BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahkan muntah. Mabuk perjalanan dapat muncul akibat pengaruh dari senyawa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahkan muntah. Mabuk perjalanan dapat muncul akibat pengaruh dari senyawa"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motion sickness atau mabuk perjalanan adalah gangguan yang disebabkan oleh adanya gerakan, sehingga dapat memicu rasa mual, pusing, bahkan muntah. Mabuk perjalanan dapat muncul akibat pengaruh dari senyawa penghantar saraf, yakni histamin. Histamin yang berikatan dengan reseptor H 1 kemudian akan memicu reaksi mual dan muntah (Patil dkk., 2014). Suatu senyawa dibutuhkan untuk bisa mencegah ikatan yang terjadi antara histamin dengan reseptor H 1 agar tidak timbul reaksi mual dan muntah, yakni antihistamin. Antihistamin akan berikatan dengan reseptor H 1 menggantikan histamin. Salah satu contoh antihistamin yang biasa digunakan adalah Promethazin-HCl yang merupakan antihistamin generasi pertama. Promethazine-HCl (PM-HCl) memiliki karakter rasa yang pahit sehingga dibutuhkan treatment khusus untuk mengatasinya (Kolhe dkk., 2013). Promethazine-HCl akan diinkluisikan ke dalam molekul β-siklodekstrin untuk menutupi rasa pahit dengan metode kneading. Kneading dipilih karena relatif sederhana dan dapat menghasilkan jumlah kompleks yang relatif lebih banyak dibandingkan ko-presipitasi dan spray dry (Miclea dkk., 2010). Kebanyakan sediaan antimual yang ada di pasaran berbentuk tablet konvensional, sehingga kurang efektif bagi pasien yang sedang mengalami mabuk 1

2 2 perjalanan karena saat seseorang merasa mual, maka ada reflek untuk mengeluarkan benda yang masuk ke dalam saluran pencernaan. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu bentuk sediaan yang tidak perlu ditelan. Anak-anak adalah kalangan yang sering mengalami mabuk perjalanan, sehingga dibutuhkan suatu sediaan yang acceptable untuk anak-anak yang masih kesulitan untuk menelan obat. FDT merupakan sediaan yang cocok karena dapat langsung hancur di dalam mulut tanpa membutuhkan air, sehingga akan lebih praktis terutama untuk orang yang sedang dalam perjalanan dengan ketersediaan air yang terbatas. Sediaan dalam bentuk FDT juga akan memudahkan anak-anak (usia 5-7 tahun) yang masih sulit menelan obat. FDT akan memberi aksi yang cepat karena zat aktif akan diabsorpsi langsung ke pembuluh darah tanpa perlu melalui saluran cerna sehingga dapat menghindari first-pass effect (Bhowmik dkk., 2009). Suatu sediaan haruslah dapat melepaskan zat aktifmya agar dapat menimbulkan efek. Kecepatan pelepasan obat dipengaruhi oleh kemampuan disintegrasi sediaan. Semakin cepat sediaan terdisintegrasi, maka pelepasan zat aktif akan semakin cepat, sehingga akan cepat pula memberikan efek terapi. Kemampuan FDT untuk dapat terdisintegrasi dengan cepat dipengaruhi oleh adanya eksipien yang disebut superdisintegrant. Terdapat dua jenis superdisintegrant, yakni alami dan sintetis. Superdisintegrant alami memiliki sifat tidak toksik, tidak iritatif, jumlahnya melimpah, dan harganya murah. Superdisintegrant sintetis bekerja secara efektif pada konsentrasi rendah dibandingkan superdisintegrant alami dan memiliki sedikit pengaruh pada

3 3 kompresibilitas dan sifat alir, sehingga superdisintegrant sintetis lebih banyak digunakan sebagai bahan penghancur (Mangal dkk., 2012). Dalam penelitian ini digunakan kombinasi superdisintegrant sintetis Ac- Di-Sol dan crospovidone. Ac-Di-Sol memiliki mekanisme kerja swelling (mengembang) dan sedikit wicking (membentuk pori) sehingga menyebabkan tablet mengembang dengan cepat dan terdisintegrasi dengan baik. Selain itu digunakan crospovidone sebagai superdisintegrant dengan mekanisme wicking (Jagdale dkk., 2010). Keduanya bekerja secara sinergis, crospovidone memiliki aksi menyerap air dengan sangat cepat, sehingga akan merusak ikatan antar partikel dalam tablet dan juga memfasilitasi terjadinya kontak antara air dengan Ac-Di-Sol yang akan menyebabkan Ac-Di-Sol mengembang, sehingga tablet akan hancur dengan lebih cepat. Penggunaan kombinasi superdisintegrant dalam formulasi sediaan akan memiliki konsentrasi optimum untuk menghasilkan FDT yang memenuhi persyaratan. Pada penelitian kali ini, akan dilakukan optimasi kombinasi Ac-Di-Sol dan crospovidone sebagai superdisintegrant agar diperoleh formula FDT dengan sifat fisik dan kecepatan disintegrasi yang optimal dan memenuhi syarat. Metode yang digunakan dalam pembuatan FDT dalam penelitian adalah kempa langsung. Metode ini banyak digunakan karena prosesnya cepat, sederhana, dan murah. Tablet yang akan dibuat dengan metode kempa langsung harus memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik.

4 4 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh kombinasi superdisintegrant Ac-Di-Sol dan crospovidone terhadap kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, waktu pembasahan, dan rasio absorpsi air FDT PM-HCl terinklusi β- siklodekstrin? 2. Perbandingan berapa kombinasi Ac-Di-Sol dan crospovidone memberikan kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, waktu pembasahan, dan rasio absorpsi air yang optimum pada FDT PM-HCl terinklusi β-siklodekstrin? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Memperoleh produk sediaan Fast Disintegrating Tablet (FDT) dengan formula yang memberikan sifat fisik optimum. 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui pengaruh kombinasi bahan penghancur Ac-Di-Sol dan crospovidone terhadap kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, waktu pembasahan, rasio absorpsi air FDT Prometazin-HCl terinklusi β- siklodekstrin dengan metode kempa langsung. b. Mendapatkan formula FDT Prometazin-HCl terinklusi β-siklodekstrin dengan kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, waktu pembasahan, dan rasio absorpsi air yang optimum menggunakan simplex lattice design program Design Expert version (trial).

5 5 D. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan mampu memberikan informasi mengenai formulasi FDT Promethazine-HCl terinklusi β-siklodekstrin dengan metode kempa langsung untuk menghasilkan tablet dengan sifat fisik yang optimum, serta dapat menghasilkan tablet yang acceptable untuk anak-anak yang sukar menelan. E. Tinjauan Pustaka 1. Fast Disintegrating Tablet a. Definisi Fast Disintegrating Tablet (FDT) merupakan tablet yang ditempatkan di mulut dan hancur dalam waktu kurang dari 60 detik oleh saliva tanpa membutuhkan air dan memberi aksi yang cepat. (Jain & Naruka, 2009). b. Keuntungan dan kerugian : Keuntungan : 1.) Disintegrasi cepat karena membutuhkan waktu kurang dari 1 menit. 2.) Penutupan rasa (taste-masking) dari zat aktif, sehingga teknologi penutupan rasa merupakan sesuatu yang penting agar menghasilkan mouth-feel yang baik dan tidak meninggalkan efek berpasir (grittiness) di mulut (meninggalkan sedikit atau bahkan tidak meninggalkan residu). 3.) Menghindari first-pass effect karena obat langsung diabsorpsi di mulut tanpa melalui saluran cerna terlebih dahulu. 4.) Disolusi dan absorpsi yang cepat sehingga mempercepat aksi obat.

6 6 5.) Tidak membutuhkan air unruk menelan bentuk sediaan tablet karena langsung hancur di mulut, sehingga sangat praktis untuk pasien yang sedang bepergian dan tidak memiliki akses yang cepat untuk mendapatkan air. 6.) Penggunaan yang mudah, terutama untuk pasien pediatric dan geriatric yang sukar menelan. 7.) Merupakan gabungan keuntungan dari bentuk sediaan padat dalam hal stabilitas, dan sediaan cair dalam hal bioavailabilitas. Kerugian : 1.) Stabilitas fisik dari FDT sering menjadi masalah, sehingga diperlukan penanganan yang hati-hati. 2.) FDT dapat memberikan rasa yang tidak menyenangkan dan meninggalkan residu di mulut jika tidak diformulasi dengan baik. (Bhowmik dkk., 2009) c. Metode Pembuatan Ada beberapa macam metode pembuatan fast disintegrating tablet (FDT) (Bhowmik dkk, 2009), yaitu : 1.) Freeze drying / lyophilization Freeze drying adalah proses ketika air disublimasikan dari produk setelah dibekukan. Teknik ini menciptakan struktur berpori yang dapat terlarut dengan cepat. Zat aktif dilarutkan pada cairan yang terdapat di matriks, lalu ditimbang dan dituang pada cetakan, kemudian dilewatkan pada terowongan pembekuan. Kemudian cetakan ditempatkan di lemari pendingin, selanjutnya tablet dilepas dari cetakan.

7 7 2.) Molding Molding ada dua tipe, yakni solvent method dan heat method. Solvent method melibatkan pembasahan serbuk dengan pelarut hydro alcohol yang diikuti dengan pengempaan pada tekanan rendah yang menghasilkan masa yang basah. Heat method adalah metode dengan cara membuat suspensi yang mengandung agar dan gula (misal: manitol atau laktosa) kemudian suspensi tersebut dituang pada cetakan, lalu dilakukan proses pengerasan agar pada suhu ruangan supaya membentuk jeli dan keringkan pada suhu 30 C dibawah vacuum. 3.) Spray dring Pada teknik ini, gelatin dapat digunakan sebagai agen pendukung dan matriks, manitol sebagai bulking agen, dan sodium starch glycolate atau Avicell PH 102 atau Primogel digunakan sebagai superdisintegrant. Tablet yang dibuat dengan cara spray dring dilaporkan dapat terdisintegrasi kurang dari 20 detik pada medium berair. Tablet yang dihasilkan dapat dengan cepat terdisintegrasi ataupun melarut. 4.) Sublimation Untuk menciptakan matriks yang berpori, dibutuhkan bahan yang mudah menguap. Bahan-bahan yang mudah menguap seperti ammonium bikarbonat, ammonium karbonat, dan asam benzoat dicampur dengan bahan lainnya kemudian dikempa menjadi tablet. Bahan yang mudah menguap tersebut dihilangkan dengan proses sublimasi sehingga menghasilkan tablet yang strukturnya sangat berpori. Tablet yang dihasilkan biasanya terdisintegrasi dalam waktu detik.

8 8 5.) Direct compression Metode ini adalah metode yang sangat sederhana, murah, dan juga perlatan yang dibutuhkan tidak rumit. Akan tetapi, metode ini mengharuskan bahan-bahan yang digunakan memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang tinggi agar dapat dihasilkan tablet yang baik. Dalam metode kempa langsung, zat aktif dicampur dengan eksipien, kemudian diberi pelicin dan selanjutnya dikempa langsung menjadi tablet (Mohanachandran dkk., 2011). Metode kempa langsung membutuhkan komponen yang memiliki sifat alir, kompaktibilitas, dan kompresibilitas yang baik (Ohwoavworhua dkk., 2007). 2. Superdisintegrant a. Definisi Superdisintegrant adalah agen penghancur yang telah dimodifikasi sehingga dapat meningkatkan efikasi sediaan solid dengan cara mempercepat waktu disintegrasi sehingga akan meningkatkan kecepatan disolusi. Superdisintegrant ada dua macam, yakni alami dan sintesis. Superdisintegrant alami lebih diminati karena lebih murah, jumlahnya melimpah, tidak iritatif dan tidak toksik (Mangal dkk., 2012). b. Mekanisme Beberapa mekanisme disintegrasi dari superdisintegrant: 1.) Swelling Swelling adalah mekanisme yang ada pada pati. Ketika kontak dengan air, bahan penghancur yang ada di dalam tablet akan mengembang dan

9 9 menyebabkan bahan yang ada di dalam tablet terdesak sehingga tablet pecah (Mangal dkk., 2012). Gambar 1. Mekanisme swelling (Priyanka & Vandana, 2013) Keterangan: Saliva yang ada di mulut menyebabkan superdisintegrant mengembang. 2.) Wicking Disintegran (dengan gaya kohesi dan kompresibilitas rendah) akan menyebabkan terbentuknya pori-pori pada tablet, sehingga air akan dapat masuk dan menyebabkan tablet pecah. Contohnya Crospovidon, Crosscarmillose (Mangal dkk., 2012). Gambar 2. Mekanisme wicking (Mangal dkk., 2012) Keterangan: Disintegrant menarik air ke dalam pori dan mengurangi gaya ikatan antar partikel.

10 10 3.) Deformasi Selama kompresi tablet, partikel mengalami deformasi. Deformasi tersebut kembali pada ukuran normal ketika terjadi kontak dengan media (Bala dkk., 2012). 4.) Repulsion Partikel yang tidak mengembang pun dapat menyebabkan disintegrasi tablet. Teori ini meyakini bahwa tidak ada mekanisme tunggal yang bertanggung jawab pada aksi disintegran, melainkan kombinasi dari mekanisme-mekanisme mayor. Air akan masuk ke dalam pori-pori dan partikel akan saling tolak menolak karena adanya gaya listrik (Mangal dkk., 2012) 3. Taste Masking Kompleks Inklusi Siklodekstrin adalah agen pengkompleks yang paling umum digunakan sebagai penutup rasa pahit dari obat dengan cara menurunkan kelarutan atau menurunkan paparan partikel obat yang pahit. Metode yang bisa digunakan untuk kompleks inklusi adalah grinding, solid dispersion / co-evaporated dispersion, neutralization method, kneading method, precipitation method, spray drying, dan melting (Sharma & Chopra, 2010).

11 11 Gambar 3. Struktur β-siklodekstrin (Rasheed dkk., 2008) Kompleks inklusi adalah hubungan host-guest dimana host adalah agen pengkompleks dan guest adalah bahan aktifnya. Molekul obat akan masuk ke dalam agen penkompleks dan membentuk kompleks yang stabil. Efek ikatan hidrofobik dan interaksi dipol-dipol juga berpengaruh. Molekul guest akan masuk ke dalam molekul host yang berongga dan membentuk supermolekul (Morari dkk., 2004). Dalam hal ini, β-siklodekstrin akan berperan sebagai host sedangkan zat aktif akan berperan sebagai guest (Sonawane dkk., 2010). Makin besar interaksi yang terjadi antar dua molekul, maka inklusi kompleks dapat terjadi (Morari dkk., 2004). Kompleks inklusi menggunakan siklodekstrin digunakan untuk : a. Meningkatkan bioavailabilitas obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air. b. Stabilisasi aktif untuk menghindari zat aktif dari kerusakan yang diakibatkan oleh paparan radiasi, panas, oksigen, atau air.

12 12 c. Menutupi rasa dan bau yang kurang menyengkan sehingga dapat diterima oleh pasien. d. Meningkatkan kompatibilitas untuk menghindari interaksi kimiawi e. Mengurangi efek iritasi. (Katageri & Sheikh, 2012) Selain itu, siklodektrin juga digunakan secara luas untuk berbagai macam sistem penghantaran obat melalui rektal, sublingual, nasal, dermal, pulmonary, dan nanopartikel (Rasheed dkk., 2008). 4. Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) FTIR telah menggantikan kebanyakan aplikasi instrumen dispersif karena kecepatan dan sensitifitasnya yang baik. FTIR mampu menganalisis area yang sangat sulit dan tidak mungkin dilakukan oleh instrumen dispersif. FTIR mampu: 1. Mengidentifikasi material yang tidak diketahui 2. Menentukan kualitas dan konsistensi sampel 3. Menentukan jumlah komponen dalam campuran Semua komponen memiliki karakter absorpsi/emisi yang khas pada daerah spektrum IR, sehingga bisa dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif (Krishna dkk., 2013). Prinsip kerja FTIR adalah sebagai berikut : Gambar 4. Prinsip Kerja FTIR (Stuart, 2004)

13 13 Prinsip FTIR adalah energi yang diserap sampel pada berbagai frekuensi sinar infra merah direkam, diteruskan ke inferometer, kemudian diubah menjadi inferogram. Sedangkan mekanisme kerja yang terjadi pada FTIR terlihat pada Gambar 5. Sinar yang datang dari sumber sinar akan diteruskan kemudian dipecah oleh pemecah sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar tersebut akan dipantulkan oleh dua cermin, yaitu cermin diam dan bergerak. Pantulan sinar dari kedua cermin akan dipantulkan kembali ke pemecah sinar. Dari pemecah sinar, sinar akan diarahkan menuju sampel dan selanjutnya diteruskan menuju detektor. Sinar yang sampai pada detektor ini akan menghasilkan sinyal yang disebut inferogram. Inferogram akan diubah menjadi spectra IR dengan bantuan komputer (Stuart, 2004). Gambar 5. Mekanisme kerja alat FTIR (Stuart, 2004)

14 14 5. Parameter Sifat Fisik Fast Disintegrating Tablet a. Uji keseragaman bobot Keseragaman bobot tablet berpengaruh terhadap penampilan tablet karena memberikan ketebalan tablet yang seragam. Keseragaman bobot tablet dipengaruhi oleh sifat alir bahan yang akan dikempa. Jika serbuk memiliki sifat alir yang baik, maka volume serbuk yang masuk ke dalam die akan seragam. Keseragaman bobot tablet juga dapat menunjukkan keseragaman kandungan suatu tablet. Uji keseragaman bobot tablet dilakukan untuk mengetahui bobot tablet hasil pengempaantablet yang tidak bersalut harus memenuhi keseragaman bobot yang ditetapkan dengan menimbang 20 tablet satu persatu, kemudian menghitung bobot rata-rata tablet. Hasil penimbangan 20 tablet tidak boleh ada dua tablet yang menyimpang dari ketentuan A dan tidak boleh ada satu pun tablet yang menyimpang dari ketentuan B (Departemen Kesehatan, 1979). Tabel I. Persyaratan penyimpangan bobot tablet (Departemen Kesehatan, 1979) Bobot rata-rata tablet Penyimpangan bobot rata-rata dalam % 25 mg atau kurang 15% 30% 26 mg mg 10% 20% 151 mg mg 7,5% 15% Lebih dari 300 mg 5% 10% A B b. Uji keseragaman kadar Menrurut Farmakope Indonesia Edisi V, tablet tidak bersalut yang memiliki kadar kurang dari 25 mg atau kurang dari 25% dalam tablet harus

15 15 memenuhi persyaratan keseragaman kandungan. Uji keseragaman kandungan harus dilakukan karena keseragaman bobot kurang bisa menggambarkan keseragaman kadar zat aktif yang ada pada tablet. Tablet dianggap memenuhi persyaratan apabila memiliki nilai penerimaan (NP) kurang dari 15 untuk 10 tablet sesuai syarat yang ditentukan (Departemen Kesehatan, 2014). c. Uji kerapuhan Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk menilai ketahanan tablet melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet selama proses penanganan, pendistribusian, dan dalam penyimpanan. Kerapuhan tablet menunjukkan ikatan antarpartikel pada bagian sisi atau permukaan tablet. Persentase maksimal yang masih dapat diterima dari uji kerapuhan adalah 1% (Prajapati & Patel, 2010). Kerapuhan suatu tablet dihitung dengan cara membandingkan bobot tablet sebelum dan setelah dilakukan uji kerapuhan dengan menggunakan friability tester. Semakin besar massa tablet yang hilang, maka semakin besar kerapuhannya. Kerapuhan tablet yang dapat diterima adalah bila nilainya < 1% (Prajapati & Patel, 2010). d. Uji kekerasan Kekerasan tablet adalah parameter untuk mengukur kekuatan atau ketahanan tablet terhadap kekuatan mekanik seperti goncangan atau benturan. Kekerasan berperan penting saat handling agar sediaan dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan yang baik. Kekerasan suatu tablet menunjukkan ikatan

16 16 yang terjadi antarpartikel dalam tablet, serta berhubungan dengan waktu hancur tablet, waktu pembasahan, dan disolusi tablet. Semakin keras suatu tablet maka jarak antar partikel penyusun tablet semakin rapat sehingga penetrasi air ke dalam tablet akan terhambat. Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan hardness tester. Kekerasan FDT yang baik adalah 3-5 kg/cm 2 (Panigrahi dkk., 2010). e. Uji waktu hancur Waktu yang dibutuhkan tablet untuk terdisintegrasi menjadi partikelpartikel halus dicatat sebagai waktu hancur (Bhowmik dkk., 2009). Waktu hancur yang dipersyaratkan untuk FDT tidak lebih dari 3 menit (Departmeent of Health, 2009). Kavitha dkk. (2013) menyebutkan waktu hancur FDT tidak lebih dari 60 detik. Semakin cepat tablet terdisintegrasi maka semakin cepat zat aktif lepas dari sediaan untuk memberikan efek terapi. f. Uji waktu pembasahan Waktu pembasahan adalah waktu yang dibutuhkan medium untuk mencapai permukaan teratas dari tablet (Prajapati & Patel, 2010). Waktu pembasahan dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan penyerapan air. Semakin cepat waktu pembasahan suatu tablet akan semakin baik karena dapat mempercepat waktu hancur tablet, walaupun tidak ada persyaratan khusus untuk pembasahan FDT. Uji waktu pembasahan dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat FDT dapat menyerap air, dimana kecepatan penyerapan air akan mempengaruhi kemampuan dan kecepatan disintegrasi dari tablet. Semakin cepat waktu pembasahan, maka kemampuan disintegrasi tablet menjadi lebih cepat.

17 17 g. Rasio absorpsi air Rasio absorpsi air adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kapasitas matriks tablet untuk menyerap dan menampung air. Rasio absorpsi berkaitan dengan kemampuan disintegrasi tablet karena dengan semakin banyak air yang dapat diserap oleh matriks tablet maka semakin baik kemampuan disintegrasinya. Gambar 6. Properti alat uji rasio absorpsi air (Laboraturium FTS Padat Farmasi UGM) h. Uji Disolusi Disolusi adalah proses melarutnya zat aktif ke dalam suatu medium setelah terlepas dari sediaannya. Uji disolusi obat yang dilakukan secara in vitro bertujuan untuk melihat profil disolusi dan mengetahui persen pelepasan obat. Uji

18 18 disolusi FDT Promethazine-HCl terinklusi β-siklodekstrin dilakukan menggunakan apparatus 2 (paddle method). 6. Simplex Lattice Design Simplex lattice design meruipakan suatu cara untuk menentukan optimasi pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan yang dinyatakan dalam beberapa bagian. Salah satu penggunaan Simplex lattice design adalah untuk optimasi kadar komponen suatu formula sediaan padat (Bolton dan Bon, 2004). Metode ini dapat digunakan untuk menentukan proporsi relatif bahan-bahan yang menghasilkan formulasi dengan variabel atau hasil yang ditentukan adalah yang terbaik. Respon surface dan daerah optimum dapat diperoleh dengan penerapan simplex lattice design. Implementasi simplex lattice design dengan menyiapkan berbagai macam formula yang mengandung konsentrasi berbeda dari beberapa bahan. Kombinasi disiapkan dengan suatu cara yang mudah dan efisien sehingga data percobaan dapat digunakan untuk memprediksi respon yang berada dalam ruang simplex (simplex space). Walau konsentrasi komponen-komponen penyusun berbeda, tapi jumlah totalnya harus sama untuk tiap formula. Hasil eksperimen digunakan untuk membuat persamaan polinomial (simplex) dimana persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi profil respon (Bolton dan Bon, 2004). Persamaan simplex lattice design disajikan pada Persamaan (1). Y = a(a) + b(b) + ab(a)(b)...(1) Keterangan : Y : respon atau efek yang dihasilkan a, b, ab : koefisien yang dapat dihitung dari percobaan (A)dan (B) : kadar komponen, dengan jumlah (A) + (B) harus satu bagian

19 19 Hasil persamaan dari percobaan merupakan suatu persamaan empiris yag sekiranya dapat menggambarkan pola respon dalam suatu ruang simplex (Bolton dan Bon, 2004). Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program aplikasi Design Expert version (trial). 7. Monografi Bahan a. Promethazine HCl Promethazine-HCl (C 17 H 20 N 2 S,HCl) adalah hidroklorida dari10-(2-dimethylamnino-n-propyl)phenothiazine.promethazine-hcl dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri-uv akibat adanya gugus kromofor dan auksokrom seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7. Struktur molekul Promethazine-HCl (Departemen Kesehatan, 1979) BM = 320,88 Memiliki aksi sebagai antikolinergik, antiemetikum, lokal anastesi, dan memiliki sifat sedatif. Digunakan sebagai obat mual (antiemetikum) pada kasus motion sickness atau mabuk perjalanan. Promethazine-HCl merupakan antagonis reseptor H 1, sehingga berkompetisi dengan histamin bebas untuk berikatan dengan reseptor H 1, agar histamin bebas tidak dapat berinteraksi dengan sisi aktif reseptor

20 20 untuk mencegah timbulnya mual (Patil dkk., 2014). Promethazine yang tersedia dalam bentuk garam dengan hidroklorida menyebabkan sifatnya menjadi hidrofil (Popescu & Grigoriu, 2012). Sebagai akibat dari sifatnya yang mudah larut dalam air, maka akan memudahkan dalam pembuatan sediaan Fast Disintegrating Tablet, karena sayarat FDT yang baik adalah tidak meninggalkan residu, sehingga bahan-bahan yang digunakan harus larut dalam air (Dhiman dkk., 2012). Promethazine-HCl adalah antiemetikum yang sangat kuat namun memiliki bioavailabilitas oral hanya 25% dikarenakan Promethazine-HCl mengalami firstpass effect yang intensif dalam hati (Ganguly dkk., 2014). Promethazine-HCl berbentuk serbuk berwarna putih agak krem, tidak berbau, memiliki rasa yang pahit, dan memiliki kelarutan yang baik di air. Dosis yang digunakan untuk anakanak diatas 2 tahun adalah 0,5 mg/kg BB (Lacy dkk., ). Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol mutlak panas dan dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter, dalam aseton, dan dalam etilasetat (Departemen Kesehatan, 1995). b. Ludipress Terdiri dari laktosa, Kollidon 30, dan Kollidon CL. Ludipress digunakan sebagai filler, binder, disintegrant, dan flow agent.memiliki keunggulan higroskopisitas rendah dan sifat alir yang baik (Chougule dkk., 2012). Pemerian berupa granul free flowing berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, dan memiliki sifat larut dalam air. Ukuran partikel Ludipress bervariasi dari < 63 µm hingga 399 µm (Rowe dkk., 2006). Penggunaan dalam tablet adalah sebesar % (Zafar dkk., 2012).

21 21 Gambar 8. Struktur molekul α-lactose monohydrate (Rowe dkk., 2006) Povidone yang terkandung dalam Ludipress selain bersifat sebagai superdisintegran juga memiliki karakter sebagai binder (Rowe dkk., 2006). Menurut hasil penelitian, Ludipress menunjukkan kecepatan alir yang lebih baik dari pada turunan laktosa lainnya. Ludipress menunjukkan karakteristik pentabletan yang lebih baik untuk kadar zat aktif yang kecil (Gohel & Jogani, 2005) c. Ac-Di-Sol Memiliki nama lain croscarmellose sodium, digunakan secara luas sebagai disintegran pada kapsul, tablet, dan granul. Biasa digunakan dalam formulasi tablet yang diproses secara kempa langsung maupun granulasi basah (Rowe dkk., 2006).

22 22 Gambar 9. Struktur molekul croscarmellose sodium (Rowe dkk., 2006) Konsesntrasi yang biasa digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet mencapai 5% b/b walaupun umumnya digunakan pula 2% b/b untuk tablet yang dibuat dengan metode kempa langsung. Berwarna putih keabuan, tidak berbau, stabil namun higroskopis sehingga harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik dan lingkungan kering untuk menghindari dari pengaruh kelembaban Croscarmellose sodium memiliki mekanisme wicking dan swelling (Rowe dkk., 2006) d. Crospovidone Memiliki nama kimia 1-ethenyl-2-pyrolidinone homopolymer. Biasa digunakan dalam konsentrasi 2-5% pada tablet yang dibuat dengan metode kempa langsung dan granulasi kering atau basah.

23 23 Gambar 10. Struktur molekul povidone (Rowe dkk., 2006) Crospovidone memiliki kemampuan kapilaritas yang tinggi dengan pembentukan gel yang minimum. Crospovidone berwarna putih, free-flowing, tidak berasa, tidak berbau, higroskopis, sehingga butuh disimpan pada wadah yang kedap udara, sejuk, dan kering. Crospovidone terbukti tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi dalam uji toksisitas pada hewan uji (Rowe dkk., 2006). e. Polyethylene glycol Memiliki nama kimia α-hydro-ω-hydroxpoly(oxy-1,2-ethanediyl dan fungsi sebagai basis ointment, plasticizer, solven, basis suppositoria, dan lubrikan pada kapsul serta tablet (Rowe dkk., 2006). Konsentrasi yang digunakan dalam formula sebesar 1-5% (Li & Wu, 2014). Gambar 11. Struktur molekul PEG (Rowe dkk., 2006) Polyethylene glycol atau PEG ada beberapa macam grade, mulai dari PEG 200 hingga PEG 8000, yang membedakannya adalah ukuran molekulnya.

24 24 Makin besar angka yang tertera makin besar pula bobot molekulnya. PEG dengan bobot molekul diatas 6000 dapat digunakan sebagai lubrikan untuk tablet larut air. PEG dengan grade 6000 dan lebih tersedia sebagai serbuk yang free flowing. PEG 4000 keatas memiliki karakter tidak higroskopis dan semua grade PEG bersifat larut air (Rowe dkk., 2006). f. Siklodekstrin Berfungsi sebagai solubilizing agent dan stabilizing agent. Siklodekstrin merupakan molekul yang berbentuk seperti bucket atau cone dengan struktur yang kaku dengan rongga pada bagian tengah dengan ukuran yang beragam tergantung tipe dari siklodekstrin. Bagian rongga bersifat hidrofobik dan bagian luarnya bersifat hidrofilik yang disebabkan oleh susunan gugus hidroksil pada molekul tersebut. Molekul guest akan masuk kedalam rongga siklodekstrin untuk membentuk kompleks inklusi (Rowe dkk., 2012) Gambar 12. Struktur molekul siklodekstrin (Rowe dkk., 2006)

25 25 Dalam aplikasinya, banyak digunakan untuk menutupi rasa zat aktif yang kurang menyenangkan. β-siklodekstrin adalah jenis siklodekstrin yang banyak digunakan karena murah, mudah diperolehm dan dapat membentuk kompleks dengan banyak molekul. Namun, β-siklodekstrin bersifat nefrotoksis jika digunakan dalam formulasi sediaan parenteral (Rowe dkk., 2006). β-siklodekstrin juga memiliki sifat alir yang kurang baik, sehingga diperlukan lubrikan untuk memperbaiki sifat alirnya (Asyarie dkk., 2007). g. Aspartam Aspartam adalah pemanis dengan nama lain N-L-α-Aspartyl-Lphenylalanine 1-methyl ester dengan rumus empiris C 14 H 18 N 2 O 5. Digunakan secara luas sebagai pemanis dalam sediaan farmasi dan makanan. Tidak seperti pemanis lain, aspartam dimetabolisme oleh tubuh dan memiliki nilai nutrisi (Rowe dkk., 2006). Gambar 13. Struktur molekul aspartam (Rowe dkk., 2006) Pemerian aspartam adalah serbuk kristalin berwarna putih, hampir tak berbau dengan rasa manis yang intens. Aspartam larut dalam air dan non toksik.

26 26 Aspartam dapat mengalami hidrolisis sehingga menghasilkan degradan yang tidak lagi terasa manis (Rowe dkk., 2006). h. Cab-O-Sil Digunakan sebagai glidant dalam formulasi tablet. Selain sebagai glidant, digunakan pula sebagai adsorben, anticaking agent, penstabil emulsi, suspending agent, tablet disintegrant, thermal stabilizer, dan agen penambah kekentalan. Sebagai glidant, konsentrasi yang digunakan adalah 0,1 1,0%. Digunakan secara luas pada produk topical dan oral karena bersifat non-toxic dan tidak menyebabkan iritasi. Namun demikian, colloidal silicon dioxide tidak digunakan secara parenteral karena dapat menimbulkan reaksi jaringan lokal dan/atau granuloma (Rowe dkk., 2006). F. Landasan Teori Pembentukan kompleks inklusi menggunakan metode kneading dapat memberikan hasil kompleksasi yang relatif tinggi yaitu sekitar 81,38% bila dibandingkan metode ko-pesipitasi yang menghasilkan kompleks relatif rendah sekitar 30% (Miclea dkk., 2010). Kompleks inklusi dengan kneading dilakukan pada perbandingan mol antara PM-HCl dengan β-siklodekstrin sebesar 1:1 (Lutka, 2002). Namun menurut Ganguly dkk. (2010), pembentukan kompleks PM-HCl dengan β-siklodekstrin akan lebih efektif menutup rasa pada perbandingan mol 1:2 antara PM-HCl dengan β-siklodekstrin. Hal tersebut dibuktikan pada percobaan yang sama dengan melakukan uji menggunakan electronic tongue yang menunjukkan hasil bahwa perbandingan mol 1:2 dapat menginklusi dengan efektif.

27 27 Menurut Balasubramaniam & Bee (2009), croscarmellose sodium memiliki struktur yang berserat, tidak berpori, sedangkan crospovidone memiliki struktur sangat berpori dan granular dibawah pengamatan scanning electrone microscope. Semakin tinggi konsentrasi Ac-Di-Sol yang digunakan maka akan meningkatkan kekerasan, hal tersebut dikarenakan Ac-Di-Sol memiliki kompresibilitas yang baik (Setyawan dkk., 2010). Croscarmellose sodium akan membentuk gel yang akan menghambat penetrasi air ke dalam tablet (Tanuwijaya & Karsono, 2013), sedangkan menurut Rowe dkk. (2009), crospovidone sebagai superdisintegrant memiliki aktivitas kapiler tinggi dan kecenderungan gelling yang kecil. Penggunaan Ac-Di-Sol pada konsentrasi tinggi menunjukkan waktu disintegrasi dan waktu pembasahan yang melambat. Ac-Di-Sol dan crospovidone efektif pada konsentrasi rendah, masing-masing pada konsentrasi 2-5% dan 1-3% (Bala dkk., 2012). G. Hipotesis 1. Peningkatan Ac-Di-Sol akan meningkatan kekerasan dan menurunkan kerapuhan. Peningkatan proporsi crospovidone akan mempercepat waktu pembasahan, waktu hancur, dan rasio absorpsi air. 2. Perbandingan 2% : 5% antara Ac-Di-Sol dan crospovidone akan memberikan sifat fisik yang optimum meliputi kekerasa, kerapuhan, waktu hancur, waktu pembasahan, dan rasio absorpsi air dari FDT Promethazine- HCl terinklusi β-siklodekstrin.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meloksikam (MEL) merupakan salah satu obat golongan NSAID yang digunakan sebagai terapi penyakit osteoarthritis dan reumatoid arthritis (Mahrouk dkk., 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh vestibular apparatus menuju vomiting centre di medula dan memicu mual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh vestibular apparatus menuju vomiting centre di medula dan memicu mual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motion sickness merupakan mual muntah sindrom yang terjadi pada orang sehat akibat gerakan selama perjalanan melalui darat, laut, maupun udara. Pergerakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, kulit pisang

Lebih terperinci

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian secara oral merupakan rute yang paling umum digunakan hingga 50 60% dari keseluruhan bentuk sediaan. Bentuk sediaan padat pada umumnya lebih disukai

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet adalah sediaan oral dalam bentuk padat yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan tambahan yang sesuai (Departemen Keshatan RI, 2014). Tablet

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi BAB 1 PENDAHULUAN Zaman yang berkembang ini para ilmuwan farmasi diarahkan mengembangkan bentuk sediaan baru. Salah satu tujuannya yaitu untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sehingga para ilmuwan formulasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini indutri farmasi berfokus pada pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang menawarkan kepatuhan pasien dan dosis yang efektif. Rute pemberian oral tidak diragukan lagi

Lebih terperinci

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan Tablet merupakan suatu bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif) dengan atau tanpa bahan pengisi (Departemen Kesehatan RI, 1995). Tablet terdapat dalam berbagai ragam,

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, seiring dengan semakin bertumbuhnya jumlah penduduk mengakibatkan sering terjadinya permasalahan dalam lingkungan hidup, seperti salah satunya mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sediaan farmasi memiliki berbagai macam bentuk dengan cara pemberiannya yang berbeda-beda. Salah satu sediaan yang paling umum digunakan oleh masyarakat yaitu tablet,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Tablet merupakan sediaan obat yang paling banyak digunakan di masyarakat. Sediaan Tablet merupakan bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif)

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. ialah dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) agar tidak terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. ialah dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) agar tidak terbentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Natrium diklofenak merupakan salah satu derivat dari asam fenilasaetat yang tergolong sebagai non-steroidal anti-infalmatory drug (NSAID) yang umum digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia kesehatan, obat dengan berbagai sediaan sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengobati suatu penyakit. Obat-obatan bentuk padat dapat diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hidroklorotiazid (HCT) merupakan obat golongan diuretik tiazid yang umumnya digunakan sebagai lini pertama untuk penanganan hipertensi (Departemen Kesehatan RI,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian obat di Indonesia secara oral sudah sangat umum digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Diantara sediaan beberapa sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat, maka akan cepat pula terabsorpsi oleh tubuh. Pembuatan bentuk sediaan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat, maka akan cepat pula terabsorpsi oleh tubuh. Pembuatan bentuk sediaan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fast Disintegrating Tablet merupakan bentuk sediaan yang dapat terdisintegrasi dengan cepat segera setelah kontak dengan saliva dalam jumlah terbatas (Pahwa dan Gupta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meloksikam (MEL) merupakan salah satu NSAID (non steroidal antiinflamatory drugs) yang paling sering diresepkan untuk berbagai kondisi inflamasi seperti rheumatoid arthritis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140 mmhg dan diastolik melebihi 90 mmhg (Depkes RI, 2008 a ). Salah satu obat antihipertensi yang populer

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman yang semakin modern menuntut semua hal yang serba cepat dan praktis, termasuk perkembangan sediaan obat. Bentuk sediaan obat padat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien yang kesulitan dalam menelan. Air sangat berperan penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien yang kesulitan dalam menelan. Air sangat berperan penting dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling populer di masyarakat dengan segala kelebihannya dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti, kenyamanan pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, industri farmasi semakin berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan dengan pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aloe vera merupakan spesies aloe yang paling banyak dijual dan diproses. Di industri makanan, aloe vera digunakan sebagai sumber makanan fungsional, bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi sangat pesat, salah satunya yaitu pengembangan bentuk sediaan obat yang semakin banyak. Namun,

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya.

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC Na SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

FORMULASI. Oleh FAKULTAS

FORMULASI. Oleh FAKULTAS FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISINTEGRATING ANTASIDAA DENGAN PRIMOJEL SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN MANITO L SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI Oleh : IKA WAHYUNINGTYAS K 100 060153 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, industri farmasi di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam setiap bidangnya, termasuk dalam bidang pengembangan formulasi dan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Orally Disintegrating Tablet (ODT) 2.1.1 Pengertian Rute pemberian obat secara oral adalah rute paling umum dan nyaman digunakan oleh pasien. Tablet dan kapsul merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut BP (2009), sifat fisikokimia domperidone adalah sebagai berikut: Rumus struktur: Gambar 1 Struktur domperidone Nama Kimia : 5-kloro-1-[1-[3-(2-okso-2,3-dihidro-1H-benzimidazol-1-il)

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI Oleh : ULIN FATKHIYATUL JANNAH K 100 050 091 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat dibandingkan dengan sediaan farmasi lain karena berbagai keuntungan seperti mudah digunakan, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bergerak (Anonim, 2012). Salah satu obat pilihan untuk menangani rheumatoid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bergerak (Anonim, 2012). Salah satu obat pilihan untuk menangani rheumatoid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rheumatoid arthritis adalah gangguan yang ditandai dengan peradangan pada bagian sendi sehingga penderita mengalami nyeri dan kesulitan dalam bergerak (Anonim, 2012).

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, kemajuan dibidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan dalam meningkatkan mutu dan kualitas suatu obat, terutama dibidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang biasanya diderita oleh geriatri (Mohanachandran dkk., 2010). Amlodipin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang biasanya diderita oleh geriatri (Mohanachandran dkk., 2010). Amlodipin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amlodipin besilat merupakan obat golongan calsium channel blocker aksi panjang yang digunakan dalam pengobatan angina pektoris dan hipertensi yang biasanya diderita

Lebih terperinci

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 % BAB 1 PENDAHULUAN Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling lazim. Prevalensinya bervariasi menurut umur, ras, pendidikan dan banyak variabel lain. Hipertensi arteri yang berkepanjangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan berbagai tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan. Kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual adalah perasaan tidak nyaman di dalam perut yang sering berakhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual adalah perasaan tidak nyaman di dalam perut yang sering berakhir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mual adalah perasaan tidak nyaman di dalam perut yang sering berakhir dengan muntah. Pada beberapa kasus, orang menjadi mual dan bahkan muntah disebabkan karena sedang

Lebih terperinci

IFNA ANGGAR KUSUMA K

IFNA ANGGAR KUSUMA K OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : IFNA ANGGAR KUSUMA K100040029

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral berupa sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, semakin banyak bentuk sediaan obat yang beredar di pasaran, salah satunya adalah sediaan tablet. Tablet merupakan sediaan yang paling umum digunakan oleh

Lebih terperinci

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu BAB 1 PENDAHULUAN Terbutalin sulfat merupakan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit asma bronkial. Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan peradangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, penyakit saluran cerna merupakan penyakit yang sangat sering dialami oleh banyak orang karena aktivitas dan rutinitas masingmasing orang, yang membuat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau Uji KLT dilakukan sebagai parameter spesifik yaitu untuk melihat apakah ekstrak kering daun sirih yang diperoleh dari PT. Industry

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sediaan tablet merupakan sediaan yang disukai dalam pengobatan penyakit kronis. Hal ini disebabkan bentuk sediaan tablet mudah digunakan dan praktis dalam penyimpanan.

Lebih terperinci

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker. BAB 1 PENDAHULUAN Pemberian obat oral telah menjadi salah satu yang paling cocok dan diterima secara luas oleh pasien untuk terapi pemberian obat. tetapi, terdapat beberapa kondisi fisiologis pada saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI Oleh : RINI MARYATUN K 100 050 049 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan dengan berbagai macam rute pemberian obat lainnya karena pemberiannya mudah sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa digunakan untuk pengobatan alergi rhinitis dan seringkali ditujukan untuk anak-anak. Loratadin

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

Optimasi Fast Disintegrating Tablet (FDT) Ranitidin Hidroklorida dengan Menggunakan Metode Simplex Lattice Design

Optimasi Fast Disintegrating Tablet (FDT) Ranitidin Hidroklorida dengan Menggunakan Metode Simplex Lattice Design Optimasi Fast Disintegrating Tablet (FDT) Ranitidin Hidroklorida dengan Menggunakan Metode Simplex Lattice Design Linda Prabawati *, Adeltrudis Adelsa D*, Oktavia Eka P* ABSTRAK Gastroesophageal reflux

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga pinnata (Wurmb) Merr). Salah satu kandungan didalamnya yang bisa kita manfaatkan yaitu kandungan mineral

Lebih terperinci

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi BAB 1 PENDAHULUAN Dalam dunia farmasi saat ini berkembang dengan pesatnya yang memberikan dampak berkembangnya metode dalam meningkatkan mutu suatu obat. Mutu dijadikan dasar acuan untuk menetapkan kebenaran

Lebih terperinci

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Tablet Khusus Tablet Khusus (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Disusun oleh : Dicky Wisnu Ariandi (21081012) Dwi Adiguna (21081014) Indri Nugraha (21081020) Irvan Akhmad Fauzi (21081022)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang farmasi begitu pesat, termasuk pengembangan berbagai

Lebih terperinci

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam BAB 1 PENDAHULUAN Klorfeniramin maleat merupakan obat antihistamin H 1 Reseptor yang dapat menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos, serta bekerja dengan mengobati

Lebih terperinci

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini BAB I PENDAHULUAN Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas yang sering dialami baik oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis antihistamin yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan antiradang. Isolat

Lebih terperinci

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 Supomo *, Dayang Bella R.W, Hayatus Sa`adah # Akademi Farmasi Samarinda e-mail: *fahmipomo@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Formulasi Granul Mengapung Teofilin Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula untuk dibandingkan karakteristiknya, seperti terlihat pada Tabel

Lebih terperinci

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

Sifat fisika kimia - Zat Aktif Praformulasi UKURAN PARTIKEL, DISTRIBUSI PARTIKEL BENTUK PARTIKEL / KRISTAL POLIMORFI, HIDRAT, SOLVAT TITIK LEBUR, KELARUTAN KOEFISIEN PARTISI, DISOLUSI FLUIDITAS (SIFAT ALIR), KOMPAKTIBILITAS PEMBASAHAN

Lebih terperinci