STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DI DAERAH PESISIR (Dusun Muara, Desa Muara, Kabupaten Tangerang, Banten) NANDA KARLITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DI DAERAH PESISIR (Dusun Muara, Desa Muara, Kabupaten Tangerang, Banten) NANDA KARLITA"

Transkripsi

1 STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DI DAERAH PESISIR (Dusun Muara, Desa Muara, Kabupaten Tangerang, Banten) NANDA KARLITA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Daerah Pesisir (Dusun Muara, Desa Muara, Kabupaten Tangerang, Banten) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepadan Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2015 Nanda Karlita I

3 ABSTRAK NANDA KARLITA. Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Daerah Pesisir (Dusun Muara, Desa Muara, Kabupaten Tangerang, Banten). Dibimbing oleh NURMALA K. PANDJAITAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemiskinan yang terjadi pada perempuan dalam komunitas nelayan di Dusun Muara, Kabupaten Tangerang serta strategi bertahan hidup yang dipengaruhi oleh karakteristik perempuan tersebut. Selain itu, dilihat juga hubungannya dengan tingkat kesejahteraan. Strategi bertahan hidup perempuan di Dusun Muara terbagi menjadi dua yaitu strategi sosial dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang didukung oleh data kualitatif dari wawancara kepada aparatur desa dan warga sekitar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada lima indikator dari karakteristik individu yang dapat mempengaruhi strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan yaitu umur, status perkawinan, besar tanggungan, jenis ketrampilan, dan pengalaman kerja. Kata kunci: strategi bertahan hidup, perempuan, komunitas nelayan, kemiskinan ABSTRACT NANDA KARLITA. Life Survival Strategy of Women in Coastal Area (Dusun Muara, Desa Muara, Kabupaten Tangerang, Banten). Supervised by NURMALA K. PANDJAITAN This research aimed to analyze the poverty that happens to women in fishing community in Dusun Muara, Tangerang and life survival strategy which is influenced by the charahteristics of the women. Furthermore, seen also to do with the level of welfare. Women s survival strategy in the estuary is divided into two social and economic strategy. The research used a quantitative approach by using the questionnaire supported by qualitative approach from interview government apparatus and local people. The result of this research suggest there are three indicators of individual characteristics that may affect women s survival strategies is age, martial status, number of family member, and working experience. Keywords: life survival strategy, women, fishermen, poverty

4 STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DI DAERAH PESISIR (Dusun Muara, Desa Muara, Kabupaten Tangerang, Banten) NANDA KARLITA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

5

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmah, hidayah, dan inayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi berjudul Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Daerah Pesisir (Dusun Muara, Desa Muara, Kabupaten Tangerang, Banten) ini dengan baik tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini mengangkat tema kemiskinan perempuan dengan lokasi di Dusun Muara, Desa Muara, kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Nurmala K. Pandjaitan, MS, DEA sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam proses penulisan skripsi. Penulis juga menyampaikan hormat kepada, Ibunda tercinta Rosita yang telah mencurahkan kasih sayang dan perhatian bagi penulis. Ibu Rochayati, Bapak Rusmadi Alm, dan keluarga lainnya yang telah membantu dalam dukungan moral maupun finansial selama penulis menempuh perkuliahan di IPB. Serta terima kasih saya juga sampaikan kepada ayahanda Kasiyo. Teristimewa untuk sahabat luar biasa, Yunita Nurrohmani, Fitri Rabbani, Siska Erma Lia, Dwi Setyaningsih, Nerissa Arviana, Radha Santunnia, Riski Bayuni Sagala, dan Fatimah Azzahra yang telah memberikan semangat dan memberikan hiburan saat sedang dalam kesulitan. Tidak lupa untuk keceriaan teman-teman SKPM 48, kebahagiaan dari kawan-kawan Jejak Sepatu, dan pelajaran yang berharga dari teman-teman Koran Kampus IPB serta teman-teman INDEX 2013 dan Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Juli 2015 Nanda Karlita

7 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Kemiskinan Nelayan Perempuan dalam Komunitas Nelayan Perempuan Nelayan Kemiskinan Perempuan dalam Komunitas Nelayan Strategi Bertahan Hidup Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional PENDEKATAN LAPANG Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan Informan Teknik Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Muara Kondisi Demografi Desa Muara Kondisi Dusun Muara KEMISKINAN YANG TERJADI DUSUN MUARA KARAKTERISTIK INDIVIDU Tingkat Pendidikan Umur Status Perkawinan Besar Tanggungan Jumlah Ketrampilan Pengalaman Kerja Ikhtisar STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DI DUSUN MUARA Strategi Ekonomi Mengikuti Simpan Pinjam Paket Hari Raya Berinvestasi Melakukan Berbagai Pekerjaan Berbagi Bahan Makanan Berbagi Aliran Listrik Strategi Sosial Arisan Meminjam xiii xiv xiv

8 Ikhtisar HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DI DUSUN MUARA Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Hubungan Umur dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Hubungan Status Perkawinan dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Hubungan Besar Tanggungan dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Hubungan Jenis Keterampilan dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Hubungan Pengalaman Kerja dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Hubungan Karakterisik Individu dengan Staretgi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Ikhtisar SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP

9 DAFTAR TABEL 1 Strategi bertahan hidup 12 2 Alokasi penggunaan lahan di Desa Muara 19 3 Jumlah dan persentase rumah tangga Desa Muara menurut mata pencaharian sebagai nelayan 20 4 Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian (orang) 20 5 Jumlah dan persentase warga berdasarkan kepemilikan perahu 24 6 Jumlah dan persentase berdasarkan tingkat pendidikan formal responden 27 7 Jumlah dan persentase berdasarkan umur responden 27 8 Jumlah dan persentase berdasarkan status perkawinan responden 28 9 Jumlah dan persentase berdasarkan besar tanggungan responden Jenis ketrampilan yang dimiliki oleh responden di Desa Muara Jumlah dan persentase berdasarkan pengalaman kerja responden Jumlah dan persentase responden berdasarkan keikutsertaannya dalam simpan pinjam di Yayasan Amanah Bakti Jumlah dan persentase responden berdasarkan keikutsertaannya dalam 35 paket hari raya 14 Berbagai macam barang yang dijadikan investasi oleh responden Jenis pekerjaan yang dilakukan responden di Dusun Muara Jumlah dan persentase responden berdasarkan banyaknya pekerjaan yang dilakukan Jumlah dan persentase responden yang meminta dan tidak meminta bahan makanan Jumlah dan persentase responden yang meminta dan tidak meminta aliran listrik Jumlah dan persentase responden berdasarkan keikutsertaannya dalam arisan Jumlah dan persentase responden yang meminjam Jumlah dan persentase berdasarkan tingkat pendidikan dan strategi bertahan hidup (orang) Jumlah dan persentase berdasarkan umur dan strategi bertahan hidup (orang) Jumlah dan persentase berdasarkan status perkwinan dan strategi bertahan hidup (orang) Jumlah dan persentase berdasarkan besar tanggungan dan strategi bertahan hidup (orang) Jumlah dan persentase berdasarkan jenis ketrampilan dan strategi bertahan hidup (orang) Jumlah dan persentase berdasarkan pengalaman kerja dan strategi bertahan hidup (orang) Hubungan antara karakteristik individu dengan strategi bertahan hidup perempuan di Dusun Muara 54

10 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Lokasi penelitian 62 2 Daftar nama responden 63 3 Jadwal penelitian tahun Kuesioner penelitian 65 5 Dokumentasi penelitian 74 6 Hasil uji statistika 75 7 Catatan Tematik 79

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah perairan tiga kali luas wilayah daratan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia berpotensi menghasilkan hasil laut yang cukup tinggi. Menurut data KKP (2012), hasil tangkapan ikan yang berasal dari perikanan tangkap sebanyak ton. Hasil laut yang cukup melimpah itu, banyak didominasi oleh industri-industri perikanan yang sudah sangat besar. Di Indonesia banyak juga para nelayan kecil yang masih menggunakan alat-alat dan cara yang sangat tradisional dalam memperoleh hasil lautnya. Hasil tangkapan yang cukup rendah tersebut menyebabkan nelayan memiliki pendapatan yang cukup rendah. Menurut Direktorat PMP yang dikutip oleh Muflikhati et al. (2010), sebanyak 32,14% dari 16,42 juta jiwa masyarakat pesisir masih hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut Fauzi (2005), hampir sebagian besar nelayan kita berpendapatan kurang dari US$ 10 per kapita per bulan. Jika dilihat dalam konteks Millenium Development Goal, pendapatan sebesar itu sudah termasuk dalam extreme poverty, karena lebih kecil dari US$ 1 per hari. Faktor rendahnya pendidikan, ketrampilan, ketiadaan modal serta rendahnya aksesibilitas menyebabkan nelayan menjadi kelompok yang termarjinalkan (Zid 2011). Tidak hanya lak-laki yang memiliki penghasilan yang cukup rendah, namun menurut Suhartini (2009), terdapat suatu kenyataan secara umum bahwa posisi wanita di pedesaan termasuk desa desa nelayan di Indonesia khususnya dan negara sedang berkembang pada umumnya, posisi mereka termarginalisasi. Hal tersebut yang menyebabkan kemiskinan tidak lepas dari kaum perempuan. Menurut ILO (2004), feminisasi kemiskinan dengan jelas menggambarkan ketidakadilan dalam soal keterwakilan wanita diantara orang miskin dibandingkan laki-laki. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan akan bertambah buruk jika ia berstatus sebagai kepala keluarga. Saat ini diperkirakan ada sekitar 7 juta perempuan di Indonesia yang berperan sebagai kepala keluarga. Jumlah tersebut mewakili 14% dari total jumlah rumah tangga di Indonesia. Pasalnya, sebagai orang tua tunggal mereka menanggung beban lebih berat. Satu sisi mereka harus mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Mayoritas dari perempuan kepala keluarga ini hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan di bawah US$ 1 dollar. Mereka berjuang sendiri menafkahi keluarga di tengah keterbatasan akses permodalan dan pendidikan 1. Seorang perempuan yang ikut mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, atau yang menjadi kepala keluarga dari kelompok miskin, lebih miskin dari kategori yang sama (Cahyono 2005). Selain berada di bawah garis kemiskinan, posisi perempuan yang menjadi kepala rumah 1 Artikel yang dipublikasikan oleh Radio Australia pada tanggal 17 Mei 2012 yang ditulis oleh IN. Afifah berjudul Jutaan perempuan kepala keluarga Indonesia, hidup miskin dikutip pada tanggal 15 Desember 2014 pada

12 2 tangga sejauh ini terbilang rawan, terutama dari ancaman tindak kejahatan, baik kekerasan fisik maupun perdagangan manusia 2. Tidak jauh berbeda halnya dengan kondisi di sektor perikanan. Sedikitnya 56 juta orang terlibat dalam aktivitas perikanan, mulai dari penangkapan, pengolahan, sampai dengan pemasaran hasil tangkapan. Dari jumlah itu, 70 persen atau sekitar 39 juta orang adalah perempuan nelayan 3. Dalam rumah tangga nelayan untuk menambah pendapatan keluarga biasanya para perempuan tersebut melakukan kegiatan lain yang dapat mendatangkan penghasilan tambahan (Nugraheni 2012). Banyak cara yang dapat dilakukan oleh perempuan nelayan untuk menambah pendapatan keluarga, misalnya dengan mengolah hasil tangkapan ikan suaminya agar nilai jual dapat lebih tinggi. Olahan laut masih sangat minim dilakukan oleh para istri nelayan, kebanyakan dari hasil laut tersebut langsung dijual kepada industri untuk diolah agar nilai jual lebih tinggi, sementara bagi para nelayan tetap memperoleh hasil yang rendah dari penjualan hasil laut secara langsung (Nugraheni 2012). Strategi yang dilakukan tidak membuat perempuan keluar dari kemiskinannya tetapi hanya membuat mereka bertahan hidup saja. Dengan demikian walaupun perempuan telah berperan dalam meningkatkan penghasilan rumah tangga, tetap saja perempuan masih berada di bawah garis kemiskinan. Masalah Penelitian Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana kemiskinan perempuan yang terjadi pada komunitas nelayan? (2) Bagaimana bentuk strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan dalam komunitas nelayan? (3) Bagaimana hubungan karakteristik individu dengan strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan dalam komunitas nelayan? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi kemiskinan perempuan yang terjadi pada komunitas nelayan (2) Menganalisis bentuk strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan dalam komunitas nelayan (3) Menganalisis hubungan karateristik individu dengan strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan dalam komunitas nelayan 2 Artikel yang dipublikasikan oleh Antara News pada tanggal 30 April 2013 yang ditulis oleh W. Puspitasari berjudul Banyaknya perempuan jadi kepala keluarga dikutip pada tanggal 16 Desember 2014 pada 3 Artikel ini dipublikasikan oleh Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) pada tanggal 15 Desember 2015 yang dikutip dari harian Kompas Senin 26 Mei 2014 berjudul Nasib Perempua Nelayan tersedia pada

13 3 Kegunaan Penulisan Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: (1) Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan menjadi informasi untuk penelitian penelitian selanjutnya yang sejenis. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat memperbaiki kelemahan kelemahan dalam penelitian ini. (2) Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai kemiskinan yang terjadi pada perempuan sehingga penelitian ini dapat menjadi acuan untuk membuat program pengentasan kemiskinan yang dialami pada perempuan. (3) Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai cara-cara bertahan hidup yang efektif yang dapat dilakukan oleh perempuan untuk meningkatkan kesejahteraan.

14 4

15 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Menurut Dharmawan (2007), dua mazhab sosiologi nafkah yang dikemukakan oleh Sajogyo dan para ilmuwan sosial dari IPB serta mazhab dari barat-sussex (Chambers and Conway, de Haan, Bebbington and Butterbury, Scoones, Ellis) terdapat dua pandangan yang berbeda dalam melihat penyebab kemiskinan dan faktor yang memengaruhi strategi nafkah yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang (rumah tangga). Menurut Sajogyo, kemiskinan dilihat dari dimensi ketimpangan dan ketidakberdayaan penguasaan akses pada sumber-sumber nafkah seperti tanah dan sumberdaya alam lainnya. Kemiskinan juga dilihat sebagai akibat dari proses modernisasi-kapital. Modernisasi pedesaan memicu perubahan sosial agraria. Berbeda halnya dengan kemiskinan yang dikemukakan oleh Sajogyo, Sussex menganggap kemiskinan yang terjadi sebagai akibat bekerjanya kekuatan politik-kapital global yang menghancurkan sumberdaya alam (ecological fragility). Akibat langsung dari perubahan tataekosistem kawasan tersebut. Menurut Sajogyo yang dikutip oleh Dharmawan (2007), basis nafkah rumah tangga petani adalah segala aktivitas ekonomi pertanian dan ekonomi nonpertanian. Karakteristik penghidupan dan nafkah yang dicirikan oleh bekerjanya dua sektor ekonomi, juga sangat ditentukan oleh sistem sosial-budaya setempat. Terdapat tiga elemen sistem sosial terpenting yang sangat menentukan strategi nafkah yang dibangun oleh petani kecil dan rumah tangganya. Ketiga elemen tersebut adalah: (1) infrastruktur sosial (kelembagaan dan tatanan norma sosial yang berlaku), (2) struktur sosial (lapisan sosial, struktur agraria, struktur demografi, pola hubungan pemanfaatan ekosistem lokal, pengetahuan lokal), (3) supra-struktur sosial (ideologi, etika-moral ekonomi, sistem nilai yang berlaku). Mazhab Barat yang dikemukakan oleh Dharmawan (2007) memandang sistem penghidupan dan nafkah pedesaan dalam dinamika sosio-ekologis suatu ekosistem. Bentuk-bentuk strategi nafkah yang terbangun akan sangat ditentukan bagaimana petani dan rumah tangganya melakukan kombinasi-kombinasi sumberdaya nafkah yang tersedia. Terdapat lima jenis livelihood resources yang bisa dimanfaatkan untuk bertahan hidup atau sekedar untuk menghadapi krisis ekonomi serta mengembangkan derajat kesejahteraan rumah tangga petani 4, yaitu: (1) financial capital, (2) physical capital, (3) natural capital, (4) human capital, (5) sosial capital. Pemilihan strategi nafkah akan sangat ditentukan oleh rasionalisme yang dianut oleh aktor-nafkah dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di hadapannya. Kemiskinan Nelayan Menurut Retnowati (2011), secara umum nelayan dapat diartikan sebagai orang yang mata pencahariannya menangkap ikan, penangkap ikan di laut. Menurut UU No 6 Tahun 1964 tentang bagi hasil perikanan, pengertian nelayan dibedakan menjadi dua, yaitu nelayan pemilik dan nelayan penggarap. 4 Pendapat ini dikemukakan oleh de Haan (2000) dan Ellis (2000) yang ditulis dalam penelitian Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor yang ditulis oleh Arya Hadi Dharmawan (2007).

16 6 Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan. Nelayan penggarap ialah semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tangannya turut serta dalam usaha penangkapan ikan di laut. Lebih lanjut Retnowati (2011) mengemukakan bahwa nelayan dapat dibedakan sebagai berikut: (1) Nelayan pemilik adalah orang atau perseorangan yang melakukan usaha penangkapan ikan, dengan hak atau berkuasa atas kapal/perahu dan/atau alat tangkap ikan yang dipergunakan untuk menangkap ikan. (2) Nelayan penggarap adalah seseorang yang menyediakan tenaganya atau bekerja untuk melakukan penangkapan ikan yang pada umumnya membentuk satu kesatuan dengan yang lainnya dengan mendapatkan upah berdasarkan bagi hasil penjualan ikan hasil tangkapan. (3) Nelayan tradisional adalah orang perorangan yang pekerjaannya melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan perahu dan alat tangkap yang sederhana. (4) Nelayan kecil pada dasarnya berasal dari nelayan tradisional hanya saja dengan adanya modernisasi/motorisasi perahu dan alat tangkap mereka tidak lagi semata-mata mengandalkan perahu tradisional melainkan menggunakan diesel atau motor. (5) Nelayan gendong adalah nelayan yang dalam keadaan senyatanya dia tidak melakukan penangkapan ikan karena kapal tidak dilengkapi dengan alat tangkap melainkan berangkat dengan membawa modal dari juragan yang akan digunakan untuk membeli ikan di tengah laut kemudian akan dijual kembali. Menurut Retnowati (2011), kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Namun, menurut ILO (1977) dalam penelitian Agunggunanto (2011), kebutuhan dasar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, kebutuhan dasar yang diperlukan sekali untuk mempertahankan hidupnya, yaitu tercukupinya makanan, perumahan dan pakaian, seperti peralatan dan perlengkapan rumah tangga. Kedua, kebutuhan lainnya termasuk penyediaan pelayanan utama yang diberikan untuk masyarakat seperti air minum, sanitasi, pengangkutan umum dan kesehatan, fasilitas pendidikan dan budaya. Berdasarkan pemaparan penyebab kemiskinan yang dikemukakan oleh Retnowati (2011), kemiskinan nelayan sesuai dengan kemiskinan yang dikemukakan oleh Sajogyo yaitu kemiskinan akibat adanya eksploitasi dari adanya hubungan patron-client. Sementara menurut Fauzi (2005), hampir sebagian besar nelayan kita berpendapatan kurang dari US$ 10 per kapita per bulan. Jika dilihat dalam konteks Millenium Development Goal, pendapatan sebesar itu sudah termasuk dalam extreme poverty, karena lebih kecil dari US$ 1 per hari. Terbukti bahwa penghasilan keluarga nelayan yang diperoleh oleh suami mereka yang berasal dari kegiatan melaut hanya sekitar Rp Rp per bulan (Zid 2011). Kondisi kemiskinan nelayan merupakan masalah yang kompleks sebagai akibat dari ketidakberdayaan nelayan terhadap akses sumberdaya alam yang tersedia.

17 7 Menurut Widodo (2011), umumnya mereka menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan sumberdaya laut dan pantai yang membutuhkan investasi besar dan sangat bergantung pada musim. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai nelayan kecil, buruh nelayan, pengolah ikan skala kecil dan pedagang kecil karena memiliki kemampuan investasi terbatas. Nelayan kecil hanya mampu memanfaatkan sumberdaya di daerah pesisir dengan hasil tangkapan yang cenderung terus menurun akibat persaingan dengan kapal besar. Perempuan dalam Komunitas Nelayan a) Perempuan Nelayan Perempuan nelayan adalah istri seorang kepala rumah tangga nelayan yang berperan sebagai sekertaris merangkap bendahara, menjual hasil tangkapan dan mengolah ikan pasca panen, serta menyiapkan bahan baku usaha keluarga. Perempuan dalam keluarga berpenghasilan rendah memiliki potensial yang terbatas untuk meningkatkan derajat kesehatan diri dan keluarga, disebabkan kemiskinan dan sering menyita waktunya untuk mencari penghasilan tambahan yang mengalami kesulitan karena pendidikan terbatas, dan situasi akan semakin buruk bila perempuan itu kepala rumah tangga (Anwar 2007 dikutip oleh Arkatut 2013). Sementara menurut Harliningtyas et al (2013), perempuan nelayan adalah suatu istilah untuk wanita yang hidup di lingkungan nelayan. Pada umumnya terlibat dalam aktivitas mencari nafkah untuk keluarganya. Namun, pengertian lain mengenai perempuan nelayan adalah suatu istilah untuk perempuan yang hidup di lingkungan keluarga nelayan, baik sebagai istri maupun anak dari nelayan pria 5. Menurut BPS, perempuan yang dikatakan bekerja jika kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi. Biasanya pada masyarakat nelayan, istri juga memiliki tingkatan sosial yang mengikuti tingkatan suaminya, misalnya ada istri nelayan buruh dan ada istri nelayan kaya (juragan). Status sosial inilah yang akan membedakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan keluarga (Zid 2011). Selain istri, kegiatan ekonomi dalam meningkatkan pendapatan keluarga nelayan seringkali melibatkan anak perempuan, seperti menunggu dagangan hasil olahan ikan di pasar, menjadi buruh membersihkan ikan. Biasanya anak perempuan ini bekerja setelah mereka pulang dari sekolah. Pada perempuan yang menginjak remaja, tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua menjadi semakin besar, mereka harus membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, mencuci pakaian, hingga mengasuh adik (Widodo 2012). b) Kemiskinan Perempuan dalam Komunitas Nelayan Menurut World Bank (2003) yang dikutip dalam jurnal yang ditulis oleh Indraswari (2009) mengidentifikasi empat dimensi kemiskinan, yaitu: (1) Women's lack of empowerment (Terbatasnya pemberdayaan perempuan) 5 Artikel yang dikutip dari coremap.or.id yang berjudul Potret Wanita Nelayan Desa COREMAP II Kabupaten Buton pada 19 Januari 2015 pukul di

18 8 Masalah pemberdayaan perempuan meliputi dua hal. Pertama, pemberdayaan ekonomi yang terkait dengan minim/lemahnya akses perempuan terhadap institusi keuangan formal. Kedua, masalah pemberdayaan juga terkait dengan minim/lemah-nya suara perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat nasional dan regional. (2) Women's lack of oppurtunity (Terbatasnya kesempatan perempuan) Ada ketidaksamaan posisi laki-laki dan perempuan dalam partisipasi angkatan kerja dan status pekerjaan. Pada masyarakat nelayan, perempuan nelayan hampir sering menjadi buruh yang memiliki upah yang cukup minim. (3) Women's lack of capacity (Terbatasnya kapasitas perempuan) Kapasitas perempuan antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan derajat kesehatan mereka. Menurut data BPS tahun 2004, perempuan yang buta huruf lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 11,71%. Data tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan bagi perempuan masih dianggap tidak sepenting pendidikan bagi laki-laki. (4) Women's lack of security (Terbatasnya keamanan bagi perempuan) Kekerasan terhadap perempuan tidak selalu ada korelasi antara kemiskinan dan kekerasan, namun disinyalir kemiskinan bisa menjadi salah satu faktor pencetus kekerasan dalam rumah tangga dengan korban utama perempuan dan anak. Menurut Cahyono (2005) ada dua faktor yang menyebabkan kemiskinan yang dialami oleh perempuan pertama, kemiskinan yang dialami oleh perempuan karena kesulitan untuk mendapatkan akses terhadap sumberdaya ekonomi. Hal tersebut sesuai dengan kemiskinan yang dikemukakan oleh Sajogyo. Kedua, kemiskinan perempuan karena adanya kerentanan hidup, kesempatan dan suara, serta didukung pemerintah yang sangat bias gender. Hal tersebut sesuai dengan kemiskinan yang dikemukakan oleh Sussex. Menurut Tain (2013), kemiskinan pada rumah tangga nelayan setidaknya dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk kemiskinan berdasarkan faktor pembentuknya. Pertama, kemiskinan struktural disebabkan oleh kondisi struktur sosial yang ada menjadikan mereka tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia, juga akibat tatanan kebijakan yang lebih menguntungkan golongan pemilik modal (nelayan besar). Kedua, kemiskinan kultural melihat kemiskinan berasal dari faktor budaya seperti tatanan sosial yang mengharuskan perempuan bekerja di rumah untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga. Ketiga, kemiskinan alamiah terjadi di mana kondisi alam yang tidak mendukung mereka melakukan kegiatan ekonomi produktif ataupun perilaku produksi yang tidak produktif akibat sifat sumberdaya yang bersangkutan. Menanggapi pengelompokkan kemiskinan berdasarkan faktor pembentukannya yang telah dikemukakan sebelumnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2006) menjelaskan bahwa secara kultural sebagian masyarakat Indonesia masih dipengaruhi secara kuat oleh budaya tradisional yang berideologi patriarki sehingga kemiskinan kultural yang terjadi pada perempuan adalah tatanan sosial yang mengharuskan mereka bekerja di rumah. Kemiskinan struktural berupa keterbatasan kaum perempuan untuk memperoleh akses ekonomi (misalnya bekerja untuk memperoleh penghasilan, bukan sekedar menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga), berorganisasi dan

19 9 sebagianya masih berlaku. Sementara itu, kemiskinan alamiah menjelaskan adanya sebagian kaum perempuan yang bersikap pasrah terhadap posisi dirinya dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat, karena secara sadar mereka menganggap demikianlah kodrat sebagai seorang perempuan. Kemiskinan yang terjadi pada perempuan berawal dari adanya nilai-nilai sosial yang membuat wanita banyak mengerjakan hal-hal dalam rumah tangga yang tidak menghasilkan upah seperti melakukan pekerjaan rumah tangga atau sekedar mengasuh anak (ILO 2004). Kondisi demikian telah dianggap sebagai hal yang lumrah karena dalam budaya Jawa, perempuan telah lama dikonstruksikan secara sosial maupun budaya untuk menjadi kanca wingking 6 (Nugraheni 2012). Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini akan menggunakan teori yang ditulis oleh World Bank mengenai empat dimensi kemiskinan yang dialami oleh perempuan. Strategi Bertahan Hidup Livelihoods are the ways in which people satisfy their needs, or gain a living (Chambers and Conway 1992 dikutip dalam Ahmed and Lipton 1997). Lebih lanjut Ahmed and Lipton (1997) menyatakan bahwa: a livelihood is a set of flows of income, from hired employment, self-employment, remittances or (usually in developing rural areas) from a seasonally and annually variable combination of all these. A livelihood should be sufficient to avoid poverty, and preferably, increase well-being for a typical worker plus dependents Menurut Scones (1998), kemampuan untuk mengejar strategi penghidupan yang berbeda tergantung pada bahan dasar material dan sosial, aset yang nyata dan tidak berwujud yang orang miliki. Selanjutnya Scoones membagi ke dalam empat tipe livelihood strategies, yaitu (1) Modal alam-sumberdaya alam (tanah, air, udara, sumberdaya genetic, dll) dan jasa lingkungan (siklus hidrologi, kadar polusi, dll) yang berasal dari arus dan layanan sumber daya yang berguna bagi penghidupan. (2) Modal ekonomi atau keuangan-modal dasar (tunai, simpanan/hutang, dan asset ekonomi lainnya termasuk infrastruktur dan produksi peralatan dasar dan teknologi). (3) Modal manusia-ketrampilan, pengetahuan, kemampuan kerja dan kesehatan yang baik dan kemampuan fisik. (4) Modal sosial-sumberdaya sosial (jaringan, klaim social, hubungan social, afiliasi, asosiasi). Munculnya perilaku strategis dalam menghadapi krisis pada rumah tangga dilatarbelakangi oleh kemiskinan yang memaksa mereka untuk keluar dari keadaan tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan dan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga merupakan hal-hal yang mendorong suatu rumah tangga melakukan survival strategies. Keluarga miskin di pesisir hampir selalu melibatkan seluruh anggota keluarganya dalam mencari nafkah sebagi upaya 6 Perempuan dikonstruksikan hanya berkutat pada berbagai urusan rumah tangga dan geraknya pun dibatasi dalam lingkup rumah tangga.

20 untuk bertahan hidup dan sebagai respon dari kondisi keluarga yang serba kekurangan. Anak-anak pada keluarga miskin memasuki dunia kerja lebih awal jika anak-anak pada keluarga berkecukupan. Di samping tenaga kerja anak, tenaga kerja istri juga merupakan asset yang sangat membantu ekonomi keluarga begitu pula apa istri keluarga buruh nelayan (Zid 2011). Beberapa studi mengenai strategi bertahan hidup nelayan di Indonesia dirangkum pada Tabel 1. Menurut Zid (2011), istri nelayan terbagi menjadi dua yaitu, istri nelayan kaya (juragan) dan istri nelayan buruh. Istri nelayan buruh juga digolongkan menjadi dua, yaitu istri nelayan buruh yang memiliki simpanan uang dan yang tidak memiliki simpanan uang. Cara yang ditempuh pun berbeda beda. Strategi bertahan hidup yang dilakukan istri nelayan kaya sebagian bekerja dengan cara berjualan barang kebutuhan sehari hari, sementara istri buruh nelayan terlihat dalam hal pengaturan belanja pangan, sandang, perlengkapan rumah tangga, dan pengaturan simpanan atau tabungan. Pada Tabel 1 Widodo (2011) menyatakan bahwa strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh istri nelayan dalam membantu meningkatkan penghasilan keluarga terbagi menjadi dua tipe, yaitu strategi ekonomi dan strategi sosial. Strategi bertahan hidup melalui sektor ekonomi adalah membantu menjual hasil tangkapan ikan, memanfaatkan seluruh anggota rumah tangga, diversifikasi pekerjaan, menekan pengeluaran. Berbeda halnya dengan sektor sosial adalah mengikuti arisan dan meminjam uang kepada pedagang pengumpul ikan yang nantinya dibayar dengan hasil tangkapan ikan. Sementara menurut Nugraheni (2012) yang diperkuat dengan penelitian Arkatut (2013), strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh istri nelayan, adalah mengolah hasil tangkapan ikan dan menjadi buruh pengupas udang. Kedua pekerjaan ini dipilih oleh istri nelayan karena tidak membutuhkan ketrampilan khusus dan tidak menghabiskan banyak waktu dalam mengerjakannya karena mereka tidak ingin meninggalkan pekerjaan rumah mereka. Adapula yang mengkategorikannya menjadi strategi bertahan hidup di sektor perikanan dan di sektor non perikanan. Strategi bertahan hidup yang termasuk ke dalam sektor perikanan adalah pengolahan ikan asin/teri kering, berdagang ikan asin/teri kering, pengumpul kerang, berdagang ikan segar, dan buruh usaha perikanan. Pada strategi bertahan hidup yang termasuk ke dalam sektor non perikanan adalah penjahit, membuka usaha warung/kios, membuat usaha kue, dan menjadi buruh cuci. Lain halnya dengan Septiadi (2013), menurutnya strategi bertahan hidup pada rumah tangga miskin dapat dikategorikan sebagai berikut: (1) Modal sosial yang meliputi pembentukan jaringan sosial informal (meminjam uang kepada tetangga, berhutang ke warung); (2) Alokasi sumber daya manusia yang meliputi pemberdayaan tenaga kerja rumah tangga (anggota rumah tangga ikut bekerja, penambahan jam kerja); (3) Basis produksi yang meliputi usaha diversifikasi sumber pendapatan (ekstensifikasi dan intensifikasi usaha pertanian pada masyarakat petani); (4) Spasial yang meliputi migrasi temporer (usaha non-pertanian); dan (5) Finansial yang meliputi penghematan (pengurangan kuantitas maupun kualitas bahan makanan, menjual barang dan tabungan). 10

21 Namun Kristianti et al (2014) berpendapat bahwa penggolongan strategi bertahan hidup dalam dua sektor, yaitu: strategi ekonomi serta sosial. Pada masyarakat nelayan strategi ekonomi dilakukan dengan cara: 1) memberdayakan seluruh anggota keluarga untuk menjaga kelangsungan perekonomian rumah tangga, 2) diversifikasi pekerjaan dengan tidak hanya memiliki satu tumpuan mata pencaharian, 3) menekan pengeluaran makan, dan non makan dengan cara mengurangi porsi makan atau mengurangi frekuensi makan, 4) hutang piutang, dengan meminjam uang tetangga atau saudara ketika kesulitan karena tidak ada bunga. Sedangkan strategi sosial ditempuh dengan beberapa cara seperti:1) hubungan patron-klien antara pemasok ikan dan nelayan, 2) arisan untuk menghimpun dana tak terduga untuk menjadi simpanan dan bantuan ketika membutuhkan dana. Wisdaningtyas (2011), mengemukakan ada dua indikator untuk mengukur strategi sosial, yaitu intensitas meminjam kepada patron dan intensitas meminjam kepada tetangga. Menurut Zid (2011), strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan dapata dibedakan menurut umur, tingkat pendidikan, dan status perkawinan. Beban istri dalam menopang kebutuhan keluarga akan semakin besar karena pendapatan suami yang rendah. Semakin kecil pendapatan rumah tangga yang dihasilkan oleh suami, menuntut semakin besarnya peranan (porsi) istri dalam menyumbangkan pendapatan guna mencukupi kebutuhan rumah tangga (Zein 2000 dalam Nugraheni 2012). Anggota keluarga yang semakin besar maka peran perempuan (istri nelayan) akan semakin besar untuk menutupi kebutuhan ekonomi yang semakin besar dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga. Selain itu, semakin tinggi tingkat pendidikan perempuan maka peran perempuan akan semakin besar dalam berperan serta membantu ekonomi keluarga (Nugraheni 2012). 11

22 12 Tabel 1 Strategi bertahan hidup Strategi Bertahan Hidup Sumber Ekonomi Sosial Spasial Zid (2011) Membuka usaha dengan berjualan barang kebutuhan sehar-hari Melakukan pengaturan belanja Widodo (2011) Nugraheni (2012) Arkatut (2013) Septiadi (2013) Kristianti et al (2014) Membuat simpanan Membantu menjual hasil tangkapan ikan Memanfaatkan seluruuh anggota keluarga Diversifikasi pekerjaan Menekan pengeluaran Mengolah hasil tangkapan ikan Menjadi buruh pengupas udang Bekerja di sektor perikanan, seperti: Mengolah hasil tangkapan ikan Menjual hasil tangkapan ikan Bekerja di sektor non perikanan, seperti: Membuka toko Alokasi sumber daya manusia Diversifikasi sumber pendapatan Penghematan Memberdayakan seluruh anggota keluarga Diversifikasi pekerjaan Menekan pengeluaran Berhutang Kerangka Pemikiran Mengikuti arisan Meminjam uang kepada pedagang pengumpul ikan Modal sosial yang meliputi pembentukan jejaring sosial informal Membangun hubungan antara patron-client Mengikuti arisan Migrasi Berawal dari kemiskinan yang dialami oleh perempuan, perempuan berusaha untuk bertahan hidup dengan melakukan strategi bertahan hidup. Kemiskinan ini bisa disebabkan akibat kebijakan pemerintah, budaya yang berkembang di masyarakat tersebut, atau memang karena tidak tersedianya sumber daya di lingkungan rumahnya tersebut. Kemiskinan inilah yang menyebabkan perempuan melakukan strategi bertahan hidup. Strategi bertahan

23 13 hidup dibedakan menjadi dua, yaitu strategi sosial yang lebih mementingkan jaringan sosial yang dimiliki oleh perempuan tersebut dan strategi ekonomi yang lebih melihat pada pekerjaan yang menghasilkan uang. Strategi bertahan hidup yang dilakukan tersebut tidak lepas dari hubungannya dengan karateristik perempuan itu sendiri seperti tingakt pendidikan, umur, status perkawinan, besar tanggungan, jenis ketrampilan, dan pengalaman kerja. Kemiskinan Karakteristik Individu Tingkat pendidikan formal Umur Status perkawinan Besarnya tanggungan Jumlah ketrampilan Pengalaman kerja Sosial Luas jaringan Frekuensi meminta bantuan Strategi Bertahan Hidup Ekonomi Tingkat keragaman usaha Jumlah pekerjaan Jumlah investasi Keterangan Gambar 1 Kerangka pemikiran : Berhubungan : Dijelaskan secara deskriptif : Menyebabkan Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan strategi bertahan hidup. Definisi Operasional Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik individu a. Umur adalah umur responden tahun ini. Dalam menentukan rentang umur disesuaikan dengan yang di lapang. 1. Umur responden < 25 tahun, diberi skor 1 2. Umur responden tahun, diberi skor 2 3. Umur responden > 35 tahun, diberi skor 3

24 14 b. Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani oleh responden. a. Pendidikan responden tidak bersekolah hingga tidak tamat SD, diberi skor 1 b. Pendidikan responden tamat SD hingga tamat SMP, diberi skor 2 c. Pendidikan responden hingga tamatan SMA, diberi skor 3 c. Status perkawinan merupakan perjodohan antara laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. a. Janda b. Tidak Menikah c. Belum menikah d. Menikah d. Besarnya tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang menjadi tanggungan bagi kepala keluarga. 1. Anggota keluarga berjumlah 4 orang, diberi skor 1 2. Anggota keluarga berjumlah antara 5-7 orang, diberi skor 2 3. Anggota keluarga berjumlah > 7 orang, diberi skor 3 e. Jumlah ketrampilan adalah banyaknya ketrampilan yang dimiliki oleh responden. 1. Responden hanya satu memiliki ketrampilan lain, diberi skor 1 2. Responden memiliki 2-3 ketrampilan saja, diberi skor 2 3. Responden memiliki lebih dari 3 ketrampilan, diberikan skor 3 f. Pengalaman kerja adalah banyaknya pengalaman kerja yang dimiliki oleh responden sebelum melakukan strategi bertahan hidup. 1. Responden hanya memiliki satu pengalaman kerja, diberi skor 1 2. Responden memiliki 2-3 pengalaman kerja, diberi skor 2 3. Responden memiliki lebih dari 3 pengalaman kerja, diberi skor 3 2. Strategi bertahan hidup perempuan dalam komunitas nelayan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. a. Strategi sosial adalah strategi yang mengutamakan hubungan kekerabatan dengan tetangga, saudara, atau teman. a.1 Luas jaringan merupakan mengikuti berbagai macam kegiatan sosial yang berujung pada pengumpulan uang, seperti mengikuti arisan. 1. Jika responden tidak mengikuti arisan, diberi skor 0 2. Jika responden mengikuti arisan, diberi skor 1 a.2 Frekuensi meminta bantuan adalah banyaknya bantuan yang mereka lakukan kepada tetangga atau saudara mereka, seperti meminjam uang. 1. Jika responden tidak melakukan pinjaman, diberi skor 0 2. Jika responden melakukan pinjaman, diberi skor 1 b. Strategi ekonomi adalah strategi yang menghasilkan uang untuk menambah perekonomian keluarga. b.1 Tingkat keragaman usaha adalah berbagai macam usaha yang dilakukan oleh responden, seperti membuka warung atau berjualan keliling.

25 15 1. Jika responden tidak memiliki usaha, diberi skor 0 2. Jika responden memiliki usaha, diberikan skor 1 b.2 Jumlah pekerjaan adalah banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh responden dalam satu hari untuk memperoleh uang. 1. Jika responden memiliki pekerjaan 0-1 jenis pekerjaan diberi skor 1 2. Jika responden memiliki pekerjaan sebanyak 2-4, diberi skor 2 3. Jika reposnden memiliki pekerjaan sebanyak 5, diberi skor 3 b.3 Jumlah investasi adalah banyaknya tabungan yang dimiliki oleh responden, baik dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang. 1. Jika responden tidak memiliki investasi dalam bentuk apapun, diberi skor 0 2. Jika responden memiliki investasi dalam bentuk apapun, diberi skor 1 Berdasarkan skor yang telah diberikan pada strategi bertahan hidup, berikut akumulasi skor di atas: 1. Strategi bertahan hidup sederhana yang memiliki strategi bertahan hidup sebanyak 2-4, diberi skor 1 2. Strategi bertahan hidup kompleks yang memiliki strategi bertahan hidup sebanyak lebih dari 4, diberi skor 2

26 16

27 17 PENDEKATAN LAPANGAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan, sebagai berikut: 1. Desa Muara merupakan salah satu desa yang memiliki penduduk miskin yang cukup banyak. 2. Desa Muara juga terdapat banyak perempuan yang bekerja dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Kegiatan dalam penelitian ini berawal dari bulan Maret 2015 hingga bulan April Selama satu bulan tersebut melakukan kegiatan pengambilan data lapang hingga memasukkan data yang telah diperoleh dari responden. Teknik Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif sebagai fokus utama dan data kualitatif sebagai data pendukung. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diisi dengan mewawancarai responden. Sementara data kualitatif diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak aparatur desa setempat dan warga sekitar. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui kuesioner yang ditujukan kepada responden. Pengumpulan data penelitian ini juga menggunakan wawancara kepada warga seperti ketua RT, ketua RW, dan warga sekitar yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen mengenai gambaran umum tempat penelitian yaitu Dusun Muara seperti kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Dusun Muara serta didukung pula dengan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, jurnal penelitian, skripsi, dan artikel. Data yang telah dikumpulkan diolah dan disimpulkan. Kesimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten. Teknik Penentuan Responden dan Informan Responden penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di Dusun Muara. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin yang di dalamnya terdapat perempuan yang bekerja. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah perempuan yang bekerja dalam keluarga tersebut yang bertugas memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Jumlah responden dari penelitian ini adalah 36 orang. Informan dalam penelitian ini adalah berbagai pihak yang dapat memberikan informasi yang dapat menyempurnakan dalam penulisan skripsi. Proses penentuan responden dengan mencarai informasi mengenai status sosial mereka dengan menanyakan kepemilikan moda produksi yang biasa mereka gunakan untuk bekerja. Dengan mengetahui kepemilikan alat trasportasi yang biasa mereka gunakan untuk mencari nafkah. Hal ini yang dapat melihat mana

28 18 keluarga yang termasuk ke dalam keluarga yang miskin atau tidak miskin. Setelah mengetahui rumah tangga yang miskin, barulah di wawancarai perempuan yang bekerja. Metode pengambilan sample adalah simple random sampling, merupakan salah satu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Beberapa alasan pemilihan metode ini, yaitu populasi dalam penelitian ini merupakan populasi homogen yaitu perempuan di Dusun Muara yang bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data kuesioner yang di peroleh dianalisis secara kuantitatif. Setelah seluruh data terkumpul adalah melakukan pengkodean data. Kegiatan ini bertujuan untuk menyeragamkan data. Setelah pengkodean, tahap selanjutnya adalah perhitungan persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabulasi silang. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik deskriptif dengan mengunakan software SPSS (Statistical Program for Sosial Sciences) for Windows versi 16.0 dan Microsoft Exel Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi dengan uji Rank Spearman untuk data oradinal dan untuk menghubungkan data ordinal dengan data nominal yaitu dengan uji Chi-square yang akan disajikan dalam bentuk tabel dengan pemaparan strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan dalam komunitas nelayan. Sedangkan data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian kuantitatif dan dituliskan untuk memperlihatkan kutipan dari para responden.

29 19 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Muara Desa Muara terletak di Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten. Desa Muara merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 40 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Desa Muara sebesar 505 Ha. Jarak antara Pemerintahan desa ke ibu kota kabupaten berjarak 54,5 Km. Desa Muara terdiri dari 8 Dusun, 8 Rukun Warga (RW), dan 22 Rukun Tetangga (RT). Batas wilayah Desa Muara meliputi: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa 2. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa dan Desa Lemo 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lemo 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir Luas wilayah adminitratif Desa Muara sekitar 505 Ha. Berikut alokasi penggunaan lahan di Desa Muara. Tabel 2 Alokasi penggunaan lahan di Desa Muara Penggunaan lahan Luas (Ha) n % Pemukiman Wisata Empang Gedung fasilitas Perkebunan Pabrik Lain-lain Jumlah Alokasi penggunaan lahan paling banyak adalah untuk mendirikan empang yaitu sebesar 35 persen. Empang yang berada di Dusun Muara bukan merupakan milik warga Dusun Muara saja melainkan milik para pebisnis dari luar desa hingga luar provinsi. Empang tersebut digunakan untuk membudidayakan ikan guna orang yang hobi memancing dapat memperoleh ikan dari empang tersebut. Namun, ada juga yang memanfaatkan empang untuk memelihara ikan dan akan dipanen jika waktunya sudah tiba. Kondisi Demografi Desa Muara Penduduk di Desa Muara berdasarkan pendataan hingga bulan September 2010 berjumlah sekitar jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Muara sebanyak 979 Kepala Keluarga dan sebesar 34 persen yang merupakan rumah tangga nelayan atau sekitar 333 Kepala Keluarga. Alokasi pembagian rumah tangga nelayan dapat dilihat pada Tabel 3.

30 20 Tabel 3 Jumlah dan Persentase rumah tangga Desa Muara menurut mata pencaharian sebagai nelayan Desa n % Babakan Asem Tanjung Burung Muara Tanjung Pasir Jumlah Berdasarkan Tabel 3, dapat terlihat bahwa di Desa Muara yang memiliki rumah tangga nelayan yang paling banyak dibandingkan desa-desa lainnya di Kecamatan Teluk Naga yaitu sebesar 36 persen. Hal tersebut disebabkan oleh daerah Desa Muara yang berbatasan langsung dengan Laut jawa. Selain itu, Desa Muara juga memiliki akses yang sangat mudah untuk menuju Laut jawa, karena di salah satu dusun dilalui oleh Sungai Kurus yang langsung bermuara di Laut jawa. Tabel 4 yang memperlihatkan berbagai macam mata pencaharian yang dilakukan oleh penduduk di Desa Muara. Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian (orang) Jenis Mata Pencaharian n % On Farm Non Farm ,11 21,03 Jumlah ,000 Berdasarkan Tabel 4, mata pencaharian warga Desa Muara memiliki dua kategori, yaitu on farm dan non farm. Pada kategori on farm merupakan kegiatan pekerjaan yang berhubungan langsung dengan pertanian seperti nelayan, peternak dan petani. Sementara pada kategori non farm merupakan pekerjaan yang tidak termasuk pada kategori pertanian, seperti buruh, berdagang, atau sebagai pekerja swasta maupun pegawai negeri sipil (PNS). Dapat terlihat pada Tabel 4, bahwa penduduk di Desa Muara lebih banyak pada pekerjaan on farm. Kondisi Dusun Muara Dusun Muara yang berada di Desa Muara merupakan dusun yang paling jauh dari Kantor Desa Muara. Dusun Muara secara administratif merupakan dusun yang paling terakhir. Dusun ini memiliki 3 Rukun Tetangga dengan 507 jiwa penduduk. Lokasi Dusun Muara yang memiliki akses yang cukup mudah untuk menuju Laut Jawa menyebabkan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Dusun Muara merupakan dusun yang dilalui oleh Sungai Kurus yang merupakan akses termudah untuk menuju Laut Jawa. Dusun Muara ini memiliki 136 Kepala Keluarga dan terdapat 81 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan. Nelayan di Dusun Muara tidak semuanya nelayan laut, melainkan ada juga yang nelayan empang, namun hasil yang diperoleh sama dengan warga yang berprofesi sebagai nelayan laut. Perbedaan antara nelayan laut dengan nelayan empang adalah ukuran perahu yang mereka miliki. Jika memiliki ukuran perahu anatar 3-4 meter mereka hanya memilih untuk menjadi nelayan empang sedangkan jika mereka memiliki perahu

31 yang berukuran lebih dari 4 meter, mereka lebih banyak yang menjadi nelayan laut. Para nelayan di Dusun Muara ini memperoleh hasil tangkapan laut berupa ikan, udang, kerang, dan juga rumput laut (masyarakat Dusun Muara sering menyebutnya agar-agar). Hasil tangkapan ikan dan udang sangat ditentukan oleh musim. Pada bulan Januari hingga Februari biasanya menjadi bulan paceklik karena hasil tangkapan ikan dan hasil tangkapan udang akan semakin berkurang. Namun pada tahun 2015 ini, bulan paceklik berlangsung lebih lama dibandingkan biasanya karena sudah berlangsung dari bulan November hingga bulan Maret. Ikan yang sering diperoleh dari hasil tangkapan laut maupun empang diantaranya ikan bandeng, mujair, cumi, kepiting, teri, dan lain-lain. Ikan yang diperoleh lebih sering dijual ketimbang dikonsumsi pribadi. Ikan yang diperoleh biasanya dijual ke tempat pelelngan ikan di Muara Kamal, Jakarta. Jika yang diperoleh adalah udang biasanya mereka menjualnya atau lebih sering mengkonsumsinya menjadi makanan sehari-hari. Udang tersebut dijual dengan cara berkeliling kampung. Ada juga yang mencari kerang di pinggir laut. Hasil laut berupa kerang, biasanya dijual ke pada orangorang yang memiliki empang untuk dijadikan umpan bagi para pemancing ikan di empang. Biasanya dalam mencari kerang disesuaikan dengan pesanan yang diperoleh dari para pengelola kolam pemancingan. Kerang yang diperoleh mirip seperti kerang dara dan jenis kerang lainnya yaitu kerang yang memiliki ekor cukup panjang dan memiliki badan yang pipih dan warga sering menyebutnya kaco. Hasil tangkapan lain yang biasa diperoleh oleh nelayan di Desa Muara adalah rumput laut. Rumput laut d isini bebeda dengan jenis rumput laut yang sering dicampurkan untuk makanan melainkan digunakan untuk bahan campuran kosmetik. Rumput laut yang sering menjadi komoditas di Dusun Muara ini memiliki nama latin Gracilaria sp. Rumput laut yang diperoleh dari laut atau empang harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum dijual. Rumput laut yang dibawa dari laut atau empang dikeringkan oleh para istri dari nelayan tersebut. Namun tidak semua istri-istri nelayan ikut mengeringkan rumput laut yang telah dibawa dari laut atau empang. Jika para istri tidak ikut mengeringkan rumput laut tersebut, para nelayan akan mengeringkannya sendiri atau mencari buruh untuk membantu mengeringkan rumput laut tersebut. Buruh ini memperoleh upah minimal 3 hari setelah selesai mengeringkan dan yang empunya rumput laut telah menjual kepada pedagang pengumpul. Namun tidak jarang para buruh penjemur rumput laut ini memperoleh upahnya dalam seminggu atau bahkan 10 hari tergantung pada pedagang pengumpul yang membeli rumput laut tersebut. Biasanya para buruh penjemur rumput laut ini memperoleh upah sebesar Rp ,- per perahu. Kadang sehari mereka hanya mampu mengeringkan rumput laut dari satu perahu saja karena muatan rumput laut dalam satu perahu dapat mencapai 1 ton lebih. 21

32 22

33 23 KEMISKINAN PEREMPUAN DI DUSUN MUARA Dusun Muara merupakan satu-satunya dusun di Desa Muara yang memiliki penduduk yang berprofesi nelayan paling banyak. Menurut penjabaran di atas, keluarga nelayan ummunya masih berada pada kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi di Dusun Muara terlihat dari rumah yang mereka diami. Masih banyak dari mereka yang belum memiliki tempat tinggal sendiri dan masih tinggal bersama orang tua mereka. Kondisi tempat tinggal warga Dusun Muara sebagian besar masih kurang layak untuk ditempati. Tempat tinggal yang mereka diami masih banyak yang beralaskan tanah. Ada juga tempat tinggal yang bergabung dengan kandang hewan peliharaan mereka. Lebih memprihatinkan lagi, sebagian besar rumah tidak memiliki kamar mandi yang dapat mereka gunakan untuk melakukan kegiatan mandi, cuci, dan kakus. Ada warga yang memilih untuk mandi di WC Umum yang dibuat oleh warga setempat namun ada juga yang memilih di pinggiran sungai. Kebutuhan air yang mereka gunakan sehari-hari, mereka beli dari tetangga yang memiliki sumur bor atau yang membeli langsung dari truk pengangkut air. Mereka biasanya membeli air untuk kebutuhan mandi dan mencuci dari warga yang memiliki sumur bor. Di Dusun Muara terdapat dua keluarga yang memiliki sumur bor, yaitu Bapak NN dan Bapak NM. Kedua warga ini yang sering menjual air kepada warga untuk kebutuhan sehari-hari. Satu gerobak yang berisi 5 girigen (tempat untuk menampung air) diberi harga Rp 3.000,-. Sementara untuk kebutuhan memasak dan minum mereka membeli kepada Pak Ustadz yang membeli air langsung dari truk pengangkut air. Harga satu gerobak yang berisi 5 girigen dihargai Rp ,-. Penduduk di Dusun Muara banyak yang masih mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diinisiasi dari pemerintah. Hampir 20 persen dari total Kepala Keluarga di Dusun Muara masih tergolong ke dalam penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Tak hanya BLT, di Dusun Muara juga masih sangat rutin dalam penerimaan beras untuk keluarga miskin atau yang biasa disebut dengan Raskin. Adanya bantuan seperti BLT atau Raskin, dirasakan sangat membantu bagi warga yang memang tergolong keluarga pra sejahtera. Hal ini seperti diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: Lumayan aja, Neng kalo ada raskin dari pemerintah jadi bisa ngurangin biaya buat makan. Apalagi sekarang harga beras makin mahal. Sekarang udah ga ada beras yang harganya masih tiga ribu. Udah harga beras mahal, harga temen nasinya juga makin mahal. Udah bingung lah saya mah, Neng. Ujar Bapak ON, berumur 54 tahun, salah satu kepala keluarga yang menerima bantuan BLT dan Raskin dari pemerintah. Kondisi keluarga seperti ini diperburuk dengan jumlah penghasilan yang diperoleh oleh kepala keluarga mereka yang tidak menentu. Bagi mereka yang berprofesi sebagai nelayan, bulan Januari hingga bulan April tahun 2015 merupakan masa paceklik yang sangat panjang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini yang membuat sebagian besar nelayan di sana beralih profesi sebagai pencari rumput laut. Penghasilan yang diperoleh dari mengeringkan rumput laut dirasakan sangat kurang. Bagi mereka yang memiliki istri yang mau

34 24 ikut mengeringkan rumput laut dirasakan sangat beruntung karena mereka tidak usah lagi mengeluarkan biaya untuk membayar orang yang membantu mengeringkan rumput laut mereka. Penghasilan yang diperoleh tersebut merupakan penghasilan yang dimiliki oleh istri-istri nelayan juga. Setiap bulan, jika diakumulasi, penghasilan yang mereka peroleh hanya berjumlah Rp ,- hingga Rp ,-. Hal ini tergolong pada penghasilan yang cukup rendah jika dibandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Tangerang, yaitu RP ,-. Apalagi jika perempuan tersebut berstatus janda, mereka hampir memiliki peluang yang kecil untuk memperoleh penghasilan yang layak. Perempuan yang berstatus janda hanya mampu menjadi kuli penjemur rumput laut karena mereka tidak ada yang mampu mencari rumput laut di laut maupun di empang. Lapisan sosial di Dusun Muara memang tidak begitu terlihat. Ada yang mengatakan bahwa lapisan sosial di sini memang ditandai dengan besar kecilnya perahu yang mereka miliki. Hal ini seperti diungkap oleh salah satu responden sebagai berikut: Memang ga begitu keliatan soal perbedaan mana orang kaya, mana orang miskin. Tapi biasanya kalo di sini diliat dari dia punya perahu besar atau engga. Banyak juga ko, Neng di sini yang ga punya perahu. Menurut Bapak AA merupakan RT 22 di Dusun Muara. Terdapat 136 kepala keluarga di Dusun Muara dan ada 81 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan. Dari jumlah tersebut hanya 24 orang memiliki perahu untuk moda transportasi mereka. Perahu tersebut digunakan untuk mencari ikan, rumput laut, kerang atau hasil tangkapan laut lainnya. Bagi nelayan yang tidak memiliki perahu, biasanya mereka memilih untuk menjadi nelayan empang atau dia tetap berjalan hingga pinngir laut. Berikut Tabel jumlah warga Dusun Muara berdasarkan kepemilikan alat tangkap. Tabel 5 Jumlah dan persentase warga Dusun Muara berdasarkan kepemilikan perahu Kepemilikan Perahu n % Perahu kecil Perahu sedang Perahu besar Jumlah Bagi mereka yang memiliki perahu kecil biasanya hasil tangkapan yang diperoleh akan lebih sedikit dibandingkan mereka yang memiliki perahu yang lebih besar. Nelayan yang memiliki perahu kecil, biasanya hasil tangkapannya berupa ikan-ikan kecil seperti teri. Bagi nelayan yang memiliki perahu yang lebih besar, dari awal tahun perahunya tidak bisa melaut karena permukaan sungai yang surut sehingga mereka memilih untuk mencari udang dengan menggunakan alat tangkap yang disebut bubu dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Menurut World Bank (2003) yang dikutip dalam jurnal Indraswari (2009), ada empat dimensi kemiskinan perempuan yaitu Women's lack of empowerment (Terbatasnya pemberdayaan perempuan), Women's lack of oppurtunity

35 (Terbatasnya kesempatan perempuan), Women's lack of capacity (Terbatasnya kapasitas perempuan), dan Women's lack of security (Terbatasnya keamanan bagi perempuan). Pada dimensi terbatasnya pemberdayaan perempuan di Dusun Muara adalah tidak adanya program untuk belajar ketrampilan bagi para perempuan. Perempuan di Dusun Muara menganggap bahwa ketrampilan yang diajarkan akan menambah pengetahuan yang belum mereka miliki. Ketrampilan yang telah diajarkan akan mereka gunakan untuk membuka usaha guna menambah ketrampilan. Terbatasnya kesempatan perempuan juga tergambarkan pada perempuan di Dusun Muara seperti tidak ada waktu yang cukup untuk mengembangkan ketrampilan yang dimiliki. Bagi perempuan yang memiliki ketrampilan, mereka tidak mampu untuk mengembangkan ketrampilannya dengan membuka usaha. Selain waktu yang dimiliki kurang, kepemilikian modal usaha yang kurang juga mengakibatkan terbatasnya kesempatan bagi perempuan. Pada dimensi terbatasnya kapasitas bagi perempuan di Dusun Muara terlihat bahwa perempuan tidak memiliki lapangan pekerjaan karena ketidakmampuan mereka dalam membaca dan menulis. Ketidakmampuan membaca dan menulis membuat kesempatan perempuan tersebut untuk mengakses kegiatan ekonomi akan semakin sulit. Tidak berbeda jauh dengan keadaan perempuan di Dusun Muara. Di sana masih kurang kegiatan pemberdayaan bagi perempuan. Pemerintah kota maupun pemerintah desa hampir tidak ada program pemberdayaan bagi perempuan di Dusun Muara. Pada dimensi terbatasnya keamanan, perempuan di Dusun Muara hanya sebagain sedikit yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Mereka yang memiliki jaminan kesehatan adalah mereka yang mau untuk mengurusi semua berkas untuk melengkapi persyaratan untuk memiliki jamkesmas. Menurut World Bank, ada dua masalah pemberdayaan perempuan yaitu kurangnya pemberdayaan dalam bidang ekonomi dan kurangnya suara perempuan dalam pengambilan keputusan. Kurangnya pemberdayaan perempuan dalam bidang ekonomi seperti tidak adanya program dari pemerintah mengenai bagaimana cara membuka usaha atau mengadakan pinjaman modal dengan bunga yang rendah. Terbatasnya suara perempuan dalam pengambilan keputusan misalnya pada penentuan istri untuk bekerja. Biasanya yang menentukan istri boleh bekerja atau tidak masih ditentukan sepenuhnya oleh suami mereka. Jika suami mereka melarang mereka untuk bekerja, maka mereka tidak akan bekerja. Perempuan di Dusun Muara ada juga yang berstatus janda. Kebanyakan dari mereka bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perempuan yang berstatus janda ini memiliki beban tanggungan yang cukup besar. Pada kasus di Dusun Muara, ada kepala rumah tangga yang berstatus janda dengan satu orang anak. Perempuan tersebut tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan cita-cita untuk menyekolahkan anaknya hingga bangku kuliah. Ibu JA bekerja sebagai karyawan dengan satu orang anak perempuan yang sedang mengenyam pendidikan di bangku SMA. Ibu JA memiliki kesempatan untuk bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik dengan pendidiakn terakhir di bangku SMP. Pekerjaan ini membantunya dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Anak semata wayangnya akan terus ia sekolahkan hingga bangku kuliah. Agar nasib anak perempuannya akan lebih baik dibandingkan dirinya. 25

36 26 Perempuan di Dusun Muara yang berstatus janda juga ada yang hanya bekerja sebagai buruh. Pekerjaan sebagai buruh dianggap sangat berat karena statusnya sebagai janda. Hal ini seperti diungkap oleh salah satu responden sebagai berikut: Memang sih, Neng, kalo janda kan susah buat hidup. Apalagi kalo di sini kan namanya juga semuanya kerja jadi nelayan, kalo ga kerja jadi nelayan bingung mau kerja apa. Apalagi saya kan ga sekolah jadi susah mau cari kerja aja. Ga bisa bikin kue apalagi buat dipanggil pas orang di sini hajatan. Kalo saya kerjanya gitu aja, Neng, Jemur agar atau kalo ada yang minta buat bersih-bersih rumah saya juga mau. Kalo saya ga kerja, bingung nanti anak saya mau makan apa. Anak saya juga masih pada kecil, dua duanya masih SD jadi masih banyak pengeluaran. Ujar Ibu MH berumur 45 tahun.

37 27 KARAKTERISTIK INDIVIDU Tingkat Pendidikan Formal Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani oleh responden. Sebagian besar perempuan di Dusun Muara memiliki pendidikan yang cukup rendah. Sebanyak 64 persen perempuan di Dusun Muara tidak mampu menuntaskan program Wajib Belajar (WAJAR) 9 tahun sehingga pendidikan responden cenderung cukup rendah. Masih banyak dari responden yang tidak mampu membaca maupun menulis. Responden tidak ada yang mampu menamatkan pendidikan hingga sekolah menengah atas. Terlihat pada Tabel 6 bahwa hanya 36 persen yang mampu menamatkan pendidikan. Banyak faktor yang menyebabkan responden tidak menamatkan pendidikan mereka, antara lain letak sekolah formal yang cukup jauh dari Desa Muara. Namun, saat ini sekolah sudah berada di Desa Muara. Selain itu, ada juga yang tidak disekolahkan oleh orang tuanya saat dia menginjak bangku sekolah. Selain itu, ada juga yang dilarang untuk bersekolah karena biaya pendidikan yang cukup mahal. Biaya sekolah yang cukup mahal dan perekonomian keluarga yang rendah mengakibatkan anak-anak perempan yang dikorbankan untuk tidak disekolahkan serta menganggap pendidikan untuk perempuan itu tidak begitu penting. Hal ini seperti diungkap oleh salah satu responden sebagai berikut: Dulu waktu saya kecil, ga dibolehin sekolah sama bapak saya, soalnya biaya pendidikan kan mahal terus dulu orang tua saya ga punya uang, Neng. Apalagi saya perempuan, kalo sekolah ga penting-penting banget. Kan kalo sekarang ada yang gratis ya. Ujar Ibu SR, seorang janda berumur 63 tahun. Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Tingkat Pendidikan Formal n % Tidak bersekolah-tidak tamat SD Tamat SD Jumlah Umur Umur responden berada pada rentang 21 tahun hingga 68 tahun dengan rata-rata umur responden 42 tahun. Sebagian besar umur responden masih berada pada rentang umur produktif tetapi hanya sedikit yang berumur diatas 64 tahun, walaupun umur mereka sudah tidak termasuk umur produktif lagi, mereka masih tetap bekerja. Pada Tabel 7 menyajikan jumlah dan presentase responden berdasarkan umur. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur Umur N % 30 tahun > 30 tahun Jumlah

38 28 Berdasarkan Tabel 7, sebanyak 17 persen termasuk ke dalam umur sampai 30 tahun. Perempuan yang berumur kurang dari 30 tahun, pekerjaan yang paling banyak dilakukan adalah mengeringkan rumput laut. Sebagian besar rumput laut berasal dari hasil tangkapan suami yang mencari di laut atau di empang. Responden pada rentang umur ini sudah memiliki cukup pengalaman dalam mengeringkan rumput laut. Pada rentang umur > 30 tahun berjumlah 83 persen. Pada umur tersebut, pekerjaan yang dilakukan juga beragam yaitu bekerja mencari rumput laut, mencari barang barang bekas, mencari kerang, dan ada juga yang bekerja sebagai karyawan namun pekerjaan yang paling banyak adalah pekerjaan mengeringkan rumput laut. Pada perempuan yang berumur diatas 30 tahun, mereka juga sangat mengandalkan kekerabatan dengan saudara ataupun tetangga karena dengan umur yang memang sudah tidak muda lagi, mereka terbatas dalam mengakses sumberdaya ekonomi yang layak, sesuai seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden yang sudah berumur 68 tahun sebagai berikut. Yah, saya mah kerja ini aja dari dulu, Neng. Abis ga bisa kerja apa-apa lagi, dulu kan ga sekolah Ujar Ibu NB yang sudah berusia 68 tahun. Berbeda dengan responden yang sudah berumur 68 tahun, responden yang masih tergolong umur kurang sari 30 tahun masih sering dimintai bantuan oleh para pemililk rumput laut. Hal ini sesuai seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut. Kalo saya kan masih muda yah, Mba. Jadi, kalo saya suka dimintain bantuan aja buat ngeringin rumput laut. Apaagi suami saya kan bukan nelayan jadi yah mau ga mau buat bantuin jemur rumput laut. Tapi lumayan buat nambah-nambah uang Ujar JH, berumur 28 tahun. Status Perkawinan Perempuan yang menjadi responden dengan status menikah lebih banyak dibanding yang berstatus janda yaitu sebesar 83 persen. Perempuan yang melakukan pekerjaan mengeringkan rumput laut biasanya sudah menikah sementara perempuan yang masih lajang tidak mengeringkan rumput laut dan memilih untuk bekerja di pabrik. Di Desa Muara kebanyakan sudah menikah di usia muda jadi perempuan yang belum menikah di usia muda tergolong cukup sedikit. Pada Tabel 8, disajikan jumlah dan persentase perempuan menurut status perkawinan. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan status perkawinan Status Perkawinan n % Menikah Janda Jumlah Responden yang sudah berstatus janda ada yang masih tergolong umur produktif dan ada juga yang tidak serta mereka tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhannya karena mereka tidak memiliki penghasilan jika mereka tidak

39 29 bekerja. Beban yang mereka tanggung akan semakin berat apalagi ditambah dengan jumlah tanggungan yang begitu banyak. Bagi responden yang berstaus janda, anak-anak mereka juga membantu bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Apabila mereka sudah menikah tetap menyumbang sedikit uang untuk membantu orang tuanya. Empat dari enam orang yang berstatus janda di Dusun Muara, mereka ditinggalkan oleh suaminya karena suaminya meninggal dunia. Hal ini yang menyebabkan, responden yang bestatus janda tidak memiliki tambahan penghasilan untuk menghidupi anak-anaknya. Dua orang yang lainnya, yang ditinggal suami karena bercerai dan suami mereka masih hidup, tidak memperoleh tambahan uang dari mantan suaminya untuk membiayai hidup anakanaknya. Responden yang masih berstaus menikah, sebagian besar masih memiliki anak yang masih kecil. Kebanyakan dari mereka masih memiliki beban tanggungan untuk menyekolahkan anak mereka. Perempuan yang berstatus janda, sebagian besar dari mereka hanya mampu menjadi seorang buruh. Hampir sebagain dari mereka berprofesi sebagai buruh penjemur rumput laut atau menjadi buruh pencari rumput laut. Keterbatasan akses seperti kepemilikan moda produksi seperti perahu yang biasa digunakan untuk menuju laut guna mengambil rumput laut. Upah yang diperoleh juga lebih sedikit dibandingkan keluarga yang memiliki perahu. Bagi mereka yang masih berstatus menikah, ada yang menjadi pencari rumpt laut dan masih mempunyai perahu dan biasa mere gunakan untuk mencari rumput laut atau kerang di tepi laut. Besar Tanggungan Besar tanggungan yaitu jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden. Besarnya tanggungan terbagi menjadi tiga yaitu (1) besar tanggungan dengan jumlah anggotanya berjumlah 5 orang, dan (2) besar tanggungan dengan jumlah anggotanya berjumlah lebih dari 5 orang. Terlihat pada Tabel 9, bahwa persentase untuk besar tanggungan dengan jumlah anggotanya 5 orang sebesar 67 persen dan untuk yang besar tanggungannya berjumlah > 5 orang sebesar 33 persen. Pada Tabel 9 menyajikan jumlah dan persentase besar tanggungan responden. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan besar tanggungan Besar Tanggungan n % 5 orang > 5 orang Jumlah Rumah tangga yang memiliki besar tanggungan 5 orang bukan berarti memiliki beban tanggungan yang lebih kecil dibandingkan yang lain tetapi dilihat juga dari jumlah anggota keluarga yang bekerja. Besar tanggungan sebuah rumah tangga akan dikurangi dari anggota keluarga yang bekerja. Rumah tangga yang anggota keluarganya berjumlah > 5 orang biasanya masih tinggal dengan anak mereka yang memang sudah menikah. Namun, sebagian besar warga Desa Muara masih tinggal satu atap dengan anak-anaknya walaupun sudah menikah atau hanya membagi rumah yang telah ditinggali dengan tembok pemisah sehingga

40 30 terlihat ada dua bagian rumah. Tetap saja, anak-anak mereka yang sudah menikah tetap saja memasak dalam satu dapur. Terkadang dalam sebuah keluarga, bukan kemauan anak-anak mereka untuk tetap tinggal dengan orang tua mereka melainkan orang tuanya sendiri yang tidak ingin berpisah dengan anak-anaknya. Jumlah Ketrampilan Sebagian besar responden di Desa Muara tidak memiliki ketrampilan khusus. Dalam mengerjakan pekerjaan untuk mengeringkan rumput laut tidak dibutuhkan ketrampilan khusus hanya butuh kesabaran dan rasa untuk merasakan apakah gara-agar tersebut sudah kering atau belum. Kebanyakan dari perempuan di Desa Muara hanya memiliki ketrampilan memasak hidangan dan membuat kue. Hampir tidak ada yang memiliki ketrampilan dalam membuat kerajinan tangan. Padahal mereka membutuhkan pelatihan ketrampilan untuk menambah ketrampilan apalagi hasilnya dapat menghasilkan uang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Padahal kan lumayan yah, Neng buat nambah nambah pengetahuan saya. Kan kalo di tv kan biasanya suka bisa dijual yah, itu kan bisa jadi pemasukan juga. Kalo siang saya jemur rumput laut kalo malemnya kan bisa buat kerajinan kaya gitu yah. Tapi sampe sekarang ga ada yang ngajarin Ibu IH, berumur 35 tahun. Terlihat pada Tabel 10, ada 31 persen responden yang memiliki ketrampilan untuk memasak. Sementara hampir 50 persen responden tidak memiliki ketrampilan. Namun, ada beberapa responden yang memiliki lebih dari satu jenis ketrampilan. Ketrampilan yang mereka miliki bukan karena belajar dari sekolah melainkan diperoleh dari belajar sehari-hari di dapur. Tabel 10 Jenis ketrampilan yang dimiliki oleh responden di Desa Muara Jenis Ketrampilan n % Memasak hidangan Membuat kue Berdagang Tidak ada Bagi responden yang memiliki ketrampilan memasak hidangan, tak jarang mereka diminta bantuan jika ada keluarga yang hajatan untuk menikahkan anaknya. Permintaan akan kemampuan yang dimiliki oleh mereka biasanya mereka peroleh dari tetangga atau saudara mereka. Terlihat pada Tabel 10, responden yang memiliki ketrampilan membuat kue sebanyak 25 persen. Dari sejumlah responden tersebut ada yang memilih membuat kue untuk dijual tetapi ada juga yang hanya dikonsumsi saja. Bagi responden yang memilih untuk berjualan kue, mereka menjajakan kue dengan berjualan keliling dusun atau menitipkan di warung-warung. Ketrampilan lain yang dimiliki oleh responden adalah berdagang. Terlihat pada Tabel 10 ada sebanyak 6 persen responden yang memiliki ketrampilan berdagang.

41 31 Pengalaman Kerja Pengalaman kerja adalah pekerjaan yang pernah dijalani oleh responden sebelum mengerjakan pekerjaan yang sedang dikerjakan saat ini. Perempuan di Desa Muara hampir dikatakan tidak pernah memiliki pengalaman kerja pada pekerjaan lain. Sejak mereka muda hingga saat ini, mereka hanya bergelut dengan pekerjaan di sektor informal yang tidak membutuhkan ketrampilan khusus. Namun, ada pula yang meninggalkan pekerjaan mengeringkan rumput laut untuk memilih pekerjaan lainnya. Pada Tabel 11 menyajikan jumlah responden menurut pengelaman kerja yang mereka miliki. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengalaman kerja Pengalaman Kerja n % Buruh cuci Jemur rumput laut Karyawan Lain-lain Tidak ada Jumlah Terlihat pada Tabel 11, sebanyak 69 persen responden tidak memiliki pengalaman kerja. Pada Tabel 11, terlihat ada responden yang pernah berkerja sebagai karyawan bukan mereka yang ingin berhenti melainkan mereka terkena PHK saat bekerja. Padahal saat mereka masih bekerja menjadi karyawan, mereka merasa bahwa dengan adanya gaji yang tetap kehidupannya akan lebih terjaga dengan stabil. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Dulu waktu lagi kerja di pabrik balon yah cukup lumayan, Mba. Soalnya kan ada penghasilan yang tetap jadi kalo buat bikin dapur ngebul sih ada terus, Mba. Dulu waktu di PHK emang agak susah soalnya suami saya kan kerjanya nelayan terus uangnya kan ga ada terus-terusan, kadang udah seminggu ga dapet uang nanti dua minggu lagi baru dapet uang. Ujar Ibu SA, berumur 35 tahun. Ikhtisar Perempuan yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki umur yang masih produktif, yaitu dengan rata-rata berumur 42 tahun namun sudah berumur tua. Perempuan yang menjadi responden dalam juga memiliki pendidikan yang cukup rendah, hampir sebagian besar tidak berkesempatan untuk menamatkan pendidikan formalnya. Salah satu faktor yang menyebabkan perempuan di Desa Muara memiliki pendidikan formal yang rendah adalah keberadaan sekolah yang cukup jauh dari Desa Muara. Saat ini sekolah hingga jenjang menengah pertama sudah ada di Desa Muara. Anak-anak di Dusun Muara sudah banyak yang mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah pertama dan sudah lebih banyak yang mampu bersekolah hingga tingkat sekolah menengah atas. Tak jarang, anak-anak yang telah menamatkan sekolah menengah

42 pertama langsung dimasukkan ke dalam sekolah yang berbasis agama seperti pesantren. Perempuan di Desa Muara yang sudah dewasa sebagian besar sudah menikah. Alasan perempuan yang berumur muda sudah menikah agar mereka sudah tidak menjadi tanggungan orang tuanya lagi karena biaya hidup semakin berat. Perempuan Desa Muara rata-rata menikah dengan orang di Desa Muara juga dan tak banyak yang tinggal di luar Desa Muara. Kebanyakan warga di Dusun Muara tidak memiliki rumah untuk mereka tinggali. Tak jarang dalam satu rumah terdapat dua kepala keluarga. Jadi, beban tanggungan yang ditanggung oleh responden tergolong kecil. Beban tanggungan yang dimiliki keluarga di Dusun Muara kebanyakan memiliki beban tanggungan yang sedang. Keluarga yang memiliki beban tanggungan yang sedang, kebanyakan memiliki anak dua hingga tiga orang anak sisanya ada adik atau orang tuanya yang masih ikut tinggal di rumah tersebut. Sebagian besar responden tidak memiliki ketrampilan. Ketrampilan yang biasa dimiliki oleh perempuan seperti menjahit, merajut hampir tidak ada yang bisa mereka lakukan. Menurut mereka tidak ada yang mengajarkan kepada merekamengenai ketrampilan tersebut. Ada beberapa dari mereka yang mampu membuat kue dan mereka mendapatkan ketrampilan tersebut dari orang tua mereka dulu. Padahal jika ada yang bersedia mengajarkan ketrampilan tersebut, mereka akan senang untuk mengikutinya. Bagi responden yang dapat membuat kue, mereka memilih untuk menjajakan hasil buatan kue mereka. Sementara bagi mereka yang dapat memasak hidangan, mereka biasanya memperoleh pekerjaan untuk memasak hidangan pada acara hajatan. Akibat dari rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh responden, mereka juga hampir tidak mempunyai pengalaman kerja sehingga mereka tidak mampu untuk bekerja di pabrik dengan gaji yang tetap. Sebagian besar dari perempuan yang menjadi responden tidak memiliki pengalaman kerja sebelum melakukan pekerjaan yang sedang dikerjakan saat ini. Perempuan yang menjadi responden tidak memiliki pengelaman pekerjaan karena mereka tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk melakukan pekerjaan formal lainnya. Sebagian besar dari responden memang tidak bekerja di sektor formal dan memilih untuk bekerja di sektor informal. 32

43 33 STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DALAM KOMUNITAS NELAYAN Strategi bertahan hidup yang dilakukan biasanya untuk menambah perekonomian keluarga. Berikut beberapa strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan di Desa Muara. Biasanya perempuan-perempuan di Desa Muara bekerja membantu pekerjaan suaminya. Sebab sebagian besar kepala rumah tangga di Desa Muara berprofesi sebagai nelayan. Namun, jika suami mereka tidak bekerja sebagai nelayan, ada juga yang tetap bekerja untuk membantu perempuan yang lain dalam kegiatan perikanan. Secara umum, strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan di Desa Muara terbagi dalam dua strategi, yaitu strategi sosial dan strategi ekonomi diantaranya: Strategi Ekonomi Strategi bertahan hidup ekonomi yang dilakukan oleh responden di Dusun Muara adalah cara yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh uang dalam mempertahankan hidupnya. Keikutsertaan dalam Simpan Pinjam Perempuan di Desa Muara juga ada yang mengikuti simpan pinjam ini. Sistem yang diberlakukan bagi para anggotanya adalah menerima uangnya terlebih dahulu baru membayar cicilannya berangsur-angsur hingga uang yang dipinjamkan di awal lunas. Sistem peminjaman seperti ini dirasa cukup efektif oleh perempuan yang mengikuti simpan pinjam tersebut. Di Desa Muara pinjam ini biasa disebut dengan ikut yayasan karena simpan pinjam ini diadakan oleh salah satu yayasan yang sudah cukup besar yang bernama Yayasan Amanah Bakti. Yayasan ini memang bergerak dalam bidang simpan pinjam bagi perempuan-perempuan di desa-desa. Syarat untuk menjadi anggota dari yayasan ini cukup mudah yaitu hanya harus menyertakan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), orang yang bertanggung jawab atas pembayaran angsuran (harus ada pihak pertama dan kedua karena jika pihak pertama tidak mampu membayar maka akan dilimpahkan kepada pihak kedua), lalu tuliskan pinjaman yang diinginkan oleh anggota. Awal program dari yayasan ini dimulai dari bulan Juli dan akan berakhir di bulan Juni pada tahun berikutnya. Anggota wajib menyetorkan penggantiannya tersebut pada setiap hari Selasa. Angsuran yang dibayarkan berbeda-beda sesuai dengan pinjaman yang dilakukan pada awal program dari yayasan ini berjalan. Pada Tabel 12 menyajikan jumlah dan persentase responden yang mengikuti simpan pinjam. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keikutsertaannya dalam simpan pinjam di Yayasan Amanah Bakti Kategori n % Mengikuti Tidak mengikuti Jumlah

44 34 Terlihat pada Tabel 12 ada sebanyak 42 persen responden memilih untuk mengikuti simpan pinjam pada yayasan ini. Responden menganggap dengan adanya yayasan ini akan membawa kemudahan akibat dari keuangan yang tidak menentu karena aktivitas perikanan yang tahun ini termasuk ke dalam musim paceklik yang cukup lama. Berbagai alasan yang dikemukakan oleh responden mengapa mereka mengikuti yayasan ini. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Ikut yayasan ini soalnya uangnya dikasih di awal. Yah, lumayan bisa ngegampangin saya sih, Neng. Kalo uangnya udah ada yah biasanya buat jadi modal suami ngelaut. Soalnya kan solar udah mahal yah, Neng ga kaya dulu lagi. Apalagi kalo perahunya bocor, kan harus dibetulin tapi harga kayu kan ga ada yang murah sekarang mah, Neng Ujar Ibu PI, 50 tahun. Ada pula responden yang memilih untuk tidak mengikuti simpan pinjam, terlihat pada Tabel 12 ada sebanyak 58 persen dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang mengikuti simpan pinjam kepada yayasan tersebut. Responden yang memilih tidak mengikuti pinjaman melalui yayasan tersebut sebagian besar keberatan dengan sistem yang yayasan tersebut lakukan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Saya ga ikut yayasan itu, Neng. Kalo kata saya sih dikasih pinjeman dulu terus abis itu kita bayar kan? Itu mah sama aja kaya minjem uang ke orang, Neng. Ujar ibu MH, umur 50 tahun. Responden yang menjadi anggota yayasan ini sebenarnya tidak keberatan dengan sistem yang diadakan oleh yayasan ini, namun adanya yayasan ini sebenarnya tidak membantu untuk menambah penghasilan. Hal ini hanya sekedar membantu penghasilan di awal tapi jika uang pinjaman tersebut habis digunakan maka mereka harus mengganti pinjaman tersebut. Setiap minggu pada hari Selasa, mereka diwajibkan untuk melakukan pembayaran yang sudah ditentukan sesuai dengan besarnya pinjaman yang mereka pilih. Tak jarang dari mereka uang pinjaman yang diperoleh dari yayasan tersebut dibagi berdua dengan saudara mereka yang lain. Hal ini dilakukan untuk meringankan angsuran yang harus dibayar kepada yayasan ini. Pinjaman yang diberikan oleh yayasan ini berkisar antara Rp ,- hingga Rp ,-. Responden wajib membayar angsuran kepada yayasan setiap minggunya dengan bunga lima persen dari besaran angsurannya. Bunga yang dibayarkan oleh anggota tersebut digunakan untuk biaya administrasi bagi orang yang bertugas mengambil angsuran setiap minggunya di Desa Muara. Jika dalam mengikuti simpan pinjam pada yayasan ini tidak mampu membayar cicilan maupun bunga yang telah disepakati, maka akan dikenakan denda pada angsuran berikutnya dan juga yang dibayarkan akan dua kali lipat pada minggu berikutnya. Pinjaman yanng diperoleh oleh perempuan di Desa Muara awalnya memang membantu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka, namun saat proses pembayaran angsuran kepada yayasan agak sedikit memberatkan bagi para anggota. Bunga yang dibayarkan tentunya menjadi biaya pengeluaran tambahan yang harus mereka keluarkan.

45 35 Paket Hari Raya Responden di Desa Muara juga mengikuti paket hari raya. Paket ini mereka peroleh saat menjelang hari raya. Paket ini berisi bahan-bahan pokok untuk kebutuhan hari raya seperti beras, daging sapi, daging ayam, aneka macam kue, mie instant, dan lain-lain. Mereka mengikuti paketan hari raya ini salah satunya untuk memudahkan mereka pada hari raya karena jika mereka membeli bahan-bahan pokok saat mendekati hari raya harga akan melambung tinggi. Keikutsertaan responden dalam paketan hari raya ini membuat beban yang ditanggung responden pada hari raya akan sedikit berkurang. Biasanya mereka mengikuti paketan hari raya ini kepada pemilik warung. Setiap responden membayar paketan ini berbeda-beda ada yang setiap hari ada juga yang setiap bulan. Besarnya angsuran berbeda-beda sesuai dari bahan pokok yang ingin mereka ambil saat nanti hari raya. Bagi mereka yang bekerja sebagai karyawan di pabrik, mereka memilih untuk mengikuti paket hari raya dengan rekan di pabrik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Saya ikutan paket hari raya supaya nanti pas lebaran bisa punya daging, Neng. Kalo belinya nanti kan suka mahal. Yah itung-itung nabung juga buat nanti lebaran biar bisa makan daging hehehe. Ujar Ibu DI, 40 tahun. Besarnya angsuran yang dibayarkan saat mengikuti paket hari raya cukup beragam dimulai dari Rp 2.500,- per hari hingga Rp ,- per bulan. Berbagai keuntung yang diperoleh dari keikutsertaan responden dalam paket hari raya namun masih sedikit yang mengikuti paketan hari raya ini. Pada Tabel 13 menyajikan jumlah responden yang mengikuti paket hari raya. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keikutsertaannya dalam paket hari raya Kategori n % Mengikuti Tidak mengikuti Jumlah Berdasarkan Tabel 13, responden yang mengikuti paket hari raya jumlahnya sangat sedikit dibandingkan yang tidak mengikuti. Responden yang tidak mengikuti paket hari raya sebanyak 72 persen. Alasan responden yang tidak mengikuti paket hari raya ini adalah karena sudah memiliki banyak pengeluaran. Berinvestasi Perempuan di Desa Muara biasanya membeli suatu barang untuk dijadikan investasi. Kebanyakan dari mereka (sebanyak 42 persen) membeli perhiasan emas untuk disimpan dan dijual jika sudah dibutuhkan. Perhiasan yang sering dibeli oleh responden adalah kalung karena bisa digunakan sehari-hari. Selain perhiasan, terlihat dari pada Tabel 14 bahwa mereka juga sering memelihara ayam ataupun kambing. Ada sebanyak 33 persen responden yang memilih untuk memelihara hewan ternak. Alasan mereka memelihara kedua hewan ternak ini karena keduanya sering dikonsumsi oleh mereka. Ayam dapat mereka konsumsi jika ada kegiatan-kegiatan bersifat perayaan misalnya perayaan tahun baru. Ada juga

46 36 responden yang memilih untuk memelihara kambing karena jika kambing tersebut sudah besar maka akan mereka jual pada hari raya Qurban atau bahkan mereka qurbankan bagi mereka sendiri. pada Tabel 14 menyajikan jumlah dan persentase barang-barang yang diinvestasikan oleh responden. Tabel 14 Berbagai macam barang yang dijadikan investasi oleh responden Jenis Barang n % Perhiasan Hewan ternak (ayam, bebek, dan kambing) Bagi responden yang memiliki hewan ternak kambing dan ayam terkadang sering berkurang jumlahnya karena di ambil oleh orang lain. Seperti biasanya, peliharaan kambing dan ayam sering dikeluarkan dari kandang untuk mencari pakan sendiri karena responden tidak mampu mencari pakan bagi hewan ternak peliharaannya. Terkadang kambing dan ayam yang dikeluarkan dari kandang dan dibiarkan untuk mencari pakannya sendiri hilang karena diambil oleh orang lain. Kejadian seperti ini sudah sangat sering terjadi seperti Ibu DI berumur 40 tahun yang menyatakan bahwa kambing peliharaannya sering hilang karena diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kambing milik Ibu DI yang sudah hilang dibiarkan saja hilang dia mengetahui hal tersebut dari tetangga mereka yang melihat kambing milik Ibu DI yang diambil oleh orang. Hebatnya hampir semua warga di Dusun Muara mengetahui hewan peliharaan yang dimiliki oleh tetangga mereka. Melakukan Berbagai Jenis Pekerjaan Responden di Dusun Muara sebagian besar ada yang melakukan pekerjaan lebih dari satu. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 15 responden banyak melakukan pekerjaan untuk menambah penghasilan uang setiap harinya. Pada Tabel 15 menyajikan jumlah dan persentase jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden. Tabel 15 Jenis pekerjaan yang dilakukan responden di Dusun Muara Jenis Pekerjaan n % Mengeringkan rumput laut Mencari kerang Mencari barang-barang bekas Membuka warung/berdagang kue Karyawan Tidak bekerja (1) Mengeringkan Rumput laut Terlihat pada Tabel 15, sebanyak 81 persen responden memilih untuk menjadi penjemur rumput laut. Rumput laut yang menjadi komooditas utama di sini berbeda dengan sebutan rumput laut pada umumnya. Rumput laut yang mereka cari di sini dijual yang nantinya digunakan untuk membuat kosmetik dan tidak untuk dikonsumsi. Tekstur rumput laut yang lebih kasar dan ukuran diameter yang lebih kecil dari rumput laut pada biasanya. Rumput laut jenis seperti ini memang banyak ditemukan di Desa

47 37 Muara. Bukan hanya diperoleh dari laut saja, rumput laut ini juga dapat diperoleh dari kolam penampungan ikan atau biasa disebut dengan empang. Perbedaan antara rumput laut yang diperoleh dari laut dengan rumput laut yang diperoleh dari empang adalah warna rumput laut dari empang yang lebih gelap dibandingkan rumput laut laut. Pekerjaan mengeringkan rumput laut ini memang banyak dilakukan oleh perempuan di Deesa Muara namun yang terbanyak berada di Dusun Muara. Pekerjaan mengeringkan rumput laut ini sebagian besar dilakukan oleh perempuan namun tidak menutup kemungkin dilakukan juga oleh laki-laki. Pekerjaan ini bukan menjadi pekerjaan utama dalam menyumbang penghasilan keluarga. Pekerjaan ini dimulai dari pencarian rumput laut baik itu di laut maupun di empang. Terkadang perempuan di Dusun Muara tidak bertugas mengeringkan rumput laut saja tetapi juga membantu suaminya yang berprofesi sebagai nelayan untuk mencari rumput laut. Dimulai dari pukul lima atau enam pagi, mereka mulai melaut atau pergi ke empang yang letaknya cukup jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki. Sementara bagi nelayan yang mencari rumput laut di laut mereka menggunakan perahu. Perahu yang mereka gunakan memiliki ukuran yang beragam, ada yang berukuran kecil hingga berukuran sedang. Jarang ada yang menggunakan perahu yang berukuran besar karena sungai kurus yang menjadi jalur utama menuju lautan memiliki kedalaman air yang dangkal sehingga sulit untuk dilalui oleh perahu yang berukuran besar. Rumput laut dari laut dan empang tidak memiliki kualitas yang berbeda, keduanya tetap memiliki harga jual yang sama. Setelah sampai di laut dan di empang, mereka mulai mencari rumput laut hingga siang hari sekitar pukul dua. Perempuan yang ikut mencari rumput laut akan mengeringkan rumput laut setelah mereka pulang dari mencari rumput laut. Mereka tidak meminta bantuan orang lain karena harus membayar upah orang yang menolong merek adalam mengeringkan rumput laut. Terkadang ada juga yang mencari pertolongan ke tetangga untuk membantu mengeringkan rumput laut yang telah mereka cari. Orang yang membantu biasanya masih memiliki hubungan darah. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut. Biasanya saya minta bantuan orang lain buat bantuin jemur rumput laut. Kalo saya sendiri yang ngerjain capek juga kan yah, Neng. Biasanya kalo saya suka minta bantuan sama sodara-sodara aja biar lebih enak minta tolongnya juga. Tappi yah tetep harus bayar walaupun minta tolong sama sodara juga, Neng. Ujar Ibu MyH berumur 45 tahun. Upah yang diberikan kepada orang yang dimintai bantuan oleh yang memiliki rumput laut adalah sebesar Rp setiap satu perahu. Mereka akan dibayar setelah pekerjaan mengeringkan rumput laut selesai dan setelah yang empunya agar berhasil menjual kepada pelele. Di Desa Muara sendiri cukup banyak yang menjadi buruh mengeringkan rumput laut, mereka menjadi buruh mengeringkan rumput laut karena suami mereka yang bukan berprofesi sebagai nelayan. Salah satunya adalah Ibu

48 38 NB yang berumur 68 tahun, beliau selalu menjadi buruh mengeringkan rumput laut karena suaminya yang berprofesi sebagai petani. Biasanya Ibu NB mengeringkan rumput laut milik iparnya yang sudah tidak memiliki istri. Ibu NB yang telah berumur 68 tahun tetap menjadi buruh mengeringkan rumput laut karena profesi suaminya yang tidak menentu. Suaminya tidak memiliki sawah melainkan ia juga bekerja dengan orang lain untuk menggarap sawahnya. Kadang jika sudah panen, suaminya akan menginap di rumah yang punya sawah tersebut karena tidak mungkin jika harus bulak-balik ke rumahnya karena letaknya yang cukup jauh. Sebagian besar dari mereka yang suaminya berprofesi sebagai nelayan, mereka mengeringkan rumput laut sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh salah satu responden sebagai berikut. Kalo saya mah mendingan jemur sendiri, soalnya udah penghasilan sedikit nanti bakalan makin kurang, Neng kalo harus bayar yang bantuin kita jemur agar. Ujar Ibu MrH berumur 50 tahun. Rumput laut yang sudah kering akan dijual kepada pelele dengan harga Rp 3.300,- per kilonya. Harga ini lebih rendah dari baisanya yang berkisar antara Rp Rp per kilonya. Biasanya mereka memperoleh uang dalam satu minggu sekitar Rp Rp Mereka akan menjual rumput laut yang telah kering setelah tiga hari masa penjemuran. Saat ini, pelele sering sekali terlambat untuk membeli rumput laut hasil tangkapan mereka. Hal ini disebabkan oleh persediaan rumput laut yang ada di pabrik kosmetik masih cukup banyak. (2) Mencari kerang Perempuan di Dusun Muara juga ada yang berprofesi sebagai pencari kerang, terlihat pada Tabel 15, ada sebanyak 17 persen. Profesi ini lebih sedikit dibandingkan pekerjaan mengeringkan rumput laut karena berbagai alasan yang pertama, orang yang mencari kerang untuk dibeli sudah sangat jarang dan yang kedua, sulitnya mencari kerang tidak sebanding dengan kerang yang mereka peroleh. Mereka mencari kerang di tepi laut dengan menggali pasir hingga menemukan kerang yang dapat mereka ambil. Tak jarang dalam mencari kerang ini tangan mereka harus berdarah terkena cangkang-cangkang kerang yang tajam. Mereka mencari kerang dari mulai pukul delapan pagi hingga menjelang sore sekitar pukul tiga sore. Hasil yang mereka peroleh hanya sekitar 20 kg. Setiap kilonya dijual Rp 4.000,-. Hal ini yang membuat para nelayan di Dusun Muara tidak mau mencari kerang lagi. Saat ini juga hanya sedikit orang di Dusun Muara yang masing bertahan untuk mencari kerang. Salah satunya adalah Ibu RI dan suaminya yang masih bertahan untuk mencari kerang. Mereka mencari kerang di tepi pantai dengan berjalan kaki karena mereka tidak memiliki perahu untuk digunakan mencari kerang. Jarak dari rumah mereka ke laut ada sekitar 20 Km. Mereka dalam sehari biasanya memperoleh kg. Mereka akan menjual hasil tangkapan mereka tiga hingga seminggu sekali. Sekali

49 39 menjual kerang mereka hanya memperoleh Rp Rp Pengahasilan yang sangat rendah ini yang membuat warga Dusun Muara meninggalkan profesi ini. (3) Mencari barang bekas Mencari barang bekas merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Muara. Berdasarkan Tabel 15, ada sebanyak 8 persen. Mereka bukan menyebutnya barang bekas melainkan mencari mainan. Barang-barang bekas yang dicari berupa botol-botol minuman dan barang-barang plastik lainnya. Mereka juga kadang memperoleh papan kayu yang sudah tidak terpakai untuk mereka gunakan untuk membuat tempat-tempat untuk menyimpan alat rumah tangga. Kadang botol-botol minuman yang masih layak pakai sering mereka ambil kemabli untuk digunakan menjadi tempat minum. Barang-barang bekas yang dikumpulkan akan disimpan hingga jumlah yang banyak, setelah itu baru mereka menjualnya. Dalam satu kilo mereka menjula barang bekas tersebut sekitar Rp 4.000,-. Mereka biasanya memperoleh Rp Rp dalam sekali menjual barang-barang bekas yang mereka kumpulkan. (4) Membuka warung/berjualan kue Selain pekerjaan yang berada di sektor perikanan, perempuan di Dusun Muara juga ada yang membuka warung atau hanya berjualan kue keliling, berdasarkan Tabel 15 terdapat 8 persen responden yang memilih untuk berdagang. Dalam usaha membuka warung, biasanya mereka membukanya di halaman rumahnya sendiri, seperti Ibu JH yang berumur 28 tahun. ia berjualan tepat di depan rumahnya, menurutnya agar tidak usah menyewa tempat lagi. Berbeda halnya dengan Ibu NA yang membuka warung di dalam halaman sekolah. Namun, Ibu NA juga tidak perlu membayar sewa atas tanah yang ia pakai untuk berjualan. Biasanya mereka menjual makanan dan minuman untuk jajan anak-anak. Ada barang tambahan lain yang dijual oleh Ibu NA yaitu alat-alat tulis karena ia berjualan di lingkungan sekolah sehingga berjualan alat tulis dirasa cukup menguntungkan. Berbeda dengan Ibu JH dan Ibu NA, Ibu RI juga berjualan kue dengan berkeliling kampung. Kue yang ia jajakan hasil titipan orang yang meminta Ibu RI untuk menjualnya. Ibu JH dan NA membuka tokonya dari pukul delapan pagi dan tutup di sore hari dan bagi Ibu NA, ia biasa menutup warungnya pada pukul dua belas siang sementara Ibu RI dari pukul 6 pagi hingga pukul 8 pagi. Penghasilan yang diperoleh dari membuka warung dengan menjajakan jajanan bagi anak-anak adalah sekitar Rp Rp setiap harinya. Bila Ibu RI sendiri memperoleh penghasilan dari menjajakan kue dengan berkeliling kampung adalah sebesar Rp ,-. Awal mula Ibu JH dan Ibu NA membuka warung berasal dari modal sendiri. Ibu JH yang kebetulan masih memiliki suami, ia memperoleh modalnya tersebut dari sisihan penghasilan yang diperoleh suaminya.

50 40 Sementara Ibu NA sendiri yang berstatus janda, ia mencari modal sendiri untuk membuka warung di sekolah tersebut. (5) Bekerja di pabrik Perempuan di Dusun Muara, ada juga yang bekerja di pabrik sebagai buruh. Perempuan yang bekerja di pabrik, rata-rata memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan lainnya di Dusun Muara. Ratarata perempuan yang bekerja di pabrik masih memiliki umur yang relatif muda yaitu sekitar 30 tahun. Salah satunya Ibu JA yang bekerja sebagai karyawan di salah satu pabrik balon semenjak ia berpisah dengan suaminya pada tahun Semenjak ia berpisah dengan suaminya, ia tidak memiliki penghasilan yang dapat ia gunkan untuk memenuhi kebutuhan ia dengan anak semata wayangnya. Penghasilan yang ia peroleh dari bekerja sebagai karyawan tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup ia dengan anaknya. Ia memperoleh penghasilan sekitar Rp per hari atau sekitar Rp per bulan. Terlihat pada Tabel 15 terlihat bahwa pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah pekerjaan mengeringkan rumput laut. Pekerjaan mengeringkan rumput laut ini memang cukup banyak dilakukan oleh responden karena memang mudah dilakukan oleh para responden. Komoditas yang paling banyak dan mudah untuk dijual di Dusun Muara. Tak jarang dari mereka melakukan berbagai macam pekerjaan untuk berusaha bertahan hidup. Banyak dari perempuan di Dusun Muara yang melakukan pekerjaan lebih dari satu pekerjaan dalam satu hari. Mereka melakukan hal tersebut agar dapat memperoleh penghasilan yang cukup banyak. Dari kombinasi yang dilakukan, mereka berusaha memaksimalkan waktu yang mereka punya untuk melakukan pekerjaannya. Pada Tabel 16 menjelaskan mengenai jumlah dan persentase banyaknya pekerjaan yang dilakukan. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan banyaknya pekerjaan yang dilakukan Banyaknya Pekerjaan n % Tidak memiliki pekerjaan 1 pekerjaan 2 pekerjaan Jumlah Berdasarkan Tabel 16, sebanyak 66 persen responden memiliki satu pekerjaan. Namun, ada juga responden yang memiliki dua pekerjaan atau lebih sebanyak 31 persen. Responden yang memiliki dua pekerjaan atau lebih jumlahnya lebih sedikit dibandingkan yang memiliki satu pekerjaan karena jika responden yang memiliki dua pekerjaan atau lebih membutuhkan curahan waktu yang lebih. Bagi perempuan yang mengkombinasikan pekerjaan mencari rumput laut dengan mencari kerang lebih banyak yaitu sebanyak 6 orang. Kedua pekerjaan ini sangat mungkin dilakukan karena memiliki tempat yang sama yaitu dipinggir laut sehingga mereka dapat melakukan kedua pekerjaan ini. Setelah mereka mencari

51 41 rumput laut barulah mereka mengeringkan rumput laut ini. Biasanya pada waktu pagi hari sekittar pukul pagi mereka mencari kerang di pinggir laut. Mereka mencari kerang hingga pukul siang. Kerang yang diperoleh biasanya berjumlah 25 kg. Pekerjaan mencari kerang ini memang sangat sulit untuk dilakukan karena mereka harus sangat teliti dalam mencari kerang. Setelah jam 12.00, mereka langsung mengeringkan rumput laut hingga pukul Dalam mengeringkan rumput laut, mereka harus membalikkan rumput laut supaya cepat kering. Kombinasi pekerjaan lainnya adalah mencari rumput laut dengan mencarai barang-barang bekas. Kedua pekerjaan ini juga sangat mungkin untuk dilakukan karena mereka dapat mencari barang-barang bekas di sekitar rumah warga. Mereka mencari barang-barang bekas dimulai pada pukul 8 pagi atau 9 pagi hingga pukul 12 siang. Setelah mencari barang-barang bekas, mereka langsung mengeringkan rumput laut hingga pukul 4 sore. Responden yang melakukan pekerjaan Selain itu, ada juga yang mengkombinasikan pekerjaan mencari kerang dengan pekerjaan berjualan kue. Kedua pekerjaan ini memang sulit untuk dilakukan dengan waktu yang bersamaan tetapi Ibu RI melakukan pekerjaan berjualan kue pada pagi hari lalu pada siang harinya ia mencari kerang bersama suaminya. Pada kombinasi pekerjaan ini, pada pukul 6 pagi hingga pukul 8 pagi, Ibu RI memilih untuk menjajakan kue yang dititipkan oleh orang lain kepadanya. Setelah pukul 8 pagi, Ibu RI bersiap menuju pinggir pantai untuk mencari kerang. Ibu RI mencari rumput laut dimuali pukul 8 atau 9 pagi hingga pukul 4 sore namun terkadang bisa sampai menjelang malam. Berdasarkan kombinasi pekerjaan yang dilakukan oleh responden, kombinasi pekerjaan yang sangat berat yang dilakukan oleh responden adalah kombinasi pekerjaan mencari rumput laut dengan mencari kerang. Pada kombinasi pekerjaan ini sangat menyita waktu responden. Dalam mencari kerang, waktu yang dibutuhkan memang cukup banyak. Jika hanya sebentar waktu yang mereka curahkan untuk mencari kerang, maka hasil yang mereka peroleh akan sangat sedikit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Yah kalo dibilang berat, semua pekerjaan berat, Neng. Tapi kalo kata saya mah yah, yang paling berat kalo kita udah cari rumput laut terus harus nyari kerang juga. Soalnya abis cari rumput laut dia harus nyari kerang, apalagi kan kalo nyari kerang harus teliti biar dapetnya banyak. Belum lagi nanti kalo udah dapet kerang, itu harus direbus dulu, ah ribet, Neng. Ujar Ibu SA berumur 35 tahun. Pekerjaan yang sangat tidak mungkin dikombinasikan dengan pekerjaan yang lain yang telah tertera pada Tabel 16 adalah pekerjaan menjadi karyawan di pabrik. Menjadi seorang karyawan sangat menyita waktu mereka sehingga mereka tidak memiliki waktu lagi untuk melakukan pekerjaan yang lain. Berbagi Bahan Makanan Berbagi bahan makanan dikalangan ibu-ibu sudah menjadi hal yang lumrah. Tak terkecuali di Dusun Muara, mereka juga sering melakukan hal tersebut. Mereka sering berbagi bahan-bahan makanan berupa bumbu dapur dan jarang atau mungkin tidak pernah meminta bahan makana yang berupa bahan

52 42 makanan pokok. Mereka sering berbagi bahan makanan kepada tetangga mereka. Tetangga yang dimintai tolong untuk memberikan bumbu-bumbu dapur memberikannya secara sukarela. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan responden sebagai berikut. Yah kalo saya mah yah, Neng gak apa-apa mau minta bumbu dapur doang mah. Soalnya saya juga suka gitu ke tetangga. Kalo kita sering bantu tetangga kan kita juga suka dibantu sama tetangga kita juga. Apalagi kalo sodara kita jauh, kita minta tolong ke siapa lagi coba selain ke tetangga. Tapi kan biasanya saya suka dikasih sop, kan lumayan, Neng. hehehe Ujar Ibu IH yang saat wawancara ada tetangga yang meminta satu ruas jahe untuk memasak sop. Pada Tabel 17 menjelaskan mengenai responden yang sering berbagi bahan makanan dengan tetangganya yang lain. Tabel 17 Jumlah dan persentase responden yang berbagi makanan Kategori n % Meminta Tidak meminta Jumlah Berdasarkan Tabel 17 tersebut terlihat bahwa sebesar 33 persen yang mengaku sering meminta bahan makanan kepada tetangga atau saudara mereka. Strategi inilah yang sering dilakukan oleh para perempuan di Dusun Muara. Mereka tidak memiliki uang hanya untuk membeli bumbu dapur yang digunakan cukup sedikit dalam masakan mereka. Mereka memilih untuk tidak berhutang ke warung dan memilih meminta bantuan kepada tetangga mereka untuk meminta sedikit bumbu dapurnya. Biasanya tetangga yang dimintai tolong untuk meminta bumbu dapur akan diberikan sedikit masakan yang telah jadi untuk sekedar berterima kasih telah memberikan bumbu dapur tersebut. Berbagi Aliran Listrik Di Dusun Muara baru saja memperoleh bantuan dari PT. PLN dalam pemasangan listrik gratis. Hal ini tidak dimanfaatkan oleh seluruh warga Dusun Muara dengan alasan takut biaya selanjutnya akan lebih mahal. Walupun tidak memasang aliran listrik sendiri, mereka meminta aliran listrik tersebut kepada tetangga atau saudara yang telah memasang aliran listrik dari PT. PLN langsung. Pada Tabel 18 menyajikan jumlah dan persentase responden yang berbagi aliran listrik dengan tetangga yang lain. Tabel 18 Jumlah dan persentase responden yang berbagi aliran listrik Kategori n % Meminta Tidak meminta Jumlah

53 43 Berdasarkan Tabel 18, terlihat sebanyak 25 persen yang masih meminta aliran listrik kepada rumah yang terdekat dari mereka. Menurut mereka dengan begini, mereka dapat menghemat pengeluaran listrik. Aliran listrik yang mereka peroleh tidak diberikan secara cuma-cuma melainkan mereka harus membayar kepada pemilik rumah yang dijadikan induk listrik oleh mereka. Semua yang meminta aliran listrik biasanya membayar Rp ,- per bulan kepada pemilik rumah yang mereka minta aliran listriknya. Sementara itu ada 75 persen dari responden yang sudah memiliki aliran listrik sendiri dengan alasan mereka akan lebih menghemat pengeluaran dan lebih bebas dalam menggunakannya. Strategi Sosial Strategi bertahan hidup sosial yang dilakukan oleh rewsponden di Dusun Muara adalah cara yang dilakukan oleh individu dengan memanfaatkan jejaring sosial. Arisan Arisan merupakan salah satu strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan di Desa Muara. Arisan ini masih bisa termasuk ke dalam strategi ekonomi namun di dalamnya masih ada juga strategi sosial karena merupakan salah satu tempat untuk mengakrabkan diri bagi perempuan-perempuan di Desa Muara yang mengikuti arisan. Di Desa Muara tidak hanya satu kelompok arisan saja melainkan ada beberapa kelompok arisan. Besarnya arisan setiap kelompok berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan masing-masing kelompok yaitu sebesar Rp hingga Rp per minggu. Tidak ada penentuan bagi responden yang ingin ikut arisan harus ikut kepada kelompok yang mana, itu sesuai dengan keinginan responden itu sendiri. Terkadanga mereka menentukan kelompok arisan sesuai dengan kemampuan keuangan mereka sendiri. Perempuan yang mengikuti arisan biasanya berkumpul di tempat yang sudah disepakati oleh perempuan yang mengikuti arisan tersebut. Tidak semua perempuan di Desa Muara mengikuti arisan ini karena berbagai alasan, namun alasan yang paling sering diutarakan oleh responden adalah karena mereka sudah memiliki banyak pengeluaran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Saya mah ga ikut arisan, Neng. Soalnya udah banyak pengeluaran juga. Arisan ini kan baru mulai, saya udah ikut yayasan dari dulu jadi saya ga ikut arisan deh, Neng. Ujar Ibu RI, 48 tahun. Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keikutersertaannya dalam arisan Kategori n % Mengikuti Tidak mengikuti Jumlah

54 44 Berdasarkan Tabel 19 ada sebanyak 36 persen responden yang mengikuti arisan. Dari jumlah tersebut ada dua orang yang mengikuti arisan di tempat kerjanya masing-masing, alasannya karena lebih mudah dalam membayarnya. Ya, biar lebih gampang bayarnya. Kalo ikut arisan di sini (di Desa Muara) harus ikut kumpulnya, sementara saya kan kerja. Ujar Ibu JA, 38 tahun. Berbagai alasan yang dikemukakan oleh responden yang mengikuti arisan. Ada yang mengikuti arisan guna untuk menyimpan uang agar tidak habis secara langsung. Ada juga yang memanfaatkannyaagar dia punya suatu tanggungan yang harus dibayar. Menurut Widodo (2011) dan Kristianti et al (2014), mengikuti arisan merupakan sebuah strategi berathan hidup pada aspek sosial namun di Desa Muara, responden mengikuti arisan bukan karena ingin membngun jaringan melainkan ingin memperoleh uang yang mereka anggap sebagai salah satu sarana untuk menyimpan uang. Responden yang mengikuti arisan bukan untuk mepererat relasi antar warga karena warga di Desa Muara sudah sangat mengenal satu sama lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Kalo saya ikut arisan yah buat nambah-nambah pikiran aja sih. Bukan buat nyari temen supaya bisa minjem uang. Kan malu juga yah, Neng kalo deketin biar bisa minjem uang ke orang itu. Soalnya kalo di sini emang ga ada yang ikut arisan terus minjem ke ibu-ibu yang ikut arisan juga. Ujar Ibu IH, 35 tahun. Besar arisan yang mereka ikuti berbeda-beda mulia dari Rp hingga Rp Dimulai dari pembayaran yang setiap hari ada juga yang bayar setiap dua bulan sekali. Mereka akan memperoleh uang tersebut dalam waktu sebulan. Setiap bulan mereka berkumpul untuk menyaksikan siapa yang menjadi giliran untuk memperoleh uang arisan tersebut. Walaupun hasil yang diperoleh tidak begitu besar tetapi mampu untuk menambah pemenuhan kebutuhan hidup keluarga mereka. Meminjam Perempuan di Dusun Muara melakukan kegiatan meminjam bila mereka kekurangan uang. Kegiatan ini memang tidak menjadi strategi sosial utama yang mereka lakukan karena dengan kegiatan meminjam ini bukan berarti menyelesaikan masalah mereka namun menambah masalah yang mereka hadapi. Tabel 20 Jumlah dan persentase responden yang meminjam Kategori n % Meminjam Tidak meminjam Jumlah Berdasarkan Tabel 20, terlihat bahwa responden lebih banyak yang meminjam yaitu sebanyak 53 persen. Biasanya dalam meminjam uang mereka lebih memilih meminjam kepada saudara atau tetangga yang sudah memiliki hubungan yang erat. Rasa malu terkadang menghampiri mereka jika mereka meminjam uang. Kegiatan ini juga tidak sering dilakukan oleh mereka. Mereka lebih memilih untuk menunda membeli barang yang mereka inginkan dibandingkan harus berhutang. Berdasarkan penuturan responden, mereka tidak

55 45 pernah meminjam kepada bank atau rentenir. Mereka lebih memilih untuk meminjam kepada saudara atau tetangga mereka. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Saya suka minjem ke saudara, kadang ke tetangga, hehehe. Malu sih, Neng tapi mau gimana lagi. Kalo saya lagi ga punya uang terus anak saya nangis minta beliin sepatu soalnya sepatunya udah jelek, kan susah juga larangnya. Apalagi buat ngirit gitu, ah, udah ga mungkin, Neng kalo saya mah. Ujar Ibu MI, 44 tahun. Ikhtisar Strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Muara disebabkan oleh ketidakpastian penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan suaminya, apalagi jika suaminya tersebut berprofesi sebagai nelayan. Strategi bertahan hidup dibedakan menjadi dua, yaitu strategi bertahan hidup dalam bidang sosial dan strategi bertahan hidup dalam bidang ekonomi. Strategi bertahan hidup dalam bidang sosial meliputi arisan. Perempuan yang mengikuti arisan biasanya beralasan untuk menabung dalam bentuk uang karena waktu yang tidak dapat diduga kapan mereka memperoleh uang tersebut jadi mereka dapat menyimpan uang tersebut. Sementara strategi bertahan hidup dalam bidang ekonomi meliputi simpan pinjam, paket hari raya, berinvestasi, melakukan berbagai pekerjaan, berbagi bahan makanan dan aliran listrik. Dalam mengikuti simpan pinjam ini, mereka terlebih dahulu diberikan uang pinjaman tersebut pada bulan Juli dan mereka harus membayar pinjaman tersebut hingga Bulan Juni pada tahun berikutnya. Perempuan Dusun Muara juga tidak terlepas dari berinvestasi barangbarang yang mudah di jual saat mereka membutuhkannya, seperti perhiasan dan hewan ternak. Mereka memiliki perhiasan bukan semata-mata hanya untuk digunakan sehari-hari atau sekedar untuk menghadiri pesta pernikahan namun untuk mereka simpan dan akan mereka jual jika membutuhkan. Hewan ternak yang mereka pelihara untuk mereka jual jika sudah waktunya. Biasanya hewan ayam dan bebek ini dipelihara dan biasanya mereka gunakan jika ada perayaan seperti pernikahan atau khitanan anak mereka. Perempuan di Dusun Muara juga melakukan berbagai pekerjaan yang dapat mereka kombinasikan dengan pekerjaan yang lainnya. Kombinasi pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh perempuan di Dusun Muara adalah pekrejaan mengeringkan rumput laut dengan mencari kerang. Kedua pekerjaan ini memang sangat mungkin untuk dilakukan karena mereka dapat mencari kerang dan rumput laut dalam waktu yang bersamaan. Strategi bertahan hidup dalam bidang ekonomi ini tidak melulu menambah penghasilan mereka untuk memenuhi kebutuhannya melainkan hanya untuk bertahan hidup. Sejatinya perempuan di Dusun Muara masih berkutat dengan kemiskinan yang mereka alami. Strategi bertahan hidup lainnya yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Muara antara lain meminta bahan makanan dan meminta aliran listrik. Mereka biasanya meminta bumbu ini kepada saudara atau tetangga yang memiliki kedekatan tempat tinggal. Setelah meminta bumbu yang mereka butuhkan, mereka akan memberikan sedikit masakannya sebagai tanda terima kasih. Meminta aliran listrik atau mereka menyebutnya nete atau sekedar meminjam uang kepada

56 saudara atau tetangga mereka. Hal ini dilakukan karena biaya pemasangan listrik yang cukup mahal dan belum lagi kenaikan tarif dasar listrik yang beberapa kali terjadi dan terasa memberatkan mereka. 46

57 47

58 48 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN Karakteristik individu yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, besar tanggungan, jumlah ketrampilan, dan pengalaman kerja akan memengaruhi banyaknya strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Muara. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan strategi bertahan hidup perempuan dalam komunitas nelayan dengan menggunakan uji korelasi. Pada indikator strategi bertahan hidup terdapat dua ketegori yaitu sederhana dan kompleks. Pada strategi bertahan hidup yang masuk ke dalam kategori sederhana adalah perempuan yang hanya memiliki dua hingga empat pekerjaan yang dia lakukan. Bagi perempuan yang termasuk pada kategori komplekas adalah perempuan yang melakukan pekerjaan lebih dari empat. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Strategi Bertahan Hidup pada Perempuan di Dusun Muara Biasanya pada masyarakat nelayan yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah memiliki tingkat pendidikan yang rendah pula. Menurut Widodo (2011), rendahnya tingkat pendidikan dapat menyebabkan rendahnya daya saing individu dalam memperebutkan peluang pekerjaan yang lebih layak secara ekonomi. Lemahnya akses mereka terhadap pekerjaan membuat mereka berkutat dengan kemiskinan. Kemiskinan ini yang mendorong perempuan di Dusun Muara melakukan strategi bertahan hidup. Sesuai dengan yang telah dipaparkan di atas, strategi bertahan hidup dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi bertahan hidup sosial dan strategi bertahan hidup ekonomi. Tabel 21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan strategi bertahan hidup (orang) Strategi Bertahan Hidup Tingkat Pendidikan Sederhana Kompleks n % n % Tidak bersekolah-tidak tamat SD Tamatan SD Total Berdasarkan Tabel 21, terlihat bahwa perempuan yang melakukan strategi bertahan hidup kompleks yang memiliki pendidikan tidak bersekolah atau tidak mampu menamatkan pensisikan dasarnya yaitu sebesar 70 persen. Pendidikan yang rendah ini akan membuat akses perempuan untuk mengakses pekerjaan yang layak akan semakin rendah, sehingga mereka memilih untuk melakukan strategi bertahan hidup. Perempuan yang tidak bersekolah atau yang tidak mampu menamatkan pendidikan dasarnya memilih untuk lebih bekerja lebih giat dan memiliki strategi bertahan hidup lebih kompleks karena mereka berpikir bahwa mereka akan memperoleh lebih banyak uang untuk hidup mereka. Bagi perempuan yang mampu menamatkan pendidikan dasarnya mereka lebih banyak

59 49 hanya mampu memiliki strategi bertahan hidup yang sederhana yaitu dengan persentase 38 persen. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan yang mereka lakukan lebih memakan waktu yang cukup banyak jadi mereka tidak banyak melakukan pekerjaan dalam satu hari. Bagi mereka yang memiliki pendidikan yang tingga, seperti tamatan SMP mereka mampu bekerja menjadi karyawan di salah satu pabrik dan mereka bekerja satu minggu penuh dan bekerja dari pukul 8 pagi hingga 5 sore. Waktu yang mereka miliki hanya habis untuk melakukan satu pekerjaan saja. Perempuan di Dusun Muara memiliki kekerabatan yang sukup dekat. Jadi, jika mereka ingin melakukan strategi bertahan hidup sosial akan lebih mudah karena salah satu indikator mengukur strategi bertahan hidup sosial adalah luas jejaring dan frekuensi meminta bantuan. Kedua indikator tersebut akan berjalan baik jika warga di Dusun Muara memiliki kekerabatan yang sangat baik. Mereka lebih memillih untuk mencari bantuan jika mereka cukup membutuhkan uang atau sesuatu yang menjadi kebutuhan keluarga. Alhamdulilah kalo di sini (Dusun Muara), kalo kita lagi butuh apa juga bisa dibantuin sama yang lain. Orang sini walaupun keliatannya jahat-jahat haha, tapi kalo tetangganya apalagi sodaranya buth bantuan pasti di bantu, Neng. Ujar Ibu IH, 50 tahun. Perempuan yang tidak bersekolah lebih banyak melakukan strategi bertahan hidup pada bidang sosial. Hal ini disebabkan oleh ketidak berdayaan perempuan untuk mengakses pekerjaan yang layak secara ekonomi. Pada strategi bertahan hidup ekonomi, perempuan pada kategori ini juga lebih banyak yang bekerja sebagai penjemur rumput laut, sebagai pencari kerang, pencari barangbarang bekas atau bekerja sebagai buruh penjemur rumput laut. Sementara bagi perempuan yang berhasil menamatkan sekolahnya hingga SMP, dua dari tiga orang tersebut memiliki kesempatan untuk bekerja di pabrik sebagai karyawan. Hubungan Umur dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Perempuan di Dusun Muara lebih banyak yang berada di umur yang masih produktif yaitu dengan rata-rata 42 tahun. Umur memang tidak menahan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Di Dusun Muara banyak perempuan yang sudah tidak muda lagi namun masih tetap mencari tambahan penghasilan bagi keluarganya. Responden yang berumur 30 tahun ke atas paling berada pada kolom dengan strategi bertahan hidup yang sederhana yaitu sebesar 92 persen. Perempuan yang berumur lebih dari 30 tahun yang termasuk pada pada strategi bertahan hidup sederhana karena mereka memiliki waktu yang cukup singkat. Pekerjaan yang mereka jalankan banyak memakan waktu yang cukup banyak seperti mencari rumput laut di laut ataupun di empang. Selain itu, pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan yang telah berumur lebih dari 30 tahun sangat berat sehingga mereka hanya mampu melakukan dua hingga 4 pekerjaan dalam satu hari. Responden yang berumur diatas 30 tahun termasuk ke dalam kategori sedang dalam melakukan strategi bertahan hidup, mreka lebih banyak yang melakukan strategi bertahan hidup berjumlah 2 yaitu kombinasi antara mencari rumput laut dengan mencari kerang atau mencari barang-barang bekas.

60 50 Tabel 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan strategi bertahan hidup (orang) Strategi Bertahan Hidup Umur Sederhana Kompleks n % n % 30 tahun > 30 tahun Total Berdasarkan Tabel 22, perempuan yang sudah berumur lebih dari 30 tahun yang termasuk ke dalam kategori kompleks ada sebanyak 60 persen. Bagi perempuan yang berumur lebih dari 30 tahun yang termasuk ke dalam kategori komplekas karena mereka memiliki faktor lain untuk bekerja lebih banyak lagi salah satunya karena jumlah tanggungan yang mereka miliki lebih banyak dibandingkan yang lain. Bagi perempuan yang masih berumur dibawah 30 tahun lebih banyak masuk ke dalam kategori komplekas yaitu 40 persen. Umur yang masih cukup muda dibandingkan perempuan yang memiliki umur lebih dari 30 tahun mereka lebih memiliki tenaga yang lebih baik sehingga mereka mampu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat. Mereka yang memiliki umur yang memang sudah tidak muda lagi namun, keinginan dalam membantu keluarga tetap dijalani oleh mereka. Jadi umur yang sudah tidak muda lagi bukan menjadi alasan bagi mereka untuk bekerja atau melakukan kegiatan yang termasuk ke dalam strategi bertahan hidup sosial. Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh salah satu responden sebagai berikut. Walaupun saya sudah tua, tapi masih tetep kuat buat kerja dari pagi sampe sore. Kalo saya ga kerja nanti keluarga saya mau makan apa, Neng. Buat anak-anak saya juga. Walaupun anak-anak saya udah pada kerja tapi kan itu buat kebutuhan mereka, kalo saya ga kerja nanti saya ga punya uang. Ujar Ibu PI, berumur 50 tahun. Sementara bagi perempuan yang masih berumur dibawah 30 tahun yang termasuk pada kategori sederhana karena mereka merasa bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh suami masih mampu memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Jumlah tanggungan yang mereka miliki masih sangat sedikit dengan satu atau dua orang anak. Hubungan Status Perkawinan dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Perempuan di Dusun Muara sebagian besar sudah berstatus menikah, baik yang masih muda yaitu yang berumur 20 tahun sudah memiliki keluarga. Banyak dari mereka yang menikah dengan sesama warga Dusun Muara juga. Di Dusun Muara sendiri, perempuan yang berstatus janda cukup rendah yaitu sebanyak 6 orang saja. Mereka berstatus janda karena suaminya menikah lagi atua ditinggal karena suaminya sudah meninggal dunia. Bagi perempuan yang berstatus janda, mereka berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tentu saja, tugas mereka akan semakin berat dan harus pintar-pintar mengalokasikan

61 51 waktunya untuk melakukan strategi bertahan hidup dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Perempuan yang berstatus janda tentunya harus selalu melakukan strategi bertahan hidup, baik sosial maupun ekonomi. Dari enam orang perempuan di Dusun Muara yang berstatus janda, satu dari mereka memiliki pekerjaan yang tetap yaitu sebagai karyawan di sebuah pabrik balon. Tabel 23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan status perkawinan dan strategi bertahan hidup (orang) Strategi Bertahan Hidup Status Perkawinan Sederhana Kompleks n % n % Janda Menikah Total Berdasarkan Tabel 23, terlihat bahwa perempuan yang berstatus janda masuk pada kategori sederhana yaitu sebanyak 63 persen. Perempuan yang berstatus janda hanya mampu mengerjakan pekerjaan 2 hingga 4 pekerjaan saja karena akses untuk melakukan pekerjaan tidak sebaik perempuan yang masih berstatus menikah. Bagi perempuan yang bertatus menikah terbagi ke dalam dua kategori yaitu kategori sederhana sebesar 77 persen dan pada kategori kompleks sebesar 100 persen. Bagi perempuan yang masih memiliki suami lebih baik dibandingkan bagi perempuan yang berstatus janda karena mereka masih memiliki akses untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Seluruh perempuan yang berstatus janda hanya menjadi buruh pengering rumput laut. Hal tersebut disebabkan oleh akses untuk menuju tepi pantai yang sangat sulit jika tidak memiliki perahu. Perempuan yang berstatus janda tidak memiliki perahu karena mereka tidak memiiki uang untuk membeli dan juga tidak bisa mengemudikan perahunya tersebut. Mereka biasanya menjadi kuli penjemur rumput laut saudara mereka sendiri atau tetangga yang memang tidak sempat untuk menjemur rumput laut yang sudah mereka cari. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Saya jadi kuli rumput laut aja, Neng. Soalnya suami saya kan udah ga ada, terus saya bingung mau kerja jadi apa ya sudah saya bantu ipar saya buat jemur rumput laut. Kebetulan Bahar (iparnya) ga punya istri sekarang jadi dia bingung kalo mau jemur rumput laut. Ibu SMH, berumur 41 tahun. Perempuan yang sudah menikah masih ada yang berprofesi sebagai kuli penjemur rumput laut. Jika perempuan yang telah menikah masih tetap menjadi kuli penjemur rumput laut karena suaminya yang bukan berprofesi sebagai nelayan atau suaminya yang tidak memiliki akses untuk mencari rumput laut. Mereka yang sudah menikah dan suaminya berprofesi sebagai nelayan ada juga yang tidak ikut mengeringkan rumput laut. Pekerjaan tersebut akhirnya mereka berikan kepada kuli penjemur rumput laut.

62 52 Kalo saya emang ga mau, Neng buat jemurrumput laut gitu. Panas banget, saya ga tahan. Mendingan saya kasih aja ke yang lain. Yah walaupun mesti bayar ke yang tukang jemur agar itu gak apa-apa lah, Neng. Bagi para kuli penjemur rumput laut mereka memperoleh upah sebesar Rp ,- per satu perahu rumput laut yang berhasil dikeringkan. Kuli rumput laut ini memperoleh upahnya tiga hari sampai satu minggu tergantung pada pemilik rumput laut yang menjual rumput lautnya kepada pengumpul rumput laut. Satu kilogram rumput laut kering dihargai sebesar Rp 2.200,- hingga Rp 3.000,-. Kadang para pemilik rumput laut memperoleh 10 kilogram hingga 1 kwintal. Hubungan Besar Tanggungan dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Besar tanggungan yang dimiliki oleh keluarga di Dusun Muara memang tidak begitu besar malahan cenderung kecil yaitu sebanyak 4 orang per rumah tangga. Besar tanggungan ini akan semakin berat jika semakin jarang dalam satu rumah tangga yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Besarnya tanggungan juga menjadi salah satu alasan bagi perempuan untuk melakukan strategi bertahan hidup untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, ada juga yang dalam satu rumah tangga yang bekerja dan menyumbang sederhana penghasilan untuk menjadi tambahan bagi kebutuhan rumah tangganya. Kalo saya mah ya, Neng, kalo dia ngasih buat beli beras atau bahan makanan yah alhamdulilah. Tapi, kalo ga juga yah ga apa-apa, kan dia kerja juga buat dianya sendiri bukan buat siapa-siapa. Tapi kan udah bukan jadi tanggungan saya. Dia mau kerja aja saya udah seneng, Neng. Ujar Ibu NA, seorang janda yang memiliki 4 orang anak namun dua anaknya masih belum menikah dan masih tinggal di rumahnya. Anaknya yang paling kecil masih bersekolah SMA dan dibiayai oleh kakanya yang nomor tiga yang sudah bekerja sebagai karyawan di pabrik korek api. Bagi perempuan berstatus janda akan memiliki beban tanggungan yang cukup berat karena dia tidak memiliki tambahan keuangan lain selain dari usahanya. Namun, berbeda kedaannya jika mereka sudah memiliki anak yang sudah bekerja anak mereka akan menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk membantu menambah kebutuhan keluarga. Tabel 24 Jumlah dan persentase responden berdasarkan besar tanggungan dan strategi bertahan hidup (orang) Strategi Bertahan Hidup Besar Tanggungan Sederhana Kompleks n % n % 5 orang > 5 orang Total

63 53 Berdasarkan Tabel 24, perempuan yang memiliki beban tanggungan yang banyak yaitu yang berjumlah lebih dari 5 orang paling banyak termasuk pada kategori komplekas dengan 60 persen. Bagi perempuan yang memiliki beban tanggungan lebih dari 5 orang biasanya mereka lebih banyak bekerja karena mereka harus memenuhi kebutuhan mereka. Bagi perempuan yang memiliki beban tanggungan lebih dari 5 orang namun termasuk kategori sederhana ada sebanyak 19 persen. Mereka termasuk ke dalam kategori sederhana karena tidak memiliki akses untuk melakukan berbagai pekerjaan sehingga mereka hanya mampu melakukan dua hingga empat pekerjaan saja. Perempuan yang memiliki besar tanggungan sampai lima orang sebanyak 81 persen masuk ke dalam kategori sederhana karena mereka masih menggantungkan hidup merka pada penghasilan suami. Bagi responden yang memiliki besar tanggungan yang banyak memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menghidupi keluarga mereka. Apalagi bagi mereka yang masih memiliki anak pada usia sekolah, kebutuhan yang mereka perlukan akan semakin banyak. Hubungan Jenis Ketrampilan dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Jenis ketrampilan seperti menjahit, membuat kue, memasak hidangan, berdagang dan lain-lain dapat menjadi salah satu keahlian yang dapat membantu perempuan dalam memperbanyak strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh mereka. Namun, di Dusun Muara hampir semua perempuan yang menjadi warga RW 8 tidak memiliki ketrampilan. Hampir selama ini, program-program yang diberikan oleh pemerintah tidak diperoleh oleh warga di Dusun Muara. Organisasi seperti PKK, karang tarung tidak berjalan di RW 8 ini. Hal ini yang menyebabkan perempuan di RW 8 tidak banyak memiliki ketrampilan. Jika ada perempuan yang memiliki ketrampilan pasti dia belajar dari orang tuanya. Tabel 25 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis ketrampilan dan strategi bertahan hidup (orang) Strategi Bertahan Hidup Tingkat Pendidikan Sederhana Kompleks n % n % Tidak memiliki ketrampilan Memiliki 1 ketrampilan Total Jenis ketrampilan yang dimiliki oleh perempuan di Dusun Muara RW 8, sebagian besar adalah membuat kue atau memasak hidangan. Bagi mereka yang memiliki ketrampilan membuat kue biasanya mereka berjualan kue, baik itu dititipkan di warung atau dititipkan kepada tetangga yang biasa menjajakan kue berkeliling kampung. Berdasarkan Tabel 25, terlihat bahwa responden yang tidak memiliki ketrampilan lebih banyak dibandingkan yang memiliki ketrampilan. Perempuan yang tidak memiliki ketrampilan lebih banyak pada kategori sederhana yaitu

64 54 sebanyak 62 persen. Perempuan yang tidak memiliki ketrampilan tidak memiliki banyak akses untuk mengerjakan lebih banyak pekerjaan. Responden yang tidak memiliki ketrampilan memilih pekerjaan untuk mengeringkan rumput laut, mencari kerang, atau mencari barang-barang tidak membutuhkan ketrampilan khusus. Bagi perempuan yang memiliki ketrampilan, mereka lebih banyak memiliki bermacam usaha yang dapat mereka lakukan untuk memperoleh uang seperti misalnya membuat kue dan menjajakannya atau hanya sekedar diminta bantuan untuk memasak hidangan bagi keluarga yang sedang mengadakan perayaan. Bagi perempuan yang memiliki jenis ketrampilan lebih banyak masuk ke dalam kategori kompleks yaitu sebanyak 70 persen. Bagi perempuan yang memiliki ketrampilan yang termasuk ke dalam kategori sederhana yaitu sebanyak 38 persen karena mereka tidak memanfaatkan ketrampilan mereka dengan baik atuau ketrampilan mereka tidak dibutuhkan oleh orang lain. Sesuai dengan pernyataan salah satu responden sebagai berikut. Orang-orang ga percaya lagi, Neng sama saya. Dulu waktu saya muda masih suka diajak buat masak di hajatan orang tapi sekarang udah tua. Udah banyak juga yang bisa masak apalagi yang lebih muda terus lebih gesit lagi jadi saya udah jarang terima panggilan gitu. Ujar Ibu AH berumur 60 tahun. Hubungan Pengalaman Kerja dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Perempuan di Dusun Muara RW 8 sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengalaman pekerjaan sebelum melakukan pekerjaannya saat ini. Pengalaman pekerjaan ini memang tidak dibutuhkan dalam pekerjaan yang saat ini dijalankan karena saat ini perempuan di Dusun Muara lebih banyak yang bekerja di sektor informal yaitu bekerja mengeringkan rumput laut, atau mencari kerang atau mencari barang-barang bekas. Sementara bagi mereka yang memiliki kesempatan untuk menjadi karyawan di salah satu pabrik tidak membutuhakan pengalaman kerja. Mereka hanya membutuhkan ketelitian dan rajin dalam melakukan pekerjaannya. Tabel 26 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengalaman kerja dan strategi bertahan hidup (orang) Strategi Bertahan Hidup Pengalaman Kerja Sederhana Kompleks n % n % Tidak memiliki pengalaman kerja Memiliki 1 pengalaman kerja Total Pengalaman kerja yang pernah dimiliki oleh responden antara lain pernah menjadi buruh cuci, pernah juga mengeringkan rumput laut dan mencari

65 55 mainan 7. Pada Tabel 26, terlihat bahwa renponden yang tidak memiliki pengalaman kerja lebih banyak termasuk pada kategori sederhana karena pengalaman kerja yang sedikit sehingga mereka tidak memiliki pengalaman untuk melakukan pekerjaan yang lain. Pengalaman kerja ini biasanya menjadi dasar perempuan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak dari sebelumnya. Jika dalam melakukan pekerjaan saat ini uang yang dihasilkan akan lebih sederhana dibandingkan pekerjaan yang dulu, maka mereka akan kembali melakukan pekerjaan yang dulu. Hubungan Karakteristik Individu dengan Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Dusun Muara Karakteristik yang meliputi tingkat pendidikan, umur, status perkawinan, besar tanggungan keluarga, jenis ketrampilan, dan pengalaman kerja, dari sejumlah karakteristik individu tersebut memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh responden di Dusun Muara. Setelah data terkumpul lalu di uji korelasi dengan SPSS menggunakan uji rank spearman dan uji chi-square. Seluruh indikator yang termasuk ke dalam karakteristik inidividu akan diuji terhadap variabel dependent yaitu strategi bertahan hidup sehingga akan terlihat mana indikator dari karakteristik individu yang memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup. Tabel 27 Hubungan antara karakteristik individu dengan strategi bertahan hidup perempuan di Dusun Muara Karakteristik Individu Strategi Bertahan Hidup Tingkat Pendidikan 0,647 Umur 0,019 Status Perkawinan 0,096 Besar Tanggungan 0,003 Jenis Ketrampilan 0,017 Pengalaman Kerja 0,033 Berdasarkan Tabel 27 terlihat dari enam indikator yang memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup adalah umur, status perkawinan, besar tanggungan, jenis ketrampilan, dan pengalaman kerja sementara tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang nyata. Bila dilihat dari Tabel 27, besar tanggungan memiliki hubungan yang sangat kuat dibandingkan indikator lainnya dengan nilai signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil dari α (0,1). Hal ini disebabkan oleh makin besar tanggungan keluarga yang dimiliki oleh perempuan tersebut akan membuat strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan akan semakin kompleks. Indikator kedua yang memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup adalah jenis ketrampilan dengan nilai signifikansi 0,017 lebih kecil dari α (0,1). Semakin banyak jenis ketrampilan yang dimiliki oleh perempuan akan membuat mereka lebih banyak pekerjaan yang dapat mereka lakukan. Indikator ketiga yang memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup adalah 7 Mainan merupakan sebutan bagi limbah plastik yang biasa mereka cari. Mereka mencari limbah plastik tersebut di daerah sungai kurus dan ada juga mencari hingga tepi laut. Hasilnya akan mereka jual ke pedagang pengumpul.

66 56 umur dengan nilai signifikansi 0,19 lebih kecil dari α (0,1). Hal ini disebabkan oleh perempuan yang memiliki umur yang masih muda memiliki tenaga yang lebih besar sehingga mereka dapat memaksimalkan tenaganya untuk melakukan strategi bertahan hidup yang lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Indikator keempat yang memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup adalah pengalaman kerja dengan nilai signifikansi sebesar 0,033 lebih kecil dari α (0,1). Indikatorkelima yang memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup adalah status perkawinan dengan nilai signifikansi sebesar 0,096 lebih kecil dari α (0,1). Selain status perkawinan, ada juga besar tanggungan yang memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup dengan nilai signifikansi 0,003 lebih kecil dari α (0,1). Sama halnya dengan jenis ketrampilan yang memiliki nilai signifikansi 0,017 lebih kecil dari α (0,1). Selain itu pengalaman kerja juga memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup dengan nilai signifikansi sebesar 0,033 lebih kecil dari α (0,1). Berbeda dari kelima indikator diatas, tingkat pendidikan yang tidak memiliki hubungan langsung dengan strategi bertahan hidup. Tingkat pendidikan memiliki nilai siginifikansi 0,647. Nilai ini lebih besar dari α (0,1) sehingga tidak memiliki hubungan dengan banyaknya strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh responden. Tidak selalu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi memiliki strategi bertahan hidup yang lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Ikhtisar Perempuan melakukan strategi bertahan hidup pasti dipengaruhi oleh karakteristik individu masing-masing. Karakteristik individu inilah yang biasanya menentukan banyak atau tidaknya akses mereka terhadap sumber strategi bertahan hidup. Karakteristik individu meliputi tingkat pendidikan, umur, status perkawinan, besar tanggungan keluarga, jenis ketrampilan, dan pengalaman kerja. Berdasarkan keenam indikator yang termasuk ke dalam karakteristik individu tersebut terdapat sejumlah karakteristik yang memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Muara diantaranyaumur, status perkawinan, dan besar tanggungan. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh perempuan di Dusun Muara adalah yang paling besar masuk ke dalam kategori rendah yaitu tidak bersekolah hingga tidak mampu tamat SD. Hal ini yang menyebabkan akses mereka terhadap pekerjaan yang layak cukup rendah. Berdasarkan hasil uji korelasi, tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan semakin banyaknya strategi bertahan hidup yang dapat dilakukan oleh perempuan. Perempuan yang memiliki pendidikan yang rendah tidak melulu memiliki strategi bertahan hidup yang lebih banyak dibandingkan perempuan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Banyak faktor yang dapat menjelaskan hal tersebut, salah satunya karena perempuan yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi memiliki kesempatan untuk bekerja di pabrik sebagai karyawan yang menyebabkan waktu mereka terkuras habis untuk bekerja sebagia karyawan. Bagi mereka yang memiliki pendidikan yang rendah cenderung bekerja pada sektor informal yaitu mengeringkan rumput laut, mencari kerang, atau mencari barang-barang bekas sehingga alokasi waktu kerjanya dapat dicurhakan pada pekerjaan yang lainnya.

67 Namun, walaupun mereka memiliki kesempatan bekerja sebagai karyawan tidak membuat penghasilan mereka bertamabah dan menjadi lebih baik sehingga dengan begitu tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Muara. Umur perempuan di Dusun Muara memiliki kategori umur produktif sehingga masih banyak yang berusaha untuk bekerja demi membantu perekonomian keluarga atau hanya sekedar bertahan hidup saja. Hal ini disebabkan oleh perempuan yang berumur muda lebih memeiliki waktu dan tenaga yang lebih banyak dibandingkan bagi mereka yang teklah berumur lebih tua. Hampir seluruh perempuan sudah menikah, termasuk perempuan yang berumur masih muda. Sebenarnya mereka menganggap dengan mereka menikah akan mengurangi beban keluarga. Terlihat pada uji hubungan korelasi bahwa status perkawinan memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup yang dilakukan perempuan di Dusun Muara. Bagi mereka yang berstatus janda, perempuan akan semakin kesulitan untuk melakukan strategi bertahan hidup karena sumberdaya yang dia miliki terbatas misalnya pada pekerjaan mengeringkan rumput laut, mereka yang berstatus janda akan bekerja sebagai kuli pengering rumput laut karena dia tidak memiliki pencari gara-agar secara individual. Sementara bagi mereka yang sudah menikah merka akan lebih mudah mencari rumput laut dari suami mereka. Besar tanggungan keluarga yang dimiliki oleh perempuan di Dusun Muara memang cenderung sederhana karena hampir semua anak-anak mereka sudah bukan tanggungan mereka. Bagi keluarga yang memiliki besar tanggungan yang tinggi memang dia lebih berusaha untuk melakukan strategi bertahan hidup. Terbukti pada hasil uji hubungan korelasi bahwa besar tanggungan memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan karena bagi keluarga yang memiliki besar tanggungan yang banyak maka akan membuat mereka lebih banyak untuk melakukan strategi bertahan hidup. Perempuan di Dusun muara hampir tidak memiliki ketrampilan hanya beberapa orang yang memiliki jenis ketrampilan yang cukup banyak. Ketrampilan yang mereka miliki bukan berasal dari pembelajaran khusus melainkan mereka belajar sendiri dari orang tua terdahulu mereka. Banyaknya jenis ketrampilan yang dimiliki oleh perempuan akan membuat perempuan tersebut memiliki banyak strategi bertahan hidup yang dapat dilakukan. Terbukti pada hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan anatra jenis ketrampilan dengan strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Muara. Perempuan di Dusun Muara memang tidak semuanya memiliki pengalaman kerja. Namun perempuan yang memiliki pengalaman kerja memiliki pstrategi bertahan hidup yang lebih kompleks dibandingkan perempuan yang tidak memiliki pengalaman kerja. Terbukti dari hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengalaman kerja dengan strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Muara. 57

68 58 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi bertahan hidup perempuan di Dusun Muara, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemiskinan perempuan di Dusun Muara dapat digambarkan terbatasnya pemberdayaan perempuan di Dusun Muara dengan tidak adanya program untuk belajar ketrampilan bagi para perempuan. Terbatasnya kesempatan perempuan juga tergambarkan pada perempuan di Dusun Muara seperti tidak ada waktu yang cukup untuk mengembangkan ketrampilan yang dimiliki. Selain waktu yang dimiliki kurang, kepemilikian modal usaha yang kurang juga mengakibatkan terbatasnya kesempatan bagi perempuan. Pada dimensi terbatasnya kapasitas bagi perempuan di Dusun Muara terlihat bahwa perempuan tidak memiliki lapangan pekerjaan karena ketidakmampuan mereka dalam membaca dan menulis. Pada dimensi terbatasnya keamanan, perempuan di Dusun Muara hanya sebagain sedikit yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Mereka yang memiliki jaminan kesehatan adalah mereka yang mau untuk mengurusi semua berkas untuk melengkapi persyaratan untuk memiliki jamkesmas. 2. Strategi bertahan hidup perempuan di Dusun Muara dapat dibagia menjadi dua, yaitu strategi bertahan hidup ekonomi dan sosial. Strategi bertahan hidup ekonomi dibedakan menjadi enam, yaitu mengikuti simpan pinjam, mengikuti paket hari raya, berinvestasi, melakukan berbagai pekerjaan, berbagi bahan makanan, dan berbagi aliran listrik. Sementara pada strategi bertahan hidup sosial terdapat arisan dan juga meminjam. Strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan kaya dan miskin juga berbeda. Pada perempuan kaya, mereka tidak menjadi buruh pengering rumput laut melaiankan sebagai pemilik rumput laut yang mereka cari sendiri ke tepi pantai. 3. Hubungan karakteristik individu dengan strategi bertahan hidup ada lima variabel yang memilliki hubungan yaitu besar tanggungan, jenis ketrampilan, umur, pengalaman kerja, dan status perkawinan. Namun ada variabel tingkat pendidikan yang tidak memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian mengenai strategi bertahan hidup, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran dari penelitian ini: 1. Pemerintah seharusnya lebih memerhatikan keadaan perempuan di Dusun Muara dan umumnya di Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga. Mengadakan program pemberdayaan untuk meningkatkan ketrampilan perempuan. dengan ketrampilan yang dimiliki oleh perempuan, maka akan memberikan lebih banyak pelulang untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik.

69 2. Pemberian modal dengan bunga yang rendah untuk membuka usaha dengan memanfaatkan ketrampilan yang telah diberikan pada program sebelumnya. Membuka lapangan pekerjaan agar perempuan di Dusun Muara dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik sehingga tidak ada perempuan yang bekerja sebagai buruh pengering rumput laut dengan upah yang minim. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis sumberdaya lokal yang ada di Dusun Muara sehingga perempuan dapat mengembangkan sumberdaya lokal tersebut agar menjadi suatu komoditas yang dapat dimanfaatkan. 59

70 60 DAFTAR PUSTAKA [ILO] International Labour Organitation Seri Rekomendasi Kebijakan: Kerja Layak dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, [Internet]. [dikutip tanggal 12 Desember 2014]. Jakarta [ID]: ILO. Tersedia pada: [Kemenpppa] Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP). [Internet]. [dikutip tanggal 8 Desember 2014]. Tersedia pada: cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ccuqfjab&url=http%3a%2f%2fwww.ke menpppa.go.id%2findex.php%2fdaftar-buku%2fproduk-bidang ekonomi%3fdownload%3d597%253abuku-peningkatan-produktifitasekonomi-perempuan-ppep [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun [Internet]. [dikutip tanggal 12 Desember 2014]. Jakarta [ID]: KKP. Tersedia pada:: pdf Agunggunanto EY Analisis Kemiskinan dan Pendapatan Keluarga Nelayan Kasus di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Indonesia. [Internet]. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan. [dikutip tanggal 4 Desember 2014]. Vol. I, No. 1: Tersedia pada:: ad/1658/1432. Ahmed I dan Lipton Impact of Structural Adjusment on Sustainable Rural Livelihoods: A review of The Literature. IDS Working Paper 62. [Internet]. [dikutip tanggal 9 Januari 2015]. University of Sussex. Tersedia pada: 6/Wp62.pdf?sequence=1 Arkatut R Strategi Istri Nelayan dalam Menunjang Penghasilan Keluarga di Dusun Merpati, Desa Sungai Kakap, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. [Internet]. Jurnal Nasional. [dikutip tanggal 19 September 2014]. Vol. II, No. 2: Tersedia pada:: Cahyono I Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan. Jurnal Perempuan Edisi 42. Jakarta [ID]: Yayasan Jurnal Perempuan. Dharmawan AH Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor. [Internet]. Jurnal Sodality. [dikutip tanggal 3 Januari 2015]. Vol. I, No. 02: Tersedia pada:: /article/download/5932/4609 Fauzi A Kebijakan Perikanan dan Kelautan: Isu, Sintesis, dan Gagasan. Jakarta [ID]: Gramedia Pustaka Utama Harliningtyas I, Kusrini DE, Susilaningrum E Pemodelan Partisipasi Wanita dalam Kegiatan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan di Pesisir Timur Surabaya (Studi kasus Kecamatan Bulak, Mulyorejo, dan Kenjeran).

71 [Internet]. Jurnal Sains dan Seni Pomits. [dikutip tanggal 17 Desember 2014]. Vol. II, No. 1: 1-6. Tersedia pada:: =61009&val=4187 Indraswari Perempuan dalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal Perempuan Edisi 42. Jakarta [ID]: Yayasan Jurnal Perempuan. Kristianti, Kusai, Bathara L Strategi Bertahan Hidup Nelayan Buruh di Desa Meskom ikkecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. [Internet]. Jurnal Berkala Perikanan Terubuk. [dikutip tanggal 30 November 2014]. Vol. XLII, No. 1: Tersedia pada:: Muflikhati I, Hartoyo, Sumarwan U, Fahrudin A, Puspitawati H Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga: Kasus di Wilayah Pesisir Jawa Barat. [Internet]. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. [dikutip tanggal 5 Desember 2014]. Vol. III, No. 1: Tersedia pada:: 0Muflikhati.pdf?sequence=1. Nugraheni SW Peran dan Potensi Wanita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi Keluarga Nelayan. [Internet]. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. [dikutip tanggal 11 September 2014]. Vol. I, No. 2: Tersedia pada:: /739/747. Retnowati E Nelayan Indonesia dalam Pusaran Kemiskinan Struktural (Perspektif Sosial, Ekonomi dan Hukum). [Internet]. Jurnal Perspektif. [dikutip tanggal 19 Desember 2014]. Vol. XVI No.3: Dapat diunduh pada: ejournal.uwks.ac.id/myfiles/ /12.pdf. Scoones I Sustainable Rural Livelihoods a Framework for Analysis. IDS Working Paper 72. [Internet]. [dikutip tanggal 9 Januari 2015]. Tersedia pada: Septiadi M Pengaruuh ketimpangan gender terhadap strategi bertahan hidup rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Tain A Faktor dominan penyebab kemiskinan rumah tangga nelayan motor tempel di wilayah tangkap lebih Jawa Timur. Jurnal Sosiohumaniora. [Internet]. [Diunduh pada 24 September 2014]. Vol. 1 No. 15. Tersedia pada tain.pdf Widodo S Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir. [Internet]. Jurnal Makara, Sosial Humaniora. [dikutip tanggal 19 September 2014]. Vol. XV, No. 1: Tersedia pada:: Wisdaninngtyas K Strategi bertahan hidup masyarakat nelayan di daerah pencemaran pesisir: studi kasus nelayan Kampung Bambu, Kelurahan Kali Baru, Kecamatan Cilincing, jakarta Utara. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Zid M Fenomena Strategi Nafkah Keluarga Nelayan: Adaptasi Ekologis di Cikahuripan Cisolok, Sukabumi. [Internet]. Jurnal Sosialita. [dikutip tanggal 22 September 2014]. Vol. IX, No. 1: Tersedia pada:: unj.ac.id/fis/sites/default/files/(4)%20m%20zid.pdf. 61

72 LAMPIRAN 61

73 Lampiran 1 Lokasi Penelitian 62

74 Lampiran 2 Daftar Nama Responden No Nama Alamat Umur (tahun) 1 SR RT NI RT IH RT LI RT IS RT MH RT PI RT JA RT SH RT MrH RT NA RT MI RT HH RT KH RT MA RT SA RT RhI RT JH RT DI RT SI RT SA RT NI RT JrH RT MrsH RT RI RT AH RT MAR RT NB RT MuH RT IJH RT RNI RT DrI RT LH RT AH RT ACH RT JRH RT

75 64 Lampiran 3 Jadwal Penelitian Tahun Kegiatan Penyusu nan Proposal Skripsi Kolokiu m Perbaiak n Proposal Pengam bilan Data Lapng Pengola han dan Analisis Data Penulisa n Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaika n Laporan Skripsi Des Feb Mar Apr Mei Jun J ul

76 65 Lampiran 4 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN Dengan hormat, Saya Nanda Karlita, Mahasiswi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, akan melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Strategi Bertahan Hidup Perempuan dengan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Miskin dalam Komunitas Nelayan. Kuesioner ini merupakan instrument dari penelitian saya yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden. Melalui kuesioner ini saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ibu/Saudari, besar harapan saya pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan jujur. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat RAHASIA dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian. Atas waktu yang telah disediakan dalam pengisian kuesioner ini, saya mengucapkan terima kasih. DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 No. Responden : 1. Nama : 2. Alamat : 3. Berapa usia Anda? tahun 4. Apa pendidikan terakhir Anda? a. Tidak bersekolah b. Tidak tamat SD c. SD/MI atau sederajat d. SMP/MTS atau sederajat e. SMA/MA ke atas 5. Bagaimana status perkawinan Anda? a. Janda b. Tidak Menikah c. Menikah 6. Apakah pekerjaan suami/orang tua Anda? a. Nelayan b. Pedagang

77 c. Buruh d. Lainnya, Bagi suami atau orang tua yang berprofesi sebagai nelayan 7. Apa hasil usaha yang diperoleh dari suami/orang tua Anda? a. Hasil laut (ikan, kerang, agar-agar, dsb) b. Uang c. Lainnya, Bagi suami/orang tua yang memperoleh hasil laut 8. Apa yang Anda lakukan dari hasil laut yang diperoleh suami/orang tua berupa agar-agar? a. Dikonsumsi secara pribadi b. Langsung menjualnya c. Mengolahnya, menjadi d. Lainnya, 9. Dimana Anda menjemur agar-agar tersebut? a. Tempat milik sendiri b. Menyewa c. Tempat umum, seperti lapangan d. Lainnya, 10. Apa yang Anda lakukan dari hasil laut yang diperoleh dari suami/orang tua berupa kerang? a. Dikonsumsi secara pribadi b. Langsung menjualnya c. Mengolahnya, menjadi d. Lainnya, 11. Apa yang anda lakukan dari hasil laut yang diperoleh dari suami/orang tua berupa ikan? a. Dikonsumsi secara pribadi b. Langsung menjualnya c. Mengolahnya, menjadi d. Lainnya, 12. Jika hasil tangkapan langsung dijual, kepada siapa Anda menjualnya? a. Langsung kepada pembeli b. Dijual kepada pedagang pengumpul c. Lainnya, 66

78 67 N o 13. Sebutkan pekerjaan yang Anda lakukan saat ini? Jenis pekerjaan Waktu bekerja Lama bekerja (jam... s/d (... jam) jam...) Tempat bekerja (Jauh/Dekat) Sistem Pembayaran (harian/ mingguan/ bulanan) Imbalan yang diterima berupa: Bahan makanan/se mbako Uang, sebutkan besarannya Barang lainnya, sebutkan

79 (Bagi yang bekerja untuk orang lain) 14. Dengan siapa Anda bekerja? 15. Hubungan dengan orang tersebut? a. Tetangga b. Saudara c. Lainnya, 16. Dimana Anda bekerja? a. Rumah sendiri b. Di rumah yang memberi Anda pekerjaan c. Lainnya, 17. Apakah Anda sering melakukan lembur? a. Ya b. Tidak 18. Siapakah yang menentukan pilihan pekerjaan yang Anda lakukan? a. Pilihan pribadi b. Pilihan suami c. Pilihan orang tua d. Lainnya, 19. Apa saja keterampilan yang Anda miliki, sebutkan! a. Menjahit b. Membuat kue c. Memasak makanan/hidangan d. Berdagang e. Membuat kerajinan f. Mengolah bahan mentah (membuat telur asin, ikan asin, dsb) g. Lainnya, 20. Pekerjaan apa saja yang pernah dilakukan hingga saat ini? a. Nelayan b. Buruh c. Berdagang d. Lainnya, e. Tidak ada 21. Apa status kepemilikan rumah Anda? a. Milik pribadi b. Sewa c. Lainnya, 22. Terbuat dari apakah dinding rumah Anda? a. Batako b. Sudah disemen c. Papan/kayu d. Lainnya, 23. Terbuat dari apakah atap rumah Anda? a. Daun rumbia b. Kayu 68

80 c. Genteng d. Asbes e. Lainnya, 24. Terbuat dari apakah lantai rumah Anda? a. Tanah b. Kayu c. Semen d. Keramik/ubin e. Lainnya, 25. Berasal darimana air yang Anda untuk keperluan sehari-hari? a. Sumur b. Air tanah c. Air ledeng/pam d. Lainnya, 26. Fasilitas MCK merupakan milik? a. Pribadi b. Kelompok c. Bersama 27. Berasal darimana fasilitas penerangan yang Anda peroleh? a. Patromak b. Milik bersama c. Milik pribadi d. Lainnya, 28. Apakah Anda memiliki usaha? Seperti: toko, warung, dsb. (Jika YA, silahkan menjawab pertanyaan nomor 29-37) a. Ya b. Tidak 29. Apakah status kepemilikan usaha Anda? a. Milik pribadi b. Milik bersama c. Lainnya, 30. Apakah Anda memperoleh modal dengan meminjam? (Jika jawabannya YA, lanjut ke pertanyaan selanjutnya) a. Ya b. Tidak 31. Berasal dari mana pinjaman yang Anda peroleh? a. Modal berasal dari saudara b. Koperasi c. Pinjaman dari bank d. Rentenir e. Lainnya, 32. Siapa saja yang membantu Anda dalam menjalankan usaha? 69

81 33. Apa saja yang Anda jual dalam usaha Anda? 34. Bagaimana Anda memperoleh barang dagangan Anda? 35. Apa status tempat usaha yang Anda tempati? a. Milik pribadi b. Sewa c. Lainnya, 36. Apa status lahan yang Anda tempati untuk membangun usaha? a. Milik pribadi b. Sewa c. Lainnya, 37. Apa saja kegiatan Anda yang berkaitan dengan pengumpulan uang? a. Arisan, alasannya (lanjut menjawab pertanyaan nomor 39-40) b. Simpan Pinjam Perempuan, alasannya (lanjut menjawab pertanyaan nomor 41-43) c. Perkumpulan kematian, alasannya d. Tabungan untuk hari raya, alasannya (lanjut menjawab pertanyaan nomor 44) e. Berinvestasi, alasannya (lanjut menjawab pertanyaan nomor 45) f. Lainnya, 38. Berapa banyak arisan yang Anda ikuti? kali 39. Masing-masing, berapa jumlah arisannya? a. Rp. b. Rp. 40. Dalam mengikuti simpan pinjam, apakah Anda hanya menabung saja? a. Ya b. Tidak 41. Dalam mengikuti simpan pinjam, apakah Anda hanya meminjam saja? a. Ya b. Tidak 42. Dipergunkan untuk apa pinjaman tersebut? 43. Kepada siapa Anda mengikuti tabungan untuk hari raya? a. Bank keliling b. Koperasi c. Lainnya, 44. Dalam bentuk apa investasi yang Anda miliki? a. Dalam bentuk barang, sebutkan! 70

82 Sebutkan orang yang tinggal bersama Anda dalam satu rumah? No Nama Status dalam Keluarga Jenis pekerjaan Upah/gaji dalam bentuk uang Utama Sampingan Pekerjaan utama Pekerjaan tambahan Upah/gaji dalam bentuk barang Lembur, honorarium, dsb 46. Apakah anggota keluarga yang lainnya yang bekerja turut memenuhi kebutuhan keluarga? (Jika YA, lanjut ke pertanyaan selanjutnya) a. Ya b. Tidak 47. Dalam bentuk apa sumbangan yang diberikan anggota rumahtangga lain dalam memenuhi kebutuhan keluarga? a. Uang, sebutkan besarannya b. Barang, sebutkan!

83 48. Jika terjadi masalah keuangan dalam memenuhi kebutuhan keluarga apa yang Anda lakukan? (boleh menjawab lebih dari satu) a. Meminjam (lanjut menjawab pertanyaan nomor 51-54) b. Menekan pengeluaran (lanjut menjawab pertanyaan nomor 57-63) c. Lainnya, 49. Kepada siapa Anda meminjam uang? 50. Mengapa Anda meminjam uang kepada orang tersebut? 51. Apa hubungan Anda dengan orang tersebut? 52. Berapa kali Anda meminjam uang kepada orang tersebut dalam enam bulan terakhir? kali 53. Jika Anda membutuhkan sesuatu (seperti bahan makanan, obat, keperluan sekolah, dsb) kepada siapa Anda memenuhi kebutuhan tersebut? 54. Apa hubungan Anda dengan orang tersebut? 55. Bagaimana Anda memperolehnya? a. Secara gratis b. Dipinjamkan c. Lainnya, 56. Biasanya dalam menekan pengeluaran, pengeluaran apa yang akan Anda kurangi? (Dapat menjawab lebih dari satu) a. Kebutuhan pangan (menjawab pertanyaan nomor 57-58) b. Kebutuhan sandang (menjawab pertanyaan nomor 59-60) c. Kebutuhan papan d. Kebutuhan pendidikan (menjawab pertanyaan nomor 61-62) e. Kebutuhan kesehatan (menjawab pertanyaan nomor 63) 57. Dalam mengurangi kebutuhan pangan, apa yang sering Anda lakukan? a. Jumlah makanan yang dimakan b. Mengurangi mutu makanan c. Mengurangi frekuensi makan 58. Seberapa sering keluarga Anda mengonsumsi makanan dibawah ini: - Sayur mayur a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah - Protein nabati (tahu, tempe) a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah - Protein hewani (telur, daging) a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah 59. Dalam mengurangi kebutuhan sandang,apa yang biasa Anda lakukan? 72

84 a. Tidak membeli baju b. Mengurangi pembelian baju c. Mengurangi jumlah orang yang membeli baju d. Lainnya, 61. Bagaimana Anda memperoleh baju tersebut? - Diberikan orang, a. Baru b. Bekas - Membeli a. Baru b. Bekas 62. Dalam mengurangi kebutuhan pendidikan, apa yang Anda lakukan? a. Tidak menyekolahkan anaknya b. Mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan sekolah c. Meminta bantuan dana BOS/Beasiswa d. Lainnya, 63. Sebutkan tingkat pendidikan yang saat ini anak Anda jalani No Nama Umur Tingkat pendidikan saat ini Dalam mengurangi kebutuhan kesehatan, apa yang Anda lakukan? a. Diobati sendiri b. Ke dukun c. Ke puskesmas d. Menggunakan BPJMS e. Lainnya, 73

85 74 Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian Seorang perempuan sedang menjemur agar-agar milik saudaranya Kerang yang dicari oleh pencari kerang di tepi pantai Salah satu perahu berukuran sedang yang dimiliki oleh salah satu warga di Dusun Muara Bubu yang merupakan alat tangkap untuk menangkap udang Saat transaksi penjualan agar-agar yang telah dikeringkan oleh warga lalu dijual kepada pedagang pengumpul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Nelayan Masyarakat yang berada di kawasan pesisir menghadapi berbagai permasalahan yang menyebabkan kemiskinan. Pada umumnya mereka menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DALAM KOMUNITAS NELAYAN

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DALAM KOMUNITAS NELAYAN Laporan Studi Pustaka (KPM 403) STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DALAM KOMUNITAS NELAYAN Oleh Nanda Karlita I34110032 Dosen Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS, DEA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian industri dan Penggolongannya Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi teknik penjelasan tentang jenis penelitian; jenis data, lokasi dan waktu penelitian; kerangka sampling, pemilihan responden dan informan; teknik pengumpulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan Pantai Wisata Tanjung Pasir, terletak di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I

Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi Oleh: Nabiela Rizki Alifa I34110099 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem Sugeng Hartono 1 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 1 Sugeng.ug@gmail.com 1. Pendahuluan Nelayan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN HAMLET GONDOWANGI VILLAGE SAWANGAN DISTRICT MAGELANG REGENCY

THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN HAMLET GONDOWANGI VILLAGE SAWANGAN DISTRICT MAGELANG REGENCY PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DI DUSUN PASEKAN DESA GONDOWANGI KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian, ini dilaksanakan di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara, dengan waktu penelitian selama 2 (dua) bulan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN 7.1. Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Sosial 7.1.1. Hubungan Usia dengan Strategi

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Dimana dua sepertiga wilayahnya merupakan perairan. Terletak pada garis katulistiwa, Indonesia

Lebih terperinci

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 2019, pada RPJMNtahap-3

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualititatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggambarkan atau

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kemiskinan perdesaan telah menjadi isu utama dari sebuah negara berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antarvariabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Taman Nasional

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Taman Nasional 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Taman Nasional Menurut UU No. 5 Tahun 1990 Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator dari pemberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing UMKM merupakan penelitian survai dengan tujuan explanatory. Metode survai

Lebih terperinci

Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki

Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sebanyak 17.504 pulau dengan wilayah laut seluas 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Kemiskinan Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 4 (1) (2015) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage PENGARUH KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP REMITANSI PEDAGANG WARUNG MAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan alur sejarah

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah angkatan kerja Indonesia berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebagai buruh sebanyak

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) DONA WAHYUNING LAILY Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penghasilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Pertanian memegang peranan untuk menyediakan bahan baku pangan maupun non pangan.

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 127-136 ISSN : 2088-3137 KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS Trie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci