BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kemiskinan masih menjadi masalah yang butuh perhatian semua pihak. Kemiskinan yang diartikan sebagai ketidakberdayaan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan (konsep BPS: basic needs approach). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2009 jumlah penduduk miskin tercatat 32,53 juta jiwa, sebagian besar dari jumlah tersebut adalah masyarakat kelautan dan perikanan. Hal ini disebabkan karena masyarakat kelautan dan perikanan yang sangat bergantung pada iklim, dan akses terhadap modal usaha yang masih sulit, karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi tidak menentu. Salah satu daerah di Sulawesi Selatan yakni kabupaten Pangkep adalah kabupaten dengan sektor kelautan dan perikanan yang menjadi potensi andalan di daerah, namun hingga 2013 masih menjadi kabupaten termiskin kedua di Sulsel. Berdasarkan data sensus penduduk miskin yang dilansir BPS Pangkep, penduduk miskin di kabupaten ini meningkat dari jiwa di tahun 2011 menjadi jiwa di tahun Akan tetapi jika melihat potensi besar daerah ini utamanya pada sektor kelautan dan perikanan, seharusnya bisa dimaksimalkan sehingga dapat berkontribusi dalam mengurangi angka kemiskinan. Hal ini ditunjukkan dengan lahan tambak yang begitu luas dan sebagai penghasil udang-bandeng terbesar di Sulsel. Pada lahan-lahan yang baru dibuka ternyata dapat 1

2 menghasilkan produksi, baik pada tingkat penguasaan teknologi pembudidaya yang masih rendah hingga sedang. Persoalan modal membuat masyarakat petani tambak belum dapat memaksimalkan hasil produksi. Salah satu penyebabnya adalah sulit dalam mengakses modal, sehingga banyak diantaranya harus berhubungan dengan lembaga non formal seperti punggawa. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hubungan Punggawa sawi di masyarakat petani tambak berlanjut menjadi hubungan yang lebih intens, karena didasari saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Mendapatkan pinjaman modal dari tengkulak /punggawa adalah akses yang mudah bagi mereka dan sudah menjadi kebiasaan, sementara itu para punggawa memperoleh keuntungan yang lebih banyak. Meskipun pemerintah telah menyediakan bantuan melalui pihak Bank dengan metode kredit ataupun melalui koperasi di desa, akan tetapi petani masih enggan untuk memanfaatkan karena prosedur yang menyulitkan petani tambak. Di banyak daerah, persoalan modal dan pengetahuan untuk mengelola budidaya juga menjadi kendala bagi petani tambak, sehingga perlu program terobosan baru, selain dapat membantu dalam permodalan tetapi juga meningkatkan pengetahuan petani tambak. Program terobosan baru yang dapat meningkatkan akses petani tambak terhadap modal, manajemen dan teknologi, serta dapat mentranformasikan struktur dan kultur masyarakat secara berkelanjutan. Program pemberdayaan menjadi hal yang penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan karena disini masyarakat akan mendapatkan tempat yang lebih luas dalam mengemukakan aspirasi dan kebutuhannya yang merupakan pondasi bagi kebijakan pembangunan. 2

3 Pemerintah melalui Program PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan, di tahun 2011 telah memberikan bantuan stimulus kepada masyarakat petani tambak di Sulsel dan khususnya di kabupaten Pangkep. Sejalan dengan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menghendaki Indonesia menjadi produsen produk perikanan terbesar pada tahun 2015, maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya mencanangkan program peningkatan produksi dari 4,7 Juta Ton pada tahun 2009 menjadi 16,8 Juta Ton pada tahun 2014 atau meningkat 353 % selama lima tahun. Pada tahun 2011 dicanangkanlah kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Budidaya. Kegiatan ini dilaksanakan karena dilatarbelakangi bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat pembudidaya ikan masih tergolong miskin. Melalui Dirjen Perikanan Budidaya dengan program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Budidaya sebagai bagian PNPM MKP, diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun paket bantuan PUMP Budidaya dari Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk Provinsi Sulawesi Selatan: Tabel 1.1 Jumlah Paket dan alokasi Pagu bantuan PUMP di Sulsel No. Kabupaten/Kota Jumlah (Paket) Alokasi Pagu (Rp.) 1. Kab. Luwu Kab. Wajo Kab. Sinjai Kab. Bulukumba Kab. Bantaeng Kab. Jeneponto Kab. Maros Kab. Enrekang Kab. Barru Kab. Sopopeng Kab. Pinrang

4 12. Kab. Gowa Kab. Luwu Utara Kab. Luwu Timur Kab. Palopo Kab. Sidrap Kab. Pangkep Kab. Kepulauan Selayar Kab. Tana Toraja Kab. Bone Total Sumber: Dirjen Perikanan Budidaya, Pedoman Teknis PUMP 2011 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kabupaten Pangkep adalah kabupaten yang menerima bantuan PUMP Budidaya terbesar di Sulsel yaitu 30 paket dengan total anggaran Rp Pangkep yang merupakan daerah termiskin kedua di Sulsel sementara potensi lahan yang sangat menjanjikan sehingga kabupaten ini layak untuk menerima bantuan tersebut. Di tahun 2012 Pangkep kembali menerima bantuan PUMP budidaya dengan total 17 kelompok. Pemberian bantuan PUMP di Pangkep karena potensi budidaya yang dimilikinya, sehingga ada peluang pengembangan untuk tercapainya peningkatan produksi. Berikut ini adalah data Potensi lahan Budidaya dan tingkat pemanfaatannya tahun di kabupaten Pangkep. Tabel. 1.2 Potensi lahan Budidaya dan tingkat pemanfaatannya tahun (Satuan: Ha) Jenis Potensi Pemanfaatan Peluang pengembangan Tambak , , , , , ,2 Kolam 552,3 552,3 27,7 3,38 524,6 524,6 Laut , , ,7 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan dalam Angka

5 Melihat potensi yang begitu menjanjikan pada budidaya tambak di kabupaten Pangkep, sehingga stimulus berupa bantuan modal seperti PUMP sangat dibutuhkan, dan ini jelas juga mendukung untuk peningkatan produksi udang-bandeng secara nasional. Selain dari bantuan PNPM MKP yang diuraikan sebelumnya, di kabupaten Pangkep, banyak program yang telah dilaksanakan untuk membantu persoalan yang dihadapi petani tambak seperti program Kredit Usaha Rakyat yang biasanya hanya bisa diakses oleh masyarakat yang mampu untuk memenuhi persyaratanpersyaratan yang telah ditentukan. Dari Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar, bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan di tahun 2012 juga memberikan bantuan ke petani tambak, berupa bantuan benih ikan bandeng dan udang windu kepada petambak dengan jumlah benih yang disalurkan, dan hal tersebut menjadi modal awal petani tambak di Pangkep untuk mengembangkan Budidaya ikan dan udang. Sementara dari APBD kabupaten Pangkep sendiri diberikan bantuan berupa nener dan benur yang jumlahnya lebih sedikit dibanding PUMP. Berbagai program yang diberikan untuk petani tambak udang-bandeng di Kabupaten Pangkep. Namun, yang menarik untuk dikaji lebih jauh adalah program PUMP. PUMP yang telah berjalan di tahun 2011 dan 2012 penting untuk melihat bagaimana hasil dari program ini karena melihat anggaran yang disalurkan jumlahnya besar dan bersifat hibah, spectrum jangkauannya luas, berskala nasional, dan juga hal yang menarik adalah dicirikan dengan keterlibatan anggota masyarakat dalam pembuatan Rencana Usaha Kelompok. Program PUMP sendiri dari tahap awal yang telah didesain sebagai program yang top down, ini terbukti 5

6 dari adanya batasan waktu pelaksanaan, adanya pedoman pelaksanaan yang kesemuanya harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan satuan kerja. Namun, program ini juga berupaya memadukan pendekatan top down dan bottom up yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bantuan PUMP Budidaya diberikan ke kelompok untuk dikelola secara bersama dan dituangkan dalam RUK. Pada tahun 2011 dianggarkan sebanyak Rp per kelompoknya dan di tahun 2012 sebanyak Rp /klp. PUMP untuk petani tambak udang-bandeng yang menjadi kajian dalam penelitian ini karena melihat potensi dan dominan dibudidayakan oleh masyarakat petani tambak di kabupaten Pangkep, udang ataupun bandeng dibudidayakan secara polikultur, berbeda di beberapa daerah lainnya yang hanya membudidayakan 1 jenis saja (monokultur). Berikut ini adalah jenis Produksi perikanan Tangkap dan budidaya Tabel 1.3: Jenis Produksi perikanan Tangkap dan Budidaya No Jenis Produksi Tahun Ikan Mas Ikan Nila Rumput Tambak Gracillaria Sp 4 Udang Windu 1.500, ,70 5 Udang Vanname Ikan Bandeng , ,20 7 Produksi Tangkapan 7.268, ,80 di Laut 8 Udang Api-api Sumber: DKP kabupaten Pangkep dalam Angka

7 Dari tabel di atas menunjukkan potensi budidaya tambak memiliki nilai produksi yang lebih besar khususnya untuk ikan bandeng, dibanding dengan produksi tangkapan di laut. Dalam perkembangannya pendapatan petani tambak sulit ditentukan. Seringkali petani tambak memperoleh pendapatan tinggi, rendah dan bahkan tidak memperoleh pendapatan sama sekali. Keadaan ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya seperti harga ikan dan musim, serta faktor penyakit ikan. Berbagai kebijakan penangulangan kemiskinan seperti yang diuraikan sebelumnya diberikan oleh pemerintah, namun tidak jarang program-program tersebut dinilai belum mampu menjawab persoalan yang dihadapi. Hal tersebut membuktikan bahwa program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah belum mampu menunjukkan hasil yang maksimal. Menurut Harry Hikmat dalam Wardoyo (2008) kegagalan berbagai program anti kemiskinan disebabkan oleh: 1) program penanggulangan kemiskinan itu ternyata tidak tepat sasaran; 2) program pengentasan kemiskinan tidak bertahan lama; 3) program pengentasan kemiskinan itu dipaksakan kepada penduduk miskin 4) program pengentasan kemiskinan yang dijalankan tidak dapat diakses oleh banyak penduduk miskin karena hambatan structural. Di beberapa daerah seperti Lampung, berdasarkan temuan KIARA bahwa 40% dari total Rp 370 miliar dana program PUMP di tahun 2012 berpotensi tidak tepat sasaran. Penyebab utamanya adalah belum efektifnya instrumen pengaturan, tidak terbukanya penyelenggaraan program oleh pemerintah, hingga adanya dugaan campur tangan anggota DPR dalam penentuan Kelompok Usaha Bersama (KUB) penerima program. (financedetik.com). 7

8 Dari laporan lapangan KIARA bahwa sedikitnya terdapat KUB titipan sejumlah anggota DPR kepada pemerintah, dari titipan tersebut ada yang tidak memenuhi kriteria. Lebih jauh lagi PUMP juga menghadapi persoalan teknis operasional yaitu minimnya tenaga pendamping, minimnya sosialisasi BLM PUMP ke organisasi nelayan dan petambak, minimnya pemahaman dinas kabupaten/kota terkait mekanisme pelaksanaan PUMP, serta kurangnya supervisi dan pengawasan dari pemerintah. Selain itu di kabupaten Tanjab Barat, Jambi, bantuan yang digulirkan untuk nelayan melalui dana bantuan PUMP 2012 yang diperuntukan bagi para nelayan tradisional yang sangat membutuhkan bantuan tersebut, tapi banyak dari mereka yang tidak pernah mendapatkan bantuan satu kalipun. Bantuan tersebut banyak tidak tepat sasaran. Dari hasil pantauan di lapangan hanya kelompokkelompok nelayan tertentu saja yang dapat bantuan. Di duga Ketua kelompok nelayan yang dekat dengan Dinas Kelautan Dan Perikanan yang mendapat bantuan. ( Persoalan-persoalan yang terjadi tersebut, menggambarkan adanya masalah dari tahap awal termasuk penentuan kelompok sudah tidak tepat sasaran, persoalan dari sisi input ini juga berlanjut pada proses dimana banyak sekali masyarakat yang akhirnya tidak mengetahui mengenai program sehingga peluang penyalahgunaan semakin besar dan akan mengarah pada hasil dari program yang tidak maksimal atau bahkan gagal. Berbagai tantangan dan hambatan pada saat diimplementasikan dan tidak semudah dan seideal pada waktu kebijakan atau program tersebut dirumuskan. 8

9 Dari persoalan yang ada tersebut sehingga dirasa perlu untuk mengkaji lebih jauh tentang PUMP khususnya di kabupaten Pangkep, mengetahui proses dan manfaat dari program, apakah sudah sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya atau bahkan tujuan program tidak tercapai. Untuk itulah kajian evaluasi menjadi penting dalam penelitian ini. Evaluasi PUMP di kabupaten Pangkep mengkaji dari sisi kelompok masyarakat Pokdakan, pentingnya evaluasi sebagaimana dikemukakan oleh Stufflebeam dan Shinkfield (1984:165) menegaskan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk meningkatkan, meningkatkan mengandung makna bahwa penilaian harus dilakukan berkaitan dengan apa yang harus dilakukan, berkaitan dengan apa yang merupakan manfaat atau nilai. Dengan kata lain evaluasi ini sangat penting untuk mengetahui seberapa efektif, seberapa memadai, seberapa baik, seberapa buruk, seberapa bernilai atau tidak bernilai, seberapa cocok atau tidak cocok sebuah tindakan proses atau produk. Evaluasi sumatif terhadap PNPM Mandiri KP yang lebih difokuskan pada PUMP Budidaya Udang-Bandeng, dengan menggunakan pendekatan Actual vs Planned performance Comparisons. 1.2 Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang penelitian, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja pelaksanaan program PNPM Mandiri KP khususnya pada PUMP Budidaya Udang-Bandeng di kabupaten Pangkep? a. Bagaimana Input ditinjau dari segi ekonomis? b. Bagaimana Proses ditinjau dari segi efisiensi? c. Bagaimana Output dan outcome ditinjau dari segi efektivitas? 9

10 d. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pada capaian input, proses, output dan outcome dari PUMP Budidaya Udang-Bandeng di kabupaten Pangkep? 2. Bagaimana relevansi antara kebutuhan Pokdakan udang-bandeng dengan program PUMP Perikanan Budidaya di kabupaten Pangkep dan relevansi kelompok penerima PUMP? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui kinerja pelaksanaan program PUMP Budidaya udang-bandeng di kabupaten Pangkep ditinjau dari 3 E s dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Mengetahui relevansi antara kebutuhan Pokdakan dengan Program PUMP Udang-Bandeng di kabupaten Pangkep dan mengetahui relevansi kelompok penerima PUMP. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai salah satu referensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan publik. 2. Sebagai upaya pengembangan wawasan teoritik dan pengetahuan praktikaplikatif dalam pengentasan kemiskinan di Sektor Kelautan Dan Perikanan. 10