BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang biasanya diderita oleh geriatri (Mohanachandran dkk., 2010). Amlodipin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang biasanya diderita oleh geriatri (Mohanachandran dkk., 2010). Amlodipin"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amlodipin besilat merupakan obat golongan calsium channel blocker aksi panjang yang digunakan dalam pengobatan angina pektoris dan hipertensi yang biasanya diderita oleh geriatri (Mohanachandran dkk., 2010). Amlodipin besilat umumnya tersedia dalam bentuk tablet konvensional. Namun bentuk tablet konvensional memiliki beberapa kelemahan seperti pelepasan obat yang lama dan ketidaknyamanan atau ketidakmampuan penggunaan tablet pada pasien tertentu, contohnya geriatri dan pediatri. Selain itu, terdapat masalah dalam efektivitas pengobatan terkait dengan bioavailabilitas amlodipin besilat yang rendah yaitu sekitar % (Moffat dkk., 2011). Berdasarkan masalah yang timbul, salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk memberikan aksi yang cepat dan meningkatkan kenyamanan penggunaan adalah dengan memformulasikan amlodipin besilat dalam bentuk fast disintegrating tablets (FDT). FDT adalah suatu tablet yang dapat terdisintegrasi dan terdisolusi secara cepat dengan bantuan saliva ketika tablet diletakkan diatas lidah (Narmada dkk., 2009). FDT juga dapat digunakan untuk meningkatkan bioavailabilitas obat (Hirani dkk., 2009). Proses disintegrasi yang cepat akan meningkatkan deagregasi dan disolusi sehingga dapat meningkatkan efektivitas pengobatan (Fudholi, 2013). Salah satu teknik pembuatan FDT yang baik untuk meningkatkan penghancuran matriks secara cepat adalah menggunakan kombinasi superdisintegrant. 1

2 2 Superdisintegrant adalah sebuah substansi yang lebih efektif pada konsentrasi rendah dengan kekuatan disintegrasi lebih baik. (Mangal dkk., 2012). Crospovidone dan sodium starch glycolate (SSG) merupakan superdisintegrant yang menjadi salah satu faktor penting dalam pembuatan FDT, karena FDT harus terdisintegrasi secepat mungkin. Kombinasi superdisintegrani diharapkan dapat meningkatkan kecepatan disintegrasi tablet. SSG digunakan secara luas sebagai superdisintegrant dengan metode kempa langsung atau granulasi basah dan biasa digunakan konsentrasi pada formula sebanyak 2-8%, dengan konsentrasi optimum pada 4% meski dalam banyak kasus pada penggunaan konsentrasi 2% sudah cukup (Mangal dkk., 2012). Mekanisme disintegrasinya adalah penyerapan air (water wicking), lalu diikuti proses pengembangan (swelling) dengan cepat dan dalam jumlah yang besar. Sedangkan crospovidone mempunyai struktur yang sangat berpori dan dapat hancur secara cepat dalam air tanpa membentuk gel. Struktur berpori ini menyebabkan penyerapan air (water wicking) kedalam tablet. (Mangal dkk., 2012). Proporsi crospovidone yang digunakan berkisar antara 2-5 % dari bobot tablet (Rowe dkk., 2009). Karena sifat masing-masing superdisintegrant yang baik, maka dilakukan percobaan menggunakan kombinasi kedua bahan yang diharapkan mampu menghasilkan tablet dengan sifat alir dan sifat fisik yang lebih baik dibandingkan dengan tablet yang menggunakan satu jenis superdisintegrant. Kombinasi superdisintegrant berupa crospovidone dan SSG diharapkan dapat memperbaiki sifat alir dan sifat fisik dari FDT amlodipin besilat. Untuk itu

3 3 dilakukan optimasi formula FDT menggunakan kombinasi superdisintegrant berupa crospovidone dan SSG. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah 1. Bagaimanakah pengaruh kombinasi kadar antara crospovidone dan SSG terhadap sifat alir dan sifat fisik FDT dari amlodipin besilat? 2. Pada kombinasi kadar crospovidone dan SSG berapakah yang merupakan formula FDT optimum? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh kombinasi kadar antara crospovidone dan SSG terhadap sifat alir dan sifat fisik FDT dari amlodipin besilat. 2. Mengetahui kombinasi kadar crospovidone dan SSG yang merupakan formula FDT optimum. D. Tinjauan Pustaka 1. Fast Disintegrating Tablets (FDT) FDT adalah tablet yang dapat terdisintegrasi dan terdisolusi secara cepat dengan bantuan saliva ketika tablet diletakkan diatas lidah (Narmada dkk., 2009). FDT diformulasikan khususnya untuk pediatri dan geriatri. FDT dapat pula diformulasikan untuk pasien yang terlalu sibuk atau pasien

4 4 yang sedang bepergian sehingga mengalami keterbatasan untuk mengakses air. Beberapa kriteria FDT yang baik : 1. Mempunyai rasa yang dapat diterima. 2. Tidak membutuhkan air untuk proses menelan, namun harus terdisolusi atau terdisintegrasi didalam mulut dalam waktu cepat. 3. Meninggalkan sedikit atau bahkan tidak sama sekali residu pada mulut setelah penggunaan. 4. Mempunyai tingkat sensitifitas yang rendah terhadap kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembapan udara. 5. Memungkinkan pembuatan menggunakan cara konvensional atau dengan biaya yang rendah. Beberapa keuntungan FDT : 1. Dapat digunakan dimana saja dan kapan saja meski tanpa air. 2. Cocok untuk pasien geriatri dan pediatri yang biasanya mengalami kendala dalam proses menelan tablet atau pasien lain yang mempunyai masalah menggunakan sediaan oral konvensional misalnya pada pasien disability atau yang tidak kooperatif. 3. Dapat digunakan untuk situasi yang membutuhkan aksi cepat. 4. Bioavailabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan tablet konvensional. 5. Kombinasi keuntungan dari bentuk sediaan padat dalam hal stabilitas dan dari bentuk sediaan cair dalam hal bioavailabilitas.

5 5 Sedangkan keterbatasan FDT diantaranya: 1. Diperlukan handling atau penangan dengan hati-hati. 2. Dapat meninggalkan residu atau rasa yang tidak enak jika tidak diformulasikan dengan baik. Untuk mendapatkan kriteria FDT yang baik, maka diperlukan teknik tertentu, diantaranya yaitu : 1. Kempa langsung Metode kempa langsung adalah metode yang paling sederhana dan merupakan pembuatan tablet yang paling efektif dari segi harga. Metode kempa langsung ditujukan untuk bahan-bahan yang mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Teknik ini dapat diaplikasikan untuk pembuatan FDT dengan menambahkan eksipien yang dapat meningkatkan availabilitas, contohnya penambahan superdisintegrant. Penambahan superdisintegrant dapat meningkatkan kecepatan disintegrasi dan disolusi (Bhowmik dkk., 2009). 2. Freeze drying / liofilisasi Liofilisasi adalah teknik pembuatan tablet dimana air akan disublimasikan dari tablet setelah didinginkan. Dengan teknik ini, didapat struktur berpori yang dapat terlarut dengan cepat. Dalam metode ini tidak digunakan pemanasan dalam proses pengeringan, maka cocok digunakan untuk bahan yang tidak tahan pemanasan. Keterbatasan dari metode ini adalah memakan waktu yang cukup lama dan stabilitas tablet yang dihasilkan kurang baik (Bhowmik dkk., 2009).

6 6 3. Molding Pada metode molding, dilakukan pembasahan terhadap campuran serbuk menggunakan solven hidro-alkohol dan diikuti pengempaan tekanan rendah untuk membentuk massa yang basah. Pelarut tersebut kemudian dihilangkan menggunakan pengeringan udara. Tablet yang dihasilkan dengan metode ini memiliki kekuatan yang rendah, namun mempunyai struktur berpori yang dapat meningkatkan kecepatan disolusi (Bhowmik dkk., 2009). 4. Sublimasi Dalam metode ini, digunakan bahan-bahan yang mudah menyublim seperti urea, asam benzoat, amonium bikarbonat, ammonium karbonat, dan camphor. Bahan mudah menyublim ini dilakukan pengempaan bersamaan dengan bahan tablet lainnya kemudian disublimasikan sehingga menghasilkan tablet yang berpori. Tablet yang dihasilkan dengan metode ini dilaporkan mempunyai waktu disintegrasi antara detik (Bhowmik dkk., 2009). 2. Uji Sifat Alir Serbuk 1. Kecepatan Alir Kecepatan alir serbuk adalah kecepatan yang dibutuhkan serbuk untuk dapat mengalir dalam sebuah alat. Kecepatan alir dapat menggambarkan efektivitas dari bahan pelicin, karena bahan pelicin dapat memperbaiki sifat alir serbuk. Pada umumnya, semakin kecil

7 7 ukuran serbuk akan meningkatkan daya kohesi sehingga serbuk menggumpal dan tidak mudah mengalir (Gad, 2008). Pengujian sifat alir serbuk sangat penting karena akan memberikan gambaran keseragaman pengisian ruang cetakan yang akan mempengaruhi keseragaman bobot dan akhirnya mempengaruhi keseragaman zat aktif (Sulaiman, 2007). Jika sifat alir sebuah campuran kurang baik, kemungkinan dapat tertinggal di alat kempa yang dapat mengakibatkan ketidakseragaman dosis pada tablet. Pada metode kempa langsung, suatu serbuk harus mempunyai daya alir atau flow ability yang baik. Serbuk dikatakan memiliki sifat alir yang baik dan mudah dilakukan penabletan apabila mempunyai kecepatan alir sebesar 10 gram/detik atau lebih (Department of Health, 2013). 2. Sudut Diam Menurut British Pharmacopoeia (Department of Health, 2013), salah satu metode umum yang digunakan untuk melihat aliran serbuk adalah dengan mengukur sudut diam serbuk. Sudut diam merupakan sudut yang dibentuk oleh sejumlah serbuk setelah serbuk diberi perlakuan (Sulaiman, 2007). Semakin kecil sudut diam yang dihasilkan serbuk, akan semakin baik campuran tersebut. Baik buruknya hasil pengujian sudut diam dapat dipengaruhi oleh cara penuangan serbuk, ukuran partikel, atau diameter corong. Berbagai kategori yang dihasilkan dari sudut diam dapat dilihat pada tabel I berikut.

8 8 Tabel I. Karakterikistik Aliran Dalam Sudut Diam (Department of Health., 2013) Flow Property Angle of Repose (degrees) Excellent Good Fair (aid not needed) Passable ( may hang up) Poor (must agitate, vibrate) Very poor Very, very poor >65 3. Parameter Sifat Fisik FDT 1. Uji Keseragaman Sediaan Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (Departemen Kesehatan RI, 2014), keseragaman sediaan didefinisikan sebagai keseragaman jumlah zat aktif dalam suatu sediaan. Keseragaman sediaan ditetapkan melalui dua metode, yaitu keseragaman bobot dan keseragaman kandungan. Keseragaman Bobot Keseragaman bobot erat kaitannya dengan keseragaman dosis. Keseragaman bobot merupakan parameter untuk menjamin distribusi obat pada sediaan secara merata dan tidak bervariasi terlalu besar. Ketidakseragaman dosis pada tablet dapat mempengaruhi efek obat dan hasil terapi. Departemen Kesehatan RI (1979) mensyaratkan bahwa tidak boleh ada dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang lebih dari 10%, dan tidak satupun bobot tablet yang menyimpang dari 20% bobot rata-rata tablet.

9 9 Tabel II. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet (Departemen Kesehatan RI, 1979) Bobot rata-rata tablet Penyimpangan bobot rata-rata dalam % A B 25 mg atau kurang 15% 30% 26 mg mg 10% 20% 151 mg 300 mg 7,5% 15% Lebih dari 300 mg 5% 10% Keseragaman Kandungan Keseragaan kandungan perlu dilakukan salah satunya untuk tablet yang mengandung zat aktif kurang dari 25 mg atau kurang dari 25% terhadap bobot tablet. Karena jumlah zat aktif yang sedikit, maka setelah menjadi sediaan, perlu dilakukan analisis untuk memastikan zat aktif telah terhomogenisasi sempurna dalam sediaan. Keseragaman kandungan dipenuhi jika pada 10 tablet yang diperiksa memiliki nilai penerimaan kurang dari atau sama dengan 15%. (Departemen Kesehatan RI, 2014) 2. Uji Kekerasan Tablet Kekerasan tablet perlu diuji untuk mengetahui ketahanan suatu tablet terhadap tekanan mekanik seperti tekanan kompresi ataupun tekanan saat proses produksi, pengemasan, dan distribusi. Ketahanan tablet yang baik akan menjamin kualitas tablet tetap pada kondisi baik. Kekerasan tablet erat kaitannya dengan sifat bahan yang akan dikempa dan tekanan kompresi yang diberikan. Kekerasan juga akan berpengaruh pada waktu disintegrasi tablet. Persyaratan kekerasan tablet yang baik untuk FDT adalah 3-5 kg/cm 2 (Panigrahi dkk., 2010).

10 10 3. Uji Kerapuhan Tablet Uji kerapuhan akan menggambarkan kekuatan ikatan antar partikel pada bagian tepi tablet terhadap tekanan mekanik dari berbagai gangguan dari lingkungan seperti gesekan atau kikisan. Respon yang dilihat adalah presentase bobot tablet yang hilang. Semakin besar nilai presentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang (Sulaiman, 2007). Kerapuhan tablet yang dapat diterima adalah kurang dari 1% (Departemen Kesehatan RI, 1995). 4. Uji Waktu Disintegrasi Parameter waktu disintegrasi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi FDT. FDT merupakan suatu sediaan tablet yang dimaksudkan dapat terdisintegrasi secara cepat di mulut. Maka semakin cepat hancurnya obat, akan semakin baik. Waktu disintegrasi adalah waktu yang diperlukan suatu tablet untuk hancur di dalam suatu medium menjadi bentuk partikel yang lebih halus. British Pharmacopoeia (Department of Health, 2013) mensyaratkan bahwa waktu disintegrasi orodispersible tablets tidak melebihi waktu 3 menit. 5. Waktu Pembasahan Tablet Parameter waktu pembasahan digunakan untuk mengetahui kecepatan suatu tablet untuk mengabsorpsi air. Kecepatan penyerapan ini akan mempengaruhi kecepatan disintegrasi tablet. Semakin cepat waktu pembasahan, maka kemampuan disintegrasi tablet akan semakin baik

11 11 pula (Gohel dkk., 2007). Waktu yang diperlukan tablet untuk terbasahi sepenuhnya dicatat sebagai waktu pembasahan (Dey & Maiti, 2010). 6. Rasio Absorpsi Air Parameter ini digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu tablet menyerap air didalam matriks. Semakin besar rasio absorpsi air, akan semakin banyak jumlah air yang dapat ditampung dalam matriks tablet sehingga akan lebih mudah terdisintegrasi. Gambar 1. Rangkaian Alat Uji Daya Serap Air (Soebagyo dkk., 2014) Uji ini dilakukan dengan menggunakan serangkaian alat absorpsi air. Kertas saring diletakkan di atas daerah A sampai jenuh. Tablet sebelumnya ditimbang bobotnya, lalu tablet diletakkan di atas daerah A. Tablet akan menyerap air yang terhubung dengan botol berisi air di daerah B yang berada di atas neraca analitik. Berkurangnya bobot air yang terbaca pada neraca analitik dihitung sebagai bobot air yang terabsorpsi oleh tablet. 7. Uji Disolusi Uji dilakukan untuk mengetahui besarnya zat aktif yang dapat terlarut dalam medium tertentu dalam interval waktu yang diharapkan.

12 12 Kecepatan disolusi obat dapat mempengaruhi kecepatan absorpsi obat kedalam sirkulasi sistemik (Fudholi, 2013). Uji disolusi merupakan kelanjutan dari pengamatan waktu disintegrasi tablet yang dahulu orang menganggap penting sebagai parameter dalam biofarmasi (Fudholi, 2013). Beberapa Farmakope terutama Farmakope Amerika (USP XVIII) mencantumkan adanya uji disolusi khususnya untuk sediaan padat bentuk tablet, maka pengamatan jumlah zat aktif yang terlarut kedalam medium sebagai fungsi waktu menjadi hal yang mutlak wajib dikerjakan sebagai jaminan atas ketersediaan farmasetis suatu obat (Fudholi, 2013). 4. Superdisintegrant Superdisintegrant adalah sebuah substansi yang lebih efektif pada konsentrasi rendah dengan kekuatan disintegrasi lebih baik (Mangal dkk., 2012). Superdisintegrant digunakan untuk meningkatkan efikasi dari sebuah sediaan. Terdapat dua tipe superdisintegrant, yaitu superdisintegrant alami dan superdisintegrant sintetik atau buatan. Superdisintegrant alami diperoleh dari bahan-bahan alam yang telah dimodifikasi dan dianjurkan karena lebih murah, bersifat tidak iritatif, dan berasal dari bahan yang tidak berbahaya. Contoh dari superdisintegrant alami adalah plantago muccilage, guar gum, dan gum karaya. Tipe kedua dari superdisintegrant adalah superdisintegrant sintetik atau buatan. Beberapa contoh superdisintegrant sintetik adalah crospovidone, croscamellose sodium, dan SSG. Beberapa keuntungan dari superdisintegrant sintetik adalah dapat digunakan pada

13 13 konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan alami serta mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik (Mangal dkk., 2012). Terdapat beberapa mekanisme superdisintegratnt dalam sebuah sediaan, yaitu swelling, wicking, deformation, dan particle repulsive force. a. Pengembangan (swelling) Dalam mekanisme pengembangan, bahan penghancur di dalam sediaan akan mengembang dan mendesak bahan lain dan akan menyebabkan tablet menjadi pecah. Hal ini terjadi saat sediaan kontak dengan air. Contohnya adalah SSG dan plantagoovata (Mangal dkk., 2012). Granul dengan superdisintegrant di dalam media berair Pembengkakan granul akibat superdisintegrant Gambar 2. Mekanisme Swelling (Parashar dkk., 2012) b. Penyerapan air (wicking) Dalam mekanisme ini, bahan penghancur akan menarik air masuk ke dalam pori-pori kapiler dan mengurangi kekuatan ikatan fisik antara partikel dan tablet akan cepat terdisintegrasi. Contohnya adalah crospovidone (Mangal dkk., 2012).

14 14 Disintegran menarik air ke dalam pori-pori dan mengurangi kekuatan ikatan fisik antar partikel Gambar 3. Mekanisme Wicking (Parashar dkk., 2012) c. Perubahan bentuk (deformation) Pada mekanisme ini, partikel akan berubah bentuk setelah mengalami pengempaan. Bentuk ini akan bertahan sampai tablet terkena oleh air (Mangal dkk., 2012). Setelah teblet terkena air, superdisintegrant akan merubah bentuk menjadi bentuk asalnya dan menyebabkan tablet terdisintegrasi karena partikel penyusun lainnya menjadi berdesakan (Gandhi, 2012). Partikel membengkak dan memecah matriks Gambar 4. Mekanisme Deformation (Parashar dkk., 2012) d. Perenggangan (particle repulsive force) Dalam mekanisme ini dijelaskan bahwa bahan penghancur tidak mengalami pengembangan atau swelling. Namun ketika terdapat air, partikel dengan muatan yang sama akan tolak menolak dan memisahkan

15 15 diri satu sama lain sehingga menyebabkan tablet dapat terdisintegrasi (Mangal dkk., 2012). Air tertarik ke dalam pori pori menyebabkan partikel saling berjauhan akibat resultan gaya listrik Gambar 5. Mekanisme Repulsion (Mangal dkk., 2012) 5. Simplex Lattice Design (SLD) SLD merupakan metode yang dapat digunakan untuk optimasi berbagai campuran dalam sediaan padat, semi padat, atau pelarut. Optimasi ini dapat merupakan campuran biner atau lebih. Untuk dua komponen yang berubah-ubah, digunakan persamaan sebagai berikut : Y = a(a) + b(b) + ab(a)(b)...(1) Keterangan: Y : respon atau efek yang dihasilkan a, b, ab : koefisien yang dapat dihitung dari percobaan (A) dan (B) : kadar komponen, dan jumlah (A) + (B) harus sama dengan 1 Berbagai macam formula yang mengandung konsentrasi berbeda dari beberapa bahan disiapkan. Kemudian data percobaan dapat digunakan untuk memprediksi respon yang berbeda dalam ruang simplex. Untuk penerapan dua komponen perlu dilakukan minimal tiga percobaan, yaitu

16 16 100% variabel A, 100% variabel B, dan campuran 50% variabel A dan 50% variabel B (Bolton & Bon, 2004). Persamaan model SLD dapat dilihat dari gambar 6 berikut. Titik A menyatakan formula yang hanya mengandung komponen A, titik B menyatakan formula yang hanya mengandung komponen B, garis AB menyatakan suatu formula yang mengandung semua kemungkinan campuran komponen A dan B. Semakin banyak titik yang digunakan untuk menggambarkan kurva SLD, maka hasil dari prediksi yang diperoleh akan semakin aktual dan menggambarkan respon sebenarnya. Gambar 6. SLD Model Linier (Armstrong & James, 1996) Kurva 1 pada gambar 6 menunjukkan bahwa masing-masing komponen saling mempengaruhi atau dapat dikatakan adanya interaksi yang positif (benefical effects), kurva 2 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yaitu masing-masing komponen tidak saling mempengaruhi. Sedangkan kurva 3 menunjukkan bahwa adanya masing-masing komponen saling meniadakan respon atau dapat disebut interaksi negatif (detrimental effects) (Armstrong & James, 1996).

17 17 6. Monografi Bahan 1. Amlodipin Besilat Amlodipin besilat mempunyai beberapa sinonim, seperti 2 [(2- aminoethoxy)methyl]-4- (2-chlorophenyl)-3- ethoxycarbonyl -5 methoxycarbonyl -6- methyl-1,4-dihydropyrydine benzenesulfonate, dan 3-ethyl 5-methyl 2-[(2-aminoethoxy)methyl]4-(2-chlorophenyl)-6-methyl- 1,4-dihidropyridine-3,5-dicarboxylate dengan rumus kimia C 21 H 29 CIN 2 O 8 S dan berat molekul 567,1. Amlodipin besilat sedikit larut dalam air dan larut dengan baik pada metanol. Amlodipin besilat merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium) yang menghambat masuknya ion kalsium melalui transmembran ke dalam otot polos pembuluh darah dan jantung. Amlodipin besilat digunakan sebagai obat antihipertensi dan dapat juga sebagai pengobatan angina pektoris (Ghenge dkk., 2011). Efek antihipertensi maupun antiangina dari amlodipin besilat adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri perifer dan dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular dan penurunan tekanan darah. Gambar 7. Struktur Kimia Amlodipin Besilat (Narmada dkk., 2009)

18 18 2. Crospovidone Menurut Rowe dkk (2009), crospovidone mempunyai beberapa sinonim seperti Crospovidomum, Crospopharm, crosslinked povidone, Kollidon CL, Kollidon CL-M, Polyplasdone XL, Polyplasdone XL-10, dan PVPP. Crospovidone mempunyai nama kimia 1-Ethenyl-2- pyrrolidinone homopolymer dan merupakan hasil modifikasi sintetik dari N-vinyl-2-pyrrolidinone. Rumus empirik crospovidone adalah (C6H9NO)n dengan bobot molekul > Pemerian bahan ini adalah tidak mempunyai rasa, free flowing, serbuk halus berwarna putih sampai kekuningan, tidak berbau dan mempunyai sifat higroskopis. Gambar 8. Struktur Kimia Crospovidone (Rowe dkk., 2009) Crospovidone adalah bahan penghancur yang biasa digunakan pada konsentrasi 2-5% pada pembuatan tablet dengan metode kempa langsung, granulasi basah, maupun granulasi kering. Crospovidone bekerja sebagai superdisintegrant dengan mekanisme utama water wicking dan mempunyai kecenderungan kecil membentuk gel. Crospovidone diketahui mempunyai struktur yang berpori. Porositas partikel crospovidone mampu mempercepat waktu disintegrasi (Mangal dkk., 2012). Crospovidone dapat juga digunakan untuk meningkatkan

19 19 kelarutan atau kecepatan disolusi dari obat yang sukar larut (Rowe dkk., 2009). Menurut Gohel dkk (2007), crospovidone selain mempunyai sifat kompresibilitas yang baik jika dibandingkan dengan superdisintegrant lainnya, juga mempunyai aktivitas kapiler yang tinggi. 3. Sodium Starch Glycolate (SSG) Menurut Rowe dkk (2009), nama kimia dari SSG adalah sodium carboxymethyl starch dan mempunyai sinonim yaitu carboxymethyl starch, sodium salt, carboxymethylamylum natricum, Explosol, Explotab, Glycolys, Primojel, starch carboxymethyl ether, Tablo, dan Vivastar P. SSG merupakan bahan berwarna putih atau hampir putih yang free flowing, dan bersifat sangat higroskopik. Bahan ini stabil meski sangat higroskopik, yang harus disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk melindungi dari kelembapan dan temperatur yang dapat menyebabkan penggumpalan. Gambar 9. Struktur Kimia SSG (Rowe dkk., 2009) Dalam bidang farmasi, bahan ini secara luas digunakan sebagai bahan penghancur dalam sediaan tablet atau kapsul. Formulasi pembuatan tablet yang mengandung SSG dapat dilakukan dengan metode kempa langsung atau granulasi basah. Konsentrasi yang biasa digunakan

20 20 adalah antara 2% hingga 8% berat tablet, dengan konsentrasi optimum adalah 4%, meskipun pada banyak kasus dengan konsentrasi 2% sudah cukup menghasilkan tablet yang baik (Mangal dkk., 2012). Bahan ini membantu proses disintegrasi dengan cara penyerapan air dengan cepat dan pembengkakan obat (swelling). Kemampuan bahan penghancur ini sangat baik karena kemampuan mengembangnya yang cukup besar dengan tetap mempertahankan keutuhannya sehingga pengembangan tersebut dapat memberikan dorongan ke sekitarnya sehingga membantu proses pecahnya tablet. 4. Microcrystalline Cellulose PH 102 Berdasarkan Rowe dkk (2009), microcrystalline cellulose mempunyai nama kimia cellulose dan mempunyai beberapa sinonim seperti Avicel PH, Cellets, Celex, cellulose gel, hellulosum microcristallin, Chelphere, Ceolus KG, Fibrocel, MCC Sanaq, crystalline cellulosa, dan Tabulose. Rumus empirik microcrystalline cellulose adalah (C6H10O5)n dengan bobot molekul Bahan ini mempunyai bentuk partikel berpori, berwarna putih atau tak berwarna, dan tidak mempunyai rasa. Gambar 10. Struktur Kimia Microcrystalline Cellulose (Rowe dkk., 2009)

21 21 Secara luas, microcrystalline cellulose digunakan sebagai bahan pengikat dan bahan pelicin pada tablet dan kapsul yang diformulasikan menggunakan metode granulasi basah dan kempa langsung. Microcrystalline cellulose juga dapat digunakan sebagai lubrikan dan disintegrant yang berguna dalam pembuatan tablet. Sebagai bahan pengisi dan pelicin, microcrystalline cellulose digunakan sebanyak 20-90% dari bobot tablet. Microcrystalline cellulose bersifat stabil meskipun bersifat higroskopis, disimpan dalam tempat yang kering dan sejuk serta pada wadah tertutup rapat. Tabel III. Berbagai Konsentrasi pada Penggunaan Microcrystalline Cellulose (Rowe dkk., 2009) 5. Manitol Menurut Rowe dkk (2009), manitol mempunyai beberapa sinonim yaitu Cordycepic acid, E421, D-Mannite, Mannite, Mannitolum, Mannogem, Pearlitol, dan Emprove dengan nama kimia D-Mannitol, rumus molekul C6H14O6 dan bobot molekul 182,17. Pemerian manitol adalah berupa kristal putih, tak berbau, mempunyai rasa manis seperti gula, menimbulkan efek dingin pada mulut dan free flowing.

22 22 Gambar 11. Struktur Kimia Manitol (Rowe dkk., 2009) Manitol digunakan secara luas pada formulasi dalam industri farmasi dan produk makanan. Pada bidang farmasi manitol digunakan sebagai bahan pelicin pada konsentrasi 10-90% b/b dalam sediaan tablet. Manitol digunakan pada metode kempa langsung atau granulasi basah pada pembuatan tablet. 6. Aspartam Aspartam menurut Rowe dkk (2009) memiliki nama kimia N-a-L- Aspartyl-L-phenylalanine 1-methyl ester dengan rumus molekul C14H18N2O5 dan bobot molekul 294,30. Adapun sinonim yang dimiliki seperti (3S)-3-Amino-4-[[(1S)-1-benzyl-2-methoxy-2-oxoethyl]amino]-4- oxobutanoic acid; 3-amino-N-(a-carboxyphenethyl)succinamic acid N- methyl ester; 3-amino-N-(a-methoxycarbonylphenethyl)- succinamic acid; APM; aspartamum; aspartyl phenylamine methyl ester; Canderel; E951; Equal; methyl N-L-a-aspartyl-L-phenylalaninate; NatraTaste; NutraSweet; Pal Sweet; Pal Sweet Diet; Sanecta. Pemerian aspartam beruba serbuk putih, hampir tidak berbau, dan memiliki rasa yang sangat manis.

23 23 Gambar 12. Struktur Kimia Aspartam (Rowe dkk., 2009) Aspartam digunakan dalam skala industri sebagai bahan pemanis pada produk berupa makanan, vitamin, bahkan dalam berbagai bentuk sediaan obat seperti tablet. Aspartam dapat digunakan untuk menutupi rasa yang kurang menyenangkan pada bahan-bahan obat, karena mempunyai tingkat kemanisan kali lebih tinggi dibanding sukrosa. Tidak seperti pemanis lainnya, aspartam dapat dimetabolisme oleh tubuh dan memiliki beberapa nilai gizi. Dalam hal penyimpanan, aspartam dalam kondisi kering dapat disimpan pada wadah tertutup rapat, suhu sejuk dan tempat kering. 7. Polyethylene Glycol 4000 Polyethylene Glycol (PEG) menurut Rowe dkk (2009) dapat disebut sebagai Macrogol atau sinonim lainnya seperti Carbowax, Carbowax Sentry, Lipoxol dan Lutrol E. Bahan ini mempunyai nama kimia α-hydro-o-hydroxypoly(oxy-1,2-ethanediyl) dan rumus molekul HOCH2(CH2OCH2)mCH2OH, dimana m merupakan rerata nomor grup oxyethylene. PEG mempunyai beberapa jenis seperti PEG 400, PEG 1500, PEG 4000, PEG 6000, dan PEG Angka tersebut menunjukkan rata-rata berat molekul pada polimer tersebut.

24 24 Gambar 13. Struktur Kimia PEG (Rowe dkk., 2009) PEG bersifat stabil, merupakan bahan yang hidrofilik yang tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Bahan ini tidak berpenetrasi melalui kulit meskipun larut dalam air, dan mudah dihilangkan dengan pencucian oleh air. PEG disimpan dalam wadah tertutup rapat, bersuhu sejuk dan tempat yang kering. PEG dengan bobot molekul >1000 mempunyai bentuk yang padat, berwarna putih, manis, dan mempunyai konsistensi berupa pasta hingga membentuk lilin. Sedangkan PEG berbobot molekul <1000 biasanya berupa cairan, sedikit berbau, dan agak pahit. Semakin rendah nomor pada PEG menunjukkan sifat viscous nya semakin berkurang. Dalam formulai bentuk sediaan padat, PEG dengan bobot molekul tinggi dapat meningkatkan efektivitas pada bahan pengikat tablet. Namun fungsinya terbatas jika digunakan sendiri, dan dapat memperlama waktu disintegrasi jika digunakan dengan konsentrasi lebih dari 5% b/b. PEG juga dapat digunakan untuk lubrikan. Keuntungan penggunaan bahan ini dibanding dengan talk atau magnesium yang keduanya bersifat hidrofob adalah sifat hidrofilik yang dimiliki PEG akan menjadikan tablet cepat hancur dalam air tanpa terhalang penetrasinya. 8. Aerosil Aerosil menurut Rowe dkk (2009) memiliki sinonim antara lain Cab-O-Sil; colloidal silica; fumed silica; silica colloidalis anhydrica;

25 25 silica sol; synthetic amorphous silica;dan silicon dioxide fumed. Colloidal Silicon Dioxide mempunyai rumus empirik yaitu SiO2 dan berat molekul 60,08. Aerosil mempunyai bentuk partikel dengan ukuran lebih kurang 15nm. Serbuk aerosil berwarna putih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Aerosil bersifat higroskopis, dan sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat. Gambar 14. Struktur Kimia Aerosil (Rowe dkk., 2009) Aerosil biasa digunakan sebagai adsorbent, anticaking agent, stabilitator emulsi, agen peningkat viskositas, dan stabilitator termal. Sedangkan dalam bidang teknologi dan farmasi, aerosil secara luas digunakan sebagai bahan kosmetik, farmasetikal, ataupun produk makanan. Dengan ukuran partikel yang kecil dan luas permukaan yang besar menyebabkan aerosil digunakan untuk meningkatkan kecepatan alir pada serbuk kering atau ketika penabletan dan pengisian kapsul. Selain itu, dapat digunakan pula sebagai formula tambahan pada suppositoria yang mengandung eksipien lipofilik untuk meningkatkan viskositas, dan mengurangi kecepatan pelepasan zat aktif.

26 26 E. Landasan Teori Amlodipin besilat merupakan obat yang dapat digunakan pada pengobatan angina pektoris dan hipertensi yang biasanya diderita oleh geriatri (Mohanachandran dkk., 2010). Amlodipin besilat dalam bentuk FDT akan memberikan efek yang lebih cepat dibandingkan tablet konvensional, dapat meningkatkan kenyamanan pada pasien yang umumnya merupakan geriatri dan dapat digunakan untuk meningkatkan bioavailabilitas obat (Hirani dkk., 2009). Metode yang digunakan dalam pembuatan FDT adalah metode kempa langsung. Metode kempa langsung merupakan metode sederhana dengan keuntungan salah satunya adalah tahapan produksinya sangat singkat yang hanya terdiri dari pencampuran dan pengempaan (Sulaiman, 2007). Proses pembuatan tablet menggunakan metode kempa langsung harus didukung oleh sifat bahan-bahan yang mempunyai kompresibilitas dan sifat alir yang baik. SSG dapat digunakan dengan metode kempa langsung atau granulasi basah. Konsentrasi yang biasa digunakan adalah antara 2% hingga 8% berat tablet, dengan konsentrasi optimum adalah 4%, meskipun pada banyak kasus dengan konsentrasi 2% sudah cukup menghasilkan tablet yang baik (Mangal dkk., 2012). Bahan ini membantu proses disintegrasi dengan cara penyerapan air dengan cepat dan pembengkakan tablet (swelling). Dengan daya pengembangan yang besar, akan menyebabkan terdesaknya obat luar sehingga memicu pecahnya tablet. Crospovidone adalah bahan penghancur yang biasa digunakan pada konsentrasi 2-5% pada pembuatan tablet dengan metode kempa langsung,

27 27 granulasi basah, maupun granulasi kering. Struktur crospovidone yang berpori menyebabkan air akan cepat masuk ke dalam sediaan dan dapat mempercepat waktu disintegrasi maupun waktu pembasahan. Menurut Shirsand dkk (2010), ketika crospovidone dikombinasikan dengan croscarmellose sodium, formula optimum yang dapat menurunkan waktu pembasahan dan waktu disintegrasi adalah dengan proporsi crospovidone 3 % dari bobot tablet. Kombinasi mekanisme crospovidone dan SSG berupa swelling dan water wicking diharapkan mampu mendapatkan formula optimum yang mempunyai sifat alir dan sifat fisik yang baik sesuai dengan persyaratan. F. Hipotesis 1. Dengan adanya kombinasi superdisintegrant berupa SSG dan crospovidone diduga mampu memperbaiki sifat alir dan sifit fisik pada FDT amlodipin besilat. 2. Formula dengan kombinasi crospovidone dan SSG tertentu diduga merupakan formula FDT amlodipin besilat optimum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien yang kesulitan dalam menelan. Air sangat berperan penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien yang kesulitan dalam menelan. Air sangat berperan penting dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling populer di masyarakat dengan segala kelebihannya dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti, kenyamanan pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hidroklorotiazid (HCT) merupakan obat golongan diuretik tiazid yang umumnya digunakan sebagai lini pertama untuk penanganan hipertensi (Departemen Kesehatan RI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meloksikam (MEL) merupakan salah satu obat golongan NSAID yang digunakan sebagai terapi penyakit osteoarthritis dan reumatoid arthritis (Mahrouk dkk., 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat, maka akan cepat pula terabsorpsi oleh tubuh. Pembuatan bentuk sediaan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat, maka akan cepat pula terabsorpsi oleh tubuh. Pembuatan bentuk sediaan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fast Disintegrating Tablet merupakan bentuk sediaan yang dapat terdisintegrasi dengan cepat segera setelah kontak dengan saliva dalam jumlah terbatas (Pahwa dan Gupta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, kulit pisang

Lebih terperinci

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. ialah dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) agar tidak terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. ialah dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) agar tidak terbentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Natrium diklofenak merupakan salah satu derivat dari asam fenilasaetat yang tergolong sebagai non-steroidal anti-infalmatory drug (NSAID) yang umum digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian secara oral merupakan rute yang paling umum digunakan hingga 50 60% dari keseluruhan bentuk sediaan. Bentuk sediaan padat pada umumnya lebih disukai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet adalah sediaan oral dalam bentuk padat yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan tambahan yang sesuai (Departemen Keshatan RI, 2014). Tablet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Tablet merupakan sediaan obat yang paling banyak digunakan di masyarakat. Sediaan Tablet merupakan bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif)

Lebih terperinci

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini indutri farmasi berfokus pada pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang menawarkan kepatuhan pasien dan dosis yang efektif. Rute pemberian oral tidak diragukan lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat dibandingkan dengan sediaan farmasi lain karena berbagai keuntungan seperti mudah digunakan, memiliki

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140 mmhg dan diastolik melebihi 90 mmhg (Depkes RI, 2008 a ). Salah satu obat antihipertensi yang populer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aloe vera merupakan spesies aloe yang paling banyak dijual dan diproses. Di industri makanan, aloe vera digunakan sebagai sumber makanan fungsional, bahan

Lebih terperinci

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan Tablet merupakan suatu bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif) dengan atau tanpa bahan pengisi (Departemen Kesehatan RI, 1995). Tablet terdapat dalam berbagai ragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia kesehatan, obat dengan berbagai sediaan sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengobati suatu penyakit. Obat-obatan bentuk padat dapat diberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sediaan farmasi memiliki berbagai macam bentuk dengan cara pemberiannya yang berbeda-beda. Salah satu sediaan yang paling umum digunakan oleh masyarakat yaitu tablet,

Lebih terperinci

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi BAB 1 PENDAHULUAN Zaman yang berkembang ini para ilmuwan farmasi diarahkan mengembangkan bentuk sediaan baru. Salah satu tujuannya yaitu untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sehingga para ilmuwan formulasi

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, seiring dengan semakin bertumbuhnya jumlah penduduk mengakibatkan sering terjadinya permasalahan dalam lingkungan hidup, seperti salah satunya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh vestibular apparatus menuju vomiting centre di medula dan memicu mual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh vestibular apparatus menuju vomiting centre di medula dan memicu mual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motion sickness merupakan mual muntah sindrom yang terjadi pada orang sehat akibat gerakan selama perjalanan melalui darat, laut, maupun udara. Pergerakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau Uji KLT dilakukan sebagai parameter spesifik yaitu untuk melihat apakah ekstrak kering daun sirih yang diperoleh dari PT. Industry

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian obat di Indonesia secara oral sudah sangat umum digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Diantara sediaan beberapa sediaan

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

FORMULASI. Oleh FAKULTAS

FORMULASI. Oleh FAKULTAS FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISINTEGRATING ANTASIDAA DENGAN PRIMOJEL SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN MANITO L SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI Oleh : IKA WAHYUNINGTYAS K 100 060153 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahkan muntah. Mabuk perjalanan dapat muncul akibat pengaruh dari senyawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahkan muntah. Mabuk perjalanan dapat muncul akibat pengaruh dari senyawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motion sickness atau mabuk perjalanan adalah gangguan yang disebabkan oleh adanya gerakan, sehingga dapat memicu rasa mual, pusing, bahkan muntah. Mabuk perjalanan dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi sangat pesat, salah satunya yaitu pengembangan bentuk sediaan obat yang semakin banyak. Namun,

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI Oleh : TIAS FAYUKTIKA K.100.050.065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI Oleh : ULIN FATKHIYATUL JANNAH K 100 050 091 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

SKRIPSI DENIAR K SURAKARTAA Oleh :

SKRIPSI DENIAR K SURAKARTAA Oleh : OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN MAGNESIUM STEARAT SKRIPSI a Oleh : DENIAR WINARDANI K 1000500700 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Orally Disintegrating Tablet (ODT) 2.1.1 Pengertian Rute pemberian obat secara oral adalah rute paling umum dan nyaman digunakan oleh pasien. Tablet dan kapsul merupakan bentuk

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC Na SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut BP (2009), sifat fisikokimia domperidone adalah sebagai berikut: Rumus struktur: Gambar 1 Struktur domperidone Nama Kimia : 5-kloro-1-[1-[3-(2-okso-2,3-dihidro-1H-benzimidazol-1-il)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman yang semakin modern menuntut semua hal yang serba cepat dan praktis, termasuk perkembangan sediaan obat. Bentuk sediaan obat padat berupa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang tergolong sebagai non-steroidal anti-infalmatory drug (NSAID) yang umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang tergolong sebagai non-steroidal anti-infalmatory drug (NSAID) yang umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Natrium diklofenak merupakan salah satu derivat dari asam fenilasaetat yang tergolong sebagai non-steroidal anti-infalmatory drug (NSAID) yang umum digunakan dalam pengobatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, industri farmasi semakin berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan dengan pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Penghambat kanal Ca 2+ adalah segolongan obat yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bergerak (Anonim, 2012). Salah satu obat pilihan untuk menangani rheumatoid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bergerak (Anonim, 2012). Salah satu obat pilihan untuk menangani rheumatoid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rheumatoid arthritis adalah gangguan yang ditandai dengan peradangan pada bagian sendi sehingga penderita mengalami nyeri dan kesulitan dalam bergerak (Anonim, 2012).

Lebih terperinci

IFNA ANGGAR KUSUMA K

IFNA ANGGAR KUSUMA K OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : IFNA ANGGAR KUSUMA K100040029

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Tablet Khusus Tablet Khusus (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Disusun oleh : Dicky Wisnu Ariandi (21081012) Dwi Adiguna (21081014) Indri Nugraha (21081020) Irvan Akhmad Fauzi (21081022)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meloksikam (MEL) merupakan salah satu NSAID (non steroidal antiinflamatory drugs) yang paling sering diresepkan untuk berbagai kondisi inflamasi seperti rheumatoid arthritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual adalah perasaan tidak nyaman di dalam perut yang sering berakhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual adalah perasaan tidak nyaman di dalam perut yang sering berakhir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mual adalah perasaan tidak nyaman di dalam perut yang sering berakhir dengan muntah. Pada beberapa kasus, orang menjadi mual dan bahkan muntah disebabkan karena sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan berbagai tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan. Kebiasaan

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sediaan tablet merupakan sediaan yang disukai dalam pengobatan penyakit kronis. Hal ini disebabkan bentuk sediaan tablet mudah digunakan dan praktis dalam penyimpanan.

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI Oleh : RINI MARYATUN K 100 050 049 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI Oleh : NOOR NGAZIZATUL MAZIYYAH K 100.050.072 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, kemajuan dibidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan dalam meningkatkan mutu dan kualitas suatu obat, terutama dibidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Dalam

Lebih terperinci

KLORHEKSIDIN. Sorbitol. Indikasi:

KLORHEKSIDIN. Sorbitol. Indikasi: KLORHEKSIDIN Indikasi: membersihkan dan sebagai disinfektan kulit; larutan untuk irigasi kandung kencing dan kateter terpasang (catheter patency solutions) (lihat pada 7.4.4) ; pengobatan tambahan pada

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, semakin banyak bentuk sediaan obat yang beredar di pasaran, salah satunya adalah sediaan tablet. Tablet merupakan sediaan yang paling umum digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan antiradang. Isolat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang sangat popular di dunia. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh. Berdasarkan pengolahannya, secara tradisional produk teh

Lebih terperinci

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi BAB 1 PENDAHULUAN Dalam dunia farmasi saat ini berkembang dengan pesatnya yang memberikan dampak berkembangnya metode dalam meningkatkan mutu suatu obat. Mutu dijadikan dasar acuan untuk menetapkan kebenaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

Optimasi Fast Disintegrating Tablet (FDT) Ranitidin Hidroklorida dengan Menggunakan Metode Simplex Lattice Design

Optimasi Fast Disintegrating Tablet (FDT) Ranitidin Hidroklorida dengan Menggunakan Metode Simplex Lattice Design Optimasi Fast Disintegrating Tablet (FDT) Ranitidin Hidroklorida dengan Menggunakan Metode Simplex Lattice Design Linda Prabawati *, Adeltrudis Adelsa D*, Oktavia Eka P* ABSTRAK Gastroesophageal reflux

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral berupa sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

Lebih terperinci

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009). BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling popular di masyarakat karena bentuk sediaan tablet memiliki banyak keuntungan, misalnya: massa tablet dapat dibuat dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

Sifat fisika kimia - Zat Aktif Praformulasi UKURAN PARTIKEL, DISTRIBUSI PARTIKEL BENTUK PARTIKEL / KRISTAL POLIMORFI, HIDRAT, SOLVAT TITIK LEBUR, KELARUTAN KOEFISIEN PARTISI, DISOLUSI FLUIDITAS (SIFAT ALIR), KOMPAKTIBILITAS PEMBASAHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri farmasi baik dalam maupun luar negeri bersaing untuk menghadirkan suatu sediaan obat yang memiliki harga yang murah dengan pemakaian yang mudah.

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISINTEGRATING ANTASIDA DENGAN PRIMOJEL SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISINTEGRATING ANTASIDA DENGAN PRIMOJEL SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISINTEGRATING ANTASIDA DENGAN PRIMOJEL SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI Oleh : APRILIA DWI RAHARDIANTI K 100060165 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini BAB I PENDAHULUAN Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin

Lebih terperinci

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 Rancangan formula R/ Ketokenazol PVP Amilum Sagu pregelatinasi Avicel ph 102 Tween 80 Magnesium Stearat Talk HOME 200 mg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa digunakan untuk pengobatan alergi rhinitis dan seringkali ditujukan untuk anak-anak. Loratadin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degeneratif yang termasuk didalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Diabetes mellitus merupakan suatu jenis

Lebih terperinci

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum BAB 1 PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu, teknologi farmasi telah berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai metode baru dalam industri farmasi yang memiliki tujuan akhir untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, industri farmasi di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam setiap bidangnya, termasuk dalam bidang pengembangan formulasi dan teknologi

Lebih terperinci