BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual adalah perasaan tidak nyaman di dalam perut yang sering berakhir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual adalah perasaan tidak nyaman di dalam perut yang sering berakhir"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mual adalah perasaan tidak nyaman di dalam perut yang sering berakhir dengan muntah. Pada beberapa kasus, orang menjadi mual dan bahkan muntah disebabkan karena sedang berkendara mobil, pesawat terbang, dan kapal laut (motion sicknes). Muntah yang terjadi disebabkan oleh pengaktifan pusat muntah diotak. Muntah merupakan cara yang dilakukan oleh tubuh untuk mengeluarkan zat yang merugikan. Salah satu antiemetik yang paling banyak digunakan adalah Metoklopramid HCl. Metoklopramid HCl adalah obat yang sering diresepkan pada orang dewasa dan anak-anak sebagai antiemetik untuk mencegah mual dan muntah serta sebagai obat prokinetik pencernaan untuk mengontrol gejala gangguan motorik pencernaan bagian atas, seperti yang terlihat pada penyakit refluks gastrophageal, dispepsia dan gastroparesis diabetes (Leucuta dkk., 2004). Pasien mual dan muntah sulit untuk menelan obat dalam bentuk sediaan konvensional dan cenderung memuntahkan kembali obat dari dalam mulutnya. oleh karena itu dibuatlah sediaan Orally Disintegrating Tablet (ODT). ODT didefinisikan sebagai suatu bentuk sediaan padat, yang mengandung senyawa aktif obat, dapat hancur atau disintegrasi secara cepat, biasanya dalam hitungan detik ketika diletakkan diatas lidah (Hirani dkk., 2009). Formulasi sediaan ODT dengan metode kempa langsung diperlukan adanya suatu komponen yang memegang peranan penting, diantaranya yaitu bahan

2 2 superdisintegran agar tablet cepat terdisintegrasi saat digunakan di dalam mulut sehingga memiliki daya hancur lebih besar dibandingkan dengan sediaan tablet konvensional. Salah satu superdisintegran yang digunakan yaitu Sodium Strarch Glycolate (SSG). SSG merupakan superdisintegran dengan mekanisme swelling dan memiliki kemampuan cepat menyerap air sehingga dapat mengembang % dengan masih menjaga keutuhan tabletnya, serta dapat hancur dalam waktu 2 menit, memiliki harga yang murah dan mudah didapat (Mahore dkk., 2010). Menurut penelitian Deepak dkk (2012), bahwa konsentrasi SSG akan memberikan hasil tablet yang baik sekitar 4-6% pada sediaan ODT Salbutamol Sulfat. Bentuk sediaan ini diharapkan dapat pecah dengan segera didalam mulut tanpa menggunakan air untuk menelan sehingga meningkatkan disolusi, bioavailabilitas dan onset of action dari Metoklopramid HCl serta mampu meningkatkan kepatuhan pasien. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh perbedaan kadar Sodium Starch Glycolate (SSG) terhadap karakteristik fisik dan disolusi obat pada bentuk sediaan Orally Disintegrating Tablet (ODT) Metoklopramid HCl. B. Rumusan Masalah Adakah pengaruh perbedaan kadar Sodium Starch Glycolate terhadap karakteristik fisik dan kimia Orally Disintegrating Tablet Metoklopramid HCl?

3 3 C. Tujuan Penelitian Mengetahui adanya pengaruh perbedaan kadar Sodium Starch Glycolate terhadap karakteristik fisik dan kimia Orally Disintegrating Tablet Metoklopramid HCl. D. Manfaat Penelitian Penggunaan Sodium Starch Glycolate(SSG) dalam formula Orally Disintegrating Tablet (ODT) Metoklopramid HCl yang diperoleh dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang teknologi farmasi dengan sistem penghantaran obat yang cepat, sehingga dapat meningkatkan daya terima oleh masyarakat. E. Tinjauan Pustaka 1. Orally Disintegrating Tablet (ODT) ODT merupakan bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dan dapat hancur dengan cepat dalam beberapa detik setelah diletakkan di atas lidah tanpa menggunakan air. Obat dilepaskan dari sediaan, terlarut, atau terdispersi dalam saliva, dan kemudian ditelan dan diabsorpsi di saluran cerna. Kelarutan dan absorpsi obat sangat baik sehingga onset of action lebih cepat dan bioavailabilitas obat dalam sediaan ODT lebih baik dibandingkan bentuk sediaan konvensional karena disintegrasi dan disolusi yang cepat dari formula ODT (Hirani dkk., 2009). ODT cepat hancur di dalam mulut tanpa mengunyah pada pemberian oral dan tanpa memerlukan air, tidak seperti sistem penghantaran obat lain dan bentuk

4 4 sediaan padat oral konvensional yang segera release. Bentuk sediaan ODT juga dikenal sebagai sediaan yang cepat meleleh, cepat hancur, dan sistem orodispersible memiliki sifat unik yaitu disintegrasi tablet di mulut dalam hitungan detik. Formula ODT dikembangkan sebagai sediaan bentuk tablet baru karena memiliki keuntungan yaitu: a. Tidak membutuhkan air dalam meminumnya. b. Dapat digunakan lebih mudah pada pasien yang kesulitan menelan pada anak-anak, lansia dan pasien yang tidak sadar. c. Memberikan dosis obat yang tepat. d. Disolusi dan absorbsi dari obat cepat. e. Dapat meningkatkan bioavailabilitas obat. f. Terhindar dari proses metabolisme first pass effect (Pawar dkk., 2011). g. Memiliki stabilitas yang baik. h. Proses produksi yang mudah dan ukuran pengemasan yang kecil. i. Praktis dibawa saat perjalanan (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Kelemahan utama dari ODT yaitu berkaitan dengan kekerasan dan kerapuhan tablet yang lebih rendah sehingga membutuhkan pengemasan khusus yang lebih tinggi tingkat perlindungannya selama penyimpanan dan transportasi (Kumar dkk., 2010). Beberapa keterbatasan termasuk kesulitan dalam mengembangkan dalam dosis yang sangat tinggi (biasanya lebih dari 500 mg) (Swarbick dan Boylan,2002)

5 5 2. Bahan Tambahan ODT Pemilihan bahan tambahan dalam pembuatan tablet harus mempertimbangkan persyaratan fungsional agar dapat menghasilkan tablet kempa pada skala industri. Bahan tambahan tablet memiliki peran yang penting dalam formulasi tablet karena tidak ada zat aktif yang dapat dikempa langsung menjadi tablet tanpa adanya bahan tambahan tablet. Bahan tambahan tablet dikelompokkan berdasarkan fungsinya dalam formulasi. a. Filler Binder Filler binder merupakan eksipien tablet yang dapat berfungsi sebagai bahan pengisi sekaligus bahan pengikat. Karakteristik ini dapat diperoleh dengan memodifikasi suatu bahan pengisi untuk bisa memiliki kompresibilitas yang baik sehingga dengan pengempaan akan mampu berfungsi sebagai pengikat. Suatu filler binder pada umumnya merupakan suatu bahan pengisi yang memiliki deformasi plastis, yaitu suatu bahan yang ketika dilakukan pengempaan atau pengepresan maka konformasi partikel dari filler binder akan mengikuti celah atau ruang dan tidak akan kembali ke bentuk semula, hal inilah yag menyebabkan suat filler binder akan meningkatkan kompresibilitas bahan penyusun tablet. Kebanyakan filler binder merupakan suatu bahan yang dapat menyerap air dengan cepat. Hal ini akan memberikan keuntungan karena hal tersebut membantu memperantarai terjadinya penetrasi air ke dalam matriks tablet yang akan mempercepat proses disintegrasi. Beberapa filler binder yang sering digunakan adalah kombinasi starch dan laktosa seperti StarLac dan berbagai

6 6 varian microcrystalline cellulose seperti diantaranya Avicel PH 102 dan Vivapur 102 (Gohel, 2005). b. Bahan Penghancur atau Superdisintegrant Bahan penghancur atau superdisintegrant dibutuhkan untuk menanggulangi kohesi dalam massa akibat pengempaan. Bahan penghancur dapat berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian (Lachman dkk., 1994). Aksi bahan penghancur dalam menghancurkan tablet, ada beberapa mekanisme, yaitu: 1) Pengembangan (swelling) Pengembangan (swelling) merupakan mekanisme umum untuk sediaan ODT, dimana bahan penghancur yang berasal dari pati saat kontak dengan air, bahan penghancur yang ada di dalam tablet akan mengembang dan mendesak bahan-bahan lainnya yang ada di dalam tablet menyebabkan tablet pecah. Masuknya air ke dalam tablet menyebabkan disintegran mengembang hingga derajat tertentu dan tekanan di seluruh bagian tablet mengakibatkan ikatan partikel dalam tablet akan pecah sehingga tablet mengalami disintegrasi. Contohnya sodium starch glycolate, platago ovata (Mangal dkk., 2012). 2) Perembesan (wicking) Perembesan (wicking) merupakan kemampuan menyerap air masuk ke dalam tablet. Ketika tablet berada di dalam medium cair, cairan akan berpenetrasi ke dalam tablet dan menggantikan udara yang ada pada partikel sehingga akan melemahkan ikatan intermolekul dan membuat tablet

7 7 menjadi partikel yang halus. Penyerapan air pada tablet tergantung pada hidrofilisitas dari obat atau eksipien. Pada sediaan ODT, disintegran menjaga struktur pori dan menurunkan tegangan antar muka pada cairan dengan membentuk jaringan hidrofilik di sekitar partikel obat sehingga membantu proses disintegrasi. Contohnya crospovidone, crosscarmellose (Mangal dkk., 2012). 3) Perubahan bentuk (deformation) Perubahan bentuk (deformation) merupakan mekanisme dimana, partikel disintegran akan berubah bentuk saat dikempa menjadi tablet. Pada saat ada kelembaban, partikel disintegran akan kembali ke bentuk semula, sehingga akan merubah bentuk (deformasi) dari tablet sehingga tablet pecah (mekanisme yang terjadi mirip dengan teori swelling). Teori ini dicetus oleh Hess (Deshmkh dkk., 2012). 4) Peregangan partikel (repulsion) Peregangan partikel (repulsion) merupakan mekanisme dimana, partikel tidak mengembang tetapi dengan adanya air yang masuk melalui jaringan kapiler yang tersusun di dalam tablet secara terus menerus maka partikel akan tolak menolak sehingga akan saling memisahkan diri kemudian lepas dari susunannya di dalam tablet. Proses ini akan menyebabkan tablet terdisintegrasi. Teori ini dicetuskan oleh Guyot- Herman (Mangal dkk., 2012).

8 8 c. Bahan Pelicin (lubricant) Bahan pelicin (lubricant) digunakan dalam formulasi tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalam lubang kempa dan untuk mencegah pelekatan tablet pada punch dan dinding ruang kempa. Fungsi utama lubricant adalah untuk mengurangi gesekan yang timbul pada antar permukaan tablet dan dinding lubang kempa selama pengempaan dan pengeluaran tablet dari ruang kempa (Siregar dan Wikarsa, 2010). Contoh : Talc, Mg stearat, Asam stearat (Agoes, 2008). d. Glidant Glidant adalah bahan yang memperbaiki karakteristik aliran granulasi dengan mengurangi adhesive sehingga mengurangi gesekan antarpartikel. Glidant meningkatkan aliran dari lubang corong yang lebih besar ke lubang yang lebih kecil dan akhirnya ke lubang kempa mesin tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010). Contoh: Mg stearat secara umum kurang dari 1 %, PEG 8000, sodium lauryl sulfat, aluminium monosulfat (Agoes, 2008). 3. Metode Pembuatan ODT Pembuatan ODT dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya sublimasi, freeze drying, moulding, dan kempa langsung a. Sublimasi Sublimasi merupakan metode dimana dibutuhkan bahan-bahan yang bersifat sangat mudah menguap, seperti ammonium bikarbonat, ammonium karbonat dan asam benzoat dicampur dengan bahan-bahan lainnya lalu

9 9 dikempa menjadi tablet. Bahan-bahan yang sangat mudah menguap tersebut dihilangkan dengan proses sublimasi sehingga menghasilkan struktur tablet yang sangat berpori. Tablet yang dihasilkan dengan metode ini biasanya terdisintegrasi dalam waktu detik (Bhowmik dkk., 2009). b. Freeze-Drying atau Lyophilization (Pengeringan Beku atau Liofilisasi) Freeze drying atau Lyophilization merupakan teknik pembuatan tablet dimana air disublimasi dari tablet setelah didinginkan. Liofilisasi merupakan suatu teknik pengeringan yang memungkinkan pengeringan tanpa menggunakan panas sehingga cocok digunakan untuk bahan yang tidak tahan panas. Hasil dari proses ini adalah suatu tablet dengan porositas yang tinggi sehingga air akan lebih mudah berpenetrasi ke dalam matriks tablet untuk memperantarai proses disintegrasi. Hal ini dikarenakan dengan tingginya porositas, maka luas area spesifik permukaan tablet yang kontak dengan air akan semakin besar (Parkash dkk., 2011). c. Moulding Moulding merupakan proses teknik dimana, tablet cetak dipreparasi dengan menggunakan bahan yang larut air sehingga akan mudah terdisintegrasi ketika kontak dengan air. Teknik ini dilakukan dengan menjenuhkan semua bahan tablet dengan solven hidro alkohol dan dicetak dengan tekanan rendah. Solven yang mudah menguap tersebut kemudian dikeringkan dengan menggunakan udara, sehingga akan diperoleh tablet dengan porositas yang tinggi yang akan memperantarai proses disintegrasi yang cepat dari tablet (Parkash dkk., 2011).

10 10 d. Kempa Langsung (Direct Compression) Metode kempa langsung (Direct Compression) didefinisikan sebagai proses pembuatan tablet dengan langsung mengempa campuran serbuk (zat aktif dan eksipien). Material yang dapat dikempa langsung hanya material yang mempunyai kompresibilitas dan fluiditas yang baik. Sebagai contoh spray dried lactose, anhydrous lactose, starch-1500, sorbitol, microcrystalline cellulose, dan lain sebagainya. Tahapan Metode cetak langsung yaitu penimbangan bahan (zat aktif dan eksipien), pencampuran zat aktif dengan semua eksipien dan pengempaan tablet (Shangraw, 1991). Metode ini digunakan untuk bahan aktif dengan sifat mudah mengalir atau sifat kohesif tinggi sehingga memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah dan kering (Ansel, 1989). Metode kempa langsung memberikan beberapa keuntungan diantaranya merupakan metode yang sederhana, tahapan produksinya sangat singkat (hanya pencampuran dan pengempaan), peralatan yang dibutuhkan tidak banyak (Fu dkk., 2004). 4. Pengujian Campuran Serbuk ODT Kandungan pemeriksaan campuran serbuk yang akan dikempa perlu dilakukan untuk menjamin agar serbuk memenuhi kualitas atau persyaratan yang ditetapkan. Hal ini tentunya secara langsung akan mempengaruhi proses pengempaan dan tablet yang akan dihasilkan.

11 11 a. Kandungan Lembab Kandungan lembab merupakan penetapan kandungan lembab campuran serbuk. Kandungan lembab pada campuran serbuk dapat mempengaruhi kualitas tablet yang dihasilkan. Campuran serbuk yang lembab akan menghasilkan tablet yang lembab yang dapat mempengaruhi kekerasan tabletnya. Kandungan lembab dalam tablet yang terlalu besar akan mempengaruhi proses pengepakan ataupun pengiriman yang cenderung mudah untuk ditumbuhi jamur. Persyaratan kandungan lembab campuran serbuk kurang dari 2-4 % (Lachman dkk., 1994). Kandungan lembab dapat dihitung dengan rumus : Kandungan Lembab = x 100%...(1) b. Waktu Alir Waktu alir dilakukan dengan cara menimbang 100 gram granul, kemudian dimasukkan ke dalam corong yang tertutup ujung tangkainya. Tutup pada ujung tangkai dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar sampai habis. Waktu alir dicatat dari saat tutup dibuka sampai seluruh granul habis keluar. Syarat kecepatan alir lebih dari 10 gram/detik (Staniforth, 2002). c. Sudut Diam Sudut diam merupakan metode tidak langsung untuk mengukur kemampuan sifat alir serbuk, salah satunya dengan metode corong. Caranya serbuk seberat 100 gram dilewatkan melalui corong, secara perlahan-lahan yang tertutup ujung tangkainya, bagian bawah corong diletakkan kertas untuk mengukur diameter (D) kerucut. Tutup ujung tangkai corong dibuka dan granul

12 12 dibiarkan mengalir keluar sampai habis, kemudian diukur diameter (D) dan tinggi (h) kerucut granul. Sudut diam campuran serbuk dapat dihitung dengan rumus: Tan Φ = (2) Keterangan: Φ : sudut diam campuran serbuk r : jari-jari (1/2 D) Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30 menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40 biasanya daya alirnya kurang baik (Lachman dkk., 1994). d. Kompresibilitas Kompresibilitas adalah kemampuan serbuk untuk berkurang/menurun volumenya setelah diberi tekanan atau perlakuan lainnya (pressure or stress). Serbuk yang mempunyai kompresibilitas yang baik, hanya membutuhkan sedikit tekanan pengempaan untuk dapat menghasilkan tablet yang keras. Hauser menemukan bahwa rasio antara kerapatan curah ρ0 (adanya ruang kosong antarpartikel) dibagi dengan kerapatan ruah ρt (sejumlah massa dibagi volume ruah setelah mengalami ketukan) dapat digunakan untuk memprediksi sifat aliran serbuk. Metode pengukuran sifat aliran serbuk secara tidak langsung dikembangkan oleh Carr. Persentase kompresibilitas serbuk dapat dihitung menggunakan rumus : % Kompresibilitas = x 100%...(3)

13 13 Menurut indeks Carr nilai kompresibilitas 5-15% memiliki sifat alir yang sangat baik (Staniforth, 2002). Tabel I. Hubungan Indeks Carr dan Mampu Alir Serbuk (Siregar dan Wikarsa, 2010) % Indeks Carr atau % Kompresibilitas 5 15 Baik Sekali Baik Agak Baik Buruk Sangat Buruk Sifat Aliran >40 Sangat Sangat Buruk (serbuk kohesif) 5. Pengujian ODT Campuran serbuk yang telah diuji dan sudah memenuhi syarat, maka selanjutnya campuran serbuk akan dikempa menjadi tablet. Kontrol kualitas terhadap tablet yang dihasilkan juga harus dilakukan sehingga dapat memenuhi mutu tablet yang diharapkan. Uji sifat fisik ODT yang dilakukan meliputi: a. Keseragaman Bobot Keseragaman bobot tablet digunakan untuk menjamin keseragaman dosis antar tablet. Tablet yang bobotnya terlalu bervariasi akan memiliki kadar zat aktif yang bervariasi pula sehingga akan mempengaruhi keseragaman dosis obat dalam tablet. Uji ini dilakukan dengan menimbang sejumlah 20 tablet satu per satu dengan neraca analitik. Rerata dari 20 tablet ditentukan. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979), persyaratan penyimpangan bobot tablet tidak bersalut adalah seperti pada Tabel II.

14 14 Tabel II. Persentase Penyimpangan Bobot Tablet (Depkes RI, 1979) Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata A B 25 mg atau kurang 15% 30% 26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20% 151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15% Lebih dari 300 mg 5% 10% Menurut FI Edisi III dilakukan penimbangan sebanyak 20 tablet satu per satu dengan neraca analitik, tidak boleh ada dua tablet yang menyimpang dari ketentuan A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang boleh menyimpang dari ketentuan B. b. Kekerasan Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik. Kekuatan tablet, seperti juga ketebalannya, merupakan fungsi dari isi die dan gaya kompresi. Pada penambahan tekanan kompresi, nilai kekerasan tablet meningkat, sedangkan ketebalan tablet berkurang (Lachman dkk., 1994). Kekerasan tablet diuji dengan menggunakan alat hardness tester. Caranya tablet diletakkan diujung alat dengan posisi vertikal, kemudian sekrup diputar hingga tablet hancur. Skala yang ditunjuk hardness tester dicatat (Ansel, 1989). Kekerasan tablet berhubungan langsung dengan waktu hancur dan disolusi. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Kekerasan tablet juga berhubungan dengan densitas dan porositas. Kriteria kekerasan ODT adalah 2-4 kg (Deshmukh dkk., 2011).

15 15 c. Kerapuhan Pengujian kerapuhan tablet merupakan parameter yang perlu diperhatikan pada sediaan ODT. Sediaan ODT memiliki syarat kekerasan tablet 2-4 kg, sehingga dalam proses pengemasan ODT diharapkan memiliki kerapuhan yang memenuhi syarat. Sejumlah 20 tablet dibersihkan dari partikel halus, ditimbang (W gram) dengan neraca analitik, kemudian dimasukkan ke dalam friability tester selama 4 menit atau 100 putaran. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan kemudian ditimbang (Wo gram). Persentase kehilangan berat tablet dihitung dari keseluruhan tablet semula. Nilai F dari 0,8% sampai 1% dinyatakan sebagai batas tertinggi yang dapat diterima (Lachman dkk., 1994). Kerapuhan dapat dihitung menggunakan rumus : F= x100%... (4) Keterangan: F : Kerapuhan W : Berat tablet sebelum dilakukan uji (gram) Wo : Berat tablet setelah dilakukan uji (gram) d. Waktu Hancur Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi partikel penyusunnya. Uji disintegrasi untuk ODT harus meniru disintegrasi di mulut dengan saliva. Waktu untuk disintegrasi ODT umumnya < 1 menit (Velmurugan dan Vinushitha, 2010). e. Keseragaman Kandungan Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, jika tablet mengandung bahan obat kecil atau kurang dari 50 mg perlu dilakukan pengujian keseragaman

16 16 kandungan. Keseragaman kandungan dilakukan dengan cara menetapkan kadar 10 tablet dengan cara satu persatu. Tablet dikatakan memenuhi keseragaman kandungan jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman kandungan terletak antara 85% - 115% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang atau sama dengan 6,0% (Depkes RI, 1995). Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi, juga tidak layak untuk dikonsumsi (Lachman dkk., 1994). 6. Disolusi Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid melarut. Laju disolusi ialah jumlah zat aktif yang larut per satuan waktu di bawah kondisi yang dibakukan dari antarpermukaan cairan atau solid, suhu, dan komposisi pelarut (Siregar dan Wikarsa, 2010). Pengembangan metode disolusi ODT sebanding dengan tablet konvensional. Media seperti 0,1 N HCL, buffer ph 4,5 dan ph 6,8 digunakan untuk evaluasi ODT dengan cara yang sama seperti tablet-tablet biasa. Menurut Velmurugan dan Vinushitha (2010), menunjukkan bahwa alat dayung tipe 2

17 17 merupakan pilihan yang paling cocok dan umum untuk uji disolusi tablet ODT, yang mana umumnya digunakan kecepatan dayung 50 rpm. 7. Spektrofotometer UV Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sempel baik secara kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi cahaya (Sulaiman dan Edi, 2001). Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Daerah spektrum untuk spektrofotometri UV (ultraviolet) adalah 190 nm hingga 380 nm (Depkes RI, 1995). Panjang gelombang merupakan jarak linear dari suatu titik pada satu gelombang ke titik yang bersebelahan pada panjang gelombang yang berdekatan. Dimensi panjang gelombang yaitu panjang (L) yang dinyatakan dalam satuan nanometer (nm), dan ditulis dengan simbol huruf latin lambda (λ). Frekuensi merupakan banyaknya yang melewati suatu titik tertentu dalam satuan waktu. Dimensi frekuensi yaitu seper waktu dengan satuan perdetik atau Hertz (Hz) (Gandjar dan Rohman, 2011). Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara nm, sinar tampak nm, sinar inframerah dekat nm dan sinar inframerah 2,5 40 μm atau 4000/cm 250/cm (Depkes RI, 1995). Molekul yang bergerak menuju tingkat energi yang lebih rendah maka beberapa energi akan dilepaskan, ketika energi terpapar radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai

18 18 sehingga energi molekul ditingkatkan ke level yang lebih tinggi maka terjadi peristiwa penyerapan (absorpsi) energi molekul. Banyaknya sinar yang diabsorbsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi. Spektra elektronik meliputi spektra ultraviolet dan spektra tampak, keadaan energi yang paling rendah disebut dengan keadaan dasar (groundstate). Sehingga spektra dapat digunakan untuk analisis kualitatif (Gandjar dan Rohman, 2011). Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Hukum Lambert-Beer memiliki batasan yaitu sinar yang digunakan dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut, tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi serta indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Metode spektrofotometri UV dianalisis secara kuantitatif digolongkan menjadi tiga macam yaitu analisis tunggal atau satu komponen, analisis kuantitatif campuran dua macam zat atau analisis dua komponen dan analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen). Spektrofotometri UV untuk analisis kuantitatif menggunakan komponen tunggal, jika absorbansi seri konsentrasi suatu larutan diukur pada panjang gelombang, suhu, kondisi pelarut yang sama kemudian absorbansi masing-masing larutan diplotkan terhadap konsentrasi akan membentuk garis lurus dan sesuai dengan persamaan

19 19 A = abc (Gandjar dan Rohman, 2011). A merupakan absorbansi atau range absorbansi, (a) nilai engtengsi, (b) jarak kuvet dan (c) konsentrasi. Metode spektrofotometri UV digunakan untuk menetapkan suatu kadar senyawa obat dalam jumlah yang cukup banyak. Spektrofotometer yang digunakan harus terkalibrasi dengan benar. Cara lain penetapan kadar sampel yaitu dengan menggunakan perbandingan absorbansi sampel dengan absorbansi baku atau menggunakan regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi baku dengan absorbansinya. Persamaan kurva baku selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar sampel (Gandjar dan Rohman, 2011). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV : a. Pemilihan panjang gelombang Panjang gelombang dalam analisis kuantitatif memiliki panjang gelombang maksimal. Pemilihan panjang gelombang maksimal dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Penggunaan panjang gelombang maksimal dalam kondisi tertentu, hasil analisisnya kurang baik. Faktor yang mempengaruhi selain zat yang dianalisis yaitu zat lain yang dapat terbaca pada panjang gelombang tersebut. Variabel yang mempengaruhi hasil absorbansi yaitu jenis pelarut, ph larutan, suhu, konsentrasi tinggi dan zat-zat pengganggu (Gandjar dan Rohman, 2011). b. Pembuatan kurva baku Larutan baku suatu zat yang akan dianalisis dibuat seri kadar dengan berbagai konsentrasi. Absorbansi masing-masing larutan dengan berbagai

20 20 konsentrasi diukur, selanjutnya dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x). Jika hukum Lambert-Beer terpenuhi akan membentuk kurva dengan garis lurus. Persamaan yang terbentuk adalah y=bx+a, dengan y menyatakan absorbansi, x sebagai konsentrasi, a yaitu tetapan regresi atau intersep dan b yaitu koefisien regresi atau slope (kemiringan). Kemiringan atau slope adalah absorptivitas atauabsorptivitas molar. Penyimpangan garis lurus biasanya disebabkan oleh kekuatan ion yang tinggi, perubahan suhu dan reaksi ikutan yang terjadi (Gandjar dan Rohman, 2011). c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan Spektrofotometri UV membaca absorban antara 0,2 sampai 0,8, jika dibaca sebagai transmitans antara 15% sampai 70% (Gandjar dan Rohman, 2011). 8. Monografi Bahan a. Metoklopramid Hidroklorida Metoklopramid HCl mempunyai rumus kimia C 14 H 22 CIN 3 O 2.HCL.H 2 O merupakan serbuk hablur, putih atau praktis putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau. Nama lainnya adalah 4-Amino-5-kloro N-{2-(dietilamino)etil}-oanisamida monohidroklorida, monohidrat. Metoklopramid HCl mempunyai berat molekul 354,28, kelarutannya sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak sukar larut dalam kloroform; praktis tidak larut dalam eter (Depkes RI, 1995). Metoklopramid HCl merupakan obat anti mual muntah

21 21 golongan antagonis dopamin. Mekanisme kerja melalui perintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat muntah dengan jalan blokade dopamin (Tjay dan Raharja, 2002). Metoklopramid HCl bekerja secara selektif pada sistem kolinergik traktus gastrointestinal (efek gastropokinetik). Metoklopramid HCl diabsorbsi dengan cepat setelah digunakan, dan mengalami sulfasi serta konjugasi glukoronid dihati, dengan waktu paruh 4-6 jam. Konsentrasi puncak terjadi sekitar 1 jam setelah penggunaan dosis oral tunggal dengan durasi kerja yang bertahan selama 1 hingga 2 jam (Joel dan Limbird, 2001). Rumus bangun Metoklopramid HCl dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini: b. Spray Dried Lactose (SDL) Gambar 1. Rumus Bangun Metoklopramid HCl (Halimehjani dkk., 2011) Laktosa semprot kering (spray dried lactose) pertama kali diperkenalkan di perdagangan pada tahun 1960 sebagai bahan tambahan pada pembuatan tablet dengan metode cetak langsung. SDL merupakan material yang kompresibel, memiliki fluiditas yang baik di antara semua bahan pengisi kempa langsung (Lachman dan Lieberman, 1980). SDL digunakan untuk bahan filler binder untuk kempa langsung yang efektif bila diformulasikan sebagai bagian utama dari tablet minimum 40-50% (Hadisoewignyo dan

22 22 Fudholi, 2013). SDL memiliki keuntungan lain dalam kempa langsung, yakni memiliki curah density yang tinggi sehingga pengisian die cukup baik, memiliki efek pelunakan yang relatif kecil pada kompresibilitas, dan mempunyai stabilitas fisik (kekerasan dan kerapuhan) yang baik (Lachman dan Lieberman, 1980). SDL memiliki bentuk partikel yang bulat, dapat diketahui dengan menggunakan alat scanning electron microscopy (Rowe dkk., 2006). Bentuk partikel Spray Dried Lactose dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini: Gambar 2. Bentuk Partikel Spray Dried Lactose Pembesaran 400X (Rowe dkk, 2006 ) c. Sodium Starch Glycolate (SSG) Sodium starch glycolate atau yang dikenal dengan sodium carboxymethyl starch mempunyai density (bulk) 0,81 g/cm 3 dan density (tapped) 0,98 g/cm 3. SSGadalah serbuk berwarna putih atau hampir putih, free flowing dan sangat higroskopis. SSG secara luas digunakan sebagai disintegran dalam formulasi kapsul dan tablet, umumnya digunakan untuk tablet yang dibuat secara kempa langsung atau granulasi basah. Konsentrasi yang biasa digunakan dalam formulasi adalah 2-8%, dengan konsentrasi optimal sekitar 4% (Rowe dkk., 2009). Mekanisme disintegrasi dari SSG adalah swelling (Mangal dkk., 2012). Rumus bangun Sodium Starch Glycolate dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini:

23 23 Gambar 3. Rumus Bangun Sodium Starch Glycolate (Rowe dkk., 2009) d. Mannitol Mannitol yang mempunyai rumus kimia D-Mannitol ini merupakan serbuk kristal atau granul berwarna putih, tidak berbau, mengalir bebas, tidak higroskopis, memiliki rasa manis kira-kira sama seperti glukosa, setengah kali sukrosa, dan memberikan sensasi dingin di mulut. Mannitol disebut juga mannit atau gula manna dengan rumus molekul C 6 H 14 O 6 dan berat molekul 182,17. Kelarutan mannitol pada suhu 20 C adalah dalam air (1:5,5), dalam etanol 95% (1:83), dalam gliserin (1:18), dalam propan-2-ol (1:100), larut dalam larutan alkali, praktis tidak larut dalam eter. Mannitol berfungsi sebagai bahan pengikat atau bahan pengisi. Mannitol terutama digunakan sebagai bahan pengisi tablet dengan konsentrasi 10-90% (Rowe dkk., 2009). Manitol merupakan bahan yang tidak higroskopis, sehingga merupakan bahan pembawa yang ideal tahan lembab (Ansel, 1989). Rumus bangun Mannitol dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini: Gambar 4. Rumus Bangun Mannitol (Rowe dkk., 2009)

24 24 e. Aspartam Aspartam mempunyai nama kimia N- L -α-aspartyl- L -phenylalanine 1- methyl ester dengan rumus molekul C 14 H 18 N 2 O 5 dan mempunyai berat molekul 294,31. Aspartam berupa serbuk kristal berwarna putih, hampir tidak berbau dan rasa manis yang kuat (Rowe dkk., 2009). WHO telah menetapkan asupan harian yang dapat diterima untuk aspartam sampai dengan 40 mg/kgbb. Selain itu, asupan harian yang dapat diterima diketopiperazine (pengotor yang ditemukan dalam aspartam) telah ditetapkan oleh WHO sampai dengan 7,5 mg/kgbb (Rowe dkk., 2006). Rumus bangun Aspartam dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini: Gambar 5. Rumus Bangun Aspartam (Rowe dkk., 2009) f. Magnesium Stearat Magnesium stearat merupakan campuran magnesium dengan asam organik solid yang mengandung magnesium stearat dan magnesium palmitat (C 32 H 62 MgO 4 ). Magnesium stearat digunakan sebagai bahan pelicin (lubrikan) dalam kapsul dan tablet dengan konsentrasi 0,25%-5,0% b/b. Pemeriannya berupa serbuk halus, licin, putih dan mudah melekat pada kulit. Kelarutan praktis tidak larut dalam air, etanol (95%) P dan dalam eter P, sukar larut dalam benzene (Rowe dkk., 2006).

25 25 F. Landasan Teori Metoklopramid HCl merupakan salah satu obat untuk pasien mual muntah. Metoklopramid HCl lebih cocok diformulasi dalam bentuk Orally Disintegrating Tablet (ODT) karena akan memberikan onset yang cepat dan memudahkan dalam pemberian sehingga akan lebih menguntungkan dalam mengobati mual muntah. Formulasi sediaan ODT dengan metode kempa langsung diperlukan adanya suatu komponen yang memegang peranan penting, diantaranya yaitu bahan superdesintegran yang mendukung proses hancurnya tablet didalam mulut dengan cepat. Salah satu contoh komponen superdisintegran adalah Sodium Starch Glycolate (SSG). SSG dipilih karena mempunyai karakteristik mekanisme swelling sehingga dapat hancur dalam waktu 2 menit, murah dan mudah didapatkan (Mahore dkk., 2010). Konsentrasi yang direkomendasikan untuk formulasi adalah 2-8% dengan konsentrasi optimun sekitar 4% menghasilkan tablet yang baik (Mangal dkk., 2012). G. Hipotesis Ada pengaruh perbedaan kadar Sodium Starch Glycolate sebagai superdisintegran terhadap karakteristik fisik tablet dan kimia pada Orally Disintegrating Tablet Metoklopramid HCl.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian secara oral merupakan rute yang paling umum digunakan hingga 50 60% dari keseluruhan bentuk sediaan. Bentuk sediaan padat pada umumnya lebih disukai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, kulit pisang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet adalah sediaan oral dalam bentuk padat yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan tambahan yang sesuai (Departemen Keshatan RI, 2014). Tablet

Lebih terperinci

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini indutri farmasi berfokus pada pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang menawarkan kepatuhan pasien dan dosis yang efektif. Rute pemberian oral tidak diragukan lagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Tablet merupakan sediaan obat yang paling banyak digunakan di masyarakat. Sediaan Tablet merupakan bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif)

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia kesehatan, obat dengan berbagai sediaan sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengobati suatu penyakit. Obat-obatan bentuk padat dapat diberikan

Lebih terperinci

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan Tablet merupakan suatu bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif) dengan atau tanpa bahan pengisi (Departemen Kesehatan RI, 1995). Tablet terdapat dalam berbagai ragam,

Lebih terperinci

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi BAB 1 PENDAHULUAN Zaman yang berkembang ini para ilmuwan farmasi diarahkan mengembangkan bentuk sediaan baru. Salah satu tujuannya yaitu untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sehingga para ilmuwan formulasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian obat di Indonesia secara oral sudah sangat umum digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Diantara sediaan beberapa sediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, seiring dengan semakin bertumbuhnya jumlah penduduk mengakibatkan sering terjadinya permasalahan dalam lingkungan hidup, seperti salah satunya mengenai

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman yang semakin modern menuntut semua hal yang serba cepat dan praktis, termasuk perkembangan sediaan obat. Bentuk sediaan obat padat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aloe vera merupakan spesies aloe yang paling banyak dijual dan diproses. Di industri makanan, aloe vera digunakan sebagai sumber makanan fungsional, bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, industri farmasi semakin berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan dengan pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi sangat pesat, salah satunya yaitu pengembangan bentuk sediaan obat yang semakin banyak. Namun,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, kemajuan dibidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan dalam meningkatkan mutu dan kualitas suatu obat, terutama dibidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sediaan farmasi memiliki berbagai macam bentuk dengan cara pemberiannya yang berbeda-beda. Salah satu sediaan yang paling umum digunakan oleh masyarakat yaitu tablet,

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut BP (2009), sifat fisikokimia domperidone adalah sebagai berikut: Rumus struktur: Gambar 1 Struktur domperidone Nama Kimia : 5-kloro-1-[1-[3-(2-okso-2,3-dihidro-1H-benzimidazol-1-il)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenofibrat adalah obat dari kelompok fibrat dan digunakan dalam terapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenofibrat adalah obat dari kelompok fibrat dan digunakan dalam terapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenofibrat adalah obat dari kelompok fibrat dan digunakan dalam terapi hiperlipidemia (Lacy dkk., 2008). Fenofibrat di dalam tubuh mengalami hidrolisis oleh enzim sitokrom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI Dwi Elfira Kurniati*, Mirhansyah Ardana, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meloksikam (MEL) merupakan salah satu obat golongan NSAID yang digunakan sebagai terapi penyakit osteoarthritis dan reumatoid arthritis (Mahrouk dkk., 2009).

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

FORMULASI. Oleh FAKULTAS

FORMULASI. Oleh FAKULTAS FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISINTEGRATING ANTASIDAA DENGAN PRIMOJEL SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN MANITO L SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI Oleh : IKA WAHYUNINGTYAS K 100 060153 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa keuntungan dibanding dengan sediaan farmasi lain. Beberapa keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa keuntungan dibanding dengan sediaan farmasi lain. Beberapa keuntungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet merupakan salah satu sediaan obat yang sering dipakai karena memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan sediaan farmasi lain. Beberapa keuntungan penggunaan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), pragelatinisasi pati singkong suksinat (Laboratorium Farmasetika, Departemen Farmasi FMIPA UI),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Parasetamol Sinonim : Paracetamolum Asetaminofen. Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida. Rumus molekul : C 8 H 9 NO 2 Rumus bangun :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI Oleh : ULIN FATKHIYATUL JANNAH K 100 050 091 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral berupa sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

Lebih terperinci

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

Sifat fisika kimia - Zat Aktif Praformulasi UKURAN PARTIKEL, DISTRIBUSI PARTIKEL BENTUK PARTIKEL / KRISTAL POLIMORFI, HIDRAT, SOLVAT TITIK LEBUR, KELARUTAN KOEFISIEN PARTISI, DISOLUSI FLUIDITAS (SIFAT ALIR), KOMPAKTIBILITAS PEMBASAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140 mmhg dan diastolik melebihi 90 mmhg (Depkes RI, 2008 a ). Salah satu obat antihipertensi yang populer

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bromazepam 2.1.1 Sifat Fisikokimia Rumus Struktur : Gambar 2.1.1 Rumus Struktur Bromazepam Rumus Molekul Nama Kimia : C 14 H 10 BrN 3 O : 7-bromo-5-(pyridin-2-yl)-1,3-dihydro-2H-1,4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sediaan tablet merupakan sediaan yang disukai dalam pengobatan penyakit kronis. Hal ini disebabkan bentuk sediaan tablet mudah digunakan dan praktis dalam penyimpanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hidroklorotiazid (HCT) merupakan obat golongan diuretik tiazid yang umumnya digunakan sebagai lini pertama untuk penanganan hipertensi (Departemen Kesehatan RI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak lagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI Oleh : RINI MARYATUN K 100 050 049 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, industri farmasi di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam setiap bidangnya, termasuk dalam bidang pengembangan formulasi dan teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Orally Disintegrating Tablet (ODT) 2.1.1 Pengertian Rute pemberian obat secara oral adalah rute paling umum dan nyaman digunakan oleh pasien. Tablet dan kapsul merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Singkong Gambar 2.1 Tumbuhan singkong (Prastika, 2012) Singkong Manihot esculenta Crantz merupakan tanaman tipikal daerah tropis. Tanaman singkong tumbuh pada iklim yang panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien yang kesulitan dalam menelan. Air sangat berperan penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien yang kesulitan dalam menelan. Air sangat berperan penting dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling populer di masyarakat dengan segala kelebihannya dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti, kenyamanan pasien

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau Uji KLT dilakukan sebagai parameter spesifik yaitu untuk melihat apakah ekstrak kering daun sirih yang diperoleh dari PT. Industry

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL Disusun oleh : Grup E Kelompok 1 Karunia Sari (1343050050) Waliroh Komarifah (1343050108) Arie Aulia Rahman (1343050131) FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC Na SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara internasional obat dibagi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di seluruh dunia, karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan buku Martindale (Sweetman, 2009) sediaan tablet domperidone merupakan sediaan yang mengandung

Lebih terperinci

IFNA ANGGAR KUSUMA K

IFNA ANGGAR KUSUMA K OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : IFNA ANGGAR KUSUMA K100040029

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun sirih hijau (Piper betle, L) diperoleh dari PT. Borobudur Natural Herbal Industry,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco chemical),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan berbagai tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan. Kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 % PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan tablet dengan cara Granulasi Kering. Tablet yang dibuat sebanyak 300 buah. Komposisi tablet yang akan kami buat adalah sebagai berikut : R/ Acetosal

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM Akhmad Jazuli, Yulias Ninik Windriyati, Sugiyono Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur PEMBUATAN GRANUL 1. Cara Basah Zat berkasiat,zat pengisi dan pengkancur dicampur baik bai,laludibasahi dengan larutan bahan pengikat,bila perlu ditambah bahan pewarna.setelah itu diayak menjadi granul,dan

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI Oleh : TIAS FAYUKTIKA K.100.050.065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat. I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,

Lebih terperinci

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009). BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling popular di masyarakat karena bentuk sediaan tablet memiliki banyak keuntungan, misalnya: massa tablet dapat dibuat dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat dibandingkan dengan sediaan farmasi lain karena berbagai keuntungan seperti mudah digunakan, memiliki

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah 25 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah buaya (PT. Kavera Biotech, Indonesia), asam sitrat (Cina), asam tartrat (Perancis) dan natrium

Lebih terperinci

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat, maka akan cepat pula terabsorpsi oleh tubuh. Pembuatan bentuk sediaan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat, maka akan cepat pula terabsorpsi oleh tubuh. Pembuatan bentuk sediaan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fast Disintegrating Tablet merupakan bentuk sediaan yang dapat terdisintegrasi dengan cepat segera setelah kontak dengan saliva dalam jumlah terbatas (Pahwa dan Gupta,

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI TABLET ZETASAL Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 9 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci