BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS DAN SINTESIS"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor. Gedongjetis memiliki kebun rambutan yang cukup luas dan tersebar di sepanjang jalan desa. Hal ini membuat wisatawan leluasa menikmati panorama dan memetik rambutan ketika panen tiba. Pengunjung dapat membeli buah rambutan yang masih segar dari pohonnya dengan harga yang lebih murah. Pesona kebun rambutan seluas 20 ha dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata pertanian. Tapak penelitian berbatasan langsung dengan jalan raya penghubung Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali sehingga memudahkan akses pengunjung menuju tapak. Kondisi jalan raya menuju tapak sudah diaspal tetapi belum dapat mendukung pengembangan wisata karena banyak terdapat lubang di sepanjang jalan ini (Gambar 20). Sedangkan akses di dalam tapak sudah cukup baik kondisinya. Sebagian besar jalur sirkulasi dalam tapak telah diaspal. Namun lebar jalan terlalu sempit apabila ada dua kendaraan roda empat yang berpapasan. Apabila memungkinkan dapat dilakukan pelebaran jalan. Kondisi jalan seperti ini memerlukan perhatian khusus, mengingat aksessibilitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam wisata. Jarak kawasan penelitian dengan kota Kabupaten Klaten cukup jauh yakni 15 km, sehingga memerlukan adanya sarana transportasi umum untuk memudahkan aksessibilitas pengunjung (Gambar 21). Sarana transportasi menuju tapak dapat menggunakan kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Sarana transportasi umum tersedia dari pagi hingga sore hari. Keberadaan sarana transportasi menuju tapak sudah cukup baik, namun waktu pengoperasiannya cukup jarang, sehingga pengunjung yang ingin berkunjung dengan transportasi umum harus menunggu cukup lama hingga mendapatkan kendaraan untuk menuju Gedongjetis. Untuk itu perlu adanya peningkatan waktu pengoperasian demi kemudahan akses bagi pengunjung. Selain itu diperlukan adanya peta wisata dan

2 47 20

3 48 petunjuk akses untuk memudahkan pengunjung yang belum pernah berkunjung ke tapak agar tidak kesasar. 15 km 10 km 5 km Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten Gambar 21. Jarak Tapak Penelitian ke Kota Kabupaten Klaten Potensi lain dari Desa Gedongjetis adalah desa ini merupakan desa pemijahan ikan konsumsi yang hasil produksinya dikirim ke desa lain untuk disebar di kolam-kolam pemancingan. Di samping itu, beberapa warga Gedongjetis ada yang memproduksi kerajinan perabot rumah tangga dari lidi. Potensi ini dapat menjadi wisata alternatif perikanan ketika pohon rambutan tidak sedang dalam masa berbuah. Kawasan perencanaan lanskap agrowisata Desa Gedongjetis yang akan dikembangkan menjadi agrowisata hanya sebagian dari kawasan Gedongjetis. Hal ini bertujuan agar kegiatan pertanian warga dan kehidupan masyarakat Gedongjetis tidak terganggu dengan adanya agrowisata ini. Untuk itu diperlukan pemilihan tapak yang tepat untuk dikembangkan menjadi agrowisata.

4 49 22

5 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Tapak yang direncanakan memiliki topografi yang relatif landai dengan ketinggian agak lebih rendah dari jalan, sehingga ketika melintasi jalan raya akan terlihat panorama tapak. Kelas kemiringan lahan yang dominan di tapak penelitian adalah 2-5% yakni 105,6 ha atau 65,3% dari luas keseluruhan tapak. Selain itu kemiringan lahan pada tapak ada yang sebesar 5-15% seluas 49,6 ha, kemiringan 15-40% seluas 2,4 ha, dan kemiringan lebih dari 40% seluas 4,1 ha. Tapak dengan kemiringan 2-5% dan 5-15% merupakan mayoritas keseluruhan tapak dan tapak yang termasuk dalam kelas kemiringan 15-40% dan lebih dari 40% terdapat di batas tapak yang merupakan badan air berupa sungai (Gambar 22). Kemiringan lahan pada tapak penelitian yang tergolong landai memberikan kemudahan untuk pengakomodasian aktivitas dan fasilitas wisata yang direncanakan. Berdasarkan kelas kemiringan lahan yang ada, keseluruhan tapak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata. Kesesuaian ketinggian tempat dengan ekologi tumbuh rambutan cukup sesuai. Dimana rambutan dapat hidup menyebar pada dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl (meter di atas permukaan laut). Hasil terbaik diperoleh pada daerah dengan ketinggian mdpl. Tapak penelitian memiliki ketinggian mdpl masih termasuk kategori sesuai untuk lingkungan tumbuh rambutan Hidrologi dan Drainase Sumber air untuk keperluan irigasi pertanian tapak berasal dari beberapa mata air kecil dan sungai kecil di batas tapak memiliki debit yang kecil sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pertanian Desa Gedongjetis. Oleh karena itu banyak petani yang mengandalkan air hujan untuk pengairan. Saluran drainase untuk keperluan irigasi yang ada terbuat dari tanah yang dibuat cekungan. Akan tetapi drainase yang ada banyak yang tersumbat karena pengendapan lumpur yang ikut terbawa aliran air dan adanya sampah. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pembersihan saluran drainase dan pembuatan saluran drainase yang menyeluruh sehingga memudahkan aliran air irigasi, dapat dilihat pada Gambar 23. Kebutuhan air untuk pohon rambutan sendiri tidak terlalu banyak. Tanaman rambutan dapat tumbuh dengan mengandalkan air hujan. Sistem panen tanaman

6 51 rambutan juga mengikuti jadwal musim di Indonesia. Dimana rambutan akan mengalami pembungaan dan penyerbukan pada penghujung musim kemarau, dan pematangan buah akan dilakukan pada awal musim penghujan. Yang perlu diperhatikan dalam budidaya rambutan adalah saluran drainase. Hal ini agar tanah di sekitar pohon rambutan tidak tergenang air Geologi dan Jenis Tanah Tanah yang terdapat pada tapak penelitian adalah tanah regosol yang memiliki struktur lempung dan berwarna merah yang tergolong baik untuk area pertanian. Untuk tanaman rambutan sendiri tidak terlalu bergantung pada jenis lahan. Tanaman ini dapat bertahan pada berbagai jenis lahan. Menurut habitus dan sistem perakarannya, rambutan akan tumbuh dengan baik pada lahan yang berlempung subur, gembur dan dalam. Lahan yang seperti ini memiliki drainase dan aerasi yang baik sehingga dapat memberikan daya tumbuh, daya tahan dan daya produksi yang baik. Pengembangan untuk aktivitas wisata memerlukan pembangunan fasilitas sebagai pendukung wisata. Pembangunan fasilitas hendaknya memperhatikan daya dukung tanah agar keberadaan fasilitas tidak menyebabkan kerusakan tanah. Tanah jenis regosol menurut Soepardi (1983) memiliki daya dukung tanah yang cukup baik dan stabil sehingga dapat dilakukan pembangunan fasilitas Iklim Curah hujan rata-rata tahunan Desa Gedongjetis berkisar antara mm dengan bulan kering 5 bulan seharusnya kawasan ini mempunyai persediaan air yang cukup untuk musim kemarau. Akan tetapi perbedaan cuaca yang cukup terlihat ketika musim kemarau menyebabkan daerah ini terkadang mengalami kekeringan. Selain itu pergeseran waktu tiba musim kemarau dan penghujan pada akhir-akhir ini mengganggu sistem produksi tanaman rambutan. Curah hujan yang tinggi ketika tiba musim hujan tidak diimbangi dengan sistem drainase yang baik, sehingga perlu perbaikan sistem drainase untuk menyimpan cadangan air pada musim penghujan untuk mencukupi kebutuhan air terutama irigasi di musim kemarau.

7 52 23

8 53 Kelembaban rata-rata Desa Gedongjetis 69% - 84,7% termasuk kondisi kelembaban di atas batas nyaman manusia. Dimana kondisi nyaman manusia berada pada kelembaban 40% - 75% (Laurie, 1985). Untuk mengatasi kondisi ini dapat dilakukan dengan membuat ruang-ruang terbuka di antara ruang vegetasi untuk mengatur sirkulasi udara sehingga evapotranspirasi yang naik tidak terhambat oleh kanopi vegetasi. Selain itu, perlu pemilihan material yang kuat yang tidak mudah lapuk dan tahan pada kondisi kelembaban tinggi. Kecepatan angin Desa Gedongjetis termasuk rendah sehingga seringkali tidak terasa adanya hembusan angin di daerah ini. Kecepatan angin tertinggi menurut data BMKG Pusat tahun terjadi pada bulan Agustus sebesar 3,6 m/sec. Angin dengan kecepatan 3,6 m/sec menurut derajat kecepatan angin Beaufort dalam Mori (2003) termasuk derajat 3, yang bermakna angin yang berhembus dapat menggerakkan daun-daun dan ranting-ranting kecil dan bendera dapat berkibar. Namun pada musim kemarau di daerah ini seringkali berhembus angin yang cukup kencang yang dapat merusak kenyamanan. Untuk itu dapat diantisipasi dengan pengadaan tanaman yang mampu memecah angin. Kisaran suhu yang nyaman untuk manusia menurut Laurie (1985) adalah apabila nilai indeks kenyaman (Thermal Humidity Index) kurang dari 27. Nilai Indeks Kenyamanan dihitung dengan rumus: THI = 0,8T + ((RHxT)/500) Keterangan : THI = Thermal Humidity Index T = Suhu Rata-rata ( C) RH = Kelembaban (%) Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas, THI Desa Gedongjetis berkisar antara 21-25,9. Nilai tersebut kurang dari 27 sehingga kondisi suhu di Desa Gedongjetis masih termasuk dalam kategori nyaman. Hal ini dapat dikarenakan karena dominasi vegetasi pada kawasan ini sehingga suhu kawasan terjaga dalam kondisi nyaman. Tindakan perencanaan yang dapat dilakukan diantaranya dengan pengadaan tanaman peneduh untuk menjaga dan

9 54 meningkatkan kenyamanan kawasan. Selain itu pengadaan tanaman peneduh mampu mereduksi sinar matahari dan menjadi tempat penyerapan air sehingga kelembaban udara tetap terjaga Vegetasi dan Satwa Keanekaragaman vegetasi dan satwa menjadi daya tarik dalam wisata. Dominansi tanaman pertanian yang dipadukan dengan tanaman rambutan memberi kesan visual yang menarik. Selain itu perbedaan jenis tanaman yang dibudidayakan di setiap musim akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pada musim penghujan banyak ditanam padi sawah, dan pada musim kemarau banyak tanaman palawija seperti jagung, kedelai, dan kacang tanah. Satwa-satwa seperti burung-burung pemakan biji menambah suasana ceria dalam kawasan. Tanaman rambutan yang dibudidayakan di daerah ini adalah jenis rapiah, binjai, dan silengkeng. Masa panen raya rambutan biasanya bulan Agustus hingga September. Hasil panen rambutan Gedongjetis berdasarkan arsip kelurahan tahun 2010 adalah 50 ton/ha, sehingga kebun seluas 20 ha menghasilkan 1000 ton. Rambutan yang dihasilkan dijual kepada konsumen dalam bentuk buah segar. Hasil produksi rambutan belum dikembangkan menjadi produk olahan yang lebih tahan lama. Untuk itu perlu adanya pengenalan dan pelatihan kepada warga mengenai produk olahan rambutan yang dapat dikembangkan dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya belum adanya perencanaan penanaman pada tepi kanan kiri jalan yang menambah kesan visual kawasan, dapat dilihat pada Gambar 24. Vegetasi yang ada terlihat kurang sesuai dengan penataan ruang kawasan. Penanganan yang dapat dilakukan diantaranya pembuatan rencana penanaman sesuai tata ruang kawasan, pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dengan fungsinya, ekologi tumbuhnya dan kemampuannya menyediakan lingkungan tinggal bagi satwa, pembersihan semak-semak liar yang memberi kesan kurang menarik, dan penanaman dilakukan secara bertahap untuk memudahkan proses pengembangan kawasan tahap berikutnya.

10 55 24

11 Tata Guna Lahan Tutupan lahan tapak penelitian sudah sesuai dengan tata guna lahan yang ditetapkan BAPPEDA Kabupaten Klaten dalam RTRW Kabupaten Klaten tahun Area persawahan yang terhampar di sepanjang desa dapat menjadi daya tarik wisata. Dengan perpaduan tanaman padi dan palawija dengan tanaman rambutan dapat dimanfaatkan secara fungsional dan estetis. Karena tapak didominasi oleh area persawahan, lahan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan wisata menjadi kendala. Ditambah lagi, status kepemilikan lahan adalah milik warga sehingga cukup susah untuk mendapatkan ijin dari warga untuk memanfaatkan lahan mereka untuk kepentingan wisata. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik antara pihak kelurahan dan masyarakat untuk mewujudkan kawasan agrowisata yang lebih baik. Disamping itu perlu perencanaan yang berhubungan dengan pengalokasian ruang pada tapak untuk mewujudkan fungsi wisata pada tapak. Peta analisis tata guna lahan dapat dilihat pada Gambar Visual dan Akustik Hamparan kebun rambutan dengan kombinasi tanaman pangan dan palawija ketika musim kemarau memberikan daya tarik wisata. Dominasi kebun rambutan pada kawasan ini apalagi ketika musim panen merupakan daya tarik yang kuat untuk mengundang kehadiran wisatawan. Keindahan pemandangan sawah dan kebun turut menghadirkan akustik alami dari burung-burung, belalang, dan satwa lainnya. Perpaduan ini menciptakan suasana yang relaks sehingga mampu menyegarkan pikiran dan hati yang penat dengan rutinitas. Analisis visual tersaji dalam Gambar 26. Kendala yang sering terjadi adalah adanya gangguan bising yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di sekitar tapak. Hal ini karena tapak berbatasan langsung dengan jalan lintas kabupaten dan seringkali menjadi jalur alternatif kendaraan-kendaraan besar yang mengangkut bahan baku. Sehingga perlu dilakukan pengalokasian ruang wisata yang strategis namun terhindar dari kebisingan kendaraan bermotor. Selain itu, dapat pula dengan pengadaan tanaman peredam bising untuk meminimalisir kebisingan.

12 57 25

13 58 26

14 Fasilitas dan Utilitas Fasilitas umum yang menjadi pendukung wisata pada tapak kurang lengkap. Fasilitas yang telah ada adalah sekolah (taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama) dan sarana ibadah (mushola). Untuk sarana kesehatan terdapat puskesmas yang berjarak ± 2 km dari tapak penelitian. Fasilitas yang telah ada tersebut hendaknya dipertahankan keberadaannya dan ditingkatkan kualitasnya. Sedangkan untuk kekurangan fasilitas yang belum ada sebaiknya dilengkapi. Untuk menjadikan kawasan sebagai tempat tujuan wisata, fasilitas umum penunjang wisata sebaiknya dilengkapi dengan disesuaikan kondisi tapak dan fungsi keberadaannya di tapak. Penambahan fasilitas yang diperlukan antara lain kios cinderamata, kafetaria, dan tempat parkir. Kebutuhan listrik Desa Gedongjetis tercukupi dengan menggunakan jasa PLN. Sedangkan kebutuhan air untuk pertanian masih mengandalkan air hujan karena debit air sungai tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat untuk pertanian. Untuk kebutuhan air bagi rumah tangga dipenuhi dari sumur-sumur yang dibuat warga di tiap keluarga. 5.2 Aspek Sosial Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Mata pencaharian penduduk Gedongjetis cukup beragam. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani, peternak, dan buruh lepas. Masyarakat yang berprofesi sebagai buruh lepas pada saat musim tanam akan menjadi buruh tani, dan ketika musim panen telah lewat akan mencari pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan. Hal ini berpotensi untuk menjadikan tapak sebagai kawasan wisata agro, selain menjadikan lanskap pertanian serta kegiatannya sebagai daya tarik juga sebagai sarana untuk menambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Ditambah lagi dengan potensi perikanan dan kerajinan anyaman lidi dapat menambah daya tarik wisatawan. Untuk itu perlu adanya pemberdayaan masyarakat untuk menghasilkan kerajinan yang dapat menjadi ciri khas Desa Gedongjetis.

15 Pengunjung Pengunjung yang datang berwisata ke tapak penelitian cukup beragam, mayoritas adalah ibu-ibu dan anak-anak. Pengunjung biasanya datang pada musim libur dan meningkat jumlahnya pada musim panen rambutan. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari luar Desa Gedongjetis dengan tujuan utama membeli buah rambutan. Pengunjung dapat lebih puas membeli buah rambutan dengan diijinkan untuk memetik sendiri buah yang diinginkan. Potensi ini dapat diarahkan untuk menjadikan Desa Gedongjetis sebagai kawasan wisata. Di samping itu, di sekitar tapak penelitian belum terdapat kawasan wisata agro yang dapat menjadi pesaing Desa Gedongjetis. Dengan potensi tersebut, konsentrasi pengunjung agrowisata dapat terfokus pada tapak penelitian. Pengunjung yang datang ke kawasan ini mayoritas menggunakan motor atau kereta mini. Pengembangan tapak menjadi tempat wisata harus diimbangi dengan pengadaan fasilitas untuk menunjang kegiatan wisata tersebut. Beberapa fasilitas wisata yang diharapkan keberadaannya oleh pengunjung adalah kios cinderamata, tempat parkir, toilet, kafetaria, kendaraan untuk menuju kawasan (kendaraan umum), tempat ibadah (mushola), dan tempat istirahat. 5.3 Analisis - Sintesis Alternatif kegiatan yang dapat dikembangkan pada tapak penelitian dihasilkan dari tahap analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan yang dapat dikembangkan dari hasil analisis berupa kegiatan rekreasi pertanian yang edukatif dan disesuaikan dengan kondisi biofisik kawasan. Hasil analisis dan sintesis tapak penelitian tersaji dalam Tabel 10.

16 61 Tabel 10. Analisis dan Sintesis Tapak No. Aspek yang Dianalisis Aspek Fisik 1 Letak, Luas, dan Aksessibilitas Tapak 2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Potensi Permasalahan Solusi Letak strategis, dekat dengan tempat wisata lainnya. Tapak merupakan daerah pertanian dengan komoditas utama rambutan yang tersebar luas di sepanjang desa. Akses menuju tapak merupakan jalan lintas kabupaten berupa jalan aspal dan dilalui angkutan umum Akses di dalam tapak sebagian besar merupakan jalan aspal dengan kondisi cukup baik. Posisi tapak lebih rendah dari jalan menjadi daya tarik pengguna jalan yang melintas untuk berkunjung ke tapak. Tapak merupakan area yang cukup datar dengan variasi ketinggian yang kecil. Ketinggian tapak termasuk dalam kategori sesuai untuk pengembangan tanaman rambutan. Kondisi jalan menuju tapak rusak, banyak yang berlubang sehingga menimbulkan kemacetan karena harus berhati-hati ketika melintas. Jalan yang berlubang akan tergenang ketika hujan turun dan menjadi tidak terlihat yang dapat membahayakan pengguna jalan yang melintas. Transportasi umum untuk menuju tapak waktu pengoperasiannya masih jarang. Jalan di dalam tapak cukup sempit untuk dilalui kendaraan besar, penggunaan yang berbaur. Tapak yang cukup datar kurang memberikan irama dalam perjalanan wisata. Potensi ini berpeluang untuk dikembangkan menjadi agrowisata. Perbaikan kualitas jalan menuju tapak. Perbaikan kualitas jalan menuju tapak. Perlu koordinasi lebih lanjut dengan pemerintah untuk kemudahan transportasi umum. Pengaturan jalur sirkulasi yang tepat pada tapak untuk menghindari kemacetan. Perlu variasi ketinggian untuk memberi kesan dinamis.

17 62 Tabel 10. Lanjutan Aspek yang No. Dianalisis Aspek Fisik 3 Hidrologi dan Drainase 4 Geologi dan Jenis Tanah Potensi Permasalahan Solusi Petani mengandalkan air hujan untuk irigasi. Sistem irigasi kawasan cukup baik, merata ke seluruh kawasan sehingga mengurangi terjadinya genangan air, erosi, dan banjir. Jenis tanah pada tapak adalah Regosol kelabu yang cukup baik untuk pertanian dengan diimbangi pemupukan dan pengairan yang cukup. Tanah Regosol memiliki daya dukung yang cukup baik untuk pengembangan fasilitas pendukung wisata. 5 Iklim Curah hujan berkisar mm/th, cocok untuk pengembangan tanaman rambutan. 6 Vegetasi dan Satwa Tapak merupakan daerah dengan kisaran suhu nyaman untuk manusia, kecepatan angin termasuk dalam zona nyaman manusia. Tanaman pertanian mendominasi vegetasi kawasan, jenisnya berubah mengikuti musim. Sumber air yang ada memiliki debit yang kecil, tidak dapat mencukupi kebutuhan irigasi pertanian. Sistem drainase hanya berupa cekungan yang mudah terjadi pengendapan lumpur yang terbawa aliran air. Kelembaban ratarata lebih tinggi dari zona nyaman manusia. Angin berhembus cukup kencang pada musim kemarau. Perlu pengadaan vegetasi di sekitar sumber air untuk menjaga kondisi badan air, sehingga ketersediaan air pada badan air dapat bertahan lebih lama. Perlu pembersihan saluran drainase secara berkala. Perlu diimbangi dengan sistem drainase yang baik agar air tidak tergenang, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan rambutan. Perlu adanya rekayasa iklim mikro dengan pengadaan tanaman sebagai peneduh dan pemecah angin, dapat pula dengan pengadaan gazebo untuk berteduh. Perbedaan jenis tanaman dibudidayakan setiap musimnya menjadi daya tarik tersendiri.

18 63 Tabel 10. Lanjutan No. Aspek yang Dianalisis Aspek Fisik 7 Tata Guna Lahan 8 Visual dan Akustik 9 Fasilitas, dan Utilitas Potensi Permasalahan Solusi Tutupan lahan pada tapak sesuai dengan tata guna lahan yang ditetapkan oleh BAPPEDA Klaten Tapak merupakan daerah permukiman dan persawahan. Hamparan kebun rambutan di sepanjang tapak menjadi daya tarik tapak. Akustik alami berasal dari burung-burung, belalang, dan satwa lain. Sarana transportasi umum tersedia hingga sore hari. Kebutuhan listrik dipenuhi dari PLN yang terdapat di tapak. Kebutuhan air untuk kebutuhan rumah tangga dipenuhi dari sumur-sumur yang dibuat oleh warga di rumah masing-masing. Belum adanya alokasi ruang untuk wisata. Lahan bekas perombakan kebun rambutan yang sudah tua terkadang mengganggu pemandangan tapak Gerbang masuk kebun rambutan kurang menarik perhatian. Tapak terlalu dekat dengan jalan raya sehingga cukup bising. Waktu pengoperasian sarana transportasi umum cukup jarang. Fasilitas pendukung wisata belum tersedia di tapak. Kebutuhan air untuk pertanian masih mengandalkan air hujan. Perlu koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat untuk pengembangan agrowisata lebih lanjut. Pembersihan dengan segera lahan bekas perombakan kebun rambutan untuk menjaga kualitas visual tapak. Perencanaan gerbang kebun yang lebih menarik dan memberi kesan estetis. Potensi akustik alami memberi kesan damai dan tenang pada tapak, kebisingan dapat diatasi dengan pengadaan tanaman yang dapat meredam suara. Perlu koordinasi dengan pemerintah mengenai jadwal pengadaan sarana transportasi umum. Pengadaan fasilitas pendukung wisata pada tapak.

19 64 Tabel 10. Lanjutan Aspek yang No. Dianalisis Aspek Fisik 10 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat 11 Data Pengunjung Potensi Permasalahan Solusi Mata pencaharian penduduk beragam, kebanyakan menjadi petani, peternak, dan buruh tani. Potensi lain adalah pemijahan ikan dan anyaman dari lidi yang ditekuni beberapa warga. Kegiatan yang sering dilakukan pengunjung adalah piknik dan belanja buah rambutan langsung dari kebun. Pengunjung yang datang secara rombongan biasanya menggunakan kereta mini sebagai transportasi untuk menuju tapak dan berkeliling tapak. Masyarakat yang berprofesi sebagai buruh tani akan berpindah pekerjaan setelah musim panen lewat. Fasilitas pendukung wisata pada tapak belum ada. Pengembangan agrowisata dapat menjadi peluang pekerjaan yang lebih baik bagi masyarakat dan dapat meningkatkan penghasilan masyarakat. Perlu pengembangan pemijahan ikan dan pemberdayaan potensi anyaman lidi sebagai daya tarik yang dapat menjadi ciri khas pada lokasi. Pengadaan fasilitas pendukung wiata pada tapak sesuai harapan pengunjung dan disesuaikan dengan kondisi tapak. Kereta mini dapat memberikan keunikan tapak dengan menjadikannya sebagai sarana transportasi di dalam tapak. 5.4 Program Ruang Peta tematik yang dihasilkan pada tahap analisis dioverlay untuk menghasilkan peta komposit (Gambar 27). Peta komposit dihasilkan dengan memperhatikan standar kesesuaian ruang untuk wisata, dapat dilihat pada Tabel 11. Dari peta komposit dapat ditentukan program ruang yang dapat dikembangkan pada tapak (Tabel 12). Luas tapak yang direncanakan secara keseluruhan adalah 161,7 ha dan akan dikembangkan menjadi area rekreasi dengan tiga ruang peruntukan, yaitu ruang wisata, ruang pendukung wisata dan ruang konservasi.

20 65 Tabel 11. Standar kesesuaian ruang Aspek Penggunaan lahan Kemiringan lahan Standar Kesesuaian Tapak didominasi penggunaan lahan terbuka. Tidak terdapat struktur bangunan dan vegetasi selain groundcover. Tapak cukup didominasi lahan terbuka. Namun, terdapat beberapa struktur bangunan dan vegetasi selain grondcover. Tapak dominan bangunan dan vegetasi. Datar dan Landai Agak Curam Curam Kriteria Kesesuaian Optimum Cukup Minimum Optimum Cukup Minimum Tabel 12. Pengembangan Program Ruang pada Tapak Ruang Sub Ruang Fungsi Aktivitas Wisata Fasilitas Wisata Wisata Wisata Pertanian Wisata Non Pertanian Rekreasi Mengenal Rambutan Kebun dan Papan informasi Mengenal Padi dan Palawija Sawah dan Papan infomasi Mengenal Tanaman Hias Papan infomasi Mengenal Ikan dan belajar pemijahan Kolam ikan Rekreasi Belajar anyaman lidi Workshop Menikmati pemandangan Bermain Piknik Photo hunting Outbond Olahraga Saung Area bermain Area piknik Gazebo Area outbond Area olahraga Pendukung Wisata Penerimaan Penerimaan Keluar masuk area Pintu gerbang Membeli tiket Loket tiket Informasi tentang kawasan Ruang pengelola dan informasi Pelayanan Pelayanan Memarkir kendaraan Tempat parkir Beribadah Mushola Makan dan minum Kafetaria Keamanan Pos keamanan Membeli oleh-oleh Toko cinderamata Belanja hasil pertanian Kios Masyarakat Permukiman - - Konservasi Konservasi Konservasi - -

21 66 27

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik 4.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Penelitian ini dilakukan di sentra produksi rambutan Kabupaten Klaten yang terdapat di Desa Gedongjetis. Gedongjetis

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Tapak Analisis tapak merupakan kegiatan analisa terhadap kondisi lingkungan sekitar objek rancangan. 4.1.1 Pemilihan Tapak Perancangan Arboretum Tanaman Hias berada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM 3.1. DATA WILAYAH KABUPATEN BANTUL 1 3.1.1. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bantul Kecamatan Sewon termasuk Hierarki III merupakan sub pusat pengembangan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Arahan Pemanfaatan Lahan Kritis Pasca Tambang Pasir di Desa Ranji Kulon Kecamatan Kasokandel Agar Dapat Mengembalikan Produktifitas dan Nilai Ekonomis

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen BAB II ANALISIS TAPAK Tujuan kegiatan dari survei yaitu mengumpulkan Data dan Fakta, maka pada metode selanjutnya yang kami lakukan yaitu analisa. Metode yang berlanjut dan berkesinambungan inilah yang

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias PERENCANAAN LANSKAP Perencanaan lanskap (landscape plan) merupakan penataan berbasis lahan guna mendapatkan model bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN SISTEM DRAINASE PERMUKAAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci