BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan
|
|
- Liani Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan serta cita-cita bangsa, termasuk di dalamnya mengandung nilai-nilai Pancasila serta aturan-aturan dasar yang wajib dipatuhi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Tujuan negara Indonesia tercantum pada alinea ke- 4 Pembukaan (Preambule) UUD 1945 yaitu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Memajukan kesejahteraan umum berarti yang berarti merujuk kepada rakyat luas atau berorientasi pada kesejahteraan yang merata sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial di kalangan masyarakat itu sendiri. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum untuk masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan berbagai unsur pembangunan, termasuk di bidang ekonomi dan keuangan. 1
2 2 Salah satu jenis pembangunan nasional yang menjadi sorotan adalah sistem perekonomian Indonesia. Sistem perekonomian Indonesia dirumuskan didalam batang tubuh UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial dalam Pasal 33 UUD 1945 dikatakan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan, demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Koperasi merupakan suatu badan usaha sebagai sarana membangun dan mengembangkan potensi serta menegakan kemandirian dan koperasi didirikan atas usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi sesuai UUD 1945 yang mencantumkan demokrasi ekonomi sebagai cita-cita sosial pada Pasal 33 ayat (1) UUD 1945, sehingga di dalam pelaksanaan perekonomian nasional harus didasarkan pada demokrasi ekonomi bahwa siapapun dapat melakukan kegiatan ekonomi. Terwujudnya demokrasi ekonomi dijalankan atas suatu asas yaitu asas kekeluargaan yang termuat dalam Pasal 33 Ayat (1) UUD 1945, kemudian penjelasan pasal tersebut mengatakan bahwa pembangunan perusahaan yang sesuai dengan asas kekeluargaan adalah koperasi. Perkembangan ekonomi nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks selain itu seiring dengan perkembangan
3 3 zaman, kebutuhan masyarakat semakin meningkat namun terkadang sulit untuk dipenuhi karena keterbatasan dana. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka koperasi kemudian melalui usaha simpan pinjam memberikan sarana kepada masyarakat agar dapat melakukan pinjaman dengan pemberian kredit, dikarenakan hal tersebut koperasi simpan pinjam tidak lepas dari masalah kredit, terutama koperasi simpan pinjam yang memang usahanya adalah koperasi yang bergerak sebagai lembaga simpan pinjam yang harus mampu mengelola, menghimpun, serta menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien agar dapat meningkatkan taraf hidup bagi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi Sejahtera Bersama merupakan koperasi yang bergerak di bidang simpan pinjam dan telah memiliki 70 (tujuh puluh) kantor pelayanan yang tersebar di Pulau Jawa. 1 Dalam rangka melakukan kegiatan pemberian pinjaman maka Koperasi Sejahtera Bersama mendasarkan pada perjanjian baku. Perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang didalamnya telah terdapat syarat-syarat tertentu yan dibuat oleh satu pihak saja. Perjanjian baku artinya perjanjian yang menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman dalam mengadakan hubungan hukum dari segi model, rumusan, dan ukurannya sudah dibakukan. Perjanjian baku terkadang terasa tidak adil bagi debitur, tetapi pemahaman ini sebenarnya tidak serta merta menyatakan bahwa perjanjian baku selalu 1 Koperasi Sejahtera Bersama, Apa itu KSP Sejahtera Bersama?, diakses melalui pada 12 April 2017.
4 4 merugikan, perjanjian baku sebagai perjanjian pemberian pinjaman komersial oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama sebenarnya dibuat untuk memudahkan koperasi untuk menyediakannya setiap saat untuk nasabah yang membutuhkannya, karena dilihat dari sifatnya yang praktis dan kolektif dan pemberian pinjaman komersial merupakan jenis pelayanan utama di dalam koperasi simpan pinjam. Perjanjian dibuat berdasarkan kehendak para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan dan berkewajiban untuk menaati serta melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut perikatan (verbintenis) kemudian kehendak para pihak ini diwujudkan dalam kesepakatan yang merupakan dasar dari mengikatnya suatu perjanjian dalam hukum perjanjian. Kehendak itu dapat dinyatakan dengan berbagai cara, didalam perjanjian kredit kehendak dinyatakan dalam bentuk tertulis dan mengikat kepada para pihak dengan segala akibat hukumnya, hal ini sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang tercantum dalam Buku III tentang Perikatan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan didasarkan pada Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yaitu setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Perjanjian pinjaman yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama disebut sebagai Perjanjian Pinjaman Komersial, perjanjian ini termasuk dalam suatu perjanjian kredit. Dalam Buku III KUH Perdata tidak terdapat ketentuan khusus mengatur perihal perjanjian
5 5 kredit akan tetapi, perjanjian kredit tetap tunduk kepada KUH Perdata sesuai dengan ketentuan Pasal 1319 KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu.. Perjanjian kredir berlaku karena terdapat asas-asas perjanjian dimana salah satunya merupakan asas kebebasan berkontrak. Kebebasan berkontrak berarti adanya kebebasan seluas-luasnya yang oleh undang-undang diberikan kepada para pihak untuk mengadakan perjanjian dan menentukan isi perjanjian namun bukan berarti perjanjian dapat dilakukan sebebas-bebasnya, tetap terdapat pembatasan didalam definisi kebebasan berkontrak ini, yaitu asalkan perjanjian tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan ketertiban umum. Penegasan mengenai adanya pembatasan dalam kebebasan berkontrak ini termaktub dalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menyatakan bahwa Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Hal ini juga dimaksudkan untuk menyatakan tentang kekuatan perjanjian, yaitu kekuatan yang sama dengan suatu undang-undang, sehingga asas kebebasan berkontrak berhubungan dengan asas pacta sunt servanda atau asas kepastian hukum yang didasarkan pada pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Asas kebebasan berkontrak juga dibatasi oleh pasal 1338 ayat (3)
6 6 KUH Perdata yang menentukan tentang berlakunya asas itikad baik dalam melaksanakan kontrak. Pada hakikatnya dalam perjanjian kredit, kehendak debitur dalam perjanjian kredit hanya diberikan secara formal, disebabkan karena adanya kebutuhan kredit. Disinilah letak kedudukan debitur tidak memiliki posisi tawar-menawar atau negosiasi dan hanya memiliki pilihan untuk menerima persyaratan yang disodorkan kepadanya. Adanya ketidak seimbangan kedudukan antara Kreditur dan Debitur membuat asas itikad baik dibutuhkan dalam suatu perjanjian untuk membatasi asas kebebasan berkontrak dan juga sebagai sarana penyeimbang kedudukan tersebut. Berlakunya asas itikad baik ini bukan saja harus ada pada saat pelaksanaan kontrak, tetapi juga ada pada saat dibuat atau ditandatanganinya kontrak. 2 Dengan demikian, asas itikad baik mengandung definisi bahwa kebebasan suatu pihak membuat perjanjian tidak dapat diwujudkan secara bebas, tetapi dibatasi oleh itikad baik dari para pihak yang terikat perjanjian. Asas itikad baik merupakan landasan fundamental dalam pembuatan dan pelaksanaan kontrak karena adanya itikad baik dari para pihak akan membuat perjanjian berjalan sesuai dengan sebagaimana mestinya. Itikad baik merupakan sifat batin yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata sehingga sulit untuk menentukan batasannya, kemudian Wirjono Projodikoro memberikan definisi batasan itikad baik dengan 2 Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta. hlm. 4.
7 7 istilah jujur atau secara jujur. 3 Prinsip itikad baik pada umumnya telah menjadi landasan fundamental bagi pembuatan dan pelaksanaan kontrak, sebab tanpa dilandasi dengan itikad baik para pihak yang terlibat dalam perjanjian mustahil perjanjian itu akan berjalan dengan baik sebagaimana yang telah disepakati bersama. Munculnya asas itikad baik ini berawal dari kesepakatan atau persesuaian kehendak yang dibuat oleh para pihak sebagai implementasi dari asas konsensualisme yaitu perjanjian dinyatakan timbul setelah adanya kata sepakat dan asas pacta sunt servanda yang merupakan asas kepastian hukum dalam melakukan perjanjian. Jika prinsip itikad baik ini tidak dijalankan dengan baik dalam sebuah perjanjian khususnya perjanjian kredit, maka akan muncul banyaknya kredit bermasalah yang tentunya akan berakibat pada kerugian pada lembaga keuangan koperasi itu sendiri. Kredit bermasalah merupakan sesuatu yang sangat menakutkan bagi semua lembaga keuangan tidak terkecuali pihak koperasi sebagai lembaga yang memberi pinjaman, karena asas itikad baik dalam suatu perjanjian merupakan kehausan dan wajib untuk disertakan dalam suatu perjanjian. Pentingnya asas itikad baik akan menjadi dasar pembelaan bagi seseorang apabila suatu saat hambatan dalam pelaksanaan perjanjian terjadi. Pemberian kredit yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama disebut sebagai pemberian pinjaman komersial, 3 Wirjono Prodjodikoro, 1992, Asas-asas Hukum Perdata, Sumur, Bandung, hlm. 124.
8 8 pemberian pinjaman ini sesuai dengan pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi, yaitu Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam. Perjanjian pinjaman komersial yang dibuat oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama dengan anggota tidak lepas dari permasalahan kredit yang salah satunya menyangkut pelanggaran atas norma kepatutan dan kejujuran yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah, salah satu kredit bermasalah yang dialami ada pada Perjanjian Pinjaman Komersial Nomor: 033/KSU-SB/E05/ , antara Tn. F dengan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama cabang Cempaka Putih, Jakarta. Perjanjian ini telah mengikat kedua belah pihak secara sah layaknya undang-undang. Dalam pembuatannya perjanjian pinjaman komersial ini dibentuk melalui serangkaian tahapan penyusunan kontrak. Pada tahapan pra kontraktual pihak koperasi telah melakukan analisis atas harta yang dimiliki dengan pinjaman yang dimintakan kemudian hasilnya dijadikan sebagai dasar kemampuan membayar anggota. Analisis dan penentuan plafon pinjaman dan angsuran bulanan yang harus dibayarkan oleh anggota adalah dasar kesepakatan sebelum dibentuknya kontrak. Kontrak yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh para pihak ini dilaksanakan dengan itikad baik, namun seiring berjalannya waktu salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya sebagaimana telah
9 9 disepakati bersama. Dalam Perjanjian Pinjaman Komersial Nomor: 033/KSU- SB/E05/ , anggota sebagai debitur tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik yaitu tidak melakukan pembayaran angsuran tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya didalam perjanjian, debitur menurut perjanjian, meminjam uang dengan plafon sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah) sesuai dengan kemampuan membayar yang telah di analisis oleh koperasi dengan jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan dengan angsuran per bulan Rp ,00 (empat juta enam ratus tujuh puluh tujuh tujuh ratus rupiah) sehingga menyebabkan kredit bermasalah dikarenakan debitur hanya membayar cicilan dengan tertib pada 16 (enam belas) bulan pertama dan selanjutnya debitur membayar terlambat tanpa pembeitahuan kepada pihak Koperasi sebagai kreditur dan pada bulan ke 30 (tiga puluh) pihak debitur tidak membayar angsuran lagi sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Hal ini tentu melanggar norma kepatutan dan merugikan salah satu pihak dengan kata lain anggota sebagai debitur telah melanggar asas itikad baik, karena secara patut, sesungguhnya para pihak dituntut untuk memenuhi segala kewajiban yang tercantum dalam kontrak yang dibuat oleh para pihak dan terdapat konsekuensi hukum jika perjanjian tersebut tidak terlaksana sesuai dengan yang seharusnya. Konsekuensi hukum dan upaya penyelesaian jika terjadi
10 10 pelanggaran dalam asas itikad baik tidak diatur secara jelas didalam KUH Perdata, sehingga penyelesaiannya dikembalikan lagi kepada perjanjian itu sendiri. Dalam perjanjian pinjaman komersial yang dibuat oleh Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama terdapat klausul yang memuat mengenai upaya penyelesaian jika terjadi penyimpangan terhadap ketentuan-ketentuan yang telah disepakati, namun pada kenyataannya upaya penyelesaian yang dilakukan oleh pihak koperasi tidak mutlak sesuai dengan apa yang terdapat didalam perjanjian. Berdasarkan atas dasar pemikiran yang telah diuraikan oleh penulis diatas, maka penulis memilih judul Analisis Penerapan Asas Itikad Baik Dalam Penyelesaian Kredit Bermasalah di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama. B. Rumusan Masalah 1. Apakah asas itikad baik telah diterapkan dalam penyelesaian kredit bermasalah di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama? 2. Bagaimana upaya penyelesaian yang dilakukan terkait dengan keterlambatan pemenuhan prestasi di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama? C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Objektif 1. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai penerapan asas itikad baik dalam penyelesaian kredit bermasalah di Koperasi Simpan
11 11 Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama. 2. Untuk mengetahui serta menganalisis upaya penyelesaian yang dilakukan terkait dengan keterlambatan pemenuhan prestasi di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama b. Tujuan Subjektif Memperoleh data yang akurat yang berkaitan dengan data penelitian dan dijadikan dasar dalam penyusunan Penelitian Hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Sepanjang peneluruan kepustakaan yang penulis lakukan, penulis menemukan beberapa penelitian yang hanya membahas sebagian unsur dari penelitian dengan kajian yang berbeda, diantaranya: 1) Skripsi dengan judul, Penerapan Asas Itikad Baik Dalam Pelaksanaan Perjanjian Peminjaman Buku di Balai Perpustakaan dan Arsip Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY) Disusun oleh Veronica Puspa Wulandari, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2016, dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan asas itikad baik yang dilakukan pemustaka dan pustakawan dalam tahapan perjanjian peminjaman buku di Balai Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY)?
12 12 b. Bagaimana upaya penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian pinjam pakai antara pemustaka dan Balai Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY)? Perbedaan dengan penelitian penulis adalah penelitian diatas memiliki lokasi penelitian yang dilakukan di Balai Perpustakaan dan Arsip Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY), penelitian penulis mengambil lokasi di Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama cabang Cempaka Putih, Jakarta. Obyek penelitian diatas adalah perjanjian pinjam pakai berupa buku perpustakaan pada perpustakaan daerah, sedangkan obyek penelitian penulis adalah perjanjian pinjaman komersial Nomor: 033/KSU-SB/E05/ antara Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama cabang Cempaka Putih, Jakarta dengan Tn.F. Adanya perbedaan pada lokasi dan obyek penelitian, mengakibatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis akan berbeda dengan penelitian yang telah ada sebelumnya. 2) Skripsi dengan judul, Penerapan Asas Itikad Baik Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat M di Palembang. Disusun oleh Hira Hanifah Maruhun, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015, dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Apakah pelaksanaan perjanjian kredit pada Bank perkreditan M di Palembang telah memenuhi asas itikad baik?
13 13 b. Bagaimana upaya pihak bank dalam hal debitur tidak beritikad baik? Perbedaan dengan penelitian penulis adalah penelitian diatas memiliki lokasi penelitian yang dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat M, Palembang sedangkan penelitian penulis mengambil lokasi di Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama cabang Cempaka Putih, Jakarta. Pada rumusan masalah penelitian tersebut merumuskan mengenai pemenuhan asas itikad baik dalam pelaksanaan perjanjian kredit pada Bank perkreditan M di Palembang sedangkan penulis merumuskan mengenai penerapan asas itikad baik dalam penyelesaian kredit macet di Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama. Adanya perbedaan pada lokasi dan rumusan masalah, mengakibatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis akan berbeda dengan penelitian yang telah ada sebelumnya. 3) Tesis dengan judul, Analisis Yuridis Pemenuhan Asas Itikad Baik Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia Unit Batealit Cabang Jepara. Disusun oleh Febrina Indrasari, Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret pada tahun 2012, dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Apakah pelaksanaan perjanjian kredit pada Bank Rakyat Indonesia Unit Batealit Cabang Jepara telah memenuhi asas itikad baik
14 14 sebagaimana pasal 1338 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata? b. Apakah yang menjadi penyebab terpenuhi atau tidak terpenuhinya asas itikad baik dalam pelaksanaan perjanjian kredit pada Bank Rakyat Indonesia Unit Batealit Cabang Jepara? Perbedaan dengan penelitian penulis adalah penelitian diatas memiliki lokasi penelitian yang dilakukan di Bank Rakyat Indonesia Unit Batealit Cabang Jepara sedangkan penelitian penulis mengambil lokasi di Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama cabang Cempaka Putih, Jakarta. Pada rumusan masalah penelitian tersebut merumuskan mengenai pemenuhan asas itikad baik dalam Rakyat Indonesia Unit Batealit Cabang Jepara sedangkan penulis merumuskan mengenai penerapan asas itikad baik dalam penyelesaian kredit macet di Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama. Adanya perbedaan pada lokasi dan rumusan masalah, mengakibatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis akan berbeda dengan penelitian yang telah ada sebelumnya. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu hukum perdata, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan asas
15 15 itikad baik dalam suatu perjanjian dan diharapkan menjadi referensi bagi penelitian-penelitian terkait. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis dalam menerapkan Metode Penelitian dan Penelitian Hukum. b. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peranan asas itikad baik dalam suatu perjanjian melakukan simpanan yang dibuat lisan dalam suatu koperasi simpan pinjam.
16 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 1. Definisi Perjanjian Definisi perjanjian telah diatur pada Buku III Bab II Pasal 1313KUH Perdata tentang Perikatan, yang merumuskan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih telah mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Definisi tersebut terlalu luas karena di dalam Pasal 1313 KUH Perdata hanya menyebutkan perbuatan sehingga didalamnya termasuk pula perbuatan melawan hukum dan perbuatan-perubuatan lainnya. Pasal 1313 KUH Perdata hanya mengatur mengenai perjanjian sepihak dan adanya kata perbuatan, hal ini berarti bahwa dalam suatu perjanjian lahir kewajiban (prestasi) hanya dari satu atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya yang berhak atas prestasi tersebut. Memaknai definisi perbuatan di dalam Pasal 1313 KUH Perdata adalah tidak adanya penunjukan mengenai perbuatan apa yang dilakukan. Perbuatan hukum bukan hanya mengenai perbuatan yang dilakukan dalam suatu perjanjian saja, tetapi dapat juga diartikan mengenai perbuatan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum lainnya sehingga memaknai makna perbuatan tidaklah dianggap cukup apabila hanya didasari kata perbuatan saja melainkan harus
BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan manusia dalam rangka bertahan hidup. Pasal 28 C
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia adalah hal yang harus dipenuhi untuk dapat bertahan hidup. Mengembangkan diri merupakan salah satu cara pemenuhan kebutuhan manusia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan nilai-nilai yang mengakar sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila dalam Pancasila tersebut,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini hampir seluruh kegiatan ekonomi yang terjadi, berkaitan dengan bank. Untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat semakin bertambah seiring dengan perkembangan zaman. Namun terkadang, kebutuhan ini sulit untuk dipenuhi karena keterbatasan dana. Dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki beberapa wilayah yang penduduknya tersebar dari Sabang sampai Merauke. Banyaknya penduduk menjadikan Indonesia harus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan salah satu hal yang penting bagi setiap individu. Keinginan masyarakat untuk dapat memiliki tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini juga sesuai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM
BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.
BAB I PENDAHULUAN Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menentukan bahwa semua perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang. Oleh karena itu, para pihak dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. 1 Peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum dan ekonomi merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan ekonomi merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan dalam perjalanan hidup manusia, ekonomi adalah aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menunjang pembangunan nasional, pembangunan dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi guna mencapai kesejahteraan rakyat berkembang semakin pesat melalui berbagai sektor perdangangan barang dan jasa. Seiring dengan semakin
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,
Lebih terperinciTINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK DI BPR BKK Capem BATURETNO Kab. WONOGIRI
0 TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK DI BPR BKK Capem BATURETNO Kab. WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Hukum Oleh : I
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan ekonomi di Indonesia terkait dengan meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia di setiap tahunnya, maka berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi beberapa tahun terakhir ini telah membawa pengaruh sangat besar bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali
Lebih terperinciTEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK
TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK Sularto MHBK UGM PERISTILAHAN Kontrak sama dengan perjanjian obligatoir Kontrak sama dengan perjanjian tertulis Perjanjian tertulis sama dengan akta Jadi antara istilah kontrak,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata
23 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM A. Pengertian Pinjam Meminjam Perjanjian Pinjam Meminjam menurut Bab XIII Buku III KUH Pedata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata
Lebih terperinciHUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.
HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. PERIKATAN & PERJANJIAN Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari
Lebih terperinciBAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit
BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, perekonomian dimasyarakat dituntut untuk tetap stabil, agar membantu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dari waktu ke waktu secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi yang semakin beragam.khususnya pada Negara berkembang, perekonomian
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari pembayaran uang. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia adalahmembentuk masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Secara defenitif tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, dimana pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah
Lebih terperinciBAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN
BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN A. Pelaksanaan Penanggungan dalam Perjanjian Kredit di BPR Alto Makmur Bank Perkreditan Rakyat adalah bank
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya
36 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya Perjanjan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ahli yang satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan yang sedang berkembang di negara Indonesia merupakan suatu proses yang berkesinambungan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mempertahankan hidupnya haruslah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah bergantung pada kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penghimpunan tabungan dari masyarakat dan pemberian kredit kepada nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa bank lainnya untuk menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku, meskipun di dalam praktek kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut telah membubuhkan tanda tangannya
Lebih terperinciASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN
ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN Selamat malam semua Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Asas-asas dalam Hukum Perjanjian ya.. Ada yang tahu asas-asas apa saja
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaturan Surat Berharga Sebelum kita sampai pada pengaturan mengenai surat berharga, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui pengertian dari surat berharga, mengenai pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor perdagangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan pembangunan merupakan dua variabel yang selalu sering mempengaruhi antara satu sama lain. Hukum berfungsi sebagai stabilisator yang mempunyai peranan menciptakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring meningkatnya perekonomian Indonesia, maka semakin tinggi pula
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring meningkatnya perekonomian Indonesia, maka semakin tinggi pula keinginan masyarakat dalam memenuhi tuntutan kebutuhan ekonominya. Faktor penting dalam pemenuhan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X
44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan merupakan keinginan manusia terhadap barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan jasmani maupun kebutuhan rohani dalam rangka menyejahterakan hidupnya.
Lebih terperinciPENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR
PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR \ Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.
BAB I PENDAHULUAN Hukum adalah seperangkat aturan yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia yang bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan, maka penggunaan hak dengan tiada suatu kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perjanjian jual beli sangat banyak macam dan ragamnya, salah satunya adalah perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK
44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1
Lebih terperinciKEKUATAN HUKUM MEMORANDUM
1 KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ANTARA KEJAKSAAN TINGGI GORONTALO DENGAN PT. BANK SULAWESI UTARA CABANG GORONTALO DALAM PENANGANAN KREDIT MACET RISNAWATY HUSAIN 1 Pembimbing I. MUTIA CH. THALIB,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA PINJAMAN BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, kata rumah menjadi suatu kebutuhan yang sangat mahal, padahal
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. perusahaan atau badan usaha memerlukan sumber daya atau faktor faktor produksi
1 BAB I P E N D A H U L U A N Setiap perusahaan atau badan usaha mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, harus melaksanakan berbagai macam kegiatan, agar kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat dewasa ini karena masyarakat sekarang sering membuat perikatan yang berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,
23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI 2.1 Pengertian Perjanjian Kredit Pasal 1313 KUHPerdata mengawali ketentuan yang diatur dalam Bab Kedua Buku III KUH Perdata, dibawah judul Tentang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN A.Pengertian Perjanjian Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan
BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di segala bidang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pengguna layanan perpustakaan atau yang biasa disebut dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak masyarakat memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat untuk membaca karena koleksi buku yang tersedia di perpustakaan sangat beragam. Masyarakat pengguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan sebagai salah satu cara untuk. itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang menuntut diimbanginya kemajuan dalam segala bidang membuat hampir semua negara berkembang berlomba-lomba untuk melaksanakan pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah merupakan kebutuhan primer bagi setiap keluarga, bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang semakin meningkat
Lebih terperinciBAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK
BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK A. Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding dalam Perjanjian Berdasarkan Buku III Burgerlijke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap semakin banyaknya kebutuhan masyarakat akan barang/ jasa tertentu yang diikuti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal, dari peristiwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjiian Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji pada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerataan pembangunan di segala bidang pada umumnya merupakan salah satu dari tujuan utama pembangunan nasional. Dalam rangka melindungi segenap Bangsa Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia selama ini adalah merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan cita-cita masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang
Lebih terperinciBAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan terssebut diperoleh melalui pinjaman-pinjaman atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang berkesinambungan, para pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat, baik perorangan maupun badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut UUD NRI 1945) yang menyatakan: Tiap-tiap warga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi bagi setiap warga negara sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN
BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian merupakan landasan utama yang menopang kehidupan dari suatu negara. Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Dalam Buku III
BAB I PENDAHULUAN Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. 1 Dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan bisnis tentunya didasarkan pada suatu perjanjian atau kontrak. Perjanjian atau kontrak merupakan serangkaian kesepakatan yang dibuat oleh para pihak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, hal ini tertulis jelas di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari Negara Indonesia salah satunya adalah guna mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini tertulis jelas di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya mencapai masyarakat yang adil dan makmur sesuai amanat Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional. Salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penjelasan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan. Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan bangun perusahaan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional berdasarkan Penjelasan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,
BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Wanprestasi Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, tidak memenuhi, terlambat, ceroboh, atau tidak lengkap memenuhi suatu perikatan. Wanprestasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga dibutuhkan adanya aturan yang disebut dengan hukum. adanya hukum sebagai suatu norma dalam masyarakat diharapkan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi dan masyarakat selalu diiringi dengan meningkatnya interelasi dan interaksi yang berakibat timbulnya konflik. Adanya kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang kita laksanakan dewasa ini adalah suatu rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan ekspor sangat penting bagi Indonesia karena menghasilkan devisa dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN DAN PENGEMBANG PERUMAHAN
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN DAN PENGEMBANG PERUMAHAN 2.1 Pengertian Perjanjian Buku III KUHPerdata Indonesia mengatur tentang Perikatan, terdiri dari dua bagian yaitu peraturan-peraturan umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. handy talky. Tren alat komunikasi yang selalu mengalami pergeseran,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pemikiran dan peradaban manusia merupakan salah satu cikal bakal terjadinya kemajuan di bidang teknologi. Wujud nyata hal tersebut, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi diantaranya dalam peningkatan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik
Lebih terperinciHABIB ADJIE - MAGISTER ILMU HUKUM - UNIV. NAROTAMA SURABAYA
BAB II KEABSAHAN KONTRAK A. ISTILAH KONTRAK DAN PERJANJIAN B. PENGATURAN HUKUM KONTRAK. C. SIGNIFIKASI BATAS TIAP KONTRAK D. SISTEM PENGATURAN HUKUM KONTRAK. E. ASAS HUKUM KONTRAK. F. SUMBER HUKUM KONTRAK.
Lebih terperinci