Pengetahua. Pengantar. transisi. berlaku. dalam. ekspor. ataupun

Transkripsi

1 A. Pengantar Pengetahua an Bisnis Internasional (Karakteristikk Umum Pasar Ekspor, Tahap Negosiasi Bisnis Ekspor-Impor, Pola Pembayaran Transaksi Ekspor-Impor, Kegiatan Pengangkutan Dalamm Ekspor-Impor, Mekanisme Ekspor Impor) Dalam era globalisasi seperti saatt ini tentunya pemahaman para mahasiswa mengenai perdagangan internasional menjadi sesuatu yang tak terelakkan. Oleh karena sebagai insan akademis yang akan berkecimpung dalam dunia usaha kelak, k mereka dituntut dapat membantu menggalakan peran serta Indonesia dalam kancah perdagangan internasional. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sebagai negara yangg sedang berada dalam transisi dari negara berkembang (developing country) menjadi negara maju m (developed country) amat sangat membutuhkan devisa dari produk-produk ekspornya. Namun demikian, kebutuhan tersebutt terkadang terkendalaa dengan kualitas yang belum optimal. Dengan kata lain, daya saing produk ekspor Indonesia masih lemah. Dilain pihak, walaupun produkk yang dihasilkan dianggap memiliki keunggulan ekspor, namun terkadang paraa pelaku usaha tersebut tidak memahami prosedur ekspor yang berlaku dalam praktek. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan d mata kuliah Pengantar Bisnis ini, tentunya ilmu yang membahas tentang pelaku dan kegiatan k ekspor rmenjadi salah satu aspek yang sangat penting diajarkan kepada para mahasiswa walaupun secaraa umum masih jarang dilakukan di pelbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mata kuliah Pengetahuan Bisniss Internasional ini dibagi dalamm empat bab, yang terdiri dari gambaran umumm mengenai pasar ekspor, pola pembayaranp n transaksi ekspor- dalam Impor, khususnya dengan menggunaka an Letter of Credit, kegiatan k pengangkutann ekspor impor, dan mekanism ekspor r impor. Adapun tujuan instruksional umum dari perkuliahan Pengetahuan Bisnis Internasional inii adalah bahwa b mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman tentang ekspor impor, yang akan digunakan kelakk pada saatt bekerja ataupun setidak-tidaknya dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat/ pihak yang membutuhkan tentang mekanisme ekspor impor dalam rangkaa mendukung kegiatan ekspor non migas seperti ekonomi kreatif sebagaimana dicanangkan oleh pemerintah.

2 BAB II. TAHAP NEGOSIASI S EKSPORR IMPOR Apabila transaksi ekspor imporr akan dilakukan dalam jumlahh yang besar dan berkesinambungan, maka para pihak yang terlibat biasanyaa mengadakan terlebih dahulu negosiasi bisnis dengan bertemu secara langsung dalam rangka melakukan tawar-menawar. Agar suatu negosiasi bisnis berhasil, tentunya dibutuhkan pengetahuan terhadap aspek-aspek yang akan dinegosiasikan secara rinci. Negosiasi bisnis adalah pertemuan tatap muka antara dua d orang atau dua kelompok pengusaha untuk melakukan serangkaiann tawar-menawar yangg berkesinambungan mengenai suatu subjek niagaa tertentu yang bertujuan untuk mencapai suatu perjanjian atau kontrak dagang. Negosiasi yang berhasil adalah negosiasi yang membuahkan suatu kontrak atau perjanjian. Sebaliknya, negosiasi yang gagal adalah negosiasi yang menemukan jalan buntu (deadlock) atau hanya menghasilkan suatu perjanjian yang kurang k memuaskan salah satu pihak. Menurut Henry Kissinger (mantann Menteri Luar Negeri Amerika Serikat) : adalah suatu perbuatan bunuh diri untuk maju di meja perundingan tanpa terlebih dahulu menguasai segala seluk-beluk permasalahan yang akan dirundingkan Subjek negosiasi meliputi antara lain : 1. Mutu barang 2. Harga 3. Syarat pembayaran 4. Tempat penyerahan 5. Waktu penyerahan 6. Sertifikasi mutu 7. Garansi 8. Perawatan purna jual 9. Sangsi-sangsi (Penalty( Clause) 10. Pembagian tugas 11. Kewajiban dan hak masing-masing. Hasil negosiasi akan dituangkan dalam kontrak atau perjanjian. Semua hal akan diatur secara rinci dalam bentuk formal, pasal demi pasal, yang kemudian ditandatangani oleh ke dua belah pihak dan menjadi landasan l hukum bagi pelaksanaan suatu transaksi. Seorang perunding, setidaknya harus memenuhi sejumlah persyaratan yaitu : a. Comrades (sikap bersahabat)

3 Dalam berunding, negosiator harus memperlakukan lawan berundingnya sebagai mitra yang setaraf. Tidak meremehkan lawan, namun juga tetap mampu mempertahankan kepentingannya. b. Clear in Mind (berpikiran( jernih) Perunding seyognya mempunyai pikiran dan pandangan yang jernih bebas dari prasangka dan praduga yang buruk. Sanggupp berpikir panjang, memiliki wawasan luas, mampu melihat keuntungan jangka panjang dan kepentingan yang lebih luas. c. Clean in Word (halus dalam bertutur) Di dalam berunding, sebaiknya menggunakan kata-kata k yang tegas dan jelas untuk menghindari kemungkinan salah pengertian. Selain itu, kata-kata yang jelas dan tegas akann menjadikan perundingan mudah mencapai kesepakatannya. d. Compromizer (siap( untuk berkompromi) Perunding yang baik adalah orang yang cerdikk dan bijaksana yang mampu menempatkan diri, kapan n saatnya mengutamaka an kepentingan sendiri, kapan saatnya memberi kesempatan pihak lawan. e. Collaborator (siap membuat konsep bersama) Perunding yang baik juga harus mampu bekerja sama dengan pihak lawan dalam arti saling bahu membahu untuk menemukan konsepp kesepakatan yang baik sehingga bisnis dapatt terlaksana dengan menguntungkan semua pihak. f. Calmness (berwatak tenang) Berwatak tenang penting bagi perunding. Dengan sikap tenang, perunding akan mudah memikirkan n segala kemungkinann yang harus dihadapi dalam perundingan, baik kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang sebaliknya, bisa menimbulkan kerugian. g. Capable (handal) Menguasai persoalan yang menjadi objek perundingan harus dimiliki oleh perunding. Di sinilah kehandalan seorang perunding diuji.. Pihak lawan akan melihat, apakah orang dihadapannya ini menguasai masalah atau tidak. Dengan menguasai masalah secara baik, selain akan memperlancar perundingan, juga dapat memperjelas arah tujuann yang akann dirundingkan. h. Contractual Conclusion (perumus yang baik) Hasil perundingan akan dirumuskan dalam suatuu kontrak yang ditandatangani bersama. Perunding dituntut untuk mampu merumuskan hasil perundingan dalam suatu redaksi r yang baik. Redaksi kontrak yangg baik merupakan rumusan yang tegas, t jelas,, rinci, dan lengkap. Negosiasi yang sukses adalah negosiasi yang dapat menghasilkann suatu persetujuan yang memuaskan ke dua belah pihak secara optimal. Suatu persetujuan p akan mudah dapat dicapai bila ke dua belah pihak dapat memenuhi syarat-syarat ertentu.

4 Ada lima syarat pokok-pokok yang perlu ada untuk dapat suksesnya suatu negosiasi, yaitu : a. Common Interest (Kepentingan Bersama) Suatu negosiasi akan berjalan lancar bila kedua belah pihak mempunyai kepentingan bersama atass subjek yang dinegosiasikan. Masing-masing pihak merasa beruntung bila negosiasi berhasil, begitu juga sebaliknya. Adanya kepentingan atau interest dalm hal ini merupakan salah satu faktor dominan dalam menentukan suksesna negosiasi itu. b. Common Will (Keinginann Bersama) Keinginan bersama didasarkan adanya kepentingan bersama sehingga masing- bersama, tak akan ada perundingan karenaa tak mungkin perundingan dilakukan oleh satu pihak saja. masing pihak berusaha mendekati satu sama lain. l Tanpaa adanya keinginan c. Good Faith (Itikad Baik) Meskipun perundingan adalah media untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri, namunn tetap harus dilakukan dengan itikad baik. Seandainya ada tersembunyi itikad buruk, maka potensi kegagalan perundingan akan sangat besar, lebih-lebih jika pihak lawan mengetahuinya. d. Tolerance (Tenggang Rasa) Negosiasi dapat juga dirumuskan sebagai upaya untuk mendamaikan dua kepentingan yang saling bertentangan. Dalam hal ini negosiasi akan berbentuk sebagai proses tawa menawar atau bergaining process. p Dalam proses ini bisa sajaa terjadi ketegangan dalam berargumentasi sehingga dibutuhkan sikap toleransi yang sungguh-sungguh. e. Mutual Benefits (Keuntungan Bersama) Sebuah negosiasi bisa sajaa hanya menguntungkan salah satu pihak. Negosiasi bisnis seperti ini biasanya tidak akan berlanjut setelah semua kesepakatan selesai. Artinya, bisnis yang seharusnya berkesinambungan, sulit dilakukan jika salah satu pihak merasa merugi. Untuk itu, demi kesinambungan bisnis, perjanjian bisnis yang baik harus dapat memberikan keuntungan bersama antar para pihak sehingga kemitraaan yang diatur dalam perjanjiann dapat berlangsung lama dan terus memberi keuntungan bagi semuanya. MENGENAL ASERTIVITAS DAN KOPERATIVITAS Yang dimaksud dengan Assertiveness atau Asertivitas itu adalahh cara yang dipakai oleh seorang perunding dalam mengupayakan kepuasaan bagi dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan Cooperativeness atau Koperativitas adalah cara yang dipakai oleh seorang perunding dalam mengupayakan kepuasaan bagi pihak lain. Cara yang ditempuh adalah dengan saling memberikan KONSESI antara kedua belah pihak sesuai dengan prinsip Takes andd Gives. Dengan cara ini akan tercapai suatu titik

5 keselarasan atau keseimbangan antara Asertivitas dan Koperativitas dari kedua belah pihak. Menurut Thomas Kilman dari kedua dimensi tersebut dapat dikembangkan 5 tipe t atau pola dalam menghadapi konflik sebagai berikut: 1. Competing (asertif-non kooperatif) Individu memaksakan pemenuhann kepuasann dirinya pada orang lain. Orientasinya adalah kekuatan. Orang akan menggunakan segala bentuk kekuatan yang dimiliki (finansial, kedudukan, dan sebagainya) untuk menekan pihak lain yang dianggapp sebagai sumber konflik. Sasarannya adalah I m OK-you re Nott Ok. 2. Accommodating (nonasertif-kooperatif) Individu akan mengalah pada kepentingan pihakk lain. Orang akan patuh pada apa yang dikenakan atass dirinya, sekalipun hal h itu tidak mengenakannya. Sarannya adalah I m NOTT OK you re OK. 3. Collaborating (asertif-koo( operatif) Individu mengupayakan kerjasama dengan pihakk lain untukk mendapatkan satu pemecahan yang saling menguntungkan dan memuaskan m kedua belah pihak. Individu akan berusaha untuk menggali dan mengenali m cara pandang pihak lain, mencari sumber-sumber mana yang dimiliki dan tidak dimiliki antar pihak, serta berusaha mendekati permasalahann secara kreatif agar dicapai pemecahan yang saling menguntungkan. Sasarannya adalah I m OK-you re OK. 4. Avoiding (nonasertif-nonkooperatif) Individu dengan pola ini akan cenderung menghindari, lari dari konflik atau pun jika sudah ada di hadapannya, dia akan lari dan berpaling, menganggap seakan konflikk itu tidak pernah ada. Sasarannya I m NOTT OK-you re NOT OK.