% (skor 2+) ada 3 penderita (15,8%). Hanya 1 penderita dengan ekspresi sel yang mengandung ER-β <25% (skor 1+). Pemeriksaan jumlah sel yang mengandung ER-β di bawah mikroskop tampak seperti gambar di bawah ini. Gambar Jumlah sel yang mengandung ER-β <25% (1+)

15 41 Gambar Jumlah sel yang mengandung ER-β 25-50% (2+) Gambar Jumlah sel yang mengandung ER-β >50% (3+) 4.6 Distribusi Frekuensi Penderita ANJ Berdasarkan Ekspresi ER-β Tabel Distribusi frekuensi penderita ANJ berdasarkan ekspresi ER-β Ekspresi ER-β n % Ekspresi ER-β Positif / Overekspresi Ekspresi ER-β Negatif ,5 10,5 TOTAL Pewarnaan jaringan tumor ANJ secara imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal terhadap ER-β akan menghasilkan pulasan inti sel

16 42 warna coklat pada inti sel yang mengandung reseptor estrogen β. Ekspresi ER-β penderita ANJ berdasarkan skor imunoreaktif paling banyak mengalami ekspresi positif atau overekspresi (89,5%) dan sisanya menunjukkan ekspresi negatif (10,5%). Skor imunoreaktif secara luas sudah diterapkan untuk melihat ekspresi ER-β pada penderita tumor payudara dan digunakan untuk prognosis. Prognosis semakin baik bila skor imunoreaktif semakin tinggi.

17 43 BAB 5 PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan di Departemen THT-KL FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya di Divisi Onkologi yang bekerja sama dengan Departemen Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan dan Departemen Patologi Anatomi FK USU untuk mengetahui keberadaan ER-β pada ANJ dengan metode imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal. Dalam kurun waktu bulan Oktober 2010 sampai bulan Juni 2016 terdapat 19 penderita yang memenuhi kriteria penerimaan dan cukup representatif untuk dilakukan penilaian mengenai keberadaan ER-β pada jaringan tumor ANJ. Pada penelitian ini berdasarkan kategori jenis kelamin seluruh sampel sebanyak 19 (100%) penderita ANJ berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Barreto et al (2013) di Brazil, Alecio, Fabiano, Ramina (2011) di Brazil, Bleier (2009) di Pennsylvania dan Gupta, Rajiniganth, Gupta (2008) di India yang menyebutkan semua penderita ANJ berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan adanya hubungan ANJ dengan ketidak seimbangan hormonal pada jenis kelamin laki-laki (Gupta, Rajiniganth & Gupta 2008; Bleier 2009; Alecio, Fabiano & Ramina 2011; Barreto et al. 2013). Lara et al. (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ANJ merupakan penyakit yang terjadi pada remaja muda. Prevalensi penyakit ini lebih tinggi pada laki-laki seperti yang dijelaskan dalam sebuah penelitian yang meneliti mengenai perubahan genetik pada penderita ANJ, melaporkan adanya hubungan antara angioma dan ekspresi reseptor androgen (Lara et al. 2010). Persky & Manolidis (2014) menyebutkan penyakit ANJ memiliki keterkaitan dengan hormon steroid, dimana pemberian flutamide 43

18 44 (antiandrogen) pada penderita ANJ sebelum operasi menunjukkan adanya pengurangan ukuran tumor (Persky & Manolidis 2014). Pada kategori umur, dari 19 penderita ANJ diperoleh rentang umur penderita adalah 8-21 tahun dan paling banyak pada kelompok umur tahun (57,89%). Hasil tersebut selaras dengan penelitian Anggreani et al. (2011) di RSCM Jakarta, yang menyebutkan dari 27 penderita, diperoleh rentang umur penderita 9-23 tahun dan rerata umur 15,7 tahun ± 3,23 tahun. Dimana usia terbanyak antara tahun. Gupta, Rajiniganth & Gupta (2008) di India melaporkan rerata umur penderita adalah 14,75 tahun dengan rentang umur dari 10 hingga 20 tahun dan Bareto et al. (2013) di Brazil yang menyebutkan rerata umur penderita adalah 16 tahun dengan rentang umur dari 10 hingga 29 tahun (Gupta, Rajiniganth & Gupta 2008; Anggreani et al. 2011; Barreto et al. 2013). Jadi profil penderita ANJ di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan jenis kelamin dan umur sama dengan profil penderita ANJ pada umumnya. Nicolai, Schreiber & Bolzoni (2012) dalam artikelnya menyebutkan pada dasarnya etiologi dari ANJ tidak diketahui secara pasti namun diyakini berkaitan dengan ketidakseimbangan hormonal pada penderita laki-laki remaja dimana massa tumor ANJ mengalami regresi setelah mengalami akil balik dan Montag, Tretiakova & Richardson (2006) menyebutkan adanya dijumpai reseptor androgen disamping reaktifitas reseptor estrogen β pada massa tumor tersebut. Hal ini didukung dengan penelitian Thakar et al. (2011) di India yang membuktikan adanya regresi parsial tumor setelah pemberian flutamide 6 minggu sebelum operasi dan respon paling tinggi ditunjukkan oleh penderita setelah pubertas dibandingkan sebelum pubertas (Montag, Tretiakova & Richardson 2006; Thakar et al. 2011; Nicolai, Schreiber & Bolzoni 2012). Pada penelitian ini seluruh penderita ANJ memiliki sebaran ER-β pada jaringan tumornya namun memiliki intensitas pewarnaan yang berbedabeda. Sebagian besar penderita mempunyai intensitas pewarnaan sedang terhadap ER-β yaitu 57,9% dan 6 penderita dengan intensitas pewarnaan

19 45 sedang. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Montag et al. (2006) di Chicago yang meneliti ekspresi ER-β pada penderita ANJ dimana 10 dari 13 kasus memiliki intensitas pewarnaan kuat, 2 kasus dengan intensitas sedang dan 1 kasus dengan intensitas pewarnaan lemah. Juga dengan penelitian Anggreani et. al (2011) di RS Cipto Mangunkusumo terhadap 27 kasus ANJ, dimana terbanyak adalah intensitas lemah (51,9%) diikuti intensitas sedang (29,6%) dan intensitas kuat (18,5%) (Montag, Tretiakova & Richardson 2006 & Anggreani et al. 2011). Perbedaan intensitas pewarnaan ini diduga kemungkinan dipengaruhi oleh lama penyimpanan blok parafin (Fergenbaum, Closas & Hewit 2004; Bertheau et al. 1998). Menurut Montag et al., perbedaan intensitas pewarnaan terhadap ER-β dipengaruhi oleh kedekatan lapisan perisit terhadap endotel vaskular, dimana lapisan perisit yang berdekatan secara langsung dengan endotel menghasilkan pewarnaan yang kuat (Montag, Tretiakova & Richardson 2006). Pendapat yang berbeda dari Deyrup et.al (2004) di Amerika Serikat menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan intensitas pewarnaan ER-β antara lesi jinak maupun ganas (Deyrup, Tretiakova & Montag 2006). Utami (2006) di FKG UI meneliti ekspresi ER-β pada mukosa mulut penderita stomatitis aftosa rekuren (SAR) tipe minor. Hasil yang diperoleh adalah dari 26 lesi SAR minor memberikan ekspresi ER-β positif lemah (1+) pada 6 lesi (23,1%), sedangkan sisanya sebanyak 20 lesi (76,9%) menunjukkan hasil negatif. Bahan penelitian yang digunakan diperoleh dari usapan dengan tekanan (scrap) pada mukosa mulut sehingga sel yang didapat tidak sebanyak apabila dilakukan biopsi atau pemeriksaan jaringan paska operasi sehingga dapat timbul kesulitan saat melakukan evaluasi hasil (Utami 2006). Berdasarkan jumlah sel yang positif mengandung ER-β sebanyak 15 kasus termasuk ke dalam kelompok dengan jumlah sel > 50% (skor luas 3+). Tiga kasus termasuk ke dalam kelompok dengan jumlah sel antara 25-50% (skor luas 2+) dan 1 kasus termasuk kelompok <25% (skor luas

20 46 1+). Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Montag et al. terhadap 13 kasus ANJ, sebanyak 10 kasus memiliki jumlah sel yang positif ER-β >50% (3+), sedangkan 2 kasus lainnya dengan jumlah sel antara 25-50% (2+) dan sisanya 1 kasus mempunyai jumlah sel <25% (1+) (Montag, Tretiakova & Richardson 2006). Dan penelitian Anggreani et al. dimana 25 kasus termasuk dalam kelompok dengan jumlah sel >50% (3+) sedang 2 kasus lainnya masing masing termasuk dalam kelompok dengan jumlah sel antara 25-50% (2+) dan < 25% (1+) (Anggreani et al. 2011). Kedua penelitian di atas menunjukkan terdapat sebaran ER-β pada jaringan tumor seluruh kasus dengan variasi intensitas pewarnaan dan jumlah sel yang positif mengandung ER-β. Deyrup et al (2004) dalam penelitiannya yang menilai ekspresi ER-β pada 53 kasus tumor pembuluh darah baik jinak dan ganas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ekspresi ER-β dijumpai pada sebagian besar kasus (93%) dan termasuk ke dalam kelompok 2+ sampai 3+ (Deyrup, Tretiakova, Khramtsov & Montag 2004). Penelitian Deyrup et al. berikutnya tentang ekspresi ER-β pada 40 kasus fibromatosis ekstraabdomen, ekspresi ER-β dijumpai pada seluruh kasus. Sebanyak 33 kasus (83%) menunjukkan ekspresi ER-β >50% (3+), pada 5 kasus (12%) menunjukkan ekspresi ER-β 11-50% (2+) dan 2 kasus (5%) menunjukkan ekspresi ER-β <10% (1+) (Deyrup, Tretiakova & Montag 2006). Pada penelitian ini, ER-β dijumpai pada jaringan tumor seluruh penderita dengan intensitas pewarnaan dan skor luas yang berbeda-beda. Hasil ini selaras dengan penelitian Montag et al. (2006) di Chicago terhadap 13 kasus ANJ dan penelitian Anggreani et al. (2011) di RS Cipto Mangunkusumo terhadap 27 kasus, dimana semua kasus menunjukkan ekspresi ER-β pada sediaan jaringan tumor dengan intensitas pewarnaan dan skor luas yang berbeda-beda. Adapun antibodi yang digunakan pada penelitian Montag et al. adalah antibodi poliklonal sedangkan Anggreani et al. dan penelitian ini menggunakan antibodi monoklonal (Montag,

21 47 Tretiakova & Richardson 2006 & Anggreani et al. 2011). Perbedaan antara kedua antibodi tersebut adalah pada sensitifitas dan spesifitas yang dimilikinya. Perbandingan sensitifitas dan spesifitas antara antibodi poliklonal dan monoklonal menunjukkan bahwa antibodi poliklonal lebih sensitif, karena dapat berikatan dengan banyak epitope yang berbeda yang memiliki kemiripan sehingga hasilnya menjadi tidak spesifik. Sedangkan antibodi monoklonal bersifat lebih spesifik, karena hanya mampu mengenali dan berikatan dengan epitope yang spesifik sehingga diharapkan hasil yang diperoleh menjadi lebih spesifik dan mengurangi kejadian positif palsu (Lipman, Jackson, Trudel & Weis 2005). Tingkat imunoreaktivitas mouse monoklonal antibody terhadap ER-β ditentukan berdasarkan skor imunoreaktif yaitu perkalian skor intensitas pewarnaan dan skor luas sel yang positif ER-β, diperoleh sebanyak 89,5% penderita ANJ mengalami ekspresi positif atau overekspresi (skor imunoreaktif 4-9) sedangkan sisanya 10,5% menunjukkan ekspresi negatif. Pada penelitian ini, ekspresi ER-β ditetapkan berdasarkan skor imunoreaktif yang ditentukan pada penelitian Tan & Putti (2005). Tan & Putti (2005) menilai skor imunoreaktif antibodi terhadap Cyclooxygenase 2 (COX-2) pada jaringan NPC. Ekspresi COX-2 ditetapkan berdasarkan penilaian semikuantitatif dengan mengalikan intensitas pewarnaan COX-2 (0,1,2 atau 3) dengan persentase sel yang terwarnai dengan antibodi COX-2 (0, 0%; 1,<10%, 2,10-50%; 3,>50%). Kisaran skor dari 0 sampai 9. Dimana ekspresi COX-2 positif apabila skor 4. Selain sebagai petanda karsinogenesis, skor imunoreaktif diterapkan dalam penggunaan COX-2 inhibitor sebagai terapi tambahan untuk menguatkan antitumor radioterapi dan kemoterapi pada karsinoma sel skuamous dari tumor kepala leher (Tan & Putti 2005). Selain pada penelitian ekspresi COX-2 pada NPC, aplikasi skor imunoreaktif diterapkan juga pada penderita karsinoma payudara. Muhammad & Buch (2016) di India dalam sebuah artikelnya menjelaskan penggunaan skor imunoreaktif reseptor hormon seperti ER (reseptor

22 48 estrogen), PR (reseptor progesteron) dalam menangani pasien karsinoma payudara. Ekspresi ER dan PR dipakai sebagai salah satu alat prognostik dan sebagai biomarker prediktif kuat. Skor imunoreaktif atau ekspresi ER atau PR ditentukan berdasarkan Allred Score dan digunakan untuk memprediksi efek terapi hormon (No effect, Small (20%) chance of benefit, Moderate (50%) chance of benefit, Good (75%) chance of benefit) pada penanganan karsinoma payudara. Jika jaringan tumor mengekspresikan ER dan atau PR maka dapat diperkirakan pasien akan mendapat manfaat terapi hormon seperti tamoxifen (Mohamad & Buch 2016). Dari hasil penelusuran literatur, belum ada penelitian yang menilai skor imunoreaktif antibodi ER-β terhadap ER-β pada jaringan ANJ. Berkurangnya ekspresi ER-β atau rasio ER-βER-α secara bermakna berhubungan dengan keadaan keganasan pada kelenjar payudara, ovarium dan prostat (Shaaban et al. 2003; Zhao, Dahlman & Gustafsson 2008). ER-β mempunyai fungsi antiproliferasi sehingga dapat mengurangi pertumbuhan yang terjadi pada tumor, walaupun sampai saai ini mekanisme kerjanya masih kurang dapat dimengerti (Hartman et al. 2006; Palmieri et al 2002). Saylam et.al (2005) di Turki dalam hasil penelitiannya menyebutkan ekspresi ER dan PR tidak berkaitan dengan angiogenesis dan etiologi angiofibroma nasofaring (Saylam et al. 2005). Schick et al. (2014) di Jerman membandingkan pengaruh pemberian antagonis estrogen tamoxifen (5 lg/ml) terhadap pertumbuhan sel mesenkim angiofibroma nasofaring yang di kultur dengan antagonis reseptor androgen flutamide (5 lg/ml) yang merupakan inhibitor proliferasi fibroblast. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tamoxifen mengurangi proliferasi sel mesenkim angiofibroma nasofaring sebesar 30.5 ± 5% yang tidak jauh berbeda dengan flutamide (40 ± 9%) (Schick, Julia, & Wendler 2014). Dalam hal ini pada ANJ diduga telah terjadi juga peningkatan ekspresi ER-β yang disertai dengan perubahan perilaku pada ER-β tersebut, sehingga fungsi ER-β yang seharusnya meningkatkan proses apoptopsis untuk mengurangi pertumbuhan tumor tidak dapat dilakukan

23 49 sebagaimana mestinya. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai peran ER-β pada ANJ.

24 50 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Seluruh penderita (100%) angiofibroma nasofaring juvenile di RSUP H. Adam Malik Medan berjenis kelamin laki-laki. Hasil ini sesuai dengan profil penderita angiofibroma nasofaring juvenile secara umum. 2. Distribusi frekuensi penderita ANJ berdasarkan umur terbanyak adalah umur tahun (57,9%). Sesuai dengan profil umur penderita nasofaring dimana kejadiannya paling tinggi pada usia pubertas. 3. Berdasarkan intensitas pewarnaan ER-β, distribusi frekuensi penderita ANJ paling banyak dengan intensitas pewarnaan sedang (2+) yaitu 57,9% 11 penderita dari 19 penderita. 4. Distribusi frekuensi penderita ANJ berdasarkan jumlah sel yang positif mengandung ER-β paling banyak dalam kelompok dengan jumlah sel > 50% (skor luas 3+). 5. Sebaran reseptor estrogen β dijumpai pada seluruh penderita angiofibroma nasofaring juvenile. Namun sebanyak 89,5% dari seluruh penderita mengalami ekspresi positif atau overekspresi. Hasil ini menawarkan perspektif prediksi prognosis penggunaan hormonal sebagai terapi alternatif. 6.2 Saran Dengan mengetahui keberadaan ER-β pada jaringan tumor ANJ, maka dapat dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu 1. Penggunaan terapi hormonal sebagai terapi sebelum operasi, kasus rekurensi atau kasus yang tidak dapat di operasi. 50

25 51 2. Penelitian yang menilai hubungan skor imunoreaktif ER-β terhadap berbagai petanda angiogenesis, proliferasi maupun prediksi prognosis pemerian terapi hormonal pada ANJ.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif untuk melihat pola ekspresi dari Ki- 67 pada pasien KPDluminal A dan luminal B. 3.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori NF-KB Inti (+) Sitoplasma (+) Inti (+) Sitoplasma (+) RAF MEK ERK Progresi siklus sel Proliferasi sel Angiogenesis Grading WHO

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 23 BAB 3 METODE PENELITIAN 31 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan desain kuasi eksperimental Pada penelitian ini akan diperiksa ekspresi MMP-9 pada polip hidung sebelum dan sesudah

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE. imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Tumorinfiltrating

BAB 3 BAHAN DAN METODE. imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Tumorinfiltrating BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan ekspresi imunohistokimia

Lebih terperinci

Susunan Penelitian. Peneliti 1. Nama lengkap : Melvin Pascamotan Togatorop 2. Fakultas : Kedokteran 3. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Susunan Penelitian. Peneliti 1. Nama lengkap : Melvin Pascamotan Togatorop 2. Fakultas : Kedokteran 3. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Susunan Penelitian Peneliti 1. Nama lengkap : Melvin Pascamotan Togatorop 2. Fakultas : Kedokteran 3. Perguruan Tinggi : Pembimbing I 1. Nama lengkap : dr. Kamal Basri Siregar, Sp.B (K) Onk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional dimana hanya diamati satu kali dan pengukuran

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional dimana hanya diamati satu kali dan pengukuran 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik. Observasi dilakukan dengan pendekatan cross sectional dimana hanya diamati satu kali dan pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif observasional. laboratoris dengan pendekatan potong lintang.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif observasional. laboratoris dengan pendekatan potong lintang. 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif observasional laboratoris dengan pendekatan potong lintang. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 1. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODA

BAB 3 BAHAN DAN METODA BAB 3 BAHAN DAN METODA 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian berupa penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan secara cross sectional. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional 55 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional dengan kekhususan pada penelitian uji diagnostik. Sumber data penelitian menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN METODE HASIL

PENDAHULUAN METODE HASIL PENDAHULUAN Karsinoma payudara merupakan karsinoma yang umum terjadi pada wanita dengan jumlah kasus lebih dari satu juta setiap tahunnya di seluruh dunia. Karsinoma payudara menduduki peringkat kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Observasional analitik (Cross-sectional

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Observasional analitik (Cross-sectional BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Observasional analitik (Cross-sectional analitik) untuk menilai hubungan antara ekspresi protein Ki-67 dan ekspresi

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi tumor payudara di Instalasi Patologi Anatomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara observasional analitik. pertumbuhan janin terhambat dan kehamilan normal.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara observasional analitik. pertumbuhan janin terhambat dan kehamilan normal. 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini secara observasional analitik. 2. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah penelitian potong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kedokteran Universitas Diponegoro Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

BAB III METODE PENELITIAN. Kedokteran Universitas Diponegoro Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi lingkup Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Ilmu Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan pada jaringan payudara yang berasal dari epitel duktus atau lobulus. 1 Di Indonesia kanker payudara berada di urutan kedua sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan case control. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan ekspresi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan case control. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan ekspresi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional analitik dengan rancangan case control. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan ekspresi imunohistokimia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya Ilmu Bedah Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. 4. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian cross sectio dengan menggunakan metode deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health Estimates, WHO 2013

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran histopatologi karsinoma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Pada penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Pada penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada ini merupakan analitik dengan desain cross sectional untuk menilai hubungan oekspresi HER-2 dengan grade histologi pada pasien kanker payudara. Cross

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang. Moeloek Provinsi Lampung periode Agustus 2012 Juli 2014.

III. METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang. Moeloek Provinsi Lampung periode Agustus 2012 Juli 2014. III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik non-eksperimental dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang terdokumentasi di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu bedah khususnya ilmu bedah urologi 4.2. Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Pada penelitian ini digunakan desain cross sectional. Cross

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Pada penelitian ini digunakan desain cross sectional. Cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini digunakan desain cross sectional. Cross sectionalmerupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting

Lebih terperinci

marker inflamasi belum pernah dilakukan di Indonesia.

marker inflamasi belum pernah dilakukan di Indonesia. BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karsinoma payudara adalah salah satu penyebab utama morbiditas terkait karsinoma dan kematian di kalangan perempuan di seluruh dunia (Zhang et al., 2013).

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan disain

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan disain BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan disain Randomized post test only control group design. Sampel penelitian dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Anak. Disiplin ilmu yang digunakan dalam ini adalah Ilmu Kesehatan 4.2 Tempat dan waktu Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang Indonesia. Ruang

Lebih terperinci

] 2 (Steel dan Torrie, 1980)

] 2 (Steel dan Torrie, 1980) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode post test only control group design. B. Tempat Penelitian Tempat pemeliharaan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5.

BAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5. BAHAN DAN METODE Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5. Pengujian Lactobacillus plantarum (BAL1) dan Lactobacillus fermentum (BAL2) pada tikus dengan perlakuan:

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas epitel nasofaring. Etiologi tumor ganas ini bersifat multifaktorial, faktor etnik dan geografi mempengaruhi risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama di seluruh dunia dan menempati keganasan terbanyak pada wanita baik di negara maju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tahun 2007, Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. tahun 2007, Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat jumlah penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka harapan hidup penduduk di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun 2007, Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prognosis Kanker Payudara Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian: a. Tempat pemeliharaan dan induksi hewan dilakukan di kandang hewan percobaan Laboratorium Histologis Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini jumlah penderita kanker di seluruh dunia semakin meningkat. Dari kasus kanker baru yang jumlahnya diperkirakan sembilan juta setiap tahun lebih dari setengahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Limfoma merupakan keganasan yang berasal dari. sistem limfatik (University of Miami Miller School of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Limfoma merupakan keganasan yang berasal dari. sistem limfatik (University of Miami Miller School of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Limfoma merupakan keganasan yang berasal dari sistem limfatik (University of Miami Miller School of Medicine, 2014). Limfoma merupakan penyakit keganasan tersering

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik subjek Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013 berdasarkan data pasien yang sampelnya diperiksa di Laboratorium Patologi Anatomi FK UNUD/RSUP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini menduduki peringkat kedua terbanyak penyakit kanker setelah kanker

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE)

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) 51 LAMPIRAN Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) Pewarnaan HE adalah pewarnaan standar yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai struktur umum sel dan jaringan normal serta perubahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian Gastroentero-Hepatologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN EKSPRESI MATRIKS METALLOPROTEINASE-9 PADA PENDERITA KARSINOMA NASOFARING DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

LEMBARAN PENJELASAN EKSPRESI MATRIKS METALLOPROTEINASE-9 PADA PENDERITA KARSINOMA NASOFARING DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN EKSPRESI MATRIKS METALLOPROTEINASE-9 PADA PENDERITA KARSINOMA NASOFARING DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Bapak/Ibu yang terhormat, nama saya dr. Dewi Puspitasari, Peserta Program

Lebih terperinci

Peneliti a. Nama Lengkap : dr. Zulfikar b. Fakultas : Kedokteran c. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Peneliti a. Nama Lengkap : dr. Zulfikar b. Fakultas : Kedokteran c. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Susunan Peneliti Lampiran 1 Peneliti a. Nama Lengkap : dr. Zulfikar b. Fakultas : Kedokteran c. Perguruan Tinggi : Pembimbing I a. Nama Lengkap : Dr. Emir Taris Pasaribu, SpB(K) Onk b. NIP : 19520304 198002

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. ETHICAL CLEARANCE

LAMPIRAN 1. ETHICAL CLEARANCE LAMPIRAN 1. ETHICAL CLEARANCE 59 LAMPIRAN 2. GAMBAR HASIL PEMERIKSAAN GRANZYME B 1. KONTROL (K) Gambar ekspresi granzyme B pada kelompok Kontrol (K) 2.KOMBINASI TRANSFER FACTOR+CYCLOPHOSPHAMIDE (P1) Gambar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006). Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang relatif jarang ditemukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris

BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan menggunakan binatang coba tikus putih dengan strain Wistar. Desain penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Penyakit Dalam 4.2. Tempat dan waktu penelitian Ruang lingkup tempat : Instalasi Rekam Medik untuk pengambilan data

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

(Z ½α+Zβ ) BAB III METODE PENELITIAN

(Z ½α+Zβ ) BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental tanpa adanya pengukuran awal (pretest) tetapi hanya pengukuran akhir (post test) / post-test

Lebih terperinci

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan BAB IV METODE PELAKSANAAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menyangkut bidang ilmu biokimia, ilmu gizi, dan patologi anatomi 4.2 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional untuk menilai hubungan ekspresi HER-2/neu dengan ukuran tumor pada

BAB III METODE PENELITIAN. sectional untuk menilai hubungan ekspresi HER-2/neu dengan ukuran tumor pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional untuk menilai hubungan ekspresi HER-2/neu dengan ukuran tumor pada pasien

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control group pretest posttest design 41 Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. clearance disetujui sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker paru.

BAB III METODE PENELITIAN. clearance disetujui sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker paru. 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Onkologi Medik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa. yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006; Wei, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa. yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006; Wei, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006; Wei, 2006). Diperkirakan ada 10.000 kasus baru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma

BAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan bersifat monoklonal. 1,2 Prevalensi mioma uteri di Amerika serikat sekitar 35-50%. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita diseluruh dunia dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah kanker paru-paru. Kanker payudara

Lebih terperinci

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian 3.1.1. Kriteria Subjek Penelitian Subjek penelitian ini ialah pasien yang mengalami fraktur femur di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan atau desain penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini tercakup dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode post test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian endokrinologi 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan paling sering pada wanita dan diperkirakan jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh dijaringan payudara, yakni didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak hingga jaringan ikat pada payudara. Kanker

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. post test only control group design yang menggunakan binatang

BAB 4 METODE PENELITIAN. post test only control group design yang menggunakan binatang 36 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan pendekatan post test only control group design yang menggunakan binatang percobaan sebagai objek

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Randomized post test only control group design yang menggunakan binatang percobaan

Lebih terperinci