BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Meskipun sempat menggoreskan prestasi, akan tetapi ternyata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Meskipun sempat menggoreskan prestasi, akan tetapi ternyata"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Berbagai pembangunan di Indonesia selama ini telah dilakukan oleh pemerintah. Meskipun sempat menggoreskan prestasi, akan tetapi ternyata berbagai pembangunan tersebut belum dapat menuntaskan masalah kemiskinan (masalah kesejahteraan) terhadap semua/seluruh kelompok masyarakatnya, yaitu dengan masih banyak ditemui kelompok masyarakat di Indonesia yang masih hidup miskin (belum sejahtera). Disisi lain, proses pembangunan yang dirancang selama ini bahkan mempunyai efek negatif berupa ketimpangan antara kelompok si kaya dan si miskin (Sulistiyani, 2004:7). Dengan masih banyak ditemui kelompok masyarakat di Indonesia yang masih hidup miskin (belum sejahtera) tersebut, berarti dapat dikatakan bahwa selama ini masih banyak kelompok masyarakat di Indonesia yang masih tersisih (termarjinalkan) dari akomodasi pembangunan pemerintah. Salah satu kelompok masyarakat miskin (belum sejahtera) di Indonesia yang masih tersisih (termarjinalkan) dari akomodasi pembangunan pemerintah tersebut adalah kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai. Kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai merupakan kelompok masyarakat miskin (belum sejahtera) yang tinggal di dalam kawasan desa pesisir pantai dan hanya menggantungkan hidupnya dengan memanfaatkan potensi perikanan laut disamping pertanian. Oleh sebab itu, pada kelompok 1

2 masyarakat miskin (belum sejahtera) tersebut hidup dengan mata pencaharian terbesar sebagai nelayan dan tani. Menurut Solihin (2005:17), kemiskinan (belum sejahtera) yang terjadi pada kelompok masyarakat tersebut bukanlah suatu hal yang mandiri (independent), melainkan akibat kebijakan masa lalu yang terlalu terkonsentrasi pada pembangunan wilayah daratan (continental orientatition) serta melupakan pembangunan wilayah kelautan (maritime orientation) sehingga menjadikan kelautan dan perikanan sebagai sektor pinggiran (peripheral). Problem yang dihadapi oleh kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai sangatlah kompleks. Mulai dari yang bermuara pada masih minimnya produksi hasil tangkap ikan, tingkat pendapatan/penghasilan kelompok maupun anggotanya, hingga berujung pangkal (ujung-ujungnya) adalah pada masih minimnya tingkat kesejahteraan kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai. Oleh karena itu, seperti halnya kelompok masyarakat lain yang masih tersisih (termarjinalkan), keadaan kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai masih tercekik jerat kemiskinan (belum sejahtera) yang menyerupai lingkaran setan (Wahyono dkk, 2004:2). Sedangkan menurut Dahuri (2001:5), apabila selama ini telah ada pembangunan ekonomi kelautan, pembangunan ekonomi kelautan selama ini juga hanya menghasilkan 25 % bagian/anggota dari kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai yang tergolong maju dan makmur, selebihnya masih terlilit derita kemiskinan (belum sejahtera). 2

3 Disamping problem kemarjinalan, secara faktual menurut Kusnadi (2006:4), ada dua faktor yang menyebabkan keadaan kemiskinan (belum sejahtera) yang terjadi pada kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai, yaitu faktor alamiah dan non-alamiah. Faktor alamiah disebabkan karena struktur alamiah sumberdaya ekonomi desa dan fluktuasi musim tangkap ikan. Sementara faktor non-alamiah berhubungan dengan: masih lemahnya dana/modal, masih lemahnya pengorganisasian ataupun belum berfungsinya kelembagaan, keterbatasan sarana/alat/teknologi penangkapan ikan, tidak adanya jaminan jiwa bagi anggotanya, ketimpangan dalam sistem bagi hasil antara majikan dan buruh kapal, serta belum memihaknya lembaga keuangan formal yang ada selama ini terhadap kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai (pro poor). Selain itu, disebabkan karena dampak negatif orientasi produktivitas yang dipacu oleh kebijakan motorisasi perahu dan modernisasi peratan tangkap (revolusi biru) yang telah berlangsung sejak tiga dasawarsa terakhir (Kusnadi, 1998:3). Sesungguhnya, keadaan kemiskinan (belum sejahtera) yang dihadapi atau melanda kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai tersebut adalah sesuatu hal yang ironis dan menyedihkan, mengingat kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai tersebut sebenarnya/seharusnya bisa hidup dan bekerja pada sektor yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Versi Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) 2010, sekitar 6,26 juta ton ikan laut per-tahun berpotensi bisa ditangkap di dalam lautan Indonesia yang dapat dimanfaatkan dan dikelola secara lestari. Namun kenyataannya, dari potensi tersebut secara signifikan belum dapat memberikan kekuatan serta peran yang 3

4 lebih kuat terhadap peningkatan kesejahteraan kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai dikarenakan belum termanfaatkan dan terkelola secara maksimal, apalagi lestari. Kehidupan yang penuh keterbatasan mengakibatkan kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai masih terperangkap dalam kemiskinan dan ketidakberdayaan. Kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai yang sebagian besar penduduknya miskin (belum sejahtera), hidup menderita di dalam kantong-kantong kemiskinan struktural yang potensial. Kesulitan mengatasi masalah kemiskinan (kesejahteraan) telah menjadikan kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai harus menanggung masalah kehidupan (beban kehidupan) yang tidak dapat dipastikan kapan masa berakhirnya. Bahkan, selain tingkat pendapatan bagian/anggota-nya hanya kecil, menurut Made dalam Kusumastanto (2003:12), dalam memenuhi kebutuhan melautnya banyak juga bagian/anggota dari kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai yang masih dominan berhubungan dengan lembaga non-formal seperti ponggawa dan pelepas uang, walaupun bunga pinjamannya sangat tinggi, yakni 30%. Menghadapi problematika-problematika yang terjadi pada kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai seperti itu, maka menurut Dahuri (2001:7), sangat diperlukan suatu terobosan/gebrakan program terbaru dari pemerintah yang dapat meningkatkan akses kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai terhadap dana/modal sebagai kunci utamanya yang disertai dengan fasilitas penguatan kapasitas dan kelembagaan melalui pendampingan dan pembinaan dalam ranah/koridor program 4

5 pemberdayaan. Sehingga, diharapkan dari terobosan/gebrakan program terbaru yang dikembangkan pemerintah tersebut akan dapat mengentaskan/mengurangi kemiskinan (meningkatkan kesejahteraan) terhadap kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai. Oleh karena itu mulai tahun 2011 sampai tahun 2014, dalam rangka mengakomodasi dan mempercepat pengentasan/pengurangan kemiskinan khususnya yang diderita oleh kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai serta sejalan dengan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Tahun , yaitu "Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan", maka salah satu strategi untuk mencapai misi tersebut, pemerintah pusat (Kementrian Kelautan dan Perikanan RI) lewat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan RI telah mengeluarkan program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) tersebut dikeluarkan juga hasil penyelarasan antara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) tersebut juga merupakan salah satu komponen kegiatan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelautan Perikanan , dan juga sebagai salah satu komponen kegiatan kelanjutan PNPM Mandiri Kelautan Perikanan tahun , dalam rangka pengentasan kemiskinan (peningkatan kesejahteraan) terhadap salah satu masyarakat kelautan dan 5

6 perikanan, yaitu kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai lewat pemberian dana/modal Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUMP Perikanan Tangkap Secara khusus, program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) tersebut memiliki tujuan dan sasaran. Tujuan dari program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP- PT) tersebut, diantaranya: (1) meningkatkan pendapatan nelayan melalui kegiatan pengembangan usaha nelayan skala kecil di perdesaan; (2) menumbuhkembangkan kewirausahaan nelayan di perdesaan; dan (3) meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi nelayan menjadi mitra lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan. Sedangkan, sasaran dari program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) adalah berkembangnya usaha Kelompok Usaha Bersama (KUB) penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUMP Perikanan Tangkap (Dirjen Perikanan Tangkap, ). Sepaket keluaran (output) yang diharapkan dari program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) , meliputi: (1) tersalurkannya dana BLM PUMP kepada KUB sebagai modal usaha produktif penangkapan ikan; (2) terlaksananya fasilitasi sebagai penguatan kapasitas dan kelembagaan KUB melalui pendampingan dan pembinaan; serta (3) termanfaatkannya BLM PUMP Perikanan Tangkap untuk kegiatan usaha produktif (Dirjen Perikanan Tangkap, ). Sedangkan, sepaket hasil (outcome) yang diharapkan dari program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan 6

7 Perikanan Tangkap (PUMP-PT) , meliputi: (1) meningkatnya pendapatan nelayan anggota KUB; (2) berkembangnya kelembagaan KUB; dan (3) berkembangnya kewirausahaan nelayan (Dirjen Perikanan Tangkap, ). Berdasarkan sasaran, sepaket keluaran, serta sepaket hasil dari program tersebut dapat diketahui bahwa program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) adalah merupakan suatu program pengentasan/pengurangan kemiskinan (peningkatan kesejahteraan) yang dikhususkan bagi kelompok sasarannya, yaitu kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai yang telah berubah wujud menjadi suatu wujud/bentuk tersendiri bernama Kelompok Usaha Bersama (KUB). Kelompok Usaha Bersama (KUB) adalah badan usaha non badan hukum ataupun yang sudah berbadan hukum yang berupa kelompok yang telah dibentuk oleh seluruh anggota kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai berdasarkan hasil kesepakatan atau musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota. Pembentukan KUB tersebut telah dikerangkai oleh pranata-pranata dan jaringan sosial yang dimiliki oleh kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai. Eksistensi pranata-pranata dan jaringan sosial tersebut juga sangatlah berarti dan strategis bagi anggota kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai (Kusnadi, 2007:17). Kelompok sasaran (KUB) seperti inipun sudah ada sejak adanya bantuan dari PNPM Kelautan dan Perikanan tahun

8 Secara nasional, mengenai implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) tersebut juga dirancang dan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. Akan tetapi, dalam pelaksanaan secara nasionalnya diserahkan (dilaksanakan) lewat salah satu bagian dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan RI yaitu Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan (PUPI) dengan membentuk Pokja Perikanan Tangkap RI. Dalam implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat/secara nasional tersebut mengacu pada Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: Kep. 27/DJ-PT/2011, Kep. 32/DJ-PT/2012, Kep. 37/DJ-PT/2013, dan Kep. 32/DJ- PT/2014 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Bidang Perikanan Tangkap Sedangkan, mengenai implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota tetap diserahkan kepada para pelaksana (implementor) pada tingkat kabupaten/kota di seluruh Indonesia, yang terdiri dari: Tim Teknis dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, Penyuluh/Pendamping (PPTK) Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, serta Tim Pembina dari Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat wilayah/propinsi di seluruh Indonesia. Dalam implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota tersebut juga diharuskan oleh pemerintah pusat (Direktorat Pengembangan Usaha 8

9 Penangkapan Ikan (PUPI) KKP RI/Pokja Perikanan Tangkap RI) untuk memakai/mengacu pada Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: Kep. 27/DJ-PT/2011, Kep. 32/DJ-PT/2012, Kep. 37/DJ-PT/2013, dan Kep. 32/DJ-PT/2014 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Bidang Perikanan Tangkap Sebagai upaya serius pemerintah pusat pusat (Kementrian Kelautan dan Perikanan RI) dalam rangka mengakomodasi dan mempercepat penanggulangan/pengurangan kemiskinan (peningkatan kesejahteraan) terhadap Kelompok Usaha Bersama (KUB) tersebut, pemerintah pusat (Kementrian Kelautan dan Perikanan RI) lewat Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan (PUPI) KKP RI/Pokja Perikanan Tangkap RI telah mengalokasikan anggaran dana/modal BLM secara nasional kepada kabupaten/kota pada seluruh wilayah/propinsi di Indonesia agar dilakukan implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota. Total alokasi anggaran nasional dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota kepada kabupaten/kota pada seluruh wilayah/propinsi di Indonesia, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: 9

10 Tabel 1. Total Alokasi Anggaran Nasional Dana/Modal BLM untuk Implementasi Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Tingkat Kabupaten/Kota Kepada Kabupaten/Kota pada Seluruh Wilayah/Propinsi di Indonesia No Tahun Total Alokasi Anggaran Nasional Dana/Modal BLM yang Telah Dialokasikan jt jt jt jt Jumlah Total Alokasi Anggaran Nasional Dana/Modal BLM yang Telah Dialokasikan jt Sumber: Dit. PUPI Dirjen Perikanan Tangkap KKP RI, Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa total alokasi anggaran nasional dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota kepada kabupaten/kota pada seluruh wilayah/propinsi di Indonesia tersebut adalah Rp ,- (Srialdoko, 2011:7-15). Semua total alokasi anggaran nasional dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota kepada kabupaten/kota pada seluruh wilayah/propinsi di Indonesia tersebut merupakan salah satu bagian dari total alokasi anggaran dana PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan yang tentunya juga bersumber dari dana APBN tahun Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merupakan salah satu wilayah/propinsi di Indonesia yang telah menjadi fokus agar/untuk dilakukan implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap 10

11 (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota. Pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang akan/siap mengikuti untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota tersebut terdiri dari 3 kabupaten, yakni: Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, serta Kabupaten Gunung Kidul. Tabel 2. Total Alokasi Anggaran Dana/Modal BLM untuk Implementasi Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Tingkat Kabupaten/Kota pada Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) No Kabupaten Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun Bantul 600 jt jt 600 jt 200 jt 2 Kulon Progo 600 jt jt 600 jt 200 jt 3 Gunung Kidul 400 jt jt 400 jt 200 jt Jumlah total alokasi anggaran dana/modal BLM yang telah dialokasikan jt jt jt 600 jt Sumber: Dit. PUPI Dirjen Perikanan Tangkap KKP RI, Tabel 2 di atas adalah tentang total alokasi anggaran dana/modal BLM yang telah dialokasikan untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Total alokasi anggaran dana/modal BLM yang telah dialokasikan untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam empat tahun tersebut adalah sejumlah Rp ,-. Pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ternyata Kabupaten Bantul adalah merupakan satu-satunya kabupaten yang telah dialokasikan dengan 11

12 proporsi lebih maksimal, bahkan paling maksimal dibandingkan kabupatenkabupaten lainnya dalam total alokasi anggaran dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Jumlah Kabupaten, Jumlah Desa, dan Jumlah Alokasi KUB PUMP-PT dalam Total Alokasi Anggaran Dana/Modal BLM untuk Implementasi Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Tingkat Kabupaten/Kota pada Wilayah DIY No Kabupaten Jumlah Desa Nelayan Pesisir Pantai yang Dimiliki Jumlah Alokasi KUB PUMP- PT Jumlah Alokasi Anggaran Dana/Mo dal BLM yang Telah Dialokasi kan Jumlah Alokasi KUB PUMP- PT Jumlah Alokasi Anggaran Dana/Mo dal BLM yang Telah Dialokasi kan Jumlah Alokasi KUB PUMP- PT Jumlah Alokasi Anggaran Dana/Mo dal BLM yang Telah Dialokasi kan Jumlah Alokasi KUB PUMP- PT Jumlah Alokasi anggaran Dana/Mo dal BLM yang Telah Dialokasi kan 1 Bantul 5 desa 6 KUB 600 jt 13 KUB jt 6 KUB 600 jt 2 KUB 200 jt 2 Kulon Progo 10 desa 6 KUB 600 jt 13 KUB jt 6 KUB 600 jt 2 KUB 200 jt 3 Gunung Kidul 15 desa 4 KUB 400 jt 18 KUB jt 4 KUB 400 jt 2 KUB 200 jt Jumlah 15 desa 16 KUB jt 44 KUB jt 16 KUB jt 2 KUB 200 jt Sumber: Dit. PUPI Dirjen Perikanan Tangkap KKP RI, Dari tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa proporsi total alokasi anggaran dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul yang telah dialokasikan dalam empat tahun tersebut/kedepan adalah sejumlah Rp ,-. Padahal, di Kabupaten Bantul hanya memiliki 5 (lima) desa 12

13 nelayan pesisir pantai saja. Keadaan tersebut sangat jauh berbeda dibandingkan dengan proporsi total alokasi anggaran dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota yang telah dialokasikan kepada kabupatenkabupaten lainnya pada wilayah DIY. Dari sejumlah total alokasi anggaran dana/modal Rp yang telah dialokasikan kepada Kabupaten Bantul tersebut harus sampai untuk 27 KUB di Kabupaten Bantul agar dapat dimanfaatkan/dibelanjakan oleh mereka untuk kegiatan usaha produktif. Pada alokasi untuk 27 KUB di Kabupaten Bantul tersebut, sesuai aturan yang ada setiap KUB mendapat jatah dana/modal BLM sejumlah Rp ,- per KUB. Menurut hasil wawancara dengan salah satu anggota Tim Pembina pelaksanaan program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) pada wilayah DIY, bahwa implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul akan menjadi ukuran atau menjadi barometer terhadap implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota pada wilayah DIY. Hal tersebut terjadi dikarenakan berdasarkan dari uraian-uraian sebelumnya, bahwa Kabupaten Bantul merupakan satu-satunya kabupaten yang telah dialokasikan dengan proporsi lebih maksimal, bahkan paling maksimal dibandingkan kabupaten-kabupaten lainnya dalam total alokasi anggaran dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina 13

14 Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di tingkat kabupaten/kota pada wilayah DIY (Wawancara dengan Bpk. Woro Sihono, S.Sos. selaku anggota Tim Pembina pada Sie Teknis Tangkap Bidang Perikanan DKP Propinsi DIY, 4 April 2011). Oleh karena itu, berdasarkan target serta harapan dari Tim Pembina pelaksanaan program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di wilayah DIY tersebut diatas, maka para pelaksana (implementor) pada Kabupaten Bantul yang terdiri dari: Tim Teknis pelaksanaan program PUMP-PT pada Kabupaten Bantul, Penyululuh/Pendamping (PPTK) pada Kabupaten Bantul, serta Tim Pembina pelaksanaan program PUMP- PT pada Wilayah DIY sendiri mempunyai tanggung jawab besar terhadap implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul. Bentuk nyata tanggung jawab yang diharapkan dari para pelaksana (implementor) pada Kabupaten Bantul terhadap implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul tersebut adalah keberhasilan dalam implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul. Agar kita dapat mengetahui bagaimana keberhasilan/berjalannya implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul tersebut, sangat diperlukan sekali penelitian mengenai/tentang implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul. Oleh 14

15 karena itu, dalam penelitian ini akan membahas mengenai implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul, dan juga disertai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul. Berdasarkan hasil pencarian penulis/peneliti selama ini, penelitian akademis maupun praktis sebelumnya yang membahas mengenai/tentang implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) selama ini belum pernah dilakukan. Disamping itu, penelitian akademis maupun praktis yang dilakukan oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah tentang implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di daerah termasuk di Kabupaten Bantul selama ini juga belum pernah dilakukan. Hal tersebut terjadi dikarenakan jika dilihat dari umur implementasi program, implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) secara nasional baru dimulai tahun 2011 serta akan berakhir di akhir tahun Oleh karena itu, hasil penelitian ini juga bisa menjadi rujukan/bermanfaat secara akademis bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bisa menjadi rujukan/bermanfaat secara akademis maupun praktis bagi para pelaksana (implementor) program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) pada Kabupaten Bantul. Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka penulis/peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi program Pengembangan Usaha 15

16 Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul. Judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT) DI KABUPATEN BANTUL. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dihasilkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul? 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul? I.4. Manfaat/Hasil yang Diharapkan Manfaat/hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 16

17 1. Mendeskripsikan serangkaian proses/kegiatan dalam implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul, hasil, dan kondisinya. 2. Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi para pelaksana (implementor) terkait implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul. 3. Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi kelompok sasaran (KUB pada Kabupaten Bantul) terkait implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul. 4. Mendeskripsikan bentuk interverensi yang berpotensi mempengaruhi implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul. 5. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) di Kabupaten Bantul. 17

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO Oleh Reifan A.H Chorneles Abstrak : Sesuai dengan Misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PUMP) Perikanan Budidaya sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi

BAB I PENDAHULUAN. (PUMP) Perikanan Budidaya sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang menjadi lokasi pelaksanaan program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kemiskinan masih menjadi masalah yang butuh perhatian semua pihak. Kemiskinan yang diartikan sebagai ketidakberdayaan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah. Sumber daya alam ini diharapkan dapat mensejahterakan rakyat

Lebih terperinci

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT)

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT) NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT) RINGKASAN Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP PT) merupakan bagian

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah Negara ini terdiri dari lautan dengan total panjang garis pantainya terpanjang kedua didunia.wilayah

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di dunia (http://www.kkp.go.id). Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan luas laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum perikanan tangkap di Indonesia masih didominasi oleh usaha perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya 15% usaha perikanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

Ni Made Ratmini. Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Ni Made Ratmini. Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia EFEKTIVITAS PENERIMA DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) TERHADAP PENDAPATAN ANGGOTA KELOMPOK NELAYAN DI DESA SERAYA TIMUR KECAMATAN KARANGASEM TAHUN 2014 Ni Made Ratmini Jurusan Pendidikan Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dua per tiga luas wilayah Negara Indonesia adalah perairan laut yang terdiri dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018 RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2017 PERAN DISLAUTKAN DIY Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sektor kelautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penangkapan ikan dan binatang air lainnya (suyitno, 2012). Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penangkapan ikan dan binatang air lainnya (suyitno, 2012). Tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nelayan adalah orang atau individu yang aktif dalam melakukan penangkapan ikan dan binatang air lainnya (suyitno, 2012). Tingkat kesejahteraan nelayan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar di dunia. luas wilayah lautnya mencapai 5,8 juta, sedangkan panjang garis pantainya 81.000 km merupakan ke

Lebih terperinci

2 yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari masingmasing unit kerja eselon I terkait. PUMP, PUGAR, dan PDPT merupakan upaya ke

2 yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari masingmasing unit kerja eselon I terkait. PUMP, PUGAR, dan PDPT merupakan upaya ke LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara, fenomena kesenjangan perkembangan antara wilayah selalu ada sehingga ada wilayah-wilayah yang sudah maju dan berkembang dan ada wilayah-wilayah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan terhadap hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Kesimpulan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Draft Rekomendasi Kebijakan Sasaran: Perikanan Budidaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Seri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mengkaji hakikat dan makna dari temuan penelitian, masing-masing temuan

BAB V PEMBAHASAN. mengkaji hakikat dan makna dari temuan penelitian, masing-masing temuan BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan tentang pemberdayaan masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan Tuna Jaya di Desa Tasikmadu Kccamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, telah dipaparkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta perubahan-perubahannya. Pemerintah

Lebih terperinci

2012, No.416.

2012, No.416. 5 2012, No.416 DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dalam rangka penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian di Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Jalan Medan Merdeka

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RAPAT KERJA TEKNIS (Rakernis) KELAUTAN DAN PERIKANAN Tahun 2014 dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Kalimantan Timur di Aula Kantor Walikota

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 2 PENINGKATAN EFEKTIVITAS KINERJA PENYALURAN BLM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA (PUMP-PB)

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 2 PENINGKATAN EFEKTIVITAS KINERJA PENYALURAN BLM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA (PUMP-PB) NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 2 PENINGKATAN EFEKTIVITAS KINERJA PENYALURAN BLM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA (PUMP-PB) RINGKASAN Kinerja input, proses dan output PNPM-PB secara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik terdiri dari luas daratan 1.91

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perikanan di laut sekitar 5,8 juta km 2, yang terdiri dari perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan sosial. Maka dari itu, hasil dari pembangunan harus dinikmati oleh seluruh masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak kawasan pesisir yang kaya dan sangat produktif, tetapi

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak kawasan pesisir yang kaya dan sangat produktif, tetapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak kawasan pesisir yang kaya dan sangat produktif, tetapi banyaknya potensi di kawasan pesisir belum membuat masyarakat nelayan menjadi sejahtera.

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi yang telah ditetapkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pelalawan adalah Menjadi Fasilitator dan Penggerak Ekonomi Masyarakat Perikanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan, banyak hal yang menyebabkan yaitu kurangnya modal yang dimiliki para nelayan, teknologi yang dimiliki, rendahnya akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kemiskinan perdesaan telah menjadi isu utama dari sebuah negara berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. A. Keadaan Umum Kemiskinan Masyarakat Pesisir

II. LANDASAN TEORI. A. Keadaan Umum Kemiskinan Masyarakat Pesisir II. LANDASAN TEORI A. Keadaan Umum Kemiskinan Masyarakat Pesisir Kemiskinan bukanlah suatu gejala baru bagi masyarakat Indonesia. Pada saat ini, walaupun sudah hidup dalam kemerdekaan selama puluhan tahun,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha akan mendukung pemulihan ekonomi indonesia, menciptakan lapangan

BAB I PENDAHULUAN. usaha akan mendukung pemulihan ekonomi indonesia, menciptakan lapangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekonomi indonesia, karena menyediakan berjuta lapangan pekerjaan dan menjadi tulang punggung industri

Lebih terperinci

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA KABUPATEN DELI SERDANG Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia, Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pangan, dimana kebutuhan protein dunia dapat dipenuhi oleh sumber daya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pangan, dimana kebutuhan protein dunia dapat dipenuhi oleh sumber daya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan memiliki arti penting dalam mendukung rantai ketahanan pangan, dimana kebutuhan protein dunia dapat dipenuhi oleh sumber daya perikanan, baik dari perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik 19 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik adalah dengan sistem pembangunan ekonomi nasional. Sejak era reformasi bergulir, pemerintah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan dua per tiga wilayahnya berupa perairan dan mempunyai potensi sumber daya ikan sekitar 6,4 juta ton/tahun. Dengan besarnya potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80 62 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Keadaan Geografis DIY Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan wilayah setingkat provinsi yang memiliki luas wilayah administrasi terkecil kedua di Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila pendapatan penduduk mengalami peningkatan yang cukup hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB IV. DINAMIKA KABUPATEN/KOTA PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMP

BAB IV. DINAMIKA KABUPATEN/KOTA PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMP BAB IV. DINAMIKA KABUPATEN/KOTA PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMP Analisis deskriptif dan kuadran dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang telah mengalami perubahan menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang telah mengalami perubahan menjadi Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah di negara Indonesia telah terlaksanakan lebih dari satu dasawarsa. Otonomi daerah di negara Indonesia pertama kali mulai diberlakukan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah yang memiliki luas perairan laut cukup besar menjadikan hasil komoditi laut sebagai salah satu andalan dalam pendapatan asli

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pembangunan di berbagai sektor. Pemuda, sebagian besar memiliki kesempatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pembangunan di berbagai sektor. Pemuda, sebagian besar memiliki kesempatan 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Peran pemuda dalam pembangunan sangat penting karena dianggap berada dalam usia yang produktif untuk menunjang berbagai aktivitas pembangunan di berbagai sektor. Pemuda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wiliyahnya merupakan perairan laut, selat dan teluk, sedangkan lainnya adalah daratan yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 20 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu berisi visi,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN TANGKAP NOMOR KEP. 32/KEP-DJPT/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas usaha perikanan tangkap umumnya tumbuh di kawasan sentra nelayan dan pelabuhan perikanan yang tersebar di wilayah pesisir Indonesia. Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera No.166, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Pembudidaya. Ikan Kecil. Nelayan Kecil. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5719) PERATURAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Selain itu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018

LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018 LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018 Rapat Penyelerasan, Penyerasian dan Penyeimbangan antara RZWP3K Provinsi Riau dengan RTRW Provinsi Riau dan Penyepakatan Peta Rencana Alokasi Ruang RZWP3K

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.41/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Masih ditemukannya banyak penduduk miskin wilayah pesisir Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, menunjukkan adanya ketidakoptimalan kegiatan pemberdayaan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan (sustainable development) yang dilakukan secara berencana dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan sebuah lembaga independen yang memiliki jaringan dengan Palang Merah Internasional, Palang Merah Indonesia bekerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016

PROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016 PROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016 MARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN) DISAMPAIKAN PADA RAPAT SINKRONISASI KELEMBAGAAN PENYULUHAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu daerah pemasok rumput laut di Indonesia. Wilayah

Lebih terperinci