BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Solusi Schwarzchild. Masukkan Nilai input. Menganalisis Terbentuknya Lubang Hitam Schwarzchild.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Solusi Schwarzchild. Masukkan Nilai input. Menganalisis Terbentuknya Lubang Hitam Schwarzchild."

Transkripsi

1 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Solusi Schwarzchild ds 2 = (1 2m r ) dt2 (1 2m r ) 1 dr 2 r 2 dθ 2 r 2 sin 2 θ dφ 2 r < 2m, r = 2m, r > 2m Masukkan Nilai input Menjalankan Program Menganalisis Terbentuknya Lubang Hitam Schwarzchild Selesai

2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Lubang Hitam Schwarzschild ini dilakukan di Kota Medan, tepatnya di Perpustakaan Fakultas MIPA dan Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dengan cara mengumpulkan sumber-sumber bacaan teoritik, mengkajinya, menganalisis dan melakukan pembahasan. Penelitian dimulai sejak awak Semester Genap 2017/2018 yaitu pada awak bulan Januari dan selesai pada bulan Juni Jadwal Penelitian Bulan No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Studi Kepustakaan 2 Proposal 3 Analisis dan Pembahasan 4 Seminar hasil 5 Sidang

3 BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL Pada bab IV hendak disampaikan mengenai hasil dan pembahasan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian dilakukan dengan melakukan pendekatan teoritis dan pendekatan komputasi. Solusi Schwarzschild terlebih dahulu di uji secara teoritis sehingga membuktikan bahwa suatu bintang masif atau supermasif yang sesuai dengan ketentuan teori relativitas umum Einstein dapat membentuk kelengkungan ruang-waktu yang sifatnya geodesik. Selanjutnya apabila didapat kebenaran atas adanya sifat geodesik yang dihasilkan oleh kelengkungan ruang-waktu berdasarkan persamaan solusi Schwarzschild, divisualisasikan sebuah diagram yang berupa diagram ruang tiga dimensi yang dapat diatur besar massa dan jari-jari atau radius bintang masif atau supermasif agar terbentuk lubang hitam apabila radius yang diatur mencapai radius Schwarzschild Solusi Schwarzschild terhadap Teori Relativitas Umum Einstein Sangatlah luas pembahasan mengenai teori relativitas umum Einstein karena begitu banyak aspek-aspek astrofisika yang menggunakan teori ini dalam penerapan persamaan juga penentuan solusi umum dari teori-teori astrofisika. Belum lagi penerapan teori relativitas umum ini kemudian dikaitkan pada teori fisika kuantum dalam memahami terbentuknya alam semesta. Oleh karenanya tema yang diangkat untuk penelitian ini menerapkan teori relativitas umum kedalam hal yang sangat spesifik yaitu menentukan karakteristik umum yang diperlukan agar terbentuknya lubang hitam yang telah digagas oleh Karl Schwarzschild. Salah satu fondasi teori relativitas umum adalah prinsip kesetaraan (principle of equivalence). Ohanian menyatakan bahwa ada dua jenis prinsip kesetaraan. Jenis pertama adalah prinsip kesetaraan lemah (weak principle of equivalence) yang menyatakan bahwa dalam suatu medan gravitasi, seluruh partikel uji dengan kecepatan awal yang sama akan jatuh dengan percepatan yang sama. Jenis yang kedua adalah prinsip kesetaraan kuat (strong principle of equivalence) yang berbunyi, dalam seluruh laboratorium yang jatuh bebas serta tak berotasi, hasil- hasil dari sembarang percobaan lokal adalah sama, tidak tergantung dari medan gravitasi yang berada di sekitar laboratorium tersebut. (Ohanian H, 1976)

4 26 Penerapan Teori Relativitas Umum dalam persamaan gravitasi Einstein yang mengabaikan tetapan kosmologi yang dirumuskan sebagai berikut : R μv 1 2 g μv = ( 8πG c 4 )T μv (4.1) Dengan persamaan diatas akan diterapkan untuk menelaah beberapa gejala alam. Salah satunya adalah solusi persamaan gravitasi Einstein untuk objek statik bermassa M yang diletakkan pada pusat koordinat empat dimensi berupa 3 dimensi koordinat polar (r, θ, ϕ) dan satu koordinat waktu (t) yang nantinya dikenal sebagai metrik Schwarzchild. (Anugraha R, 2011) Solusi persamaan gravitasi Einstein untuk partikel simetri bola statik, tak berotasi, tak bermuatan diberikan dalam bentuk metrik Schwarzschild. Metrik tersebut dalam koordinat 4 x μ =(ct,r,θ,φ ) dinyatakan dalam bentuk c 2 dτ 2 = (1 2m r ) c2 dt 2 + (1 2m r ) 1 dr 2 + r 2 (dθ 2 + sin 2 θdφ 2 ) (4.2) Dengan m = GM c 2 (4.3) dan M adalah massa partikel statik bersimetri bola di O. Jika massa partikel tersebut dilenyapkan (M = 0), metrik akan kembali ke bentuk metrik ruang- waktu Minkowski. Metrik Minkwski ini merupakan metrik ruang-waktu datar karena dengan melakukan transformasi dari koordinat bola ke koordinat Kartesian akan diperoleh metrik dengan tensor metrik sama dengan delta Kronecker. Selanjutnya dilakukan transformasi ke koordinat kartesian (x, y, z) dengan pusat di sumbu z pada jarak R dari O yang dirumuskan sebagai x = r sinθ cosφ, y = rsinθsinφ, z = rcosθ R (4.4) Persamaan (4) diatas dapat ditulis menjadi r = (x 2 + y 2 ) + (z + R) 2 (4.5) Yang jika diferensialnya dikuadratkan menghasilkan dr 2 = x2 dx 2 +y 2 dy 2 +(z+r) 2 dz 2 +2xydxdy+2x(z+R)dxdz+2y(z+R)dydz x 2 +y 2 +(z+r) 2 (4.6) Dengan mendiferensiasikan persamaan (4.4) maka diperoleh dx = sinθcosφ dr + rcosθcosφ dθ rsinθsinφ dφ dy = sinθsinφ dr + rcosθsinφ dθ + rsinθcosφ dφ dz = cosθ dr rsinθ dθ (4.7)

5 27 Yang jika kita menjumlahkan kuadrat persamaan (4.7) diperoleh dx 2 + dy 2 + dz 2 dr 2 = r 2 (dθ 2 + sin 2 θdφ 2 ) (4.8) Dengan mengisikan pers. (4.5), (4.6) dan (4.8) ke dalam pers. (4.2) dan masingmasing pembilang dan penyebut dibagi dengan R diperoleh c 2 dτ 2 = (1 2m/R 1+( 2z R )+(x2 +y 2 +z 2 ) R 2 ) c 2 dt 2 + dx 2 + dy 2 + dz 2 + (1 + 2z R + x2 +y 2 +z 2 R 2 ) 1 [ 1 + (1 2m/R y 2 ) 1+( 2z R )+(x2 +y 2 +z 2 ) R 2 1 ] [ x2 R 2 dx2 + R 2 dy2 + (1 + z R )2 dz 2 + 2xy 2x R2 dxdy + (1 + z ) dxdz + 2y (1 + z ) dydz] R R R R (4.9) Selanjutnya ditinjau daerah kecil (lokal) di sekitar pusat serta diasumsikan bahwa R cukup besar sehingga x/r, y/r dan z/r << 1. Namun dalam hal ini tidak diasumsikan m/r << 1 sehingga tidak digunakan pendekatan medan lemah. Dengan mengabaikan suku orde kedua dalam x/r, y/r dan z/r pada pers. (4.9), diperoleh ungkapan orde pertama metrik Schwarzschild sebagai c 2 dτ 2 = (1 2m R + 2mz R 2 ) c2 dt 2 + dx 2 + dy 2 + (1 2m R + 2mz R 2 ) 1 dz 2 + 4m (1 2m + 2mz R R R 2 ) 1 ( x dxdz + y dydz) (4.10) R R Dari metrik (4.10) diatas, tampak bahwa metrik tersebut mengandung dua bagian yaitu bagian tensor metrik diagonal yang nantinya akan sama dengan elemen garis dipercepat seragam serta bagian tensor metrik tak diagonal yang menyumbang pada kelengkungan. Pada kerangka dipercepat seragam, misalkan sebuah metrik memiliki metrik : dτ 2 = α 2 (z)dt 2 c 2 (dx 2 + dy 2 + β 2 (z)dz 2 ) (4.11) Ditinjau gerakan pada sumbu z (dx = dy = 0), sehingga metrik (4.11) menjadi dτ 2 = α 2 dt 2 c 2 β 2 dz 2 (4.12) sebuah partikel yang bergerak bebas sepanjang sumbu z dalam kerangka dipercepat akan memiliki percepatan d 2 z dτ 2 = mc2 R 2 (4.13)

6 28 Dengan komponen tensor metrik adalah Maka akan diperoleh g tt = g 11 = α 2 dan g zz = g 22 = c 2 β 2 (4.14) mc2 R 2 = c2 αβ 2 dα dα dz [1 α dz Dan dengan mengasumsikan bahwa[ 1 α dα dz + 1 β + 1 dβ β dz dβ dz ] (dz dτ )2 (4.15) ] = 0, maka diperoleh Sehingga menghasilkan persamaan akhir Dengan mengintegralkan persamaan diatas maka didapat Dengan 2K 1 = K, maka 1 α dα dz = mβ2 R 2 (4.16) α dα = m dz (4.17) R2 α 2 = 2mz R 2 + 2K 1 (4.18) α 2 = β 2 = K + 2mz R 2 (4.19) dengan K adalah tetapan integrasi. Dengan mensubstitusikan persamaan (4.19) ke dalam persamaan (4.11) diperoleh metrik dτ 2 = (K + 2mz R 2 ) c2 dt 2 + dx 2 + dy 2 + (K + 2mz R 2 ) 1 dz 2 (4.20) Selanjutnya dipilih untuk tetapan integrasi K = 1 2m R sehingga persamaan (4.20) menjadi c 2 dτ 2 = (1 2m R + 2mz R 2 ) c2 dt 2 + dx 2 + dy 2 + (1 2m R + 2mz R 2 ) 1 dz 2 (4.21) Jika kita lihat, tampak bahwa metrik (4.21) di atas sama dengan bagian diagonal dari metrik (4.10). Ini menunjukkan bahwa bagian diagonal metrik (4.10) berkorespondensi dengan elemen garis dalam kerangka dipercepat beraturan dalam ruang- waktu datar seperti yang terdapat pada metrik (21). Adapun bagian tak diagonal dari metrik (10) yaitu suku 4m (1 2m + 2mz R R R 2 ) 1 ( x dxdz + y dydz) (4.22) R R berhubungan dengan kelengkungan ruang yang berimplikasi pada penyimpangan geodesik. (Ridho A, 2016)

7 Syarat Suatu Bintang dapat Menjadi Sebuah Lubang Hitam Bintang-bintang yang ukuran massanya 10 kali lebih besar dibanding massa matahari akan menjadi bintang merah super raksasa di tengah siklus kehidupan bintangnya, setelah membakar semua gas hidrogen yang dimilikinya bersamaan dengan reaksi fusi mengubah helium menjadi karbon yang terjadi di bintang tersebut. Bintang-bintang raksasa yang demikian memiliki temperatur permukaan yang relatif dingin (sekitar K) dengan jari-jari antara 200 sampai 800 kali lebih besar dari jari-jari matahari. Gambar 4.1. V838 Monocerotis Salah satu bintang merah super raksasa Seraya gas helium berubah menjadi karbon mengakibatkan perubahan temperatur pada inti bintang. Temperatur inti bintang tersebut mengakibatkan meningkatnya gravitasi dan berlanjut pada penarikan atom-atom karbon secara bersamaan serta reaksi fusi yang menimbulkan seluruh elemen-elemen penyusun bintang tersebut menjadi besi yang keras. Ketika inti bintang berisi lebih banyak besi, reaksi fusi akan berhenti sebagaimana tidak adalagi energi yang terlepas dengan melakukan reaksi fusi inti besi bersamaan energi haruslah terletak pada fusi besi. Sejak energi tidak lagi diradiasikan dari inti bintang, bintang tersebut akan mengalami keruntuhannya, dikarenakan kenaikan temperatur yang bersamaan dengan pengerusakan atom-atom penyusun bintang. Gaya balik yang terjadi antara gravitasi dengan lontaran-lontaran inti bintang kemudian mengakibatkan yang kita lihat sebagai supernova. Bersamaan gelombang kejut yang mengenai material yang terletak pada

8 30 lapisan terluar bintang yang kemudian material tersebut memanas, melakukan reaksi fusi untuk membentuk elemen-elemen selanjutnya. Gambar 4.2. Bintang merah raksasa Semua elemen-elemen yang berat, termasuk uranium dan plutonium, akan membentuk supernova. Material-material tersebut akan terlontarkan ke angkasa karena ledakan ini, inilah yang kemudian dikenal sebagai sisa ledakan supernova. Hal ini merupakan gambaran umum tentang supenova (disebut supernova keruntuhan inti), tetapi masih ada lagi jenis supernova yang lainnya yang lebih eksotik yang terjadi apabila bintang yang luar biasa raksasa runtuh. Gambar 4.3. Supernova 1994D pada pinggiran galakasi NGC 4526 Salah satu supernova yang terlihat

9 31 Dari keruntuhan bintang tersebut dapat terjadi beberapa output yakni dapat menjadi lubang hitam, bintang neutron, bintang merah raksasa, kabut planet, bintang katai putih atau bintang katai biru, sampai bintang katai hitam. Jika sisa dari ledakan mahadahsyat (supernova) dari sebuah bintang merah super besar dengan inti yang 3 kali lebih besar dari matahari,maka gravitasi yang muncul akan menyebabkan gaya tahan antara proton-proton dan neutron-neutron pada atom yang terpisah. Inti tersebut kemudian akan menelan atom-atom tersebut dengan gravitasinya, yang kemudian akan menjadi sebuah lubang hitam. Secara teoritis sebuah lubang hitam mengandung sebuah singularitas, sebuah titik dimana terdapat kerapatan tak hingga dengan sebuah daerah angkasa disekitarnya yang disebut dengan daerah horizon (event horizon), sangat luas sehingga tidak mungkin untuk dapat lepas dari tarikan gravitasi lubang hitam tersebut. (Swire C, 2011) Gambar 4.4. Lubang Hitam Sama seperti manusia, bintang mengalami kelahiran, pertumbuhan, dan kemudian akhirnya mati. Ketika bintang mati, tidak semuanya berevolusi menjadi lubang hitam. Sederhananya, evolusi bintang adalah rangkaian perubahan yang dialami bintang selama masa hidupnya (masa di mana ia memancarkan cahaya dan panas). Bergantung pada ukurannya, masa ini terentang dari ratusan ribu tahun untuk bintang super masif hingga ratusan miliar tahun untuk bintang-bintang katai coklat. Evolusi bintang tidak dipelajari dengan cara mengamati sebuah bintang dari lahir hingga kematiannya. Umur manusia terlalu singkat untuk melakukan hal tersebut.

10 32 Evolusi bintang dipelajari melalui analisis hasil pengamatan ribuan bintang dengan usia yang berbeda-beda. Tugas astronom adalah memilah-milah dan mengurutkan mana bintang yang muda dan mana yang tua sesuai dengan karakteristik fisisnya. Pemodelan kemudian dilakukan untuk memperkirakan struktur bagian dalam bintang dalam berbagai usia tersebut. Kini, dengan berkembangnya teknologi komputasi, evolusi bintang dapat disimulasikan melalui pemodelan komputer. Evolusi bintang dimulai dengan keruntuhan gravitasi pada awan molekul raksasa. Diperkirakan awan molekul raksasa tersebut memiliki diameter kira-kira 100 tahun cahaya (9.5 10^14 km) dan berisi hingga kali massa matahari (1,2 10^37 kg). Ketika runtuh, awan molekul raksasa tadi lantas menjadi potonganpotongan kecil. Dalam setiap potongan ini, gas runtuh melepaskan energi potensial sehingga menjadi panas. Ketika suhu dan tekanan meningkat, potongan-potongan kecil tadi saling menyatu menjadi bola gas superpanas yang berputar dan dikenal sebagai protobintang. Sebuah protobintang dapat terus berkembang dengan pertambahan gas dan debu dari sisa reruntuhan awan molekul, menjadi bintang katai, deret utama, bintang raksasa, hingga menjadi maharaksasa dan siap untuk mati. Sepanjang masa hidupnya, bintang tidak henti-hentinya bereaksi fusi. Setelah sebuah bintang telah menggunakan seluruh bahan bakarnya, ia dapat mati dan berevolusi menjadi bintang katai putih, bintang neutron, ataupun lubang hitam, tergantung pada massanya. Akhir kehidupan sebuah bintang tergantung pada massa yang dimilikinya sejak bintang itu lahir. Bintang yang memiliki massa besar akan mengakhiri hidup mereka sebagai lubang hitam atau bintang neutron. Tapi sebuah bintang dengan massa rendah atau menengah (dengan massa kurang dari sekitar 8 kali massa matahari kita) akan menjadi katai putih. Syarat sebuah bintang agar bisa berevolusi menjadi lubang hitam adalah, ia setidaknya harus memiliki massa 10 kali lebih besar dari massa Matahari. Sehingga jenis bintang yang bisa menjadi lubang hitam adalah bintang maharaksasa. Di masa akhir kehidupannya, bintang maharaksasa akan meledak. Meledak dengan teramat dahsyat. Jauh lebih dahsyat dari ledakan bintang raksasa. Ledakannya disebut supernova.seluruh isi perut bintang maharaksasa akan berhamburan dalam peristiwa supernova. Tidak ada yang tersisa sama sekali. Bintang yang berukuran

11 33 hingga orbit Mars ini habis. Tapi intinya tetap ada.yang menjadi sisa adalah materi inti apapun yang berada di dalam radius Schwarzschild. Sisa ini telah teremas begitu kuat hingga bahkan ia tidak menjadi bintang neutron. Sisa ini begitu gelap, mati, tanpa cahaya. Kita menyebutnya lubang hitam. ( /11/syarat-agar-bintang-menjadi-lubang-hitam.html) Bintang adalah objek panas yang merupakan gas bercahaya yang memulai kehidupan mereka di Nebula. Bintang bervariasi dalam ukuran, massa dan suhu, diameter mulai dari 450 kali lebih kecil sampai lebih dari 1000 kali lebih besar dari pada Matahari. Massa berkisar antara dua puluh sampai lebih 50 kali massa matahari dan suhu permukaan bisa berkisar dari derajat Celcius sampai lebih dari derajat Celcius.Warna bintang ditentukan oleh suhunya, bintang terpanas berwarna biru dan bintang paling keren berwarna merah.matahari memiliki suhu permukaan derajat celcius, warnanya nampak kuning. Energi yang dihasilkan oleh bintang tersebut adalah dengan fusi nuklir di inti bintang. Kecerahan diukur dalam besaran, semakin terang bintang semakin rendah besarnya. Ada dua cara untuk mengukur kecerahan bintang, magnitudo tampak adalah pemandangan yang terlihat dari Bumi, dan magnitudo absolut yang merupakan kecerahan bintang yang dilihat dari jarak standar 10 parsek (32,6 tahun cahaya). Bintang dapat diplot pada grafik menggunakan Diagram Russell Hertzsprung seperti gambar 4.5. Bintang-bintang kecil memiliki massa sampai satu setengah kali Matahari. Pada Tahap 1- Bintang lahir di wilayah Nebula dengan tingkat kepadatan tinggi, dan mengembun menjadi sekumpulan besar gas dan debu dan berkontraksi di bawah gravitasinya sendiri. Kontraksi ini menyebabkan pengompakan materil-materil sehingga terbentuklah benda angkasa seperti bintang. Tahap 2 - Daerah kondensasi akan mulai memanas dan mulai bersinar membentuk proto bintang. Jika proto bintang mengandung cukup zat, suhu sentral mencapai 15 juta derajat celcius. Tahap 3 - Pada suhu ini, reaksi nuklir dengan bahan bakar hidrogen membentuk helium dapat dimulai. Tahap 4 - Bintang mulai melepaskan energi, menghentikan dari kontraksi lebih dan menyebabkannya bersinar. Sekarang ini adalah tahapan utama pada siklus bintang.

12 34 Gambar 4.5. Grafik yang menunjukkan bahwa temperatur berbanding dengan luminositas, semakin panas bintang semakin tinggi luminositas bintang. Tahap 5 - Bintang dengan massa sama dengan matahari tetap berada dalam urutan utama sekitar 10 miliar tahun, sampai semua hidrogen menyatu membentuk helium. Tahap 6 - Inti helium sekarang mulai berkontraksi lebih lanjut dan reaksi mulai terjadi pada lapisan pelindung di sekitar inti. Tahap 7 - Inti cukup panas agar helium dapat mengering membentuk karbon. Lapisan luar mulai melebar, sejuk dan bersinar kurang cerah. Bintang yang sedang berkembang sekarang disebut bintang merah raksasa. Tahap 8 - Inti helium habis, dan lapisan luar melayang jauh dari inti sebagai cangkang gas, gas yang mengelilingi inti ini disebut Nebula Planet atau kabut planet. Tahap 9 - Inti yang tersisa (yang berarti 80% bintang asli) sekarang berada pada tahap akhir. Intinya menjadi Bintang kataiputih akhirnya mendingin dan meredup. Ketika berhenti bersinar, bintang yang sekarang mati disebut bintang katai mati atau bintang katai gelap.

13 35 Bintang besar dengan massa 3 kali massa Matahari. Diantaranya terdapat massa yang lebih besar dari lima puluh kali massa Matahari Tahap 1 - Bintang besar berevolusi dengan cara yang sama seperti bintang kecil sampai bisa menampilkan urutan utama seperti bintang kecil pada tahap 1 sampai tahap 4. Bintang-bintang bersinar dengan mantap sampai hidrogen menyatu membentuk helium (dibutuhkan miliaran tahun di bintang kecil, tapi hanya jutaan di bintang masif). Tahap 2 - Bintang masif kemudian menjadi bintang merah raksasa dan dimulai dengan inti helium yang dikelilingi oleh selubung pendinginan, gas yang meluas. Tahap 3 - Dalam jutaan tahun berikutnya serangkaian reaksi nuklir terjadi membentuk elemen yang berbeda dalam kerang di sekitar inti besi. Gambar 4.6. Siklus bintang sampai kepada ledakan supernova dan berakhir pada bintang neutron. Tahap 4 - Inti runtuh dalam waktu kurang dari satu detik, menyebabkan ledakan yang disebut Supernova, di mana gelombang kejut bertiup dari lapisan luar bintang. (Supernova yang sebenarnya bersinar lebih terang dari keseluruhan galaksi dalam waktu singkat). Tahap 5 - Terkadang inti bertahan dari ledakan. Jika inti yang tersisa adalah antara 1,5-3 kali massa matahari, ia berkontraksi menjadi Bintang Neutron kecil yang sangat padat. Jika intinya jauh lebih besar dari tiga kali massa matahari, inti yang berlontraksi ini menjadi lubang hitam. ( /starlife/starpages_26m.ht ml) 4.3. Keberadaan lubang Hitam Lubang hitam supermasif (dalam bahasa Inggris: Supermassive black hole) adalah jenis lubang hitam terbesar, dengan massa dari ratusan ribu hingga miliaran kali

14 36 massa matahari. Kebanyakan atau bahkan semua galaksi diperkirakan memiliki lubang hitam supermasif di pusatnya. Di pusat galaksi Bimasakti diyakini terdapat lubang hitam supermasif Sagittarius A*. Lubang hitam supermasif pertama kali dihipotesa oleh Donald Lynden-Bell dan Martin Rees pada tahun 1971 yang beranggapan bahwa pusat galaksi Bimasakti memiliki lubang hitam supermasif. Lubang hitam supermasif di pusat Bimasakti ditemukan pada tanggal 13 dan 15 Februari 1974, oleh astronomer Bruce Balick dan Robert Brown interferometer garis dasar milik Observatorium Astronomi Radio Nasional dan dinamakan Sagittarius A*. Mereka menemukan sumber radio yang memancarkan radiasi sinkrotron, yang ditemukan bersifat padat dan tidak bergerak karena gravitasinya. Oleh karena itu, ini adalah indikasi pertama bahwa terdapat lubang hitam supermasif di bagian inti Bimasakti.Para astronom yakin bahwa Galaksi Bimasakti mempunyai lubang hitam supermasif di pusatnya, 26,000 tahun cahaya dari Tata Surya, di daerah bernama Sagittarius A* karena: a. Bintang S2 mengikuti orbit elips dengan periode orbit 15.2 tahun. Jarak terdekat of 17 jam cahaya (1, m or 120 SA) dari objek pusat. b. Dari pengamatan gerak bintang S2, massa objek dapat diperkirakan 4,1 juta kali massa matahari, atau sekitar 8, kg. c. Radius benda pusat tidak lebih dari 17 jam cahaya, bila lebih besar, S2 akan bertabrakan dengannya. Bahkan, observasi terbaru mengindikasi radius benda pusat tidak lebih dari 6,25 jam cahaya, kira-kira setara dengan orbit planet Uranus. ( _hitam_supermasif.html) d. Istilah lubang hitam adalah awal yang sangat baru. Istilah ini diciptakan pada tahun 1969 oleh ilmuwan Amerika John Wheeler sebagai deskripsi grafis dari sebuah gagasan yang dimulai sekitar dua ratus tahun yang lalu hingga pada saat muncul dua teori tentang cahaya yakni oleh Newton yang menyatakan bahwa cahaya terdiri dari Partikel dan pendapat yang lain menyatakan bahwa cahaya terbentuk dari gelombang. Kita sekarang tahu bahwa sebenarnya kedua teori itu benar. Dengan dualitas gelombang / partikel mekanika kuantum, cahaya dapat dianggap sebagai gelombang dan partikel. Pada teori yang menyatakan bahwa cahaya terbentuk dari gelombang, tidak jelas bagaimana hal tersebut menjelaskan tentang fenomena gravitasi.

15 37 Gambar 4.7. Orbit 6 bintang di sekitar kandidat lubang hitam supermasif Sagittarius A* di pusat Bimasakti. Akan tetapi jika cahaya terdiri dari partikel, orang mungkin mengharapkannya terkena gravitasi dengan cara yang sama seperti bola meriam, roket, dan planet. Pada awalnya orang berpikir bahwa partikel cahaya bergerak cepat, sehingga gravitasi tidak akan mampu memperlambatnya, namun penemuan oleh Roemer bahwa cahaya bergerak pada kecepatan yang terbatas berarti gravitasi mungkin memiliki efek penting. Dengan asumsi ini, seorang don Cambridge, John Michell, menulis sebuah makalah pada tahun 1783 dalam Pertemuan Filosofis Royal Society of London di mana dia menunjukkan bahwa sebuah bintang yang cukup masif dan kompak akan memiliki medan gravitasi yang begitu kuat sehingga cahaya bisa Tidak luput: cahaya yang dipancarkan dari permukaan bintang akan terseret kembali oleh daya tarik gravitasi bintang sebelum bisa sangat jauh. Michell menyarankan agar ada sejumlah besar bintang seperti ini. Meskipun kita tidak dapat melihat mereka karena cahaya dari mereka tidak akan sampai ke kita, kita masih akan merasakan daya tarik gravitasi mereka. Benda seperti itulah yang sekarang kita sebut sebagai lubang hitam, karena memang begitulah: black void in space. Saran serupa diajukan beberapa tahun kemudian oleh ilmuwan Prancis Marquis de Laplace, yang tampaknya terlepas dari

16 38 Michell. Yang cukup menarik, Laplace memasukkannya hanya dalam edisi pertama dan kedua bukunya The System of the World, dan meninggalkannya pada edisi selanjutnya; Mungkin dia memutuskan bahwa itu adalah ide gila. (Juga, teori cahaya sebagai partikel tidak disukai selama abad kesembilan belas; tampaknya segala sesuatu dapat dijelaskan oleh teori gelombang, dan menurut teori gelombang, tidak jelas bahwa cahaya akan terpengaruh oleh gravitasi sama sekali. ). Sebenarnya, tidak benar-benar konsisten memperlakukan cahaya seperti cannonballs dalam teori gravitasi Newton karena kecepatan cahaya tetap. (Sebuah meriam yang ditembak dari permuukaan bumi akan diperlambat oleh gravitasi dan pada akhirnya akan berhenti dan kembali; sebuah foton haruslah terus naik dengan kecepatan konstan. Bagaimana gravitasi Newtonian dapat mempengaruhi cahaya?) Sebuah teori yang konsisten tentang Bagaimana gravitasi mempengaruhi cahaya tidak datang sampai Einstein mengajukan relativitas umum pada tahun Dan bahkan kemudian sudah lama sebelum implikasi teori untuk bintang masif dipahami. Untuk memahami bagaimana lubang hitam terbentuk, pertama kita membutuhkan pemahaman tentang siklus hidup sebuah bintang. Bintang terbentuk ketika sejumlah besar gas (kebanyakan hidrogen) mulai runtuh karena daya tarik gravitasinya. Karena berkontraksi, atom gas saling bertabrakan semakin sering dan pada kecepatan yang lebih besar dan lebih besar lagi sehingga gas akan memanas. Akhirnya, gas akan sangat panas sehingga ketika atom hidrogen bertabrakan, mereka tidak lagi terpental satu sama lain, tapi malah menyatu untuk membentuk helium. Panas yang dilepaskan dalam reaksi ini, yang seperti ledakan bom hidrogen terkontrol, inilah yang membuat bintang bersinar. Panas tambahan ini juga meningkatkan tekanan gas sampai cukup untuk menyeimbangkan daya tarik gravitasi, dan gas berhenti berkontraksi. Ini seperti balon - ada keseimbangan antara tekanan udara di dalam, yang mencoba membuat balon melebar, dan ketegangan pada karet, yang mencoba membuat balon lebih kecil. Bintang akan tetap stabil seperti ini untuk waktu yang lama, dengan panas dari reaksi nuklir menyeimbangkan daya tarik gravitasi. Akhirnya, bagaimanapun, bintang tersebut akan kehabisan hidrogen dan bahan bakar nuklir lainnya. Paradoksnya, semakin banyak bahan bakar untuk membentuk bintang, maka semakin cepat pula habisnya. Ini karena semakin masif bintangnya, semakin panas perlu menyeimbangkan daya tarik gravitasinya. Dan yang lebih panas itu, semakin cepat ia

17 39 akan menggunakan bahan bakar. Matahari kita mungkin punya cukup bahan bakar selama lima ribu juta tahun lagi, tetapi terdapat banyak bintang masif yang dapat menggunakan bahan bakarnya hanya dalam seratus juta tahun. Ketika sebuah bintang kehabisan bahan bakar, ia mulai mendingin dan berkontraksi. Apa yang mungkin terjadi pada hal itu maka pertama kali dipahami hanya pada akhir tahun 1920an. Bagaimana kita bisa berharap bisa mendeteksi lubang hitam, karena dengan definisi yang sangat bagus, ia tidak memancarkan cahaya? Mungkin terlihat seperti mencari kucing hitam di gudang batu bara. Untungnya, ada jalan. Seperti yang John Michell tunjukkan dalam makalah perintisnya pada tahun 1783, sebuah lubang hitam masih menimbulkan kegemparan gravitasi pada benda-benda di dekatnya. Para astronom telah mengamati banyak sistem di mana dua bintang mengorbit satu sama lain, saling tertarik satu sama lain dengan gravitasi. Mereka juga mengamati sistem di mana hanya ada satu bintang yang terlihat yang mengorbit di sekitar beberapa pendamping yang tak terlihat. Tentu saja orang tidak bisa, segera menyimpulkan bahwa pendamping itu adalah lubang hitam: mungkin hanya bintang yang terlalu samar untuk dilihat. Namun, beberapa dari sistem ini, seperti yang disebut Cygnus X- 1 Gambar 4.8, juga merupakan sumber sinar-x yang kuat. (Hawking, S W, 2001) Gambar 4.8. Letak Cygnus X-1 Baru-baru ini, para astronom berhasil mengamati detik-detik ledakan supernova dari bintang super raksasa merah sekitar tiga jam setelah ledakan terjadi

18 40 untuk pertama kalinya. Adakah yang bisa kita pelajari dari pengamatan ini? Walaupun umat manusia telah menyaksikan ribuan supernova ketika supernova tersebut mencapai puncak kecerahannya, namun tahap pertama dari ribuan supernova tersebut menjadi sesuatu misteri. Pada pengamatan kali ini, para astronom akhirnya melihat tahap pertama tersebut. Supernova yang diamati ini disebut SN 2013fs. Cahaya dari ledakan bintang biasanya memakan waktu setidaknya beberapa hari untuk bisa dideteksi oleh kita di Bumi, tapi kali ini para astronom cukup beruntung karena mengarahkan teleskopnya ke bagian yang tepat pada waktu yang tepat pula. Dilansir ScienceAlert.com, SN 2013fs ini terjadi di galaksi NGC 7610, sekitar 160 juta tahun cahaya jauhnya dari Bumi. Dengan kata lain, cahaya dari supernova ini telah melakukan perjalanan selama 160 juta tahun melalui ruang angkasa, dan akhirnya mencapai Bumi pada 2013, di mana ia terdeteksi pertama kali di Palomar Observatory, San Diego, California, AS. Supernova tersebut dideteksi pada tanggal 6 Oktober 2013, dan baru-baru ini diketahui ledakan bintang tersebut baru terjadi sekitar tiga jam setelah ledakan dimulai. Pengamatan menunjukkan bahwa bintang yang meledak ini dikelilingi oleh cakram materi yang telah dikeluarkan oleh bintang tersebut sebelum supernova terjadi. SN 2013fs diklasifikasikan sebagai supernova Tipe II, jenis supernova yang paling umum di alam semesta yang terjadi pada bintang dengan massa 8 sampai 15 kali massa Matahari. Supernova Tipe II terjadi saat bintang runtuh ke dalam gravitasinya sendiri karena tidak mampu lagi untuk menopangnya. Sebelum meledak, awalnya akan terjadi pembengkakan lapisan luar bintang. Bintang membengkak karena mengangkat inti helium di dalamnya ke permukaan. Sehingga bintang akan menjadi sebuah bintang super raksasa berwarna merah. Sementara di bagian dalamnya, inti bintang akan semakin meyusut. Penyusutan tersebut membuat bintang semakin panas dan padat. Saat semua bagian inti bintang telah hilang dan yang tertinggal di dalam hanyalah unsur besi, maka kurang dari satu detik kemudian bintang tersebut memasuki tahap akhir dari kehancurannya. Ini dikarenakan struktur nuklir besi tidak memungkinkan atom-atom dalam bintang untuk melakukan reaksi fusi untuk menjadi elemen yang lebih berat. Pada tahap inilah yang diamati para astronom pada supernova SN 2013fs, tahap di mana suhu pada inti bintang semakin bertambah hingga mencapai 100 miliar derajat

19 41 Celsius. Kemudian energi dari inti ini ditransfer menyelimuti bintang yang kemudian meledak dan menyebarkan gelombang kejut. ( novauntuk-pertama-kali.html) Supernova ini yang diyakini akan menghasilkan lubang hitam supermasiv yang akan terbentuk pada jutaan tahun yang akan datang Visualisasi Lubang Hitam Schwarzschild menggunakan Mathematica 10 Penelitian ini akan menghasilkan sebuah penyelesaian komputasi solusi Schwarzschild dalam mode tiga dimensi dengan menggunakan bahasa pemrograman tingkat tinggi Wolfram Mathematica 10.2 yang selanjutnya menjadi visualisasi yang dapat digunakan sesuai dengan Grafic User Interface. Gambar 4.9. Visualisasi kelengkungan ruang-waktu Minkowski dengan massa bintang maksimal 3,5 x Kg dan Radius Schwarzschild maksimal 600 Km.

20 42 Berdasarkan persamaan (4.1) visualisasi lubang hitam Schwarzschild pada ruang-waktu Minkowski dengan membatasi massa bintang hanya sampai dengan kurang dari 180 kali massa matahari dan radius Schwarzschild yang tidak lebih dari 600 Km dapat dilihat pada gambar 4.9. berikut ini. Radius dibuat sampai dengan 600 Km karena pengukuran hanya dilakukan untuk menentukan radius Schwarzschild saja. Visualisasi dapat dilakukan dari berbagai sudut eklinasi sampai dengan sehingga memungkinkan penulis untuk mengamati dan menganalisis secara seksama pembentukan lubang hitam Schwarzschild. Diberikan juga pada program visualisasi ini berupa tombol geser untuk menentukan seberapa besar massa bintang yang akan diukur radius Schwarzschild-nya sehingga penulis mampu dengan mudah memperkirakan secara eksak pada radius berapa suatu bintang menjadi lubang hitam. Jaring-jaring juga dibuat sedemikian rupa agar penulis tidak mengalami kesulitan dalam memperkirakan besarnya suatu medan gravitasi pada lubang hitam tertentu. Jaring-jaring ini dapat dihilangkan maupun dimunculkan kembali seperti gambar berikut : (a) (b) Gambar (a) Visualisasi lubang hitam dengan jaring-jaring. (b) Visualisasi lubang hitam tanpa jaring-jaring

21 43 Untuk menentukan radius Schwarzschild bintang dengan variasi massa yang lebih besar dari massa matahari dapat dengan mudah dengan menggunakan program ini. Visualisasi yang ditampilkan juga secara kasat mata membuktikan begitu besarnya gaya gravitasi yang terjadi pada lubang hitam Schwarzschild. Hal ini sejalan dengan solusi persamaan gravitasi Einstein dengan m = mizan = GM c 2 Gambar Visualisasi ruang-waktu Minkowski pada bintang masif dengan massa 246 x Kg.

22 44 Gambar menunjukkan penampang ruang-waktu minkowski atau yang dikenal dunia sebagai world-brane atau membran semesta. Penampang ruang-waktu Minkowski tersebut menunjukkan apabila sebuah bintang masif atau bintang supermasif dengan massa tetap M tidak lebih besar atau sama dengan jari-jari atau radius bintang tersebut maka apa yang dapat kita asumsikan adalah bahwa bintang tersebut tetap berwujud padatan dan tidak memenuhi keadaan singularitas dikarenakan pada sebuah padatan masih terdapat jarak antar partikel penyusun padatan tersebut. Tentu saja, padatan-padatan penyusun suatu bintang masif atau bahkan bintang supermasif pastilah memiliki densitas tertentu sehingga dapat diasumsikan secara menyeluruh bahwa pastilah terdapat celah antar partikel penyusun padatan, atau dengan kata lain tentulah terdapat jarak antar partikel. Berdasarkan asumsi tersebut berlakulah persamaan gravitasi Newton yakni : F g = G M am b r 2 Dari persmaan gravitasi Newton diatas akan didapatkan hasil berupa nilai gravitasi konstan yang bernilai tertentu, namun apabila jarak antar partikel bernilai mendekati nol atau bahkan bernilai nol, maka secara langsung dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil dari persamaan tersebut bernilai tak hingga. Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Dapatkah partikel menempati satu tempat dan tidak berjarak? Adakah hal-hal yang dapat menjelaskan fenomena ini? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut Einstein mengemukakan pendapatnya tentang teori gravitasi Einstein. Hal ini tentulah merujuk kepada teoriteori terdahulunya tentang teori relativitas Einstein terutama dalam teori relativitas Umum Einstein. Namun Einstein ternyata sempat menyangkal adanya singularitas di dunia ini sampai kemudian matematikawan bernama Karl Schwarzschild memberikan solusi yang kemudian berdasarkan solusi inilah teori tentang keberadaan lubang hitam berkembang. Stephen Hawking seorang Fisikawan Teoritis yang sempat menyangkal tentang keberadaan Tuhan pun kemudian percaya adanya Tuhan dikarenakan ilmu yang beliau kaji tentang lubang hitam, dimana dalam salah satu karyanya yang berjudul A Brief History of Time ia menyebutkan masih banyak pengetahuan Tuhan yang belum diketahui manusia.

23 45 Teori ini kemudian dikembangkan menjadi teori mengenai singularitas. Singularitas berarti suatu materi yang tertekan hingga menjadi sebuah titik yang kecilnya tidak terbatas atau ukurannya 10^ negatif infinity. Menurut ilmuwan, lubang hitam terbentuk karena singularitas. Bintang maharaksasa yang telah berhenti proses fusi nuklirnya akan ditekan oleh gravitasi hingga menjadi titik kecil. Oleh karena hal inilah teori singularitas mulai berpengaruh dalam menganalisis medan gravitasi yang dibentuk oleh lubang hitam. Gambar Lubang Hitam yang terbentuk akibat pemampatan radius hinngga radius Schwarzschild

24 46 Lubang Hitam schwarzschild merupakan sebuah visualisasi teoritis yang diasumsikan oleh karl Schwarzschild sebagai bentuk singularitas dengan melakukan analisis terhadap gaya tekan yang memampatkan partikel-partikel penyusun bintang masif dalam satu titik sehingga terbentuklah suatu lubang hitam. Pemampatan ini berarti mengubah bentuk semula bintang masif atau bintang super masif kepada bentuk yang jauh lebih kecil dibanding sebelumnya atau dengan kata lain terjadi perubahan radius atau jari-jari bintang awal menjadi lebih kecil. Ketika radius bintang masif atau bintang super masif tak lagi dapat diperkecil maka bintang tersebut kemudian berubah menjadi suatu lubang hitam. Terbentuknya lubang hitam juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang sudah banyak dikemukakan oleh banyak ilmuan dari seluruh dunia yakni setidaknya haruslah merupakan bintang masif dengan kriteria tertentu. Sehingga dengan kata lain bintang di tata surya kita yakni matahari secara teoritis tidaklah dapat berubah menjadi lubang hitam. Dengan massa yang sama namun dengan radius yang sudah ditentukan yakni lebih kecil dari nilai mizan, maka suatu bintang masif akan menjadi sebuah lubang hitam dengan medan gravitasi yang luar biasa besarnya. Pada gambar diatas juga terdapat jaring-jaring yang diumpamakan sebagai medan gravitasi dari suatu ruangwaktu Minkowski atau membran semesta. VY CanisMajoris adalah bintang super raksasa dengan jari-jarin 1800 sampai 2100 kali radius Matahari atau sekitar lebih dari 1,2519 x meter. Jika VY CanisMajoris ditempatkan pada pusat tata surya kita akan mencapai orbit Saturnus. Jarak bintang ini ke bumi adalah sekitar tahun cahaya. Bintang raksasa ini memiliki massa 59,67 x kg,yang merupakan sekitar 30 kali dari massa Matahari.Diperkirakan memiliki suhu permukaan sekitar 3,200 Celcius (5,800F). Bintang raksasa ini terletak di rasi Canis Mayor. VY CanisMajoris sejauh ini diketahui sebagai salah satu bintang paling besar dan paling terang. Energi yang dipancarkan (Luminosity) cukup drastis, yakni dari sekitar sampai kali lebih bercahaya seperti Matahari. VY CanisMajoris adalah bintang yang terbesar di galaksi Bima Sakti. Bintang super raksasa seperti VY CanisMajoris sangatlah langka di galaksi kita, yang kita tahu sebagian besar bintang di Galaksi Bima Sakti lebih kecil dari matahari. Bintang besar ini membakar bahan bakar mereka dengan cepat,

25 47 akibatnya mereka hanya ada untuk beberapa juta tahun. Sedangkan bintang yang lebih kecil seperti matahari, akan ada selama miliaran tahun. Apabila bintang VY CanisMajoris telah mencapai batas usianya, maka bintang ini akan menghasilkan suatu gaya yang sangat besar sehingga memampatkan diri hingga pada radius Schwarzschildnya. Berdasarkan analisis komputasi yang telah dikerjakan, untuk menjadikan bintang VY CanisMajoris sebagai lubang hitam, bintang tersebut harus termampatkan hingga radius kurang dari ,1 meter atau dengan kata lain jika jari-jari bintang VY CanisMajoris telah termampatkan setidaknya sampai 88,43 Km maka bintang VY CanisMajoris dapat menjadi lubang hitam dengan medan gravitasi yang amat besar. Artinya diperlukan usaha dan gaya yang luar biasa besarnya untuk memampatkan partikel-partikel penyusun bintang tersebut dari radius awal sebesar 1251,9 x 10 9 Km menjadi hanya 88,43 Km. Gambar Lubang hitam yang terbentuk dari Bintang masif VY CanisMajoris

26 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang didapat dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara teoritik Solusi Schwarzschild pada ruang-waktu Minkowski merupakan solusi konkret dari Tensor metrik Schwarzschild yang membuktikan kebenaran Teori Relativitas Umum dan adanya kesetaraan antara massa gravitasi dan massa inersial yang ditujukan oleh suku pertama dan kedua dari hasil transformasi pada persamaan c 2 dτ 2 = (1 2m R + 2mz R 2 ) c2 dt 2 + dx 2 + dy 2 + (1 2m R + 2mz R 2 ) 1 dz 2 + 4m R (1 2m R + 2mz R 2 ) 1 ( x R dxdz + y R dydz) Suku keduanya menunjukkan kelengkungan yang berupa penyimpangan geodesik yang memungkinkan secara teoritis terbentuknya lubang hitam. 2. Melalui pendekatan komputasi, lubang hitam Schwarzschild dapat dicitrakan berupa grafik tiga dimensi yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga membentuk suatu lubang hitam yang dapat diukur seberapa besar radius Schwarzschild yang dibutuhkan suatu bintang agar menjadi sebuah lubang hitam supermasif. Namun dalam pembentukan lubang hitam tersebut harus tetap memerhatikan persyaratanpersyaratan dasar sebuah bintang agar menjadi sebuah lubang hitam. Grafik tiga dimensi tersebut juga haruslah memenuhi radius Schwarzschild (R) sama dengan dua kali ukuran kesetimbangannya yang pada tugas akhir ini disebut sebagai Mizan. 2 G (Massa Bintang) R = 2Mizan = 2m = 3. Secara Grafic User Interface visualisasi solusi Schwarzschild bila diintegrasikan dengan persamaan ruang waktu minkowski dengan menggunakan piranti lunak Wolfram Mathematica 10.2 menghasilkan pencitraan yang berupa gambaran diagram tertanam dengan maksimal tanam sampai radius pada sumbu z dan dengan batas visualisasi radius Schwarzschild sampai dengan meter serta batas Mizan sampai dengan meter. Perilaku yang dapat diamati pada visualisasi ini adalah bahwa lubang hitam dengan massa tertentu yang 100 kali c 2

27 49 lebih besar daripada matahari dapat ditentukan berapa besar radius Schwarzschildnya agar Bintang tersebut dapat menjadi Lubang Hitam Saran 1. Diharapkan analisis dan visualiasi lubang hitam yang akan datang lebih memperhatikan persyaratan-persyaratan dasar agar suatu bintang dapat menjadi sebuah lubang hitam supermasif. 2. Diharapkan penelitian yang akan datang dapat melakukan analisis mengenai siklus kehidupan bintang dari mulai pembentukan lahirnya bintang, sampai dengan keruntuhan bintang. 3. Diharapkan analisis dan visualisasi lubang hitam yang akan datang dapat membuat program yang dapat menghitung umur bintang sampai keruntuhan bintang tersebut.

KAJIAN TEORITIS TRANSFORMASI METRIK SCHWARZCHILD DALAM DUA KOORDINAT

KAJIAN TEORITIS TRANSFORMASI METRIK SCHWARZCHILD DALAM DUA KOORDINAT Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor KAJIAN TEORITIS TRANSFORMASI METRIK SCHWARZCHILD DALAM DUA KOORDINAT ALMIZAN

Lebih terperinci

Apakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu

Apakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu Apakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu lihatlah ke langit. Indah bukan? Benda di angkasa yang berkelap-kelip memancarkan cahaya itulah bintang. Apakah

Lebih terperinci

7. EVOLUSI BINTANG 7.1 EVOLUSI BINTANG PRA DERET UTAMA

7. EVOLUSI BINTANG 7.1 EVOLUSI BINTANG PRA DERET UTAMA 7. EVOLUSI BINTANG 146 P a g e Seperti mahluk hidup lainnya, bintang juga mengalami proses lahir berkembang dan mati. Umur bintang bergantung pada massanya. Makin besar massa bintang makin singkat umurnya,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Tes Seleksi Olimpiade Astronomi

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com

Lebih terperinci

MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB

MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB AGUS SISWANTO Jagat Raya berawal dari singularitas (titik awal) yang kemudian terjadi Big Bang (Dentuman Besar). Namun teori ini tidak menjawab

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (13), Hal. 1-7 ISSN : 337-8 Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet Nurul Asri 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

Riwayat Bintang. Alexandre Costa, Beatriz García, Ricardo Moreno, Rosa M Ros

Riwayat Bintang. Alexandre Costa, Beatriz García, Ricardo Moreno, Rosa M Ros Riwayat Bintang Alexandre Costa, Beatriz García, Ricardo Moreno, Rosa M Ros International Astronomical Union - Comm. 46 Escola Secundária de Loulé, Portugal Universidad Tecnológica Nacional, Argentina

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :

Lebih terperinci

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Teori Relativitas Umum Sebelum teori Relativitas Umum (TRU) diperkenalkan oleh Einstein pada tahun 1915, orang mengenal sedikitnya tiga

Lebih terperinci

SIFAT BINTANG. Astronomi. Ilmu paling tua. Zodiac of Denderah

SIFAT BINTANG. Astronomi. Ilmu paling tua. Zodiac of Denderah PERTEMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan

Lebih terperinci

seperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani.

seperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani. GALAKSI Pada malam yang cerah, ribuan bintang dapat kamulihat di langit. Sesungguhnya yang kamu lihat itu belum seluruhnya, masih terdapat lebih banyak lagi bintang yangtidak mampu kamu amati. Di angkasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Gravitasi Newton Mengapa planet, bulan dan matahari memiliki bentuk mendekati bola? Mengapa satelit bumi mengelilingi bumi 90 menit, sedangkan bulan memerlukan waktu 27

Lebih terperinci

Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar

Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar PERTEMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu

Lebih terperinci

Teori Big Bang. 1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau

Teori Big Bang. 1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau Teori Big Bang Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut

Lebih terperinci

Radio Aktivitas dan Reaksi Inti

Radio Aktivitas dan Reaksi Inti Radio Aktivitas dan Reaksi Inti CHATIEF KUNJAYA KK ASTRONOMI, ITB Reaksi Inti di Dalam Bintang Matahari dan bintang-bintang umumnya membangkitkan energi sendiri dengan reaksi inti Hidrogen menjadi Helium.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN VISUALISASI LUBANG HITAM SCHWARZSCHILD PADA RUANG-WAKTU MINKOWSKI MENGGUNAKAN MATHEMATICA 10 SKRIPSI ALMIZAN RIDHO

ANALISIS DAN VISUALISASI LUBANG HITAM SCHWARZSCHILD PADA RUANG-WAKTU MINKOWSKI MENGGUNAKAN MATHEMATICA 10 SKRIPSI ALMIZAN RIDHO ANALISIS DAN VISUALISASI LUBANG HITAM SCHWARZSCHILD PADA RUANG-WAKTU MINKOWSKI MENGGUNAKAN MATHEMATICA 10 SKRIPSI ALMIZAN RIDHO 130801028 DEPARTEMENFISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 1. [SDW] Tata Surya adalah... A. susunan Matahari, Bumi, Bulan dan bintang B. planet-planet dan satelit-satelitnya C. kumpulan

Lebih terperinci

EVOLUSI BINTANG. Adalah proses panjang yang dialami sejak kelahiran sampai dengan kematian. bintang

EVOLUSI BINTANG. Adalah proses panjang yang dialami sejak kelahiran sampai dengan kematian. bintang EVOLUSI BINTANG EVOLUSI BINTANG Adalah proses panjang yang dialami sejak kelahiran sampai dengan kematian. bintang lahir, berkembang dan akhirnya padam Terbentuknya bintang Bintang-bintang lahir di nebula,

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI

SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI Waktu Jumlah Soal : 150 menit : 30 Soal 1. Bintang A memiliki tingkat kecemerlangan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan Bintang B. Bintang

Lebih terperinci

indahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit

indahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit Pilihan Berganda, 20 Soal 1. Jika jarak rata-rata planet Mars adalah 1,52 SA dari Matahari, maka periode orbit planet Mars mengelilingi

Lebih terperinci

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Satuan Besaran dalam Astronomi Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsipprinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian dan aturan angka penting) X.4.1 Menyajikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan fisika teoritik melalui Teori Relativitas Umum (TRU) yang dikemukakan oleh Albert Einstein sudah sangat pesat dan cukup baik dalam mendeskripsikan ataupun memprediksi fenomena-fenomena

Lebih terperinci

ALAM SEMESTA. Pernahkah kamu bayangkan betapa luas alam semesta tempat kita tinggal? Seberapa jauhkah jarak yang dapat kamu bayangkan?

ALAM SEMESTA. Pernahkah kamu bayangkan betapa luas alam semesta tempat kita tinggal? Seberapa jauhkah jarak yang dapat kamu bayangkan? ALAM SEMESTA Pernahkah kamu bayangkan betapa luas alam semesta tempat kita tinggal? Seberapa jauhkah jarak yang dapat kamu bayangkan? bumi hanyalah sebesar debu jika dibandingkan dengan ukuran alam semesta

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL ASTRONOMI Ronde : Analisis Data Waktu : 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 Bidang Astronomi Waktu : 150 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS

BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS SISTEM MATAHARI Bumi dan planet-planet yang beredar sekitar matahari merupakan suatu alam yang teratur yang dimensinya sangat besar bagi ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang benda-benda di luar angkasa terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu benda angkasa yang menarik perhatian adalah bintang.

Lebih terperinci

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha 1. Pulsar, Bintang Netron, Bintang dan Keruntuhan Gravitasi 1A. Pulsar Pulsar atau Pulsating Radio Sources pertama kali diamati

Lebih terperinci

BUMI DAN ALAM SEMESTA

BUMI DAN ALAM SEMESTA BUMI DAN ALAM SEMESTA ALAM SEMESTA Universe (alam semesta berasal dari bahasa Perancis kuno (Univers/Universum), dari kata : #Uni yang berarti satu #Vorsum yang berarti sesuatu yang berputar, menggulung,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL ASTRONOMI Ronde : Teori Waktu : 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika merupakan upaya menemukan pola-pola keteraturan alam dan membingkainya menjadi bagan berpikir yang runtut, yakni berupa kaitan logis antara konsepkonsep

Lebih terperinci

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

JAWABAN DAN PEMBAHASAN JAWABAN DAN PEMBAHASAN 1. Dalam perjalanan menuju Bulan seorang astronot mengamati diameter Bulan yang besarnya 3.500 kilometer dalam cakupan sudut 6 0. Berapakah jarak Bulan saat itu? A. 23.392 km B.

Lebih terperinci

Populasi Bintang. Ferry M. Simatupang

Populasi Bintang. Ferry M. Simatupang Ferry's Astronomy Page Populasi Bintang Ferry M. Simatupang Populasi bintang adalah kelompok bintang-bintang dalam skala galaktik, yang memiliki kesamaan usia, lokasi, kinematik, dan komposisi kimia (terutama

Lebih terperinci

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya Secara Umum, Pengertian Planet adalah benda langit yang mengorbit atau mengelilingi suatu bintang dengan lintasan dan kecepatan tertentu. Contohnya

Lebih terperinci

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda 1. Tinggi bintang dari bidang ekuator disebut a. altitude b. latitude c. longitude d. deklinasi e. azimut 2. Titik pertama Aries, didefinisikan

Lebih terperinci

EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS

EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS Freddy Permana Zen, M.Sc., D.Sc. Laboratorium Fisika Teoretik, THEPI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. PENDAHULUAN Fisika awal abad

Lebih terperinci

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Raja Kerajaan Tata Surya

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Raja Kerajaan Tata Surya Raja Kerajaan Tata Surya Matahari merupakan salah satu bintang di antara milyaran bintang yang ada di galaksi kita. Seperti bintang yang lainnya, Matahari merupakan bola gas panas raksasa yang sangat terang.

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA PET AK ONSEP PETA KONSEP Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya Gravitasi Gravitasi planet Hukum Gravitasi Newton Menentukan massa bumi! Fisika XI

Lebih terperinci

BENARKAN TAHUN INI ADA MATAHARI KEMBAR?

BENARKAN TAHUN INI ADA MATAHARI KEMBAR? BENARKAN TAHUN INI ADA MATAHARI KEMBAR? Anak saya dan beberapa sahabat di Banjarmasin terperangah ketika membaca berita harian Banjarmasin Post edisi Senin 24 Januari 2011 pada halaman pertama memuat sebuah

Lebih terperinci

indahbersamakimia.blogspot.com

indahbersamakimia.blogspot.com Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2007 Materi Uji : Astronomi Waktu : 150 menit Tidak diperkenankan menggunakan alat hitung (kalkultor). Di bagian akhir soal diberikan daftar konstanta yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Gravitasi Newton Beberapa teori dapat membandingkan ketelitian ramalannya dengan teori gravitasi universal Newton. Ramalan mekanika benda angkasa untuk posisi planet sesuai

Lebih terperinci

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Medan Magnet Benda Angkasa Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar XII.3.4 Menganalisis induksi magnet dan gaya magnetik pada berbagai produk teknologi XII.4.4 Melaksanakan pengamatan induksi

Lebih terperinci

JAGAD RAYA TEORI TERBENTUKNYA JAGAD RAYA TEORI LEDAKAN BESAR

JAGAD RAYA TEORI TERBENTUKNYA JAGAD RAYA TEORI LEDAKAN BESAR JAGAD RAYA TEORI TERBENTUKNYA JAGAD RAYA TEORI LEDAKAN BESAR Menurut teori ini dijelaskan bahwa jagat raya terbentuk dari ledakan dahsyat yang terjadi kira-kira 13.700 juta tahun yang lalu. Akibat ledakan

Lebih terperinci

3. MEKANIKA BENDA LANGIT

3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3.1. ELIPS Sebelum belajar Mekanika Benda Langit lebih lanjut, terlebih dahulu perlu diketahui salah satu bentuk irisan kerucut yaitu tentang elips. Gambar 3.1. Geometri Elips

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Soal Test Olimpiade Sains Nasional 2010 Bidang : ASTRONOMI Materi : Teori (Pilihan Berganda) Tanggal

Lebih terperinci

Oleh : Chatief Kunjaya. KK Astronomi, ITB

Oleh : Chatief Kunjaya. KK Astronomi, ITB Oleh : Chatief Kunjaya KK Astronomi, ITB Kompetensi Dasar XI.3.10 Menganalisis gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum XII.3.1 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2012 Waktu 180 menit Nama Provinsi Tanggal Lahir.........

Lebih terperinci

Perluasan Model Statik Black Hole Schwartzchild

Perluasan Model Statik Black Hole Schwartzchild Perluasan Model Statik Black Hole Schwartzchild Abd Mujahid Hamdan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-raniry, Banda Aceh, Indonesia mujahid@ar-raniry.ac.id Abstrak: Telah dilakukan perluasan model black

Lebih terperinci

Info Astronomy JELAJAH SEMESTA. Penerbit Info Astronomy

Info Astronomy JELAJAH SEMESTA. Penerbit Info Astronomy Info Astronomy JELAJAH SEMESTA Penerbit Info Astronomy JELAJAH SEMESTA Oleh: Info Astronomy Hak Cipta 2013 by Info Astronomy Penerbit Info Astronomy www.infoastronomy.uni.me info.astronomy@gmail.com Desain

Lebih terperinci

BAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI

BAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI BAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan struktur bumi. Bila kita berada di suatu tempat yang terbuka, umumnya dataran sekeliling kita akan terlihat rata.

Lebih terperinci

Galaksi. Ferry M. Simatupang

Galaksi. Ferry M. Simatupang Ferry's Astronomy Page Galaksi Ferry M. Simatupang Galaksi adalah suatu sistem bintang-bintang, gas dan debu yang amat luas, dimana anggotanya saling mempengaruhi secara gravitasional. Matahari kita (bersama-sama

Lebih terperinci

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam RADIASI BENDA HITAM Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam Teori Benda Hitam Jika suatu benda disinari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, teori dan observasi mengenai benda-benda langit seperti bintang, planet, galaksi serta benda

Lebih terperinci

Low Mass X-ray Binary

Low Mass X-ray Binary Bab II Low Mass X-ray Binary Sco X-1 merupakan obyek yang pertama kali ditemukan sebagai sumber sinar- X di luar Matahari (Giacconi et al., 1962). Berbagai pengamatan dilakukan untuk mencari sumber sinar-x

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Kimia

Pengantar Ilmu Kimia Bab1 Pengantar Ilmu Kimia Kimia : Ilmu Pengetahuan bagi Abad 21 Kesehatan dan Pengobatan Sistem sanitasi Operasi dengan anestesi Vaksin dan antibiotik Energi dan Lingkungan Energi Fosil Energi Surya Energi

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1.1 Teori Atom Perkembangan teori atom merupakan sumbangan pikiran dari banyak ilmuan. Konsep dari suatu atom bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli filsafah Yunani pada tahun

Lebih terperinci

KELOMPOK I. Raditya Budi Satria ( ) Imelsa Heni Priyayik ( ) Sergius Prastowo ( ) Rina Metasari ( )

KELOMPOK I. Raditya Budi Satria ( ) Imelsa Heni Priyayik ( ) Sergius Prastowo ( ) Rina Metasari ( ) KELOMPOK I Raditya Budi Satria (101134007) Imelsa Heni Priyayik (101134098) Sergius Prastowo (101134116) Rina Metasari (101134131) BERTAMASYA MENJELAJAHI TATA SURYA KI-KD EVALUASI INDIKATOR BERTAMASYA

Lebih terperinci

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Tata Surya, sebuah kerajaan di langit

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Tata Surya, sebuah kerajaan di langit Tata Surya, sebuah kerajaan di langit Kata solar berasal dari bahasa Latin Sol yang artinya Matahari atau Surya. Jadi, yang dimaksud dengan Tata Surya adalah sebutan yang diberikan pada Matahari dan seluruh

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Kabupaten/Kota 2010 Waktu : 150 menit Nama Provinsi Tanggal

Lebih terperinci

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN Contoh: Bahan bakar minyak digunakan sebagai sumber energi untuk kendaraan bermotor. Proses Pertumbuhan Tanaman : Merupakan kumpulan dari berbagai aktivitas mulai dari

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN Contoh: Bahan bakar minyak digunakan sebagai sumber energi untuk kendaraan bermotor. Proses Pertumbuhan Tanaman : Merupakan kumpulan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI BIDANG ASTRONOMI Waktu : 180 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB 1 HAKIKAT GEOGRAFI

BAB 1 HAKIKAT GEOGRAFI BAB 1 HAKIKAT GEOGRAFI A. Ruang Lingkup Geografi 1. Gejala-gejala dibedakan Aspek fisik: gejala-gejala yang beraitan dengan menjadi 2 aspek, antara alam. lain: Aspek sosial: Antroposfer (manusia), hewan,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya 1. Perhatikan ciri-ciri planet pada tabel berikut. SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1 Nama Planet Ciri Ciri (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata

Lebih terperinci

Hukum Newton Tentang Gravitasi

Hukum Newton Tentang Gravitasi Hukum Newton Tentang Gravitasi Kalian tentu sering mendengar istilah gravitasi. Apa yang kalian ketahui tentang gravitasi? Apa pengaruhnya terhadap planet-planet dalam sistem tata surya? Gravitasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : MASSA, ENERGI, RUANG, DAN WAKTU

BAB 1 : MASSA, ENERGI, RUANG, DAN WAKTU BAB 1 : MASSA, ENERGI, RUANG, DAN WAKTU A. Pengertian Dasar Setiap hari kita melihat berbagai macam hal di lingkungan sekitar. Ada banyak hal yang bisa diamati. Misalnya jenis kendaraan yang melintas di

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014

PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014 PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014 NAMA PROVINSI TANGGAL LAHIR ASAL SEKOLAH KABUPATEN/ KOTA TANDA TANGAN 1. Dilihat dari Bumi, bintang-bintang tampak

Lebih terperinci

Planet-planet dalam sistem tatasurya kita

Planet-planet dalam sistem tatasurya kita Cari planet yuuuk Film-film fiksi ilmiah sering menampilkan impian terpendam akan adanya dunia lain di jagad raya ini. Sejauh mana kebenaran film-film tersebut? Apakah memang ada bumi lain di sistem tatasurya

Lebih terperinci

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-14 CAKUPAN MATERI 1. TEORI RELATIVITAS KHUSUS. EFEK FOTOLISTRIK 3. GELOMBANG DE BROGLIE 4. ATOM HIDROGEN 5. DIAGRAM

Lebih terperinci

Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda.

Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda. Review Model Atom Model Atom Dalton Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda. Model Atom Thomson Secara garis besar atom berupa bola

Lebih terperinci

PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA

PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains MELLY FRIZHA

Lebih terperinci

SISTEM TATA SURYA. Matahari merupakan salah satu bintang yang menghiasi galaksi Bima sakti. Suhu

SISTEM TATA SURYA. Matahari merupakan salah satu bintang yang menghiasi galaksi Bima sakti. Suhu SISTEM TATA SURYA 1. SUSUNAN TATA SURYA Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri atas matahari sebagai pusatnya dan planet-planet meteroid,komet, serta asteroid yang mengelilingi matahari.

Lebih terperinci

Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas

Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas ATMOSFER ATMOSFER Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas yang menyelimuti bulatan bumi. Atmosfir

Lebih terperinci

STRUKTUR MATAHARI DAN FENOMENA SURIA

STRUKTUR MATAHARI DAN FENOMENA SURIA STRUKTUR MATAHARI DAN FENOMENA SURIA MATAHARI Bintang terdekat dengan Bumi - jarak purata 149,680,000 kilometer (93,026,724 batu). Mempunyai garis pusat (diameter) 1,391,980 kilometer dengan suhu permukaan

Lebih terperinci

Listrik Statik. Agus Suroso

Listrik Statik. Agus Suroso Listrik Statik Agus Suroso Muatan Listrik Ada dua macam: positif dan negatif. Sejenis tolak menolak, beda jenis tarik menarik. Muatan fundamental e =, 60 0 9 Coulomb. Atau, C = 6,5 0 8 e. Atom = proton

Lebih terperinci

Kurang dari 0,25 diameter bumi. g/cm³) Gravitasi sekitar 1,67 m/s². Sekitar 17% gravitasi bumi

Kurang dari 0,25 diameter bumi. g/cm³) Gravitasi sekitar 1,67 m/s². Sekitar 17% gravitasi bumi PENDAHULUAN Bulan bukanlah hanya sebagai penghias langit malam dan penerangan saat Matahari tenggelam.objek yang dikenal sebagai satelit Bumi ini merupakan salah satu anggota tata surya yang senantiasa

Lebih terperinci

Seabad mencari ETI di MWC-349

Seabad mencari ETI di MWC-349 2017 Seabad mencari ETI di MWC-349 Suryadi Siregar Astronomy Research Group Center for Advances Sciences Bld Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia Seabad mencari ETI di MWC-349

Lebih terperinci

Raksasa Merah di Rasi Carinae

Raksasa Merah di Rasi Carinae 2017 Raksasa Merah di Rasi Carinae Suryadi Siregar Astronomy Research Group Center for Advances Sciences Bld Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia Email: Suryadi@as.itb.ac.idnomy

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

Saturnus, Planet Bercincin

Saturnus, Planet Bercincin Saturnus, Planet Bercincin Saturnus, riwayatmu dulu... Zaman dahulu, Saturnus dianggap sebagai pembawa sial. Jika dibandingkan dengan yang lain, Saturnus terlihat suram. Dilihat dengan mata telanjang,

Lebih terperinci

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai

Lebih terperinci

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Bab 2 Persamaan Einstein dan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Sebuah himpunan M disebut sebagai manifold jika tiap titik Q dalam M memiliki lingkungan terbuka S yang dapat dipetakan 1-1 melalui sebuah pemetaan

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB 1 MANFAAT KULIAH Memberikan pemahaman tentang fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui fisika klasik Fenomena alam yang berkaitan

Lebih terperinci

Asal-usul dan Evolusi Alam Semesta Julieta Fierro, Susana Deustua, Beatriz Garcia

Asal-usul dan Evolusi Alam Semesta Julieta Fierro, Susana Deustua, Beatriz Garcia Asal-usul dan Evolusi Alam Semesta Julieta Fierro, Susana Deustua, Beatriz Garcia International Astronomical Union, Universidad Nacional Autónoma de México, México Universidad Tecnológica Nacional, Mendoza,

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Bumi dilahirkan sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu. Tata surya kita yang bernama Bima Sakti, terbentuk dari kumpulan debu (nebula) di

1. Pendahuluan Bumi dilahirkan sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu. Tata surya kita yang bernama Bima Sakti, terbentuk dari kumpulan debu (nebula) di 1. Pendahuluan Bumi dilahirkan sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu. Tata surya kita yang bernama Bima Sakti, terbentuk dari kumpulan debu (nebula) di angkasa raya yang dalam proses selanjutnya tumbuh menjadi

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN : PRISMA FISIKA, Vol. I, No. (01), Hal. 1-17 ISSN : 7-804 Aplikasi Persamaan Einstein Hyperbolic Geometric Flow Pada Lintasan Cahaya di Alam Semesta Risko 1, Hasanuddin 1, Boni Pahlanop Lapanporo 1, Azrul

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 7, 2010 Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus Quiz 1 Tuliskan perumusan kelestarian jumlah partikel dengan memakai vektor-4 fluks jumlah partikel. 2 Tuliskan

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

Xpedia Fisika DP SNMPTN 03

Xpedia Fisika DP SNMPTN 03 Xpedia Fisika DP SNMPTN 03 Doc. Name: XPFIS9908 Version: 2012-12 halaman 1 01. Pertanyaan 51-52 : Sebuah bola besi diluncurkan mendatar dengan kelajuan v dari tepi sebuah meja dengan ketinggian h dari

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 Bidang Astronomi Waktu : 150 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Draft Marking Scheme. (Berdasarkan Solusi OSP Astronomi 2013)

Draft Marking Scheme. (Berdasarkan Solusi OSP Astronomi 2013) Draft arking Scheme (Berdasarkan Solusi OSP Astronomi 013) A. C No A B C D E 1 X X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 X 1 X 13 X 14 X 15 X 16 X 17 X 18 19 X 0 X 1 X X 3 X 4 X 5 X Berdasarkan dokumen Petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kumpulan Rasi Bintang (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kumpulan Rasi Bintang (Sumber: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sejak masa lampau bintang-bintang telah menjadi bagian dari kebudayaan manusia. Banyak kebudayaan masa lampau yang menjadikan bintang-bintang sebagai patokan dalam kegiatan

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Imamal Muttaqien 1) 1)Kelompok Keahlian Astrofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,

Lebih terperinci