BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat berperan dalam menjamin adanya perlindungan terhadap pekerja / tenaga kerja. Perlindungan terhadap tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan kesehatan dan keselamatan tersebut dilakukan agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaannya dengan kondisi kesehatannya yang baik untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kerja. Dengan demikian, tenaga kerja memiliki hak untuk memperoleh perlindungan keselamatan dan kesehatan dari berbagai risiko atau kemungkinan yang dapat menimpa dan menggangu tenaga kerja serta pelaksanaan pekerjaannya. Kesimpulan tersebut mengemuka dalam Seminar Nasional bertajuk "Peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Menyongsong Globalisasi Industri pada Era Persaingan Pasar Bebas" yang diselenggarakan di Departemen Kesehatan pada tanggal 6 Juli Berbagai jenis bahaya yang timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan kerja cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari tenaga kerja sejauh mungkin dicegah dan atau dikendalikan agar tenaga kerja dapat selamat dan sehat dalam melaksanakan pekerjaannya. Pencegahan atau pengendalian bahya pekerjaan di lingkungan kerja dengan upaya K3 bertujuan agar tenaga

2 16 kerja terhindar dari kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan akibat pekerjaan atau lingkungan kerja. Keselamatan dan kesehatan adalah aset yang tidak ternilai harganya. Keselamatan dan kesehatan seseorang merupakan bagian utama kesejahteraan. Kesejahteraan tenaga kerja mustahil diwujudkan dengan mengabaikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Revolusi industri yang berperan dalam mengubah kondisi dunia saat itu, juga berperan dalam peningkatan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja terkait dengan kemajuan pesat teknologi yang mulai diterapkan untuk produksi secara besar-besaran dengan mesin. Hal ini merupakan produk revolusi industri yang disatu pihak mencerminkan kemajuan yang gemilang, namun di sisi lain memiliki dampak terhadap permasalahan sosial yang ada. Gerakan perbaikan dengan menerapkan K3 dipelopori oleh kalangan yang memiliki tanggung jawab moral dan terbukti mereka berhasil memperjuangkan K3 melalui perundang-undangan sehingga K3 wajib dilaksanakan. Sejak saat itu K3 menjadi bagian perlindungan tenaga kerja yang pelaksanaannya diatur normatif dalam undang-undang ketenagakerjaan. Menurut undang-undang, K3 adalah hak tenaga kerja/pekerja. Perkembangan selanjutnya pada tataran internasional hak tenaga kerja/pekerja kini diakui sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM). Demi peningkatan produktivitas kerja, pekerjaan harus dilakukan dengan cara dan lingkungan kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan. Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka terjadi ketidaknyamanan kerja, gangguan kesehatan dan daya kerja, penyakit dan kecelakaan. Permasalahan tersebut juga disebabkan oleh ketidakseimbangan antara beban

3 17 kerja dengan kapasitas atau kemampuan kerja yang dimilki pekerja. Gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan yang menyebabkan menurunnya daya kerja disebabkan faktor fisik, kimiawi, biologis, fisiologis dan atau mental psikologis yang terdapat dalam pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut jika tidak dicegah/dikendalikan dapat berakibat terjadinya kecelakaan, penyakit dan gangguan kesehatan, oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dapat dikendalikan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa K3 tidak hanya sekedar bertujuan meraih tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi, atau hanya untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, maupun penyakit akibat kerja. Lebih jauh dari itu K3 memiliki visi dan misi jauh kedepan yaitu mewujudkan tenaga kerja yang sehat, selamat, produktif serta sejahtera dan juga menciptakan perlindungan kepada pengusaha/perusahaan. 2.2 Cedera Pada Pinggang (Low Back Pain) Tulang belakang atau kolom vertebral manusia dewasa, merupakan susunan yang menyerupai huruf S (Niebel, 2003, p161) terdiri dari 25 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical pada leher, 12 tulang thoraic pada punggung (upper back), 5 tulang lumbar pada pinggang (lower back), dan sacrum pada daerah pelvis. Tulang-tulang ini memiliki badan silinder yang berfungsi sebagai tempat otot punggung melekat. Melalui pusat pada setiap vertebra terdapat ruang yang berisi dan melindungi saraf yang berawal dari otak sampai pada kolom vertebra terakhir.

4 18 Gambar 2.1 Struktur Tulang Belakang Tulang-tulang vertebral dipisahkan oleh jaringan yang lebih halus, yang disebut intervertebral disks. Intervertebral disks berfungsi sebagai penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun umumnya gerakan menekuk / membungkuk muncul pada 2 sendi paling bawah, antara lumbar paling bawah dengan sacrum (disebut disk L5/S1) dan diatasnya (disk L4/L5). Disk ini juga berfungsi sebagai bantalan antara tulang-tulang vertebral, sepanjang tulang belakang, yang membantu melindungi kepala dan otak dari akibat nyeri saat berjalan, berlari, atau melompat. Disk ini terdiri dari unsur seperti gel yang dikelilingi oleh seratserat yang berbentuk sepeti lapisan bawang, terpisah dari tulang oleh pelat tulang rawan. Pergerakan cairan ini terjadi antara pusat gel dan jaringan sekitarnya, tergantung dari tekanan pada disk.

5 19 Gambar 2.2 Intervertebral disk Kombinasi efek dari penuaan dan aktivitas kerja manual yang berat, disk ini bisa menjadi lemah. Beberapa serat bisa menjadi menegang, atau pelat tulang rawan bisa menderita retak-retak kecil, melepas material gelatin, mengurangi tekanan dari dalam, dan memungkinkan pusat disk untuk mengering. Akibatnya ruang disk menjadi sempit, menjadikan tulang-tulang vertebral menjadi lebih dekat dan saling bersentuhan, menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Lebih buruk, berdampak pada akar saraf, yang menimbulkan rasa sakit dan perusakan pada saraf sensor dan motor. Pada saat saraf-saraf kehilangan integritasnya, tulang vertebral bisa bergeser, mengakibatkan tekanan yang tidak seimbang pada disk dan bahkan menjadi lebih sakit. Pada kasus yang lebih berat, yang disebut hernia disk, serat ini bisa sobek dan unsur gel ini bisa menekan akar saraf. Gambar 2.3 Proses Hernia Disk Pada L5/S1 (Tampak Atas)

6 20 Gambar 2.4 Proses Hernia Disk Pada L5/S1 (Tampak Samping) Menurut Kroemer et al. (2001, p64) cedera pinggang (low back pain) adalah sensasi rasa sakit / nyeri dari cedera yang terjadi pada daerah pinggang. Cedera pinggang disebabkan oleh berbagai hal, dimana pada umumnya berhubungan dengan perubahan pada kolom spinal dan ligamen beserta otot yang mendukungnya karena proses penuaan. Perubahan ini bisa disebabkan oleh kombinasi trauma yang berulang dan proses penuaan. Penyebab dari masalah pinggang, tidak selalu mudah untuk diidentifikasi. Bersamaan dengan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, kedua faktor pekerjaan dan individu memiliki peranan. Faktor individu, termasuk faktor kecenderungan genetis untuk jaringan penhubung, disk, dan ligamen yang lebih lemah, serta kondisi gaya hidup personal, seperti perokok, dan obesitas, dimana ahli industri memiliki kendali yang lebih kecil. Perubahan hanya dapat dilakukan pada faktor kerja. Kerja berat termasuk bukan hanya pengangkatan beban berat yang sering, tetapi juga meliputi postur statis tulang belakang yang membungkuk (forward bending) untuk periode yang

7 21 lama. Postur yang tidak bergerak untuk periode yang lama, bahkan postur duduk, dan getaran pada tubuh juga merupakan faktor yang mempengaruhi. Berdasarkan pendapat Bridger (1995, p59), cedera pinggang juga dapat disebabkan oleh lelah otot jika seseorang harus bekerja dengan tulang belakang menekuk maju (misalnya saat mencuci piring, atau menyetrika). Postur statis ini memberikan beban pada otot pinggang, yang secara cepat lelah. Untuk bekerja yang membutuhkan berdiri, tempat kerja harus dirancang untuk mencegah pekerja untuk berdiri dengan posisi lordosis pada lumbar secara berlebihan atau harus mengadopsi posisi kerja membungkuk. 2.3 Disain Pengangkatan Manual Berikut adalah beberapa faktor yang memperburuk tekanan postural dalam penanganan material menurut Bridger (1995, p164) : Memegang atau menahan beban jauh dari tulang belakang. Melakukan gerakan rotasi pada tulang belakang saat menyangga atau mengangkat beban. Mengangkat atau menurunkan beban dengan tinggi di bawah lutut atau di atas bahu. Mengangkat atau memindahkan beban dengan jarak vertikal atau horisontal yang jauh. Menahan atau mengangkat beban untuk periode yang lama. Mengangkat atau membawa beban secara sering. Mengangkat sambil duduk.

8 22 Prosedur pengangkatan yang aman bagi pekerja menurut NIOSH (2007, p19) : Mengecek tanda pada beban Sebelum mengangkat, selalu menguji beban untuk stabilitas dan beratnya. Untuk beban yang tidak stabil dan / atau berat, yang harus diperhatikan adalah penggunaan peralatan, mengurangi berat beban, dan melakukan pengepakan ulang untuk meningkatkan stabilitas. Rencanakan pengangkatan Gunakan sepatu yang tepat untuk menghindari jatuh dan tergelincir. Jika menggunakan sarung tangan, gunakan ukuran yang tepat. Mengangkat sebanyak batas aman yang bisa dilakukan. Lakukan pengangkatan pada wilayah kekuatan (misalnya diatas lutut, dibawah bahu, dan dekat dengan tubuh), jika memungkinkan. Berhati-hati saat mengangkat beban yang tidak stabil. Saat mengangkat : Menggenggam dengan aman Gunakan kedua tangan Hindari hentakan, dengan bergerak secara perlahan Menjaga beban sedekat mungkin dengan tubuh Jika memungkinkan, gunakan kaki untuk mengangkat beban, jangan membungkuk.

9 23 Gambar 2.5 Teknik Mengangkat Beban (Objek Kaku) Gambar 2.6 Teknik Mengangkat Beban (Objek Tidak Kaku) Jangan merotasi badan (twisting). Melangkah ke satu sisi atau arah lain untuk berputar. Alternatifkan pengangkatan atau tugas berat dengan tugas yang ringan / sedikit menggunakan fisik. Beristirahat 2.4 Posisi Duduk Saat Bekerja Duduk adalah aspek diantara berjalan atau berdiri dan tiduran. Berat tubuh seseorang didukung sebagian oleh kursi (Kroemer et al., 2001, p342), konsumsi energi dan tekanan peredaran lebih tinggi disaat seseorang duduk dibandingkan tiduran, tetapi lebih rendah dibandingkan saat berdiri. Lengan dan tangan dapat digunakan secara bebas, tetapi ruang kerjanya terbatas saat seseorang duduk.

10 24 Dua postur kerja yang terpenting adalah berjalan / berdiri dan duduk. Secara umum, dari kedua kondisi, posisi yang paling mudah menopang postur dari tulang belakang dan leher adalah dimana kolom spinal lurus dari sudut pandang depan, tetapi disertai dengan bentuk alami kurva S dari sudut pandang samping. Menjaga postur tulang belakang dalam periode yang lama menjadi sangat tidak nyaman, karena kebanyakan dari tekanan otot harus dipertahankan untuk menjaga tubuh dalam posisi tersebut. Karena banyak orang yang mengalami rasa tidak nyaman, sakit, dan cedera pada kolom spinal (terutama pada daerah leher dan pinggang), postur dan pergerakan dari kolom spinal menjadi perhatian lebih dari fisiologis dan ortopedis. Pertimbangan postur dalam bekerja adalah sebagai berikut: 1. Perubahan dalam postur membantu untuk menghindari tekanan dari kolom spinal serta kelelahan otot. 2. Kursi harus didisain sehingga postur duduk dapat diubah secara berkala. Jika duduk diperlukan dalam waktu yang lama, sandaran dapat membantu mendukung punggung dan kepala, serta memungkinkan orang untuk beristirahat.

11 Persamaan Pengangkatan Beban NIOSH Definisi RWL adalah hasil revisi dari persamaan pengangkatan (lifting equation) NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health). RWL didefinisikan untuk sekumpulan kondisi tugas yang spesifik dimana berat beban dapat diangkat oleh hampir seluruh pekerja yang sehat dalam waktu yang cukup lama (misalnya sampai 8 jam kerja) tanpa meningkatkan resiko sakit punggung bawah Terminologi dan Definisi Data Berikut adalah daftar penjelasan dari definisi yang berguna untuk menerapkan persamaan pengangkatan NIOSH : Tugas pengangkatan (Lifting Task) Didefinisikan sebagai tindakan manual dari memegang sebuah objek dengan ukuran dan massa yang jelas dengan menggunakan kedua tangan, dan memindahkannya secara vertikal tanpa bantual objek mekanik. Berat beban (Load Weight = L) Berat dari sebuah objek yang akan diangkat, dalam pon atau kilogram, termasuk kontainer. Lokasi horisontal (Horizontal Location = H) Jarak tangan dari titik tengah antara mata kaki, dalam inci atau sentimeter (diukur pada tempat awal dan tempat tujuan pengangkatan)

12 26 Lokasi vertikal (Vertical Location = V) Jarak tangan dari atas lantai, dalam inci atau sentimeter (diukur pada tempat awal dan tempat tujuan pengangkatan) Jarak perpindahan vertikal (Vertical Travel Distance = D) Nilai absolut dari perbedaan antara tinggi vertikal pada tempat tujuan dengan tempat awal pengangkatan, dalam inci atau sentimeter. Sudut asimetri (Asymmetry Angle = A) Pengukuran sudut dari seberapa jauh objek berpindah dari bagian depan tubuh pekerja (mid-sagittal plane), pada saat awal atau akhir pengangkatan, dalam derajat (diukur pada tempat awal dan tempat tujuan). Lihat gambar 2.8 Posisi netral tubuh Dideskripsikan sebagai posisi tubuh saat tangan berada langsung di depan tubuh dengan rotasi yang minim pada kaki, batang tubuh, atau bahu. Frekuensi pengangkatan Rata-rata jumlah pengangkatan selama periode 15 menit. Durasi pengangkatan Klasifikasi 3 lapis dari durasi pengangkatan yang ditentukan oleh distribusi waktu kerja dan waktu pemulihan (pola kerja). Durasi dikelompokkan menjadi pendek (1 jam), menengah (1-2 jam), atau panjang (2-8 jam), berdasarkan pada pola kerja. Kualifikasi pegangan (coupling classification) Klasifikasi dari kualitas pegangan objek untuk tangan. Diklasifikasikan sebagai baik, cukup baik, dan kurang baik.

13 27 kontrol signifikan didefinisikan sebagai kondisi yang membutuhkan penempatan secara tepat dari beban pada tempat tujuan. Gambar 2.7 Representasi dari Lokasi Tangan

14 28 Gambar 2.8 Representasi dari Sudut Asimetri Batasan Pengangkatan Beban Beberapa batasan pengangkatan beban dari revisi persamaan pengangkatan NIOSH : Mengangkat / meletakkan dengan satu tangan Mengangkat / meletakkan lebih dari 8 jam Mengangkat / meletakkan sambil duduk / berlutut Mengangkat / meletakkan ditempat kerja yang terbatas

15 29 Mengangkat / meletakkan objek yang tidak stabil Mengangkat / meletakkan saat membawa, mendorong, atau menarik Mengangkat / meletakkan dengan gerobak Mengangkat / meletakkan dengan gerakan yang cepat (lebih cepat dari 30 inchi/detik) Mengangkat / meletakkan dengan lantai yang kurang baik (<0,4 koefisien gesekan antara tapak kaki dengan lantai) Mengangkat / meletakkan dalam lingkungan yang kurang baik (misal: temperatur berada di luar batas o C, kelembaban diluar batas 35-50%) Persamaan dan Fungsinya Persamaan pengangkatan untuk menghitung berat beban yang direkomendasikan (Recommended Weigth Limit / RWL) ini didasarkan pada model perkalian yang memberi pembobotan pada 6 variabel. Pembobotan ini berperan sebagai koefisien yang berfungsi untuk mengurangi konstanta beban (load constant). RWL didefinisikan dengan persamaan berikut : RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM LC = Load Constant HM = Horizontal Multiplier VM = Vertical Multiplier DM = Distance Multiplier AM = Asymmetric Multiplier FM = Frequency Multiplier CM = Coupling Multiplier

16 Komponen Horisontal Lokasi horisontal (H) diukur dari titik tengah garis yang menghubungkan mata kaki dengan titik proyeksi pada lantai langsung dibawah titik tengah pegangan tangan (pusat beban), yang didefinisikan oleh telapak tangan. Jika kontrol signifikan dibutuhkan pada tempat tujuan (misalnya penempatan yang tepat), nilai H harus diukur dua kali, yaitu pada tempat awal dan tempat tujuan. Jika jarak horisontal kurang dari 10 inci / 25 cm, maka H ditentukan 10 inci / 25 cm. Walaupun objek dapat diangkat dengan jarak kurang dari 10 inci dari mata kaki, umumnya objek tidak dapat diangkat tanpa halangan dari perut atau memanjangkan bahu. Dengan penentuan nilai 25 inci / 63 cm sebagai nilai maksikmum H, hal ini mungkin terlalu besar untuk pekerja yang lebih pendek pada saat pengangkatan. Lebih jauh lagi, objek dengan jarak lebih dari 25 inci dari mata kaki, secara normal tidak dapat diangkat secara vertikal tanpa kehilangan keseimbangan. Pengali horisontal (HM) adalah 10/H untuk nilai H yang diukur dalam inci, dan 25/H untuk cm. Jika H kurang atau sama dengan 10 inci / 25 cm, maka nilai HM adalah 1. Nilai HM akan berkurang menjadi 0.4 jika H adalah 25 inci / 63 cm. Jika H lebih dari 25 inci, maka nilai HM adalah Komponen Vertikal Lokasi vertikal (V) didefinisikan sebagai tinggi vertikal dari tangan diatas lantai. Nilai V diukur secara vertikal dari lantai ke titik tengah antara genggaman tangan. Lokasi vertikal (V) dibatasi oleh permukaan lantai dan batas atas dari pengangkatan (70 inci atau 175 cm). Lokasi vertikal harus

17 31 diukur pada tempat awal dan tempat tujuan untuk menentukan jarak perpindahan (D). Untuk menentukan pengali vertikal (VM), nilai absolut atau deviasi V dari tinggi optimum 30 inci / 75 cm dihitung. Tinggi 30 inci di atas lantai dipertimbangkan sebagai tinggi telapak tangan / knuckle height untuk pekerja dengan tinggi rata-rata (66 inci / 165 cm). Pengali vertikal (VM) adalah (1-( V-30 )) untuk V dalam inci, dan (1-(0.003 V-75 )) untuk V dalam cm. Pada saat nilai V 30 inci / 75 cm, pengali vertikal (VM) bernilai 1. Nilai VM berkurang secara linear dengan peningkatan atau penurunan tinggi dari posisi ini. Pada tingkat lantai, VM adalah 0.78, dan pada tinggi 70 inci / 175 cm, VM adalah 0.7. jika V lebih dari 70 inci, maka VM = Komponen Jarak Variabel jarak perpindahan vertikal (D) didefinisikan sebagai jarak perpindahan vertikal dari tangan antara tempat awal dan tempat tujuan. Untuk pengangkatan, D dapat dihitung dengan mengurangi lokasi vertikal (V) pada tempat tujuan dengan V tempat awal. Untuk tugas peletakkan beban, D dihitung dengan mengurangi V pada tempat awal dengan V tempat tujuan. Variabel D diasumsikan paling kecil 10 inci / 25 cm, dan tidak lebih dari 70 inci / 175 cm. Jika jarak perpindahan vertikal kurang dari 10 inci / 25 cm, maka D ditetapkan menjadi jarak minimum, yaitu 10 cm / 25 cm. Pengali jarak (DM) adalah (0.82+(1.8/D)) untuk D dalam inci, dan DM adalah (0.82+(4.5/D) untuk D dalam cm.

18 Komponen Asimetri Asimetri berhubungan dengan pengangkatan yang mulai atau berakhir diluar tengah sagittal plane (gambar 2.8). Secara umum, pengangkatan asimetris sebaiknya dihindari. Jika pengangkatan asimetris tidak dapat dihindari, batas beban yang direkomendasikan menjadi berkurang secara signifikan dibandingkan dengan pengangkatan simetris. Sudut asimetri didefinisikan sebagai sudut antara garis asimetri dengan garis tengah sagittal. Garis asimetri didefinisikan sebagai garis horisontal yang menghubungkan titik tengah antara tulang mata kaki titik yang diproyeksikan pada lantai, langsung di bawah titik tengah dari genggaman tangan. Sudut A dibatasi dari rentang 0º-135º. Jika A > 135º, maka AM ditetapkan menjadi sama dengan 0, yang menhasilkan RWL menjadi nol, atau tidak ada beban. Pengali asimetri (AM) adalah 1-(0.0032A). Nilai maksimum AM adalah 1, dimana beban diangkat langsung di depan badan. AM berkurang secara linear dengan meningkatnya sudut asimetri A Komponen Frekuensi Pengali frekuensi didefinisikan oleh (a) jumlah pengangkatan per menit (frekuensi), (b) jumlah waktu dalam aktivitas pengangkatan (durasi), dan (c) tinggi vertikal pengangkatan dari lantai. Frekuensi pengangkatan (F) merupakan rata-rata jumlah pengangkatan per menit, yang diukur selama 15 menit. Durasi pengangkatan dikategorikan menjadi 3, yaitu pendek, menengah, dan panjang. Kategori ini didasarkan oleh periode waktu kerja yang kontinu

19 33 dan waktu pemulihan (misalnya kerja ringan). Periode waktu kerja berkelanjutan adalah periode kerja yang tidak terinterupsi. Waktu pemulihan didefinisikan sebagai durasi aktivitas kerja ringan yang dilanjutkan dengan periode pengangkatan yang berkelanjutan. Durasi Pendek merupakan tugas pengangkatan yang memiliki durasi 1 jam atau kurang, diikuti dengan waktu pemulihan 1.2 kali waktu kerja. Durasi Menengah merupakan pengangkatan yang memiliki durasi lebih dari 1 jam, tetapi tidak lebih dari 2 jam. Durasi Panjang merupakan pengangkatan yang memiliki durasi antara 2 dan 8 jam, dengan kelonggaran istirahat standar industri (misalnya pagi, makan siang, dan istirahat sore). Frekuensi pengangkatan (F) untuk pengangkatan yang repetitif bervariasi dari 0.2 pengangkatan / menit sampai frekuensi maksimum yang tergantung pada lokasi vertikal objek (V) dan durasi pengangkatan. Pengangkatan melebihi frekuensi maksimum menghasilkan nilai RWL 0. Nilai FM tergantung pada rata-rata pengangkatan per menit (F), lokasi vertikal (V), dan durasi dari pengangkatan yang kontinu. Untuk pengangkatan dengan frekuensi kurang dari 0.2 pengangkatan per menit, nilai frekuensi ditetapkan menjadi 0.2 pengangkatan / menit. Tabel 2.1 Frequency Multiplier Frekuensi Durasi Kerja Pengangkatan / Menit 1 jam >1 tetapi 2 jam >2 tetapi 8jam (F) V<30 (75cm) V 30 (75cm) V<30 (75cm) V 30 (75cm) V<30 (75cm) V 30 (75cm)

20 34 Tabel 2.1 Frequency Multiplier (Lanjutan) Frekuensi Durasi Kerja Pengangkatan / Menit 1 jam >1 tetapi 2 jam >2 tetapi 8jam (F) V<30 (75cm) V 30 (75cm) V<30 (75cm) V 30 (75cm) V<30 (75cm) V 30 (75cm) Komponen Pegangan Kebiasaan pegangan tangan dengan objek atau metode pemegangan dapat mempengaruhi tidak hanya tenaga maksimum pekerja yang bisa atau harus gunakan terhadap objek, tetapi juga lokasi vertikal dari tangan pada proses pengangkatan. Pegangan yang baik akan mengurangi kekuatan genggaman maksimum dan meningkatkan kemungkinan pengangkatan beban. Pegangan yang buruk secara umum membutuhkan kekuatan genggaman yang lebih besar dan mengurangi kemungkinan pengangkatan beban. Tabel 2.2 Coupling Multiplier Tipe Pengali Pengangan (CM) Pegangan V<30 (75cm) V 30 (75cm) Baik 1 1 Cukup Baik Kurang Baik

21 Indeks Pengangkatan (Lifting Index / LI) Seperti yang didefinisikan sebelumnya, LI menghasilkan estimasi relatif dari stres fisik yang berhubungan dengan pekerjaan pengangkatan manual. LI = Load Weight (Berat Beban) RWL Dimana Load Weight (L) / berat beban adalah berat dari objek yang diangkat (lbs atau kg). Berat beban yang direkomendasikan (RWL) dan indeks pengangkatan (LI) dapat digunakan sebagai panduan disain ergonomi dalam beberapa cara: Pengali individu dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan pekerjaan spesifik. Besar relatif dari setiap pengali mengindikasikan kontribusi relatif pada setiap faktor tugas (misalnya horisontal, vertikal, frekuensi, dan sebagainya). RWL dapat digunakan sebagai panduan mendisain ulang dari pekerjaan pengangkatan yang ada atau untuk mendisain pekerjaan pengangkatan manual yang baru. Nilai LI dapat digunakan untuk memprioritaskan disain ulang ergonomi. Berdasarkan perspektif NIOSH, pengangkatan beban dengan LI > 1 akan meningkatkan resiko cedera pinggang untuk beberapa pekerja. Beberapa ahli mempercayai kriteria seleksi pekerja dapat digunakan untuk mengidentifikasi pekerja yang dapat melakukan tugas pengangkatan yang berbahaya (pengangkatan yang memiliki LI lebih dari 1). Bagaimanapun kriteria seleksi harus berdasarkan penelitian, observasi empiris, atau pertimbangan teori, termasuk pengujian kekuatan yang berhubungan dengan kerja dan / atau pengujian kapasitas aerobik. Meskipun begitu, para ahli ini bersepakat bahwa

22 36 seluruh pekerja akan beresiko cedera saat melakukan tugas pengangkatan yang sangat berbahaya (pengangkatan dengan LI lebih dari 3). 2.6 RULA (Rapid Upper Limb Assessment) RULA adalah metode survei yang dikembangkan untuk penggunaan investigasi ergonomi dari tempat kerja dimana cedera tubuh bagian atas akibat kerja dapat terjadi. RULA menyediakan metode untuk menyaring sejumlah besar operator secara cepat, tetapi sistem penilaian yang dikembangkan juga menghasilkan indikasi dari tingkat pembebanan untuk setiap bagian tubuh individu Pendahuluan RULA dikembangkan untuk investigasi pekerja / individu terhadap faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan penyebab cedera tubuh bagian atas. Dalam pengembangannya, RULA melakukan evaluasi dari postur tubuh, usaha, dan penggunaan otot dari operator VDU dan operator yang mengerjakan berbagai tugas-tugas manufaktur dimana terdapat resiko cedera terhadap tubuh bagian atas. Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan menggunakan 3 tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko tersebut adalah : Jumlah gerakan Kerja otot statis Kekuatan Postur kerja yang ditentukan oleh peralatan dan furnitur.

23 37 Jam kerja tanpa istirahat Sebagai tambahan, faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah beban, tetapi hal ini mungkin berbeda-beda bagi setiap individu (postur kerja, penggunaan otot statis atau kekuatan yang tidak perlu, kecepatan dan akurasi dari gerakan, frekuensi dan durasi). Selain itu, faktor individu (seperti usia dan pengalaman), lingkungan kerja, dan variabel psikososial juga mempengaruhi perbedaan respon individu terhadap beban. Dalam menilai 4 faktor beban eksternal (jumlah gerakan, kerja otot statis, kekuatan, dan postur), RULA dikembangkan untuk : Menyediakan metode penilaian resiko cedera tubuh bagian atas secara cepat. Mengidentifikasi kekuatan otot yang berhubungan dengan postur bekerja, kekuatan yang tak perlu, dan yang menyebabkan lelah otot. Memberikan hasil yang dapat digunakan lebih luas untuk penilaian ergonomis yang meliputi faktor epidemiologika, fisik, lingkungan, dan organisasional, dan terutama memenuhi kebutuhan dari UK Guidelines on the prevention of work related upper limb disorders Sistem Penilaian RULA Untuk menghasilkan metode yang dapat dengan cepat digunakan, tubuh dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok A adalah lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan, sedangkan kelompok B adalah leher, punggung, dan kaki yang akan memberikan pengaruh pada postur tubuh bagian atas. RULA menggunakan konsep pemberian nilai pada postur tubuh (sistem coding) yang ringkas dan cepat untuk digunakan.

24 38 Rentang dari pergerakan setiap bagian tubuh dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan kriteria yang diturunkan melalui interpretasi dari literatur yang berhubungan. Bagian-bagian yang diberi nomor 1, menunjukkan rentang gerakan atau postur bekerja dimana faktor resiko adalah minimal. Penomoran yang lebih tinggi diberikan untuk rentang gerakan dan postur tubuh dengan peningkatan faktor-faktor resiko yang membebankan struktur segmen tubuh. Nilai-nilai kelompok A (lengan atas, lengan bawah, dan leher) 1. Nilai Lengan Atas Gambar 2.9. Rentang Gerakan Lengan Atas 1 untuk rentang 20º ke belakang / ke depan dari tengah tubuh. 2 untuk rentang >20º ke belakang atau 20º- 45º kedepan 3 untuk rentang 45º- 90º 4 untuk rentang >90º Nilai bertambah 1 bila pundak terangkat atau lengan menjauh dari tubuh Kurangi 1 bila berat tangan ditopang / didukung. 2. Nilai Lengan Bawah Gambar 2.10 Rentang Gerakan Lengan Bawah 1 untuk rentang 60º-100º

25 39 2 untuk rentang < 60ºatau > 100º Nilai bertambah 1 bila lengan bawah bekerja melewati garis tengah tubuh atau menjauh dari tubuh. 3. Nilai Pergelangan Tangan Gambar 2.11 Rentang Gerakan Pergelangan Tangan 1 untuk posisi netral 2 untuk rentang menekuk sampai 15º ke atas atau ke bawah dari posisi netral 3 untuk rentang menekuk >15º ke atas atau ke bawah. Nilai bertambah 1 bila pergelangan tangan menekuk kesamping (side bending) Nilai bertambah 1 bila pergelangan berputar masih dalam rentang putar tengah. Nilai bertambah 2 bila putaran pergelangan ada pada atau dekat rentang putaran akhir pergelangan. Nilai-nilai kelompok B (leher, punggung, dan kaki) : 1. Nilai Leher Gambar 2.12 Rentang Gerakan Leher

26 40 Nilai 1 untuk leher menekuk 0º-10º ke bawah Nilai 2 untuk leher menekuk 10º-20º ke bawah Nilai 3 untuk leher menekuk >20º ke bawah Nilai 4 untuk leher menekuk / berekstensi ke belakang Nilai bertambah 1 bila leher berputar / berotasi (twisting) Nilai bertambah 1 bila leher menekuk ke samping (side bending) 2. Nilai Punggung Gambar 2.13 Rentang Gerakan Punggung Nilai 1 untuk punggung yang didukung / ada yang menahan, dengan posisi pinggul dan punggung 90º atau lebih. Nilai 2 untuk punggung yang membungkuk dengan sudut 0º-20º Nilai 3 untuk punggung yang membungkuk dengan sudut 20º-60º Nilai 4 untuk punggung yang membungkuk dengan sudut >60º Nilai bertambah 1 bila punggung melakukan putaran / berotasi (twisting) Nilai bertambah 1 bila punggung mengarah ke samping (side bending) 3. Nilai Kaki Nilai 1 untuk kaki dan telapak kaki ada yang menahan saat duduk dengan beban yang seimbang.

27 41 Nilai 1 untuk posisi berdiri dengan beban yang didistribusikan seimbang ke kedua kaki, dengan ruang untuk berganti posisi. Nilai 2 untuk kaki dan telapak kaki yang tidak didukung / ditahan atau beban yang tidak seimbang antara 2 kaki. Penilaian RULA dimulai dengan observasi operator dalam beberapa siklus kerja dengan tujuan memilih tugas dan postur untuk dinilai. Penilaian bisa ditentukan dari postur tubuh yang paling sering dilakukan dalam siklus kerja atau saat dimana beban tertinggi muncul. Karena RULA dapat digunakan secara cepat, penilaian bisa dilakukan untuk setiap postur dalam siklus kerja. Saat menggunakan RULA, hanya bagian sisi kanan atau kiri saja yang dinilai pada satu waktu. Jika diperlukan, penilaian dapat dilakukan untuk kedua sisi. Gambar 2.14 Struktur Penilaian RULA Nilai tunggal dibutuhkan dari kelompok A dan B yang menunjukkan tingkat pembebanan postur dari sistem musculoskeletal melalui postur bagian tubuh yang dikombinasikan. Langkah pertama untuk menetapkan sistemnya

28 42 adalah dengan mengurutkan setiap kombinasi dari postur, dari pembebanan yang terkecil sampai yang terbesar berdasarkan kriteria fungsi otot dan biomekanika. Pengurutan nilai postur ini ada dalam skala 1 sampai 9. Nilai 1 didefinisikan sebagai postur yang pembebanan pada musculoskeletal paling kecil. Berikut adalah tabel nilai untuk postur A dan B. Tabel 2.3 Nilai Postur A Lengan Atas Nilai Pergelangan Tangan Lengan Bawah Perputaran Perputaran Perputaran Perputaran (Twist) (Twist) (Twist) (Twist) Tabel 2.4 Nilai Postur B Punggung Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Leher

29 43 Sistem penilaian dikembangkan juga termasuk beban tambahan pada sistem musculoskeletal yang disebabkan oleh kerja otot statis, gerakan yang repetitif, dan kebutuhan menggunakan tenaga atau menahan beban eksternal saat bekerja. Nilai ini dihitung untuk setiap kelompok A dan B. Nilai A + Nilai Penggunaan Otot & Tenaga = Nilai C Nilai B + Nilai Penggunaan Otot & Tenaga = Nilai D Penilaian jumlah dari beban statis atau penggunaan tenaga yang akan menyebabkan kelelahan berikut kerusakan jaringan tergantung pada waktu dimana operator diekspos pada faktor resiko eksternal. RULA menyediakan sistem penilaian yang konservatif dan sederhana yang digunakan sebagai panduan untuk mengindikasikan faktor resiko. Nilai postur bertambah menjadi 1 bila postur tubuh secara umum statis, misalnya menahan lebih dari 1 menit. Penggunaan otot didefinisikan sebagai repetitif / berulang jika kegiatan berulang lebih dari 4 kali per menit. Kontribusi dari kegiatan yang memerlukan tenaga atau menahan beban, seperti peralatan tangan, tergantung pada berat objek, lamanya menahan, dan waktu pemulihan, sama seperti postur bekerja yang diadopsi. Jika beban atau tenaga kurang dari 2 kg atau kurang dan menahan sebentar-sebentar, maka nilainya adalah 0. Jika beban 2-10 kg sebentar-sebentar, maka nilainya adalah 1. jika beban 2-10 kg statis atau berulang-ulang, maka nilainya adalah 2. Nilai 2 juga untuk beban yang lebih dari 10 kg yang sebentar-sebentar. Terakhir, jika beban lebih dari 10 kg dan dikerjakan statis atau berulang, nilainya adalah 3. Jika beban / tenaga yang besar yang dikerjakan / dikeluarkan dengan tiba-tiba nilainya juga 3.

30 44 Nilai penggunaan otot dan tenaga dinilai untuk bagian tubuh pada kelompok A dan B. Setelah itu, nilai ini ditambahkan dengan nilai postur yang diturunkan dari tabel 2.3 dan 2.4 untuk mendapatkan nilai yang disebut nilai C dan D Pengembangan Nilai Akhir dan Daftar Kegiatan Kedua nilai C dan D akan digunakan untuk satu nilai akhir tunggal yang besarnya menentukan panduan untuk prioritas investigasi selanjutnya. Setiap kombinasi nilai C dan D akan diberi pengurutan yang disebut nilai akhir (Grand Score), dari 1-7 berdasarkan resiko cedera yang telah diestimasi dalam hubungannya dengan pembebanan musculoskeletal (tabel 2.5). Berikut adalah daftarnya : Tingkat Kegiatan 1 nilainya adalah 1 atau 2 yang menunjukkan postur tubuh sudah baik jika tidak bertahan atau berulang-ulang untuk periode yang lama. Tingkat Kegiatan 2 nilai akhir 3 dan 4 mengindikasikan perlunya investigasi lebih jauh dan perubahan mungkin diperlukan. Tingkat Kegiatan 3 nilai 5 dan 6 mengindikasikan investigasi dan perubahan dibutuhkan segera. Tingkat Kegiatan 4 nilai 7 mengindikasikan investigasi dan perubahan dibutuhkan secepatnya.

31 45 Tabel 2.5 Nilai Akhir RULA Nilai C (Tubuh Bagian Atas) Nilai D (Leher, Punggung, dan Kaki) Tingkat kegiatan yang lebih tinggi tidak mengarahkan untuk mengurangi segala resiko terhadap operator. Hal ini harus ditekankan karena tubuh manusia adalah sistem yang rumit dan adaptif, metode sederhana tidak dapat menyelesaikan masalah postural dan efek pembebanan terhadap tubuh. Yang dihasilkan oleh RULA adalah sebuah panduan, dan dikembangkan untuk memberikan batasan terhadap situasi-situasi yang ekstrim.

32 Sistem Informasi Menurut Turban et al. (2003, p15) sistem informasi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan spesifik. Sama seperti sistem lain, sistem informasi meliputi input (data dan instruksi) dan output (laporan dan perhitungan). Sistem informasi memproses input dan menghasilkan output yang dikirimkan kepada user atau sistem lain. James A. O Brien (2003, p7) juga menyatakan sistem informasi merupakan kombinasi dari orang, hardware, jaringan komunikasi, dan sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam organisasi. 2.8 Objek dan Kelas Objek adalah sebuah entitas dengan identitas, status, dan perilaku (Mathiassen et al., 2000, p4). Objek menggambarkan pandangan realitas dari user. Beberapa orang adalah pelanggan, dan mereka dilayani sebagai entitas tunggal dengan identitas, status, dan perilaku yang spesifik. Sedangkan kelas (classes) adalah deskripsi dari sekumpulan objek yang memiliki struktur, pola perilaku, dan atribut yang sama. 2.9 Object Oriented Analysis and Design (OOAD) Aktivitas Utama Aktivitas utama pada OOAD dibagi menjadi 4 aktivitas utama, yaitu analisis Problem Domain, analisis Application Domain, Architectural Design, dan Component Design (Mathiassen et al., 2000, p15).

33 47 Gambar 2,15 Aktivitas Utama OOAD a. Analisis Problem Domain Problem domain adalah bagian dari konteks yang diatur, diawasi atau dikendalikan oleh sistem. Tujuan dari analisis problem domain adalah mengembangkan sebuah model. Dalam analisis problem domain ini, terdapat 3 aktivitas, yaitu : Gambar 2.16 Aktivitas Analisis Problem Domain Memilih objek, classes, dan events yang menjadi bagian dari model problem-domain. Mengembangkan model dengan fokus pada hubungan struktur antara classes dan objek yang dipilih. Menentukan properti dinamis dan atribut pada setiap class.

34 48 Tabel 2.6 Aktiivtas Analisis Problem Domain Aktivitas Isi Konsep Classes Objek dan event apa yang merupakan bagian dari problem domain? Class, objek, dan event Structure Bagaimana classes dan objek Generalisasi, agregasi, berhubungan? asosiasi, dan cluster Behaviour Properti dinamis apa yang dimiliki Event trace, behavioral objek? pattern, dan atribut b. Analisis Application Domain Application domain merupakan organisasi yang mengatur, mengawasi, atau mengendalikan problem domain. Tujuan dilakukannya analisis application domain adalah untuk menentukan kebutuhan penggunaan sistem. Aktivitas dalam analisis application domain dijelaskan pada tabel 2.7. Tabel 2.7 Aktiivtas Analisis Application Domain Aktivitas Isi Konsep Usage Bagaimana interaksi sistem dengan orang dan sistem dalam konteks? Use case dan Actor Functions Apa saja kemampuan pemrosesan informasi dari sistem? Function Interfaces Apa saja kebutuhan interface dari sistem Interface, user interface, yang dikembangkan? dan sistem interface Gambar 2.17 Aktivitas Analisis Application Domain

35 49 c. Architectural Design Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses sistem. Tujuannya adalah untuk menstrukturisasi sebuah sistem yang terkomputerisasi. Aktivitas pada architectural design dijelaskan pada tabel 2.8 Tabel 2.8 Aktiivtas Architectural Design Aktivitas Isi Konsep Criteria Bagaimana kondisi dan kriteria untuk perancangan? Criterion Components Bagaimana sistem terstruktur ke dalam Component arhitecture komponen? dan component Process Bagaimana proses-proses sistem Process architecture dan didistribusikan dan dikoordinasikan? process Gambar 2.18 Aktivitas Architectural Design

36 50 Tabel 2.9 menunjukkan criterion yang telah ditentukan oleh para peneliti untuk menentukan kualitas dari sebuah software. Tabel 2.9 Criterion untuk Menentukan Kualitas Software Criterion Usable Secure Efficient Correct Reliable Maintainable Testable Flexible Comprehensible Reusable Portable Interoperable Ukuran Kemampuan sistem beradaptasi dengan context organisasional dan teknikal. Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas. Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform. Kesesuaian dengan kebutuhan. Fungsi yang dijalankan secara tepat. Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem. Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya. Biaya memodifikasi sistem. Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem. Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang berkaitan. Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain. Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain. Mathiassen et al. (2000, pp ) menyebutkan bahwa kriteria usable, flexible, dan comprehensible tergolong sebagai kriteria umum yang harus dimiliki oleh sebuah sistem dan menentukan baik tidaknya suatu rancangan sistem. Component architecture adalah struktur sistem dari komponenkomponen yang berkaitan. Dalam aktivitas ini, perlu ditentukan pola arsitektural yang paling sesuai dengan model sistem. Pola-pola arsitektural tersebut antara lain: Layered Architecture Pattern Generic Architecture Pattern

37 51 Client-Server Architecture Pattern Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah component diagram yang merupakan class diagram yang dilengkapi dengan spesifikasi komponen yang kompleks. Process architecture adalah sebuah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling tergantung satu sama lain. Dalam aktivitas ini juga perlu menentukan pola distribusi yang sesuai dengan model sistem. Pola-pola distribusi yang ada antara lain: Centralized Pattern Distributed Pattern Decentralized Pattern Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang menunjukkan processor dengan komponen program dan active objects. d. Component Design Component design bertujuan untuk menentukan implementasi kebutuhan di dalam kerangka kerja arsitektural. Aktivitas pada component design dijelaskan pada tabel Tabel 2.10 Aktiivtas Architectural Design Aktivitas Isi Konsep Model Component Bagaimana model direpresentasikan sebagai class dalam sistem? Model component dan atribut Function Component Bagaimana fungsi-fungsi diimplementasikan? Function Component dan operasi Connecting Component Bagaimana komponen-komponen berhubungan? Component dan connection

38 52 Gambar 2.19 Aktivitas Component Design Prinsip-prinsip Analisis dan Perancangan OOAD dikembangkan dengan 4 prinsip analisis dan perancangan yang umum : Model the context sistem yang bermanfaat harus memenuhi konteks mereka. Adalah hal yang penting untuk membuat model dari application domain dan problem domain saat melakukan analisis dan perancangan. Emphasize the arhitecture arsitektur yang mudah dipahami memfasilitasi kolaborasi antara disainer dan programer. Arsitektur yang fleksibel memungkinkan modifikasi dan peningkatan dari sistem. Reuse pattern pengembangan berdasarkan die dan komponen yang telah diuji meningkatkan kualitas sistem dan pengembangan produktivitas proses. Tailor the method to suit specific projects setiap usaha pengembangan memiliki tantangannya masing-masing. OOAD harus dirancang untuk kebutuhan spesifik dari situasi analisis dan disain yang ada.

39 Kelebihan dan Kekurangan dalam OOAD Mathiassen et al. (2000, pp5-6) menyebutkan bahwa terdapat keuntungan menggunakan OOAD diantaranya adalah: 1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem. 2. Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi. 3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman berorientasi objek. Sebaliknya, kekurangan dalam menggunakan OOAD menurut Raymond McLeod, Jr (2001, p615) adalah: 1. Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan. 2. Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit. 3. Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan untuk sistem bisnis Unified Modeling Language (UML) Turban et al. (2003, p114) menyatakan UML adalah bahasa untuk membuat spesifikasi, visualisasi, membangun, dan mendokumentasikan artifak (seperti kelas-kelas, objek, dan lain-lain) pada sistem software berorientasi objek. UML memudahkan penggunaan kembali dari artifak tersebut karena menyediakan sekumpulan notasi umum yang dapat digunakan kembali untuk segala jenis proyek software.

40 Diagram UML Class Diagram Class diagram menunjukkan sekumpulan classes dengan hubungan strukturalnya (Mathiassen et al., p336). Menurut Whitten et al. (2004, pp ) terdapat 3 jenis hubungan antar-class yang umum digunakan, yaitu: Asosiasi Asosiasi merupakan hubungan statis antar dua objek atau class. Hubungan ini menggambarkan apa yang perlu diketahui oleh sebuah class mengenai class lainnya. Hubungan ini memungkinkan sebuah objek atau class mereferensikan objek atau class lain dan saling mengirimkan pesan. Gambar 2.20 Hubungan Asosiasi Class Diagram Generalisasi / Spesialisasi Dalam hubungan generalisasi, terdapat dua jenis class, yaitu class supertype dan class subtype. Class supertype atau class induk memiliki atribut dan behavior yang umum dari hirarki tersebut. Class subtype atau class anak memiliki atribut dan behavior yang unik dan juga memiliki atribut dan behavior milik class induknya. Class induk merupakan generalisasi dari class anaknya, sedangkan class anak merupakan spesialisai dari class induknya.

41 55 Gambar 2.21 Hubungan Generalisasi Class Diagram Agregasi Agregasi merupakan hubungan yang unik dimana sebuah objek merupakan bagian dari objek lain. Hubungan agregasi tidak simetris dimana jika objek B merupakan bagian dari objek A, namun objek A bukan merupakan bagian dari objek B. Pada hubungan ini, objek yang menjadi bagian dari objek tertentu tidak akan memiliki atribut atau behavior dari objek tersebut. Gambar 2.22 Hubungan Agregasi Class Diagram

42 Statechart Diagram Mathiassen et al. (2000, p341) menyatakan bahwa statechart diagram menunjukkan perilaku umum dari seluruh objek pada class yang spesifik dan berisi state dan transition diantara mereka. Berikut adalah gambar notasi dasar dari statechart diagram. Initial State Final State State State Event (attributes)[condition] Transisi dengan event dan condition Gambar 2.23 Notasi Dasar Statechart Diagram Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat statechart diagram menurut Whitten et al., (2004, p700): 1. Mengidentifikasi initial dan final state. 2. Mengidentifikasi status objek selama masa hidup objek tersebut. 3. Mengidentifikasi event pemicu perubahan status objek. 4. Mengidentifikasi jalur perubahan status Use Case Diagram Use case diagram menunjukkan hubungan antara actors dan use cases (Mathiassen et al., 2000, p343). Actor dan use case merupakan 2 elemen utama dari deskripsi. Mereka dapat dihubungkan satu dengan yang lain, dengan demikian mengindikasikan partisipasi dari aktor pada use case yang ada. Berikut adalah gambar dari notasi use case diagram.

43 57 Actor Use Case Use Case Participation Use Case Group Group of Use Case Gambar 2.24 Notasi Dasar Use Case Diagram Sequence Diagram Sequence diagram menjelaskan interaksi diantara beberapa objek sepanjang waktu (Mathiassen et al., 2000, p340). Sequence diagram dapat menggambarkan secara detail mengenai situasi yang kompleks dan dinamis yang melibatkan beberapa dari objek yang ada pada classes pada class diagram. Berikut adalah gambar dari notasi pada sequence diagram : Object:Class Object:Class Lifeline for an object Recursive call and return event Procedure call () Message in the form event Procedure call Return Destruction of an object Gambar 2.25 Notasi Dasar Sequence Diagram

44 Navigation Diagram Navigation diagram merupakan bentuk khusus dari statechart diagram yang fokus pada seluruh user interface yang dinamis. Diagram ini menunjukkan windows dan transisi diantara mereka. Sebuah window dapat digambarkan sebagai sebuah state. State ini memiliki nama dan berisi gambar miniatur window. Transisi antar state dipicu oleh ditekannya sebuah tombol yang menghubungkan dua window. Gambar 2.26 Notasi Navigation Diagram Component Diagram Component Diagram merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk menggambarkan arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan bagaimana coding pemrograman terbagi menjadi komponen-komponen dan juga menunjukkan ketergantungan antar komponen tersebut (Whitten et al., 2004, p442).

45 59 Sebuah komponen digambarkan dalam UML sebagai sebuah kotak dengan dua kotak kecil di sebelah kirinya. Ketergantungan antar dua komponen menunjukkan bagaimana kedua komponen tersebut saling berkomunikasi. Gambar 2.27 Contoh Component Diagram Deployment Diagram Deployment diagram menunjukkan konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan objek yang terhubung dengan processor tersebut. Processor merupakan unit yang dapat melakukan proses. Sebuah external device adalah stereotype khusus dari sebuah prosesor. Komponen program adalah komponen koheren yang menyediakan beberapa fasilitas kepada komponen lain dan dikarakterisasikan oleh sebuah interface yang terdiri dari classes dan operasi yang diimplementasikan. Processor dapat berisi komponen program. Processor dan komponen program adalah objek dari mereka sendiri dan dapat berisi objek lain.

46 60 <<Stereotype>> Processor Processor Program Component Program Component Program Component Class Operation <<stereotype>> Dependency Gambar 2.28 Notasi Deployment Diagram

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI UNTUK MODUL KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION

BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION Metode ini digunakan untuk mmperkirakan risiko yang berhubungan dengan pekerjaan aktivitas lifting berdasarkan parameter NIOSH (National Institute of Occupational

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM INFORMASI UNTUK MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

DESAIN SISTEM INFORMASI UNTUK MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI DESAIN SISTEM INFORMASI UNTUK MODUL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI Tri Pudjadi, Siti Nur Fadlilah, Erik Sugiharto* *)Jurusan Sistem Informasi,

Lebih terperinci

Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE).

Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE). NIOSH LIFTING EQUATION Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE). NLE merupakan perhitungan batas berat objek (RWL)

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 195 LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 1. The Task. Penjelasan ringkas dari latar belakang dan hubungan dokumen. 1.1 Purpose. Maksud keseluruhan dari proyek pengembangan sistem. 1.2 System Definition.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu buku-buku, jurnal, dan sebagainya. Berikut ini dijabarkan teori yang mendasari penelitian. 2.1.Pengertian

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM M. Ansar Bora 1, Dian Azhari 2 1 Dosen Program Studi Teknik Industri, 2 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI K3 DENGAN METODE RULA DAN NIOSH

APLIKASI SISTEM INFORMASI K3 DENGAN METODE RULA DAN NIOSH APLIKASI SISTEM INFORMASI K3 DENGAN METODE RULA DAN NIOSH TriPujadi 1, Harisno 2, Erik Sugiarto 3 1,2 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara 3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu merancang

Lebih terperinci

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Oleh: DWI APRILIYANI ( ) ANALISIS POSISI KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA PENGANGKATAN PRODUK JADI DI PT JAYA FOOD INDONESIA MENGGUNAKAN METODE NIOSH Oleh: DWI APRILIYANI (32412271) LATAR BELAKANG Pekerjaan fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan meliputi kegiatan pengangkatan beban dan pekerjaan administratif / statis. Pekerjaan pengangkatan beban ini diambil

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang)

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang) LAMPIRAN 1 MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang) I. Tujuan Umum Tujuan praktikum PSK&E ini secara umum adalah: a) Memberikan pemahaman kepada praktikan pentingnya menjaga keselamatan dan

Lebih terperinci

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT Tri Wibawa Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta, 55281 Telp. 0274-485363 Fax. 0274-486256

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, yang berfungsi

Lebih terperinci

Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk

Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk 49 Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk Denny Astrie Anggraini 1, Riko Ahmad Daus 2 Program Studi Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan Ery Suhendri¹, Ade Sri Mariawati²,Ani Umiyati³ ¹ ² ³ Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa erysuhendri@yahoo.com¹,adesri77@gmail.com²,

Lebih terperinci

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

BAB 9. 2D BIOMECHANICS BAB 9. 2D BIOMECHANICS Tool ini digunakan untuk memperkirakan kompresi pada low back spinal (jajaran tulang belakang), shear force (gaya geser), momen pada lengan, bahu, L5/ S1, lutut, pergelangan kaki,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling USULAN PERANCANGAN METODE PEMINDAHAN MATERIAL PADA PROSES LOADING SAYURAN BUNCIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BIOMEKANIKA (STUDI KASUS DI PT ABO FARM) 1 Ni Made Yunita Sari Dewi; 2 Rino Andias Anugraha;

Lebih terperinci

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Maret 0, pp.77-8 ISSN 0-95X Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer Saepul Bahri, Ja far Salim, Wahyu Susihono,, JurusanTeknik

Lebih terperinci

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang L8 Gambar Window Laporan Fisik Persediaan L9 Gambar Window Laporan Status Persediaan L10 Gambar Window Laporan Management by Exception L11 L12 Descriptions

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar 261 Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar e) Form Historis BB Bulanan Form ini merupakan form yang menampilkan data bahan baku keluar, tetapi data akan dikelompokkan dalam kurun waktu bulanan. Sehingga dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan sebagai pemindahan

Lebih terperinci

ANALISA ERGONOMI KEGIATAN MENGANGKAT BEBAN STUDI KASUS MENGANGKAT GALON AIR KE ATAS DISPENSER oleh: I Wayan Sukania *

ANALISA ERGONOMI KEGIATAN MENGANGKAT BEBAN STUDI KASUS MENGANGKAT GALON AIR KE ATAS DISPENSER oleh: I Wayan Sukania * ANALISA ERGONOMI KEGIATAN MENGANGKAT BEBAN STUDI KASUS MENGANGKAT GALON AIR KE ATAS DISPENSER oleh: I Wayan Sukania * Abstrak. Kegiatan mengangkat merupakan kegiatan yang sangat banyak ditemui baik di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fisiologi Kerja Fisiologi kerja adalah ilmu untuk mempelajari fungsi organ tubuh manusia yang dipengaruhi oleh otot. Fungsi utama pada fisiologi adalah sistem yang mengizinkan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang 127 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI 4.1 The Task 4.1.1 Purpose Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang dimulai dari pendataan bahan yang baru, bahan masuk yang dimulai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Dalam ISO 9000:2005, kualitas didefinisikan sebagai kumpulan dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang ditetapkan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut merupakan diagram alir tahapan penelitian untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Super Shop and Drive: Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 83 1 Aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 88 A B Analisis Sistem Berjalan Membuat Rich Picture dari sistem yang sedang berjalan Perancangan database

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

APLIKASI RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DALAM PERBAIKAN CARA PENGANGKATAN

APLIKASI RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DALAM PERBAIKAN CARA PENGANGKATAN Sanjaya, Aplikasi Recommended Weight Limit (RWL) APLIKASI RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DALAM PERBAIKAN CARA PENGANGKATAN Andree Afandy Sanjaya Fakultas Teknik Universitas Surabaya Abstrak : CV. X adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Gelinas et al. (2005, p.15), Sistem Informasi Akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi yang

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus Winda Halim, ST., MT IE-402 Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi 2 Jurusan Teknik Industri Fakutas Teknik Universitas Kristen Maranatha Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet Klasifikasi Skor RULA Penghitungan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) Nama Umur Jenis kelamin Tugas :.. :.. tahun : Pria / Wanita :.... Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia berikut ini : NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PIUTANG

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN PADA PT KEBAYORAN

Lebih terperinci

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik BIOMEKANIKA Definisi Biomekanika Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi ergonomi, yakni penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP KERJA OPERATOR PENGISIAN BOTOL LITHOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

ANALISIS SIKAP KERJA OPERATOR PENGISIAN BOTOL LITHOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS SIKAP KERJA OPERATOR PENGISIAN BOTOL LITHOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) (Studi Kasus di PT. Pertamina Unit Produksi Cilacap) Hendro Prassetiyo Jurusan Teknik dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Sekarang sudah banyak alat-alat yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Sekarang sudah banyak alat-alat yang dapat digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pekerjaan manusia itu bermacam-macam jenisnya ada yang ringan, sedang bahkan berat. Berat atau ringannya suatu pekerjaan itu diukur dari kemampuan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007 / 2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN PADA NOTEBOOK88

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 78 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah produk unit karoseri yang pernah diproduksi oleh PT. Karyatugas Paramitra dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Gambaran Aktivitas Pekerjaan Butik LaMode merupakan usaha sektor informal yang dikelola oleh pemilik usahanya sendiri. Butik pada umumnya menerima jahitan berupa kebaya dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Sistem informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG

Lebih terperinci

Perancangan Program Aplikasi untuk Analisis Pekerjaan Pengangkatan Berdasarkan Model Revised NIOSH Lifting Equation

Perancangan Program Aplikasi untuk Analisis Pekerjaan Pengangkatan Berdasarkan Model Revised NIOSH Lifting Equation Performa (2009) Vol. 8, No.1: 23-33 Perancangan Program Aplikasi untuk Analisis Pekerjaan Pengangkatan Berdasarkan Model Revised NIOSH Lifting Equation Henri Winandar, Irwan Iftadi, dan Lobes Herdiman

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida Gresik dengan Metode Recommeded Weight Limit (RWL)

Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida Gresik dengan Metode Recommeded Weight Limit (RWL) Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 206 Vol. 0 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 2 November 206 ISSN: 2548-509 Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Putra Jaya Gemilang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia, fasilitas kerja, dan lingkungannya dan bertujuan untuk menyesuaikan suasana kerja dan manusia

Lebih terperinci

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL Volume 8 No.2 Juli 2016 ISSN : 2085 1669 e-issn : 2460 0288 Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek Email : jurnalteknologi@umj.ac.id U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A PERBAIKAN

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X

Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X Niken Parwati dan Nidia Jurusan Teknik Industri, Universitas Bina Nusantara KH Syahdan, Rawa Belong. Jakarta E-mail:

Lebih terperinci

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol

Lebih terperinci

NIOSH Work Practices Guide for Manual Lifting. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc

NIOSH Work Practices Guide for Manual Lifting. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-2 NIOSH Work Practices Guide for Manual Lifting Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Kegiatan Belajar -2 Pekerjaan Penanganan Material Secara Manual Katakanlah: Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

Henri Winandar 1), Irwan Iftadi, ST, M.Eng 2) Ir. Lobes Herdiman, MT 2)

Henri Winandar 1), Irwan Iftadi, ST, M.Eng 2) Ir. Lobes Herdiman, MT 2) PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI UNTUK ANALISIS PEKERJAAN PENGANGKATAN BERDASARKAN UNTUK ANALISIS PEKERJAAN PENGANGKATAN BERDASARKAN MODEL REVISED NIOSH LIFTING EQUATION Henri Winandar 1), Irwan Iftadi, ST,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pekerjaan yang sering dilakukan oleh tenaga kerja yang bekerja di industri atau pabrik adalah pekerjaan mengangkat beban atau sering disebut dengan manual

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI APLIKASI PENJUALAN JASA DAN

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. suatu model pada Problem Domain. 2. Class Faktur Penjualan

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. suatu model pada Problem Domain. 2. Class Faktur Penjualan 199 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI 4.1 Component Design 4.1.1 Model Component Berikut ini merupakan analisis terhadap classes dan behaioral pattern yang diperoleh pada tahap Problem Domain Analysis

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA 4.1. The Task 4.1.1. Purpose Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung kegiatan dari setiap pengguna

Lebih terperinci

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik BIOMEKANIKA Definisi Biomekanika Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi ergonomi, yakni penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap informasi yang dihasilkan berkaitan dengan sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap informasi yang dihasilkan berkaitan dengan sumber daya manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan memerlukan sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan operasionalnya yang merupakan penggerak dari perusahaan itu sendiri. Seringkali semakin

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimana mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis. Proses sistematis ini tidak lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka sudah semestinya setiap organisasi perusahaan mempersiapkan sebuah sistem yang baik agar

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE-METODE BIOMEKANIKA UNTUK MENGANALISIS POSTUR PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) KAJIAN PUSTAKA

PERBANDINGAN METODE-METODE BIOMEKANIKA UNTUK MENGANALISIS POSTUR PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) KAJIAN PUSTAKA PERBANDINGAN METODE-METODE BIOMEKANIKA UNTUK MENGANALISIS POSTUR PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) KAJIAN PUSTAKA Edi Budiman, ST., Ratih Setyaningrum, ST. Program Studi Teknik Industri Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi Dalam melakukan analisis sistem informasi untuk pembuatan sistem penjualan yang menjadi topik skripsi ini, dibutuhkan pemahaman

Lebih terperinci

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil Kisi- kisi BINUS 2011 1. Jelaskan apa yg anda ketahui tentang Good Design? Desain yang baik memiliki sedikit kelemahan utama Sebuah desain yang baik bertujuan untuk mecapai properti yang bagus dan pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem dapat beroperasi dalam suatu lingkungan, jika terdapat unsur unsur yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam bidang industri secara nasional maupun internasional saat ini semakin tinggi. Persaingan tersebut harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

ISBN:

ISBN: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PENANGANAN MATERIAL SECARA MANUAL DENGAN MENGGUNAKAN MANNEQUIN PRO 7.1 (Studi Kasus di PT. Hidup Baru Garment & Printing) Thedy Yogasara, Daniel Siswanto, dan Indra

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pemodelan Objek Pemodelan objek merupakan suatu metode untuk menggambarkan struktur sistem yang memperlihatkan semua objek yang ada pada sistem. (Nugroho, 2005, hal:37).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah penyedia layanan jasa yang harus sadar akan pentingnya kualitas pelayanan terhadap pasien sebagai konsumen. Salah satu yang berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perusahaan dituntut untuk memperhatikan kinerja pekerjanya, karena pekerja merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat vital dalam kegiatan proses

Lebih terperinci

Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam)

Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam) Petunjuk Sitasi: Siboro, B. A., Siagian, M. F., & Purbasari, A. (2017). Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. motivasi kepada seluruh pekerja yang telah bekerja untuk perusahaan tersebut. Hal itu

BAB 1 PENDAHULUAN. motivasi kepada seluruh pekerja yang telah bekerja untuk perusahaan tersebut. Hal itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekerja merupakan salah satu sumber daya bagi perusahaan. Perusahaan haruslah dapat menjamin kesejahteraan dan dapat memberikan kebanggaan serta motivasi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko

Lebih terperinci