BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
|
|
- Herman Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang benda-benda di luar angkasa terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu benda angkasa yang menarik perhatian adalah bintang. Secara sederhana, bintang dipahami sebagai bola raksasa yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Bintang yang terdekat dan paling dikenal tentu adalah matahari kita. Namun, apakah matahari dan bintang-bintang lain akan selamanya bersinar? Jawabannya adalah tidak. Bintang pada akhirnya akan kehadapatn bahan bakar dan mati. Bintang yang telah mati akan menyisakan suatu benda yang dikenal sebagai bintang antap (compact star). Bintang antap adalah benda paling antap yang dapat ditemukan di alam semesta dan terdiri dari tiga jenis, yaitu bintang neutron, katai putih, dan lubang hitam. Saat bintang bermassa > 8M mencapai tahap revolusi bintang super raksasa dan helium telah habis, maka reaksi fusi karbon segera berlangsung. Saat karbon habis, bintang akan membesar dan kemudian meledak. Pada tahap ini bintang dikatakan mengalami supernova dan menyisakan intinya yang bermassa 1, 4M < M < 3M yang kemudian menjadi bintang neutron [Shapiro, 2004]. Pada tahun 1931, setahun sebelum penemuan neutron, Lev Landau berpendapat tentang adanya bintang yang lebih antap dari katai putih yaitu bintang yang bermassa > M dan pada bintang tersebut hukum mekanika kuantum tidak berlaku. Ketika kerapatan materi begitu besar sehingga inti atom menjadi sangat dekat maka akan membentuk sebuah inti atom raksasa. Penemuan neutron sendiri pertama kali oleh J. Chadwick pada tahun 1932 [Haensel dkk, 2007]. Setahun kemudian, Baade dan Zwicky mengusulkan gagasan adanya bintang neutron sebagai hasil dari ledakan supernova [Glendenning, 2000]. Pada masa hidup bintang, gravitasi diimbangi dengan tekanan sehingga bintang dapat dikatakan memiliki bentuk bulat sempurna (bergantung pada laju rotasinya). Ketika bintang mengalami ledakan supernova dan menjadi bintang neutron, keseimbangan antara gravitasi dan tekanan tidak berlaku lagi sehingga bentuk bintang neutron tidak bulat sempurna. Dikatakan bintang neutron karena masih memiliki beberapa sifat yang sama dengan bintang sekalipun bintang neutron adalah bintang yang sudah mati. Bintang neutron merupakan benda paling antap di alam semesta setelah lubang 1
2 2 hitam. Kerapatan yang tinggi membuat inti atom menjadi sangat dekat dan meluruh sehingga terjadi kelimpahan neutron di dalamnya. Ukuran bintang neutron jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran bintang katai putih dan pengamatannya baru dapat dilakukan setelah penemuan pulsar yang diyakini sebagai bintang neutron. Seperti halnya bintang biasa, bintang neutron juga berotasi. Rotasi bintang neutron sangat cepat, sekitar ratusan kali dalam satu detik. Rotasi bintang neutron menghasilkan gaya sentrifugal yang sangat besar dan menyebabkan bentuk bintang neutron yang tidak bulat sempurna. Ketika inti bintang meluruh menjadi bintang neutron, kelestarian momentum sudut mengakibatkan meningkatnya rotasi [Glendenning, 2000]. Relativitas umum memprediksi bahwa rotasi benda yang bermassa besar dapat merusak metrik ruang waktu. Hal ini tidak berlaku dalam mekanika Newton karena pada mekanika Newton gravitasi hanya bergantung pada massa, bukan rotasi. Josef Lense dan Hans Thirring yang pertama kali memprediksi efek rotasi benda terhadap ruang waktu di sekitarnya menggunakan teori relativitas umum Einstein. Rotasi suatu bintang akan memberikan efek pada ruang waktu di dalam bintang dan sekitarnya. Salah satunya adalah efek seretan kerangka inersial. Ketika suatu bintang berotasi, maka ruang waktu di sekitarnya juga ikut terseret searah dengan arah rotasi bintang. Misalkan sebuah partikel yang dijatuhkan dari suatu jarak tertentu di dekat bintang. Jika bintang tidak berotasi, partikel akan langsung jatuh ke pusat bintang. Tapi karena rotasi bintang, partikel akan terseret searah dengan arah rotasi bintang. Efek rotasi bintang terhadap ruang waktu di sekitarnya disebut sebagai seretan kerangka inersial lokal atau sering disebut efek Lense-thirring [Glendenning, 2000]. Efek seretan kerangka tidak hanya berlaku di sekitar bintang neutron tetapi juga di dalam bintang neutron. Selanjutnya akan dikaji lebih dalam Efek Lense-thirring dan bagaimana teori relativitas umum Einstein dapat menjelaskan seretan kerangka di dalam bintang neutron. Kemudian akan dirumuskan persamaan laju presesi seretan kerangka inersial (Ω LT ) di dalam bintang neutron yang stasioner [Chakraborty, 2014]. 1.2 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini antara lain : 1. Bagaimana rotasi bintang neutron dapat mempengaruhi ruang waktu di sekitarnya?
3 3 2. Bagaimana perumusan laju presesi seretan kerangka bagi suatu partikel yang jatuh ke dalam bintang neutron? 1.3 Batasan Masalah Batasan-batasan masalah yang membatasi penulisan tugas akhir ini diantaranya : 1. Bintang neutron yang ditinjau adalah bintang neutron yang terisolasi (tidak ganda) dan berotasi cepat (dalam medan gravitasi kuat). 2. Bintang neutron yang ditinjau bersifat stasioner dan ber-simetri sumbu. 3. Materi di dalam bintang neutron dianggap fluida ideal. 4. Efek seretan kerangka inersial di dalam bintang neutron 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah-masalah di atas maka cakupan tujuan penelitian ini secara rinci dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mempelajari efek rotasi bintang neutron terhadap ruang waktu di sekitarnya. 2. Merumuskan laju presesi seretan kerangka inersial di dalam bintang neutron. 1.5 Tinjauan Pustaka Benda antap dalam astrofisika, seperti bintang neutron dan lubang hitam adalah laboratorium untuk mempelajari relativitas umum Eintein. Bintang neutron diketahui sebagai bintang dengan kelimpahan neutron di dalamnya. Neutron pertama kali ditemukan oleh J. Chadwick pada tahun 1932 [Haensel dkk, 2007]. Lalu pada tahun 1934, Walter Baada dan Fritz Zwicky memprediksi bahwa ledakan supernova dapat mengubah bintang biasa menjadi bintang neutron, suatu bintang dengan kerapatan sangat tinggi dan disusun oleh neutron, sering disebut sebagai inti atom raksasa [Arny, 2014]. Pada tahun 1939, Tolman, Openheimer, dan Volkof menurunkan persamaan kesetimbangan hidrostatik untuk bintang bersimetri bola dalam kerangka kerja relativitas umum [Haensel dkk, 2007]. Persamaan ini, dikenal sebagai persamaan TOV
4 4 yang menjadi persamaan dasar dalam menyusun model struktur bintang neutron. Setahun kemudian, Woltjer memperkirakan bahwa kelestarian fluks magnetik dalam bintang yang berubah dari raksasa merah ke bintang neutron dapat menghasilkan medan sebesar gauss [Glendenning, 2000]. Lalu pada tahun 1950, John Wheeler menurunkan model kulit bintang neutron dan menghitung persamaan keadaan inti bintang neutron yang tersusun atas neutron bebas, proton, dan elektron dalam keseimbangan beta [Haensel dkk, 2007]. Pada tahun 1957, penemuan superkonduktivitas yang menjelaskan teori Bardeen, Cooper, dan Schrieffer (teori BCS), menguatkan dorongan bagi para fisikawan untuk meninjau struktur bintang neutron yang tersusun atas materi dengan kerapatan tinggi dan mempunyai ikatan nukleon yang sangat kuat. Teori ini pertama kali digunakan oleh Migdal pada tahun 1959 untuk menunjukkan bahwa superfluida neutron dapat terjadi di dalam bintang neutron. Pada tahun 1965, sekelompok fisikawan Inggris yang dipimpin oleh Anthony Hewish mengamati fluktuasi sinyal radio pada suatu galaksi. Jocelyn Bell, salah satu anggota kelompok tersebut menemukan keanehan pada laju presesi pulsa radio yang dipercepat tiap 1,33 detik. Beberapa bulan kemudian Hewish menemukan beberapa sumber sinyal radio dan disebut sebagai pulsar (pulsating star) yang kemudian diketahui sebagai bintang neutron. Pulsar yang diamati memiliki periode yang sangat pendek dan jika dihubungkan dengan kerapatan, dimana periode berbanding terbalik dengan akar kuadrat dari kerapatan, maka diketahui pulsar adalah suatu benda dengan kerapatan yang sangat tinggi. Pada tahun 1967, Franco Pacini dan Thomas Gold menemukan kenyataan bahwa bintang neutron berotasi sangat cepat dan memiliki medan magnet yang sangat kuat. Pengamatan tentang pulsar terus dilakukan hingga pada tahun 1968, Gold menyimpulkan bahwa pulsar adalah bintang neutron yang berotasi dan termagnetisasi [Haensel dkk, 2007]. Pendapat Gold dikuatkan dengan penemuan pulsar Vela dan Crab di tahun yang sama dengan periode hanya beberapa milidetik. Penemuan kedua pulsar ini membuktikan adanya benda antap sebagai sisa supernova seperti yang sudah diprediksi oleh Baade dan Zwicky [Chamel, 2010]. Di tahun yang sama juga, Hartle dan Thorne menggunakan metode pendekatan usikan unuk menjelaskan struktur bintang neutron yang berotasi lambat. Lalu pada tahun 1974, R.A Hulse dan J.H taylor menemukan pulsar dalam sistem ganda sebagai bukti adanya gelombang gravitasi seperti yang diprediksi dalam teori relativitas umum Einstein. Sejak penemuan pulsar, penelitian tentang bintang neutron terus berlanjut. Pulsar diketahui sebagai bintang neutron yang berotasi sangat cepat sehingga diamati
5 5 di bumi dalam bentuk sinyal radio dengan periode yang sangat pendek. Ketika suatu bintang runtuh menjadi bintang neutron, kelestarian momentum sudut akan membuat rotasinya meningkat. Pulsar Crab sendiri merupakan bintang neutron yang masih muda dengan kecepatan rotasi 30 kali dalam satu detik. Rotasi suatu bintang yang sangat cepat akan mempengaruhi kerangka ruang waktu di sekitarnya. Ketika bintang neutron berotasi, ruang waktu di sekitar bintang neutron akan ikut terseret searah dengan arah rotasi bintang neutron. Keadaan ini dinamakan seretan kerangka inersial lokal. Efek seretan kerangka tidak dapat dijelaskan dengan mekanika Newton. Efek seretan kerangka merupakan salah satu efek relativistik penting yang di usulkan oleh Lens dan Thirring pada tahun Suatu ruang waktu stasioner dengan momentum sudut tertentu akan menunjukkan efek yaitu kerangka inersial lokal di seret ke arah yang sama dengan arah rotasi bintang. Hal ini membuat setiap giroskop uji pada ruang waktu tersebut akan mendekati frekuensi seretan kerangka atau disebut frekuensi Lense-Thirring (Ω LT ). Frekuensi Lense-Thirring sebanding dengan momentum sudut dan kekompakan benda astrofisika yang berotasi. Efek Lense-thirring untuk gyroskop uji telah di hitung dan menunjukkan kecenderungan untuk berbanding terbalik dengan pangkat tiga jarak gyroskop terhadap sumber dan akan hilang efeknya ketika jaraknya cukup besar dari sumber dan efek kelengkungan mengecil [Chakraborty, 2014]. Pengukuran massa presesi pulsar PSR J telah menunjukkan keberadaan bintang neutron yang bermassa > 2M [Antoniadis dkk, 2013]. Beberapa bintang neutron yang teramati memiliki kecepatan sudut yang sangat tinggi. Oleh karena itu kelengkungan ruang waktu di sekitarnya menjadi lebih tinggi dan efek seretan kerangka inersial menjadi lebih signifikan dalam medan gravitasi kuat. Efek seretan kerangka inersial tidak hanya di luar bintang neutron tetapi juga di dalam bintang neutron. Perhitungan secara teoretik untuk menentukan laju seretan kerangka inersial di dalam bintang neutron pertama kali di berikan oleh Hartle [Hartle, 1967]. Dalam perhitungan tersebut dapat diperkirakan laju seretan kerangka inersial di dalam bintang neutron yang berotasi lambat (ΩR c, dengan R adalah jari-jari pulsar dan c kecepatan cahaya di ruang hampa). Hasil akhir laju presesi seretan kerangka hanya bergantung pada r, yaitu jarak dari pusat bintang neutron dikarenakan pendekatan rotasi lambat. Pada perhitungan Hartle, diamati bahwa frekuensi seretan kerangka lebih tinggi di pusat bintang neutron dibandingkan dengan frekuensi seretan kerangka di permukaan. Frekuensi seretan kerangka tidak akan pernah melebihi frekuensi
6 6 rotasi bintang neutron. Efek seretan kerangka ini di terapkan pada berbagai masalah astrofisika menggunakan perhitungan Hartle. Hartle mempelajari efek ini pada keseimbangan struktur bintang neutron yang berotasi lambat [Hartle dan Thorne, 1968]. Efek seretan kerangka pada frekuensi Kepler diteliti oleh Glendenning dan Weber [Glendenning dan Weber, 1994]. Perhitungan Hartle juga menjelaskan cara efek seretan mempengaruhi momen inersial pada bintang neutron yang berotasi [Weber, dkk, 2006]. Selanjutnya, Morsink dan Stella mempelajari peran efek seretan kerangka dalam menjelaskan quasi periodik osilasi akresi bintang neutron [Morsink, dkk, 1999]. Morsink dan stella memperkirakan frekuensi presesi ν p dari bidang orbit cakram di sekitar sumbu simetri bintang sebagai selisih antara frekuensi osilasi partikel sepanjang longitude dan latitude (2πν P = dϕ/dt dθ/dt) yang diamati pada jarak tak hingga. Perhitungan tersebut memperkenalkan zero angular momentum observer (ZAMO) dan frekuensi presesi ν p yang diamati pada tak hingga. Frekuensi Lense-Thirring sebanding dengan frekuensi ZAMO pada bidang equator pada batas rotasi lambat. Hal ini sama dengan perhitungan Hartle [Hartle, 1967] yaitu kecepatan anguler (dϕ/dt) yang diperoleh seorang pengamat yang jatuh bebas dari tak hingga ke suatu titik (r,θ), merupakan kecepatan rotasi kerangka inersial pada titik tersebut relative terhadap bintang yang jauh. Dalam tugas akhir ini akan diturunkan frekuensi presesi LT (Ω LT ) yang tidak hanya sebagai fungsi ω tetapi fungsi yang rumit dengan komponen metrik. Pada bintang yang berotasi cepat, tidak dapat diharapkan laju presesi yang sama sepanjang bidang equator dan kutub. Frekuensi seretan kerangka harus bergantung pada jarak radial (r) dan sudut colatitude (θ) dalam medan gravitasi yang sangat lemah (jauh dari permukaan benda yang berotasi) [Hartle dan Thorne, 1968]. Laju presesi LT pada ruang waktu stasioner yang sangat melengkung telah didiskusikan secara rinci oleh Chakraborty dan Majumdar [Chakraborty dan Majumdar, 2014]. Motivasi utama pada penulisan tugas akhir ini adalah perumusan persamaan laju presesi LT di dalam bintang neutron yang berotasi dengan beberapa batasanbatasan. Perhitungan dan hasil secara eksak mengenai efek seretan kerangka di dalam bintang neutron untuk berbagai model persamaan keadaan bintang neutron telah dijelaskan oleh Chakraborty. Laju seretan kerangka inersial di dalam bintang neutron akan mengecil dari pusat bintang menuju kutub bintang. Sedangkan untuk daerah ekuator, laju seretan kerangka mengecil dari pusat bintang menuju daerah tepat sebelum permukaan ekuator, lalu naik lagi sampai permukaan ekuator [Chakraborty, 2014]. Selanjutnya, dalam skripsi ini akan dijelaskan secara rinci perumusan laju seretan ke-
7 7 rangka inersial (LT) di dalam bintang neutron yang berada pada medan stasioner. 1.6 Metodologi penelitian Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan metode kajian teoriis melalui studi literatur dan perhitungan matematis. Bintang neutron merupakan benda relativistik sehingga perumusannya menggunakan teori relativitas umum. Relativitas umum tentang kelengkungan ruang waktu menjelaskan bahwa suatu ruang waktu diwakili oleh suatu metrik. Metrik ruang waktu stasioner pada bintang neutron kemudian akan menjelaskan adanya efek seretan kerangka inersial di dalam bintang. Selanjutnya, dasar yang digunakan untuk perumusan laju presesi seretan kerangka inersial Ω LT adalah teori relativitas umum dan konsep matematika tentang geometri diferensial. 1.7 SistEmatika Penulisan Skipsi ini tersusun atas tujuh bab, dengan sistematika penulisannya sebagai berikut : 1. BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. 2. BAB II BINTANG NEUTRON. Pada bab ini akan dielaskan tentang konsep bintang neutron diantaranya kelahiran bintang neutron, evolusi bintang neutron, pulsar, struktur lapisan bintang neutron, dan metrik yang berlaku di dalam bintang neutron. 3. BAB III RELATIVITAS UMUM DAN GEOMETRI DIFERENSIAL. Pada bab ini dipaparkan teori relativitas umum yang mendasari pemahaman tentang bintang neutron dan efek seretan kerangka inersial. Selanjutnya juga dipaparkan geometri diferensial sebagai fondasi matematis yang digunakan untuk merumuskan persamaan laju presesi seretan kerangka inersial di dalam bintang neutron. 4. BAB IV EFEK LENSE THIRRING. Pada bab ini dijelaskan bagaimana efek seretan kerangka pada bintang neutron, konsep rotasi di dalam medan stasioner, dan perumusan laju presesi seretan kerangka inersial di dalam bintang neutron.
8 8 5. BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang simpulan dari hasil penelitian dalam skipsi ini dan saran yang diperlukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 6. LAMPIRAN. Pada lampiran dipaparkan beberapa konsep pendukung yang belum dijelaskan seperti perumusan tentang luminositas Eddington, tensor kelengkungan Riemann untuk merumuskan persamaan medan Einstein, pembuktian beberapa teorema, koneksi affine, dan penjabaran lengkap pada perumusan Ω LT.
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang W. Baade dan F. Zwicky pada tahun 1934 berpendapat bahwa bintang neutron terbentuk dari ledakan besar (supernova) dari bintang-bintang besar akibat tekanan yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, teori dan observasi mengenai benda-benda langit seperti bintang, planet, galaksi serta benda
Lebih terperinciMedan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB
Medan Magnet Benda Angkasa Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar XII.3.4 Menganalisis induksi magnet dan gaya magnetik pada berbagai produk teknologi XII.4.4 Melaksanakan pengamatan induksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (13), Hal. 1-7 ISSN : 337-8 Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet Nurul Asri 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas
Lebih terperinciLow Mass X-ray Binary
Bab II Low Mass X-ray Binary Sco X-1 merupakan obyek yang pertama kali ditemukan sebagai sumber sinar- X di luar Matahari (Giacconi et al., 1962). Berbagai pengamatan dilakukan untuk mencari sumber sinar-x
Lebih terperinciMISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB
MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB AGUS SISWANTO Jagat Raya berawal dari singularitas (titik awal) yang kemudian terjadi Big Bang (Dentuman Besar). Namun teori ini tidak menjawab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan fisika teoritik melalui Teori Relativitas Umum (TRU) yang dikemukakan oleh Albert Einstein sudah sangat pesat dan cukup baik dalam mendeskripsikan ataupun memprediksi fenomena-fenomena
Lebih terperinciSOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha
SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha 1. Pulsar, Bintang Netron, Bintang dan Keruntuhan Gravitasi 1A. Pulsar Pulsar atau Pulsating Radio Sources pertama kali diamati
Lebih terperinciRiwayat Bintang. Alexandre Costa, Beatriz García, Ricardo Moreno, Rosa M Ros
Riwayat Bintang Alexandre Costa, Beatriz García, Ricardo Moreno, Rosa M Ros International Astronomical Union - Comm. 46 Escola Secundária de Loulé, Portugal Universidad Tecnológica Nacional, Argentina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari mana datangnya dunia? Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pertanyaan di atas selalu ada dan setiap zaman memiliki caranya masing-masing dalam menjawab.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika merupakan upaya menemukan pola-pola keteraturan alam dan membingkainya menjadi bagan berpikir yang runtut, yakni berupa kaitan logis antara konsepkonsep
Lebih terperinciRadio Aktivitas dan Reaksi Inti
Radio Aktivitas dan Reaksi Inti CHATIEF KUNJAYA KK ASTRONOMI, ITB Reaksi Inti di Dalam Bintang Matahari dan bintang-bintang umumnya membangkitkan energi sendiri dengan reaksi inti Hidrogen menjadi Helium.
Lebih terperinciBahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :
Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Teori Relativitas Umum Sebelum teori Relativitas Umum (TRU) diperkenalkan oleh Einstein pada tahun 1915, orang mengenal sedikitnya tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi-diri sebuah elektron adalah energi total elektron tersebut di dalam ruang bebas ketika terisolasi dari partikel-partikel lain (Majumdar dan Gupta, 1947).
Lebih terperinciApakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu
Apakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu lihatlah ke langit. Indah bukan? Benda di angkasa yang berkelap-kelip memancarkan cahaya itulah bintang. Apakah
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild
Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com
Lebih terperinci4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit
4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas gerak benda langit dalam medan potensial umum, misalnya potensial sebagai
Lebih terperinciDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika adalah upaya menemukan kaidah-kaidah atau pola-pola keteraturan yang ditaati oleh alam. Pola-pola keteraturan itu sering pula disebut hukum alam (Rosyid,
Lebih terperinciPertanyaan Final (rebutan)
Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena
Lebih terperinciMomen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)
Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh
Lebih terperinciFISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB
FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB 1 MANFAAT KULIAH Memberikan pemahaman tentang fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui fisika klasik Fenomena alam yang berkaitan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Tes Seleksi Olimpiade Astronomi
Lebih terperinciSatuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB
Satuan Besaran dalam Astronomi Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsipprinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian dan aturan angka penting) X.4.1 Menyajikan
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1
SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen
Lebih terperinciFISIKA 2014 TIPE A. 30 o. t (s)
No FISIKA 2014 TIPE A SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya masing-masing 20 3 N mengapit sudut 30 o di atas sumbu X positif, 20 N mnegapit sudut 60 o di atas sumbu X negatif, 5 N pada
Lebih terperinciTENSOR KONTRAVARIAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK BINTANG NEUTRON YANG BEROTASI CEPAT DIUKUR OLEH PENGAMAT ZAMO (ZERO ANGULAR MOMENTUM OBSERVERS)
41 A. Yasrina, Tensor Kontravarian TENSOR KONTRAVARIAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK BINTANG NEUTRON YANG BEROTASI CEPAT DIUKUR OLEH PENGAMAT ZAMO (ZERO ANGULAR MOMENTUM OBSERVERS) Atsnaita Yasrina* Jurusan Fisika,
Lebih terperinci7. EVOLUSI BINTANG 7.1 EVOLUSI BINTANG PRA DERET UTAMA
7. EVOLUSI BINTANG 146 P a g e Seperti mahluk hidup lainnya, bintang juga mengalami proses lahir berkembang dan mati. Umur bintang bergantung pada massanya. Makin besar massa bintang makin singkat umurnya,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2015 ASTRONOMI RONDE ANALISIS DATA Waktu: 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
Lebih terperinciTeori Big Bang. 1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau
Teori Big Bang Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada salah satu cabang ilmu fisika yaitu kosmologi merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Kosmologi merupakan ilmu yang mengulas alam semesta beserta dinamikanya.
Lebih terperinciTEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA
TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA Nama : Lukman Santoso NPM : 240110090123 Tanggal / Jam Asisten : 17 November 2009/ 15.00-16.00 WIB : Dini Kurniati TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
Lebih terperinciSOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1
SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 1. [SDW] Tata Surya adalah... A. susunan Matahari, Bumi, Bulan dan bintang B. planet-planet dan satelit-satelitnya C. kumpulan
Lebih terperinciUM UGM 2017 Fisika. Soal
UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan
Lebih terperinciBAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM
BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1.1 Teori Atom Perkembangan teori atom merupakan sumbangan pikiran dari banyak ilmuan. Konsep dari suatu atom bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli filsafah Yunani pada tahun
Lebih terperinciEINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS
EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS Freddy Permana Zen, M.Sc., D.Sc. Laboratorium Fisika Teoretik, THEPI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. PENDAHULUAN Fisika awal abad
Lebih terperinciFisika UMPTN Tahun 1986
Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika
Lebih terperinciInti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si.
Inti Atom dan Penyusunnya Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Eksperimen Marsden dan Geiger Pendahuluan Teori tentang atom pertama kali dikemukakan oleh Dalton bahwa atom bagian terkecil dari
Lebih terperinciILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.
ILMU FISIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DEFINISI ILMU FISIKA? Ilmu Fisika dalam Bahasa Yunani: (physikos), yang artinya alamiah, atau (physis), Alam
Lebih terperinciJika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu
A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angin bintang dapat difahami sebagai aliran materi/partikel-partikel
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angin bintang dapat difahami sebagai aliran materi/partikel-partikel (plasma) dari permukaan atmosfer bintang dengan kecepatan cukup besar sehingga mampu melawan tarikan
Lebih terperinciFISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN
Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.
Lebih terperinciindahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit
Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit Pilihan Berganda, 20 Soal 1. Jika jarak rata-rata planet Mars adalah 1,52 SA dari Matahari, maka periode orbit planet Mars mengelilingi
Lebih terperinciBEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS
BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS SISTEM MATAHARI Bumi dan planet-planet yang beredar sekitar matahari merupakan suatu alam yang teratur yang dimensinya sangat besar bagi ukuran
Lebih terperinciIde Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar
PERTEMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu
Lebih terperinciAlbert Einstein and the Theory of Relativity
Albert Einstein and the Theory of Relativity 1 KU1101 Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan Bab 07 Great Idea: Semua pengamat, tidak peduli apa kerangka referensinya, mengamati hukum alam yang sama 1. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Atom Bohr Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia, mengikuti jejak Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya mengenai spektrum
Lebih terperinciSOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993
SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Peluru ditembakkan condong ke atas dengan
Lebih terperinci3. MEKANIKA BENDA LANGIT
3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3.1. ELIPS Sebelum belajar Mekanika Benda Langit lebih lanjut, terlebih dahulu perlu diketahui salah satu bentuk irisan kerucut yaitu tentang elips. Gambar 3.1. Geometri Elips
Lebih terperinciPERSAMAAN PERTAMA MAXWELL RELATIVISTIK BINTANG NEUTRON YANG BEROTASI CEPAT DIUKUR OLEH PENGAMAT ZAMO (ZERO ANGULAR MOMENTUM OBSERVERS)
PERSAMAAN PERTAMA MAXWELL RELATIVISTIK BINTANG NEUTRON YANG BEROTASI CEPAT DIUKUR OLEH PENGAMAT ZAMO (ZERO ANGULAR MOMENTUM OBSERVERS) ATSNAITA YASRINA JurusanFisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang,
Lebih terperinciSIFAT BINTANG. Astronomi. Ilmu paling tua. Zodiac of Denderah
PERTEMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam tersusun atas empat jenis komponen materi yakni padat, cair, gas, dan plasma. Setiap materi memiliki komponen terkecil yang disebut atom. Atom tersusun atas inti
Lebih terperinciBENARKAN TAHUN INI ADA MATAHARI KEMBAR?
BENARKAN TAHUN INI ADA MATAHARI KEMBAR? Anak saya dan beberapa sahabat di Banjarmasin terperangah ketika membaca berita harian Banjarmasin Post edisi Senin 24 Januari 2011 pada halaman pertama memuat sebuah
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2012 Waktu 180 menit Nama Provinsi Tanggal Lahir.........
Lebih terperinciFisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern
Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Pokok ahasan Medan Magnetik Abdul Waris Rizal Kurniadi Noitrian Sparisoma Viridi Topik Pengantar Gaya Magnetik Gaya Lorentz ubble Chamber Velocity
Lebih terperinciC20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut.
1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Rentang hasil pengkuran diameter di atas yang memungkinkan adalah. A. 5,3 cm sampai dengan 5,35 cm
Lebih terperinciGetaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Getaran atom dalam zat padat dapat disebabkan oleh gelombang yang merambat pada Kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digelombang yang digunakan dan dibandingkan
Lebih terperinciLATIHAN UJIAN NASIONAL
LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Solusi Schwarzchild. Masukkan Nilai input. Menganalisis Terbentuknya Lubang Hitam Schwarzchild.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Solusi Schwarzchild ds 2 = (1 2m r ) dt2 (1 2m r ) 1 dr 2 r 2 dθ 2 r 2 sin 2 θ dφ 2 r < 2m, r = 2m, r > 2m Masukkan Nilai input Menjalankan
Lebih terperinciTEORI ATOM. Awal Perkembangan Teori Atom
TEORI ATOM Awal Perkembangan Teori Atom Teori atom pada masa peradaban Yunani Demokritus, Epicurus, Strato, Carus Materi tersusun dari partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dibagi lagi Partikel
Lebih terperinci2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5
1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Diameter minimum benda sebesar. A. 9,775 cm B. 9,778 cm C. 9,782 cm D. 9,785 cm E. 9,788 cm 2. Sebuah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Gravitasi Newton Mengapa planet, bulan dan matahari memiliki bentuk mendekati bola? Mengapa satelit bumi mengelilingi bumi 90 menit, sedangkan bulan memerlukan waktu 27
Lebih terperinciXpedia Fisika. Soal Fismod 2
Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas
Lebih terperinciD. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini :
1. Tiga buah vektor gaya masing-masing F 1 = 30 N, F 2 = 70 N, dan F 3 = 30 N, disusun seperti pada gambar di atas. Besar resultan ketiga vektor tersebut adalah... A. 0 N B. 70 N C. 85 N D. 85 N E. 100
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit
Lebih terperinciD. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan
1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,
Lebih terperinciENERGETIKA KESTABILAN INTI. Sulistyani, M.Si.
ENERGETIKA KESTABILAN INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id PENDAHULUAN Apakah inti yang stabil itu? Apakah inti yang tidak stabil? Bagaimana menyatakan kestabilan U-238 berdasarkan reaksi
Lebih terperinci3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,
3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik
Lebih terperinciSOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII
SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton
Lebih terperinciHukum Newton Tentang Gravitasi
Hukum Newton Tentang Gravitasi Kalian tentu sering mendengar istilah gravitasi. Apa yang kalian ketahui tentang gravitasi? Apa pengaruhnya terhadap planet-planet dalam sistem tata surya? Gravitasi merupakan
Lebih terperinciRelativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus
RELATIVITAS Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus Transformasi Galileo Transformasi Lorentz Momentum
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein
Lebih terperinciMEKANIKA BENDA LANGIT MARIANO N., S.SI.
MEKANIKA BENDA LANGIT MARIANO N., S.SI. MEKANIKA BENDA LANGIT Adalah ilmu yang mempelajari gerakan benda-benda langit secara kinematika maupun dinamika : Posisi Kecepatan Percepatan Interaksi Gaya Energi
Lebih terperinciEVOLUSI BINTANG. Adalah proses panjang yang dialami sejak kelahiran sampai dengan kematian. bintang
EVOLUSI BINTANG EVOLUSI BINTANG Adalah proses panjang yang dialami sejak kelahiran sampai dengan kematian. bintang lahir, berkembang dan akhirnya padam Terbentuknya bintang Bintang-bintang lahir di nebula,
Lebih terperinciseperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani.
GALAKSI Pada malam yang cerah, ribuan bintang dapat kamulihat di langit. Sesungguhnya yang kamu lihat itu belum seluruhnya, masih terdapat lebih banyak lagi bintang yangtidak mampu kamu amati. Di angkasa
Lebih terperinciPENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA
PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains MELLY FRIZHA
Lebih terperinciBAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB
BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi
Lebih terperinciMakalah Fisika Modern. Pembuktian keberadaan Postulat Relativitas Khusus Einstein. Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si
Makalah Fisika Modern Pembuktian keberadaan Postulat Relativitas Khusus Einstein Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Modern Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si Disusun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044
PERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044 PERKEMBANGAN MODEL ATOM Seorang filsuf Yunani yang bernama Democritus berpendapat bahwa jika suatu benda dibelah terus menerus, maka pada
Lebih terperinciCATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016
CATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF Diah Ayu Suci Kinasih -24040115130099- Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 FISIKA NUKLIR Atom, Inti dan Radioaktif 1. Pekembangan Teori Atom
Lebih terperinciMata Pelajaran : FISIKA
Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan
Lebih terperinciBAB 19 A T O M. A. Pendahuluan
BAB 19 A T O M A. Pendahuluan Pemikiran ke arah penemuan atom dan inti atom telah berkembang di setiap peradaban sejak manusia mengenal tulisan atau yang lebih dikenal sebagai zaman permulaan sejarah.
Lebih terperinciMODEL PENAMPANG BUJUR BINTANG BEROTASI DENGAN VARIASI KECEPATAN SUDUT
MODEL PENAMPANG BUJUR BINTANG BEROTASI DENGAN VARIASI KECEPATAN SUDUT Iwan Setiawan 1 ABSTRAK: Konfigurasi kesetimbangan mekanis pada bintang-bintang berotasi ditelaah melalui model Roche. Pada kajian
Lebih terperinciC21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.
1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas
Lebih terperinciKajian Konstanta Kosmologi Einstein pada Solar System Effect di ruang waktu Schwarzschild de Sitter
Kajian Konstanta Kosmologi Einstein pada Solar System Effect di ruang waktu Schwarzschild de Sitter Philin Yolanda Dwi Sagita 1, Bintoro Anang Subagyo 2 1 Program Studi Fisika FMIPA Institut Teknologi
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA NEGERI 3 DUMAI Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas
Lebih terperinciDinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA
Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan
Lebih terperinciPembahasan Soal Gravitasi Newton Fisika SMA Kelas X
Soal Gravitasi Newton Fisika SMA Kelas X http://gurumuda.net Contoh soal hukum gravitasi Newton Pelajari contoh soal hukum Newton tentang gravitasi lalu kerjakan soal hukum Newton tentang gravitasi. 1.
Lebih terperinciTeori Dasar Gelombang Gravitasi
Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab
Lebih terperinciFisika EBTANAS Tahun 1996
Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,
Lebih terperincir 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G
Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik menarik yang besarnya berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya Secara matematis
Lebih terperinciD. 2 N E. 1 N. D. (1), (2) dan (3) E. semuanya benar
1. Pada gambar di atas Fy = komponen gaya P pada sumbu Y. Jika Fy = 2 N, maka komponen gaya pada sumbu x adalah... A. 4 N B. 2 N C. 2 N Kunci : B Diket : Fy = 2 N Ditanya : Fx Jawab : Fy = F sin 30 2 =
Lebih terperinciAnalisis Dimensi 1. Oleh : Abdurrouf Tujuan. 0.2 Ringkasan
Analisis Dimensi 1 Oleh : Abdurrouf 2 0.1 Tujuan Setelah mempelajari topik ini, diharapkan peserta dapat memahami pengertian dimensi, mengenal dimensi besaran pokok, dapat menurunkan dimensi besaran satuan,
Lebih terperinciKISI KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014
KISI KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Mata Pelajaran : Fisika Kurikulum : KTSP Alokasi waktu : 120 menit Jenis Sekolah : Madrasah Aliyah Jumlah soal : 40 butir Penyusun : FARLIN
Lebih terperinciTATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )
TATA KOORDINAT BENDA LANGIT Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah (4201412051) 2. Winda Yulia Sari (4201412094) 3. Yoga Pratama (42014120) 1 bintang-bintang nampak beredar dilangit karena bumi berotasi. Jika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi
Lebih terperinciD. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan
1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,
Lebih terperinci