BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bergerak (Anonim, 2012). Salah satu obat pilihan untuk menangani rheumatoid

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bergerak (Anonim, 2012). Salah satu obat pilihan untuk menangani rheumatoid"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rheumatoid arthritis adalah gangguan yang ditandai dengan peradangan pada bagian sendi sehingga penderita mengalami nyeri dan kesulitan dalam bergerak (Anonim, 2012). Salah satu obat pilihan untuk menangani rheumatoid arthritis adalah diklofenak atau asam 2-[(2,6-diklorofenil)amino]fenilasetat. Diklofenak termasuk obat golongan NSAID yang dapat meringankan gejala nyeri akibat rheumatic arthritis (Schuna, 2008). Penggunaan diklofenak untuk penanganan arthritis memiliki kelemahan terkait bioavailabilitasnya yang rendah yaitu sebesar 50 % (Moffat dkk., 2011) dan rasanya yang pahit. Natrium diklofenak biasa ditemui dalam bentuk sediaan tablet salut enterik untuk menutupi rasa pahit diklofenak dan mengurangi iritasi pada lambung, akan tetapi penggunaan tablet salut enterik dapat menimbulkan permasalahan bagi pasien yang tidak mampu menelan tablet. Untuk itu diperlukan sistem penghantaran obat lain yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu sediaan yang dapat menangani permasalahan tersebut adalah fast disintegrating tablet (FDT). Food Drug Administration mendefinisikan FDT sebagai sediaan padat yang mengandung bahan obat atau zat aktif yang mengalami disintegrasi dalam hitungan detik ketika ditempatkan pada lidah. Sediaan ini memiliki keuntungan diantaranya cepat mengalami disintegrasi, memiliki onset 1

2 2 cepat, memiliki bioavailabilitas yang tinggi, dan bisa diaplikasikan pada pasien yang tidak mampu menelan tablet (Deepak dkk., 2012). FDT dapat diformulasi dengan penambahan superdisintegrant sehingga FDT dapat hancur dengan cepat. Superdisintegrant yang dapat ditambahkan pada formula FDT adalah crospovidone. Crospovidone digunakan sebagai superdisintegrant pada konsentrasi 2-5% dengan metode kempa langsung (Kibbe, 2009). Superdisintegrant sensitif terhadap cairan sehingga metode pembuatan tablet yang digunakan tidak melibatkan cairan, misalnya metode kempa langsung. Pembuatan FDT dengan metode kempa langsung membutuhkan filler binder untuk ditambahkan dalam formula. Filler binder dapat meningkatkan sifat alir dan kompresibilitas campuran serbuk. Salah satu filer binder yang dapat digunakan adalah mikrokrisllin sellulosa (MCC). MCC cocok digunakan sebagai filler binder karena sifat alir dan kompresibilitasnya yang baik (Guy, 2009). Sebelumnya Framana (2013) telah melakukan optimasi formula FDT natrium diklofenak, namun formula tersebut masih perlu diperbaiki karena memiliki rasa pahit. Rasa pahit tersebut perlu ditutupi sehingga FDT yang dihasilkan dapat diterima oleh pasien. Pembentukan senyawa kompleks dengan siklodekstrin merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menutupi rasa pahit. Beta siklodekstrin umum digunakan sebagai senyawa pengkompleks karena memiliki rasa manis, tidak beracun, (Sharma & Lewis, 2010), tidak mengiritasi, dan dapat meningkatkan difusi serta disolusi bahan aktif (Cook dkk., 2009). Pembentukan kompleks natrium diklofenak-β-siklodekstrin (NaDCF-BSD)

3 3 dapat meningkatkan bioavailabilitas (Manca dkk., 2005) dan diharapkan mampu memperbaiki rasa diklofenak. Penelitian ini dilakukan untuk mengoptimasi formula FDT diklofenak terinklusi β-siklodekstrin dengan superdisintegrant crospovidone dan filler binder mikrokristallin selulosa PH 102 (MCC PH 102) sehingga didapat sediaan FDT yang dipersyaratkan dalam farmakope dan memiliki rasa yang dapat diterima pasien. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kombinasi kadar crospovidone sebagai bahan penghancur dan MCC PH 102 sebagai filler binder terhadap sifat fisik fast disintegrating tablet natrium diklofenak terinklusi β-siklodekstrin? 2. Berapa kadar kombinasi crospovidone sebagai bahan penghancur dan MCC PH 102 sebagai filler binder yang memberikan sifat fisik kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu pembasahan, dan rasio absorbsi air fast disintegrating tablet optimum? 3. Bagaimana perbandingan rasa FDT natrium diklofenak terinklusi β-siklodekstrin dengan FDT natrium diklofenak tanpa inklusi? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh kombinasi kadar crospovidone sebagai superdisintegrant dan MCC PH 102 sebagai filler binder terhadap sifat fisik fast disintegrating tablet natrium diklofenak terinklusi β-siklodekstrin.

4 4 2. Memperoleh formula Fast Disintegrating Tablet yang memberikan sifat fisik optimum dengan menggunakan crospovidone sebagai superdisintegrant dan MCC PH 102 sebagai filler binder. 3. Mengetahui perbandingan rasa FDT natrium diklofenak terinklusi β-siklodekstrin dengan FDT natrium diklofenak tanpa inklusi. D. Pentingnya Penelitian Penelitian dengan judul optimasi formula fast disintegrating tablet natrium diklofenak terinklusi β-siklodekstrin dengan superdisintegrant crospovidone dan filler binder MCC PH 102 bermanfaat untuk menghasilkan formula FDT yang dipersyaratkan dalam farmakope dan dapat diterima pasien dari segi rasa. E. Tinjauan Pustaka 1. Fast Disintegrating Tablet (FDT) Fast disintegrating tablet (FDT) merupakan sistem peghantaran obat padat yang mengandung bahan aktif yang dapat mengalami disintegrasi dalam hitungan detik ketika diletakkan pada lidah. FDT dapat hancur pada mulut dan melepaskan zat aktifnya dengan cepat sehingga zat aktif dapat larut dalam saliva. Ketika obat dapat terlarut dengan cepat, maka kecepatan absorbsi, dan onset obat akan meningkat (Deepak dkk., 2012). Fast disintegrating tablet memiliki banyak keuntungan, yaitu tidak memerlukan air untuk menelan obat, cocok untuk menangani penyakit yang perlu penanganan cepat, meningkatkan bioavailabilitas, dan stabil pada penyimpanan jangka panjang (Bhowmik dkk., 2009). FDT juga dapat diberikan kepada pasien yang tidak mampu menelan obat (Deepak dkk., 2012), sehingga dapat

5 5 meningkatkan keyamanan dan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Obat dalam sediaan FDT akan terlarut pada saliva dan diabsorbsi melalui rongga mulut, faring, dan saluran cerna sehingga bioavailabilitas obat meningkat karena tidak mengalami first pass effect (Bhowmik dkk., 2009). Fast disintegrating tablet ideal memiliki kriteria sebagai berikut: a. Tidak membutuhkan air dalam penggunaannya. b. Memiliki rasa yang enak c. Mengandung bahan dapat memperbaiki rasa d. Cukup keras tetapi tidak rapuh. e. Meninggalkan sedikit residu setelah pemakaian. f. Tahan terhadap kelembaban dan temperatur lingkungan. g. Bisa diproduksi dan dikemas dengan metode produksi dan metode pengemasan konvensional (Ashish dkk., 2011). Ada berbagai teknik yang digunakan dalam pembuatan sediaan fast disintegrating tablet, diantaranya: a. Penambahan bahan penghancur Teknik penambahan bahan penghancur merupakan metode terpopuler dalam formulasi FDT. Metode ini sangat mudah dilakukan dan memiliki keuntungan dari segi harga. Prinsip dari teknik ini adalah dengan menambahkan bahan penghancur pada konsentrasi optimal sehingga tablet mudah terlarut dengan rasa yang enak (Ashish dkk., 2011).

6 6 b. Molding (Pencetakan) Pada metode ini, tablet dibentuk dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang larut air sehingga tablet larut dengan sempurna dalam waktu yang cepat. Bubuk campuran dibasahi dengan alkohol dan dicetak menjadi tablet dengan tekanan yang lebih rendah dari pada tekanan untuk mencetak tablet konvensional. Pelarut tersebut kemudian dihilangkan dengan metode pengeringan. Tablet yang dihasilkan akan memiliki struktur berpori yang mudah terdisolusi (Ashish dkk., 2011). c. Freeze Drying (Pengeringan Beku) Pada metode freeze drying atau liofilisasi, air disublimasikan dari produk setelah dibekukan. Liofilisasi memungkinkan pengeringan obat pada suhu rendah. Produk yang dihasilakan dari proses liofilisasi memiliki pori, dengan luas permukaan yang tinggi, mudah larut dengan cepat dan menunjukkan peningkatan penyerapan dan bioavailabilitas (Ashish dkk., 2011). d. Sublimasi Pada proses ini, bahan-bahan inert padat yang mudah menguap seperti urea, amonium karbonat, dan kamper ditambahkan ke dalam bahan-bahan tablet dan dikempa menjadi tablet. Bahan-bahan yang mudah menguap tersebut kemudian dihilangkan dengan cara disublimkan. Tablet yang dihasilkan memiliki struktur berpori yang mudah larut pada medium air (Ashish dkk., 2011). e. Spray-drying (Pengeringan Semprot) Pengeringan semprot dapat menghasilkan bubuk yang berpori dan dapat larut dengan cepat. Formulasi digabungkan dengan gelatin, manitol, natrium pati

7 7 glikolat atau croscarmelosa untuk meningkatkan disintegrasi dan disolusi. Tablet dikompresi dari semprotan bubuk kering hancur dalam waktu 20 detik ketika direndam dalam medium berair (Ashish dkk., 2011). f. Kempa Langsung Kempa langsung merupakan metode paling mudah dalam pembuatan tablet karena dapat dilakukan dengan alat-alat, bahan, dan proses konvensional. Kecepatan disintegrasi dan disolusi produk yang dihasilkan tergantung dari disintegran, dan eksipien yang digunakan (Ashish dkk., 2011). Obat yang dapat dipilih untuk dijadikan sediaan FDT harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Tidak memiliki rasa yang terlalu pahit b. Dosis kurang dari 20 mg c. Memiliki berat molekul rendah d. Stabil pada medium air dan saliva e. Tidak terionisasi pada ph rongga mulut f. Mudah terdifusi ke dalam jaringan epitel saluran gastro intestinal g. Mudah terserap ke dalam jaringan mukosa (Kumaresan, 2008). 2. Kompleks Inklusi Kompleks inklusi merupakan suatu hubungan antara molekul pengkompleks yang memiliki rongga dengan molekul obat yang dapat masuk ke dalam rongga molekul pengkompleks tersebut. Pembentukan kompleks inklusi dapat menutupi rasa tidak enak pada molekul obat dengan mekanisme mengurangi

8 8 kelarutan pada rongga mulut atau dengan mekanisme mengurangi kontak antara molekul obat dengan reseptor perasa di lidah (Sharma & Lewis, 2010). Siklodekstrin merupakan senyawa yang paling umum digunakan sebagai senyawa pengkompleks. Siklodekstrin terdiri atas oligosakarida siklis yang mengandung minimum 6 unit D-glukopiranosa yang terikat dengan ikatan β-1,4. Siklodekstrin memiliki rongga dengan bagian dalam bersifat hidrofobik dan bagian luar bersifat hidrofilik. Siklodekstrin dapat membentuk kompleks inklusi dengan berbagai senyawa dengan cara memerangkap molekul di dalam rongga yang dimilikinya (Setyawan & Isadiartuti, 2009). Beta siklodekstrin merupakan senyawa yang paling sering digunakan karena memiliki rongga yang cocok dengan cincin aromatik yang ada pada kebanyakan molekul obat (Nilesh dkk., 2012). Setelah terbentuk senyawa kompleks, molekul yang terperangkap akan mengalami perubahan sifat fisika-kimia. Perubahan sifat yang terjadi diantaranya meningkatkan kelarutan, laju disolusi (Setyawan & Isadiartuti, 2009), memperbaiki stabilitas obat, mengurangi efek samping (Manca dkk., 2005), meningaktkan stabilitas (Cook dkk., 2009) dan mampu mempernbaiki rasa obat yang tidak enak (Sharma & Lewis, 2010). 3. Superdisintegrant Superdisintegrant atau bahan penghancur merupakan bahan yang dapat memecah tablet menjadi bentuk granul atau sebuk sehingga lebih mudah terlarut pada cairan pada saluran pencernaan (Priyanka & Vandana, 2013). Menurut Shankarrao dkk., (2010) peningkatan kadar superdisintegrant akan meningkatkan kerapuhan tablet yang dihasilkan, sehingga superdisintegrant digunakan dalam

9 9 kadar 1-10% bobot/bobot dihitung terhadap bobot unit sistem penghatar obat (Zimmer dkk., 2011). Superdisintegrant memegang peranan penting pada sistem penghantaran obat yang dirancang untuk melepaskan zat aktifnya dengan segera, termasuk fast disintegrating tablet (Deepak dkk., 2012). Kebanyakan superdisintegrant merupakan bahan yang sensitif terhadap kelembaban dan cairan. Oleh karena itu proses pembuatan sediaan yang mengandung superdisintegrant sebaiknya menggunakan metode yang tidak melibatkan cairan, misalnya dengan kempa langsung atau dengan granulasi kering (Priyanka & Vandana, 2013). Superdisintegrant bekerja dengan beberapa mekanisme, diantaranya swelling, wicking, deformation, dan gaya repulsif partikel. a. Swelling (Mengembang) Swelling atau mengembang merupakan mekanisme umum bahan penghancur tablet (Deepak dkk., 2012). Gambar 1: mekanisme swelling (Bhowmik dkk., 2009)

10 10 Faktor yang berperan pada proses mengembang adalah kemampuan bahan untuk menyerap air melalui proses kapilarisasi. Terjadinya kontak antara bahan penghancur dengan air menyebabkan bahan penghancur mengembang dan mengurangi gaya adhesif antar partikel. Akibatnya tablet terdisintegrasi menjadi partikel partikel kecil (Zimmer dkk., 2011) (Gambar 1). Contoh bahan penghancur yang bekerja dengan mekanisme swelling adalah natrium pati glikolat. b. Wicking (Penyerapan air) Bahan penghancur yang tidak mengembang bekerja dengan mekanisme wicking. Porositas tablet menyediakan jalur penetrasi cairan ke dalam tablet (Zimmer dkk., 2011). Gambar 2: mekanisme wicking (Bhowmik dkk., 2009) Mekanisme wicking dimulai dengan adanya aksi kapilaritas. Medium cair yang cocok terserap ke dalam tablet, melemahkan ikatan antar molekul, dan memecahkan tablet menjadi pertikel-partikel kecil (Mangal dkk., 2012) (Gambar 2). Penyerapan cairan oleh tablet tergantung dari hidrofilisitas zat aktif atau eksipien yang digunakan, serta kondisi pentabletan. Struktur pori-pori dan tegangan muka pada partikel terhadap medium cairan juga penting untuk membantu proses

11 11 disintegrasi (Deepak dkk., 2012). Contoh disintegran yang bekerja dengan mekanisme wicking adalah crospovidone dan crosscarmillosa. c. Deformation Pati memiliki sifat elastis. Pati akan berubah bentuk ketika ditekan dan akan kembali pada ukuran semula ketika tekanan dihilangkan. Pada proses pembuatan tablet, pati mengalami tekanan dan mengalami perubahan bentuk lebih permanen sehingga tidak kembali ke ukuran semula. Hal ini menyebabkan pati dalam tablet memiliki energi yang kuat. Ketika terkena cairan, pati akan melepaskan energi tersebut, kembali ke ukuran semula dan memecahkan tablet menjadi pertikelpartikel kecil (Mangal dkk., 2012) (Gambar 3). Gambar 3: mekanisme deformation. A: sebelum pentabletan; B: bahan mengalami deformasi setelah pentabletan; C: bahan kembali ke ukuran semula setelah terkena cairan (Deepak dkk., 2012) d. Gaya repulsif partikel Guyot-Hermannet telah mengusulkan teori repulsi listrik untuk menjelaskan terjadinya swelling pada tablet yang mengandung bahan sukar larut. Gaya repulsif listrik antar partikel merupakan mekanisme disintegrasi yang membutuhkan air. Peneliti menemukan bahwa repulsif merupakan mekanisme lanjutan dari mekanisme wicking (Deepak dkk., 2012) (Gambar 4).

12 12 Gambar 4: mekanisme gaya repulsif partikel. Air masuk ke dalam pori dan partikel terpisah karena adanya gaya elektrik (Bhowmik dkk., 2009) 4. Filler binder Filler binder merupakan bahan pengisi yang dapat ditambahkan untuk memberikan granul yang dibutuhkan pada pembuatan tablet. Penambahan filler binder pada formula dapat meningkatkan sifat alir dan kompresibilitas campuran bahan (Kanojia dkk., 2013) sehingga cocok ditambahkan pada formula tablet yang dibuat dengan metode kempa langsung. Penggunaan filler binder juga berpengaruh terhadap sifat fisik tablet yang dihasilkan, diantaranya kekerasan, kerapuhan dan jumlah obat yang dilepaskan dari sediaan (Bastos dkk., 2008). Filler binder yang ideal memiliki sifat-sifat inert, tidak menghambat disolusi zat aktif, dan memiliki rasa enak di mulut. Filler binder pada FDT harus diberikan dalam jumlah optimal untuk menghasilkan tablet yang cukup keras, namun cepat hancur ketika FDT diletakkan pada lidah. Filler binder yang biasa digunakan antara lain polimer selulosa, pirolidon, polivinil alkohol, dll.

13 13 5. Kempa Langsung Kempa langsung merupakan proses pembuatan tablet yang dilakukan dengan mengempa campuran zat aktif dengan eksipien yang sesuai. Tidak ada perlakuan yang diterapkan pada campuran bahan sebelum pengempaan. Metode kempa langsung cocok diaplikasikan pada formula dengan zat aktif yang sensitif terhadap kelembaban dan panas (Gohel, 2005). Metode kempa langsung dinilai memiliki lebih banyak keuntungan dari pada metode granulasi. Keuntungan metode kempa langsung diantaranya lebih menghemat waktu, peralatan, dan energi yang digunakan. Metode kempa langsung dianggap lebih sederhana karena metode ini melibatkan pencampuran sederhana zat aktif dengan bahan lain lalu pengempaan langsung campuran yang dihasilkan. Pembuatan tablet dengan metode kempa langsung mempersyaratkan campuran harus memiliki sifat alir yang baik (Kumar & Pallavi, 2013). Formula tablet yang dikerjakan dengan metode kempa langsung harus memiliki syarat sebagai berikut: a. Kompaktibilitas yang baik Kompaktibilitas yang baik akan menghasilkan tablet yang cukup keras, dan tidak rapuh. Bila kadar zat aktif rendah, formula dapat ditambahkan filler binder. Contoh filler binder yang dapat ditambahakan antara lain MCC dan laktosa. b. Sifat alir yang baik Sifat alir yang baik sangat dibutuhkan pada setiap menyiapkan formula tablet. Sifat alir yang buruk akan menyulitkan serbuk mengalir ke dalam cetakan

14 14 sehingga sukar dalam mendaptakan keseragaman bobot tablet. Sifat alir dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan pelicin (Kumar & Pallavi, 2013). Sifat disintegrasi dan disolusi tablet yang dihasilkan dari metode kempa langsung tergantung pada jenis disintegran dan kelarutan eksipien. Sifat disintegrasi dapat ditingkatkan dengan mengecilkan ukuran tablet, mengurangi kekerasan, dan pemilihan konsentrasi optimal superdisintegrant (Gupta dkk., 2012). 6. Evaluasi Fast Disintegrating Tablet berlikut: Fast disintegrating tablet dievaluasi menurut sifat-sifat fisik sebagai a. Keseragaman Bobot Parameter keseragaman bobot tablet digunakan untuk menjamin keseragaman dosis antar tablet. Tablet yang bobotnya terlalu bervariasi akan memiliki kadar zat aktif yang bervariasi pula sehingga akan mempengaruhi keseragaman dosis obat dalam tablet. Tabel 1 menunjukkan persyaratan penyimpangan bobot terhadap bobot rerata tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979). Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet (Anonim, 1979) Bobot rata-rata tablet Penyimpangan rata-rata bobot dalam % 25 mg atau kurang 15% 30% mg 10% 20% mg 7,5% 15% lebih dari 300 mg 5% 10% A B Uji keseragaman bobot dilakukan dengan memilih 20 tablet secara acak, kemudian menimbangnya satu per satu. Selanjutnya menentukan harga rerata bobot

15 15 tablet dan standar deviasinya. Hasil penimbangan 20 tablet tidak boleh ada dua tablet yang menyimpang dari ketentuan A dan tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari ketentuan B. b. Kekerasan Tablet Kekerasan tablet didefinisikan sebagai gaya yang dibutuhkan untuk menghancurkan tablet. Tablet harus memiliki kekerasan tertentu agar dapat bertahan dari goncangan mekanik saat produksi, pengemasan dan distribusi (Banker & Anderson, 1984). Batas kekerasan tablet untuk sediaan FDT biasanya lebih rendah untuk mendukung kecepatan disintegrasi FDT. Kekerasan tablet ditentukan dengan alat hardness tester dan dinyatakan dalam Kg/cm 2 (Siddiqui dkk., 2010). Uji kekerasan dilakukan dengan mengatur alat pada skala nol, lalu meletakkan tablet pada alat dengan posisi vertikal tegak lurus terhadap tuas. Ulir pada alat diputar hingga tablet pecah. Besarnya tekanan yang ditunjukkan pada skala tersebut selanjutnya dicatat dan dicari rerata kekerasan tablet. c. Kerapuhan Kerapuhan tablet dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan tablet akibat adanya bahan penguji mekanis. Kerapuhan menggambarkan ketahanan tablet melawan tekanan mekanik terutama guncangan dan pengikisan. Ketahanan pada kehilangan berat menunjukkan tablet tersebut bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam pengemasan dan transportasi (Allen dkk., 2011).

16 16 Kerapuhan tablet ditentukan dengan alat roche friablator. Alat ini bekerja sesuai dengan efek abrasi dan guncangan pada suatu chamber plastic yang diputar pada kecepatan 25 rpm dan tablet jatuh dari ketinggian 6 inchi pada tiap putaran. Uji kerapuhan mula mula dilakukan dengan menimbang dan membebasdebukan 20 tablet kemudian memasukkan ke dalam chamber plastic yang terpasang pada alat. Selanjutnya chamber diputar pada kecepatan 25 rpm selama 4 menit atau sebanyak 100 putaran. Tablet selanjutnya dibebasdebukan kembali lalu ditimbang dan diperoleh bobot akhir tablet. Nilai kerapuhan tablet dihitung dengan rumus: Kerapuhan = Bobot awal tablet Bobot akhir tablet Bobot akhir tablet 100%... (1) Nilai kerapuhan yang dipersyaratkan farmakope adalah 0.1 % % (Siddiqui dkk., 2010). d. Waktu disintegrasi Waktu disintegrasi FDT merupakan waktu yang diperlukan oleh matriks FDT utuh untuk dapat terdisintegrasi menjadi bentuk partikel kecil. Uji waktu disintegrasi dilakukan dengan menempatkan FDT pada cawan petri berisi 20 ml akuades. Uji waktu disintegrasi diujikan pada 6 tablet. Waktu yang dibutuhkan FDT untuk mengalami disintegrasi dicatat dan dicari nilai reratanya. Waktu disintegrasi FDT tidak boleh lebih dari 3 menit. e. Waktu pembasahan Waktu pembasahan berpengaruh terhadap kecepatan disintegrasi tablet. Waktu pembasahan yang cepat akan mengakibatkan waktu disintegrasi yang cepat

17 17 pada sediaan FDT (Deepak dkk., 2011). Waktu pembasahan berkaitan dengan struktur matriks tablet dan sifat hidofilisitas eksipien (Deepak dkk., 2011). Waktu pembasahan dilakukan dengan meletakkan kertas saring yang dilipat dua kali ke dalam cawan petri diameter 5 cm dan telah diisi akuades sebanyak 5 ml. Akuades tersebut sebelumnya telah diberi pewarna tertentu. Sebuah tablet selanjutnya diletakkan ditengah-tengah cawan petri. Waktu yang dibutuhkan agar seluruh tablet menjadi berwarna dicatat sebagai waktu pembasahan. f. Rasio absorbsi air Rasio absorbsi air merupakan parameter untuk mengetahui kemampuan tablet menyerap dan menampung air di dalam matriksnya. Semakin besar rasio absorpsi air suatu tablet, maka semakin besar jumlah air yang dapat ditampung dalam matriks tablet, hal ini berarti akan semakin banyak jumlah air yang diperlukan untuk menyebabkan tablet terdisintegrasi (Panigrahi & Bahera, 2010). Uji ini dilakukan dengan menggunakan serangkaian alat daya serap air seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5: Rangkaian alat uji rasio absorbsi air (Affandi, 2013) Pada Gambar 5, tablet diletakkan diatas kertas saring yang telah dijenuhkan pada daerah A. Tablet akan menyerap air yang berarti air pada botol

18 18 penampung dia atas neraca analitik (daerah B) berkurang. Berkurangnya bobot air diatas neraca analitik inilah yang nantinya dihitung sebagai bobot air yang diserap tablet (Affandi, 2013). Parameter rasio absorpsi air dinyatakan dengan persen massa air yang mampu diserap tablet dihitung terhadap massa tablet basah (Bhowmik dkk., 2009). g. Uji Disolusi In Vitro Uji disolusi digunakan untuk menentukan waktu pelepasan obat dari bentuk sediaan menjadi bentuk terlarut yang dilakukan dengan metode in vitro. Uji disolusi in vitro untuk sediaan FDT dilakukan dengan USP apparatus 2 atau paddle apparatus dengan kecepatan 50 rpm. Medium yang digunakan adalah medium buffer pospat ph 6,8 sebanyak 900 ml (Bhowmik dkk., 2009). Uji disolusi dilakukan dengan meletakkan FDT pada 900 ml medium disolusi buffer pospat ph 6.8 tempetarur 37 ± 0,5 0 C dan kecepatan putar pedal 50 rpm. Sebanyak 10 ml sampel diambil tiap interval waktu 1, 3, 5, 7, dan 10 menit. Setiap pengambilan sampel, medium disolusi diganti dengan medium disolusi baru sebanyak jumlah yang sama dengan jumlah pengambilan sampel. Sampel yang diambil kemudian disaring dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang yang sesuai (USP, 2011). 7. Mongrafi Bahan a. Na-Diklofenak Natrium diklofenak (C14H10Cl2NNaO2) BM = atau Natrium 2-[(2,6- diklorofenil)amino]fenilasetat merupakan serbuk putih hingga putih kekuningan. Na-diklofenak bersifat asam lemah dengan pka 4,2. Na-diklofenak sangat mudah

19 19 larut dalam methanol, dan ethanol, agak sukar larut dalam asam asetat glasial dan air, praktis tidak larut dalam eter (departemen of Health, 2009). Diklofenak larut dalam 9 bagian aquadest; 24 bagian methanol; bagian aseton (Moffat dkk., 2011). Gambar 6: struktur kimia natrium diklofenak (trc-canada.com, 2014) Natrium diklofenak termasuk dalam non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) yang memiliki daya antiinflamasi besar dengan efek samping lebih kecil. Obat ini sering digunakan untuk meredakan berbagai nyeri, sakit kepala sebelah dan encok (Tjay & Rahardja, 2007). Natrium diklofenak termasuk zat aktif golongan II dalam biopharmaceutics classification system (BCS) karena permeabilitasnya yang tinggi tetapi kelarutan yang rendah. Pada uji disolusi yang pernah dilakukan, natrium diklofenak terdisolusi sebanyak 85% pada 900 ml media buffer ph 6,8 menggunakan apparatus pedal yang diputar pada kecepatan 75 rpm selama 30 menit atau kurang (Chuasuwan dkk., 2009). Diklofenak diabsorbsi 100 % pada saluran pencernaan. Akan tetapi karena adanya first pass effect, bioavailabilitas natrium diklofenak hanya sebesar 50 %. Penggunaan diklofenak setelah makan akan menambah waktu maksimum hingga 2 jam dan meningkatkan kadar serum puncak hinngga dua kali lipat (Novartis, 2009).

20 20 b. β-siklodekstrin β-siklodekstrin, atau beta-cycloamilosa, atau beta-dekstrin, atau sikloheptaamilase (C42H70O35) BM = 1135, merupakan oligosakarida siklik yang mengandung tujuh unit glukosa. Serbuk siklodekstrin berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis. β-siklodekstrin larut dalam 50 bagian aquadest, praktis tidak larut dalam aseton, ethanol (Cook dkk., 2009). Gambar 7: Struktur kimia (A) dan struktur steroidal β-siklodekstrin (Challa dkk., 2005) Molekul β-siklodekstrin berbentuk seperti ember dengan struktur yang kaku dan memiliki rongga di bagian tengahnya. Rongga bagian internal memiliki sifat hidrofobik dan rongga bagian luar bersifat hidrofilik. Hal ini memungkinkan siklodekstrin membentuk ikatan kompleks dengan berbagai molekul obat melalui rongga dalamnya, sehingga dapat meningkatkan kelarutan, bioavailabilitas, dan stabilitas fisika kimia obat. Kompleks inklusi siklodekstrin juga telah digunakan untuk menutupi rasa obat yang tidak menyenangkan (Cook dkk., 2009). Pada penggunaan sediaan oral, β-siklodekstrin dapat digunakan pada proses granulasi basah ataupun kempa langsung. Akan tetapi, β-siklodekstrin memiliki sifat alir buruk sehingga perlu ditambahkan lubrikan ketika diolah menggunakan metode kempa langsung. Lubrikan yang dapat digunakan misalnya magnesium stearat dengan konsentrasi 0.1% w/w.

21 21 Beta siklodekstrin tidak bersifat iritan pada mata atau kulit, dan tidak bersiat teratogenik ataupun mutagenik (Cook dkk., 2009). c. Crospovidone Crospovidone adalah serbuk putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan bersifat higroskopis. Crospovidone merupakan bahan penghancur tablet yang tidak larut dalam air. Crospovidone digunakan dengan konsentrasi 2-5% pada formula tablet yang dibuat dengan metode kempa langsung, metode granulasi basah atau granulasi kering. Crospovidone memiliki sifat hidrofilik, memiliki banyak pori, permukaan luas, cepat menyerap air, dapat mengembang dengan baik dan memiliki kompresibilitas baik. Keuntungan penggunaan crospovidone diantaranya crospovidone bekerja sebagai superdisintegrant dengan mekanisme swelling dan wicking tanpa membentuk gel (Kibbe, 2009).. Pembentukan gel oleh superdisintegrant akan menghambat penyerapan cairan ke dalam tablet sehingga kecepatan disintegrasi tablet berkurang (Camarco dkk., 2006). Gambar 8: Struktur kimia povidone (Kibbe, 2009) Penggunaan crospovidone pada formulasi tablet juga dapat meningkatkan kelarutan zat aktif (Mohmed dkk., 2012). Selain itu, keuntungan lain dalam

22 22 penggunaan crospovidone sebagai superdisintegrant adalah sifat kompresibilitasnya yang baik (Mohanachandran dkk., 2011). d. Mikrokristalin Selulosa (MCC) Mikrokristalin selulosa (MCC) dengan nama lain Avicel PH atau ceolus merupakan bubuk yang diperoleh melalui proses depolimerisasi dan pemurnian selulosa sehingga diperoleh serbuk berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa. MCC tersedia secara komersial dalam ukuran partikel, kelembaban, sifat dan penggunaan yang berbeda-beda (Guy, 2009). Gambar 9: Struktur kimia mikrokristalin sellulosa (Guy, 2009) MCC banyak digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat atau filler binder pada formula tablet atau kapsul yang diproses dengan metode granulasi basah atau metode kempa langsung. Di dalam MCC juga terdapat bahan pelicin dan bahan penghancur yang sangat berguna pada proses pentabletan (Guy, 2009). MCC merupakan bahan yang stabil walaupun bersifat higroskopis. MCC sebaiknya disimpan pada wadah tertutup rapat, pada tempat yang dingin, dan kering. Penggunaan MCC berbeda-beda tergantung pada konsentrasi yang digunakan pada formula. Fungsi penggunaan dan konsentrasi dalam formulasi ditunjukkan pada tabel berikut.

23 23 Tabel II. Penggunaan Mikrokristallin sellulosa Penggunaan Konsentrasi (%) Adsorben Antiadherent 5-20 Bahan pengisi Penghancur tablet 5-15 MCC umum digunakan sebagai eksipien pada tablet yang dibuat dengan metode kempa langsung. MCC memiliki kompaktibilitas yang baik, dan bersifat inert terhadap sebagaian besar zat aktif. MCC tersedia secara komersial dengan kelas berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain terletak pada metode pembuatan, ukuran partikel, kelembaban, sifat alir, dan sifat fisik lainnya. Partikel berukuran lebih besar dengan densitas masa yang lebih tinggi umumnya memberikan sifat aliran serbuk yang lebih baik (Guy, 2009). Jenis MCC yang digunakan dapat mempengaruhi kekerasan, kerapuhan dan jumlah obat yang dilepasakan dari sediaan tablet (Bastos dkk., 2008). Peningkatan konsentrasi Avicel PH 102 dalam sediaan tablet dapat meningkatkan kekerasan tablet yang dihasilkan (Shankarrao dkk., 2010). e. Aspartam Aspartam atau N-L-a-Aspartyl-L-phenylalanine 1-methyl ester merupakan serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau dan memiliki rasa manis. Aspartam digunakan sebagai pemanis pada produk makanan, dan sediaan farmasi.

24 24 Gambar 10: struktur kimia aspartam (Cram, 2009) Aspartam stabil pada kondisi kering. Pada lingkungan lembab, aspartam dapat terdegradasi menjadi L-aspartil-L-fenilalanin dan 3-benzil-6-carboksimethil- 2,5-diketopiperazin yang memiliki tingkat kemanisan lebih rendah. Stabilitas aspartam pada larutan dapat ditingkatkan dengan adanya siklodekstrin dan dengan penambahan polietilen glikol 400 (Cram, 2009). Aspartam dapat terdegradasi pada penyimpanan di tempat yang panas. Aspartam harus disimpan pada pada wadah tertutup baik pada tempat yang kering dan dingin. f. PEG 4000 PEG atau polietilen glikol merupakan polimer dari etilen oksida. Polietilen glikol merbentuk cair dan polietilen glikol 1000 ke atas berbentuk padatan pada suhu kamar. PEG 4000 merupakan padatan berwarna putih, dan berbentuk seperti pasta. Polietilen glikol memiliki sifat hidrofilik dan tidak mengiritasi kulit. Gambar 11: struktur kimia polietilen glikol (Wallick, 2009)

25 25 Pada sediaan padat, polietilen glikol dengan BM tinggi dapat meningkatkan waktu disintegrasi. Polietilen glikol juga sering dimanfaatkan untuk meningkatkan kelarutan pada komponen yang kurang larut pada air. Polietilen glikol dengan BM 6000 atau 4000 dapat berfungsi sebagai pelicin, walaupun tidak seefektif magnesium stearat. Tablet yang mengandung polietilen glikol bisa membentuk masa yang lengket bila suhu komponen tablet lain meningkat ketika dikempa (Wallick, 2009). Polietilen glikol harus disimpan pada wadah tertutup baik dan disimpan pada tempat yang sejuk dan kering 8. Simplex Lattice Design Simplex lattice design digunakan untuk mengoptimasi formula pada berbagai jumlah komposisi bahan yang dinyatakan dalam beberapa bagian. Penggunaan simplex lattice design memiliki berbagai keuntungan diantaranya dapat digunakan untuk optimasi campuran bahan sediaan padat, semipadat, atau pelarut. Selain itu, metode ini juga praktis dan cepat karena bukan merupakan penentuan formula dengan coba-coba atau trial and error (Bolton, 1997). Metode ini dapat digunakan untuk menentukan proporsi relatif bahan-bahan dalam formula yang menghasilkan variabel atau respon terbaik (Framana, 2013). Dalam simplex lattice design, kombinasi disiapkan dengan cara yang mudah dan efisien sehingga data percobaan dapat digunakan untuk memprediksi respon yang berada dalam ruang simplex. Setiap perubahan fraksi salah satu komponen akan mengubah salah satu variabel atau lebih dari fraksi komponen lain. Jumlah dari campuran yang terdiri dari beberapa komponen selalu berjumlah sama.

26 26 Semua fraksi dari kombinasi dua campuran dapat dinyatakan sebagai garis lurus. Jika ada 2 komponen (q=2), maka dinyatakan sebagai satu dimensi yang merupakan gambar garis lurus seperti terlihat pada Gambar 12. Titik A menyatakan suatu formula yang hanya mengandung komponen A, titik B menyatakan suatu formula yang hanya mengandung komponen B, sedangkan garis AB menyatakan suatu formula yang mengandung semua kemungkinan campuran komponen A dan B. Sedangkan titik pada nilai 50% menyatakan suatu formula yang mengandung 0,5 bagian A dan 0,5 bagian B. Semakin banyak titik yang digunakan untuk menggambarkan kurva SLD, maka hasil dari prediksi yang diperoleh akan semakin aktual dan menggambarkan respon sebenarnya. Gambar 12: Simplex lattice design model linier Gambar 12 merupakan gambar dari kurva simplex lattice design 2 komponen. Kurva 1 pada gambar diatas menunjukkan adanya interaksi yang positif, yaitu masing masing komponen saling mendukung, kurva 2 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yaitu masing masing komponen tidak saling mempengaruhi, sedangkan kurva 3 menunjukkan bahwa adanya interaksi negatif, yaitu masing masing komponen saling meniadakan respon (Armstrong & James, 1996).

27 27 Hasil eksperimen digunakan untuk membuat persamaan simplex dimana persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi profil respon. Persamaan simplex lattice design dapat dilihat pada persamaan 2. Y = a(a) + b(b) + ab(a)(b)... (2) Dimana Y menyatakan respon atau efek yang dihasilkan, a, b, ab menyatakan koefisien yang dapat dihitung dari percobaan, dan A, B menyatakan fraksi komponen dengan junlah (A) + (B) harus satu bagian. Hasil persamaan dari percobaan merupakan persamaan empiris yang menggambarkan pola respon. Analisis simplex lattice design dapat dilakukan dengan software Design Expert Software tersebut nantinya akan mengolah data dan memberikan formula dengan sifat optimum yang perlu diverifikasi. Hasil verifikasi selanjutnya dibandingkan apakah sifat hasil verifikasi berbeda secara bermakna dengan hasil prediksi atau tidak (Framana, 2013). F. Dasar Teori Pembentukan senyawa inklusi Natrium Diklofenak-β-siklodekstrin dengan perbandingan 1:1 akan menghasilkan senyawa yang memiliki bioavailabilitas lebih tinggi dengan tingkat kepahitan yang lebih randah dari pada senyawa natrium diklofenak. Hal ini akan menguntungkan karena dapat memperbaiki rasa pahit diklofenak bila dibuat pada sediaan FDT. Pembuatan FDT natrium diklofenak terinklusi β-siklodekstrin untuk pengobatan arthritis dapat dilakukan dengan menggunakan superdisintegrant crospovidone dan filler binder MCC PH 102. Superdisintegrant secara umum digunakan pada konsentrasi 1-10% sedangkan MCC PH 102 secara umum

28 28 digunakan pada konsentrasi 20-90%. Peningkatan konsentrasi superdisintegrant dapat meningkatkan waktu disintegrasi, dan kerapuhan FDT, sedangkan peningkatan kadar MCC PH 102 dapat meningkatkan kekerasan tablet. Oleh karena itu, konsentrasi keduanya perlu dioptimasi untuk mendapatkan sifat fisik kekerasan, kerapuhan, dan waktu disintegrasi optimum. Konsentrasi optimum kombinasi dari crospovidone dan MCC 102 akan menghasilkan FDT dengan sifat fisik optimum yang dipersyaratkan dalam farmakope. Kombinasi optimum dapat diperoleh dengan metode simplex lattice design dengan software design expert. Pembentukan kompleks NaDCF-BSD dapat meningkatkan nilai rasa FDT natrium diklofenak. G. Hipotesis Peningkatan kadar crospovidone sebagai superdisintegrant dapat meningkatkan waktu disintegrasi, dan meningkatkan kerapuhan fast disintegrating tablet natrium diklofenak terinklusi β-siklodekstrin. Peningkatan kadar MCC PH 102 dapat mengurangi kerapuhan dan meningkatkan kekerasan fast disintegrating tablet natrium diklofenak terinklusi β-siklodekstrin. Pada perbandingan crospovidone dan MCC PH 102 tertentu pada sediaan fast disintegrating tablet akan memberikan sifat fisik optimum meliputi kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu pembasahan, rasio absorbsi air, dan disolusi yang sesuai dengan persyaratan dalam farmakope. Pembuatan FDT natrium diklofenak terinklusi β-siklodekstrin akan menghasilkan FDT dengan rasa yang lebih baik dari pada FDT natrium diklofenak tanpa inklusi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meloksikam (MEL) merupakan salah satu obat golongan NSAID yang digunakan sebagai terapi penyakit osteoarthritis dan reumatoid arthritis (Mahrouk dkk., 2009).

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, kulit pisang

Lebih terperinci

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini indutri farmasi berfokus pada pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang menawarkan kepatuhan pasien dan dosis yang efektif. Rute pemberian oral tidak diragukan lagi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet adalah sediaan oral dalam bentuk padat yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan tambahan yang sesuai (Departemen Keshatan RI, 2014). Tablet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hidroklorotiazid (HCT) merupakan obat golongan diuretik tiazid yang umumnya digunakan sebagai lini pertama untuk penanganan hipertensi (Departemen Kesehatan RI,

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat, maka akan cepat pula terabsorpsi oleh tubuh. Pembuatan bentuk sediaan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat, maka akan cepat pula terabsorpsi oleh tubuh. Pembuatan bentuk sediaan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fast Disintegrating Tablet merupakan bentuk sediaan yang dapat terdisintegrasi dengan cepat segera setelah kontak dengan saliva dalam jumlah terbatas (Pahwa dan Gupta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian secara oral merupakan rute yang paling umum digunakan hingga 50 60% dari keseluruhan bentuk sediaan. Bentuk sediaan padat pada umumnya lebih disukai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Tablet merupakan sediaan obat yang paling banyak digunakan di masyarakat. Sediaan Tablet merupakan bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif)

Lebih terperinci

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi BAB 1 PENDAHULUAN Zaman yang berkembang ini para ilmuwan farmasi diarahkan mengembangkan bentuk sediaan baru. Salah satu tujuannya yaitu untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sehingga para ilmuwan formulasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sediaan farmasi memiliki berbagai macam bentuk dengan cara pemberiannya yang berbeda-beda. Salah satu sediaan yang paling umum digunakan oleh masyarakat yaitu tablet,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aloe vera merupakan spesies aloe yang paling banyak dijual dan diproses. Di industri makanan, aloe vera digunakan sebagai sumber makanan fungsional, bahan

Lebih terperinci

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan Tablet merupakan suatu bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif) dengan atau tanpa bahan pengisi (Departemen Kesehatan RI, 1995). Tablet terdapat dalam berbagai ragam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140 mmhg dan diastolik melebihi 90 mmhg (Depkes RI, 2008 a ). Salah satu obat antihipertensi yang populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh vestibular apparatus menuju vomiting centre di medula dan memicu mual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh vestibular apparatus menuju vomiting centre di medula dan memicu mual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motion sickness merupakan mual muntah sindrom yang terjadi pada orang sehat akibat gerakan selama perjalanan melalui darat, laut, maupun udara. Pergerakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia kesehatan, obat dengan berbagai sediaan sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengobati suatu penyakit. Obat-obatan bentuk padat dapat diberikan

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat dibandingkan dengan sediaan farmasi lain karena berbagai keuntungan seperti mudah digunakan, memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, industri farmasi semakin berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan dengan pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi sangat pesat, salah satunya yaitu pengembangan bentuk sediaan obat yang semakin banyak. Namun,

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC Na SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, seiring dengan semakin bertumbuhnya jumlah penduduk mengakibatkan sering terjadinya permasalahan dalam lingkungan hidup, seperti salah satunya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meloksikam (MEL) merupakan salah satu NSAID (non steroidal antiinflamatory drugs) yang paling sering diresepkan untuk berbagai kondisi inflamasi seperti rheumatoid arthritis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman yang semakin modern menuntut semua hal yang serba cepat dan praktis, termasuk perkembangan sediaan obat. Bentuk sediaan obat padat berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya orang tua tetapi para remaja sekarang ini juga banyak yang menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya orang tua tetapi para remaja sekarang ini juga banyak yang menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami masyarakat Indonesia pada saat ini. Seiring dengan gaya hidup yang tidak sehat, tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI Oleh : ULIN FATKHIYATUL JANNAH K 100 050 091 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian obat di Indonesia secara oral sudah sangat umum digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Diantara sediaan beberapa sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut BP (2009), sifat fisikokimia domperidone adalah sebagai berikut: Rumus struktur: Gambar 1 Struktur domperidone Nama Kimia : 5-kloro-1-[1-[3-(2-okso-2,3-dihidro-1H-benzimidazol-1-il)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang. Obat ini dapat menyebabkan masalah gastrointestinal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien yang kesulitan dalam menelan. Air sangat berperan penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien yang kesulitan dalam menelan. Air sangat berperan penting dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling populer di masyarakat dengan segala kelebihannya dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti, kenyamanan pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Dalam

Lebih terperinci

FORMULASI. Oleh FAKULTAS

FORMULASI. Oleh FAKULTAS FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISINTEGRATING ANTASIDAA DENGAN PRIMOJEL SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN MANITO L SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI Oleh : IKA WAHYUNINGTYAS K 100 060153 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA FAST DISINTEGRATING TABLET NATRIUM SUPERDISINTEGRANT CROSPOVIDONE DAN FILLER BINDER MIKROKRISTALIN SELULOSA PH 102

OPTIMASI FORMULA FAST DISINTEGRATING TABLET NATRIUM SUPERDISINTEGRANT CROSPOVIDONE DAN FILLER BINDER MIKROKRISTALIN SELULOSA PH 102 OPTIMASI FORMULA FAST DISINTEGRATING TABLET NATRIUM DIKLOFENAK TERINKLUSI β-siklodekstrin DENGAN SUPERDISINTEGRANT CROSPOVIDONE DAN FILLER BINDER MIKROKRISTALIN SELULOSA PH 102 OPTIMIZING FORMULA OF FAST

Lebih terperinci

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009). BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling popular di masyarakat karena bentuk sediaan tablet memiliki banyak keuntungan, misalnya: massa tablet dapat dibuat dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa digunakan untuk pengobatan alergi rhinitis dan seringkali ditujukan untuk anak-anak. Loratadin

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

IFNA ANGGAR KUSUMA K

IFNA ANGGAR KUSUMA K OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : IFNA ANGGAR KUSUMA K100040029

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian oral adalah rute terapi yang paling umum dan nyaman (Griffin, et al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah sediaan tablet.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan dengan berbagai macam rute pemberian obat lainnya karena pemberiannya mudah sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini BAB I PENDAHULUAN Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas yang sering dialami baik oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis antihistamin yang banyak

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan antiradang. Isolat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral berupa sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

Lebih terperinci

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Tablet Khusus Tablet Khusus (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Disusun oleh : Dicky Wisnu Ariandi (21081012) Dwi Adiguna (21081014) Indri Nugraha (21081020) Irvan Akhmad Fauzi (21081022)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Orally Disintegrating Tablet (ODT) 2.1.1 Pengertian Rute pemberian obat secara oral adalah rute paling umum dan nyaman digunakan oleh pasien. Tablet dan kapsul merupakan bentuk

Lebih terperinci

SKRIPSI DENIAR K SURAKARTAA Oleh :

SKRIPSI DENIAR K SURAKARTAA Oleh : OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN MAGNESIUM STEARAT SKRIPSI a Oleh : DENIAR WINARDANI K 1000500700 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. ialah dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) agar tidak terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. ialah dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) agar tidak terbentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Natrium diklofenak merupakan salah satu derivat dari asam fenilasaetat yang tergolong sebagai non-steroidal anti-infalmatory drug (NSAID) yang umum digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi sebesar 256 juta jiwa. Indonesia menjadi negara terbesar kedua se-asia-pasifik yang sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, industri farmasi di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam setiap bidangnya, termasuk dalam bidang pengembangan formulasi dan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI Oleh : RINI MARYATUN K 100 050 049 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (compression coating). Sekarang salut film enterik telah banyak dikembangkan. dan larut dalam usus halus (Lachman, et al., 1994).

BAB I PENDAHULUAN. (compression coating). Sekarang salut film enterik telah banyak dikembangkan. dan larut dalam usus halus (Lachman, et al., 1994). BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penyalutan tablet dilakukan karena berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari udara, kelembaban atau cahaya, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, membuat

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang farmasi begitu pesat, termasuk pengembangan berbagai

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI Oleh : NOOR NGAZIZATUL MAZIYYAH K 100.050.072 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI Oleh : TIAS FAYUKTIKA K.100.050.065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya,

Lebih terperinci

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum BAB 1 PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu, teknologi farmasi telah berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai metode baru dalam industri farmasi yang memiliki tujuan akhir untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sediaan tablet merupakan sediaan yang disukai dalam pengobatan penyakit kronis. Hal ini disebabkan bentuk sediaan tablet mudah digunakan dan praktis dalam penyimpanan.

Lebih terperinci

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat. I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi kelainan musculoskeletal, seperti artritis rheumatoid, yang umumnya hanya meringankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi BAB 1 PENDAHULUAN Dalam dunia farmasi saat ini berkembang dengan pesatnya yang memberikan dampak berkembangnya metode dalam meningkatkan mutu suatu obat. Mutu dijadikan dasar acuan untuk menetapkan kebenaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan

Lebih terperinci

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini, rasa sakit karena nyeri sendi sering menjadi penyebab gangguan aktivitas sehari-hari seseorang. Hal ini mengundang penderita untuk segera mengatasinya baik dengan upaya farmakoterapi,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 % PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan tablet dengan cara Granulasi Kering. Tablet yang dibuat sebanyak 300 buah. Komposisi tablet yang akan kami buat adalah sebagai berikut : R/ Acetosal

Lebih terperinci