Studi Kasus tentang Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Warga untuk Masuk SMP Terbuka Wonosobo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Kasus tentang Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Warga untuk Masuk SMP Terbuka Wonosobo"

Transkripsi

1 Studi Kasus tentang Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Warga untuk Masuk SMP Terbuka Wonosobo Deci Tri Setiyowati, Sriyono, Eko Setyadi Kurniawan Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo Jl. K.H A.Dahlan No. 3 Purworejo decitrisetiyowati@gmail.com Intisari Telah dilakukan penelitian kualitatif guna mengidentifikasi: 1) faktor-faktor yang melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka berdasar keadaan ekonomi orang tua; 2) kondisi geografis yang melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka; dan 3) kesempatan belajar yang melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka. Subjek dalam penelitian ini terdiri siswa, kepala dan orang tua/wali siswa SMP Terbuka Kepil, SMP Terbuka Sapuran serta SMP Terbuka Kalikajar. Data dikumpulkan menggunakan metode kuesioner dan metode wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan teknik persentase. Analisis data secara kualitatif menggunakan teknik analisis adopsi model interaktif Miles & Huberman (reduksi data, display data, analisis data dan penarikan kesimpulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua siswa rata-rata bekerja sebagai petani dengan pendapatan kecil, aset kecil dan minim fasilitas. Tempat tinggal siswa berada di daerah terpencil yang jauh dari pusat kota jarang dilewati alat transportasi umum. Siswa masuk SMP Terbuka karena memiliki aktivitas lain selain sehingga waktu untuk ber menjadi kurang. Namun demikian, siswa mendapat dukungan untuk mengikuti aktivitas. Kata kunci: SMP Terbuka I. PENDAHULUAN Kurang meratanya pendidikan di Indonesia membuat sebagian masyarakat tidak mampu mengakses pendidikan secara mudah. Kesulitan ekonomi menjadi salah satu penyebab munculnya fenomena anak putus. Menurut data Susenas, angka putus serta tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tercatat sekitar 5,6 persen dan sebagian besar berasal dari keluarga miskin [1]. Wilayah negara Indonesia yang luas dengan karakteristik geografis dan demografis yang begitu beragam, juga menjadi kendala dalam memberikan layanan pendidikan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat. Anak-anak yang tinggal didaerah terpencil kesulitan untuk menjangkau tempat belajar. Jauhnya jarak membuat anak-anak tersebut lebih memilih untuk tidak melanjutkan. Bahkan sekalipun di lokasi-lokasi seperti itu dibangun reguler, belum tentu kelompok anak yang memiliki kendala tersebut sempat mengikuti pendidikan karena kesibukannya bekerja membantu orang tua mencari nafkah. Bagi kelompok anak seperti ini, pergi ke setiap hari dengan segala konsekuensinya, merupakan kegiatan yang dianggap terlalu mahal. Sistem pendidikan terbuka dan sistem pendidikan jarak jauh dapat dijadikan alternatif untuk memberikan layanan pendidikan bagi kelompok anak yang memiliki kendala seperti ekonomi, geografis atau waktu. Untuk tingkat SMP, bentuk pendidikan terbuka yang telah dilaksanakan saat ini adalah SMP Terbuka. Kabupaten Wonosobo termasuk salah satu daerah yang menyelenggarakan SMP Terbuka. Sampai saat ini sudah ada 10 SMP Terbuka yang tersebar di wilayah Wonosobo. Wilayah kabupaten Wonosobo yang sebagian besar merupakan daerah pegunungan membuat akses pendidikan menjadi sulit karena - formal berada di daerah perkotaan. Di samping itu, adanya perkebunan beberapa tanaman bernilai ekonomis tinggi membuat warga lebih memilih bekerja di perkebunan dibanding melanjutkan. Keputusan untuk bekerja, salah satunya dilatarbelakangi oleh tingkat ekonomi masyarakat yang rendah. Anak-anak, baik karena keinginan sendiri ataupun diminta orang tua, menjadi pekerja di usia. Hasil survey statistik, dibandingkan kabupaten lain di Jawa Tengah, penduduk Wonosobo ber lebih sebentar, dimana indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata lama 6,27 tahun, atau memutuskan berhenti ketika kelas satu SMP [2]. Sejak didirikannya SMP Terbuka, masyarakat Wonosobo mulai tertarik untuk melanjutkan pendidikan di SMP Terbuka dengan berbagai alasan. Belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor yang melatar belakangi masyarakat Wonosobo mengikuti kegiatan belajar di SMP Terbuka sehingga tidak ada data resmi mengenai alasan masyarakat untuk masuk SMP Terbuka. Oleh karena itu, peneliti melakukan studi kasus dengan tujuan mengungkap mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat Wonosobo masuk SMP Terbuka. Berdasarkan permasalahan di atas, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor-faktor yang melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka Wonosobo berdasar keadaan ekonomi orang tua, kondisi geografis dan kesempatan belajar. II. LANDASAN TEORI A. Pengertian SMP Terbuka SMP Terbuka merupakan yang dirancang untuk mengatasi permasalahan belajar siswa yang memiliki kendala seperti ekonomi, jarak dan waktu. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara mandiri, tidak terjadwal 51

2 pada tempat dan waktu yang ketat. Ada beberapa konsep dasar yang melandasi pengertian SMP Terbuka. Menurut Siahaan, ada lima konsep dasar yang menjadi landasan [3] yaitu: a. Belajar pada dasarnya merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi seseorang dengan sumber belajar, baik yang dirancang secara khusus maupun melalui pemanfaatan sumber belajar yang tersedia. b. Kegiatan belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, serta tidak sepenuhnya tergantung pada dan guru. c. Kegiatan belajar-mengajar akan tercapai tujuannya apabila diberikan kesempatan dan perlakuan yang sesuai dengan karakteristiknya. B. Latar Belakang Penyelenggaraan SMP Terbuka Alasan yang melatarbelakangi penyelenggaraan SMP Terbuka meliputi alasan filosofis, geografis, social ekonomis dan kesempatan belajar [4] Alasan filosofis Setiap manusia mempunyai hak untuk memperolah kesempatan belajar tanpa mempersoalkan segala macam bentuk perbedaan Alasan geografis Bagi anak-anak yang mengalami kendala geografis, pendidikan yang jarak jauh merupakan suatu alternatif yang cukup menjanjikan. Alasan sosial ekonomis Sekolah masih di pandang suatu yang mewah baik dari segi biaya, maupun dari kebutuhan yang harus di keluarkan untuk mengikuti proses belajar mengajar sehingga masih banyak ditemui anak yang putus dan tidak mengikuti pendidikan di. Alasan kesempatan belajar Banyak anak-anak yang harus memenuhi kebutuhannya dengan bekerja atau mengikuti gerak kehidupan orang tuanya. Untuk itu melalui pendidikan terbuka mereka tetap dapat ber tanpa harus meninggalkan tempat tinggal atau tempat bekerja. Mereka tetap dapat bekerja membantu orang tua mereka mencari nafkah sambil ber. C. Komponen Sistem Sekolah Menengah Terbuka Komponen SMP Terbuka sama dengan SMP Reguler. Perbedaannya hanya terletak pada strategi pembelajarannya. Komponen sistem SMP Terbuka meliputi siswa, kurikulum, dan proses pembelajaran, fasilitas belajar, tenaga kependidikan dan penilaian hasil belajar [5]. D. Prinsip-Prinsip Pendidikan di SMP Terbuka Pendidikan di SMP Terbuka dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut antara lain prinsip kemandirian, prinsip keluwesan, prinsip keterkinian, prinsip kesesuaian, prinsip mobilitas dan prinsip efisiensi [6] III. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menerapkan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan persepsi atau tanggapan siswa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan desain studi kasus (case study). Desain studi kasus (case study) dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu/ subjek yang diteliti [7]. Subjek penelitian ini terdiri dari: 66 siswa, 10 orang tua siswa, dan 3 kepala. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, namun dalam analisis data juga diterapkan pendekatan kuantitatif sehingga ada dua macam teknik analisis data dalam penelitian ini. Analisis data kuantitatif yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan teknik persentase. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non statistik dengan menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Hubesman [8]. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi yang menjadi dasar memilih SMP Terbuka disajikan pada table berikut. Tabel 1. Karakteristik Keadaan Ekonomi Pendidikan Ayah Tamat SD dan atau tidak 90,9 Tamat SMP/MTs/sederajat 9,1 Pekerjaan Ayah Tidak bekerja 1,5 Pendidikan Ibu Buruh/petani penggarap 95,5 Wiraswasta 3,0 Tamat SD dan atau tidak 92,4 Tamat SMP/MTs/sederajat 7,6 Pekerjaan Ibu Tidak bekerja 12,1 Penghasilan Ayah Buruh/petani penggarap 84,8 Wiraswasta 1,5 Pegawai Negeri/Swasta/Guru 1,5 Kurang dari Rp ,00 84,8 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 10,6 4,5 Penghasilan Ibu Kurang dari Rp ,00 89,4 Aset yang dimiliki Luas tanah/ pekarangan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 9,1 1,5 Tidak ada 74,2 Tabungan saja atau emas saja 22,7 Tabungan, emas 3,0 Tidak ada 19,7 Kurang dari 200 m 2 66,7 200 m m 2 13,6 52

3 Barang elektronik Tidak ada 3,0 Radio 15,2 Televisi dan radio 77,3 Kulkas, televisi, tape dan radio 4,5 Jenis rumah Kayu 37,9 Semi permanen 42,4 Permanen 19,7 Jenis lantai Keramik/marmer/granit 25,8 Ubin/tegel/teraso 65,2 Semen/batu bata 9,1 Penerangan Bukan listrik 1,5 Listrik PLN menyalur tetangga 53,0 Listrik PLN tipe 450 watt 42,4 Listrik PLN tipe 900 watt 3,0 Jamban umum 50,0 sendiri, septik tank tidak terpisah sendiri, septik tank terpisah bukan keramik Sendiri, septik tank terpisah dan keramik 31,8 15,2 3,0 Hasil wawancara menunjukkan bahwa keadaan ekonomi menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi siswa untuk masuk SMP Terbuka. Orang tua juga ikut terlibat dalam pengambilan keputusan masuk SMP Terbuka. Alasan sebagian besar orang tua karena SMP Terbuka tidak memungut biaya apapun. Keadaan ekonomi yang kurang baik dikarenakan banyak orang tua siswa yang hanya menjadi buruh tani dengan penghasilan yang minim.selain penghasilan yang rendah, orang tua juga tidak memiliki tabungan yang dapat digunakan untuk kebutuhan mendadak. Hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini adalah fasilitas yang dimiliki oleh keluarga siswa. Meskipun memiliki penghasilan rendah dan keadaan rumah yang sangat sederhana, namun banyak siswa yang memiliki radio dan televisi di rumahnya. Fenomena tersebut dapat menggambarkan bahwa radio dan televisi termasuk kebutuhan yang prioritas pemenuhannya di atas kebutuhan akan pendidikan. Hal itu menunjukkan bahwa orang tua kurang peduli terhadap perkembangan pendidikan anak. Penelitian Firdaus menemukan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh pada minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya adalah faktor kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan (faktor orang tua) [9]. Karakteristik Kondisi Geografis Kondisi geografis yang melatarbelakangi siswa memilih SMP Terbuka meliputi karakteristik tempat tinggal, jarak ke pusat kota, jarak ke terdekat, waktu tempuh ke terdekat, biaya yang dikeluarkan, alat transportasi, dan kondisi jalan. Dari hasil kuesioner, diketahui karakteristik kondisi geografis siswa seperti disajikan pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Karakteristik Kondisi Geografis Karakteristik wilayah Pegunungan 60,6 Perbukitan 4,5 Dataran rendah 33,3 Lembah 1,5 Jarak ke pusat kota Lebih dari 25 km 57,6 Jarak ke SMP terdekat Waktu ke SMP terdekat 15 km 25 km 21,2 5 km 15 km 12,1 Kurang dari 5 km 9,1 Lebih dari 16 km 45,5 8 km 16 km 12,1 2 km 8 km 27,3 Kurang dari 2 km 15,2 1 jam 2 jam 21,2 30 menit sampai 1 jam 65,2 Kurang dari 30 menit 13,6 Alat transportasi Tidak ada 37,9 Frekuensi dilalui angkutan umum Frekuensi berganti kendaraan Ojek 12,1 Angkot 28,8 Bus/minibus 21,2 Tidak pernah 66,7 Kurang dari 3 kali 19,7 3 5 kali 7,6 Lebih dari 5 kali 6,1 Lebih dari 3 kali 7,6 3 kali 9,1 2 kali 36,4 1 kali 47,0 Biaya Lebih dari Rp ,00 4,5 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 37,9 25,8 Kurang dari Rp ,00 31,8 Jenis jalan Jalan berpasir 3,0 Jalar berbatu 30,3 Jalan tanah 21,2 Jalan aspal 45,5 Kondisi jalan Rusak parah 1,5 Rusak 27,3 Biasa saja 57,6 Bagus 13,6 Kondisi jalan saat Sangat licin 18,2 53

4 hujan Licin 18,2 Sedikit licin 50,0 Tidak licin 13,6 Hasil wawancara menunjukkan bahwa kondisi geografis menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi siswa untuk masuk SMP Terbuka. Pada umumnya dari siswa menyatakan bahwa alasan masuk SMP Terbuka karena tempat belajarnya dekat dengan rumah sehingga tidak membutuhkan waktu lama dan biaya yang banyak. Siswa lain menyatakan bahwa kondisi jalan di daerah tempat tinggalnya kurang baik. Banyak jalan yang rusak, hal itu menyebabkan siswa sulit untuk mencapai karena angkutan umum jarang lewat. Berdasarkan hasil kuesioner yang didukung dengan wawancara, kondisi geografis tempat tinggal siswa menjadi salah satu alasan siswa masuk SMP Terbuka. Siswa berada di wilayah yang jauh dari pusat kota dengan kondisi wilayah yang sulit membuat siswa lebih memilih SMP Terbuka karena lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Karakteristik Kesempatan Belajar Faktor kesempatan belajar yang menjadi dasar memilih SMP Terbuka disajikan pada tabel berikut. Tabel 3. Karakteristik Kesempatan Belajar Aktivitas selain Bekerja pada orang lain 4,5 Waktu memulai aktivitas Membantu orang tua 48,5 Pekerjaan rumah tangga 47,0 Pagi hari 77,3 Menjelang siang 15,2 Siang 4,5 Sore 3,0 Lama waktu Lebih dari 10 jam 10,6 Frekuensi setiap minggu 6 10 jam 9,1 2 6 jam 45,5 Kurang dari 2 jam 34,8 Setiap hari 65,2 5 6 hari 6,1 2 4 hari 21,2 Kurang dari 2 hari 7,6 Efek kegiatan Sedikit mengganggu terhadap aktivitas siswa 6,1 Tidak mengganggu 93,9 Respon orang tua/ majikan Mendukung 27,3 Sangat mendukung 72,7 Hasil wawancara menunjukkan bahwa kesempatan belajar menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi siswa untuk masuk SMP Terbuka. Sebagian besar siswa yang diwawancarai menyatakan tidak ada waktu untuk di SMP reguler karena harus bekerja membantu perekonomian keluarga. Salah satu siswa menyatakan bahwa alasannya masuk SMP Terbuka karena dia harus mengurusi rumah dan menjaga adik-adiknya. Hal itu dikarenakan orangtuanya harus bekerja. Siswa yang harus bekerja, biasanya ikut bekerja bersama orang tuanya di ladang atau sawah. Tetapi ada pula yang menjadi pembantu rumah tangga. Dari hasil kuesioner maupun wawancara, kondisi siswa memang tidak memungkinkan untuk menempuh pendidikan di reguler. Seperti penelitian Weston yang menemukan bahwa salah satu alasan utama untuk tidak ber adalah keharusan bekerja [10]. Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Anak Selain faktor kondisi ekonomi, keadaan geografis dan kesempatan belajar, peneliti juga menemukan faktor lain yang mendorong anak untuk masuk SMP Terbuka. Tabel 4. Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Anak No. Sikap Orang Tua % 1 Menyekolahkan anak supaya mendapat 80 pekerjaan yang lebih baik 2 Menyekolahkan anak karena kasihan 20 3 Mengarahkan anak dalam memilih 60 4 Menyerahkan keputusan pada anak untuk 40 meneruskan atau tidak 5 Berusaha agar anak dapat ber 60 6 Menganggap bahwa SMP Terbuka 100 bermanfaat bagi anak 7 Tetap menyekolahkan anak walaupun 30 tidak ada SMP Terbuka 8 Menganggap bahwa SMP Terbuka bisa 100 menjadi kesulitan dalam meneruskan 9 Merasa sia-sia apabila anak menjadi pengangguran setelah lulus Menegur anak bila tidak berangkat Memantau perkembangan belajar anak 40 Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa semua orang tua beranggapan bahwa SMP Terbuka bermanfaat dan dapat mengatasi kesulitan dalam meneruskan. Orang tua menyambut baik keberadaan SMP Terbuka karena dengan mengikuti kegiatan belajar di SMP Terbuka, siswa tetap bisa melakukan pekerjaan sehari-hari. Namun, ada orang tua yang tetap menyekolahkan anaknya walaupun tidak ada SMP Terbuka. Salah satu alasan sebagian besar orang tua menyekolahkan anaknya, baik di SMP Terbuka maupun SMP reguler adalah agar anaknya mendapatkan pekerjaan yang baik. Diantara orang tua yang diwawancarai, ada yang menyekolahkan anaknya karena kasihan pada anak. Persepsi orang tua terhadap pendidikan anak cukup baik. Orang tua menanggap pendidikan itu penting. Orang tua memiliki peran penting dalam mendorong anak-anak untuk ber. Akan tetapi keterlibatan orang tua dalam membimbing anak-anak belum maksimal. Rendahnya pendidikan orang tua membuat mereka sulit untuk membimbing anak dalam belajar. Kepala yang lain juga mengungkapkan bahwa, orang tua jarang memantau 54

5 perkembangan belajar anak. Orang tua juga tidak memahami apa yang dipelajari anak. Meskipun jarang memantau perkembangan belajar anak, namun orang tua tetap peduli dengan pendidikan anak. Hal itu ditunjukkan dengan sikap orang tua yang menegur anaknya apabila membolos. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebenarnya orang tua cukup peduli dengan pendidikan anak. Namun karena keterbatasannya, orang tua tidak dapat membimbing kegiatan belajar anak. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Keadaan ekonomi orang tua siswa yang masuk SMP Terbuka, rata-rata bekerja sebagai petani dengan pendapatan dan aset yang kecil sehingga tingkat eknominya rendah. Kondisi ini mengakibatkan fasilitas yang dimiliki minim. 2. Siswa di SMP Terbuka Wonosobo bertempat tinggal jauh dari pusat kota maupun terdekat dengan waktu tempuh yang lama. Hal tersebut membuat biaya transport menjadi mahal. Kondisi jalan yang kurang memadai membuat terbatasnya alat transportasi umum. 3. Siswa masuk SMP Terbuka karena memiliki aktivitas lain selain sehingga waktu untuk ber menjadi kurang. Namun demikian, siswa mendapat dukungan untuk mengikuti aktivitas. [7] A. Alsa Pendekatan Kuantitatif Kualitatif serta Kombinasinya dalam. Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. pp. 20. [8] Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta. pp SKRIPSI: [9] Firdaus Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Orang Tua untuk Melanjutkan Pendidikan Anak ke Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Lubuk Sengkuang Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin) Skripsi. Palembang: Universitas Sriwijaya. DAFTAR PUSTAKA INTERNET: [1] Bappenas Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Pendidikan. Website: go.id/get-file-server/node/5659, diakses pada 20 Juli [2] BPS Wonosobo Data Penduduk Kabupaten Wonosobo. Website: go.id/ BRS/sept11.pdf, diakses pada 20 Juli ARTIKEL JURNAL: [3] S. Siahaan E-Learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Kegiatan Pembelajaran. Website: go.id/jurnal/42/ sudirman.htm, diakses pada 3 Agustus pp. 62. [10] Weston A Study of Junior Secondary Education in Indonesia: A Review of the Implementation of Nine Years Universal Basic Education, Jakarta: Decentralized Basic Education Three Project,Website: diakses pada tanggal 20 Juli pp. BUKU: [4] A. Sadiman Jaringan Sistem Belajar Jarak Jauh Indonesia. Pustekkom Pendidikan Depkdinas. pp [5] M. Yusufhadi Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana: Jakarta. pp. 25. [6] A. Sadiman. Op.Cit. pp

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

2014 PENYELENGGARAAN PROGRAM PARENTING BERBASIS E-LEARNING D ALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEND ID IK ANAK

2014 PENYELENGGARAAN PROGRAM PARENTING BERBASIS E-LEARNING D ALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEND ID IK ANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting sebagai tolak ukur tingkatan sumber daya manusia di suatu negara dan bangsa. Pendidikan mempunyai tugas untuk mempersiapkan sumber

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumberwungu. Melakukan survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumberwungu. Melakukan survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumberwungu Melakukan survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN, minimal survei dua kali. Sehingga dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Muhammad Ali (1984:120) adalah: Metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKMM JUDUL PROGRAM PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN UNTUK MENGATASI KETERBELAKANGAN PENDIDIKAN PENDUDUK DI DESA PASEBAN

LAPORAN AKHIR PKMM JUDUL PROGRAM PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN UNTUK MENGATASI KETERBELAKANGAN PENDIDIKAN PENDUDUK DI DESA PASEBAN LAPORAN AKHIR PKMM JUDUL PROGRAM PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN UNTUK MENGATASI KETERBELAKANGAN PENDIDIKAN PENDUDUK DI DESA PASEBAN BIDANG KEGIATAN PKM Pengabdian Masyarakat Diusulkan oleh : 1. Rifal Rinaldo

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yaitu:

III. METODE PENELITIAN. berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yaitu: 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Menurut Sugiyono (2008:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Desa Banjarejo dan Dusun Wonosari. dusun Wonosari, desa Banjarejo, kecamatan Tanjungsari, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1. Desa Banjarejo dan Dusun Wonosari. dusun Wonosari, desa Banjarejo, kecamatan Tanjungsari, Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Desa Banjarejo dan Dusun Wonosari Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler periode LXI Devisi V.B.1 Universitas Ahmad Dahlan tahun akademik 2016/2017, berlokasi di dusun

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 No. 14/02/17/1/2015 Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes 2014, pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan sepanjang sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah terindah dan tak ternilai yang diberikan Tuhan kepada para orangtua. Tuhan menitipkan anak kepada orangtua untuk dijaga, dididik, dan

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan September 0.

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh. Susi Novela

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh. Susi Novela ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh Susi Novela FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 Analisis Pendapatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2013, pengambilan sampel sudah dilaksanakan di Pantai Patra Sambolo, Kecamatan Anyer Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus dilakukan secara

I. PENDAHULUAN. Kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus dilakukan secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada dasarnya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

Pemanfaatan IPTEK dalam Meminimalkan Anak Putus Sekolah Pada Tingkat Sekolah Menengah Umum

Pemanfaatan IPTEK dalam Meminimalkan Anak Putus Sekolah Pada Tingkat Sekolah Menengah Umum Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 236~241 236 Pemanfaatan IPTEK dalam Meminimalkan Anak Putus Sekolah Pada Tingkat Sekolah Menengah Umum Susan Rachmawati 1, Nanang Nuryadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang baik mengutamakan proses pembinaan yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan yang dilakukan di Indonesia merupakan pendidikan yang mengarah pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 28/05/34/Th.XVIII, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Menurut Podes 2014, di DIY terdapat sebanyak 438 wilayah administrasi

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari tanah darat seluas 1845 Ha dan tanah sawah seluas 1304 Ha..

BAB III METODE PENELITIAN. dari tanah darat seluas 1845 Ha dan tanah sawah seluas 1304 Ha.. 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong. Jarak dari pusat kabupaten Sumedang adalah 16km ke sebelah barat, sedang jarak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak manusia yang tertuang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 31/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. (1999:63), adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

III METODE PENELITIAN. (1999:63), adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu metode yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan secara objektif. Menurut

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan literature baik berupa buku buku transportasi, artikel, jurnal

III. METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan literature baik berupa buku buku transportasi, artikel, jurnal 18 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan literature baik berupa buku buku transportasi, artikel, jurnal jurnal dan

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suatu keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Letak dan Keadaan Fisik BAB IV GAMBARAN UMUM Desa Gunung Menyan merupakan desa pemekaran dari Desa Cimayang pada tahun 1983 yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA BARAT No.15/2/13 Th XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

pelalawankab.bps.go.id

pelalawankab.bps.go.id ISBN : 979 484 622 8 No. Publikasi : 25 Katalog BPS : 1101002.1404041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12 + iii Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit : Seksi Integrasi

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, artinya data penelitian dikumpulkan pada satu periode waktu tertentu. Penelitian

Lebih terperinci

PROGRAM BEASISWA (FULL SCHOLARSHIP) TAHUN PELAJARAN

PROGRAM BEASISWA (FULL SCHOLARSHIP) TAHUN PELAJARAN PROGRAM BEASISWA (FULL SCHOLARSHIP) TAHUN PELAJARAN 2016 2017 CT CORP merupakan perusahaan induk yang yang membawahi Trans TV, Trans 7, Trans Studio, Bank Mega, Carrefour, dan perusahaan-perusahaan lainnya.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN APERSEPSI DAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN GAYA SMP NEGERI 13 PURWOREJO

EFEKTIVITAS PEMBERIAN APERSEPSI DAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN GAYA SMP NEGERI 13 PURWOREJO Radiasi.Vol.3.No.2.Mariska EFEKTIVITAS PEMBERIAN APERSEPSI DAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN GAYA SMP NEGERI 13 PURWOREJO Mariska, Eko Setyadi Kurniawan, Siska Desy

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN, KEAMANAN, EFISIENSI, DAYA TANGGAP, DAN KOMUNIKASI INFORMASI

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN, KEAMANAN, EFISIENSI, DAYA TANGGAP, DAN KOMUNIKASI INFORMASI KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN, KEAMANAN, EFISIENSI, DAYA TANGGAP, DAN KOMUNIKASI INFORMASI PEMBELIAN TIKET ONLINE TERHADAP LOYALITAS PEMBELI TIKET DI PT. KERETA API INDONESIA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Sipak merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 558 194 ha. Desa Sipak secara geografis terletak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,72 PERSEN No. 28/05/14/Th.XVI, 5 Mei 2015 Jumlah angkatan kerja di Riau pada 2015 mencapai 2.974.014 orang,

Lebih terperinci

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR 1 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR Oleh : R. Yulistiani, E.Maryani *), B. Waluya * ) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) hendaknya merupakan

Lebih terperinci

TABEL FREKUENSI DAN HASIL UJI CROSSTABS

TABEL FREKUENSI DAN HASIL UJI CROSSTABS LAMPIRAN 89 TABEL FREKUENSI DAN HASIL UJI CROSSTABS Tabel Frekuensi Distribusi Penguasaan Lahan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Rendah 24 60.0 60.0 60.0 Sedang 11 27.5 27.5 87.5

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN) PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN) NASKAH PUBLIKASI RESTU NUGRAHENI A.220090147 PENDIDIKAN PANCASILA

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN q BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.29/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN Pada Februari 2017, Penduduk

Lebih terperinci

PUSAT STUDI DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK (Center for Public Studies and Empowerment)

PUSAT STUDI DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK (Center for Public Studies and Empowerment) PUSAT STUDI DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK (Center for Public Studies and Empowerment) SURVEI TANGGAPAN MASYARAKAT BANDAR LAMPUNG TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM AYO BERSIH-BERSIH Bandar Lampung, Agustus 2006 Research

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 No. 17/02/51/Th. I, 16 Februari 2015 TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes 2014 pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan yang terus berubah dan hampir semua orang melaksanakan pendidikan karena pendidikan itu tidak pernah terpisahkan dalam kehidupan manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pemerintah sudah mencanangkan pendidikan gratis namun dalam kenyataanya di lapangan, pendidikan tidak sepenuhnya gratis. Hal ini membuat kalangan tertentu sulit untuk

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE SMK JURUSAN TKR DI SMP N 34 PURWOREJO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE SMK JURUSAN TKR DI SMP N 34 PURWOREJO ISSN: 2303-3738 Vol.08/No.02/Juni 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE SMK JURUSAN TKR DI SMP N 34 PURWOREJO Oleh: FajarPrasetyo Aji, Suyitno Pendidikan Teknik Otomotif,

Lebih terperinci

SURVEI KOMUTER MEBIDANG 2015

SURVEI KOMUTER MEBIDANG 2015 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK KOMUTER15 C RAHASIA 101. Provinsi SURVEI KOMUTER MEBIDANG 2015 PENCACAHAN RUMAH TANGGA KOMUTER I. KETERANGAN TEMPAT 102. Kabupaten/Kota *) 103. Kecamatan 104. Desa/Kelurahan

Lebih terperinci

KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR

KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR REKTORAT : Jln. Nusantara, Kubu, Bangli. Telp. (0366) 93788 Jln. Ratna Tatasan, No. 52 Denpasar. Telp. (0361) 226656 Website : www.ihdn.ac.id, email

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI SMP NEGERI 39 PURWOREJO

HUBUNGAN AKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI SMP NEGERI 39 PURWOREJO HUBUNGAN AKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI SMP NEGERI 39 PURWOREJO Yeniarsih Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: Zenni_zenny@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu wilayah

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Peningkatan Kesempatan Melanjutkan Pendidikan dari SD/Setara ke SMP/Setara

Analisis Kebijakan Peningkatan Kesempatan Melanjutkan Pendidikan dari SD/Setara ke SMP/Setara Executive Summary Analisis Kebijakan Peningkatan Kesempatan Melanjutkan Pendidikan dari SD/Setara ke SMP/Setara A. Pendahuluan Angka partisipasi pada tingkat SMP/MTs masih rendah, dan ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004 ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh

Lebih terperinci