PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias"

Transkripsi

1 PERENCANAAN LANSKAP Perencanaan lanskap (landscape plan) merupakan penataan berbasis lahan guna mendapatkan model bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan, termasuk kesehatan manusia didalamnya. Perencanaan ini mengakomodasikan seluruh fungsi area, aktivitas dan fasilitas yang direncanakan dalam kawasan. Rencana Ruang dan Aktivitas Sesuai dengan pembagian ruang pada kawasan yang dibagi meliputi ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata, serta ruang penyangga. Tiap ruang dibagi menjadi beberapa area dengan fungsi-fungsi dan aktivitas tertentu. Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias Merupakan area dalam ruang utama agrowisata dengan obyek dan atraksi agrowisata berupa tanaman hias. Area ini diletakkan pada lahan milik kelompok tani Bunga Desa (37,1 ha) di Kampung Pondok Bitung, Desa Sukaharja dan kelompok tani Violces (20,5 ha) di Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang (Tabel 17). Pengunjung yang datang dari area pelayanan kawasan, memasuki fungsi pelayanan area ini melalui fungsi penerimaan berupa jalur masuk dengan papan penanda di dekat gapura lokasi yang dapat dilalui oleh andong atau kendaraan roda dua. Ketika berada di fungsi pelayanan, pengunjung kelompok tani Bunga Desa dilokasikan di lapangan rumput di bagian depan yang sekaligus sebagai tempat parkir, sedangkan pengunjung kelompok tani Violces dilokasikan di halaman rumah milik ketua kelompok tani. Dalam fungsi pelayanan, pengunjung melakukan registrasi ulang serta menerima arahan dari guide (pemandu) untuk kemudian berkumpul di bawah tenda sebelum melakukan aktivitas di dalam fungsi budidaya. Dalam fungsi pelayanan terdapat toilet, mushola kecil, beberapa shelter dan tempat duduk, serta akses jual-beli berupa gerai tanaman hias beserta media tanam siap jual hasil produksi setempat. Fungsi budidaya pada lahan milik kelompok tani Bunga Desa dilokasikan pada 2 tempat,

2 98 pertama pada tempat pembibitan dengan naungan saung bambu yang menyatu dengan lahan persawahan, kedua pada tempat pembibitan dengan saung bambu yang dekat dengan fungsi pelayanan. Tempat pembibitan pertama memiliki nilai tambah berupa pemandangan alam pegunungan. Sedangkan fungsi budidaya pada lahan milik kelompok tani Violces dilokasikan di pekarangan beberapa rumah anggota kelompok tani, serta lahan dekat jalan utama yang menjadi lahan bersama anggota kelompk tani. Di dalam fungsi budidaya pengunjung dapat mengikuti ataupun sekedar mengamati kegiatan budidaya mulai dari penyiapan media tanam, teknik perbanyakan, pemeliharaan, hingga ke proses pengemasan. Dalam area ini terdapat fungsi display yang berada di 3 lokasi, yang pertama berada di sebagian fungsi budidaya yang dekat dengan fungsi pelayanan, yang kedua berada di setiap rumah penduduk yang berada di sepanjang jalan menuju tempat budidaya, dan yang ketiga ada di setiap rumah penduduk yang berada di sepanjang sisi jalan utama (Gambar 32). Pengunjung di dalam fungsi display yang kedua dapat mempelajari cara merangkai tanaman hias yang siap jual atau teknik merangkai menggunakan media tanam khusus. Pada fungsi pascapanen direncanakan tempat pembuatan pupuk kompos yang dapat dijual ataupun digunakan kembali, serta tempat pengemasan. Tempat pembuatan pupuk kompos dilokasikan di lahan dekat tempat pembibitan, di sini penduduk dapat mempelajari proses pembuatan pupuk kompos. Tempat pengemasan pada lahan milik kelompok tani Bunga Desa dilokasikan di samping tempat budidaya yang kedua, dan tempat pengemasan pada pada lahan milik kelompok tani Violces dilokasikan di halaman belakang rumah penduduk. Gambar 32. Ilustrasi area tanaman hias

3 99 Area Sayuran Palawija dan Padi Obyek dan daya tarik agrowisata pada area ini diletakkan berdekatan dengan lahan pembibitan tanaman hias di Kampung Pondok Bitung, namun dengan batas berupa tanaman barier. Lahan sayuran dilokasikan khusus di lahan milik kelompok tani SALUYU, Kampung Cijulang, dengan produk sayuran organic (Gambar 33a). Sedangkan lahan palawija dan padi dilokasikan di lahan milik kelompok tani Mekartani (Gambar 33b), yakni dekat lahan pembibitan pertama dari tanaman hias. Pengunjung melakukan registrasi ulang dalam fungsi pelayanan serta mendapat pengarahan dari pemandu. Fungsi pelayanan berada di sekretariat masing-masing kelompok tani. Di lahan sayuran terdapat fungsi budidaya dengan lahan pembibitan, pengunjung dapat mengamati jenis sayuran, mengamati pola tanam dan mempelajari teknik budidaya sayuran organik. Fungsi budidaya lahan palawija dan padi terdiri dari lahan pembibitan dan lahan percobaan, lahan pembibitan hanya untuk aktivitas pengamatan, dan lahan percobaan dipergunakan untuk aktivitas pengunjung yang ingin mengikuti proses penanaman. Aktivitas jalan santai dapat pengunjung lakukan di lahan palawija dan padi, menikmati pemandangan persawahan dengan latar pegunungan, serta mengamati pola tanam padi-palawija setempat. Fungsi pelayanan juga terdapat di beberapa petak sawah yang dekat ke rumah penduduk, di sini pengunjung dapat menikmati makan siang dengan menu olahan hasil pertanian setempat di atas saung kecil yang didepannya terdapat empang (kolam kecil) untuk aktivitas memancing atau menangkap ikan sebagai alternatif wisata. Hasil tangkapan ikan juga bisa dibawa pulang atau disantap di tempat dengan biaya tertentu. (a) komoditas sayuran (b) komoditas palawija dan padi Gambar 33. Ilustrasi area sayuran palawija dan padi

4 100 Fungsi pasca panen dilokasikan di tempat penggilingan padi milik kelompok tani serta sekretariat kelompok wanita tani yang diperuntukan sebagai tempat pengemasan produk dan diletakan dekat dengan jalan utama, pengunjung yang berminat dapat mengamati proses pasca panen tersebut. Fungsi display dilokasikan di tiap petak lahan palawia dan padi dengan aktivitas pengunjung berupa jalan santai dan mengamati pola tanam. Area Tanaman Buah Area ini dilokasikan pada lahan kelompok tani Lindung Harapan, lahan pembibitan buah nanas berada pada ketinggian mdpl (Gambar 34b), lahan pembibitan jambu biji dekat dengan lahan pembibitan nanas dengan ketinggian 600 mdpl, dan lahan pembibitan durian milik Pak Agus di Desa Sukaharja pada 500 mdpl (Gambar 34a), serta lahan pembibitan tanaman buah di Desa Tajurhalang. Pada tiap lokasi, fungsi penerimaan dilokasikan di sekretariat kelompok tani, dan kantor lahan pembibitan. Fungsi pelayanan pada area ini memiliki aktivitas pengunjung berupa registrasi ulang, dan penerimaan informasi untuk pengarahan. Bagi pengunjung yang berminat, fungsi pelayanan ini juga memberi akses bagi aktivitas membeli buah hasil panen, atau membeli bibit pohon tanaman buah. Fungsi display terdapat pada lahan pembibitan dengan aktivitas pengunjung berupa pengamatan terhadap tanaman buah dan pola tanamnya sambil jalan santai. Di dalam fungsi budidaya, aktivitas pengunjung dapat berupa mengamati, mempelajari teknik budidaya, serta memetik buah sendiri. Pada fungsi display juga disediakan jalan setapak untuk pengunjung melakukan kegiatan jalan santai menikmati suasana perkebunan tanaman buah. Aktivitas melepas lelah di area ini, terutama pada lahan nanas dan jambu biji, berada dalam fungsi pelayanan, di sini pengunjung dapat menikmati rujak buah nanas hasil panen setempat, sambil duduk santai di tengah-tengah lahan pertanian. Fungsi pasca panen pada area ini lebih utama berada pada lahan nanas yang lokasinya berada di dekat sekretariat kelompok tani, di sini pengunjung dapat mempelajari teknik pengemasan buah dan mempelajari cara mengupas nanas agar kulit tangan tidak terluka akibat duri nanas. Penempatan masing-masing lahan tanaman buah

5 101 dibuat terpusat bedasarkan kesesuaian lahan dan syarat pertumbuhan tanaman (Lampiran 5). (a) lahan budidaya durian (b) lahan budidaya nanas Gambar 34. Ilustrasi area tanaman buah Area Peternakan Area peternakan ini dilokasikan di lahan ternak milik kelompok tani sapi perah KANIA, Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang. Fungsi Penerimaan berada di sekretariat kelompok tani, pengunjung yang datang disambut dan diberi pengarahan. Registrasi ulang dan informasi terkait peternakan dapat pengunjung dapatkan di fungsi pelayanan, satu tempat dengan fungsi penerimaan. Sedangkan fungsi pelayanan dengan aktivitas berupa belanja produk ternak, seperti membeli susu sapi serta pupuk kandang dapat pengunjung temukan pada gerai khusus di luar sekretariat. Area ini terdapat fungsi budidaya yang terdiri dari kandangkandang ternak dimana pengunjung dapat mengamati jenis sapi perah, memberi pakan ternak, dan mempelajari teknik memerah sapi (Gambar 35a). Lapangan rumput berpagar untuk penggembalaan dalam fungsi budidaya berguna untuk

6 102 pengunjung mempelajari penggembalaan ternak sambil mempelajari perilaku ternak dan wisata alam (Gambar 35b). Fungsi pendidikan dilokasikan pada bangunan pembuatan biogass, sehingga pengunjung dapat mempelajari proses pembuatan biogass (Gambar 35c). Dalam area peternakan pengunjung juga mendapat pengetahuan tentang bagaimana mempelajari teknik pengemasan susu, dan teknik pembuatan produk fermentasi susu pada fungsi pasca panen yang dilokasikan pada bangunan dekat kantor sekretariat kelompok tani. Dalam ruang agrowisata peternakan, pengunjung juga mendapat pengetahuan tentang bagaimana melakukan penataan ruang peternakan yang baik dan benar. (a) kandang ternak (b) tempat penggembalaan (c) tempat pembuatan biogas Gambar 35. Ilustrasi area petenakan Ruang pendukung agrowisata Area Penerimaan Area ini diletakkan pada akses masuk pertama di Kampung Pondok bitung Desa Sukaharja, kedua di Kampung Tajurhalang bawah Desa Tajurhalang, dan satu akses sebagai alternatif dekat kantor Desa Sukaharja. Area penerimaan

7 103 menjadi bagian pertama yang dijumpai pengunjung ketika memasuki kawasan agrowisata (Gambar 36), pengunjung dapat menikmati pemandangan berupa sawah dan kebun ketika pertama kali memasuki kawasan, sehingga kesan perdesaan dapat langsung dirasakan oleh pengunjung. Jarak dari gerbang menuju ke lokasi parkir pada area pelayanan dapat ditempuh ± 500 m dengan pemandangan sawah di sisi timur dan barat serta pemandangan Gunung Salak yang menjulang di sebelah selatan, dan terlihat jika hari cerah. Area penerimaan ini sekaligus diberi fungsi pengawasan demi keamanan kawasan, dengan menempatkan pos jaga dekat dengan gerbang kawasan. Gambar 36. Ilustrasi area penerimaan Area Pelayanan Area pelayanan kawasan berdekatan dengan area penerimaan, Terdapat empat area pelayanan, dimana 2 area berfungsi sebagai tempat akomodasi pengunjung ketika pertama kali datang, dan 2 area lainnya sebagai penginapan yang dilokasikan di Kampung Selaawi, Desa Sukaharja dan Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang, dengan masing-masing memiliki daya tarik tersendiri. Daya tarik pemukiman di Desa Sukaharja terletak pada pola pemukiman sub urban karena telah terdapat pengaruh kota didalamnya, sedangkan di Desa Tajurhalang memiliki daya tarik pola pemukiman Desa yang terletak jauh dari perkotaan dan masih di dominasi oleh vegetasi alami perdesaan. Rombongan pengunjung yang datang untuk menginap di pemukiman penduduk mendapat sambutan dari masyarakat setempat berupa rangkaian kelopak bunga dan kesenian masyarakat setempat seperti musik dan tari tradisional. Antara tempat akomodasi dan penginapan berjarak 1-2 km, hal ini ditujukan agar pengunjung dapat

8 104 memperoleh pengalaman sebelum menuju penginapan. Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung di dalam area ini adalah memarkirkan kendaraan (Gambar 37a), registrasi di kantor pelayanan, menerima informasi, menyewa alat transportasi perdesaan (andong) untuk menuju lokasi obyek agrowisata, menikmati makanan khas perdesaan, berbelanja hasil produksi pertanian setempat di pasar lokal untuk membeli produk sayuran organik, membeli beras lokal, membeli palawija produksi lokal (Gambar 37b), bermalam dirumah penduduk yang sudah dipersiapkan menerima pengunjung (Gambar 37c), beribadah, bersepeda, photohunting, jalan santai, beristirahat, menikmati pemandangan, berkumpul, berbincang-bincang, dan MCK. (a) terminal angkot dan tempat parkir (b) pasar desa (c) penginapan Gambar 37. Ilustrasi area pelayanan Area Transisi Area ini dilokasikan pada Taman Gajah, Kampung Cijulang, Desa Sukaharja serta lapangan rumput dekat dengan peternakan KANIA, Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang. Area transisi merupakan area dengan

9 105 aktivitas pengunjung yang bervariasi dan tidak monoton. Pada Taman Gajah pengunjung dapat melakukan aktvitas seperti memarkirkan sepeda, beristirahat, melihat papan informasi, jalan santai, piknik, photohunting, bermain dan menikmati pemandangan dengan view menarik ke arah kota Bogor di utara dan tegakan hutan dan pegunungan di selatan (Gambar 38a), begitu juga di dekat lapangan rumput peternakan KANIA pengunjung dapat jalan santai sambil mengamati penggembalaan ternak, serta jogging (Gambar 38b). (a) Cijulang (b) Tajurhalang atas Gambar 38. Ilustrasi area transisi Area Masyarakat Area ini dilokasikan pada kawasan pemukiman yang tidak memiliki kesiapan menerima pengunjung dan masih menyimpan aturan adat yang kuat, dalam kawasan direncanakan pada Kampung Pasir Tengah, Kampung Rawa, Kampung Cipinanggading, dan Kampung Tajurhalang bawah RW 01. Aktivitas pengunjung di area ini sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Area ini hanya untuk aktivitas para penyuluh dari dinas pemerintah untuk pengamatan dan penelitian, sehingga dapat di evaluasi bagaimana perkembangan dari kegiatan sehari-hari masyarakat perdesaan. Direncanakan tiap kampung diberi gapura untuk memberi tanda dan informasi terkait nama dan lokasi kampung (Gambar 39a), serta fasilitas untuk masyarakat melakukan kegiatan sosial bersama seperti lapangan olah raga dan tempat rapat, sarana kesehatan, dan sarana pendidikan. Daya tarik pemukiman di Desa Sukaharja terletak pada pola pemukiman sub urban karena telah terdapat pengaruh kota didalamnya, sedangkan di Desa Tajurhalang memiliki daya tarik pola pemukiman desa yang jauh dari perkotaan dan masih di dominasi oleh vegetasi alami perdesaan (Gambar 39b).

10 106 (a) gerbang kampung Gambar 39. Ilustrasi area masyarakat (b) rumah penduduk Ruang Penyangga Ruang penyangga merupakan ruang dengan intensitas penggunaan dan tingkat kesesuaian wisata atau rekreasi yang rendah. Ruang ini mencakup area konservasi yang memegang fungsi pelestarian. Area Konservasi Area ini diletakkan pada daerah tegakan hutan dan sepanjang jalur sungai. Area ini memiliki fungsi konservasi dimana aktivitas yang dilakukan didalamnya sangat terbatas dan bersifat khusus seperti pengamatan sumber daya alam, serta pendakian gunung untuk penelitian yang difasilitasi dengan jalan setapak terbatas, tempat pengamatan, serta beberapa papan penanda dan informasi (Gambar 40). Ruang ini didominasi oleh daerah tegakan hutan hingga ke puncak Gunung Salak serta daerah sempadan sungai sehingga lebih diarahkan kepada fungsi menjaga kelestarian lingkungan dan daerah resapan atau sumber mata air. (a) metode lahan teras (b) menara pandang Gambar 40. Ilustrasi area konservasi

11 107 (c) papan informasi Gambar 40. Lanjutan (d) rail jalan setapak Tabel 17. Rencana penggunaan ruang Area Luas (ha) Letak Ruang Utama (25% / 231,3 ha) Tanaman Hias 57,6 kelompok tani Bunga Desa, Kampung Pondok Bitung, Desa Sukaharja (37,1 ha) kelompok tani Violces, Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang (20,5 ha) Sayuran Palawija dan Padi Tanaman Buah 49,9 2,9 42,4 kelompok tani Saluyu, Kampung Cijulang, Desa Sukaharja (15,2 ha) kelompok tani Mekartani, Kampung Pondok Bitung, Desa Sukaharja (23,1 ha) tajurhalang bawah, Desa Tajurhalang (8,5 ha) kebun pembibitan milik pak Agus, kampong Pondok Bitung, Desa Sukaharja (5,9 ha) kelompok tani Lindung Harapan, Kampung Tapos, Desa Sukaharja (35,5 ha) Peternakan 6,2 kelompok tani sapi perah KANIA, Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang Ruang Pendukung (37% / 341,9 ha) Penerimaan 6 akses masuk pertama, di Desa Sukaharja akses masuk kedua, di Desa Tajurhalang jalur alternatif di Desa Sukaharja Pelayanan 25,5 Kampung Pondok Bitung dan RW06 di Kampung Tajurhalang bawah (akomodasi) Kampung Ciconggang dan RW03 di Kampung Tajurhalang atas Transisi 22,7 Taman Gajah, Kampung Cijulang, Desa Sukaharja lapangan rumput dekat dengan peternakan KANIA, Kampung Tajurhalang atas Masyarakat 78,6 Kampung Pasir Tengah, Kampung Rawa, Kampung Cipinanggading, RW01 di Kampung Tajurhalang bawah Ruang Penyangga (38% / 352 ha) Konservasi 352 daerah tegakan hutan dan sepanjang jalur sungai

12 108 Tabel 18 menunjukan aktivitas agrowisata serta luas dan daya tampung yang ditentukan pada beberapa area di dalam ruang utama agrowisata pada masing-masing desa. Tabel 18. Rencana penggunaan ruang untuk aktivitas agrowisata Aktifitas Sukaharja Tajurhalang Luas (m²) Daya tampung Luas (m²) Daya tampung Pelayanan Wisata Penyambutan Parkir mobil Parkir motor Parkir andong Parkir sepeda Registrasi Memperoleh informasi Menyewa alat transportasi desa Berbelanja hasil pertanian Menikmati makanan khas desa Bermalam Beribadah MCK Agrowisata dan Wisata Umum Budidaya Pengolahan & pengemasan hasil Pengolahan limbah pertanian Menikmati makanan khas desa Mengambil ikan di balong Jalan santai di pematang sawah 750 Memetik buah Memerah sapi Bersepeda Menikmati pemandangan Berkumpul Piknik Photohunting Jalan santai

13 109 Rencana Fasilitas dan Utilitas Fasilitas yang dikembangkan meliputi fasilitas pelayanan wisata, fasilitas agrowisata dan wisata umum, serta fasilitas penunjang wisata. Fasilitas yang pertama kali pengunjung temui ketika memasuki kawasan adalah gerbang kawasan yang terletak di ketiga akses keluar-masuk kawasan. Selanjutnya pengunjung diarahkan ke area pelayanan kawasan yang berjarak sekitar 1-2 km dari gerbang. Di area pelayanan ini tersedia area parkir dengan luas 1-2 ha yang sekaligus berfungsi sebagai tempat angkutan umum menurunkan dan menaikan penumpang. Pengunjung melakukan registrasi di kantor pelayanan, untuk menuju obyek agrowisata dengan menyewa angkutan perdesaan berupa andong yang telah disediakan masyarakat setempat (Gambar 41a). Fasilitas agrowisata yang umumnya ada di tiap obyek agrowisata ialah jalan setapak, papan penanda, papan informasi, saung, lahan pembibitan, dan lahan percobaan untuk pengunjung yang ingin turut melakukan kegiatan budidaya, tempat sampah, tempat duduk, tempat pengemasan hasil dan pengolahan limbah pertanian (Tabel 19). Sedangkan utilitas terdiri dari listrik, air bersih (Gambar 41b), telekomunikasi, dan pengolahan limbah. Peletakan fasilitas dan utilitas dapat dilihat pada Lampiran 12, 13, 14, dan 15 yang merupakan pembesaran dari tiap section pada peta rencana. Fasilitas wisata umum yang ada pada area transisi seperti tempat parkir sepeda dan papan informasi. Pasar lokal di area pelayanan pada Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang menjual hasil produksi pertanian setempat dan souvenir bagi pengunjung yang ingin membawa bingkisan tangan untuk pulang. (a) fasilitas (b) utilitas Gambar 41. Contoh ilustrasi fasilitas dan utilitas

14 110 Tabel 19. Rencana fasilitas dan utilitas No Fasilitas Luas(m²)/Ukuran(m) Bahan Jml Sk Tj FASILITAS PELAYANAN WISATA 1 Gerbang P=10,5;L=0,5;T=8 Bata, semen Papan penanda P=1;L=0,1;T=2,5 Bambu, kayu Papan informasi P=1;L=0,1;T=2 Bambu, kayu Pos jaga P=3;L=3;T=3,5 Bata, semen Parkir mobil Ls=12000 Aspal Parkir motor Ls=400 Grassblock Parkir sepeda Ls=150 Pavement 6-8 Parkir andong Ls=90 Grass Kantor pelayanan Ls=200 Bata, semen Masjid Ls=1000 Bata, semen Mushola Ls=100 Bata, semen Pasar lokal Ls=2500 Bata, semen Gerai penjualan P=5;L=6;T=5 Bambu, ijuk Kantin Ls=1500 Bata, semen Toilet P=6;L=3;T=3 Bata, semen Penginapan Ls=100 Bata, kayu FASILITAS AGROWISATA DAN WISATA UMUM 17 Lahan percobaan Ls= Jalan setapak Ls=750, Ls=2000 Grass, tanah 2-19 Pengemasan hasil Ls=1250 Beton Pengolahan hasil Ls=1000 Beton Saung makan P=5;L=5;T=3 Bambu, ijuk Saung duduk P=2;L=1;T=3 Bambu, ijuk Jalur sepeda P=2600;L=1,5 Aspal 1-24 Area pandang Ls=2000, Ls=8000 Bambu, kayu Area berumput Ls=20000 Grass 1 1 FASILITAS PENUNJANG WISATA 26 Air bersih PDAM, mata air Listrik PLN 1 28 Telekomunikasi TELKOM, telepon selular 1 29 Pengolahan limbah Ls= Promosi Iklan, Website, Leaflet Ket: Ls (Luas), P (Panjang), L (Lebar), T (Tinggi), Sk (Sukaharja), Tj (Tajurhalang)

15 111 Rencana Jalur Agrowisata Jalur sirkulasi yang direncanakan di dalam kawasan terbagi menjadi tiga jalur yakni jalur primer, sekunder dan tersier. Jalur primer merupakan jalur yang menghubungkan Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang dan diperuntukan bagi dua jalur kendaraan bermotor roda empat, jalan ini terbuat dari aspal dengan lebar 5 meter dan jalur hijau jalan ± 2 meter yang ditanami dengan rumput dan tanaman khas perdesaan dan sekaligus berfungsi sebagai jalur pejalan kaki (Gambar 42a). Jalur utama difasilitasi dengan tempat sampah, drainase, papan penunjuk arah dan rambu-rambu jalan. Jalur sekunder adalah jalur dengan lebar 1,5-4 meter yang terbuat dari bahan konblok dan terdiri dari jalan yang menghubungkan jalan utama dengan lokasi obyek agrowisata, jalan di dalam obyek agrowisata atau antara obyek agrowisata dengan area transisi, jalan ini dilalui oleh andong, sepeda dan pejalan kaki, serta difasilitasi dengan penerangan, tangga, pagar, pohon peneduh, tempat sampah, jembatan, papan penunjuk arah, papan peringatan, dan papan informasi (Gambar 42b). Sedangkan jalur tersier adalah jalan di daerah pemukiman masyarakat, jalan setapak pada lahan pertanian dan tegakan hutan (Gambar 42c). Jalur tersier memiliki ukuran jalan bervariasi dari jalan tanah biasa berukuran 0,6 meter hingga yang terbuat dari bahan kerikil dan pasir dengan lebar 1-2 meter. Jalur sepeda yang direncanakan dibuat menyatu dengan jalur utama dan jalur sekunder dengan pembeda berupa tanda garis berwarna merah selebar 15 cm di permukaan jalan (Gambar 42d), garis ini merupakan batas antara jalur sepeda dengan jalur kendaraan bermotor, sehingga pengguna sepeda dapat tetap nyaman dan aman dalam bersepeda. Lebar jalur sepeda yang menyatu dengan jalan utama, berdasarkan Koppelman (1994) ialah 2 kaki atau 60,9 cm. Standar perencanaan panjang jalur sepeda untuk kemiringan 3% ialah 240 meter untuk satu kali jalan, dan kemiringan 4% ialah 90 meter (Lampiran 6). Panjang jalur sepeda yang direncanakan ialah sepanjang 2,6 km dengan jumlah 5 (lima) titik pemberhentian sepeda yang dialokasikan pada Kampung Pondokbitung (2 titik), Kampung Selaawi (1 titik), dan Kampung Cijulang (2 titik). Jarak antara titik pemberhentian berkisar antara meter.

16 112 (a) jalan primer (b) jalan sekunder (c) jalan tersier Gambar 42. Rencana jalur jalan dan track sepeda (d) jalur track sepeda Rencana Vegetasi Vegetasi yang direncanakan di dalam kawasan agrowisata ini ialah vegetasi khas perdesaan yang memiliki fungsi sesuai area dan aktivitas pada kawasan. Rencana vegetasi pada kawasan berupa penentuan jenis tanaman yang menunjang fungsi area, seperti: (1) Penyambutan dan estetika; berada pada area penerimaan, display area, pelayanan, serta jalur sirkulasi. Dapat digunakan berbagai jenis tanaman berbunga dengan warna beragam yang khas perdesaan, seperti bunga kertas (Zinnia angustifolia). (2) Pengarah dan penghalang pandangan; berada pada tempat pembuangan sampah sementara dan sisi jalan. Dapat digunakan tanaman perdu atau semak sedang hingga tinggi yang ditanam dengan rapat, seperti Drasaena (Dracaena deremensis) dan cemara gunung (Cemara junghuniana).

17 113 (3) Peneduh; menyebar pada area pelayanan, seperti pada tempat parkir, dan tempat rekreasi, digunakan pohon dengan tajuk yang rapat dan estetik, seperti ketapang (Terminalia cattapa). (4) Pertanian; tanaman hortikultura (nanas, jambu biji, tomat, caisin, kacang panjang, tomat, tanaman hias), beras dari produksi padi setempat, serta vegetasi berguna lainnya yang dibudidayakan. (5) Penyangga; Direncanakan sesuai dengan tumbuhan dalam tegakan hutan serta penggunaan tanaman bambu di sepanjang sempadan sungai untuk konservasi tanah dan air.

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

DATA DAN ANALISIS Aspek Fisik dan Bio-Fisik Letak, Luas dan Batas Kawasan

DATA DAN ANALISIS Aspek Fisik dan Bio-Fisik Letak, Luas dan Batas Kawasan DATA DAN ANALISIS Aspek Fisik dan Bio-Fisik Letak, Luas dan Batas Kawasan Kawasan perdesaan yang menjadi lokasi penelitian perencanaan agrowisata berkelanjutan ini berada di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi 72 PERENCANAAN LANSKAP Perencananaan lanskap merupakan pengembangan dari konsep menjadi rencana di dalam tapak. Pada tahap ini, konsep yang telah ditetapkan kemudian dikembangkan dalam bentuk perencanaan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA RENANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI ILIWUNG, JAKARTA Konsep Rencana Pengembangan Lanskap Ekowisata Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata diperlukan konsep sebagai

Lebih terperinci

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN 5.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENGEMBANGAN Maksud dan Tujuan pengembangan dikawasan Ekowisata Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ialah menggali potensi-potensi wisata unik yang ada dikawasan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare berdasarkan tema ekowisata, konsep belajar dan bermain bersama alam dan wawasan keislaman menghasilkan perancangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Perusahaan Taman Wisata Mekarsari pada awal berdirinya bernama Taman Buah Mekarsari, dimana areal lahannya merupakan lahan perkebunan karet milik PTP IX yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Lumajang merupakan dataran yang sangat subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 meter), Gunung Bromo (2.392 meter) dan Gunung

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL LAMPIRAN XII PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN 2015 2035 KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL 1. MS Mangrove atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan. 23 1. Potensi Wisata Gunung Sulah Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka didapatkan hasil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: A. KESIMPULAN Perkembangan kegiatan pariwisata menimbulkan

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman 84 BAB V ANALISIS V.1 Fisik Lahan Permukiman V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman Lahan Permukiman Dusun Ngentak berada diatas lahan yang memiliki kemiringan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Berangkat dari permasalahan utama pada bab sebelumnya disimpulkan tiga kata kunci yang mendasari konsep desain yang akan diambil. Ketiga sifat tersebut yakni recycle, community

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Wisata Agro

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Wisata Agro 1. Latar Balakang. Pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Bogor merupakan bagian integral dan berkesinambungan antara tahapan pembangunan yang telah dilalui dan yang akan dilaksanakan baik dalam Rencana

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan kawasan pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai kawasan wisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu sektor andalan dan mampu untuk memberikan konstribusi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) AGROWISATA EKOLOGIS PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) AGROWISATA EKOLOGIS PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) AGROWISATA EKOLOGIS PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

Lampiran I : Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor : 13 Tahun 2013 Tanggal : 17 Desember 2013 BUPATI ACEH TENGAH. Dto NASARUDDIN

Lampiran I : Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor : 13 Tahun 2013 Tanggal : 17 Desember 2013 BUPATI ACEH TENGAH. Dto NASARUDDIN DINAS SYARI'AT ISLAM Lampiran : Qanun Kabupaten Aceh Tengah Lampiran I : Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor : 13 Tahun Nomor Tanggal : 13 : Tahun 'Desember Tanggal : 17 Desember PERENCANAAN KEUANGAN DAKWAH

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat) BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persmasalahan, tujuan, sasaran dan manfaat studi, ruang lingkup studi yang mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google) METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Kondisi Geografis Kampung Budaya Sindangbarang terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Desa Pasir Eurih berada pada ketinggian 500 meter di

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian pada komponen daya tarik wisata jalur pendakian Gunung Merbabu via Dusun Suwanting yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat tiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1. Deskripsi Lokasi Perumahan Taman Nirwana terletak di pinggir kota Klaten. Untuk mencapai lokasi dapat dilalui dengan kendaraan bermotor sedang,

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang No. 5, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci