BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas yang sering dialami baik oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis antihistamin yang banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain memiliki aksi panjang, selektifitas tinggi pada reseptor histamin H1 perifer serta tidak menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik (Trzeciakowski et al., 1988). Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan karena memiliki sifat fisik yang baik, memberikan ketepatan yang tinggi pada dosis, mudah dalam pengemasan dan distribusi (Anonim, 2014). Akan tetapi penggunaan loratadin dalam bentuk tablet konvensional menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien anak-anak maupun dewasa yang kesulitan dalam menelan tablet utuh. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan suatu alternatif rancangan bentuk sediaan yaitu dengan memformulasikan loratadin dalam bentuk sediaan tablet kunyah. Tablet kunyah merupakan tablet yang dimaksudkan untuk hancur perlahan dalam mulut dengan kecepatan yang wajar, memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan, dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak (Ansel, 1985). Tablet kunyah memberikan pelepasan obat yang cepat karena tidak memerlukan proses disintegrasi sehingga obat setelah dikunyah akan terdisolusi dalam cairan tubuh dan diabsorpsi dalam sirkulasi sistemik 1

2 2 kemudian menimbulkan efek terapi. Kecepatan obat mencapai sirkulasi sistemik untuk menimbulkan efek terapi ditentukan oleh proses berurutan meliputi disintegrasi, disolusi, dan absorpsi. Formulasi dalam bentuk sediaan tablet kunyah akan mempercepat waktu yang diperlukan obat untuk mencapai sirkulasi sistemik dan menimbulkan efek terapi karena hanya melewati proses disolusi dan absorpsi. Tablet yang dikunyah akan meningkatkan luas permukaan partikel dari partikel padat menjadi partikel halus yang secara langsung akan berinteraksi dengan sel-sel perasa pada lidah, sehingga sediaan tablet kunyah diharapkan dapat memberikan rasa manis dan tidak meninggalkan rasa pahit setelah dikunyah. Oleh karena itu, dalam pembuatan tablet kunyah loratadin diperlukan formulasi yang dapat menutupi rasa pahit obat yaitu dengan memilih bahan pengisi yang tepat. Bahan pengisi berperan penting pada formulasi karena menentukan sifat tablet secara keseluruhan terutama untuk zat aktif yang memiliki dosis kecil seperti loratadin. Manitol dipilih sebagai bahan pengisi dalam penelitian ini karena manitol merupakan bahan pengisi yang biasa digunakan dalam tablet kunyah, bersifat non-higroskopis, tahan terhadap panas, memberikan rasa manis dan dingin di mulut sehingga dapat menutupi rasa pahit dari bahan obat, memiliki kompaktibilitas dan kompresibilitas yang baik (Armstrong, 2009 a ; Roberts dan Rowe, 1987; Sakr dan Alanazi, 2012). Manitol memiliki kekurangan yaitu harganya yang relatif mahal sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan pengisi lainnya yaitu sukrosa untuk mengganti sebagian manitol. Sukrosa merupakan bahan pengisi yang umumnya digunakan pada pembuatan tablet, sukrosa memiliki

3 3 harga yang relatif murah dan tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibanding manitol sehingga sukrosa dapat membantu meningkatkan cita rasa tablet kunyah loratadin dan menutupi kekurangan dari manitol. Sukrosa memiliki kekurangan yaitu kompaktibilitas dan kompresibilitas yang buruk, bersifat higroskopis (Banker dan Anderson, 1986; Bolhuis dan de Waard, 2011; Siregar dan Wikarsa, 2010). Adanya variasi bahan pengisi diharapkan dapat menghasilkan tablet kunyah dengan sifat fisik yang optimum. Untuk memperoleh sediaan tablet kunyah dengan sifat fisik yang optimum maka dilakukan penelitian optimasi formula tablet kunyah loratadin dengan menggunakan metode simplex lattice design yang dianalisis dengan software Design Expert. Penerapan simplex lattice design digunakan untuk menentukan formula optimum dari campuran bahan dimana jumlah total bagian komponen campuran dibuat tetap yaitu sama dengan satu bagian ( Bolton, 1997) B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh kombinasi bahan pengisi manitol-sukrosa terhadap sifat fisik tablet kunyah loratadin yang dihasilkan? 2. Berapakah perbandingan komposisi manitol-sukrosa yang menghasilkan formula optimum tablet kunyah loratadin dengan menggunakan simplex lattice design? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh kombinasi bahan pengisi manitol-sukrosa terhadap sifat fisik tablet kunyah loratadin.

4 4 2. Mendapatkan formula optimum tablet kunyah loratadin dengan menggunakan simplex lattice design. D. Pentingnya Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai formulasi tablet kunyah loratadin yang optimum. 2. Meningkatkan kenyamanan penggunaan obat loratadin bagi pasien yang kesulitan menelan tablet. E. Tinjauan Pustaka 1. Tablet kunyah Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk hancur perlahan dalam mulut dengan kecepatan yang wajar. Tablet kunyah memiliki karakteristik bentuk yang halus setelah hancur, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak (Ansel, 1985) Tablet kunyah dibuat dengan cara granulasi basah dan kompresi, menggunakan derajat kekerasan tablet yang minimal. Bahan pengisi yang biasa digunakan untuk tablet kunyah umumnya dipilih dari bahan-bahan yang mempunyai rasa manis sehingga diharapkan dapat membantu menutupi rasa bahan obat yang tidak enak. Bahan-bahan yang umumnya digunakan antara lain manitol, sorbitol, dekstrosa, silitol, laktosa, sukrosa. Manitol paling banyak digunakan sebagai bahan pengisi karena mempunyai rasa manis dan higroskopisitasnya paling rendah. Pelicin dan pengikat yang digunakan dalam formulasi tablet kunyah adalah yang tidak mengurangi bentuk atau kekerasan

5 5 tablet yang diinginkan. Penambahan bahan pewarna dan pengaroma dapat dilakukan untuk meningkatkan penampilan dan rasa tablet (Ansel, 1985) 2. Granulasi basah Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan di industri farmasi. Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan, baik cairan bahan pengikat maupun cairan yang hanya berfungsi sebagai pembawa/ pelarut bahan pengikat pada suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul (Siregar dan Wikarsa, 2010) Penambahan bahan pengikat dalam proses granulasi basah dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, bahan pengikat dilarutkan dalam pelarut penggranulasi terlebih dahulu kemudian ditambahkan pada campuran serbuk. Kedua, bahan pengikat dalam bentuk kering dicampur dengan campuran serbuk kemudian pelarut penggranulasi ditambahkan pada campuran. Cara pertama merupakan cara yang paling banyak digunakan karena pada cara kedua dapat menghasilkan lokalisasi viskositas tinggi dalam campuran yang dapat menentang distribusi pengikat. Hal ini dapat menyebabkan bahan pengikat tidak terlarut sempurna (Khankari dan Hontz, 1997). Metode granulasi basah memiliki beberapa keuntungan, antara lain : 1. Meningkatkan kohesifitas dan kompresibilitas serbuk sehingga tablet dapat dikempa menjadi massa tablet yang kompak, cukup keras, dan tidak rapuh.

6 6 2. Meningkatkan volum tablet untuk bahan obat yang dosisnya kecil dengan dipakainya bahan tambahan dalam jumlah tertentu. 3. Menjaga homogenitas dan memperbaiki distribusi zat aktif dengan digunakannya bahan pengikat. 4. Mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen selama proses pencampuran. 5. Untuk bahan obat yang bersifat hidrofob, sistem granulasi basah dapat memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif dengan penambahan cairan pelarut yang cocok pada bahan pengikat (Sheth et al., 1980). Proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) menimbang dan mencampur bahan, (2) pembuatan granulasi basah, (3) pengayakan adonan menjadi pelet atau granul, (4) pengeringan, (5) pengayakan kering, (6) pencampuran bahan pelicin, (7) pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1985). 3. Bahan tambahan Dalam pembuatan tablet kunyah diperlukan bahan tambahan, antara lain : a. Bahan pengisi Bahan pengisi dibutuhkan untuk menambah bobot sehingga memiliki ukuran atau bobot yang sesuai untuk dikempa menjadi tablet. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan ditentukan bahan pengisi yang besar jumlahnya (Anonim, 2014). Fungsi lain dari bahan pengisi adalah untuk memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa, memperbaiki daya kohesi sehingga dapat

7 7 dikempa langsung, dan meningkatkan sifat alir. Bahan pengisi harus inert secara farmakologi dan tidak berbahaya atau tidak tercampur bahan berkhasiat. Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain laktosa, manitol, dekstrosa, amilum, sukrosa dan mikrokristal selulosa (Banker dan Anderson, 1986). b. Bahan pengikat Bahan pengikat diperlukan dalam pembuatan tablet untuk meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk sehingga memberikan kekompakan dan daya tahan tablet (Voigt,1984). Penambahan ini dimaksudkan agar tablet kompak tidak mudah pecah. Bahan pengikat ini sangat membantu dalam pembuatan granul, diantara bahan pengikat yang digunakan adalah cairan amilum, gelatin, gom arab, tragakan, derivat selulosa dan polivinil pirolidon (Banker dan Anderson, 1986). Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak atau berlebihan akan menghasilkan massa yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Tabel I. Larutan Pengikat yang Dibutuhkan untuk Menggranul 3kg Pengisi (Sheth,1980) Larutan bahan pengikat Jumlah cairan pengikat untuk 3000 gram bahan pengisi Sukrosa Laktosa Dektrosa Manitol Gelatin 10% Glukosa 50% Metilselulosa 2% Air Akasia 10% Musilagoamili 10% Alkohol 50% PVP dalam air 10% PVP dalam alkohol 10% Sorbitol dalam air 10%

8 8 c. Bahan pelicin Bahan pelicin dalam formulasi sediaan tablet memiliki 3 fungsi, yaitu sebagai lubrikan untuk mengurangi friksi antara permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama kompresi dan ejeksi, glidan untuk meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam, dan sebagai antiadheren untuk mencegah melekatnya permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Bahan pelicin yang umum digunakan adalah magnesium stearat, talk, dan kalsium stearat (Ansel, 1985). d. Bahan pemanis Bahan pemanis berfungsi untuk menutupi rasa obat yang tidak disukai. Contoh bahan pemanis yang diizinkan di Indonesia adalah manitol, sukrosa, dekstrosa, sakarin, dan aspartam. e. Bahan perisa (Flavour) Bahan pemberi rasa merupakan salah satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet kunyah agar sewaktu tablet dikunyah dapat memberikan aroma yang enak. 4. Simplex lattice design Optimasi adalah suatu metode / desain eksperimental untuk memudahkan dalam penyusunan dan interpretasi data secara matematis (Bolton, 1997). Beberapa model optimasi antara lain factorial design of experiments, simplex lattice design (SLD), dan sequential design. Simplex lattice design merupakan metode yang digunakan untuk menentukan formula optimum pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan

9 9 yang dinyatakan dalam beberapa bagian dan jumlah total bagian komponen campuran dibuat sama yaitu sama dengan satu bagian. Profil sifat campuran biner didapatkan dengan memplotkan persamaan yang diperoleh berdasarkan simplex lattice design. Persamaan untuk 2 campuran yang berbeda ( A dan B) yaitu : Y = B1 (A) + B2 ( B) + B12 (A) (B)... (1) Keterangan : Y : respon ( hasil percobaan) (A), (B) : besarnya bagian komponen A dan komponen B B1, B2, B12 : koefisien, dihitung dari percobaan Besarnya masing-masing koefisien, bila campuran terdiri dari 2 faktor (komponen A dan B) diperoleh dengan melakukan tiga percobaan, yaitu : a. Percobaan menggunakan 1 bagian A berarti 100% A dan 0% B b. Percobaan menggunakan 1 bagian B berarti 100% B dan 0% A c. Percobaan menggunakan campuran ½ bagian A dan ½ bagian B berarti 50% A dan 50% B (Bolton, 1997) 5. Uji sifat fisik granul a. Waktu alir Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu alir yaitu sifat-sifat granul yaitu ukuran partikel, distribusi ukuran partikel dan kelembaban (Banker dan Anderson, 1986). Semakin besar ukuran granul maka granul semakin mudah

10 10 mengalir karena sudut kontak granul semakin besar sehingga adesivitas terhadap alat pengukur sifat alir dan kohesivitas semakin rendah (Nugrahani et al., 2005). Kecepatan alir granul berpengaruh pada keseragaman pengisian ruang kompresi dan keseragaman bobot tablet. Waktu alir yang baik untuk 100 gram granul adalah kurang dari 10 detik (Chabib et al., 2010). b. Sudut diam Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal jika sejumlah serbuk atau granul dituang ke dalam alat pengukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi sudut diam suatu granul adalah bentuk, ukuran, dan kelembaban granul. Sudut diam antara menunjukkan sifat alir yang bagus (Banker dan Anderson, 1986). Sudut diam diukur dengan rumus : Tan α = h/ r... (2) Keterangan : α = sudut diam ; h = tinggi kerucut ; r = jari-jari c. Kandungan air Kelembaban suatu zat padat dapat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Berdasarkan berat basah kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari berat basahnya, sedangkan berat kering kandungan air dinyatakan sebagai persen dari bobot/ bahan kering. Kandungan kadar air penting karena berhubungan dengan sifat alir, proses pengempaan, dan stabilitas. %LOD = Bobot air dalam sampel Bobot seluruh sampel basah x 100%... (3) %MC = Bobot air dalam sampel bobot sampel kering x 100%... (4)

11 11 Nilai LOD dapat berkisar sekitar 0-100%, sementara nilai MC berkisar antara 0 sampai tak terhingga (Banker dan Anderson, 1986). 6. Uji sifat fisik tablet a. Keseragaman bobot tablet Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan pada besar dan kecilnya penyimpangan bobot tablet yang dihasilkan dibandingkan terhadap rata-rata tablet (Anonim, 1979). Tablet tidak bersalut dengan bobot lebih dari 300 mg harus memenuhi syarat keseragamaan bobot yang ditetapkan yaitu dari 20 tablet tidak boleh ada dua atau lebih yang bobotnya menyimpang 5% dan tidak boleh ada satu tablet pun yang menyimpang 10% dari rerata bobot tablet (Anonim, 1979). b. Keseragaman kandungan tablet Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif dalam satuan sediaan. Pengujian keseragaman kandungan dilakukan untuk tablet dengan kandungan zat aktif kurang dari 25 mg atau bobot zat aktif lebih kecil dari 25% bobot sediaan. Persyaratan keseragaman kandungan ditentukan berdasarkan pada nilai penerimaan. Nilai penerimaan maksimum yang diperbolehkan adalah 15 (Anonim, 2014). c. Kerapuhan tablet Kerapuhan menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik terutama goncangan dan pengikisan. Kerapuhan dinyatakan dalam persentase (%) bobot yang hilang selama uji kerapuhan dengan alat friabilator. Jumlah persen yang hilang tidak boleh lebih dari 1% (Banker dan anderson,

12 ). Distribusi larutan pengikat pada granulasi basah berpengaruh terhadap kerapuhan tablet yang dihasilkan (Siregar dan Wikarsa, 2010). d. Kekerasan tablet Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet melawan tekanan mekanik seperti goncangan, benturan, dan terjadinya keretakan tablet selama pengemasan, penyimpanan, transportasi sampai ke tangan pengguna. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap kg, tablet kunyah 3 kg (Parrott, 1970). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompresi. Perbedaan nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bila menggunakan metode granulasi basah, bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang dapat menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Banker dan Anderson, 1986). Alat yang digunakan untuk menguji kekerasan tablet adalah Hardness tester Erweka. Caranya adalah satu buah tablet diletakkan tegak lurus pada alat, kemudian dilihat pada tekanan berapa tablet tersebut pecah (Banker dan Anderson, 1986). e. Tanggap rasa Tanggap rasa merupakan uji organoleptis tablet yang bertujuan untuk mengetahui cita rasa tablet. Tablet kunyah hendaknya memiliki rasa yang enak, nyaman, dan menyenangkan pada saat digunakan. Uji tanggap rasa dilakukan

13 13 dengan mengujicobakan tablet kunyah yang dihasilkan kepada responden, kemudian responden mengisi questionnaire/ angket untuk memberikan penilaian. 7. Monografi bahan a. Loratadin Loratadin merupakan suatu antihistamin yang memiliki rumus molekul C22H23C1N2O2 dengan berat molekul (BM) g/mol (Tjay dan Rahardja, 2007). H 3 C O O N N Cl Gambar 1. Struktur Kimia Loratadin ( Moffat et al., 2011) Pemerian loratadin berupa serbuk polimorfi putih tulang dan tidak larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alkohol, aseton, dan kloroform. Loratadin merupakan derivat azatadin, tetapi memiliki ph yang lebih kecil dan lebih polar dibanding senyawa induknya sehingga distribusi dalam sistem saraf pusat ( SSP) kecil (Skapin, 2004). Loratadin bekerja cukup lama (long acting) dan mempunyai selektifitas tinggi pada reseptor histamin H1 perifer serta tidak menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik. Sebagai obat antihistamin, loratadin bekerja dengan mekanisme menghambat efek histamin pada reseptor H1 di saluran gastrointestinal, uterus, pembuluh darah, dan otot bronki (Tjay dan Rahardja, 2007). Loratadin tergolong

14 14 dalam sistem klasifikasi biofarmasetika kelas 2 yang memiliki kelarutan rendah dan permeabilitas bagus. Dosis lazim loratadin adalah 5 mg dan 10 mg (Moffat et al., 2007). b. Manitol OH OH HO OH OH OH Gambar 2. Struktur Kimia Manitol (Armstrong, 2009 a ) Manitol merupakan isomer sorbitol berwarna putih, berbentuk kristal atau granul free flowing, stabil pada kondisi kering dan dalam larutan yang steril, berfungsi sebagai agen tonisitas, pengisi tablet dan kapsul, dan sebagai pemanis. Manitol digunakan sebagai pengisi tablet pada kadar 10%-90% dalam formulasi tablet dan merupakan serbuk yang kohesifitasnya tinggi dan memiliki densitas 1,514g/cm3 (Armstrong, 2009 a ). Manitol larut dalam air, larutan basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam etanol, dan praktis tidak larut dalam eter (Anonim,2014). Manitol bersifat inert, dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada tablet kunyah karena memberi rasa enak, manis yang ringan dan dingin, rasa lembut dan meleleh di mulut. Tingkat kemanisan manitol sama dengan glukosa dan setengah dari tingkat kemanisan sukrosa (Armstrong, 2009 a ). Manitol merupakan gula yang paling mahal yang digunakan sebagai bahan pengisi tablet (Banker dan Anderson, 1986). Manitol bersifat tidak higroskopis sehingga mudah dikeringkan (Armstrong, 2009 a ). Manitol mempunyai sifat alir yang buruk, sehingga

15 15 memerlukan lubrikan dalam jumlah yang besar agar dapat dikempa dengan mudah (Swarbrick dan Boylon, 1991). Manitol juga dapat menghasilkan tablet dengan rentang kekerasan yang lebar (Baley et al., 1980). c. Talk Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Bentuk serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran warna putih kelabu. Tidak larut dalam hampir semua pelarut. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (Anonim, 2014). Talk digunakan sebagai glidan dan ditambahkan sebelum proses pentabletan untuk meningkatkan kecepatan alir serbuk dengan konsentrasi 1% -5% dari bobot tablet (Banker dan Anderson, 1986). d. Sukrosa HO OH O OH O OH OH HO O HO HO Gambar 3. Struktur Kimia Sukrosa (Armstrong, 2009) Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomermonomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11 (Ophardt, 2003). Sukrosa berupa hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara, sangat mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter (Anonim, 2014). Sukrosa bersifat sedikit higroskopis sehingga granul yang dihasilkan mudah lembab karena menyerap air (Banker dan Anderson, 1986). Larutan sukrosa dapat menjadi zat

16 16 pengikat yang cukup kuat dan membuat kekerasan tablet meningkat. Jumlah larutan yang digunakan dan kecepatan penambahannya dalam suatu campuran harus dilakukan secara teliti, terutama dalam metode granulasi basah (Siregar dan Wikarsa, 2010). Sukrosa merupakan pemanis yang biasa digunakan dalam sediaan oral dan aman jika dikonsumsi (Ansel et al., 2005). Dalam bentuk serbuk, sukrosa berperan sebagai bahan pengikat (2%-20%b/b) atau sebagai bahan pengisi dan pemanis dalam tablet kunyah dan tablet hisap. Sebagai bahan pemanis sukrosa digunakan hingga kadar 67% b/b (Armstrong, 2009 b ). e. Magnesium stearat Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asamasam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama magnesium asetat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Magnesium stearat berupa serbuk halus, putih, mempunyai bulk density yang rendah, berbau asam stearat lemah, dan berasa khas, mudah terjadi inkompatibilitas dengan asam kuat, alkali, garam besi, dan oksidator kuat. Serbuk terasa berminyak bila disentuh dan mudah melekat pada kulit. Dalam formulasi, magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan dengan konsentrasi antara 0,25% -5% b/b. Magnesium stearat dibuat dari reaksi magnesium oksida, hidroksida, atau karbonat dengan asam stearat pada suhu tinggi (Allen dan Luner, 2009). Magnesium stearat tidak larut dalam air, etanol, dan eter (Anonim, 2014).

17 17 f. Gelatin Gelatin merupakan lembaran, kepingan atau potongan, atau serbuk kasar sampai halus, kuning lemah atau cokelat terang, warna bervariasi tergantung partikel. Dalam bentuk kering stabil di udara, tetapi mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk larutan (Anonim, 2014). Gelatin berfungsi sebagai bahan pengikat berbagai komponen bahan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah. Larutannya berbau lemah seperti kaldu. Gelatin tidak larut dalam air dingin, etanol, kloroform, eter, minyak lemak, minyak menguap, mengembang dan lunak jika dicelup air, larut dalam air panas, asam asetat 6 N, dan dalam campuran minyak gliserin dan air (Anonim, 2014). Gelatin digunakan sebagai bahan pengikat sediaan tablet dengan cara dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 5%-10%. Gelatin sebagai bahan pengikat biasa digunakan dengan kadar 1%-3% (Agoes, 2008). g. Aspartam Aspartam merupakan salah satu pemanis buatan yang biasa digunakan untuk penderita diabet, untuk mengontrol kalori (diet), dan menjaga kesehatan gigi (Grenby, 1997). Aspartam memiliki nilai kalori yang lebih rendah dibandingkan pemanis lainnya seperti siklamat, laktosa, sakarin, fruktosa, dan maltosa (Vallvey et al., 2004). Aspartam digunakan sebagai bahan pemanis dalam produk minuman, makanan, dan sediaan farmasi termasuk tablet karena dapat meningkatkan rasa dan dapat digunakan untuk menutupi rasa yang tidak enak. Kekuatan aspartam sebagai pemanis kali dari gula pasir (sukrosa) (Cram, 2009)

18 18 F. Landasan Teori Loratadin merupakan antihistamin generasi kedua derivat azatadin yang memiliki aksi panjang, selektifitas tinggi pada reseptor histamin-h1 perifer, dan tidak menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik (Trzeciakowski et al., 1988). Loratadin dalam bentuk sediaan tablet kunyah akan memberikan kemudahan dalam penggunaan bagi pasien anak-anak maupun dewasa yang kesulitan dalam menelan tablet utuh. Keuntungan sediaan tablet kunyah adalah dapat mempercepat pelepasan obat karena obat setelah dikunyah akan terdisolusi dan diabsorpsi dalam sirkulasi sistemik tanpa melalui proses disintegrasi di dalam saluran pencernaan sehingga aksi obat akan semakin cepat. Sediaan tablet kunyah juga dapat meningkatkan kenyamanan pasien dalam penggunaannya dan dapat digunakan pada kondisi dimana tidak tersedia air (Gopal et al., 2012). Pada penelitian ini, pembuatan sediaan tablet kunyah loratadin dilakukan dengan menggunakan kombinasi bahan pengisi yaitu manitol dan sukrosa. Loratadin merupakan bahan aktif yang mempunyai dosis sekali pemakaian yang kecil (10 mg) sehingga sifat tablet kunyah secara keseluruhan ditentukan oleh sifat dari bahan pengisi. Menurut Banker dan Anderson (1986) manitol bersifat inert, dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada tablet kunyah karena memberikan rasa enak, manis yang ringan dan dingin, rasa lembut dan meleleh di mulut. Manitol bersifat tidak higroskopis sehingga mudah dikeringkan, memiliki kompaktibilitas dan kompresibilitas yang baik (Armstrong, 2009 a ; Roberts dan Rowe, 1987; Sakr

19 19 dan Alanazi, 2012). Manitol digunakan dalam formulasi sediaan tablet sebagai bahan pengisi pada kadar 10% -90% (Armstrong, 2009 a ). Sukrosa merupakan bahan pengisi yang umumnya digunakan pada pembuatan tablet. Selain sebagai bahan pengisi, sukrosa merupakan pemanis yang biasa digunakan dalam sediaan oral dan aman jika dikonsumsi (Ansel et al., 2005). Sukrosa memiliki sifat alir yang baik dan harga yang relatif murah serta tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibanding manitol (Armstrong, 2009 b ). Akan tetapi, sukrosa bersifat sedikit higroskopis sehingga granul yang dihasilkan mudah lembab karena menyerap air (Banker dan Anderson, 1986). Sukrosa memiliki kompaktibilitas dan kompresibilitas yang buruk (Bolhuis dan de Waard, 2011; Siregar dan Wikarsa, 2010). Adanya variasi bahan pengisi diharapkan dapat menghasilkan tablet kunyah dengan sifat fisik optimum. Perlu dilakukan suatu teknik optimasi yaitu dengan metode simplex lattice design dengan software Design Expert untuk mengetahui proporsi bahan pengisi yang memberikan sifat fisik optimum pada tablet kunyah loratadin. G. Hipotesis 1. Manitol memiliki kompaktibilitas dan kompresibilitas yang baik, sukrosa memiliki kompaktibilitas dan kompresibilitas yang buruk, kombinasi manitol dan sukrosa dapat memberikan pengaruh terhadap sifat fisik tablet kunyah loratadin. 2. Kombinasi manitol dan sukrosa pada proporsi tertentu dapat menghasilkan formula optimum tablet kunyah loratadin dengan metode simplex lattice design.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa digunakan untuk pengobatan alergi rhinitis dan seringkali ditujukan untuk anak-anak. Loratadin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, kulit pisang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan cairan lain seperti pepsin di dalam lambung. Kondisi hiperasiditas lambung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan cairan lain seperti pepsin di dalam lambung. Kondisi hiperasiditas lambung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperasiditas lambung merupakan sekresi berlebihan dari asam klorida dan cairan lain seperti pepsin di dalam lambung. Kondisi hiperasiditas lambung yang tidak segera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang sangat popular di dunia. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh. Berdasarkan pengolahannya, secara tradisional produk teh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan beribu-ribu tumbuhan yang berkhasiat obat. Penggunaan obat-obat tradisional memiliki banyak keuntungan yaitu

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

IFNA ANGGAR KUSUMA K

IFNA ANGGAR KUSUMA K OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : IFNA ANGGAR KUSUMA K100040029

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian secara oral merupakan rute yang paling umum digunakan hingga 50 60% dari keseluruhan bentuk sediaan. Bentuk sediaan padat pada umumnya lebih disukai

Lebih terperinci

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini BAB I PENDAHULUAN Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya yang tinggi, mudah didapat dan

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sediaan obat alam merupakan warisan budaya Indonesia yang dipercaya oleh masyarakat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, sehingga masyarakat semakin terbiasa

Lebih terperinci

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM Akhmad Jazuli, Yulias Ninik Windriyati, Sugiyono Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus) BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Nangka (Artocarpus heterophyllus) Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus) Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI Oleh: DEWI MUTHI AH K 100 040 098 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak lagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Tablet merupakan sediaan obat yang paling banyak digunakan di masyarakat. Sediaan Tablet merupakan bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif)

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga pinnata (Wurmb) Merr). Salah satu kandungan didalamnya yang bisa kita manfaatkan yaitu kandungan mineral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, kemajuan dibidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan dalam meningkatkan mutu dan kualitas suatu obat, terutama dibidang

Lebih terperinci

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang BAB I PENDAHULUAN Sediaan obat bahan alam sebagai warisan budaya nasional bangsa Indonesia dirasa semakin berperan dalam pola kehidupan masyarakat dari sisi kehidupan. Masyarakat semakin terbiasa menggunakan

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 Supomo *, Dayang Bella R.W, Hayatus Sa`adah # Akademi Farmasi Samarinda e-mail: *fahmipomo@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan antiradang. Isolat

Lebih terperinci

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini indutri farmasi berfokus pada pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang menawarkan kepatuhan pasien dan dosis yang efektif. Rute pemberian oral tidak diragukan lagi

Lebih terperinci

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Tablet Khusus Tablet Khusus (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Disusun oleh : Dicky Wisnu Ariandi (21081012) Dwi Adiguna (21081014) Indri Nugraha (21081020) Irvan Akhmad Fauzi (21081022)

Lebih terperinci

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan Tablet merupakan suatu bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif) dengan atau tanpa bahan pengisi (Departemen Kesehatan RI, 1995). Tablet terdapat dalam berbagai ragam,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi sangat pesat, salah satunya yaitu pengembangan bentuk sediaan obat yang semakin banyak. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet adalah sediaan oral dalam bentuk padat yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan tambahan yang sesuai (Departemen Keshatan RI, 2014). Tablet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi sebesar 256 juta jiwa. Indonesia menjadi negara terbesar kedua se-asia-pasifik yang sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, industri farmasi di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam setiap bidangnya, termasuk dalam bidang pengembangan formulasi dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa senyawa

Lebih terperinci

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali bahan alam bagi kesehatan, terutama obat-obatan dari tumbuhan cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena pengobatan tradisional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA (Abrus precatorius L.) DENGAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH SKRIPSI Oleh : IMAWAN NUR RAIS AHMAD K 100040165

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sediaan tablet merupakan sediaan yang disukai dalam pengobatan penyakit kronis. Hal ini disebabkan bentuk sediaan tablet mudah digunakan dan praktis dalam penyimpanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya orang tua tetapi para remaja sekarang ini juga banyak yang menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya orang tua tetapi para remaja sekarang ini juga banyak yang menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami masyarakat Indonesia pada saat ini. Seiring dengan gaya hidup yang tidak sehat, tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman yang semakin modern menuntut semua hal yang serba cepat dan praktis, termasuk perkembangan sediaan obat. Bentuk sediaan obat padat berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, seiring dengan semakin bertumbuhnya jumlah penduduk mengakibatkan sering terjadinya permasalahan dalam lingkungan hidup, seperti salah satunya mengenai

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI Oleh : WADLICHAH SYARIFAH K 100 060 038 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai penurun kadar gula darah. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai penurun kadar gula darah. Aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Physalis angulata L. atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama ciplukan merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai penurun kadar gula darah. Aktivitas hipoglikemik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau Uji KLT dilakukan sebagai parameter spesifik yaitu untuk melihat apakah ekstrak kering daun sirih yang diperoleh dari PT. Industry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara internasional obat dibagi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia kesehatan, obat dengan berbagai sediaan sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengobati suatu penyakit. Obat-obatan bentuk padat dapat diberikan

Lebih terperinci

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi BAB 1 PENDAHULUAN Zaman yang berkembang ini para ilmuwan farmasi diarahkan mengembangkan bentuk sediaan baru. Salah satu tujuannya yaitu untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sehingga para ilmuwan formulasi

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) DENGAN BAHAN PENGIKAT GELATIN DAN GOM ARAB PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI

FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) DENGAN BAHAN PENGIKAT GELATIN DAN GOM ARAB PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI 0 FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) DENGAN BAHAN PENGIKAT GELATIN DAN GOM ARAB PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI Oleh : LEONINDITA PERDANA DEVI DINATA K100040026

Lebih terperinci

FORMULASI. Oleh FAKULTAS

FORMULASI. Oleh FAKULTAS FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISINTEGRATING ANTASIDAA DENGAN PRIMOJEL SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN MANITO L SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI Oleh : IKA WAHYUNINGTYAS K 100 060153 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 % PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan tablet dengan cara Granulasi Kering. Tablet yang dibuat sebanyak 300 buah. Komposisi tablet yang akan kami buat adalah sebagai berikut : R/ Acetosal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih zat aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 Rancangan formula R/ Ketokenazol PVP Amilum Sagu pregelatinasi Avicel ph 102 Tween 80 Magnesium Stearat Talk HOME 200 mg

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC Na SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia

Lebih terperinci

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa BAB I PENDAHULUAN Lebih kurang 20 % resep di negara maju memuat tanaman obat atau bahan berkhasiat yang berasal dari tanaman, sedangkan di negara berkembang hal tersebut dapat mencapai 80 %. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun sirih hijau (Piper betle, L) diperoleh dari PT. Borobudur Natural Herbal Industry,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degeneratif yang termasuk didalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Diabetes mellitus merupakan suatu jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daun sirih sudah sejak dulu digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Tanaman sirih (Piper bettle L.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sediaan farmasi memiliki berbagai macam bentuk dengan cara pemberiannya yang berbeda-beda. Salah satu sediaan yang paling umum digunakan oleh masyarakat yaitu tablet,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlahan agar mendapatkan efek lokal (Mohr, 2009), parameter yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlahan agar mendapatkan efek lokal (Mohr, 2009), parameter yang perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet hisap adalah salah satu pengembangan yang dapat dilakukan karena lebih praktis dan mudah dalam penggunaan maupun penyimpananya. Berdasarkan tujuan penggunaan

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI Oleh : ARI WIJAYANTO K 100 040 160 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lambung dapat menyebabkan perih yang tak tertahankan. Penyakit maag

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lambung dapat menyebabkan perih yang tak tertahankan. Penyakit maag BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala awal yang timbul pada penyakit maag yaitu rasa mual, muntah, kembung, dan nyeri pada lambung. Selain itu, adanya luka dan peradangan lambung dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aloe vera merupakan spesies aloe yang paling banyak dijual dan diproses. Di industri makanan, aloe vera digunakan sebagai sumber makanan fungsional, bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral berupa sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KADAR GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.

PENGARUH VARIASI KADAR GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L. PENGARUH VARIASI KADAR GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SKRIPSI Oleh : PADMA MURTI SARI K 100 040 246 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

SKRIPSI DENIAR K SURAKARTAA Oleh :

SKRIPSI DENIAR K SURAKARTAA Oleh : OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN MAGNESIUM STEARAT SKRIPSI a Oleh : DENIAR WINARDANI K 1000500700 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI Oleh : ULIN FATKHIYATUL JANNAH K 100 050 091 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Parasetamol Sinonim : Paracetamolum Asetaminofen. Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida. Rumus molekul : C 8 H 9 NO 2 Rumus bangun :

Lebih terperinci

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI Oleh : NOOR NGAZIZATUL MAZIYYAH K 100.050.072 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Penelitian Silitonga (2008) menunjukkan

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya.

Lebih terperinci