ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Sukmaningrum Dwi P. NIM H Pelimpahan hak cipta atau karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak besar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

3 ABSTRAK SUKMANINGRUM DWI P. Aalisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RATNA WINANDI ASMARANTAKA. Produk florikultura yang menduduki urutan tertinggi serta berpeluang untuk dikembangkan dibandingkan dengan bunga potong lainnya adalah bunga krisan. Berkah Flora merupakan salah satu perusahaan pembudidaya bunga krisan potong yang usahanya tidak terlepas dari adanya risiko. Adanya pengaruh beberapa faktor lingkungan dan manusia menyebabkan terjadinya fluktuasi produksi dan produktivitas bunga krisan potongnya. Fluktuasi ini menjadi indikasi adanya risiko produksi yang dihadapi perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko produksi, menganalisis probabiltias dan dampaknya serta alternatif strategi penanganan bunga krisan potong tipe standard dan spray. Hasil identifikasi sumber risiko produksi menggunakan analisis deskriptif diperoleh diantaranya sumber risiko hama, penyakit, cuaca dan tenaga kerja. Hasil analisis probablitas menggunakan metode z score pada kedua tipe bunga krisan potong mempunyai urutan yang berbeda dari yang terbesar sampai terkecil adalah sumber risiko hama, penyakit, cuaca, tenaga kerja (tipe standard) dan hama, penyakit, cuaca, tenaga kerja (tipe spray). Analisis dampak menggunakan metode Value at Risk pada kedua tipe bunga krisan menghasilkan urutan yang berbeda pula dari yang terbesar sampai terkecil yaitu hama, cuaca, tenaga kerja, penyakit (tipe standard) dan hama, penyakit, cuaca, tenaga kerja (tipe spray). Strategi preventif dapat dilakukan untuk sumber risiko hama dan penyakit, sedangkan strategi mitigasi dilakukan untuk sumber risiko hama, penyakit, cuaca dan tenaga kerja. Kata kunci : krisan potong, risiko produksi, z-score, Value at Risk ABSTRACT SUKMANINGRUM DWI P. Production Risk Analysis of Chrysanthymum morifolium at Berkah Flora company, Megamendung District, Bogor. Supervised by RATNA WINANDI ASMARANTAKA. Floriculture products which ranks the highest as well as an opportunity to developed compared to other products is the Chrysanthymum morifolium. Berkah Flora is one of the Chrysanthymum morifolium growers whose business is inseparable from the existence of a risk. The influence of environmental factors and human factor caused fluctuations in Chrysanthymum morifolium production and productivity of intersection. These fluctuations are an indication of the production risks facing the company. The purpose of this research is to identify the source of production risk, probalitity analysis, implication and alternative strategic for handling Chrysanthymum morifolium type standard and a spray. The results of the identification of the source of production risk is obtained by using

4 descriptive analysis of risk sources including pests, diseases, weather and labor. Probablitas analysis results use z score method at both the type of Chrysanthymum morifolium have different rank from highest to smallest are the source of the risk of pests, diseases, weather, labor ( standard type ) and pests, disease, weather, labor (type spray ). Implication Analysis use Value at Risk method at both types of Chrysanthymum morifolium have different rank from the highest to smallest are risk of pests, weather, labor, disease ( standard type ) and pests, disease, weather, labor ( spray type ). Preventive Startegic conducted for risk of pests and diseases, while Mitigation Startegic conducted for risk of pests, diseases,weather, and labor. Key words : Chrysanthymum morifolium, production risk, z-score, Value at Risk

5 ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA DI KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Manajemen pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6 Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Nama : Sukmaningrum Dwi Permatasari NIM : H Disetujui oleh Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

7 Judul Skripsi : Analisis Strategi EmploYff Retention Dalam Mengatasi Tingginya Turnover Karyawan (Studi Kasus Turnover Departemen CI - IE PT Sepatu Mas Idaman Bogor) Nama : Samuel A. H. 'fampubolon NIM : H Disetujui oleh Erlin Trisyulianti, STP, MSi. Pembimbing Diketahui oleh Tanggallulus : 2 6 FEB 2014

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah risiko produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bimbingan serta arahannya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih penulis ucapkan juga kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS dan Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen penguji skripsi atas semua arahan dan sarannya. Serta penulis mengucapkan terimakasih kepada Sdri Santika Hamidah selaku pembahas skripsi pada saat seminar yang telah memberikan kritik dan sarannya. Di samping itu, ucapan terimakasih penulis juga sampaikan kepada Bapak Surip dan Bapak Nengah selaku pemilik dan direktur operasional. Dan, terimakasih pula kepada Bapak Arif, Bapak dan Ibu Deni, Bapak Wardike, Bapak Bapak Prapto, Ibu Lina beserta staf perusahaan Berkah Flora atas perhatian, dan bantuannya kepada penulis selama proses penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman teman semua atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Desember 2013 Sukmaningrum Dwi P.

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 6 Tujuan 9 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian 10 TINJAUAN PUSTAKA 11 Penelitian Terdahulu 11 KERANGKA PEMIKIRAN 15 Kerangka Pemikiran Teoritis 15 Kerangka Pemikiran Operasional 21 METODE PENELITIAN 23 Lokasi dan Waktu Penelitian 23 Jenis dan Sumber Data 23 Metode Pengumpulan Data 24 Metode Penentuan Responden 24 Metode Pengolahan dan Analisis Data 25 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 31 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan 31 Organisasi dan Manajemen Perusahaan 32 Sumber Daya Perusahaan 34 Operasional Kegiatan 35 Pemasaran Bunga Krisan Potong 40 PEMBAHASAN 42 Identifikasi Sumber Sumber Risiko 42 Analisis Probabilitas Risiko Produksi Bunga Krisan Potong 52 Analisis Dampak Risiko Produksi Bunga Krisan Potong 56 Pemetaan Sumber Risiko Produksi Bunga Krisan Potong 60 Strategi Penanganan Risiko Produksi Bunga Krisan Potong 63

10 KESIMPULAN 67 Simpulan 67 Saran 68 DAFTAR PUSTAKA 69 LAMPIRAN 71 RIWAYAT HIDUP 108

11 DAFTAR TABEL 1 Nilai PDB hortikultura di Indonesia tahun Perkembangan nilai ekspor dan impor produk hortikultura di Indonesia tahun Perkembangan luas panen dan produksi bunga potong di Indonesia tahun Volume, nilai impor dan ekspor florikultura tahun Pemilihan responden berdasarkan tujuan dari pengambilan data 25 6 Sumber daya fisik pada persahaan Berkah Flora 34 7 Varietas bunga krisan potong pada perusahaan Berkah Flora 41 8 Harga jual bunga krisan potong grade A pada perusahaan Berkah Flora 41 9 Perbandingan probabilitas risiko dari sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard Perbandingan probabilitas risiko dari sumber risiko produksi pada Bunga krisan potong tipe spray Perbandingan dampak risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard Perbandingan dampak risiko produksi pada bunga krisan potong tipe spray Status risiko dari sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard Status risiko dari sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe spray 60 DAFTAR GAMBAR 1 Produktivitas bunga krisan potong tipe standard dan spray 8 2 Siklus manajemen risiko 18 3 Peta risiko 20 4 Kerangka pemikiran operasional 22 5 Peta risiko (Pemetaan risiko) 29 6 Peta risiko strategi preventif 30 7 Peta risiko strategi mitigasi 30 8 Struktur organisasi pada perusahaan Berkah Flora 32 9 Skema proses produksi bunga krisan potong Layout bedengan pada setiap green house Berkah Flora Serangan hama Thrips Serangan hama Tungau merah Serangan hama Leaf miner Serangan hama Appids Serangan hama Ulat Grayak Penyakit White rust Penyakit Busuk Pangkal Batang Kegagalan panen akibat cuaca 49

12 19 Kegagalan panen akibat tenaga kerja Peta risiko bunga krisan potong tipe standard Peta risiko bunga krisan potong tipe spray 62 DAFTAR LAMPIRAN 1 Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman krisan tahun Sentra tanaman hias di Provinsi Jawa Barat 72 3 Produksi tanaman hias krisan di Jawa Barat 73 4 Produksi dan produktivitas bunga krisan potong Berkah Flora 74 5 Jumlah kehilangan panen bunga krisan potong tipe standard 77 6 Analisis probabilitas sumber risiko cuaca (Krisan tipe standard) 79 7 Analisis probabilitas sumber risiko penyakit (Krisan tipe standard) 80 8 Analisis probabilitas sumber risiko tenaga kerja (Krisan tipe standard) 81 9 Analisis probabilitas sumber risiko hama (Krisan tipe standard) Analisis dampak sumber risiko cuaca (Krisan tipe standard) Analisis dampak sumber risiko penyakit (Krisan tipe standard) Analisis dampak sumber risiko tenaga Kerja (Krisan tipe standard) Analisis dampak sumber risiko hama (Krisan tipe standard) Jumlah kehilangan panen bunga krisan potong tipe spray Analisis probabilitas sumber risiko penyakit (Krisan tipe spray) Analisis probabilitas sumber risiko hama (Krisan tipe spray) Analisis probabilitas sumber risiko tenaga kerja (Krisan tipe spray) Analisis probabilitas sumber isiko cuaca (Krisan tipe spray) Analisis dampak sumber risiko penyakit (Krisan tipe spray) Analisis dampak sumber risiko hama (Krisan tipe spray) Analisis dampak sumber risiko tenaga Kerja (Krisan tipe spray) Analisis dampak sumber risiko cuaca (Krisan tipe spray) Kuisioner penelitian analisis risiko produksi bunga krisan potong pada perusahaan Berkah Flora Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Gambar budidaya bunga krisan potong pada perusahaan Berkah Flora 101

13

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Peranan subsektor hortikultura dapat membantu memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan petani, memperbaiki gizi masyarakat dan meningkatkan devisa negara yang dapat mendukung pertumbuhan pendapatan nasional (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008). Subsektor hortikultura juga berperan penting dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dengan rata rata pertumbuhannya sebesar 2,70%. Perkembangan nilai PDB hortikultura di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai PDB hortikultura di Indonesia tahun (Milyar) Nilai PDB (Rp) Rata - rata Komoditas (*) pertumbuhan (%) Buah ,69 Sayuran ,43 Florikultura ,55 Biofarmaka ,93 Total ,70 Sumber : Direktorat Jendaral Hortikultura (2012) (diolah) Keterangan : (*) Angka sementara Subsektor hortikultura terbagi atas sayuran, buah-buahan, tanaman hias (florikultura) dan tanaman biofarmaka. Berdasarkan tabel 1, tanaman yang mengalami nilai rata rat pertumbuhan yang paling tinggi sebesar 15,93% adalah tanaman biofarmaka. Nilai rata - rata pertumbuhan terbesar kedua dan ketiga adalah tanaman sayuran (5,43%) dan tanaman buah buahan (0,69%). Sedangkan nilai rata rata pertumbuhan yang menurun adalah tanaman florikultura yaitu sebesar 3,55%. Jika dilihat dari nilai PDB yang semakin meningkat pada setiap tahunnya, komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya perkembangan nilai ekspor dan impor produk hortikultura. Perkembangan nilai ekspor dan impor produk hortikultura di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

15 2 Tabel 2. Perkembangan nilai ekspor dan impor produk hortikultura di Indonesia tahun (US $) Komoditas Tahun Pertumbuhan (*) (%) Sayuran Ekspor ,30 Impor ,78 Buah Ekspor ,95 Impor ,13 Florikultura Ekspor ,31 Impor ,54 Biofarmaka Ekspor ,52 Impor ,87 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2012) (diolah) Keterangan : (*) Angka sementara Berdasarkan Tabel 2, salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai peluang besar untuk memenuhi permintaan dari dalam maupun luar negeri adalah tanaman florikultura. Jika dilihat pada Tabel 2 tersebut, potensi ekspor florikultura cukup besar dalam memenuhi permintaaan pasar luar negeri dilihat dari perkembangan nilai ekspor yang semakin meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2012 dengan pertumbuhan sebesar 29,31%. Selain itu, nilai impor produk florikultura juga mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahunn 2012 sebesar 24,54%. Peningkatan nilai impor ini membuktikan bahwa permintaan pasar akan produk florikultura tidak hanya terjadi di luar negeri saja tetapi permintaan di dalam negeripun juga semakin meningkat dan berkembang. Jadi, perkembangan nilai ekspor dan impor produk florikultura pada tahun ini mengindikasikan bahwa pasar bisnis florikultura masih terbuka lebar untuk dikembangkan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan pasar. Menurut Saragih yang diacu dalam Zebua (2011), Agribisnis florikultura merupakan keseluruhan kegiatan bisnis berkaitan dengan bunga-bungaan dimana perkembangan florikultura di Indonesia mencakup tiga alasan yang mendukung diantaranya potensi keragaman jenis tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, potensi keragaman jenis tanaman hias baik domestik maupun ekspor, dan potensi ketersediaan lahan bagi pengembangan tanaman hias di Indonesia yang masih cukup luas. Jika dilihat dari segi manfaatnya, komoditas agribisnis florikultura dibagi menjadi tanaman hias pot, tanaman hias taman, dan tanaman hias bunga potong. Menurut Zebua (2011), tanaman hias bunga potong (cut flower) merupakan komoditi yang perlu perhatian khusus dalam pengusahaannya dimana dibutuhkan ketrampilan dalam hal penguasaan teknologi budidaya dan kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi. Selain itu, pengusaha bunga potong juga dituntut untuk dapat memperdagangkan produksinya dalam keadaan segar dengan menampilkan bentuk dan warna produknya yang secara artistik mampu menarik calon konsumen. Pada saat ini, bunga potong banyak digunakan untuk bahan rangkaian bunga di berbagai acara seperti kelahiran, pernikahan, ucapan selamat dan acara

16 3 kematian. Disamping itu, bunga potong juga bisa digunakan untuk upacara ritual keagamaan, kenegaraan, bahan dalam industri makanan, minuman, kosmetika dan minyak wangi. Menurut data yang diperoleh dari statistik hortikultura, teradapat 9 jenis bunga potong yang banyak diproduksi di Indonesia pada tahun diantaranya bunga anggrek, anthurium, anyelir, gerbera, gladiol, haliconia, krisan, mawar, dan sedap malam. Perkembangan luas panen dan produksi bunga potong di Indonesia pada tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan luas panen dan produksi bunga potong di Indonesia tahun Komoditas Luas Panen (m2) Pertumbuhan Produksi (Tangkai) (%) Pertumbuhan (%) Anggrek , ,81 Anthurium , ,47 Anyelir , ,30 Gerbera , ,53 Gladiol , ,28 Heliconia , ,46 Krisan , ,01 Mawar , ,66 Sedap Malam , ,82 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2013) (diolah) Pada Tabel 3, bunga potong yang mempunyai luas panen terluas dan meningkat dari tahun adalah bunga krisan dengan pertumbuhan sebesar 11,81%. Begitu pula dilihat dari jumlah produksinya, bunga krisan potong mempunyai jumlah produksi meningkat dan paling besar dibandingkan dengan delapan bunga potong lainnya. Berdasarkan luas panen dan jumlah produksinya, bunga krisan potong menduduki posisi tertinggi sebagai bunga potong dalam komoditas florikultura. Perkembangan luas panen dan produksi florikultura khususnya bunga potong cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan ini secara tidak langsung dipicu oleh berkembangnya bisnis bisnis jasa seperti florist, restoran dan hotel yang membutuhkan bunga potong untuk menambah estetika ruangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Permana (2011) yang menyatakan bahwa peningkatan produksi tanaman hias terkait dengan penggunaan tanaman hias dan bunga segar yang kini semakin luas, tidak saja merupakan kebutuhan pada kalangan florist dan flowershop, melainkan juga sudah menjadi kebutuhan primer hotel dan restoran. Selain itu, kebutuhan akan produk florikultura dapat dikatakan sudah mulai menjadi suatu trend bagi kalangan tersebut diatas karena selain memiliki nilai estetika, penggunaan bunga segar juga dapat meningkatkan prestise dari konsumen. Pada saat ini bunga krisan potong menduduki urutan tertinggi dan paling populer diantara delapan bunga potong lainnya karena bunga krisan mempunyai ukuran, bentuk dan warna mahkota yang bagus dan bervariasi. Selain itu, bunga

17 4 krisan potong memiliki daya tahan dan kesegaran yang relatif lama, mudah dirangkai serta harganya yang ekonomis. Pembudidayaan bunga krisan terbagi menjdadi dua tipe yaitu tipe standar (satu batang terdapat satu bunga) dan tipe spray (satu batang terdapat banyak bunga). Perkembangan permintaan bunga krisan pada tahun 2012 dapat dilihat dari jumlah volume, nilai impor dan ekspor bunga krisan (Tabel 4). Tabel 4. Volume, nilai impor dan ekspor florikultura tahun 2012 N Volume (Ton) Nilai (US $) Komoditi o Impor Ekspor Impor Ekspor 1 Anggrek 4,30 57, Krisan 8,00 50, Mawar 0,29 43, Anyelir Tanaman Hias Lainnya , , Total , , Sumber : Badan Pusat Statistik diolah Direktorat Jenderal Hortikultura (2013) Berdasarkan Tabel 4 diatas, volume impor paling tinggi terdapat pada bunga krisan potong. Volume impor ini dapat diartikan bahwa permintaan pasar akan bunga krisan di dalam negeri masih sangat besar dibandingkan permintaan pasar pada bunga lainnya. Jika dilihat dari Tabel 4, besarnya volume impor bunga krisan potong mengindikasikan bahwa permintaan bunga krisan potong di dalam negeri belum bisa terpenuhi semuanya sehingga pemerintah harus mengimpor bunga krisan potong dari negara lain untuk memenuhinya yaitu sebanyak 8 ton. Sedangkan dilihat dari nilai impor dan ekspornya, bunga krisan memiliki nilai (US $) tertinggi dibandingkan bunga potong lainnya. Hal ini membuktikan bahwa bunga krisan masih sangat populer dan banyak diminati serta mempunyai potensi besar untuk memasuki pasar dalam negeri maupun luar negeri. Volume dan nilai baik impor maupun ekspor bunga krisan potong ini mengindikasikan adanya permintaan pasar terhadap krisan. Hal ini secara tidak langsung memberikan dampak positif seperti terbukanya peluang untuk mengekspor dengan harga yang mampu bersaing dan semakin mendorong minat pengusaha & petani untuk memproduksi bunga potong krisan. Keadaan ini terlihat dari semakin meluasnya usaha membudidayakan bunga krisan di berbagai sentra produksi baik dalam skala kecil maupun besar. Pada saat ini, bunga krisan telah dikembangkan di beberapa propinsi sentra produksi yang memiliki agroklimat yang sesuai untuk pengembangan krisan (Lampiran 1). Berdasarkan data pada Lampiran 1 tersebut dapat dilihat dan disimpulkan bahwa hampir di seluruh propinsi di Indonesia terdapat kegiatan usaha pembudidayaan bunga krisan sehingga bunga krisan telah menjadi komoditas florikultura primadona untuk dibudidayakan di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, ada tiga sentra utama pengembangan bunga krisan potong yaitu di Propinsi Jawa Timur, Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Lampiran 1, propinsi yang menyumbang produksi krisan terbesar yaitu Propinsi Jawa Barat dengan produksinya pada tahun 2012 mencapai tangkai. Propinsi Jawa Barat menjadi sentra produksi terbesar bunga krisan di Indonesia ini tidak terlepas dari

18 adanya dukungan dari kondisi tanah dan iklim yang dimiliki Propinsi Jawa Barat yang sesuai dengan pertumbuhan bunga krisan yaitu kondisi tanahnya yang banyak berada di dataran tinggi dan subur. Dilihat dari segi geografisnya, iklim di daerah pegunungannya relatif cocok dengan pengusahaan bunga krisan. Beberapa daerah di Propinsi Jawa Barat yang menjadi sentra bunga krisan diantaranya Kabupaten Bandung, Cianjur, Sukabumi, Bogor, dan Garut (Lampiran 2). Salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Jawa Barat sekaligus menjadi salah satu penghasil bunga krisan adalah Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah dari lima sentra produksi dan pengembangan bunga krisan terbesar di Jawa Barat dengan jumlah produksi yang cukup tinggi. Namun, pertumbuhan jumlah produksi bunga krisan potong di Kabupaten Bogor mengalami fluktuasi mulai tahun 2007 sampai dengan tahun Hal tersebut dapat dilihat dari pencapaian jumlah produksi bunga krisan di Kabupaten Bogor (Lampiran 3). Tingkat fluktuasi yang tinggi ini dapat memberikan gambaran besarnya tingkat risiko produksi yang dihadapi perusahaan ataupun petani di Kabupaten Bogor dalam usaha pembudidayaan bunga krisan potong. Bunga krisan yang dihasilkan di Kabupaten Bogor biasanya akan dipasok sebagian besar ke kota kota besar seperti Bandung, Bogor, Jakarta dan di luar Pulau Jawa. Hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan peran dari Kabupaten Bogor sebagai salah satu penopang ekonomi Propinsi Jakarta dan propinsi lainnya khususnya dalam bidang agribisnis florikultura. Ada tiga kecamatan yang memproduksi bunga krisan di daerah Kabupaten Bogor khususnya Kabupaten Bogor Tengah diantaranya Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung, dan Kecamatan Tamansari. Berkah Flora merupakan salah satu perusahaan terbesar yang bergerak dalam usaha budidaya bunga krisan potong yang berada di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Tengah. Letak geografis lahan Berkah Flora cocok dan sesuai dengan syarat tempat tumbuh bunga krisan yaitu terletak pada ketinggian mdpl. Selain itu, jarak lokasi usaha yang relatif dekat dengan pasar (Jakarta) menjadi salah satu keunggulan dari perusahaan dalam membudidayakan bunga krisan potong. Adapun alasan dari pemilihan perusahaan Berkah Flora ini adalah keunggulan lokasi yang dimiliki perusahaan; luasan lahan yang dimiliki perusahaan untuk budidaya bunga krisan merupakan salah satu lahan paling luas di Desa Sukamanah; dan adanya pencatatan yang berhubungan dengan produksi bunga krisan walaupun pencatatannya ada yang belum rapi. Pada umumnya, dalam menjalankan suatu usaha atau bisnis yang bergerak dibidang agribisnis tentunya tidak terlepas dari sebuah risiko. Begitu pula dengan usaha budidaya bunga krisan potong yang dilakukan oleh Berkah Flora juga menghadapi risiko risiko yang berasal dari berbagai macam sumber risiko. Risiko yang dihadapi perusahaan dapat menggangu keberlangsungan usaha budidaya bunga krisan potong tersebut. Hal ini juga tidak terlepas dari bunga krisan potong yang menjadi komoditi utama perusahaan dimana perusahaan belum mengusahakan budidaya komoditas tanaman lain selain bunga krisan. Risiko produksi merupakan risiko yang berpengaruh langsung pada hasil produksi bunga krisan potong. Jumlah produksi dan produktivitas bunga krisan potong Berkah Flora dalam dua puluh empat priode terakhir mengalami fluktuatif (Lampiran 4). Adanya fluktuasi dalam produksi tersebut, mengindikasikan adanya risiko produksi yang dihadapi perusahaan yang bersumber dari beberapa hal yang 5

19 6 terkait dengan proses produksi bunga krisan potong. Fluktuasi produksi tersebut dapat mempengaruhi jumlah penerimaan perusahaan Berkah Flora meskipun harga jual bunga krisan potong relatif stabil karena perusahaan telah bekerjasama dengan konsumen untuk menjual bunga krisan potong tersebut sesuai dengan harga jual tetap dalam kesepakatan. Risiko produksi yang dihadapi Berkah Flora perlu diperhatikan dan diperhitungkan dengan baik karena risiko ini dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Apabila kemungkinan terjadinya risiko produksi dapat diantisipasi dan ditangani dengan baik dan lebih awal maka kerugian serta dampak yang mungkin ditimbulkan oleh risiko dapat diminimalisasi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu pengkajian untuk mengetahui risiko produksi dan sumber risiko pada budidaya bunga krisan potong yang dihadapi Berkah Flora sehingga nantinya dapat diketahui strategi strategi yang bisa digunakan dalam mengantisipasi atau menangani risiko produksi kedepannya. Perumusan Masalah Berkah Flora merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak dalam usaha florikultura khusunya bunga krisan potong. Berkah flora mempunyai keunggulan dari segi lokasi usaha yang dimiliki sesuai dengan syarat tempat tumbuh krisan dan lokasinya juga mudah dijangkau serta dekat dengan pasar. Lokasi usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora berada di daerah yang sejuk dengan ketinggian 700 mdpl. Pembudidayaan bunga krisan potong yang dilakukan oleh perusahaan Berkah Flora dilakukan secara tunggal (monokultur). Berkah Flora membudidayakan bunga krisan potong dengan dua tipe yaitu bunga krisan tipe standarad dan tipe spray. Usaha yang dijalankan Berkah Flora hanyalah budidaya bunga krisan potong saja sebagai komoditi utamanya. Sejauh ini perusahaan belum melakukan usaha untuk pembudidayaan tanaman selain krisan sebagai usaha sampingannya. Jadi, keberhasilan dalam proses produksi budidaya bunga krisan potong ini sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan serta keberlangsungan dari perusahaan Berkah Flora. Bunga krisan bukan merupakan tanaman asli Indonesia melainkan berasal dari negara dengan iklim subtropik sehingga dalam pembudidayaannya di Indonesia dibutuhkan suatu modifikasi lingkungan agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik. Bunga krisan juga layaknya tanaman lain yang juga mudah / rentan terhadap perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit. Bunga krisan juga merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan maupun kondisi kelebihan air hujan. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengurangi pengaruh dari hal tersebut diatas adalah membudidayakan bunga krisan potong dengan menggunakan rumah naungan (green house). Luas lahan total yang dimiliki perusahaan Berkah Flora dalam usaha budidaya bunga krisan potong ini adalah 1,5 ha. Sedangkan jumlah green house yang dimiliki perusahaan sebanyak 48 green house dengan luas rata rata satu green house itu sendiri seluas 201,5 m 2. Pembudidayaan bunga krisan potong ini

20 7 membutuhkan luas lahan yang berbeda sesuai dengan jumlah bibit yang akan ditanam untuk satu kali periode tanam dimana satu periode tanam bunga krisan mencapai 3 4 bulan. Produksi bunga krisan potong Berkah Flora dibagi sesuai dengan proporsi masing masing yaitu bunga krisan tipe standard sebanyak 60% dan tipe spray sebanyak 40%. Pada umumnya indikasi adanya risiko khususnya dalam kegiatan produksi dapat dilihat dari adanya fluktuasi hasil produksi yang diperoleh pada satu periode tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Selama dua puluh empat periode terakhir ini, usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda beda pada setiap kali produksinya. Hasil produksi yang beragam ini akan berpengaruh pada tingkat produktivitas tanaman sehingga produktivitas bunga krisan potong pun bisa mengalami fluktuatif (Lampiran 4). Pada Lampiran 4, produksi standar yang seharusnya bisa dicapai perusahaan dalam satu periode tanamnya berbeda beda pada setiap periodenya. Produksi standar yang berbeda ini disesuaikan dengan jumlah permintaan bunga pada setiap bulannya yang berbeda beda. Perubahan permintaan bunga krisan terjadi berdasarkan permintaan pada bulan bulan islam. Permintaan bunga krisan meningkat pada bulan Dzulhijjah, Rajab, Rabiul Akhir, dan Syawal. Sedangkan permintaan dalam jumlah normal pada bulan Rabiul Awal, Sya ban, Jumadil Awal, dan Jumadil Akhir. Dan permintaan menurun bunga krisan terdapat pada bulan Muharram, Shafar, Ramadhan, dan Dzuqa dah. Jika dilihat pada Lampiran 4, periode pertama sampai periode kedelapan merupakan periode tanam untuk target panen pada bulan Sya ban 1434 H (minggu kedua Maret minggu pertama Juli 2013) dengan permintaan yang stabil / normal. Periode sembilan sampai periode keenam belas merupakan periode tanam untuk target panen pada bulan Ramadhan 1434 H (minggu kedua Mei minggu pertama September 2013) dengan permintaan yang sedang menurun. Sedangkan pada periode ketujuh belas sampai periode dua puluh empat merupakan periode tanam untuk target panen pada bulan Syawal 1434 H (minggu kedua Mei minggu pertama September 2013) dengan permintaan yang sedang meningkat. Pada Lampiran 4, total produksi standar bunga krisan potong pada periode dengan permintaan meningkat adalah sebesar tangkai per periodenya. Sedangkan pada saat permintaan normal, produksi standarnya adalah tangkai. Dan produksi standar sebesar tangkai ini terjadi saat permintaan menurun. Namun, produksi aktual yang dicapai perusahaan pada 24 kali periode tanam berbeda beda per periodenya dan tidak sesuai dengan standar keberhasilan yang diinginkan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil produktivitas aktual bunga krisan potong yang berfluktuatif dan nilainya pun sebagian besar lebih rendah dari produktivitas standarnya. Produktivitas bunga krisan potong terendah terjadi pada periodeke dua puluh empat yaitu sebesar 2,21 tangkai/ m 2. Sedangkan produktivitas bunga krisan potong tertinggi terjadi pada periode ketujuh yaitu sebesar 3,88 tangkai/ m 2. Fluktuasi jumlah produksi total bunga krisan di Berkah Flora ini secara langsung dipengaruhi oleh jumlah produksi dari kedua tipe bunga krisan. Jika dilihat dari jumlah produksinya, baik bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray sama - sama mengalami fluktuasi produksi. Dalam satu periode tanam produksi bunga krisan potong pada masing masing tipe berbeda beda sesuai

21 8 dengan trend permintaan pada tiap bulannya. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4, dimana bunga krisan tipe standard dan tipe spray memiliki produksi aktual yang sebagian besar lebih rendah dibandingkan produksi standarnya. Adanya fluktuasi produksi pada masing masing tipe bunga krisan ini akan mempengaruhi produktivitas masing masing tipe bunga krisan. Dan selanjutnya, fluktuasi produksi yang disebabkan oleh risiko produksi ini akan berdampak pada pendapatan yang diterima perusahaan sesuai dengan harga jual masing masing tipe bunga krisan. Fluktuasi produktivitas kedua tipe bunga krisan potong di Berkah Flora dapat dilihat pada Gambar 1. Tangkai /m 2 Periode Tangkai /m 2 Periode Gambar 1 Produktivitas bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa masing masing tipe bunga krisan mempunyai tingkat produktivitas yang berbeda dan berfluktuatif pada setiap periodenya. Jika dilhat pada Gambar 1 tersebut, produktivitas bunga krisan potong tipe spray dan tipe standard terlihat sangat berfluktuatif. Produktivitas tertinggi pada bunga krisan potong tipe standard dicapai pada saat periode ke tujuh yaitu sebesar 4,27 tangkai/ m 2. Dan produktivitas terendah pada bunga krisan potong tipe standard dicapai pada saat periode dua puluh satu yaitu sebesar 1,83 tangkai/

22 9 m 2. Berbeda halnya pada bunga krisan potong tipe spray, produktivitas tertinggi pada bunga krisan potong tipe spray dicapai pada saat periode ke tiga dan kedelapan yaitu sebesar 3,72 tangkai/ m 2. Sedangkan produktivitas terendah pada bunga krisan potong tipe spray dicapai pada saat periode ke sepuluh yaitu sebesar 2,54 tangkai/ m 2. Adanya fluktuasi produksi dan produktivitas pada usaha budidaya bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray di Berkah Flora ini mengindikasikan bahwa perusahaan menghadapi adanya risiko produksi dimana risiko tersebut bisa dipengaruhi oleh berbagai macam sumber sumber risiko yang terdapat di lokasi usaha. Sumber sumber risiko ini bisa datang darimana saja seperti faktor lingkungan, sumber daya manusia, dan teknologi yang digunakan dalam budidaya bunga krisan potong ini. Sumber sumber risiko ini perlu dikaji lebih dalam karena risiko yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut akan berdampak pada penurunan hasil produksi. Produksi yang menurun ini dapat berpengaruh pada perolehan pendapatan serta kelangsungan dan perkembangan usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora mengingat bahwa usaha bunga krisan potong ini merupakan sumber pendapatan utama perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan risiko yang tepat sangat dibutuhkan untuk meminimalkan risiko produksi yang mungkin dihadapi perusahaan. Penilaian yang tepat dibutuhkan guna membantu perusahaan Berkah Flora dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan risiko. Dalam pengelolaan risiko tersebut dibutuhkan strategi yang tepat agar nantinya apabila menghadapi kondisi dengan risiko yang sama maka perusahaan dapat terlebih dahulu mengantisipasi dan menanggulangi risiko tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan risiko produksi yang dihadapi perusahan Berkah Flora dimana dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dapat diteliti diantaranya : 1. Apa sajakah sumber-sumber risiko produksi yang mempengaruhi bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray dalam usaha budidaya bunga krisan potong di Berkah Flora? 2. Bagaimana perbandingan besarnya kemungkinan (probabilitas) terjadinya risiko dan dampak dari sumber sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dengan tipe spray di Berkah Flora? 3. Bagaimana alternatif strategi yang tepat dan dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray di Berkah Flora? Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang mempengaruhi bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray dalam usaha budidaya bunga krisan potong di Berkah Flora.

23 10 2. Menganalisis perbandingan besarnya kemungkinan (probabilitas) terjadinya risiko dan dampak dari sumber sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dengan tipe spray di Berkah Flora. 3. Menganalisis alternatif strategi yang tepat dan dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray di Berkah Flora. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan diantaranya: 1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak Berkah Flora dalam perencanaan pengambilan keputusan bisnis sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menjalankan usahanya. 2. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan pengetahuan dan menganalisis masalah tentang risiko bisnis melalui penerapan langsung dilapangan. 3. Sebagai bahan rujukan dan informasi untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitian selanjutnya dapat menganalisis lebih mendalam lagi khususnya mengenai analisis dari usaha budidaya bunga krisan potong. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah : 1. Produk yang dikaji pada penelitian ini adalah bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray yang merupakan produk utama perusahaan Berkah Flora. 2. Kajian masalah dalam penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi bunga krisan potong yang dihadapi Berkah Flora. 3. Data yang digunakan merupakan data primer (hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak Berkah Flora) dan data sekunder (data yang berhubungan dengan kegiatan produksi bunga krisan potong dalam 1 tahun terakhir) 4. Penelitian ini tidak membahas mengenai kontrak kerjasama antara Berkah Flora dengan konsumennya.

24 11 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Risiko menunjukkan peluang atau kemungkinan terhadap suatu kejadian yang bisa diketahui oleh pembuat keputusan dimana pada umumnya risiko dalam kegiatan bisnis dapat menimbulkan dampak negatif. Pada bab kedua ini membahas tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini yaitu risiko khususnya risiko produksi dalam bidang agribisnis hortikultura. Penelitian - penelitian tersebut akan dijadikan sebagai gambaran dan pembelajaran dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian penelitian terdahulu yang terkait dengan risiko produksi tanaman hortikultura yaitu Wisdya (2009) menganailisis risiko produksi bunga Anggrek Phalaenopsis, Permana (2011) yang menganalisis tentang risiko produksi bunga mawar potong pada PT Momenta Agrikultura, Parengkuan (2011) menganalisis risiko produksi pada jamur tiram putih, dan Nasti (2013) menganalisis risiko produksi bunga krisan potong pada perusahaan Natalia Nursery. Sumber Sumber Risiko Usaha dalam bidang produksi khususnya produk agribisnis sebagian besar menghadapi beberapa sumber penyebab risiko dari faktor faktor teknis diantaranya perubahan suhu dan cuaca, hama dan penyakit, penggunaan input, dan kesalahan teknis dari tenaga kerja. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai sumber sumber risiko yang dihadapi oleh suatu usaha dalam bidang agribisnis. Jika ditinjau dari beberapa penelitian pada komoditi hortikultura sebagian besar sumber risiko yang dihadapi pada umumnya meliputi teknik budidaya, kesalahan teknis sumberdaya manusia, serangan hama dan penyakit tanaman, gangguan teknologi, bibit, dan cuaca/iklim yang tidak pasti. Pada penelitian Wisdya (2009), permasalahan risiko produksi sering dihadapi PT Ekakarya Graha Flora dalam proses budidaya bunga Anggrek Phalaenopsis. Sumber sumber risiko yang dihadapi dalam proses budidaya bunga Anggrek Phalaenopsis diantaranya kondisi curah hujan, serangan hama dan penyakit, kontaminasi serta kerusakan mekanis. Adanya risiko produksi ini menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan sehingga berdampak kepada penurunan pendapatan perusahaan. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011) mengenai analisis risiko produksi bunga potong mawar pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa sumbersumber risiko produksi dalam usaha budidaya bunga mawar potong disebabkan oleh kondisi cuaca dan iklim, keterampilan tenaga kerja, serangan hama dan penyakit. Sumber-sumber risiko tersebut menyebabkan fluktuasi produksi pada usaha budidaya bunga mawar potong PT Momenta Agrikultura. Penelitian Parengkuan (2011) yang berjudul Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Yayasan Paguyuban Ikhlas di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Yayasan Paguyuban Ikhlas dalam melakukan

25 12 kegiatan budidaya jamur tiram putih menghadapi beberapa faktor yang teridentifikasi sebagai sumber risiko produksi antara lain : kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log, perubahan suhu udara, serangan hama, dan penyakit pada log jamur. Sumber - sumber risiko tersebut dapat menyebabkan penurunan produktivitas jamur tiram, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian bagi Yayasan Paguyuban Ikhlas. Sumber risiko juga ditunjukkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasti (2013) dengan melakukan analisis risiko produksi bunga krisan potong pada perusahaan Natalia Nursery. Berdasarkan hasil penelitian, sumber-sumber risiko yang terjadi pada pengusahaan bunga potong disebabkan adanya cuaca dan iklim, hama, penyakit, dan tenaga kerja. Faktor faktor yang merupakan sumber risiko ini memepengaruhi tingkat produksi tanaman krisan sehingga menunjukkan kondisi yang berfluktuasi. Dari beberapa penelitian di atas, diperoleh variabel yang menjadi sumber risiko produksi pada komoditas agribisnis khususnya pada produk-produk hortikultura meliputi faktor cuaca, hama dan penyakit tanaman, teknologi budidaya, dan kesalahan teknis pada sumber daya manusia. Variabel sumber risiko tersebut diduga menjadi sumber risiko pada budidaya bunga krisan potong di perusahaan Berkah Flora. Pengukuran Risiko Metode analisis dalam pengukuran risiko dapat dilakukan melalui analisis seperti Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation yang satu sama lain saling berhubungan. Ketiga indikator ini menjadi indikator besar atau kecilnya risiko yang dihadapi oleh suatu usaha. Jika semakin kecil nilai dari ketiga indikator tersebut maka semakin rendah risiko yang dihadapi, bergitu juga sebaliknya semakin besar nilai dari ketiga indikator tersebut maka semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh suatu usaha. Selain itu, analisis metode nilai standar juga dapat digunakan sebagai alat analisis dalam pengukuran risiko. Alat analisis standard deviation, variance dan coefficient variation digunakan dalam penelitian Wisdya (2009), Permana (2011) dan Nasti (2013) dimana ada yang menggunakannya pada usaha spesialisaisi saja ataupun keduanya yaitu spesialisasi dan diversifikasi. Sedangkan pada penelitian Parengkuan (2011) menggunakan metode nilai standar atau z-score dan VaR. Wisdya (2009) melakukan penelitian mengenai risiko produksi anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis risiko menggunakan Variance, Standard deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah tanaman anggrek yang menggunakan bibit teknik seedling dan tanaman anggrek teknik mericlone, sedangkan kegiatan portofolio adalah tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko yang paling tinggi adalah tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,078. Sedangkan berdasarkan pendapatan bersih, koefisien variasi paling tinggi terjadi pada tanaman anggrek dengan teknik seedling yaitu 1,319 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan

26 maka risiko yang dihadapi akan sebesar 1,319. Berdasarkan informasi tersebut terlihat bahwa tanaman anggrek dengan teknik seedling memiliki risiko produksi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman anggrek dengan teknik mericlone. Dengan demikian penerimaan yang diterima perusahaan dari tanaman anggrek dengan teknik seedling relatif lebih kecil. Begitu pula dalam penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011) menggunakan metode analisis manajemen risiko dan analisis risiko. Penilaian terhadap risiko produksi berdasarkan ukuran yang menggunakan pendekatan Expected Return, sedangkan risiko produksi diukur berdasarkan penilaian hasil perhitungan ragam (variance), simpangan baku (standart deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Hasil penilaian risiko dengan menggunakan ukuran coefficient variation), menunjukkan bahwa budidaya bunga mawar potong pada PT Momenta Agrikultura (Amzing Farm) menghadapi risiko sebesar 0,23. Artinya, untuk setiap satu tangkai hasil yang diperoleh akan mengalami risiko sebesar 0,23 tangkai pada saat terjadi risiko produksi. Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada budidaya bunga mawar potong pada perusahaan tersebut diperoleh nilai expected return sebesar 11,27. Artinya, PT Momenta Agrikultura dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 11,27 tangkai per meter2 untuk setiap kondisi dalam proses budidaya yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya bunga mawar potong dapat member harapan perolehan hasil sebesar 11,27 tangkai untuk setiap meter2. Penelitian Nasti (2013) mengenai analisis risiko produksi bunga krisan potong pada perusahaan Natalia Nursery menggunakan pendekatan Expected Return, ragam (variance), simpangan baku (standart deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Pada penelitian ini dilakukan pengukuran dampak dan probabilitas sumber risiko dengan metode Expert opinion dan Delphy. Berdasarkan hasil penelitian ini, jumlah produksi krisan per tahun pada kegiatan spesialisasi menunjukkan nilai coefficient variation sebesar 0,11 pada krisan tipe spray dan 0,30 pada krisan tipe standar. Nilai tersebut menunjukkan bahwa produksi krisan tipe standar pada Natalia Nursery mengalami risiko produksi yang lebih besar dibandingkan tipe spray. Sedangkan analisis risiko produksi krisan pada kegiatan diversifikasi menunjukkan nilai coefficient variation sebesar 0,12. Hal ini menunjukkan bahwa dengan melakukan diversifikasi, perusahaan dapat mengurangi risiko produksi yang terjadi dibandingkan dengan pengusahaan krisan secaa spesialisasi. Berbeda dengan Parengkuan (2011) menggunakan perhitungan rata-rata kejadian berisiko, standart deviation, z-score, probabilitas, dan VaR. Setelah dilakukan perhitungan VaR, selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap sumbersumber risiko yang akhirnya muncul strategi penanganan terhadap risiko yang dihadapi. Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko jamur putih menunjukkan bahwa probabilitas dan dampak risiko terbesar ada pada sumber risiko kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log dengan nilai sebesar 45,2 persen, sedangkan perubahan suhu udara merupakan merupakan sumber risiko yang memberikan dampak terbesar dengan nilai Rp ,00 Berdasarkan status risiko diperoleh hasil bahwa kesalahan pada saat proses sterilisasi yang paling berisiko dan kemudian secara berurutan diikuti oleh akibat gangguan hama, perubahan suhu udara, dan penyakit. 13

27 14 Berdasarkan beberapa penelitian diatas, pengukuran terhadap risiko dilakukan untuk mengukur pengaruh sumber-sumber risiko terhadap suatu kegiatan bisnis melalui penggunaan suatu alat analisis tertentu. Dalam pengukuran risiko, alat analisis yang banyak digunakan adalah coefficient variation, variance dan standard deviation. Namun, berdasarkan tujuan penelitian ini alat analisis Z- score dan VaR. digunakan untuk pengukuran probabilitas dan dampak dari sumber risiko bunga krisan potong secara spesialisasi. Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko yang baik akan mampu menekan dampak risiko yang ditimbulkan sehingga perusahaan dapat memperoleh penerimaan yang sesuai dengan yang ditargetkan. Sebaliknya dengan penanganan risiko yang kurang tepat akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan di perusahaan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif dalam menekan risiko. Strategi pengelolaan risiko diversifikasi produk dilakukan oleh Wisdya (2009) dimana ia juga mengemukakan strategi yang dapat dilakukan PT EGF untuk menekan risiko diantaranya (1)melakukan diversifikasi dengan pola tanam tumpangsari sehingga dapat mengurangi risiko dan mengefisienkan biaya, (2) kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen, (3) usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011), strategi preventif dipilih sebagai alternatif strategi penanganan dalam mengatasi risiko produksi pada PT Momenta Agrikultura. Strategi yang dapat dilakukan adalah penambahan alat pengatur cahaya dan suhu sederhana yang dapat terbuat dari jaring paranet yang bertujuan untuk menghindari penguapan yang berlebihan. Serta melakukan sistem karantina sederhana yang dapat terbuat dari screen yang bertujuan untuk memperlambat proses penyebaran hama dan penyakit,peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu strategi preventif merupakan alternatif yang tepat untuk mencegah risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Strategi penanganan risiko produksi dari hasil penelitain Nasti (2013) pada usaha budidaya bunga krisan potong diantaranya adalah (1) strategi preventif, yaitu dengan pelaksanaan SOP, perbaikan indukan, perbaikan sistem naungan; (2) strategi mitigasi dengan diversifikasi produksi, unit usaha, serta dengan pengalihan risiko; (3) pengendalian OPT; (4) pengembangan sumber daya manusia; (5) membangun kemitraan. Pada penelitian Parengkuan (2011) yang memiliki alat analisis yang berbeda dengan penelitian-penelitiannya lainnya, strategi yang dilakukan adalah menggunakan kapur anti serangga dan membersihkan area kumbung untuk mencegah hama atau mikroorganisme yang mungkin merusak log jamur, pengecekan suhu udara agar jamur dapat tumbuh optimal dengan dipasang alat pengukur suhu ruangan (termometer atau hygrometer), frekuensi penyiraman atau pengkabutan ruangan kumbung lebih ditingkatkan, memberikan pelatihan kontinyu untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusianya. Dari hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya sedikit perbedaan strategi penanganan risiko antara penelitian Wisdya (2009), Permana (2011),

28 15 Parengkuan (2011) dan Nasti (2013). Strategi preventif dan strategi mitigasi dijadikan alternatif strategi oleh Parengkuan (2011) dan Nasti (2013). Sedangkan pada penelitian Permana (2011) hanya menjadikan strategi preventif sebagai strategi penanganan risikonya. Lain halnya dengan Wisdya (2009) yang menjadikan alternatif strategi diversifikasi saja sebagai strategi penanganan risikonya. Adanya beberapa perbedaan tersebut disebabkan kondisi tempat dan komoditas yang berbeda sehingga alternatif strategi yang diberikan juga akan berbeda. Namun, semua hasil penelitian terdahulu akan dapat memberikan landasan terhadap penelitian ini dalam membahas keadaan di lokasi penelitian. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan secara umum dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada topik penelitian dimana topik penelitian yang akan diambil adalah analisis risiko produksi pada komoditas hortikultura. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Parengkuan (2011) yaitu menggunakan metode analisis risiko Z-score dan VaR. Selain itu, penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011) dimana menganalisis risiko pada satu komoditas secara spesialisasi. Dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya secara umum terletak pada lokasi penelitian dan komoditasnya (florikultura). Selain itu, perbedaan juga terdapat pada metode analisis yang digunakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisdya (2009), Permana (2011), dan Nasti (2013) dimana ketiga penelitian tersebut menggunakan alat analisis variance, standar deviation, dan coefficient variation. Jadi, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai topik risiko produksi pada satu komoditas hortikultura yaitu bunga krisan potong di perusahaan Berkah Flora dimana alat analisis yang digunakan adalah metode nilai standar Z-score untuk menghitung probabilitas dan metode VaR untuk menghitung dampak dari sumber risiko. Penentuan alat analisis yang digunakan oleh peneliti disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan yaitu menganalisis probabilitas dan dampak dari masing masing sumber risiko produksi. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan teori teori yang berkaitan dengan penelitian ini seperti teori konsep dasar risiko, sumber sumber risiko, analisis dan teori teori yang lainnya yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini. Penjelasan secara spesifik mengenai teori teori tersebut akan dijabarkan pada sub bab dibawah ini:

29 16 Konsep Dasar Risiko Menurut Hardaker yang diacu dalam Sianturi (2011), definisi risiko merupakan pengetahuan yang tidak sempurna dimana diketahuinya peluang dari hasil sedangkan ketidakpastian itu sendiri diartikan sebagai kondisi dimana peluangnya dari hasil tidak diketahui. Berdasarkan Kountur (2004), risiko berhubungan dengan ketidakpastian dimana ketidakpastian tersebut terjadi akibat kurang tersedianya informasi mengenai apa yang terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan memiliki dua dampak yaitu merugikan dan menguntungkan. Jika ketidakpastian memberikan dampak menguntungkan maka hal tersebut dinamakan kesempatan (opprtunitty). Sedangkan ketidakpastian yang memberikan dampak merugikan biasanya disebut sebagai risiko. Dalam hal ini, Risiko berhubungan dengan suatu kejadian yang memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Terkait dengan risiko dan ketidakpastian, Roumasset (1979) menjelaskan bahwa kondisi risiko dan ketidakpastian dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya probabilitas yang dapat dijadikan pegangan atas kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Risiko didefinisikan sebagai situasi dimana kemungkinan hasil dari suatu peristiwa yang sifatnya acak dapat ditentukan dan besarnya probabilitas dari setiap peristiwa tersebut telah diketahui. Adapun ketidakpastian adalah situasi dimana hasil dari suatu kegiatan dapat diketahui namun tingkat probabilitasnya tidak dapat diestimasi. Konsep risiko lainnya diambil dari Darmawi (2005) yang menyatakan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dalam artian bahwa penggunaan kata kemungkinan tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko dimana kondisi tersebut muncul disebabkan oleh (Darmawi, 2005) : 1. Jarak waktu sejak mulainya perencanaan atas kegiatan sampai berakhirnya kegiatan tersebut. Semakin panjang jarak waktu semakin besar ketidakpastiannya. 2. Adanya keterbatasan dalam tersedianya informasi yang diperlukan. 3. Adanya keterbatasan pengetahuan/keterampilan/teknik pengambilan keputusan. Sumber-Sumber Risiko Pada umumnya ada dua sumber faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko yakni internal dan eksternal. Sumber internal umumnya memiliki risiko lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena masalah internal umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sedangkan sumber eksternal umumnya jauh di luar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, serta perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan. Dalam Harwood et al (1999), ada beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi petani / pengusaha adalah :

30 17 1. Risiko produksi Beberapa sumber risiko dari risiko produksi diantaranya hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk. 2. Risiko pasar atau risiko harga Barang tidak dapat dijual yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produk substitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik merupakan risiko risiko yang ditimbulkan oleh pasar. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga adalah harga yang naik karena adanya inflasi. 3. Risiko kelembagaan atau institusi Risiko yang ditimbulkan dalam kelembagaan atau institusi adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjdai kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi. 4. Risiko kebijakan Risiko kebijakan yang ditimbulkan antara lain adanya kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor. 5. Risiko finansial atau keuangan Risiko yang timbul antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun yang disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah. Manajemen Risiko Manajemen risiko dapat diartikan sebagai suatu cara atau upaya yang digunakan perusahaan dalam melakukan pemilihan alternatif yang ada untuk mengurangi dampak dari risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya. Dalam Djohanputro (2006), manajemen risiko korporat didefinisikan sebagai proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif risiko, memonitoring serta mengendalikan implementasi penanganan risiko. Pengertian manajemen risiko menurut Darmawi (2005) adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan untuk mengetahui, menganalisis, mengendalikan risiko di setiap kegiatan dalam pengambilan keputusan berdasarkan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Definisi lain dari manajemen risiko adalah suatu rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan perusahaan untuk mengidentifiksai, mengukur, memonitor dan mengontrol risiko yang muncul dari kegiatan operasionalnya (Hanggraeni, 2010). Manajemen risiko berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko dimana strategi ini digunakan untuk mengendalikan risiko dan kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan. Dalam melakukasn proses manajemen risiko, ada beberapa langkah yang harus dilakukan dimulai dari mengidentifikasi sumber dari penyebab terjadinya risiko paling krusial yang terjadi di perusahaan. Pada tahap identifikasi semua risiko yang dihadapi perusahaan ini akan dihasilkan output berupa daftar risiko,

31 18 kemudian risiko yang terdapat dalam daftar risiko tersebut dilakukan proses selanjutnya yaitu pengukuran risiko. Pengukuran risiko ini dilakukan dengan pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko dimana pengukuran tersebut digunakan untuk mengetahui status risiko dan peta risiko dari perusahaan. Status risiko menunjukkan tingkatan risiko mana yang lebih berisiko dibandingkan yang lain. Sedangkan peta risiko digunakan untuk menunjukkan posisi sebaran risiko di perusahaan. Posisi sebaran risiko dalam peta risiko ini akan membantu perusahaan dalam menentukan penanganan risiko yang tepat dan sesuai dengan status risiko yang paling krusial. Setelah ditentukan model penanganan risiko yang tepat, kemudian dilakukan implementasi serta evaluasi risiko oleh perusahaan (Kountur, 2008). Proses manajemen risiko terdiri dari lima tahapan yaitu diawali identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan risiko, pengawasan dan pengendalian risiko, dan evaluasi pihak yang berkepentingan (Djohanputro, 2006). Lima tahapan proses manajemen risiko dapat dilihat pada Gambar 2. Evaluasi pihak yang berkepentingan Identifikasi Risiko PengukuranRisiko Pengawasan & Pengendalian Risiko Keterangan : Model Pengelolaan Risiko = Hubungan langsung = Hubungan tidak langsung Pemetaan Risiko Gambar 2 Siklus manajemen risiko Sumber : Djohanputro (2006) 1. Tahap Identifikasi risiko Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan dengan pertama tama melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholder) atau berhubungan langsung dengan risiko di perusahaan tersebut. 2. Tahap Pengukuran risiko Dua faktor yang dijadikan acuan dalam pengukuran risiko mengacu pada yaitu faktor kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko, sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya. 3. Tahap Pemetaan risiko Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko yang krusial berdasarkan kepentingan bagi perusahaan, disini dilakukan prioritas risiko mana yang lebih dahulu dilakukan, selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Pemetaan risiko adalah suatu gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertical menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak.

32 19 4. Tahap Model pengelolaan risiko Beberapa macam model pengelolaan risiko diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan model risiko struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain. 5. Tahap Monitor dan pengendalian Ada beberapa alasan tahap monitor dan pengendalian ini dianggap penting diantaranya karena manajemen perlu (a) memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai rencana, (b) memastikan pelaksanaan pengelolaan risiko cukup efektif, dan (c) tahap ini untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko perubahan ini berdampak pada pergeseran data risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko. Pengukuran Risiko Setelah risiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran risiko untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh informasi yang akan membantu dalam menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya (Darmawi, 2005). Informasi yang dimaksud tersebut berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur (frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi dan keparahan dari kerugian). Masing-masing dimensi yang ingin diketahui tersebut paling sedikit memenuhi : (a) Rata-rata nilainya dalam periode anggaran; (b) Variasi nilai dari suatu periode ke periode anggaran sebelumnya dan berikutnya; (c) Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung sendiri. Pengukuran risiko adalah proses lebih lanjut setelah risiko yang paling krusial teridentifikasi dan dibuatkan daftar risikonya. Tahap pengukuran risiko ini dilakukan untuk mengetahui status risiko dan peta risiko perusahaan. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkatan risiko sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dibandingkan yang lainnya sering disebut dengan status risiko. Sedangkan gambaran dalam bentuk peta yang menunjukkan posisi sebaran risiko perusahaan disebut dengan peta risiko. Dengan diketahui status risiko dan peta risiko kemudian manajemen dapat melakukan penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah terpetakan dalam peta risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan lebih tepat sesuai dengan status risikonya (Kountur, 2008). Pemetaan Risiko Sebelum melakukan penanganan risiko, terlebih dahulu perlu dilakukan pembuatan peta risiko. Pemetaan risiko itu sendiri dilakukan setelah semua risiko diukur baik kemungkinannya maupun dampaknya. Pemetaan risiko digunakan untuk mengetahui letak posisi dari risiko yang dihadapi perusahaan sehingga nantinya dapat digunakan untuk menentukan penanganan risiko yang tepat. Peta risiko menggambarkan posisi risiko pada peta dengan terdiri dari dua sumbu yaitu probabilitas ditunjukkan pada sumbu vertikal dan dampak risiko pada sumbu horizontal (Kountur, 2008). Pada pemetaan risiko, probabilitas menggambarkan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Apabila semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, maka semakin diperlukan perhatian untuk menanganinya. Dan sebaliknya,

33 20 semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan (Kountur, 2008) Dampak risiko itu sendiri merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi apabila risiko yang bersangkutan benar-benar terjadi. Semakin diperlukan perhatian khusus apabila semakin tinggi dampak dari suatu risiko. Sebaliknya, semakin rendah kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan apabila semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko. Layout pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 3. Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Sedang Kecil Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Sedang Besar Dampak (Rp) Gambar 3 Peta risiko Sumber : Kountur (2008) Berdasarkan pada Gambar 3, terdapat empat kuadran utama pada peta risiko, diantaranya : Kuadran I Daerah dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul. Kuadran II Daerah dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran III Daerah yang merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan. Kuadran IV

34 21 Daerah dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan. Pengelolaan Risiko Berdasarkan hasil dari pengukuran risiko dan pemetaan risiko selanjutnya dapat diketahui strategi penanganan risiko yang tepat untuk dilakukan. Terdapat dua macam strategi penanganan risiko (Kountur, 2008), diantaranya : 1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a) membuat atau memperbaiki system prosedur; b) mengembangkan sumber daya manusia; dan c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2. Mitigasi Strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau usaha di beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan sluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. b. Penggabungan Penggabungan ini merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi dengan perusahaan lain. c. Pengalihan risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging. Kerangka Pemikiran Operasional Berkah Flora merupakan salah satu usaha dalam bidang tanaman hias khususnya bunga krisan potong. Berkah Flora dihadapkan pada kendala fluktuasi produksi komoditas bunga krisan potong sehingga mengindikasikan adanya risiko produksi yang akan mengakibatkan fluktuasi produktivitas. Adanya faktor risiko (seperti halnya : karakteristik produksi di sektor pertanian, aktivitas produksi bunga krisan potong sangat bergantung pada faktor

35 22 produksi yang meliputi bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian, intensitas cahaya matahari, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca). Faktor-faktor tersebut mengindikasikan adanya risiko produksi bunga krisan potong. Maka dari itu, perlu adanya upaya untuk mengatasi risiko produksi bunga krisan potong. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan risiko produksi seperti, pengaruh hama dan penyakit tanaman, bibit, intensitas cahaya matahari, cuaca, dan tenaga kerja.kemudian dilakukan analisis risiko untuk mengetahui tingkat risiko yang terjadi pada komoditas bunga krisan potong. Analisis risiko produksi dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan. Selanjutnya mencari alternatif strategi penanganan risiko produksi yang tepat dan efektif bagi perusahan Berkah Flora untuk mengatasi risiko produksi pada bunga krisan potongnya. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4. Perusahaan Bunga Krisan Potong Berkah Flora Fluktuasi produktivitas bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray pada perusahaan Berkah Flora Identifikasi sumber-sumber risiko produksi bunga krisan potong tipe standard dan spray (analisis deskriptif pada aspek produksi) Identifikasi dampak dari sumbersumber risiko produksi (Metode Value at Risk) Identifikasi probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi (Metode nilai standar / z - score) Pemetaan risiko dari hasil perhitungan identifikasi probabilitas dan identifikasi dampak Strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan oleh perusahaan Berkah Flora Implementasi Evaluasi Keterangan : = Batasan yang diteliti Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional penelitian

36 23 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang risiko produksi bunga krisan potong ini dilaksanakan di perusahaan Berkah Flora yang berlokasi di Kampung Munjul, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Penetapan Bogor sebagai daerah penelitian karena Bogor berpotensi menjadi daerah sentra pengembangan budidaya bunga krisan potong. Hal tersebut juga terlihat dari jumlah produksi bunga krisan di Kabupaten Bogor yang rata rata meningkat dari tahun ke tahunnya (Lampiran 3). Pemilihan lokasi penelitian di perusahaan Berkah Flora dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Berkah Flora merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya bunga krisan potong terbesar di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dimana dalam menjalankan usahanya seringkali menghadapi risiko khususnya pada bidang produksi tetapi masih bisa bertahan dalam menjalankan usahanya di Bogor. Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan perusahaan adalah lokasi usaha dekat dengan pasar (tempat konsumen), ketersediaan data yang berkaitan dengan produksi dan kesediaan pihak perusahaan Berkah Flora untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. Waktu pra penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2013 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga September Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang bentuknya berupa keterangan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bukan angka (non numerik). Dalam penelitian ini data kualitatif terdiri dari fakta-fakta berupa data non numerik tentang kegiatan usaha budidaya bunga krisan potong seperti teknis pelaksanan usaha, kondisi usaha, peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam usaha bunga krisan potong, dan hal lainnya yang terkait dengan penelitian. Berbeda dengan data kualitatif, dalam data kuantitatif bentuknya merupakan fakta dan informasi tentang usaha bunga krisan potong yang sudah disusun dan lebih terukur. Data kuantitatif ini berupa data numerik yang terdiri dari informasi tentang data hasil produksi, jumlah penjualan, harga jual bunga krisan potong dan data lain yang berkaitan dengan penelitian. Dilihat dari kategori sumber datanya, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pencatatan, pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data primer digunakan untuk mengetahui keadaan umum kegiatan usaha, proses produksi, kendala yang dihadapi perusahaan, sumber risiko yang ada pada budidaya bunga krisan potong dan mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan perusahaan.

37 24 Data sekunder dalam penelitian seperti luas lahan, harga jual bunga krisan potong tipe standard dan spray, data historis perusahaan, data produksi krisan secara umum, data mengenai perkembangan dan peranan subsektor hortikultura yang diperoleh dari literatur yang ada di perusahaan, buku, artikel, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Ditjen Hortikultura, internet dan literatur yang relevan. Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan pihak pengelola perusahaan. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu disesuaikan dengan subjek yang akan dicari informasinya. Keseluruhan teknik ini digunakan bersamaan dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi perusahaan Berkah Flora. Bentuk-bentuk teknik pengumpulan data, diantaranya : 1. Wawancara dan diskusi yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi (memeriksa kebenaran). Namun wawancara juga diperlukan untuk menggali informasi yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini banyak dilakukan di lingkungan perusahaan Berkah Flora, mulai dari manajer produksi sampai dengan karyawan kebun produksi dan pemanenan bunga krisan potong. Wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang ada dalam usaha budidaya bunga krisan potong, informasi mengenai cara budidaya bunga krisan potong serta strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan perusahaan Berkah Flora. 2. Observasi atau pengamatan yang digunakan untuk penggalian informasi dengan melihat secara langsung suatu proses atau kegiatan yang sulit dijelaskan dengan teknik wawancara. Observasi juga dibutuhkan untuk melihat lebih detil dan spesifik tahapan produksi dan berbagai kendala yang dihadapi perusahaan dalam pembudidayaan bunga krisan potong. Metode Penentuan Responden Pengambilan responden untuk penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Responden dipilih secara sengaja yang berasal dari pihak manajemen / pengelola perusahaan Berkah Flora sebanyak lima orang responden, diantaranya manajer produksi, supervisor produksi, supervisor distribusi / administrasi, karyawan kebun produksi, dan karyawan bagian panen. Pemilihan responden tersebut dengan dasar bahwa responden yang dipilih dianggap mengetahui informasi mengenai faktor yang menyebabkan adanya risiko produksi pada perusahaan serta mengetahui kondisi perusahaan Berkah Flora pada saat ini secara menyeluruh.

38 25 Tabel 5 Pemilihan responden berdasarkan tujuan dari pengambilan data No. Responden Tujuan 1. Manajer Produksi Mendapatkan informasi dan keterangan baik tertulis maupun lisan tentang Standar Operasional Produksi perusahaan. 2. Penanggung jawab Mendapatkan informasi dan keterangan mengenai pembibitan dan kebun operasional / aktivitas produksi. 3. Bagian Distribusi atau Administrasi Mendapatkan informasi dan keterangan input produksi dan pemasaran. 4. Karyawan Kebun Mendapatkan informasi dan keterangan kegiatan Bagian Produksi 5. Karyawan Kebun Bagian Pemanenan produksi di lapang. Mendapatkan informasi dan keterangan mengenai standar kualitas panen, cara pemanenan, dan packing bunga krisan potong. Metode Pengolahan dan Analisis Data Selanjutnya semua data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan Microsoft Excel untuk mengetahui besarnya risiko yang dihadapi dan manajemen risiko yang diterapkan di Berkah Flora. Adapun metode analisis yang digunakan meliputi analisis risiko baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisis risiko produksi dilakukan dengan melihat penyimpangan yang terjadi antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang terjadi. Analisis Sumber Sumber Risiko Analisis kualitatif mengenai sumber sumber risiko dilakukan melalui pendekatan deskriptif yang digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh Berkah Flora untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Penerapan analisis manajemen risiko produksi berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan Berkah Flora secara subjektif dengan tujuan untuk melihat penerapan manajemen risiko produksi tersebut sudah efektif untuk meminimalkan risiko. Pendekatan deskriptif pada proses mengidentifikasi sumber - sumber terjadinya risiko dilakukan dengan diawali kegiatan wawancara dengan pihak perusahaan mengenai permasalahan krusial yang sering dihadapi perusahaan (risiko produksi), kegiatan budidaya yang dilakukan selama ini, kegagalan panen dan sumber - sumber risiko yang sering dihadapi, seberapa besar pengaruh sumber risiko dalam mempengaruhi besarnya jumlah produksi bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray, perbedaan yang terdapat pada tipe standard dengan tipe spray, serta strategi yang telah dilakukan perusahaan dalam mencegah dan menanggulangi risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray. Setelah melakukan pendekatan deskriptif, langkah berikutnya adalah melakukan pengamatan dilapangan dengan melihat sumber sumber risiko apa

39 26 yang sering muncul pada bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray pada setiap kegiatan budidayanya, menghitung seberapa besar penyerangan masing masing sumber risiko yang terjadi pada masing masing tipe bunga krisan potong. Jadi, penentuan sumber sumber risiko pada kegiatan usaha budidaya bunga krisan potong ini dilakukan melalui dua kegiatan yaitu kegiatan wawancara dengan pendekatan deskriptif dikorelasikan dengan hasil pengamatan langsung dilapangan dengan melihat sumber - sumber risiko apa saja yang paling sering muncul dan sering menyerang tanaman bunga krisan potong pada masing - masing tipe yaitu standard dan spray. Kemudian membandingkan sumber sumber risiko tersebut pada masing masing tipe bunga krisan potong di Berkah Flora. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan maka pengukuran risiko dapat dilakukan. Besarnya kemungkinan terjadinya risiko yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi merupakan ukuran pertama dari risiko. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi bunga krisan potong pada tipe standard dan tipe spray berdasarkan data produksi bunga krisan potong kedua tipe pada beberapa siklus terakhir ini. Probabilitas dihitung dengan cara mengidentifikasi banyaknya kehilangan produksi bunga krisan potong yang disebabkan oleh masing masing sumber risiko. Data yang dibutuhkan dalam menghitung probabilitas adalah data jumlah kehilangan produksi yang disebabkan oleh masing masing sumber risiko pada setiap kali panennya. Setelah diketahui jumlah total kehilangan panen pada masing masing sumber risiko kemudian dilakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko. Menurut (Kountur 2008), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko dengan menggunakan metode ini dan aplikasinya pada budidaya bunga krisan potong ini adalah: 1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko (penurunan produksi bunga krisan potong) Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penurunan produksi bunga krisan potong adalah: Dimana: = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko xi = nilai per periode dari kejadian berisiko n = Jumlah data proses produksi bunga krisan potong

40 27 2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko Dimana: s = Standar deviasi dari kejadian berisiko xi = nilai per periode dari kejadian berisiko = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko n = Jumlah data proses produksi bunga krisan potong 3. Menghitung z-score Dimana: z = Nilai z-score dari kejadian berisiko x = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko s = Standar deviasi dari kejadian berisiko Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z = score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal). Penentuan kondisi, batas risiko yang digunakan dalam perhitungan analisis probabilitas berdasarkan perhitungan perusahaan Berkah Flora dengan mengacu pada kejadian yang sebenarnya pada periode sebelumnya. Penentuan batas normal dianggap penting karena nilai probabilitas ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan kehilangan risiko produksi bunga krisan potong yang disebabkan oleh salah satu sumber risiko dari batas normal. 4. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi Setelah nilai z-score dari budidaya bunga krisan potong diketahui, maka selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi bunga krisan potong yang mendatangkan kerugian. Analisis kemungkinan terjadinya risiko dengan metode z score ini dilakukan tidak hanya pada salah satu tipe bunga krisan potong saja atau dilakukan pada total dari kedua tipe bunga krisan potong melainkan analisis ini dilakukan pada masing masing tipe bunga krisan potong. Hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan seberapa besar nilai kemungkinan terjadinya sumber sumber risiko pada masing masing tipe, serta melihat perbandingan urutan besarnya probabilitas sumber sumber risiko pada masing masing tipe bunga krisan potong.

41 28 Analisis Dampak Risiko Dampak kerugian akibat adanya sumber risiko biasanya dihitung dengan satuan mata rupiah. Perhitungan dengan satuan mata rupiah ini bertujuan untuk memudahkan perusahaan dalam mengetahui dan memperkirakan besarnya dampak kerugian yang akan ditanggung perusahaan akibat adanya sumber risiko tersebut. Namun, besarnya nilai kerugian yang ditanggung perusahaan tersebut tidak tepat sama sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi sehingga dibutuhkan penetapan besarnya kerugian dengan suatu tingkat keyakinan. Metode Value at Risk (VaR) merupakan metode yang efektif digunakan dalam menghitung besarnya dampak risiko produksi pada usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora dalam satuan rupiah dengan tingkat kepercayaan tertentu. Tingkat keyakinan yang digunakan pada perhitungan dampak risiko usaha budidya bunga krisan potong ini sebesar 95 persen dan 5 persen sisanya merupakan error. Perhitungan dampak risiko produksi ini dilakukan pada masing masing sumber risiko yang telah teridentifikasi sebelumnya. Beberapa data yang digunakan dalam perhitungan dampak ini adalah data kegagalan panen dari beberapa periode terakhir yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Perhitungan dampak risiko produksi usaha bunga krisan potong Berkah Flora ini dilakukan pada masing masing tipe bunga krisan yaitu tipe standard dan tipe spray. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah penurunan produksi masing masing tipe bunga krisan potong setiap periodenya. Jumlah penurunan tersebut (dari batas normal) kemudian dikalikan dengan harga masing masing tipe bunga krisan potong yang terjadi pada siklus yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada siklus yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing siklus kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR. Berdasarkan Kountur (2008), Nilai VaR dapat dihitung dengan rumus berikut : ( ) Dimana: VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5% s = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko n = Banyaknya kejadian berisiko Analisis dampak risiko dengan metode VaR ini dilakukan tidak hanya pada salah satu tipe bunga krisan potong saja atau dilakukan pada total dari kedua tipe bunga krisan potong melainkan analisis ini dilakukan pada masing masing tipe bunga krisan potong. Hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan seberapa besar nilai dampak kerugian yang ditimbulkan oleh sumber sumber risiko pada masing masing tipe, serta melihat perbandingan urutan besarnya dampak kerugian oleh sumber sumber risiko pada masing masing tipe bunga krisan potong.

42 29 Pemetaan Risiko Sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun sebaliknya (Kountur, 2008). Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 5. Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kecil Kuadran 3 Kuadran 4 Gambar 5 Peta risiko Sumber : Kountur (2008) Kecil Besar Dampak (Rp) Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen sesuai pengalaman dan data pada produksi siklus sebelumnya, tetapi hal ini juga dikorelasikan dengan perhitungan penulis sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan. Batas antara dampak dan probabilitas bernilai besar dan kecil ditentukan dengan membuat rata - rata. Berdasarkan hasil analisis probabilitas masing masing sumber risiko dijumlahkan kemudian dilakukan pembagian rata-rata probabilitas sumber sumber risiko tersebut. Hasil rata rata tersebutlah yang menjadi batas antara probabilitas besar dan kecil. Sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil juga dilakukan dengan hal yang sama yaitu dengan menjumlahkan hasil analisis dampak masing masing sumber risiko kemudian dilakukan pembagian rata-rata dampak sumber sumber risiko tersebut. Hasil rata rata tersebutlah yang menjadi batas antara dampak besar dan kecil. Perhitungan status risiko dan pemetaan risiko ini dilakukan pada masing masing tipe bunga krisan potong agar dapat mengetahui letak posisi sumber risiko serta prioritas sumber sumber risiko yang terjadi pada masing masing tipe bunga krisan potong Berkah Flora. Setelah dilakukan pemetaan dapat dilakukan perbandingan antara peta risiko bunga krisan potong tipe standard dengan tipe spray. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui persamaan dan perbedaan penanganan dalam menghadapi sumber sumber risiko sesuai dengan tingkat prioritas risiko pada masing masing tipe bunga krisan potong.

43 30 Strategi Pengelolaan Risiko Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai dengan sumber sumber risiko produksi yang dihadapi perusahaan pada masing masing tipe bunga krisan potongnya. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu: 1. Penghindaran Risiko (Preventif) Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser menuju kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser menuju kuadran 4 (Kountur 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dilihat pada Gambar 6. Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kecil Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 6 Peta risiko strategi preventif Sumber : Kountur (2008) 2. Mitigasi Risiko Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2008). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 7. Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kecil Gambar 7 Peta risiko strategi mitigasi Sumber : Kountur (2008) Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Besar Dampak (Rp)

44 31 Strategi pengelolaan risiko ini diberikan sesuai dengan sumber sumber risiko yang dihadapi pada masing masing tipe bunga krisan potong serta belum pernah dilakukan oleh perusahaan. Jadi, strategi pengelolaan risiko ini ditujukan agar masing masing tipe bunga krisan potong Berkah Flora mendapatkan perlakuan dan penanganan yang lebih tepat sesuai dengan prioritas sumber sumber risiko yang dihadapi pada masing masing tipe bunga krisan potongnya. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan Berkah Flora merupakan usaha yang bergerak dalam bidang pembudidayaan bunga potong khususnya bunga krisan. Pemilik usaha bunga krisan potong Berkah Flora ini adalah Bapak Surip. Pada awalnya, sekitar tahun 2005 Bapak Surip memilih menjalankan usahanya dalam bidang budidaya ikan lele dengan kolam terpal. Namun, usaha dalam budidaya ikan lele tersebut mengalami kegagalan setelah dua tahun berjalan. Dan pada akhir tahun 2007, Bapak Surip memutuskan untuk mengganti komoditas usaha bisnisnya menjadi budidaya bunga krisan potong. Awal mulanya, nama pertama yang digunakan oleh Bapak Surip dalam usahanya adalah Swastika Jaya. Setelah usaha ini berjalan kurang lebih selama empat tahun, nama tersebut diganti menjadi Berkah Flora berdasarkan atas kesepakatan kerjasama yang dilakukan oleh Bapak Surip dengan rekannya yang memiliki pengalaman dalam bidang bisnis tanaman hias yaitu Bapak Ketut. Berkah Flora ini sendiri terletak di Jalan Pondok Gede RT 01/04 Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Desa Sukamanah merupakan salah satu desa unggulan dari sebelas desa yang ada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Perusahaan Berkah Flora ini sendiri terletak di daerah dengan dataran sedang tinggi dengan ketinggian sekitar 700 mdpl dan suhunya berkisar antara 20 C - 25 C. Jika dilihat berdasarkan letak geografisnya, Berkah Flora berbatasan dengan beberapa tempat diantaranya Kampung Pondok Gede dan sawah (sebelah utara); Puri Siti (sebelah selatan); Peternakan Ayam Agro Berkah Manunggal (sebelah barat); dan Saung Andung (sebelah timur). Berkah Flora dalam mewujudkan tujuannya harus mempunyai visi dan misi yang jelas. Visi dari Berkah Flora adalah Menjadikan Berkah Flora sebagai produsen bunga krisan potong yang tangguh dan terbesar di Indonesia. Visi dari perusahaan juga tidak terlepas dari Misi perusahaan itu sendiri, diantaranya : 1. Melakukan pembelajaran guna meningkatkan kualitas dan kuantitas bunga krisan potong 2. Menjamin kualitas dan kontinuitas ketersediaan bunga krisan potong kepada pelanggan 3. Meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan dan perusahaan Bisnis utama yang dijalankan oleh Berkah Flora yaitu usaha bunga krisan

45 32 potong saja. Selain bunga krisan, Berkah Flora tidak membudidayakan bunga potong yang lainnya sebagai sampingannya. Bunga krisan potong yang dibudidayakan oleh Berkah Flora terdapat dua macam tipe yaitu krisan tipe standard an krisan tipe spray dengan varietas, dan bentuk yang beragam. Organisasi dan Manajemen Perusahaan Posisi dan wewenang / tugas yang menjadi tanggung jawab masing masing karyawan dapat dilihat dengan jelas pada struktur organisasi perusahaan Berkah Flora. struktur organisasi pada perusahaan Berkah Flora ini termasuk dalam struktur organisasi yang sederhana karena jumlah karyawan yang dimiliki oleh perusahaan relatif sedikit dan spesialisasi dalam pembagian kerja yang masih relatif rendah. Struktur organisasi perusahaan Berkah Flora dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini: Direktur Direktur Operasional Manajer Pemasaran Manajer Produksi Manajer Pemeliharaan Bagian Accounting Bagian Distribusi Penganggung Jawab Pembibitan Penganggung Jawab Kebun Karyawan Kebun Gambar 8 Struktur organisasi pada perusahaan Berkah Flora tahun 2013 Jika dilihat pada struktur organisasi tersebut, masing masing karyawan telah mempunyai tanggungjawab yang jelas sesuai dengan posisi masing masing. Namun, pada saat pengaplikasian kerja di lapangan, para pekerja saling membantu antar bagian agar nantinya terjadi koordinasi yang baik antar karyawan dalam memproduksi bunga krisan potong. Tugas dan wewenang pada masing masing karyawan Berkah Flora diantaranya sebagai berikut :

46 33 1. Direktur Utama Direktur utama pada perusahaan Berkah Flora memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan strategi yang akan dijalankan yaitu mengawasi serta mengelola jalannya kegiatan perusahaan secara menyeluruh dan membuat kebijakan dan keputusan yang sifatnya strategis untuk perusahaan 2. Direktur Operasional Direktur operasional merupakan salah satu bagian yang vital dalam strutur organisasi Berkah Flora. Direktur operasional bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang berhubungan dengan perusahaan serta mengatur pemberian gaji yang akan diberikan kepada karyawan. 3. Manajer Pemasaran Tugas dari manajer pemasaran pada Berka Flora adalah melakukan antisipasi terhadap perubahan pasar yang terjadi pada bunga krisan potong, melakukan koordinasi dengan bidang operasional untuk mengetahui jumlah bunga krisan yang tersedia, mengambil tindakan dalam penetrasi pasar, menjaga hubungan baik dengan konsumen, mengajukan biaya promosi dan biaya lain yang berhubungan dengan pemasaran, serta mengontrol pengiriman produk dari kebun ke kantor pusat ataupun langsung kepada konsumen. 4. Manajer Produksi Manajer produksi bertugas untuk membuat perencanaan jangka panjang maupun jangka pendek terhadap produksi bunga krisan yang akan dihasilkan, mengawasi jalannya proses produksi, dan bertanggung jawab terhadap hasil produksi bunga krisan potong yang nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada Direktur Operasional 5. Manajer Pemeliharaan Bagian pemeliharaan merupakan bagian yang melakukan pemeliharaan terhadap seluruh peralatan serta investasi yang dimiliki oleh perusahaan Berkah Flora. 6. Accounting Bagian accounting bertanggung jawab terhadap pencatatan secara terperinci pada arus kas perusahan seperti membuat laporan bulanan keuangan, membuat surat jalan pendistribusian, dan melakukan koordinasi dengan bagian operasional dan perusahaan. 7. Bagian Distribusi Bagian distribusi bertugas dalam melakukan pengiriman bunga langsunga kepada pelanggan serta floris floris. Tugas dari bagian distribusi adalah menjamin waktu pengiriman barang dari perusahaan kepada pelanggan, melakukan pengawasan terhadap distribusi produk yang dilakukan perusahaan, dan membina hubungan baik antara perusahaan dan pelanggan. 8. Penanggung Jawab Kebun Penanggung jawab kebun merupakan seseorang yang bertugas memantau secara langsung seluruh kegiatan bisnis mencakup pengawasan terhadap kinerja seluruh pekerja kebun yang berada di Berkah Flora. 9. Pekerja Harian Pekerja harian merupakan pekerja yang membantu kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab green house. Adapun tugas daripekerja harian ini diantaranya adalah melakukan penanaman bibit, pemeliharan,

47 34 pemanenan, mencatat hasil panen, pascpanen, sortasi, grading, dan pembungkusan. 10. Pekerja Lepas Pekerja lepas bertugas dalam membanty kegiatan kegiatan yang hanya dilakukan pada periode tertentu, seperti perawatan greenhouse. Sumber Daya Perusahaan Sumber Daya Fisik Sumberdaya fisik merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi perusahaan dalam mengusahakan dan menjalankan kegiatan operasionalnya. Sumber daya fisik tersebut terdiri dari keseluruhan alat alat dan sarana yang dimiliki perusahaan Berkah Flora. Rincian beberapa sumberdaya fisik yang digunakan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sumber daya fisik pada perusahaan Berkah Flora No. Sumber Daya Fisik Jumlah (Unit) 1 GH untuk indukan 5 2 Propagation 3 3 GH untuk produksi bunga 35 4 Traktor 1 5 Selang Cangkul 2 7 Kored 7 8 Gunting Bunga 6 9 Toren Pompa air 1 11 Cool Storage 2 12 Ruang Kantor 1 13 Mess karyawan 1 14 Koperasi 1 15 Dapur 1 16 Peralatan Dapur 1 17 Ruang Pengemasan 1 18 Mobil cool box 1 19 Mesin fax 1 20 Meja Kerja 3 21 Komputer 2 22 Printer 2 Sumber : Berkah Flora (2013) Luas lahan yang dimiliki oleh Berkah Flora yaitu 1,5 Ha. Berdasarkan pada tabel diatas, jumlah total green house yang digunakan untuk memproduksi bunga krisan potong adalah 48 green house. Luas green house Berkah Flora rata rata kurang lebih berukuran 201,5 meter 2.

48 35 Sumber Daya Permodalan Modal utama dalam menjalankan bisnis bunga krisan potong ini diperoleh dari Bapak Surip selaku pemilik perusahaan. Modal utama tersebut digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan operasional dan investasi perusahaan. Pada awal usaha ini dibentuk menelan biaya kurang lebih sebesar Rp Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor sumber daya yang penting bagi keberlangsungan usaha. Sumber daya manusia ini memberikan pengaruh dan kontribusi secara langsung bagi perusahaan. Sumber daya manusia secara tidak langsung merupakan asset bagi perusahaan sehingga perusahaan harus tepat dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan sumber daya manusia yang diperlukan perusahaan sesuai dengan kemampuan perusahaan serta perusahaan harus bisa memepertahankan dan mengembangkan keterampilan dari sumber daya manusianya agar dapat bertahan dan bersaing dalam bisnis bunga krisan potong. Operasional Kegiatan Pengadaan Bahan Baku Bahan baku merupakan input terpenting dalam proses budidaya bunga krisan potong. Bahan baku dalam pembudidayaan bunga krisan potong ini berupa bibit. Pada awal menjalankan usaha ini, perusahaan membeli bahan baku berupa indukan berbentuk rooting kepada PT Saung Mirwan. Dari indukan tersebut kemudian dikembangkan melalui perbanyakan secara vegetatif dengan dilakukan stek. Perbanyakan ini dimaksudkan agar perusahaan dapat memproduksi sendiri bibit bibit yang nantinya akan digunakan dalam produksi krisan potong selanjutnya. Indukan (Mother plant) sebagai sumber bibit untuk pembudidayaan bunga potong dimana perawatannnya dengan dilakukan penyinaran setiap 4 jam di malam hari selama 5 bulan. Stek yang telah diambil dari tanaman induk (mother plant) terlebih dahulu dilakukan pengakaran dalam kondisi pemberian lampu selama 4 jam pada malam hari. Panjang stek pada umumnya 5 10 cm (3 ketiak daun). Setelah hari di tempat pengakaran, kemudian bibit sudah dapat ditanam diareal tanam. Selain bibit, bahan baku lain yang tidak kalah penting dalam menjaga kesuburan tanah adalah pupuk. Perusahaan biasa membeli pupuk kandang kepada PT Agro Berkah Manunggal dengan harga Rp 4000/ karung dengan bobot per karung. Pupuk kandang ini sebagai pupuk alami yang digunakan untuk meningkatkan unsur hara tanah dan menjaga kesuburan tanah. Pembuatan Rumah Naungan Pembudidayaan bunga krisan potong ini membutuhkan rumah naungan / green house yang bertujuan untuk menghindari tanaman dari angin kencang dan air hujan secara langsung yang dapat memicu serangan hama, penyakit dan kerusakan fisik bunga. Proses budidaya bunga krisan dilakukan dengan menggunakan green house yang berukuran sedang dengan konstruksi bambu.

49 36 Tinggi green house tanaman sangat berpengaruh terhadap perbedaan suhu yang ada diluar dan didalam. Sedangkan untuk ukuran lebar dan panjang green house tergantung dari jenis bahan yang digunakan serta keadaan kontur lahan Berkah Flora. Proses Budidaya Bunga krisan merupakan salah satu tanaman semusim serta tanaman yang tidak tahan kekeringan tetapi krisan tidak tahan terhadap terpaan hujan. Proses budidaya bunga krisan potong yang dilakukan oleh Berkah Flora dapat dilihat pada Gambar 9. Persiapan Lahan Penanaman Pemeliharaan Pemanenan Penanganan Pasca Panen Gambar 9 Skema proses produksi bunga krisan potong 1. Persiapan lahan Hal pertama yang dilakukan dalam melakukan persiapan lahan adalah melakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan dilakukan dengan mencabut tanaman sisa panen dan gulma dengan kored. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari timbulnya hama dan penyakit dari proses pembusukkan tanaman sisa produksi pada periode produksi sebelumnya. Kedua, dilkakukan kegiatan penggemburan tanah. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membalik tanah agar tanah menjadi subur kembali. Dalam proses penggemburan tanah ini dibutuhkan pupuk kandang kg/m 2 yang dicampur dengan tanah. Pupuk ini ditebar di atasa lahan kemudian diolah menggunakan traktor tangan. Lahan yang sudah diberi pupuk dan diolah selanjutnya didiamkan selama satu minggu. Ketiga, pengecekan ph tanah. Pengecekan ph dilakukan agar tingkat keasaman tanah stabil yaitu Bila hasil pengecekan ph tanah rendah maka diperlukan kapur Dolomit dengan dosis 50 gram/m 2 (ph yang ingin dicapai kisaran ). Keempat, Pembuatan bedengan. Setelah satu minggu laha diistirahatkan, selanjutnya lahan akan dibuat menjadi bedengan bedengan dengan lebar 1 meter dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan dimana

50 37 pada umumnya panjang bedengan di perusahaan Berkah Flora sekitar 30 meter. Sedangkan tinggi bedengan tersebut adalah cm dan lebar saluran 0,5 meter. Dalam 1 green house yang dimiliki Berkah Flora terdapat 4 bedengan. Bedengan bedengan tersebut selanjutnya disiram dengan air dan diberikan pupuk NPK Ponska untuk meningkatkan kandunga unsur hara tanah. Dosis pemberian pupuk NPK Ponska adalah gr/m 2. Layout bedengan dalam 1 green house dapat dilihat pada Gambar m 0,5m 30m 31 m Gambar 10 Layout bedengan pada setiap green house di Berkah Flora Kelima, pembuatan pembatas tanaman. Pembuatan pembatas tanam dilakukan dengan menggunakan tali yang dibentuk kotak kotak menyerupai jarring dengan ukuran 10 cm x 10 cm dipasang mengikuti lebar dan panjang bedeng. Jaring ini bertujuan untuk menyangga / menopang tanaman krisan dewasa dan sebagai pembatas tanaman serta memudahkan dalam perhitungan bibit yang akan ditanam. Satu jalur bedengan terdiri dari 10 kotak jaring. Namun, dalam satu jalur tersebut dapat diisi dengan bibit krisan. Penanaman bibit dalam jumlah lebih bertujuan apabila nanti terdapat bibit mati maka kelebihan bibit tersebut dapat digunakan sebagai cadangan / penyulaman mengingat tanaman bunga krisan merupakan salah satu jenis komoditas yang mudah rusak. 2. Penanaman Penanaman bunga krisan potong pada Berkah Flora dilakukan pada pagi atau sore hari. Kegiatan utama yang harus diperhatikan pada saat proses penanaman yaitu pembuatan lubang tanam dan penanaman bibit. Pertama, pembuatan lubang tanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan kedalaman sekitar 3-5 cm dengan menggunakan kayu kecil atau bambu kecil yang dibuat agak runcing. Kedua, penanaman bibit. Bibit ditanam ke dalam lubang dan ditutup kembali dengan tanah. Bibit yang sudah ditanam kemudian dilakukan penyiraman tanman yang disesuaikan dengan kondisi tanah. Penyiraman harus merata dan sampai basah penuh. Selanjutnya dilakukan pemberian kode pada setiap bedengan meliputi jenis bibit yang ditanam dan tanggal

51 38 penanaman agar mempermudah proses pemeliharaan dan panen selanjutnya. 3. Pemeliharaan Proses seanjutnya adalah kegiatan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan bunga krisan potong ini terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya penyiraman, pemupukan, penyinaran tambahan, penyiangan gulma, perompesan, pewiwilan, serta pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan pemeliharaan pertama yang dilakukan adalah kegiatan penyiraman. Penyiraman dilakukan pada saat pagi dan sore hari dengan kebutuhan air 5-7 liter/m 2 disesuaikan dengan suhu udara pada hari tersebut. Bunga krisan merupakan jenis tanaman yang tidak tahan kekeringan tetapi tidak tahan pula terhadap terpaan air hujan yang tinggi. Suhu yang cocok untuk tanaman krisan khususnya di daerah tropis seperti Indonesia adalah suhu C dan kelembapan sekitar sekitar 70 80% untuk tanaman muda sampai tua. Kedua, kegiatan pemupukan. Pemupukan menggunakan 2 jenis pupuk yaitu pupuk alami dan pupuk kimia. Pada awalnya diberikan pupuk alami terlebih dahulu, kemudian pupuk kimia diberikan setelah usia tanaman tujuh hari setelah tanam. Pupuk kimia ini mempunyai suhu yang lebih panas dibandingkan pupuk alami sehingga tanaman yang masih muda dan relative belum bisa beradaptasi tersebut tidak diberikan langsung pupuk kimia pada tahap awal pemupukan. Ketiga, pencahayaan atau penyinaran tambahan. Kegiatan ini dilakukan saat tanaman berumur 1 4 minggu setelah tanam. Penyinaran ini dimaksudkan untuk merangsang pembentukan bunga karena pada dasarnya bunga krisan ini berasal dari daerah subtropis dengan paparan sinar yang tidak terlalu terik dengan suhu yang hangat sehingga penyinaran ini sangat dibutuhkan oleh bunga krisan. Penyinaran dilakukan pada pukul dengan lampu 100 Watt. Lampu dipasang dengan posisi menggantung sepanjang 3 meter dari permukaan tanah dengan jarak pemasangan setiap lampu 2 meter. Keempat, kegiatan penyiangan gulma. Kegiatan ini dilakukan dengan membersihkan lahan tanaman dan disekitar bedengan dari gulma dan tanaman pengganggu (rumput dan jamur) dengan menggunakan kored. Kelima, kegiatan perompesan. Perompesan merupakan kegiatan membuang atau memetik tiga daun terbawah pada batang bunga krisan dengan ciri daun yang sudah mulai mongering. Keenam, pewiwilan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memetik tunas samping yang tumbuh pada tanaman krisan pada saat tanaman berumur 60 hari. Pewiwilan bertujuan agar asupan nutrisi pada tanaman akan tercurah pada bunga utamanya saja. Ketujuh, pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit ini dilakukan dengan cara yang berbeda beda tergantung pada jenis dari hama dan penyakit yang sedang mengenai bunga krisan potong tersebut. Pengendalian hama dan penyakit pada bunga krisan Berkah Flora ini dilakukan dengan cara yang alami (misalnya : memangkas daun yang terserang karat) dan bisa dengan cara kimiawi (dengan menggunakan pestisida).

52 39 4. Pemanenan Pemanenan bunga krisan dapat dilakukan setelah umur tanam mencapai 14 minggu. Waktu yang baik untuk melakukan pemanenan bunga krisan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, hal itu dikarenakan temperatur udara di dalam green house belum terlalu tinggi. Pada perusaahan bunga krisan sendiri melakukan pemanenan sebanyak 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari rabu dan jumat. Pemanenan biasanya dilakukan di pagi hari, namum tidak menutup kemungkinan pemanenan bunga krisan dilakukan di siang atau sore hari dan karena adanya permintaan mendadak dari konsumen sehingga perlu dilakukan pemanenan mendadak yang tidak sesuai dengan waktu yang ada. Sebelum pemanenan biasanya pihak pemasaran menginformasikan kriteria seperti apa yang harus dipanen. Kriterianya mencakup grade, varietas, serta jumlah yang diminta oleh konsumen. Saat pemanenan berlangsung, petugas panen harus memperhatikan kadar air pada bunga. Bunga tidak boleh dalam keadaan basah agar kertas poncong tidak basah pada saat packing berlangsung. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pemanenan berlangsung, diantaranya : a. Ciri dan umur panen Umur tanam mencapai 14 minggu atau hari adalah saat dimana mulai dilakukan pemanenan terhadap bunga krisan potong. Criteria panen untuk bunga krisan standar sebaiknya bunga mencapai kondisi mekar sempurna. Namun perlu di garis bawahi bahwa yang dimaksudkan mekar sempurna itu adalah yang sesuai dengan standar grade A bukan bunga yang terlalu mekar, karena bunga yang terlalu mekar kelopak bunganya menjadi mudah rontok dan hal tersebut mengakibatkan harga jual bunga tersebut menurun. Kondisi mekar sempurna tersebut berkisar anatara persen. b. Cara panen Saat melakukan pemanenan biasanya dikoordinir oleh seorang koordinator produksi yang bertanggungjawab terhadap grade yang harus dipanen dan jumlah bunga yang harus dipanen serta GH yang sudah siap dipanen. Bunga yang sudah sesuai dengan grade yang diminta dicabut sampai ke akar dan dikumpulkan lalu diikat dalam satu ikatan yang berisi 10 tangkai bunga. Sebelum diikat, bunga terlebih dahulu dipotong sesuai dengan kayu yang sudah dipersiapkan dan disesuaikan ukurannya. Bunga yang sudah dicabut kemudian dipotong menggunakan gunting bunga untuk menyamakan panjangnya. Setelah itu, bunga diikat dengan karet gelang pada bagian ujung bawahnya. Setelah diikat dan ikatan sudah terkumpul banyak, bunga krisan tersebut diangkut dan dibawa ke saung (tempat packing bunga krisan). 5. Penanganan Pasca Panen a. Pembungkusan (packing) Pembungkusan dilakukan dengan menggunakan kertas poncong untuk tipe standar dengan membungkus satu per satu bungany. Setelah semua bunga dalam ikatan terbungkus maka satu ikat bunga tersebut

53 40 dibungkus dengan menggunakan kertas HVS. Bunga tipe standar yang diponcong adalah bunga yang memiliki grade A dan B. Sebelum dibawa ke tempat penyimpanan, bunga bunga yang telah diponcong tersebut dihitung terlebih dahulu dan dilaporkan menurut varietas, grade, serta jumlah yang dipanen. b. Penyimpanan Bunga krisan potong yang telah dibungkus kemudian diangkut ke tempat penyimpanan yaitu cool room yang di dalamnya terdapat tiga buah bak yang berukuran 5 x 1 m 2. Bak tersebut diisi air 5 10 cm. Air dalam bak tersebut diganti setiap hari untuk menjaga kesegaran bunga. Jika batang ujung bawah bunga sudah mulai membusuk maka batang bunga akan dipotong setinggi bagian yang busuk. Cool room difasilitasi dengan 2 unit Air Conditioner (AC). c. Sortasi dan Grading Tidak semua hasil panen dapat dipasarkan, namun harus disortir / dipisahkan terlebih dahulu dari produk yang kurang baik. Standar mutu yang digunakan Berkah Flora adalah secara umum seperti tangkai bunga tidak bengkok, besar tangkai proporsional dengan tangkai yang bersih dari serangan hama dan penyakit. Pada perusahaan Berkah Flora, tahap sortasi dan grading dilakukan oleh petugas panen bunga krisan. Tahap ini dilakukan untuk memastikan bahwa grade yang dipanen sudah memenuhi permintaan pasar. Sortasi dilakukan untuk memisahkan produk yang layak dijual dan nantinya akan dibagi menjadi beberapa grade. Pada umumnya, bunga krisan potong dibagi menjadi tiga grade yaitu grade A, grade B dan grade CK. Perusahaan Berkah Flora tidak memberikan proporsi pada masing masing grade bunga karena perusahaan fokus dan lebih menginginkan bunga krisan yang diproduksi nantinya bisa masuk dalam grade A. Namun, jika ada bunga saat sortasi tidak bisa masuk ke grade A maka sisa bunga yang tidak masuk grade A tersebut barulah dimasukkan perusahaan pada grade B dan CK. d. Pengiriman (Distribusi) Pengiriman bunga krisan potong pada perusahaan Berkah Flora ini dilakukan pada sore hari dengan alasan agar kondisi bunga masih dalam keadaan segar pada saat dikirim ke tangan konsumen. Ada beberapa konsumen yang mengambil sendiri bunga krisan potong dengan langsung datang ke tempat perusahaan Berkah Flora, namun jika konsumen berada jauh dari tempat produksi dan penjualan maka Berkah Flora menyediakan jasa antar bunga dengan biaya transportasi ditanggung konsumen. Pemasaran Bunga Krisan Potong Kegiatan pemasaran tak terlepas dari teori bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi,dan promosi. Empat bauran pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan Berkah Flora dalam proses kegiatan pemasaraanya, diantaranya :

54 41 1. Product (Produk) Produk yang dihasilkan oleh perusahaan Berkah Flora adalah 10 varietas bunga krisan tipe standard an 16 varietas bunga krisan tipe spray. Varietas bunga krisan yang menjadi unggulan dan permintaan yang paling banyak adalah Fiji White dan Fiji Yellow. Varietas bunga krisan potong pada perusahaan Berkah Flora dijelaskan secara rinci pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Varietas bunga krisan potong pada perusahaan Berkah Flora Tipe Standar Tipe Spray 1. Fiji White 1. Reagent White 11. Puma White 2. Fiji Yellow 2. Ellen Van Langen 12. Puma Yellow 3. Fiji Pink 3. Reagen Yellow 13. Puma Green 4. Salju 4. Towntalk 14. Puma Purple 5. Diamond Pink 5. Lineker Pink 15. Remix Red 6. Jaguar Red 6. Stroika 16. Aster Pink 7. Jaguar Purple 7. Reagent Splendid 8. Samrock 8. Reagent Orange 9. Pingpong White 9. Lerbin 10. Pingpong Yellow 10. Reagen Salmon Sumber : Berkah Flora (2013) 2. Price (Harga) Perusahaan Berkah Flora menetapkan harga sesuai dengan harga yang berlaku di pasaran dan cenderung stabil mengikuti trend permintaan pada bulan bulan islam. Permintaan yang naik dan turun akan selaras dengan perubahan harga jual. Oleh karena itu, harga jual bunga krisanpotong Berkah Flora bisa berubah mengikuti trend permintaan. Tabel 8 menunjukkan harga yang ditetapkan oleh perusahaan Berkah Flora berdasarkan tipe bunganya. Harga jual bunga krisan potong grade A Berkah Flora dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Harga jual bunga krisan potong grade A pada perusahaan Berkah Flora No. Trend Permintaan Tipe Bunga Harga per ikat (Rp) Standar Meningkat / Tinggi Spray Standar Normal / Stabil Spray Standar Menurun / Rendah Spray Sumber : Berkah Flora (2013) Terdapat dua sistem pembayaran yang dilakukan atara perusahaan Berkah Flora dengan konsumennya yaitu dengan sistem tunai dan sistem gantung. Pembayaran secara tunai ditujukan untuk para pelanggan baru atau konsumen dari rumah tangga yang intensitas pembeliannya sedikit. Sedangkan sistem gantung atau pembayaran yang dilakukan satu bulan

55 42 kepada pelanggan lama yang melakukan pemesanan secara kontinyu serta memiliki hubungan yang baik dengan perusahaan Berkah Flora. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pembayaran bagi pihak pelanggan sehingga dapat tercipa kerja sama jangka panjang. 3. Place (Distribusi) Lokasi kebun bunga krisan perusahaan Berkah Flora berada pada wilayah yang strategis dimana letaknya tidak jauh dari jalan utama desa dan mempunyai akses transportasi yang baik. Perusahaan Berkah Flora memasarkan produknya ke daerah Jakarta, Bogor, dan Surabaya. 4. Promotion (Promosi) Dilihat dari sisi promosi, perusahaan Berkah Flora hanya melakukan promosi sebatas menginformasikan kepada konsumen dan masyarakat melalui media sosial seperti jejaring sosial dan brosur mengenai jumlah ketersediaan bunga krisan potong dalam berbagai varietas jenis dan warnanya dengan kualitas yang bagus. Selain itu, Berkah Flora juga sering mengikuti acara acara sosial dan pameran yang sering diadakan oleh kantor kelurahan, kecamatan dan instansi instansi terkait. PEMBAHASAN Identifikasi Sumber Sumber Risiko Berkah Flora dalam menjalankan usaha budidaya bunga krisan potong ini dihadapkan pada berbagai masalah risiko produksi. Hal pertama yang dilakukan dalam menganalisis risiko produksi adalah melakukan identifikasi sumber risiko produksinya. Proses identifikasi ini sangat diperlukan untuk mengetahui apa saja yang menjadi sumber sumber risiko produksi pada budidaya bunga krisan potong ini. Identifikasi risiko produksi dilakukan melalui kegiatan pengamatan langsung proses produksi di lokasi usaha mulai dari pemerolehan bibit sampai dengan pasca panen. Selain itu, kegiatan wawancara dan pengumpulan data laporan produksi dari perusahaan juga merupakan sarana pendukung dalam kegiatan identifikasi risiko di lokasi usaha. Berdasarkan hasil dari proses identifikasi risiko budidaya bunga krisan potong Berkah Flora, ditemukannya beberapa hal yang teridentifikasi sebagai faktor - faktor yang mempengaruhi risiko produksi bunga krisan potong diantaranya adalah hama, penyakit, cuaca, sumber daya manusia (tenaga kerja), binatang, arus listrik, penduduk sekitar lokasi usaha. Faktor faktor ini dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang menjadi sumber risiko dan faktor pendukung terjadinya risiko. Beberapa faktor yang termasuk dalam faktor pendorong terjadinya risiko diantaranya binatang, kematian arus listrik, dan penduduk sekitar lokasi usaha. Ketiga faktor tersebut dikategorikan dalam faktor

56 43 pendorong dikarenakan berbagai alasan sebagai berikut : 1. Binatang Binatang yang dimaksud dalam faktor pendorong ini adalah anjing. Perusahaan Berkah Flora memiliki dua anjing yang digunakan sebagai penjaga sekitar lokasi usaha. Tujuan perusahaan dalam memanfaatkan anjing ini adalah untuk melakukan pencegahan terhadap kegiatan pencurian di sekitar lokasi budidaya bunga krisan Berkah Flora. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan menyatakan bahwa saat tiba waktu tertentu, anjing anjing tersebut memanggil beberapa anjing lain sehingga ketika beberapa anjing lain itu datang dapat merusak bunga krisan yang masih ditanam di dalam green house. Hal ini bisa terjadi karena pada saat kejadian beberapa anjing tersebut melewati bunga krisan yang terdapat pada green house yang sedang dalam masa perbaikan. Namun, kerusakan yang diakibatkan adanya serangan dari beberapa anjing tersebut tidak memberikan dampak langsung terhadap kegagalan proses produksi karena kejadian tersebut tidak sampai menyebabkan kematian pada bunga krisan yang sedang ditanam. 2. Kematian arus listrik Kematian arus listrik ini termasuk dalam faktor pendorong risiko karena pada saat listrik sekitar lokasi usaha padam, maka proses penyinaran tambahan (dengan menggunakan bantuan lampu) pada bunga krisan akan terhambat. Kegiatan penyinaran tambahan ini sangat dibutuhkan bunga krisan ketika berumur 1 4 minggu setelah ditanam. Penyinaran ini berfungsi untuk merangsang pembentukan bunga. Jadi, saat terjadinya pemadaman arus listrik maka akan menghambat pertumbuhan pembentukan bunga tetapi hal ini tidak berdampak langsung pada kegagalan proses produksi melainkan berdampak pada kemunduran jadwal panen. 3. Penduduk sekitar lokasi usaha Penduduk sekitar lokasi usaha yang dimaksud dalam faktor pendorong ini adalah anak anak kecil yang sering kali mengejar layang layang putus. Anak anak ini menjadi faktor pendorong karena anak anak tersebut sering kali menerobos lokasi budidaya yang pada saat itu tidak ada karyawan dengan tujuan mempercepat jalan dalam pengejaran layang layang tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari faktor pendorong ini adalah kerusakan jaring jaring tanaman yang digunakan sebagai penegak tanaman sehingga banyak tanaman yang hampir rubuh. Namun, faktor pendorong dari penduduk sekitar ini tidak sampai menyebabkan kegagalan panen karena bunga krisan yang ditanam hanya rubuh tidak sampai terjadi kematian pada tanaman. Faktor faktor yang teridentifikasi menjadi sumber risiko dan berpengaruh besar pada budidaya bunga krisan potong ini diantaranya adanya serangan hama, penyakit, perubahan cuaca, dan sumber daya manusia (tenaga kerja). Penentuan sumber risiko produksi dalam budidaya bunga krisan potong ini dilakukan salah satunya dengan cara melihat dan menghitung jumlah kematian tanaman bunga krisan sesuai dengan ciri - ciri yang ditimbulkan oleh masing masing sumber risiko tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan langsung dilokasi budidaya, jumlah kematian yang paling sering terjadi diakibatkan oleh hama, penyakit, cuaca dan tenaga kerja. Jadi, penentuan sumber sumber risiko pada

57 44 budidaya bunga krisan potong ini dilakukan berdasarkan hasil pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Berikut ini uraian penjelasan mengenai sumber sumber risiko produksi pada budidaya bunga krisan potong sesuai dengan indikator penentuan masing masing sumber risiko produksi pada perusahaan Berkah Flora : 1. Serangan Hama Serangan hama merupakan salah satu faktor yang menjadi sumber risiko produksi yang paling sering dihadapi dalam budidaya bunga krisan potong ini. Hal ini disebabkan oleh karakteristik bunga krisan yang rentan terhadap serangan hama. Serangan hama ini menjadi salah satu sumber risiko pada budidaya bunga krisan potong ini karena serangan hama memberikan dampak langsung terhadap kegagalan proses produksi seperti kerusakan tanaman sampai menyebabkan kematian. Beberapa hama yang sering menyerang bunga krisan Berkah Flora adalah : a. Thrips (Thrips parvispinus karny) Bagian tanaman yang biasa diserang oleh hama Thrips adalah daun bagian bawah atau didalam jaringan tanaman secara terpencar. Bunga krisan yang masih muda lebih sering diserang oleh hama ini sehingga bisa menyebabkan kerusakan sampai kematian pada bunga krisan. Pada musim kemarau, hama Thrips mulai berkembang banyak populasinya. Indikator tanaman yang terserang hama Thrips adalah pucuk daun dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun. Gambar 11 Serangan Hama Thrips b. Tungau Merah Hama tungau merah ini merupakan hama yang berukuran sangat kecil tetapi masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Indikator tanaman yang terserang hama tungau merah adalah jika dilihat dengan mata telanjang hama ini berwarna kecoklatan, daun yang diserang hama ini berwarna kuning kecoklatan, terpelintir, dan bercak bercak kuning sampai kecoklatan.

58 45 Gambar 12 Serangan Hama Tungau Merah c. Leaf miner Leaf miner merupakan jenis hama penggorok daun yang biasanya menyerang bagian daun. Indikator tanaman yang terserang hama Leaf miner adalah daun bunga krisan menjadi layu dan berubah warna menjadi coklat. Gambar 13 Serangan Hama Leaf miner d. Whitefly Hama Whitefly ini sering disebut dengan Bemisia. Hama ini menyerang tanaman dengan cara menusuk serta menghisap cairan sel sel daun dan batang. Indikator tanaman yang terserang hama Whitefly adalah biasanya di bawah daun, batang tanaman dan di akar tanaman ditemukan ada kutu putih berupa serangga yang menempel. Selain itu, tanaman bunga krisan terlihat keriput pada bagian daun dan batangnya. e. Appids Penyebab utama kerusakan tanaman bunga krisan oleh hama Appids adalah air seni hama yang mengenai daun daun bunga krisan sehingga daun tersebut berubah warna. Air seni hama ini mengandung gula sehingga dapat menimbulkan jamur pada daun. Indikator tanaman yang terserang hama Appids adalah daun tanaman yang berubah menjadi hitam.

59 46 Gambar 14 Serangan Hama Appids f. Ulat Grayak Hama ulat ini terlihat berwarna coklat tua. Serangan yang dilakukan oleh ulat ini biasanya dilakukan pada malam hari, sedangkan pada siang hari biasanya ulat ini bersembunyi di dalam tanah. Indikator tanaman yang terserang hama Ulat Grayak adalah biasanya bagian tanaman yang diserang hama ini terlihat habis dimakan ulat (berlubang atau bergerigi). Bagian tanaman yang sering diserang adalah daun, tunas dan mahkota bunga krisan. Gambar 15 Serangan Hama Ulat Grayak Pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora sama sama ditemukan adanya tanaman yang terserang hama dalam intensitas penyerangan paling tinggi dibandigkan dengan sumber risiko lainnya. Jumlah kehilangan panen bunga krisan potong tipe standard dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada Lampiran 5 dapat dilihat total kehilangan bunga krisan potong tipe standard akibat hama sebesar tangkai. Jumlah kehilangan bunga krisan potong tipe standard paling banyak terjadi pada periode dua puluh satu sebanyak tangkai. Sedangkan pada bunga krisan potong tipe spray jumlah kehilangan panen akibat hama sebesar tangkai. dan jumlah kehilangan bunga krisan potong tipe spray yang paling banyak terjadi pada period ke lima dan dua puluh empat sebesar 386 tangkai (Lampiran 14). Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, hama yang paling banyak menyerang pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora adalah hama Leaf miner. Hama yang menyerang pada satu green house dapat pula menyebarkan hama pada green house yang lainnya sehingga hama yang terjadi pada bunga krisan potong tipe spray dapat juga menularkan pada bunga krisan potong tipe standard dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan oleh penanaman kedua tipe bunga krisan potong berdampingan dan sistem

60 47 naungannya dibentuk seperti satu blok terdiri dari empat green house dimana antar green housenya tidak terdapat penyekat ( penyekatnya hanya terdapat pada pingiran blok saja). Perhitungan besarnya bunga krisan potong yang gagal panen akibat hama diperoleh dari hasil wawancara dengan perusahaan bahwa sumber risiko akibat hama dapat menurunkan produksi sebesar 30 persen dari hasil produksi potensial masing masing tipe bunga krisan potong yang didapat oleh perusahaan. 2. Penyakit Penyakit yang menyerang tanaman pada budidaya bunga krisan ini dapat menurunkan produktivitas dimana penurunan tersebut mengakibatkan kerugian. Serangan dari penyakit ini dikategorikan menjadi salah satu sumber risiko pada budidaya bunga krisan potong ini karena serangan penyakit berdampak langsung terhadap terjadinya kegagalan panen seperti tanaman yang diserang menjadi rusak dan mati. Ada dua jenis penyakit yang paling sering muncul dan dihadapi perusahaan saat melakukan budidaya bunga krisan potong, diantaranya : a. White rust (Karat) Penyakit White rust ini menyerang pada bagian daun. Penyakit ini dapat berkembang dengan cepat pada saat pemupukan nitrogen terlalu banyak dan kelembabpan tinggi serta kurangnya pencahayaan. Indikator tanaman yang terserang penyakit White rust adalah adanya bercak bercak warna putih yang lama - lama menghitam di bagian daun. Gambar 16 Penyakit White rust b. Busuk akar dan pangkal batang Penyakit yang menyerang tanaman muda pada awal pertumbuhan yang diakibatkan oleh Pythium. Berkah Flora biasanya memberikan pengobatan dengan menggunakan Dhytane agar penyakit jenis ini tidak mudah menyebar. Indikator tanaman yang terserang penyakit Busuk akar dan pangkal batang adalah tanaman menjadi layu, daun menguning, batang terjadi pembusukkan dan berwarna kehitaman.

61 48 Gambar 17 Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora sama sama ditemukan adanya tanaman yang mengalami kegagalan panen akibat terserang penyakit. Jumlah kehilangan panen bunga krisan potong tipe standard akibat penyakit dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada Lampiran 5 dapat dilihat total kehilangan panen bunga krisan potong tipe standard akibat penyakit sebesar tangkai. Jumlah kehilangan bunga krisan potong tipe standard paling banyak terjadi pada periode ke dua puluh satu sebesar 768 tangkai. Sedangkan pada bunga krisan potong tipe spray jumlah kehilangan panen akibat penyakit sebesar tangkai dan jumlah kehilangan bunga krisan potong tipe spray yang paling banyak terjadi pada periode ke lima sebesar 420 tangkai (Lampiran 14). Penyakit yang paling banyak menyerang pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora adalah penyakit White rust. Penyakit yang menyerang pada bunga krisan potong tipe spray dapat juga menularkan pada bunga krisan potong lainnya tanpa terkecuali tipe standard dan begitu pula sebaliknya. Hal ini tidak terlepas dari penanaman kedua tipe bunga krisan potong berdampingan dan ditanam pada satu naungan yang sama dalam satu blok. Perhitungan besarnya bunga krisan potong yang gagal panen akibat penyakit diperoleh dari hasil wawancara dengan perusahaan bahwa sumber risiko akibat penyakit dapat menurunkan produksi sebesar 20 persen dari hasil produksi potensial bunga krisan potong tipe standard yang didapat oleh perusahaan. Sedangkan sumber risiko akibat penyakit dapat menurunkan produksi sebesar 25 persen dari hasil produksi potensial bunga krisan potong tipe spray. Perbedaan persen penurunan jumlah produksi potensial padakedua tipe bunga krisan ini tidak terlepas dari adanya beberapa varietas khususnya pada tipe spray yang rentan terhadap hama dan penyakit sehingga hal ini dapat memicu besarnya persen jumlah kegagalan panen pada bunga krisan potong terutama pada tipe spray lebih banyak dibandingkan tipe standard. Varietas bunga krisan potong tipe spray yang rentan terhadap hama dan penyakit ini adalah varietas reagent. 3. Cuaca Perubahan cuaca yang sulit diprediksi ini menjadi salah satu sumber risiko produksi yang sangat dirasakan dampaknya oleh perusahaan Berkah Flora. Cuaca yang berubah ubah ini menjadi salah satu ketidakpastian yang tidak dapat diukur oleh perusahaan. Cuaca yang tidak menentu yang terjadi di sekitar lokasi budidaya bunga krisan Berkah Flora ini dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan bunga krisan mengingat bunga krisan juga bukan tanaman asli negara dengan iklim tropis.

62 49 Kondisi cuaca yang ekstrim ini mengakibatkan produktifitas bunga krisan berfluktuatif. Kegagalan panen pun bisa terjadi karena bunga krisan bisa mengalami busuk bahkan kematian akibat udara yang terlalu lembab. Selain itu, cuaca yang lembab ditambah dengan angin kencang bisa membuat tanaman krisan menjadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Ketika curah hujan tinggi, gulma dan jamur dapat tumbuh subur disekitar bunga krisan. Hal ini secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan bunga krisan karena adanya perebutan unsur hara tanah antara bunga krisan dengan tanaman pengganggu tersebut. Tanaman tanaman pengganggu ini jika tidak segera dibersihkan dapat menjadi inang bagi serangga dan penyakit yang bisa menyerang bunga krisan. Indikator tanaman yang mengalami kegagalan panen akibat sumber risiko cuaca adalah terlihat dari batang tanaman yang bengkok / melengkung akibat terpaan angin; mahkota bunga, daun ataupun batang yang terlihat membusuk akibat udara yang lembab. Green house rusak Bunga Krisan Roboh Batang yang membusuk Gambar 18 Kegagalan panen akibat cuaca Pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora sama sama ditemukan adanya tanaman yang mengalami kegagalan panen akibat tingginya pengaruh cuaca. Jumlah kehilangan panen bunga krisan potong tipe standard akibat cuaca dapat dilihat pada Lampiran 5. Total kehilangan panen bunga krisan potong tipe standard yang diakibatkan oleh cuaca sebesar tangkai. Jumlah kehilangan bunga krisan potong tipe standard paling banyak terjadi pada periode dua puluh satu sebesar 960 tangkai. Sedangkan pada bunga krisan potong tipe spray jumlah kehilangan panen akibat cuaca sebesar tangkai dan jumlah kehilangan bunga krisan potong tipe spray yang paling banyak terjadi pada periode ke delapan belas sebesar 375 tangkai (Lampiran 14). Perhitungan besarnya bunga krisan potong yang gagal panen akibat cuaca diperoleh dari hasil wawancara dengan perusahaan bahwa sumber risiko akibat cuaca dapat menurunkan produksi sebesar 20 persen dari hasil produksi potensial bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray yang didapat oleh perusahaan. Pada periode ke delapan belas diketahui bahwa terjadi perubahan cuaca yang ekstrim dengan curah hujan yang tinggi pada waktu tersebut. Pada kurun waktu tersebut, cuaca ekstrim dan curah hujan

63 50 tinggi berpengaruh terhadap tingkat penurunan produksi bunga krisan potong tipe standard dan tipe spray. Perubahan cuaca ekstrim disertai angin kencang menyebabkan green house roboh dan menimpa bunga krisan sehingga bunga krisan banyak yang ambruk, patah, dan rontok. Selain itu, curah hujan yang tinggi akan membuat batang dan akar tanaman bunga krisan cepat busuk sehingga menurunkan tingkat produksi dari kondisi normalnya. 4. Tenaga Kerja Keterampilan tenaga kerja dalam kegiatan produksi bunga krisan potong ini sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Tenaga kerja Berkah Flora khususnya dibidang produksi tidak harus memiliki kualifikasi khusus melainkan para pekerja mendapatkan bimbingan dan pelatihan pada waktu bekerja. Etika moral dan keterampilan pekerja berpengaruh pada keberlangsungan kegiatan produksi. Salah satu bentuk kurangnya etika moral tenaga kerja perusahaan adalah adanya tenaga kerja yang kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Berikut ini contoh yang terjadi dilapangan : tenaga kerja bagian pemeliharaan diberikan tugas salah satunya adalah penyiraman tanaman. Perusahaan Berkah Flora menggunakan sistem penyiram dengan drip yaitu penyiraman dengan menggunakan alat dan ada waktu kerja alat tersebut. Namun, adanya kemajuan teknologi ini malah mengurangi rasa tanggung jawab pekerja untuk melakukan kontrol pada tanaman setelah penyiraman selesai. Hal ini menyebabkan pemenuhan kebutuhan air bunga krisan tidak merata sehingga terdapat tanaman yang terkena air dan ada yang masih kering. Bunga krisan mempunyai sifat yang tidak tahan akan kekeringan sehingga tanaman yang jarang sekali terkena air saat penyiraman akan mengalami kerusakan dan kematian. Selain itu, kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan dapat menimbulkan kesalahan teknis pada masa budidaya sampai dengan pasca panen sehingga hal ini dapat berdampak pada rendahnya hasil dan kualitas produksi bunga krisan potong bahkan bisa sampai mengakibatkan kegagalan panen. Salah satu contoh kurangnya pengetahuan yang dimiliki tenaga kerja Berkah Flora adalah pada saat melakukan pengangkutan bunga krisan pascapanen dari tempat penanaman ke tempat pengumpulan bunga pascapanen. Berawal saat melakukan pemanenan, bunga yang akan dipanen belum diberikan kertas pembungkus terlebih dahulu. Pemberian kertas pembungkus mahkota bunga ini baru dilakukan di tempat pengumpulan bunga pasca panen. Pada saat pengangkutan, tenaga kerja mengangkut langsung beberapa tangkai bunga sekaligus. Pengangkutan yang tidak dilakukan hati hati ini akan membuat mahkota bunga dan daun antara bunga satu dengan yang lain saling bergesekkan sehingga menyebabkan mahkota rontok dan terjadi kerusakan bentuk pada mahkota. Hal ini bisa menyebabkan kegagalan panen karena bunga yang mengalami perubahan bentuk dan rontok akan terbuang (tidak layak jual) sehingga ini akan berpengaruh pada jumlah produksi bunga krisan potong yang dihasilkan Berkah Flora. Indikator tanaman yang mengalami kegagalan panen akibat adanya sumber risiko tenaga kerja diantaranya tanaman terlihat layu / kekeringan

64 51 karena kekurangan air (bukan layu karena penyakit); kerusakan pada daun atau batang yang terjadi pada saat pewiwilan yang kurang tepat; kerusakan pada mahkota bunga (ada bunga yang rusak/ rontok/ bentuk mahkota berubah) pada saat pengangkutan pemanenan. Layu di pengakaran Layu di pengakaran Layu di lahan tanam Gambar 19 Kegagalan panen akibat tenaga kerja Pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora sama sama ditemukan adanya tanaman yang mengalami kegagalan panen akibat tenaga kerja. Jumlah kehilangan panen bunga krisan potong tipe standard akibat tenaga kerja dapat dilihat pada Lampiran 5.Total kehilangan panen bunga krisan potong tipe standard akibat tenaga kerja sebesar tangkai. Jumlah kehilangan bunga krisan potong tipe standard paling banyak terjadi pada periode ke tiga sebesar 732 tangkai. Sedangkan pada bunga krisan potong tipe spray jumlah kehilangan panen akibat tenaga kerja sebesar tangkai dan jumlah kehilangan bunga krisan potong tipe spray yang paling banyak terjadi pada periode ke lima sebesar 286 tangkai (Lampiran 14). Perhitungan besarnya bunga krisan potong yang gagal panen akibat tenaga kerja diperoleh dari hasil wawancara dengan perusahaan bahwa sumber risiko akibat tenaga kerja dapat menurunkan produksi sebesar 25 persen dari hasil produksi potensial bunga krisan potong tipe standard yang didapat oleh perusahaan. Sedangkan sumber risiko akibat tenaga kerja dapat menurunkan produksi sebesar 20 persen dari hasil produksi potensial bunga krisan potong tipe spray. Perbedaan persen penurunan jumlah produksi potensial pada kedua tipe bunga krisan ini tidak terlepas dari adanya beberapa kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bunga krisan seperti halnya kegiatan penghilangan cabang pada bunga krisan potong tipe standard harus dilakukan dengan hati hati karena jika tidak dilakukan dengan hati hati akan merusak batang tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan bisa menyebabkan busuk bahkan kematian pada tanaman. Berdasarkan hasil identifikasi, dapat disimpulkan bahwa keempat faktor yang menjadi sumber risiko (serangan hama, penyakit, cuaca, dan tenaga kerja) ini sama - sama ditemukan pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora.

65 52 Namun, keempat sumber risiko tersebut memberikan pengaruh yang berbeda pada jumlah kehilangan panen kedua tipe bunga krisan tersebut sehingga hal ini akan berpengaruh pada jumlah produksi yang dihasilkan kedua tipe bunga krisan tersebut. Perbedaan kehilangan panen kedua tipe bunga krisan Berkah Flora dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 14. Berdasarkan kedua tabel pada Lampiran 5 dan 14 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah kehilangan produksi pada bunga krisan potong jenis standard lebih banyak dibandingkan dengan jumlah produksi bunga krisan potong tipe spray. Namun, hal ini tidak terlepas dari besarnya jumlah proporsi bunga krisan tipe standard yang lebih besar dibandingkan tipe spray. Total Kehilangan panen akibat sumber risiko bunga krisan potong tipe standard dalam dua puluh empat periode sebesar tangkai, Sedangkan jumlah kehilangan panen bunga krisan tipe spray lebih sedikit yaitu sebesar tangkai. Jumlah produksi yang berbeda ini tidak terlepas dari adanya pengaruh sumber risiko yang mempengaruhi kedua tipe bunga krisan. Jika dilihat dari jumlah kehilangan panen pada masing masing sumber risikonya, pada bunga krisan tipe standard sumber risiko yang mempunyai jumlah dari yang terbesar sampai terkecil adalah sumber risiko hama, cuaca, tenaga kerja, dan penyakit. Berbeda halnya dengan bunga krisan tipe spray dimana sumber risiko yang mempunyai jumlah dari yang terbesar sampai terkecil adalah sumber risiko hama, penyakit, cuaca,dan tenaga kerja. Masing masing sumber risiko menyebabkan kehilangan panen dengan jumlah yang berbeda beda pada kedua tipe bunga krisan tersebut. Apabila dilihat dari jumlah kehilangan panen pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora, kehilangan panen terbesar pada kedua tipe bunga krisan sama sama disebabkan oleh serangan hama. Sumber risiko yang mempengaruhi jumlah kehilangan panen terendah pada kedua tipe berbeda dimana pada tipe standard sumber risiko terendahnya adalah penyakit sedangkan pada tipe spray adalah sumber risiko tenaga kerja. Sumber risiko penyakit pada tipe spray berpengaruh lebih besar dibandingkan sumber risiko tenaga kerja. Hal ini bisa terjadi karena terdapat varietas bunga tipe spray yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit yaitu varietas reagent. Selain itu, jarak antar tanaman tipe spray lebih rapat karena bentuknya yang menggerombol sehingga lebih mudah dalam terserang hama dan penyakit. Bunga krisan tipe spray yang rentan terkena sumber risiko ini akan mempengaruhi produktivitas tanaman bunga krisan potong tipe spray tersebut. Analisis Probabilitas Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Proses selanjutnya setelah melakukan tahap identifikasi sumber sumber risiko produksi yang mempengaruhi budidaya bunga krisan potong Berkah Flora adalah tahap analisis probabilitas risiko produksi. Analisis probababilitas pada sumber - sumber risiko produksi pada masing masing tipe bunga krisan potong ini perlu dilakukan untuk mengetahui sumber risiko mana yang mempunyai kemungkinan terjadinya terbesar dan terendah sehingga nantinya dapat ditentukan prioritas dari masing masing sumber risiko produksi beserta dengan strategi penanganan yang tepat dan sesuai pada masing masing sumber risiko. Strategi penanganan pada sumber risiko yang mempunyai kemungkinan terjadinya besar

66 53 memerlukan strategi penanganan yang berbeda dengan sumber risiko yang mempunyai kemungkinan terjadinya rendah. Oleh sebab itu, analisis untuk mengetahui berapa besar kemungkinan terjadinya risiko ini dianggap sangat penting dalam usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora. Berikut ini penjelasan perhitungan dan analisis kemungkinan terjadinya risiko untuk setiap sumber risiko pada masing masing tipe bunga krisan. Analisis Probabilitas Bunga Krisan Potong Tipe Standard Perhitungan analisis probabilitas masing masing sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dapat dilihat Lampiran 6-9. Sedangkan untuk hasil ringkasan perhitungan analisis probabilitas bunga krisan potong tipe standard dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Perbandingan probabilitas risiko dari sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard No. Sumber Risiko Produksi Probabilitas (%) 1 Cuaca 35,9 2 Penyakit 36,7 3 Tenaga Kerja 34,8 4 Hama 37,8 Pada Tabel 9 dapat diketahui perbandingan probabilitas terjadinya risiko produksi pada masing masing sumber risiko tersebut. Jika dilihat pada tabel tersebut, urutan sumber risiko pada bunga krisan potong tipe standard yang mempunyai tingkat prioritas probabilitas dari yang paling tinggi sampai rendah yaitu serangan hama, penyakit, cuaca, dan tenaga kerja. Nilai probabilitas pada masing masing sumber risiko ini memliliki makna tersendiri. Probabilitas terbesar pada usaha budidaya bunga krisan potong tipe standard ini terdapat pada sumber risiko serangan hama yaitu sebesar 37,8 persen. Angka ini diperoleh dari Z sebesar 0,31 yang dipetakan pada Tabel Distribusi Z dan diperoleh nilai sebesar 0,378. Angka probabilitas risiko ini berarti bahwa kemungkinan kehilangan produksi bunga krisan potong tipe standard yang melebihi batas normal yang ditetapkan perusahaan yaitu 630 tangkai adalah sebesar 37,8 persen. Besarnya probabilitas risiko yang diakibatkan oleh serangan hama dikarenakan pada setiap periode produksi hampir selalu ada hama yang mengancam budidaya bunga krisan potong Berkah Flora. Jumlah bunga krisan potong tipe standard yang gagal panen disebabkan oleh serangan hama ini cukup banyak dengan rata rata per periodenya sebesar 540 tangkai. Sedangkan batas normal kegagalan panen akibat serangan hama yang ditentukan oleh perusahaan adalah 630 tangkai setiap periodenya berdasarkan pengalaman pada periode sebelumnya. Batas tersebut diperoleh dari 30 persen rata rata produksi dari setiap periodenya. Setelah sumber risiko hama, tingkat probabilitas urutan terbesar kedua adalah sumber risiko yang diakibatkan oleh penyakit. Jumlah bunga krisan potong yang mengalami kegagalan panen disebabkan oleh penyakit rata rata setiap periodenya adalah sebesar 387 tangkai. Batas normal kehilangan panen akibat sumber risiko penyakit yang ditentukan perusahaan adalah 310 tangkai atau

67 54 sebesar 15 persen dari rata rata produksi setiap periode. Nilai Z untuk sumber risiko produksi penyakit diperoleh dari perhitungan z-score adalah sebesar -0,34. Jika nilai Z dipetakan pada Tabel Distribusi Z akan menunjukkan nilai sebesar 0,367. Nilai 0,367 ini berarti bahwa probabilitas bunga krisan potong yang gagal panen akibat penyakit melebihi 310 tangkai adalah 36,7 persen. Besarnya probabilitas yang disebabkan oleh penyakit juga dipicu oleh perubahan cuaca sehingga bunga krisan potong rentan terhadap serangan penyakit khususnya penyakit bercak daun, busuk akar dan pangkal batang. Jika curah hujan tinggi, maka tanaman akan rentan penyakit sehingga tanaman bunga krisan potong akan mengalami kerusakan sampai akhirnya mengalami kematian. Sumber risiko yang diakibatkan oleh cuaca menempati urutan terbesar ketiga pada tingkat probabilitas sumber risiko pada bunga krisan tipe standard. Jumlah rata rata kegagalan bunga krisan potong akibat cuaca sebesar 534 tangkai. Sedangkan batas normal yang telah ditentukan perusahaan akibat cuaca adalah sebesar 440 tangkai. Batas normal kehilangan panen akibat sumber risiko cuaca yang ditentukan perusahaan adalah 440 tangkai atau sebesar 20 persen dari rata rata produksi setiap periode. Nilai Z untuk sumber risiko cuaca diperoleh sebesar -0,36. Nilai ini jika dipetakan akan berada disebelah kiri kurva distribusi normal dan menunjukkan nilai 0,359. Berdasarkan nilai 0,359 ini dapat diartikan bahwa probabilitas bunga krisan potong yang mengalami kegagalan panen akibat cuaca melebihi 440 tangkai adalah sebesar 35,9 persen. Besarnya nilai probabilitas sumber risiko cuaca ini disebabkan oleh cuaca ekstrim yang tidak dapat diprediksi mengakibatkan suhu menjadi lembab dan angin kencang sehingga dapat menyebabkan busuk dan kematian pada tanaman bunga krisan. Namun, jumlah kegagalan panen dan kemungkinan terjadinya akibat sumber risiko cuaca ini cukup besar karena seringnya terjadi perubahan cuaca yang tidak menentu bahkan seringnya mengalami hujan deras disertai angin kencang. Angin kencang ini mengakibatkan beberapa tiang dan plastis kasa green house rusak sehingga bunga krisan yang ada di dalam green house tersebut pun ikut rusak. Nilai probabilitas bunga krisan potong tipe standard yang terendah diakibatkan oleh tenaga kerja. Jumlah rata rata bunga krisan yang gagal panen akibat tenaga kerja sebesar 402 tangkai. Batas normal kehilangan panen akibat sumber risiko tenaga kerja yang ditentukan perusahaan adalah 480 tangkai atau sebesar 25 persen dari rata rata produksi setiap periode. Nilai Z untuk sumber risiko tenaga kerja yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan metode z score sebesar 0,39. Nilai Z untuk sumber risiko tenaga kerja tersebut apabila dipetakan pada Tabel distribusi Z akan menunjukkan nilai 0,348. Nilai 0,348 ini menunjukkan bahwa probabilitas bunga krisan potong tipe standard yang gagal panen akibat tenaga kerja melebihi 480 tangkai adalah 34,8 persen. Besarnya probabilitas risiko yang gagal panen melebihi batas normal yang ditentukan diantaranya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, tanggung jawab dan tingkat kedisiplinan tenaga kerja di beberapa kegiatan budidaya bunga krisan potong seperti yang banyak terjadi pada saat proses penyiraman baik waktu pengakaran dan penanaman, serta pengangkutan pemanenan. Analisis Probabilitas Bunga Krisan Potong Tipe Spray Perhitungan analisis probabilitas masing masing sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standad dapat dilihat Lampiran Sedangkan

68 55 untuk hasil ringkasan perhitungan analisis probabilitas bunga krisan potong tipe standard dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perbandingan probabilitas risiko dari sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe spray No. Sumber Risiko Produksi Probabilitas (%) 1 Cuaca 34,8 2 Penyakit 39,7 3 Tenaga Kerja 38,2 4 Hama 41,3 Berdasarkan Tabel 10, urutan sumber risiko pada bunga krisan potong tipe spray yang mempunyai tingkat probabilitas dari yang paling tinggi sampai rendah yaitu serangan hama, penyakit, tenaga kerja, dan cuaca. Jika dilhat besarnya nilai probabilitas antara bunga krisan potong tipe standard dengan bunga krisan potong tipe spray tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak banyak membedakan pada proses pembudidayaan kedua tipe bung krisan tersebut, misalnya pada saat penanaman kedua tipe bunga krisan bisa ditanam pada green house yang sama. Besarnya nilai probabilitas masing masing sumber risiko pada bunga krisan potong tipe spray ini juga sebagian besar penyebabnya sama dengan bunga krisan tipe standard. Namun, besarnya nilai probabilitas ini tidak terlepas dari besarnya batas normal yang ditentukan perusahaan pada masing masing tipe bunga krisan. Pada usaha budidaya bunga krisan potong tipe spray ini probabilitas terbesar diakibatkan sumber risiko serangan hama yaitu sebesar 41,3 persen. Hasil dari perhitungan dengan metode z-score pada sumber risiko serangan hama sebesar 0,22 yang selanjutnya dipetakan pada Tabel Distribusi Z sehingga mendapatkan nilai sebesar 0,413. Angka 0,413 ini berarti bahwa kemungkinan kehilangan produksi bunga krisan potong tipe spray yang melebihi batas normal yang ditetapkan perusahaan yaitu 235 tangkai adalah sebesar 41,3 persen. Jumlah bunga krisan potong tipe spray yang gagal panen disebabkan oleh serangan hama ini rata rata per periodenya sebesar 215 tangkai. Sedangkan batas normal kehilangan panen akibat sumber risiko hama yang ditentukan perusahaan adalah 235 tangkai atau sebesar 30 persen dari rata rata produksi setiap periode. Probabilitas sumber risiko akibat penyakit juga menempati urutan kedua pada bunga krisan tipe spray. Jumlah bunga krisan potong yang mengalami kegagalan panen disebabkan oleh penyakit rata rata setiap periodenya adalah sebesar 204 tangkai. Batas normal kehilangan panen akibat sumber risiko penyakit yang ditentukan perusahaan adalah 180 tangkai atau sebesar 25 persen dari rata rata produksi setiap periode. Nilai Z untuk sumber risiko produksi penyakit diperoleh dari perhitungan z-score adalah sebesar -0,26. Jika nilai Z dipetakan pada Tabel Distribusi Z akan menunjukkan nilai sebesar 0,397. Nilai 0,397 ini berarti bahwa probabilitas bunga krisan potong yang gagal panen akibat penyakit melebihi 204 tangkai adalah 39,7 persen. Urutan ketiga tingkat probabilitas pada bunga krisan tipe spray disebabkan oleh sumber risiko tenaga kerja. Jumlah rata rata bunga krisan yang gagal panen akibat tenaga kerja sebesar 131 tangkai. Batas normal kehilangan panen akibat

69 56 sumber risiko tenaga kerja yang ditentukan perusahaan adalah 150 tangkai atau sebesar 20 persen dari rata rata produksi setiap periode. Nilai Z untuk sumber risiko tenaga kerja yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan metode z score sebesar 0,30. Nilai Z untuk sumber risiko tenaga kerja tersebut apabila dipetakan pada Tabel distribusi Z akan menunjukkan nilai 0,382. Nilai 0,382 ini menunjukkan bahwa probabilitas bunga krisan potong tipe spray yang gagal panen akibat tenaga kerja melebihi 150 tangkai adalah 38,2 persen. Probabilitas terendah pada bunga krisan potong tipe spray diakibatkan oleh sumber risiko cuaca. Jumlah rata rata kegagalan bunga krisan potong akibat cuaca sebesar 186 tangkai. Sedangkan batas normal kehilangan panen akibat sumber risiko cuaca yang ditentukan perusahaan adalah 150 tangkai atau sebesar 20 persen dari rata rata produksi setiap periode. Nilai Z untuk sumber risiko cuaca diperoleh sebesar -0,39. Nilai ini jika dipetakan akan menunjukkan nilai sebesar 0,348. Berdasarkan nilai 0,348 ini dapat diartikan bahwa probabilitas bunga krisan potong yang mengalami kegagalan panen akibat cuaca melebihi 150 tangkai adalah sebesar 34,8 persen. Berdasarkan analisis probabilitas pada kedua tipe bunga krisan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat probabilitas sumber risiko pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora ini mempunyai urutan yang berbeda. Urutan tingkat probabilitas sumber risiko pada bunga krisan potong tipe standard dari yang terbesar sampai terendah adalah sumber risiko hama, penyakit, cuaca, dan tenaga kerja. Sedangkan, urutan tingkat probabilitas sumber risiko pada bunga krisan potong tipe spray dari yang terbesar sampai terendah adalah sumber risiko hama, penyakit, tenaga kerja, dan cuaca. Namun dilihat dari besarnya nilai probabilitas pada kedua tipe bunga krisan ini, bunga krisan potong tipe spray memiliki tingkat probabilitas sumber risiko rata rata lebih tinggi dibandingkan tipe standard. Besarnya angka probabilitas pada bunga krisan tipe spray ini tidak terlepas dari adanya varietas bunga krisan tipe spray yang lebih rentan serta jarak antar tanaman bunga krisan tipe spray lebih rapat / menggerombol sehingga memudahkan dalam penyebaran hama dan penyakit. Hasil dari analisis probabilitas pada kedua tipe bunga krisan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai probabilitas sumber risiko tersebut maka semakin tinggi tingkat kemungkinan terjadinya kegagalan panen yang diakibatkan oleh sumber risiko tersebut. Analisis Dampak Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Adanya keempat sumber risiko yang telah teridentifikasi dalam kegiatan budidaya bunga krisan potong Berkah Flora ini secara tidak langsung akan memberikan dampak kerugian yang dapat menggagu keberlangsungan proses produksi dan usaha yang dijalankan. Dampak kerugian yang muncul akibat adanya keempat sumber risiko tersebut salah satunya berupa kerugian pada bidang finansial perusahaan. Perhitungan dampak risiko produksi ini dilakukan pada masing masing sumber risiko yang telah teridentifikasi sebelumnya tadi dengan metode VaR pada tingkat keyakinan 95 persen dan 5 persen sisanya merupakan

70 57 error. Berikut ini perhitungan dampak risiko produksi usaha bunga krisan potong Berkah Flora yang dilakukan pada masing masing tipe bunga krisan yaitu tipe standard dan tipe spray. Analisis Dampak Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Tipe Standard Hasil perhitungan analisis dampak dari masing masing sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard dapat dilihat Lampiran Berikut ini merupakan tabel hasil ringkasan dari perhitungan analisis dampak risiko produksi pada bunga krisan potong tipe standard. Tabel 11 Perbandingan dampak risiko produksi bunga krisan potong tipe standard No. Sumber Risiko Produksi Dampak (Rp) 1 Cuaca Penyakit Tenaga Kerja Hama Pada Tabel 11 dapat dilihat besarnya perbandingan dampak terjadinya risiko produksi pada masing masing sumber risiko produksi. Sumber risiko yang memberikan dampak paling besar adalah serangan hama sebesar Rp ,00. Besarnya angka tersebut dapat diartikan bahwa sumber risiko serangan hama merupakan sumber risiko yang paling berpengaruh terhadap usaha budidaya bunga krisan potong ini. Sedangkan urutan nilai dampak dari yang terbesar kedua sampai dengan terendah adalah dampak yang diakibatkan sumber risiko cuaca tenaga kerja, dan penyakit. Meskipun dampak risiko dari ketiga sumber risiko tersebut lebih kecil dibandingkan dampak yang ditimbulkan serangan hama, perusahaan tetap saja harus memperhatikan dan memperhitungkan dampak dari ketiga sumber risiko tersebut. Hal ini dikarenakan dampak dari ketiga sumber tersebut juga berpengaruh cukup besar dalam pendapatan yang diterima oleh perusahaan. Sumber risiko yang memberikan dampak terbesar pada usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora ini adalah sumber risiko yang diakibatkan oleh serangan hama. Nilai kerugian rata rata yang diakibatkan sumber risiko hama adalah sebesar Rp ,00. Nilai kerugian ini merupakan hasil perkalian antar jumlah kehilangan produksi pada masing masing periode dengan dikalikan harga jual bunga krisan tipe standard yang berbeda beda pada setiap trend permintaannya per ikat. Berdasarkan hasil perhitungan dampak risiko (Lampiran 15) yang diakibatkan sumber risiko serangan hama diperoleh nilai VaR sebesar Rp ,00. Nilai VaR ini berarti bahwa kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh hama yang menyerang tanaman bunga krisan potong adalah sebesar Rp ,00. Akan tetapi, ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp ,00. Nilai dampak kerugian terbesar kedua diakibatkan oleh sumber risiko cuaca. Besarnya kerugian rata rata yang diakibatkan sumber risiko cuaca sebesar Rp ,00. Berdasarkan besarnya dampak kerugian rata rata tersebut dapat diperoleh nilai VaR sebesar Rp ,00. Nilai VaR ini menunjukkan bahwa diyakini 95 persen kerugian yang ditanggung perusahaan akibat sumber risiko

71 58 cuaca tidak akan lebih besar dari Rp ,00 tetapi ada kemungkinan sebesar 5 persen kerugian yang akan ditanggung perusahaan akan lebih besar dari Rp ,00. Sementara itu, dampak kerugian ketiga pada bunga krisan tipe standard ini diakibatkan oleh sumber risiko tenaga kerja. Nilai VaR yang diperoleh dari perhitungan dampak akibat sumber risiko tenaga kerja adalah sebesar Rp ,00. Nilai VaR ini menunjukkan kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh tenaga kerja yang menyerang tanaman bunga krisan potong adalah sebesar Rp ,00. Akan tetapi, ada kemungkinan sebesar 5 persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp ,00. Sumber risiko terakhir adalah penyakit. perhitungan terhadap dampak risiko produksi yang bersumber dari penyakit dilakukan dengan metode VaR ini menghasilkan nilai sebesar Rp ,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Nilai VaR dari perhitungan ini berarti bahwa kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh penyakit yang harus ditanggung perusahaan adalah sebesar Rp ,00 tetapi ada 5 persen kemungkinan perusahaan akan menanggung kerugian lebih besar dari angka tersebut. Analisis Dampak Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Tipe Spray Pada Lampiran merupakan hasil perhitungan analisis dampak dari masing masing sumber risiko produksi pada bunga krisan potong tipe spray secara lebih lengkap. Sedangkan Tabel 12 berikut ini merupakan hasil ringkasan dari perhitungan analisis dampak risiko produksi pada bunga krisan potong tipe spray. Tabel 12 Perbandingan dampak risiko produksi bunga krisan potong tipe spray No. Sumber Risiko Produksi Dampak (Rp) 1 Cuaca Penyakit Tenaga Kerja Hama Berdasarkan Tabel 12, sumber risiko yang mempunyai nilai dampak tertinggi pada budidaya bunga krisan potong tipe spray adalah sumber risiko serangan hama sebesar Rp ,00. Sedangkan nilai dampak terendah diakibatkan oleh sumber risiko tenaga kerja yaitu sebesar Rp ,00. Serangan hama merupakan sumber risiko yang memberikan dampak terbesar pada usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora tipe spray Nilai VaR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dampak yang diakibatkan hama adalah sebesar Rp ,00. Nilai VaR ini berarti bahwa kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh hama yang menyerang tanaman bunga krisan potong adalah sebesar Rp ,00. Akan tetapi, ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp ,00. Dampak kerugian terbesar kedua diakibatkan oleh sumber risiko penyakit. Nilai kerugian rata rata yang diakibatkan sumber risiko penyakit ini sebesar Rp ,00 dimana nilai ini mempengaruhi besarnya nilai dampak kerugian yang

72 59 akan ditanggung perusahaan. Nilai VaR yang diperoleh dari perhitungan dampak akibat sumber risiko penyakit adalah sebesar Rp ,00. Nilai VaR ini berarti bahwa kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh penyakit yang menyerang tanaman bunga krisan potong adalah sebesar Rp ,00. Namun, kemungkinan lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari angka tersebut. Sumber risiko dengan dampak risiko terbesar ketiga adalah cuaca. Berdasarkan hasil perhitungan dampak risiko akibat sumber risiko cuaca diperoleh nilai VaR sebesar Rp ,00. Nilai VaR ini menunjukkan bahwa diyakini 95 persen kerugian yang ditanggung perusahaan akibat sumber risiko cuaca tidak akan lebih besar dari Rp ,00 tetapi ada kemungkinan sebesar 5 persen kerugian yang akan ditanggung perusahaan akan lebih besar dari Rp ,00. Dampak kerugian terakhir pada bunga krisan tipe spray ini diakibatkan oleh sumber risiko tenaga kerja. Perhitungan dampak risiko produksi dilakukan dengan metode VaR ini menghasilkan nilai sebesar Rp ,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Nilai VaR dari perhitungan ini berarti bahwa kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh tenaga kerja yang harus ditanggung perusahaan adalah sebesar Rp ,00 tetapi ada 5 persen kemungkinan perusahaan akan menanggung kerugian lebih besar dari angka tersebut. Berdasarkan analisis dampak pada kedua tipe bunga krisan tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sumber risiko pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora ini mempunyai urutan yang berbeda. Urutan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sumber risiko pada tipe bunga krisan potong standard dari yang terbesar sampai terendah adalah sumber risiko hama, cuaca, tenaga kerja, dan penyakit. Sedangkan sumber risiko pada tipe bunga krisan potong spray dari yang terbesar sampai terendah adalah sumber risiko hama, penyakit, cuaca, dan tenaga kerja. Jika dilihat dari sisi dampak, sumber risiko yang memberikan dampak paling besar pada usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora baik pada tipe standard maupun tipe spray ini adalah sumber risiko hama. Hasil analisis dampak ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai dampak dari sumber risiko tersebut maka semakin besar kerugian yang akan ditanggung perusahaan akibat kegagalan panen yang disebabkan oleh sumber risiko tersebut. Langkah berikutnya setelah mengetahui nilai probabilitas dan dampak dari masing masing sumber risiko adalah menentukan status risiko dari prioritas masing masing sumber risiko. Status risiko ini diperoleh dari perhitungan antara nilai probabilitas dikalikan dengan nilai dampak pada masing masing sumber risiko. Setelah nilai probabilitas, dampak dan status risiko masing masing sumber risiko diukur dengan baik, maka selanjutnya dilakukan pembuatan peta risiko.

73 60 Pemetaan Sumber Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Setelah nilai probabilitas dan dampak dari masing masing sumber risiko produksi pada budidaya bunga krisan potong Berkah Flora didapatkan, proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran risiko. Kegiatan pengukuran risiko ini nantinya akan menghasilkan status risiko dan peta risiko. Penempatan risiko pada peta risiko berdasarkan hasil perhitungan nilai probabilitas dengan dampak. Oleh karena itu diperlukan perhitungan status risiko. Berdasarkan hasil perhitungan status risiko dapat diketahui urutan risiko dari yang paling besar sampai dengan yang terkecil. Jika semakin besar nilai status risikonya maka semakin berisiko pula kejadian tersebut. Status risiko dari masing masing sumber risiko pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14. Tabel 13 Status risiko dari sumber risiko produksi bunga krisan potong tipe standard No Sumber Risiko Probabilitas (%) Dampak (Rp) Status Risiko 1 Cuaca 35, Penyakit 36, Tenaga Kerja 34, Hama 37, Pada Tabel 13 dapat diketahui status risiko dari masing masing sumber risiko. Sumber risiko pada budidaya bunga krisan potong tipe standard yang mempunyai status risiko paling besar adalah sumber risiko hama. Kemudian, pada urutan kedua, ketiga dan keempat berturut turut adalah sumber risiko cuaca, penyakit, dan tenaga kerja. Besarnya nilai dan urutan status risiko pada bunga krisan potong tipe standard berbeda dengan tipe spray. Pada bunga krisan tipe spray, urutan sumber risiko yang memiliki status risiko dari yang tertinggi sampai terendah adalah sumber risiko hama, penyakit, cuaca, dan tenaga kerja. Besarnya nilai status risiko pada bunga krisan potong tipe spray dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14 Status risiko dari sumber risiko produksi bunga krisan potong tipe spray No Sumber Risiko Probabilitas (%) Dampak (Rp) Status Risiko 1 Cuaca 34, Penyakit 39, Tenaga Kerja 38, Hama 41, Berdasarkan Tabel 13 dan 14 dapat diketahui tingkat status risiko dari keempat sumber risiko produksi budidaya bunga krisan potong pada kedua tipenya. Jika dilihat pada kedua tabel tersebut, urutan status risiko antara kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora berbeda. Sumber risiko serangan hama merupakan sumber risiko yang memiliki status risiko paling besar baik pada tipe standard maupun tipe spray. Sedangkan sumber risiko tenaga kerja juga merupakan sumber risiko yang memiliki tingkat status risiko dengan prioritas

74 61 terendah pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora. Setelah diketahui status risiko masing masing sumber risiko maka selanjutnya dilakukan pembuatan peta risiko dimana peta risiko tersebut akan menunjukkan posisi risiko yang berguna untuk menentukan strategi penanganan yang efektif dan tepat. Batas antara probabilitas dan dampak yang bernilai besar dan kecil ini dihasilkan dari rata rata kemungkinan dan dampak yang diperoleh. Namun, penentuan batas pada status risiko ini tidak terlepas dari penentuan batas yang dilakukan juga oleh pihak perusahaan sesuai dengan kebijakan perusahaan Berkah Flora sehingga nilai batas yang diperoleh peneliti tidak jauh berbeda dengan nilai batas yang ditetapkan oleh perusahaan. Peta Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Tipe Standard Nilai yang membatasi probabilitas besar dan kecil pada bunga krisan tipe standarad adalah sebesar 36 persen. Sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil adalah sebesar Rp ,00. Batas antara dampak dan probabilitas bernilai besar dan kecil ditentukan dengan membuat rata rata. Berdasarkan hasil pembagian rata-rata dari keempat probabilitas sumber risiko didapat nilai 36,3 persen, angka dibulatkan menjadi 36 persen. Sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil diambil merupakan hasil pembagian ratarata dari kempat dampak akibat sumber risiko pada budidaya bunga krisan potong yaitu Rp ,00 dan angka dibulatkan menjadi Rp ,00. Proses selanjutnya setelah melakukan pengukuran risiko adalah melakukan pemetaan sumber sumber risiko pada peta risiko. hal ini dapat dilihat pada Gambar 20. Probabilitas (%) Besar Kuadran I Kuadran II Penyakit Hama 36 Kuadran Penyakit III Kuadran IV Tenaga Kerja Cuaca Kecil Dampak Kecil Rp ,00 Besar (Rp) Gambar 20 Peta risiko bunga krisan potong tipe standard pada budidaya bunga krisan potong Berkah Flora Peta Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Tipe Spray Nilai yang membatasi probabilitas besar dan kecil pada bunga krisan tipe spray adalah sebesar 39 persen. Sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil adalah sebesar Rp ,00. Batas antara dampak dan probabilitas bernilai besar dan kecil ditentukan dengan membuat rata rata. Berdasarkan hasil

75 62 pembagian rata-rata dari keempat probabilitas sumber risiko didapat nilai 38,5 persen, angka dibulatkan menjadi 39 persen. Sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil diambil merupakan hasil pembagian rata-rata dari kempat dampak akibat sumber risiko pada budidaya bunga krisan potong yaitu Rp ,00 dan angka dibulatkan menjadi Rp ,00. Proses selanjutnya setelah melakukan pengukuran risiko adalah melakukan pemetaan sumber sumber risiko pada peta risiko. hal ini dapat dilihat pada Gambar 21. Probabilitas (%) Besar Kuadran I Kuadran II Hama Penyakit 39 Kecil Kecil Kuadran III Kuadran IV Tenaga Kerja Cuaca Rp ,00 Besar Dampak (Rp) Gambar 21 Peta risiko bunga krisan potong tipe spray pada budidaya bunga krisan potong Berkah Flora Berdasarkan pada Gambar 20 dan 21 dapat diketahui bahwa posisi dari hasil pemetaan masing masing sumber risiko pada kedua tipe bunga krisan potong tidak sama persis. Pada peta risiko tipe bunga krisan standard, sumber risiko yang diakibatkan oleh penyakit terletak pada kuadran I. Sumber risiko penyakit dianggap oleh perusahaan memiliki kemungkinan terjadinya besar namun memberikan dampak yang kecil pada perusahaan. Sedangkan pada kuadaran II terdapat sumber risiko serangan hama. Sumber risiko hama ini dianggap perusahaan memiliki peluang terjadinya besar dan memberikan dampak yang besar pula pada perusahaan. Pada kuadran III terdapat sumber risiko tenaga kerja dimana sumber risiko tenaga kerja ini dianggap perusahaan memiliki peluang terjadinya kecil dan memberikan dampak yang kecil pula pada perusahaan. Dan pada kuadaran IV terdapat dua sumber risko yaitu sumber risiko cuaca. Sumber risiko cuaca ini dianggap perusahaan memiliki kemungkinan terjadinya kecil namun memberikan dampak kerugian yang besar bagi perusahaan. Pemetaan pada bunga krisan tipe spray menghasilkan pada kuadaran II terdapat sumber risiko hama dan penyakit. Pada kuadaran III terdapat sumber risiko tenaga kerja. dan pada kuadran IV terdapat sumber risiko cuaca. Pada pemetaan sumber risiko ini, terdapat sedikit perbedaan pada sumber risiko penyakit dimana sumber risiko penyakit pada bunga krisan tipe spray masuk kuadran IV sedangkan pada tipe standard sumber risiko penyakit masuk pada kuadran I. Perbedaan letak kuadaran pada sumber risiko penyakit tipe spray ini tidak terlepas dari pengaruh jarak tanam yang rapat dan varietas yang rentan

76 63 sehingga kedepannya diperlukan adanya perlakuan yang berbeda dalam penanganan penyakit pada tipe spray dibandingkan tipe standard. Selanjutnya, berdasarkan hasil pemetaan risiko pada kedua tipe bunga krisan potong tersebut dapat diketahui strategi penanganan risiko yang paling efektif dan tepat dalam menghadapi risiko produksi pada usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora. Berdasarkan hasil nilai status risiko dan pemetaan risiko dapat diperoleh prioritas sumber risiko. Prioritas ini digunakan untuk mengetahui sumber risiko mana yang terlebih dahulu harus ditangani oleh perusahaan. Pada bunga krisan potong tipe standard, urutan prioritas sumber risiko yang harus ditangani terlebih dahulu sampai dengan terakhir adalah sumber risiko (1) hama; (2) cuaca; (3) penyakit; (4) tenaga kerja. Sedangkan urutan prioritas sumber risiko yang harus ditangani terlebih dahulu sampai dengan terakhir pada bunga krisan potong tipe spray adalah sumber risiko (1) hama; (2) penyakit; (3) cuaca; (4) tenaga kerja. Strategi Penanganan Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Tahap setelah melakukan pengukuran dan pemetaan risiko adalah tahap merumuskan alternatif strategi untuk menangani risiko produksi yang dihadapi pada usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora. Alternatif strategi yang dirumuskan erat hubungannya dengan posisi dan prioritas dari masing masing sumber risiko produksi yang telah dilakukan pemetaaan sebelumnya. Selama ini terdapat beberapa strategi yang sudah dijalankan oleh perusahaan Berkah Flora dalam menanggulangi keempat sumber risiko diantaranya: 1. Cara fisik : pemusnahan secara langsung pada tanaman yang terkena serangan hama. Pemusnahan secara langsung dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang cukup berat atau menunjukkan gejala serangan hama. Sedangkan pengendalian penyakit karat dilakukan dengan cara memotong bagian daun pada awal pertumbuhan, memotong bagian daun yang terserang berat, atau yang menunjukkan gejala. 2. Cara kimiawi : pemberian pestisida. Perusahaan Berkah Flora mengatasi dan menanggulangi hama sesuai dengan jenis hama yang sedang menyerang bunga krisan potong Berkah Flora seperti : i. Penanganan hama Thrips dengan menggunakan pertisida Confidor dan Agrimex. ii. Penggunaan pestisida jenis Samite dengan takaran 1 2 ml/liter air untuk menanggulangi serangan hama tungau merah iii. Penggunaan pestisida Trigad dengan takaran 1 gr/ 10 liter air untuk membasmi hama Leaf miner iv. Pestisida jenis Gardan digunakan perusahaan untuk menanggulangi hama Whitefly v. Pemberian pestisida Buldox dengan takaran 0,5 2 ml/ liter air untuk membasmi hama Appids vi. Penggunaan Proclaim dengan takaran 1 gr/ 10 liter air untuk membasmi serangan hama ulat grayak vii. Pemberian Cabrio dengan takaran 1 ml/ liter air untuk menanggulangi

77 64 penyakit White rust viii. Perusahaan memberikan pengobatan dengan menggunakan Dhytane agar penyakit busuk akar dan pangkal batang tidak mudah menyebar 3. Cara Teknis : pengaturan jadwal penyiraman disesuaikan dengan kondisi cuaca setiap harinya akibat adanya perubahan cuaca yang tidak menentu Beberapa cara pengendalian sumber risiko tersebut diatas telah dilakukan oleh perusahaan. Namun, ada beberapa cara yang belum dilakukan perusahaan dalam menanggulangi sumber sumber risiko bunga krisan potong tipe standard dan spray. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa alternatif cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam penanggulangan hama yang belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga alternatif cara ini diharapkan dapat mengurangi sumber risiko produksi beserta dampak yang ditimbulkannya. Berikut ini terdapat beberapa alternatif strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan oleh perusahaan Berkah Flora diantaranya : 1. Strategi Preventif Strategi preventif ini digunakan untuk menangani sumber sumber risiko yang terletak pada kuadran I (penyakit) dan II (hama). Strategi preventif yang dapat dilakukan oleh perusahaan Berkah Flora adalah sebagai berikut : a. Sumber risiko penyakit Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mencegah munculnya sumber risiko penyakit bunga krisan potong di Berkah Flora diantaranya : i. Menjaga kelembabpan green house, mengatur jarak tanam ketika mulai penanaman, sterilisasi media pengakaran dan penanaman. Sterilisasi media pengakaran dan penanaman perlu dilakukan dengan baik dan cermat karena jika tidak dilakukan dengan baik maka media ini akan mudah menjadi sarang tumbuhnya penyakit. Contoh yang pernah terjadi di lapangan : pada saat penyiapan dan sterilisasi media, tenaga kerja melakukannya dengan terburu buru sehingga media yang harusnya masih dikeringkan beberapa menit lagi sudah langsung digunakan untuk menanam. Suhu media yang digunakan masih basah dan tidak sesuai dengan kelembabpan yang dibutuhkan sehingga menyebabkan tanaman yang ditanam pada media tersebut banyak yang terserang penyakit dan mengalami kematian. ii. Sterilisasi alat seperti gunting atau pisau dengan alcohol atau klorin akan lebih baik karena jika pisau atau gunting untuk panen tidak tajam akan mengakibatkan batang yang ditinggalkan memar sehingga jaringannya rusak dan mudah terkena penyakit. b. Sumber risiko hama Cara pencegahan yang dapat dilakukan perusahaan Berkah Flora diantaranya: i. Apabila sedang melakukan pemberantasan hama pada satu green house maka sebaiknya pintu green house ditutup agar hama yang sedang dibasmi dalam green house tersebut tidak menyebar ataupun pindah ke green house lain melalui pintu yang terbuka tersebut. Pintu yang terbuka ini secara tidak langsung bisa menjadi akses masuknya hama baik dari lingkungan luar green house ataupun sebagai akses keluarnya

78 65 ii. iii. iv. hama ke green house yang lainnya. Hal ini merupakan salah satu alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk pencegahan hama Whitefly, ulat grayak dan Leaf miner. Melakukan pencarian informasi mengenai perkiraan atau peramalan cuaca yang akan terjadi khususnya pada daerah lokasi usaha budidaya bunga krisan potong perusahaan Berkah Flora Sanitasi lingkungan secara lebih teratur lagi terutama terhadap gulma yang merupakan inang dari serangga ini dan aplikasi akarisida berbahan aktif dikofol atau piribaden merupakan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan perusahaan untuk mencegah munculnya hama Tungau merah. Hasil pemanenan bunga krisan potong sebaiknya diletakkan pada tempat yang bersih untuk menghindari kemungkinan kontaminasi bunga krisan potong dengan organisme pengganggu. 2. Strategi Mitigasi Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi yang terdapat pada kuadran II (hama, penyakit) dan IV (cuaca). Sedangkan sumber risiko tenaga kerja yang terletak pada kuadran III disarankan perlu dilakukan strategi mitigasi untuk memonitor dan memperbaiki sistem sumber daya manusianya agar tidak menjadi salah satu sumber risiko lagi di periode tanam selanjutnya. Strategi mitigasi yang dapat dilakukan perusahaan Berkah Flora dalam menanggulangi adanya sumber risiko produksi diantaranya : a. Sumber risiko hama dan penyakit Penanggulangan hama pada usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora dapat dilakukan dengan beberapa teknik berikut : i. Secara biologis : memberikan musuh alami. Pemanfaatan musuh alami secara optimal ini merupakan cara yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap pestisida. Penanganan hama penggorok daun (Leaf miner) dapat diberikan musuh alami tipe Eulophidae dan Braconidae. Sedangkan hama Thrips sp. dapat diberikan musuh alami yaitu Coccinelliadae atau kumbang macan. Pemberian musuh alami Gliocladium sp., atau Trichoderma sp. dapat dilakukan untuk penanggulangan hama yang ada di dalam tanah. Selain itu, penggunaan PGR dengan cara penyiraman ke dalam larutan dapat digunakan sebagai strategi pengendalian penyakit karat. ii. Secara kultur teknis : sanitasi lingkungan, dan menjaga kerapatan tanaman juga perlu diperhatikan dan dilakukan secara teratur. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi penyebaran hama dan penyakit yang semakin meluas sehingga tanaman bunga krisan yang masih sehat tidak tertular tanaman yang sudah terkena serangan hama dan penyakit. Pengaturan jarak tanam dengan baik dan teratur harus dilakukan pada kedua tipe bunga krisan potong Berkah Flora terutama tipe spray. Tipe spray ini mempunyai kuntum bunga yang menggerombol dan apabila tanaman bunga krisan mulai dewasa kemungkinan bersentuhan antara tanaman satu dengan tanaman yang lain sangat besar sehingga memudahkan penularan hama dan penyakit antar tanaman. Oleh karena itu, pengaturan jarak tanam pada awal proses tanam harus diperhatikan dengan baik dan jangan terlalu rapat.

79 66 iii. iv. Secara mekanis : pemasangan perangkap ikat berwarna kuning untuk mengendalikan hama penggorok daun dan memasang perangkap ngengat ulat grayak berupa sex pheromone. Secara fisik : melakukan sterilisasi media tumbuh dengan cara memberikan PGR (Plant Growth Promoting Rhizhobacteria) yang merupakan agen antagonis Trichoderma sp. Apabila serangan hama masih dalam jumlah terbatas maka dapat dilakukan dengan pemusnahan secara langsung misalnya hama ulat dengan mengumpulkannya pada senja atau malam hari. b. Sumber risiko cuaca Penanggulangan yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi sumber risiko cuaca adalah perbaikan sistem naungan (green house) dengan cara menutup secara penuh bagian atas green house yang masih terbuka dan memberikan pintu pada tiap green house yang masih belum ada. Selain itu, pengecekan secara teratur pada green house juga perlu dilakukan bertujuan untuk mengetahui lebih awal apabila terjadi kerusakan pada green house sehingga perbaikan pada green house dapat dilakukan secara cepat dan efektif. c. Sumber risiko tenaga kerja Sumber risiko tenaga kerja menjadi sumber risiko dengan kemungkinan terjadinya dan dampaknya kecil. Namun, jika sumber risiko ini tidak diperhatikan dan ditanggulangi dengan baik maka sumber risiko tenaga kerja ini dapat memberikan dampak kerugian yang besar bagi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif cara untuk menanggulanginya : i. Saat proses penyiraman baik pada saat tanaman ada di pengakaran maupun di lahan tanam sebaiknya tenaga kerja tidak hanya menyalakan alat peyiram dan menunggu alarm alat penyiraman selesai. Namun, tenaga kerja sebaiknya melakukan penyiraman secara merata dan dilakukan pengecekan / kontrol secara lebih dekat setelah penyiraman. Hal ini bertujuan untuk mengetahui masih adakah tanaman yang belum tersiram secara merata serta tanaman yang rusak ataupun mati. Sistem penyiraman drip yang telah dilakukan perusahaan menjadi pemanfaatan teknologi yang kurang optimal karena menimbulkan kemalasan pada tenaga kerja. Oleh karena itu, strategi penanggulangan yang bisa dilakukan adalah mengganti sistem penyiraman kembali pada sistem penyiraman manual dengan selang sehingga dengan begitu tenaga kerja melakukan penyiraman sambil berjalan mengontrol tanaman. ii. iii. Saat proses penyiangan gulma, perompesan dan pewiwilan sebaiknya tenaga kerja melakukannya dengan lebih hati hati, jangan sampai melukai bagian tanaman. Tanaman yang luka ini akan menyebabkan busuk pada bagian tanaman dan bisa menjadi sarana munculnya hama dan penyakit. Saat pengangkutan hasil panen, sebaiknya tenaga kerja harus melakukannya secara lebih hati hati dan cermat. Pada saat proses pengangkutan, tenaga kerja terlihat mengangkut bunga krisan potong dengan cara menyatukan sejumlah bunga kemudian langsung dipikul. Hal ini menyebabkan kerusakan bentuk dan kerontokan pada mahkota bunga sehingga dapat berdampak pada tidak layak jualnya bunga.

80 67 iv. Pengangkutan dengan cara seperti ini perlu ditanggulangi dengan cara memberikan kertas pembungkus mahkota bunga berbentuk kerucut lebih awal (beberapa hari menjelang panen) pada bunga krisan tipe standard agar menghindari kerontokan bunga dan menjaga keindahan bentuk bunga. Selain itu, pengangkutan secara dipikul sebaiknya diganti dengan memberikan tempat / wadah ringan seperti meja silang yang dapat memudahkan pengangkutan dan pengumpulan bunga sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bunga. Hubungan antara perusahaan dengan tenaga kerja sebaiknya lebih ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan loyalitas dan tanggung jawab tenaga kerja dengan cara memberikan sarana, pendidikan, dan pelatihan khusus bagi para tenaga kerjanya. Selain itu, cara lain yang dapat dilakukan juga adalah dengan memberikan bonus kepada tenaga kerja yang rajin dan mempunyai keterampilan yang lebih dibandingkan tenaga kerja lainnya. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan motivasi, pengetahuan, keterampilan dan tanggung jawab tenaga kerja dalam membudidayakan bunga krisan potong sehingga kedepannya diharapkan dapat mengurangi banyaknya kehilangan panen akibat sumber risiko tenaga kerja. KESIMPULAN Simpulan Hasil penulisan kajian analisis risiko produksi pada budidaya bunga krisan potong di perusahaan Berkah Flora adalah sebagai berikut : 1. Sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya bunga krisan potong Berkah Flora tipe standard dan tipe spray yaitu serangan hama, penyakit, cuaca, dan tenaga kerja. 2. Hasil analisis probablitas menggunakan metode z score, diperoleh nilai probabilitas masing masing sumber risiko produksi pada kedua tipe bunga krisan Berkah Flora. Urutan sumber risiko pada bunga krisan tipe standard yang mempunyai probabilitas dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil yaitu (1) hama; (2) penyakit; 3) cuaca; dan (4) tenaga kerja. Pada bunga krisan tipe spray yang mempunyai probabilitas dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil yaitu (1) hama; (2) penyakit; (3) tenaga kerja; dan (4) cuaca. Analisis dampak dengan metode VaR pada masing masing sumber risiko menghasilkan nilai besarnya dampak kerugian yang ditanggung perusahaan. Sumber risiko pada bunga krisan tipe standard yang mempunyai dampak kerugian dari yang terbesar sampai dengan terkecil yaitu (1) hama; (2) cuaca; 3) tenaga kerja; dan (4) penyakit. Sedangkan pada bunga krisan tipe spray yang mempunyai nilai dampak kerugian dari yang terbesar sampai dengan terkecil yaitu (1) hama; (2) penyakit; (3) cuaca; dan (4) tenaga kerja.

81 68 3. Alternatif strategi yang diusulkan pada usaha budidaya bunga potong Berkah Flora adalah strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif dapat dilakukan pada sumber risiko penyakit dan hama dengan cara sebagai berikut (1)sterilisasi media tanam; (2) pengaturan kelembaban GH; (3) mengatur jarak tanam; (4) sterilisasi alat pemanenan; (5) sanitasi lingkungan; (6) pencarian informasi ramalan cuaca. Strategi mitigasi dapat dilakukan pada sumber risiko hama,penyakit, cuaca dan tenaga kerja dengan beberapa cara diantaranya: (1) memberikan musuh alami; (2) sanitasi lingkungan; (3) pemasangan perangkap sesuai hama; (4) perbaikan GH; (5) mengontrol tenaga kerja saat proses produksi; (6) pemberian sarana, pendidikan dan pelatihan kepada tenaga kerja perusahaan. Saran Berdasarkan kajian yang telah dilakukan dan sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapang, maka terdapat beberapa saran yang dapat diajukan berupa alternatif strategi penanganan risiko antara lain : 1. Dalam penanganan risiko produksi yang disebabkan oleh cuaca sebaiknya perusahaan mengadakan perencanaan penanaman dengan cara mencari informasi mengenai ramalan cuaca dari sumber informasi yang akurat seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika untuk memprediksikan musim tanam yang tepat. 2. Pencegahan dan penanganan untuk mengurangi sumber risiko hama dan penyakit sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan pensterilan green house meliputi sterilisasi media tanam, alat dan lingkungan secara tepat dan rutin agar dapat memutus siklus hidup hama dan penyakit dari penanaman sebelumnya. 3. Perbaikan green house dengan menutup bagian atas dan pintu yang terbuka perlu dilakukan agar hama dan penyakit dari lingkungan luar tidak mudah masuk dan menyebar ke dalam green house. 4. Penanganan hama dan penyakit sebaiknya dilakukan pula secara biologis dengan memberikan musuh alami agar mengurangi pengaruh bahan kimiawi terhadap tanaman dan tanah serta dapat mengurangi biaya yang besar dalam penggunaan obat- obatan kimiawi. 5. Dalam penanganan sumber risiko produksi tenaga kerja sebaiknya perusahaan melakukan pengawasan terhadap tenaga kerja pada saat proses penyiraman agar tenaga kerja lebih disiplin, serta melakukan penggantian sistem pengangkutan hasil panen dari sistem dipikul menjadi sistem pengangkutan dengan wadah ringan seperti meja silang yang dapat memudahkan pengangkutan, pengumpulan dan tidak merusak bagian bunga.

82 69 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Krisan Di Indonesia. Statistik Indonesia : BPS Indonesia. [BPS] Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat Produksi Tanaman Hias Krisan Di Jawa Barat. Statistik Propinsi Jawa Barat : BPS Propinsi Jawa Barat. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura Pedoman Pengenalan Dan Pengendalian Tanaman Hias. Jakarta : Departemen Pertanian. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura Integrasi Sistem Pengembangan Industri Krisan di Indonesia. Jakarta : Departemen Pertanian. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura Nilai PDB Hortikultura di Indonesia. Jakarta : Departemen Pertanian. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura Produksi Tanaman Hias di Indonesia. Jakarta : Departemen Pertanian. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Produk Hortikultura di Tahun Jakarta: Departemen Pertanian. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura Luas Panen dan Produksi Bunga Potong di Indonesia. Jakarta : Departemen Pertanian. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura Volume, Nilai Ekspor dan Impor Florikultura di Indonesia. Jakarta : Departemen Pertanian. Darmawi H Manajemen Risiko. Jakarta : PT Bumi Aksara. Dewiana, I Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Djohanputro, B Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta : Penerbit PPM. Djohanputro, B Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta : Penerbit PPM. Flora, B Laporan Budidaya Bunga Krisan Potong. Bogor : Berkah Flora. Hanggraeni, D Pengelolaan Risiko Usaha. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Harwood, J.R. Heifner, K. Coble, T. Perry, and A. Somwaru Managing Risk in Farming: Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No Market and Trade Economic Division and Resource Economics Division, Economic Research Service U.S. Department of Agriculture. Kountur R Manajemen Risiko Operasional: Memahami Cara Mengelola Risiko Operasional Perusahaan. Jakarta: PPM. Kountur, R Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM.

83 70 Nasti, Y Analisis Risiko Produksi Krisan Potong pada Perusahaan Natalia Nursery di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Parengkuan Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada Yayasan Paguyuban Ikhlas di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Permana Analisis Risiko Produksi Bunga Potong Mawar pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sembiring Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sinaturi, N Analisis Risiko Pengusahaan Bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Robison L.J, Barry P.J The Competitive Firm s Response to Risk. London: Macmillan Publisher. Roumasset, B. dan Singh Risk, Uncertainty and Agricultural Development. Southeast Asian Regional Centre for Graduate Study and Research in Agriculture Philippines. Wisdya S Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis Pada Pt Ekakarya Graha Flora Di Cikampek Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Zebua, Y. A Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Adenium di Perusahaan Anisa Adenium, Bekasi Timur Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

84 71 Lampiran 1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Krisan Indonesia Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik (2012)

85 72 Lampiran 2 Sentra tanaman hias di Provinsi Jawa Barat No Kota Jenis Tanaman 1 Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera 2 Cianjur Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan, Gladiol, Gerbera, Draceaena, Zingiberaceae, Aspharagus 3 Sukabumi Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Draceaena, Holiconia, Cycas, Pakis 4 Bogor Mawar, Melati, Anggrek, Krisan, Holiconia, Pakis, Zingiberaceae, Adenium, Ficus, Aglaonema, Euphorbia 5 Karawang dan Bekasi Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Adenium, Anggrek, Aglaonema, Draceaena 6 Garut Anggrek, Palem, Melati, kaktus, Krisan, Gladiol, Antthurium, Draceaena, Cordeline 7 Kota Bandung Palem, cemara, Bougenville, Ficus, Anthurium 8 Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Draceaena, Cordeline, Aglaonema, Adenium, Anthurium Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2010) Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat [22 Febuari 2013]

86 73 Lampiran 3 Produksi tanaman hias krisan di Jawa Barat Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (2012)

87 74

88 75

89 76 Analisis Probabilitas dan Dampak pada Bunga Krisan Potong Tipe Standard dan Spray

90 77

91 78

92 79

93 80

94 81

95 82

96 83

97 84

98 85

99 86

100 87

101 88

102 89

103 90

104 91

105 92

106 93

107 94

108 95

109 96

110 97 Lampiran 23. Kuisioner penelitian analisis risiko produksi bunga krisan potong pada Perusahaan Berkah Flora Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong pada Perusahaan Berkah Flora Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor oleh Sukmaningrum Dwi Permatasari (H ), Mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis, departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Daftar Pertanyaan untuk Responden Perusahaan A. Identitas Responden 1. Nama :.. 2. Alamat :.. 3. Jenis Kelamin : Laki laki / perempuan* 4. Usia :.. 5. Pendidikan Terakhir :.. 6. Alamat tempat usaha :.. 7. Lama Bertani :.. 8. Jenis kegiatan usaha yang dijalankan : usaha utama / usaha sampingan* B. Sejarah Perusahaan 1. Sejak kapankah perusahaan ini didirikan? Siapakah yang mendirikan usaha ini? Apakah yang melatar belakangi didirikannya perusahaan ini? Apakah alasan dalam pemilihan lokasi budidaya? Apakah ada komoditas lain dalam usaha ini?. 6. Bagaimanakah struktur organisasi perusahaan? Apakah ada pembagian tugas dan wewenang dalam perusahaan? (berikan alasannya) Apa saja visi dan mis yang ingin dicapai perusahaan?. 9. Berapakah jumlah karyawan dan tenaga kerja teknis yang dimiliki perusahaan dalam memproduksi bunga krisan potong? Wanita :..orang Pria :..orang Total :..orang

111 Berapa lama masa jam kerja dan hari kerja untuk melakukan budidaya ini? C. Proses produksi bunga krisan potong di perusahaan 1. Lahan dan naungan a. Total luas lahan :.. b. Luas lahan efektif untuk budidaya :.. c. Luas lahan untuk bangunan :.. d. Luas lahan untuk lainnya :.. e. Kepemilikan lahan :.. f. Lamanya kepemilikan lahan :.. g. Alasan pemilihan lahan :.. h. Jarak lahan dengan jalan raya :.. i. Persiapan lahan Alat yang digunakan :.. Media tanam yang digunakan :.. Lama persiapan lahan :.. Prosess persiapan lahan :.. j. Green house Jumlah total green house :.. Luas green house :.. Luas bedengan dalam green house :... Kegunaan dari green house : Pembibitan a. Jenis bibit yang digunakan :.. b. Bibit berasal dari :.. c. Alat yang digunakan :.. d. Media tanam untuk pembibitan :.. e. Jumlah tanaman untuk bibit :.. f. Syarat bibit yang akan dipanen :.. g. Jumlah bibit yang dipanen :.. h. Waktu untuk kegiatan pembibitan :.. i. Lama pembibitan : minggu j. Proses pembibitan :.. 3. Pearakaran a. Alat yang digunakan :.. b. Media tanam untuk perakaran :.. c. Jumlah bibit untuk perakaran :.. d. Bibit berasal dari :.. e. Syarat bibit yang telah diakarkan :.. f. Jumlah bibit untuk ditanam :.. g. Waktu untuk kegiatan perakaran :.. h. Lama perakaran :.minggu i. Proses perakaran :.. 4. Penanaman a. Alat yang digunakan :.. b. Media tanam untuk penanaman :..

112 c. Jumlah bibit yang ditanam :.. d. Waktu untuk kegiatan penanaman :.. e. Lama penanaman :..minggu f. Frekuensi penanaman :.. g. Pola tanam yang dilakukan :.. h. Proses penanaman :.. 5. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan diantaranya : 1).. Alat yang digunakan :.. Proses yang dilakukan :.. Waktu :.. Frekuensi :..kali 2).. Alat yang digunakan :.. Proses yang dilakukan :.. Waktu :.. Frekuensi :...kali 3) Alat yang digunakan :.. Proses yang dilakukan :.. Waktu :.. Frekuensi : kali 4) Alat yang digunakan :.. Proses yang dilakukan :.. Waktu :.. Frekuensi : kali 6. Pemanenan a. Alat yang digunakan :.. b. Waktu untuk kegiatan pemanenan :.. c. Umur pemanenan : minggu d. Frekuensi pemanenan :. e. Syarat tanaman yang siap dipanen :.. f. Proses pemanenan :.. g. Sortasi :.. h. Jumlah hasil panen tertinggi :.. i. Jumlah hasil panen terendah :.. j. Berapakah jumlah hasil panen yang dihasilkan dalam setiap melakukan pemanenan dari setiap lahan selama beberapa periode tersebut? Pasca panen a. Alat yang digunakan :.. b. Perlakuan setelah pasca panen :.. 99

113 100 D. Analisis risiko budidaya bunga krisan potong di perusahaan 1. Berapakah periode produksi bunga krisan potong ini? Dan selama ini, apakah produksi telah dilakukan secara kontinu? 2. Apa saja kendala yang dihadapi perusahaan dalam melakukan kegiatan usaha budidaya bunga krisan potong ini? 3. Apakah yang diketahui perusahaan mengenai risiko? 4. Apakah komoditas bunga krisan potong memiliki risiko yang tinggi? (Jika tidak, berikan alasannya) 5. Apakah tingginya risiko dalam usaha komoditi bunga krisan potong ini berpengaruh terhadap hasil panen yang dihasilkan pada setiap periodenya? 6. Apakah pernah terjadi gagal panen ketika akan dilakukan pemanenan bunga krisan potong, jika pernah berapa kali frekuensi terjadinya? dan kapan terjadinya? 7. Apa sumber penyebab dari gagal panen tersebut? dan sumber manakah yang paling sering muncul dalam budidaya bunga krisan potong? 8. Apa saja bentuk gagal panen tersebut? 9. Apa sajakah dampak kerugian yang dirasakan perusahaan akibat adanya sumber sumber penyebab kegagalan panen tersebut? 10. Bagaimanakah penanganan yang dilakukan perusahaan dalam mengatasi dampak kerugian dan menghadapi setiap sumber sumber risiko tersebut selama ini? 11. Apakah penanganan yang telah dilakukan dan diterapkan oleh perusahaan selama ini telah efektif dan bisa membantu perusahaan dalam meminimalisir risiko yang ada? (Jika belum efektif, berikan alasannya)

114 101 Lampiran 24 Gambar budidaya bunga krisan potong ada erusahaan Berkah Flora Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor 1. Bibit 2. Persiapan media tanam Bibit setelah dipanen dari mother plant Pembakaran Sekam Arang Sekam 3. Perakaran a. Perakaran dengan menggunakan tray Tray Pengakaran di Tray

115 102 b. Perakaran dengan menggunakan band Pengakaran di band Pengakaran di band c. Pemanenan bibit yang telah diakarkan Pemanenan Bibit dari Pengakaran Bibit dari Pengakaran 4. Persiapan lahan a. Persiapan lahan Pengolahan dan pemupukan Pembuatan Bedengan Pemasangan Lahan Tanam Lahan Tanam Jaring Tanaman

116 Penanaman Bibit akan ditanam Kegiatan Penanaman Kegiatan Penanaman 6. Pemeliharaan a. Penyinaran tambahan dan penyiraman Penyinaran Tambahan Penyiraman b. Penanganan OPT 1) Hama Hama Thrips Hama Tungau Merah

117 104 Hama Leaf miner Hama Appids Hama Ulat Grayak 2) Penyakit Penyakit White rust Penyakit Busuk pangkal batang 3) Cuaca Green house rusak Bunga Krisan Roboh Batang yang membusuk

118 105 4) Tenaga kerja Layu di pengakaran Layu di pengakaran Layu di lahan tanam c. Pertumbuhan Gulma Gulma berupa rumput Gulma berupa jamur d. Pewiwilan Kegiatan Pewiwilan e. Obat - obatan

119 Pemanenan Pengangkutan hasil panen Hasil Panen 8. Pasca Panen Sortasi Pengepakan / Pengemasan 9. Tipe Bunga krisan Bunga krisan Tipe Standard

120 Gambaran umum Green house Bunga krisan Tipe Spray Green house tanpa pintu Green house yang rusak Green house bagian samping atas terbuka

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura Agribisnis secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari empat subsistem yang terintegrasi secara fungsional. Sub-sistem pertama adalah agribisnis hulu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist Florist adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan perdagangan bunga profesional. Meliputi perawatan bunga dan penanganan, desain bunga atau merangkai bunga,

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Florikultura Sistem agribisnis terdiri atas berbagai macam subsistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Menurut Saragih (2001) 2, setidaknya terdapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 5 [Diakses tanggal 24 November 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 5  [Diakses tanggal 24 November 2011] II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Hortikultura Menurut Zulkarnain (2009), kata hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura

I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Hortikultura merupakan salah-satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih yang

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI NATALINA SIANTURI H34086062 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA i ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk pertanian ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan Ciapus Bromel yang berlokasi di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung salah satu kota besar yang ada di Indonesia, merupakan kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari 70% mata

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV JAYA MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANDRI HOTIB MUWAHID H

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV JAYA MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANDRI HOTIB MUWAHID H 1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV JAYA MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANDRI HOTIB MUWAHID H34114044 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Kuisioner Wawancara KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR Tanggal: No.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI i PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ii ABSTRAK

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sebagaimana dikonsepsikan oleh para ahli ekonomi telah menciptakan perubahan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Pembangunan telah mengantarkan negaranegara

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

PENGERTIAN TANAMAN HIAS

PENGERTIAN TANAMAN HIAS PENGERTIAN TANAMAN HIAS Tanaman hias merupakan bidang hortikultura yg berhubungan dengan bunga potong, tanaman hias pot, tanaman hias bedeng, tanaman hias daun dsb atau sering disebut juga sbg Floriculture,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI IRIANA WAHYUNINGSIH H34080045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Identifikasi sumber risiko yang dilakukan pada usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana ditemukan beberapa risiko yang krusial diantaranya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT i ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SOFYAN IKHSAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia Sektor perikanan di Indonesia masih dipandang memiliki prospek yang cerah untuk terus dikembangkan karena potensi yang dimiliki tidak hanya dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG 5.1. Pasar Bunga Rawabelong 5.1.1. Sejarah Pasar Bunga Rawabelong Pasar Bunga Rawabelong merupakan salah satu pasar yang dijadikan Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT ROSIANA HERAWATI

RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT ROSIANA HERAWATI RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT ROSIANA HERAWATI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun

Lebih terperinci

Kata Kunci: Margin keuntungan, Metode simpleks, Biaya tak langsung variabel, Heliconia.

Kata Kunci: Margin keuntungan, Metode simpleks, Biaya tak langsung variabel, Heliconia. Ni Putu Darmayanti. 1111305023. Optimalisasi Perencanaan Diversifikasi Usaha Bunga Potong. Dibawah bimbingan Ir.I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara, MT. dan Dr. Ir. Ida Bagus Putu Gunadnya, MS. ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas bunga di Indonesia sangatlah berlimpah. Menurut Dirjen Hortikultura Indonesia tahun 2006-2007, permintaan bunga hias di pasar dunia cenderung meningkat setiap

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN 1 RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci