RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT ROSIANA HERAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT ROSIANA HERAWATI"

Transkripsi

1 RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT ROSIANA HERAWATI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri Depok Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Rosiana Herawati NIM H

4 ABSTRAK ROSIANA HERAWATI. Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri Depok Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI. Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki produksi tertinggi di Indonesia. Namun pengusahaan tanaman hias memiliki indikasi risiko dalam kegiatan produksinya khususnya tanaman hias Walisongo. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko produksi, menganalisis probabilitas dan dampak sumber risiko produksi, dan merumuskan alternatif strategi sebagai penanganan setiap sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri. Metode penelitian yang digunakan untuk menghitung probabilitas dan dampak risiko adalah z-score dan Value at Risk (VaR). Sumber-sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo yang terjadi pada PT Godongijo Asri adalah serangan hama, serangan penyakit tanaman, kondisi cuaca tidak menentu dan kualitas sekam. Kemungkinan sumber risiko terbesar adalah kondisi cuaca tidak menentu dengan dampak terbesar sedangkan kemungkinan sumber risiko terkecil adalah kualitas sekam dengan dampak terkecil. Alternatif strategi preventif dan mitigasi dilakukan untuk menangani sumber risiko pada kuadran II sedangkan 2 sumber risiko lainnya yang berada pada kuadran III hanya menggunakan strategi preventif. Kata Kunci: hortikultura, produksi, risiko, tanaman hias, Walisongo ABSTRACT ROSIANA HERAWATI. Production Risk of Walisongo Ornamental Plant in PT Godongijo Asri Depok West Java. Supervised by ANNA FARIYANTI. Ornamental plant is one of horticultural commodities that the largest volume product in Indonesia. In spite of ornamental plant farms have been risk indicate of production activities particularly Walisongo ornamental plant. The purpose of this study to identify the source of production risk, analyzing the probability and impact source of production risk, and than risk management strategies to analyze alternatives handling for each source of risk Walisongo ornamental plant in PT Godongijo Asri. The research methods used for calculating the probability and impact are z-score and Value at Risk (VaR). The sources of the risk Walisongo ornamental plant in PT Godongijo Asri consists of disease attack, germ attack, unpredictable weather, and husks quality. The highest probability of risk is cause by unpredictable weather with the highest impact even though the smallest probability of risk is cause by husks quality with the smallest impact. Mitigation and preventive strategies should be applied for quadrant II and the others 2 sources risk at quadrant III should be applied by preventive strategies. Keywords: horticulture, ornamental plant, production, risk, Walisongo

5 RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT ROSIANA HERAWATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6

7

8

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah risiko produksi, dengan judul Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri Depok Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran. Penulis ucapkan terima kasih kepada Tintin Sarianti, SP MM selaku dosen penguji utama dan Yanti Nuraeni Muflikh, SP MAbuss selaku dosen penguji komdik. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Jane Nadeak selaku Accounting Manager, Bapak Rizki Syahrazi selaku Production/Marketing Manager dan Ibu Dian Puspasari selaku Production Manager Assistance PT Godongijo Asri yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan telah membantu pengumpulan data, serta seluruh karyawan produksi PT Godongijo Asri yang telah memberikan waktu dan informasi secara rinci mengenai risiko produksi tanaman hias Walisongo. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2015 Rosiana Herawati

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 9 Manfaat Penelitian 9 Ruang Lingkup Penelitian 9 TINJAUAN PUSTAKA 10 Sumber-Sumber Risiko 10 Peluang dan Dampak Risiko 11 Strategi Pengelolaan Risiko 12 KERANGKA PEMIKIRAN 14 Kerangka Pemikiran Teoritis 14 Konsep Risiko 14 Analisis Risiko 15 Sumber-Sumber Risiko 15 Dampak Risiko 16 Manajemen Risiko 17 Pemetaan Risiko 20 Kerangka Pemikiran Operasional 22 METODE PENELITIAN 23 Lokasi dan Waktu Penelitian 23 Jenis dan Sumber Data 24 Metode Pengumpulan Data 25 Metode Pengolahan Data 25 Analisis Kuantitatif 26 Analisis Probabilitas 26 Analisis Dampak Risiko 27 Pemetaan Risiko 28 GAMBARAN UMUM PT GODONGIJO ASRI 30 Sejarah Singkat PT Godongijo Asri 30 Visi dan Misi PT Godongijo Asri 30 Struktur Organisasi PT Godongjo Asri 31 Tenaga Kerja Produksi PT Godongijo Asri 33 vii viii ix

11 Kegiatan Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri 33 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Identifikasi Sumber Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA 38 Analisis Probabilitas Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA 48 Analisis Dampak Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA 53 Pemetaan Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA 57 Strategi Penanganan Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA 59 SIMPULAN DAN SARAN 66 Simpulan 66 Saran 66 DAFTAR PUSTAKA 67 LAMPIRAN 70 DAFTAR TABEL 1 Volume ekspor komoditas hortikultura Indonesia tahun 2012 sampai Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia tahun 2013 sampai Produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2011 sampai Wilayah sentra produksi (tangkai) komoditas tanaman hias di Jawa Barat tahun Tingkat kegagalan tanaman hias pada PT Godongijo Asri periode 15 Januari sampai 15 Maret Jenis dan sumber data penelitian 24 7 Form pencatatan sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo 25 8 Jabatan dan tugas-tugas tenaga kerja pada PT Godongijo Asri 32 9 Penggunaan perlengkapan merockwool untuk tanaman hias Walisongo Penggunaan peralatan penanaman tanaman Walisongo untuk 1 meja tanam Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko serangan hama pada PT Godongijo Asri Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko serangan penyakit tanaman pada PT Godongijo Asri Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada PT Godongijo Asri Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko kualitas sekam Probabilitas sumber risiko serangan hama pada PT Godongijo Asri Probabilitas sumber risiko serangan penyakit tanaman pada PT Godongijo Asri 50

12 17 Probabilitas sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada PT Godongijo Asri Probabilitas sumber risiko kualitas sekam pada PT Godongijo Asri Harga jual tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri tahun 2013 sampai tahun Dampak sumber risiko serangan hama pada tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per batang Rp Dampak sumber risiko serangan penyakit tanaman pada tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per batang Rp Dampak sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per batang Rp Dampak sumber risiko kualitas sekam pada tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri dengan tingkat harga rata-rata per batang Rp Sumber, probabilitas, dampak, dan status risiko tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri 58 DAFTAR GAMBAR 1 Jumlah kegagalan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo periode tahun 2013 sampai Proses pengelolaan risiko perusahaan dan output yang dihasilkan 18 3 Peta risiko 20 4 Peta pemindahan risiko pada strategi preventif 21 5 Peta pemindahan risiko pada strategi mitigasi 21 6 Kerangka pemikiran operasional 23 7 Layout peta risiko 29 8 Struktur organisasi PT Godongijo Asri tahun Kegiatan perbanyakan stek tanaman Walisongo Kegiatan perockwoolan tanaman Walisongo Meja tanam untuk menanam tanaman Walisongo Penanaman hasil stek tanaman Walisongo Kegiatan pemeliharaan tanaman hias Walisongo pada mistroom dan ruang aklimatisasi Serangan hama Nymphola depunctalis pada mistroom, Nymphola depunctalis pada ruang aklimatisasi dan Cnaphalocrosis medinalis Serangan penyakit tanaman pada tanaman hias Walisongo yaitu bercak daun (Leaf spot), botrytis, dan layu (Fusarium) Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca tidak menentu yaitu busuk batang akar (Phytium) Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kualitas sekam yaitu jamur Phytopthora palmivora Pemetaan masing-masing sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo 59

13 19 Peta pemindahan sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu dan serangan penyakit tanaman pada strategi preventif Peta pemindahan sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu dan serangan penyakit tanaman pada strategi mitigasi 65 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data tanaman hias proyek vertical garden Simprug Golf 9 bulan Januari 2015 pada PT Godongijo Asri 70 2 Data pengamatan tanaman hias Walisongo pada umur tanaman 0 sampai 1 bulan pada PT Godongijo Asri 71 3 Data pengamatan tanaman hias Walisongo pada umur tanaman 1 sampai 2 bulan pada PT Godongijo Asri 72 4 Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman hias Walisongo akibat sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu 73 5 Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman hias Walisongo akibat sumber risiko serangan penyakit tanaman 74 6 Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman hias Walisongo akibat sumber risiko serangan hama 75 7 Hasil analisis probabilitas dan dampak kegagalan produksi tanaman hias Walisongo akibat sumber risiko kualitas sekam 76

14

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang tepat untuk dijadikan sebagai sektor andalan dalam membangun perekonomian nasional melalui kegiatan agribisnis. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia (Ditjen Hortikultura 2014). Komoditas hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias (florikultura), dan tanaman obat (biofarmaka). Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan, teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional. Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun pasar luar negeri (Ditjen Hortikultura 2014). Namun, telah diketahui bahwa pada usaha hortikultura memiliki indikasi risiko yang tinggi pada proses produksinya sebab komoditas hortikultura memiliki karakteristik mudah busuk, rusak serta siklus produksi yang lebih panjang. Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi penurunan volume ekspor komoditas hortikultura seperti sayuran, buahbuahan, dan tanaman hias pada tahun 2012 sampai Tabel 1 Volume ekspor komoditas hortikultura Indonesia tahun 2012 sampai 2013 Komoditas Volume (ton) Pertumbuhan (%) Sayuran Buah-buahan Tanaman hias Tanaman obat Jumlah Sumber: Kementerian Pertanian (2014) Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam usaha hortikultura, diantaranya fluktuasi produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha sempit, kebijakan dan regulasi dibidang perbankan, transportasi, ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura nasional. Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang mampu bersaing dengan produk hortikultura yang berasal dari negara lain. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kontribusi subsektor hortikultura ke depan diperlukan dukungan semua pihak yang terkait secara terintegrasi sesuai tugas dan fungsinya. Telah diketahui bahwa tanaman hias merupakan salah satu komoditas yang mengalami penurunan volume ekspor tahun 2012 sampai 2013, penurunan

16 2 volume ekspor tanaman hias lebih besar dibandingkan komoditas sayuran dan buah-buahan. Hal ini disebabkan karena adanya indikasi penurunan produktivitas pada tanaman hias. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat terjadi penurunan produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2013 sampai 2014 sebesar 2.36 tangkai/m 2. Hal ini disebabkan karena peningkatan luas panen yang lebih tinggi dibanding dengan peningkatan produksi tanaman hias. Tabel 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia tahun 2013 sampai 2014 Komoditas Tahun Pertumbuhan (%) Buah-buahan: Luas panen (pohon) Produksi (ton) Produktivitas (ton/pohon) Sayuran: Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Tanaman obat: Luas panen (m 2 ) Produksi (kg) Produktivitas (kg/m 2 ) Tanaman hias: Luas panen (m 2 ) Produksi (tangkai) Produktivitas (tangkai/m 2 ) Sumber: Kementerian Pertanian (2014) Hal tersebut mungkin terjadi karena petani dihadapkan pada kondisi eksternal seperti faktor alam yang sulit untuk diprediksi, kemudian ditambah lagi petani diindikasi kurang cepat untuk merespon adanya sumber risiko yang ada di lokasi usaha, selain itu petani tanaman hias di Indonesia kurang dapat membaca perubahan preferensi terhadap tren tanaman hias sehingga petani memproduksi tanaman hias yang sudah tidak lagi menjadi tren. Kendala pelaku ekspor ketika menjual produknya di luar negeri adalah tidak adanya dukungan dalam bentuk promosi (Sobir 2014). Hal ini dapat disebabkan karena pelaku ekspor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis tanaman hias di Indonesia. Dalam hal ini petani harus mengeahui tentang hama atau penyakit tanaman penting yang dapat menyerang tanaman hias di lokasi usaha, kondisi tanah maupun iklim yang dapat membatasi pencapaian produksi maksimum dari tanaman yang diusahakan serta memiliki strategi yang tepat untuk menghadapi kendala-kendala yang akan terjadi. Tabel 3 menunjukkan bahwa produktivitas berbagai komoditas tanaman hias memperlihatkan produktivitas yang berbeda dari tahun 2011 sampai tahun 2013.

17 3 Tabel 3 Produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2011 sampai 2013 Komoditas Produktivitas (tangkai/pohon) Persentase pertumbuhan (%) Aglaoenema Adenium Anggrek Anthurium bunga Anyelir Gladiol Krisan Mawar Melati Palem Sumber: Kementerian Pertanian (2014) Produktivitas berbagai tanaman hias di Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun, kadang cenderung mengalami peningkatan dan kadangkala mengalami penurunan. Naik turunnya produktivitas tanaman hias tersebut menunjukkan usaha tanaman hias mempunyai risiko dalam pengusahaannya. Salah satu penyebab adanya variasi produktivitas berbagai tanaman hias disebabkan perbedaan teknologi yang diadopsi dan digunakan dalam proses produksi serta faktor eksternal seperti kondisi lingkungan. Sumber risiko produksi dalam usaha tanaman hias antara lain kondisi cuaca yang tidak pasti, serangan hama penyakit yang sulit diprediksi sebelumnya, efisiensi penggunaan input serta tanaman yang rentan dalam perawatannya. Adanya risiko produksi tersebut akan memengaruhi keberhasilan dan keuntungan yang diterima usaha tanaman hias. Strategi pengelolaan risiko yang bertujuan menekan dampak risiko dalam usaha tanaman hias menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji. Menurut Saragih (2001) agribisnis florikultura adalah keseluruhan kegiatan bisnis yang terkait dengan bunga-bungaan dan terdapat 3 alasan yang mendukung perkembangan florikultura di Indonesia yaitu: 1) Potensi keragaman jenis tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, 2) Potensi keragaman jenis tanaman hias baik domestik maupun ekspor, dan 3) Potensi ketersediaan lahan bagi pengembangan tanaman hias di Indonesia yang masih cukup luas. Dengan mengatur pola produksi, kapasitas produksi, dan proses produksi yang ramah lingkungan akan diperoleh produk yang bersih dan berdaya saing global. Mengingat potensi perkembangan florikultura maka proses produksi akan berkembang ke lokasi baru bersamaan dengan penerapan program intensifikasi di lahan yang telah mapan, hal tersebut didukung berdasarkan peningkatan luas panen yang sangat tinggi. Saat ini telah berkembang tanaman hias yang dijual dalam bentuk yang berbeda, salah satunya bentuk tanaman hias yang dijual untuk konsumen dengan konsep vertical garden. Vertical garden adalah konsep taman tegak yang elemen tamannya diatur sedemikian rupa dalam sebuah bidang tegak untuk menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhannya, konsep ini mulai berkembang pada tahun Prospek bisnis tanaman hias vertical garden pada awalnya tidak berkembang dengan pesat dalam

18 4 waktu singkat sebab harga yang ditawarkan relatif mahal sehingga tidak semua orang dapat menjangkaunya. Sikap optimis tetap ada pada pelaku usaha vertical garden ini sebab beberapa tahun terakhir permintaan terhadap tanaman vertical garden terus menunjukkan tren yang positif dengan menjual tanaman vertical garden dengan harga terjangkau, khususnya diawal tahun 2015 (Arum 2015). Oleh sebab itu, terdapat peluang bisnis yang sangat prospektif pada pelaku usaha vertical garden. Jenis tanaman vertical garden yang digunakan untuk penanaman beragam. Akan tetapi terdapat beberapa kriteria tanaman seperti: tanaman tidak terlalu berat, kecepatan tumbuh rendah hingga menengah, dapat hidup pada kondisi panas serta dapat menutupi elemen bagian dari rangka vertical garden. Jenis tanaman tersebut terdiri dari Kuping Gajah, Lili Paris, Walisongo, Suji Belut, Kadaka dan beberapa tanaman hias lainnya. Tanaman semak sangat bermanfaat dalam pembentukan tanaman vertical garden seperti tanaman Walisongo yang merupakan jenis tanaman semak sebab ketinggiannya kurang dari 1 meter sehingga tidak perlu dipangkas. Tanaman Walisongo sangat bermanfaat dalam pembentukan vertical garden karena manfaatnya dapat menutupi bagian elemen penyusun rangka vertical garden, sehingga dapat terlihat lebih alami. Keunikan dan banyaknya manfaat yang berasal dari tanaman hias Walisongo ini menyebabkan tanaman hias Walisongo menempati proporsi tertinggi pada elemen vertical garden dibandingkan tanaman hias lainnya. Tanaman hias Walisongo merupakan tanaman hias yang cukup mudah untuk dirawat. Selain bermanfaat sebagai tanaman hias, tanaman Walisongo juga memiliki manfaat sebagai penyerap polusi udara. Biasanya tanaman hias Walisongo ini dijadikan tanaman hias di ruangan yang dapat menetralisir asap rokok. Secara visual tanaman hias Walisongo ini memiliki daun yang berbentuk jari tangan pada batang bagian utama. Daun tebal dan mengilap berwarna hijau atau variegate. Sebagian daun bisa berwarna kuning. Bentuk daun tanaman Walisongo ada yang bergelombang, ramping, lonjong, runcing atau menyerupai daun ubi kayu. Cara menanam tanaman hias Walisongo bisa dilakukan di dalam pot atau ditanam langsung di tanah. Untuk penanaman dalam pot, tanaman Walisongo biasanya dijadikan penghias ruangan atau teras rumah. Jika tanaman hias Walisongo ini ditanam di tanah, bisa berfungsi sebagai tanaman peneduh dan tidak terlalu menghasilkan sampah daun kering. Tanaman Walisongo yang ditanam di tanah dapat tumbuh hingga mencapai 8 meter. PT Godongijo Asri merupakan salah satu pionir penghasil tanaman hias untuk tanaman vertical garden. Hal ini disebabkan karena PT Godongijo Asri mampu mengadopsi konsep yang sesuai dengan negara asalnya yaitu negara Perancis. Tidak seperti pelaku usaha sejenis yang kurang memahami konsep dari vertical garden, sehingga banyak pengusaha tanaman hias vertical garden yang memproduksi tanaman hias dengan konsep dan teknik yang tidak sesuai. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra pengembangan tanaman hias di Indonesia (Ditjen Hortikultura 2014). Salah satu daerah di Jawa Barat yang merupakan sentra tanaman hias adalah Kota Depok, berdasarkan Tabel 4 menyatakan bahwa Kota Depok memiliki proporsi tertinggi sentra produksi tanaman hias yaitu sebesar 32% lebih tinggi dibandingkan dengan daerah Cianjur yaitu sebesar 30.12%.

19 Tabel 4 Wilayah sentra produksi (tangkai) komoditas tanaman hias di Jawa Barat tahun 2013 Komoditas Depok Bogor Sukabumi Cianjur Anthurium daun Caladium Aglaonema Adenium Pakis Euphorbia Monstera Diffenbehia Total Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2013) 5 Hal ini ditunjang pula oleh potensi pasar yang sangat baik, masih tersedianya lahan, potensi sumberdaya manusia yang besar, serta kondisi iklim Kota Depok yang sesuai untuk memproduksi tanaman hias. Cinangka merupakan salah satu daerah sentra perdagangan tanaman hias yang terletak di Kota Depok. PT Godongijo Asri merupakan perusahaan besar didaerah Cinangka Depok yang menjadi sentra produksi tanaman hias yang mengusahakan berbagai jenis tanaman hias untuk memenuhi permintaan pasar, seperti Asystasia, Begonia sp., Cordyline Merah, Dracaena Goedsefiana, Epipremnum sp., Ficus Siamensis, Kadaka Pelipis, Miana Merah, Pakis Hutan, Peperomia Scandies, Walisongo, Suji Belut, dan berbagai macam jenis tanaman lainnya. Berdasarkan uraian tersebut penelitian mengenai risiko produksi tanaman hias penting untuk dilakukan. Perumusan Masalah PT Godongijo Asri merupakan perusahaan tanaman yang bergerak dibidang tanaman hias dan beberapa tanaman buah meliputi bidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. Tanaman hias yang diusahakan di PT Godongijo Asri seperti Asystasia, Begonia sp., Cordyline Merah, Dracaena Goedsefiana, Epipremnum sp., Ficus Siamensis, Kadaka Pelipis, Miana Merah, Pakis Hutan, Peperomia Scandies, Walisongo, Suji Belut, dan berbagai macam jenis tanaman lainnya. PT Godongijo Asri merupakan perusahaan yang selalu mengembangkan usahanya terlihat dari penambahan jenis komoditas yang diusahakan sesuai dengan permintaan pasar dan sedang memfokuskan pada usaha vertical garden. Hal inilah yang menjadikan PT Godongijo Asri dapat bertahan hingga saat ini. Tanaman hias yang diproduksi pada PT Godongijo Asri adalah tanaman hias yang banyak dicari oleh konsumen sehingga usaha produksi tanaman hias ini dapat berkembang dengan pesat. Namun, perlu diperhatikan bibit tanaman hias yang ditanam untuk diperbanyak sebaiknya bibit yang bermutu baik. Tanaman hias memiliki prospek baik untuk dikembangkan, namun dalam proses budidayanya memerlukan penanganan yang lebih intensif. Penanganan yang lebih intensif pada proses produksi sangat diperlukan, karena dalam proses

20 6 produksi sering dihadapkan pada kendala-kendala. Diantara kendala-kendala yang dihadapi dalam produksi tanaman hias yaitu adanya tingkat risiko pada proses produksinya. Risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan (Kountur 2004). Kerugian yang ditimbulkan dalam kegiatan produksi dapat memengaruhi hasil produksi dan keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha. Adanya risiko produksi pada tanaman hias dapat dilihat dari variasi dan fluktuasi tingkat keberhasilan tanaman hias dimana jumlah tanaman yang ditanam jumlahnya tidak sama dengan jumlah tanaman yang berhasil dipanen dan jumlahnya tidak pasti walaupun ditanam dengan jumlah tanaman yang sama setiap periodenya. Pada saat proses produksi sering kali mengalami kendala seperti kendala yang berasal dari alam sehingga jumlah produksi yang diharapkan tidak sesuai dengan jumlah produksi aktual. Tanaman hias yang terkena hama dan penyakit harus cepat dipisahkan dengan tanaman lainnya agar tidak tertular dan memengaruhi pertumbuhan tanaman lainnya. Kendala lainnya dapat berasal dari SDM pada perusahaan, dimana pada saat penyiraman dan penyemprotan tanaman hias yang dilakukan oleh tenaga kerja terjadi kesalahan seperti salah memberikan obat hama atau tidak meratanya penyemprotan sehingga dapat memicu terjadinya serangan jamur dan bakteri pada tanaman hias, kemudian risiko yang berasal dari teknologi seperti alat irigasi otomatis yang terkadang error atau tidak sesuai dengan aturan yang sudah disetting oleh tenaga kerja. Terdapat perolehan hasil untuk setiap produksi dengan jumlah perbanyakan yang sama maupun jumlah produksi yang bervariasi yang menghasilkan tingkat keberhasilan panen yang berbeda-beda atau bervariasi. Tingkat kegagalan tanaman hias yang memiliki risiko besar pada PT Godongijo Asri periode 15 Januari sampai 15 Maret 2015 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Tingkat kegagalan tanaman hias pada PT Godongijo Asri periode 15 Januari sampai 15 Maret 2015 Komoditas Tanam Panen Kegagalan Persentase (batang) (batang) (batang) Kegagalan (%) Walisongo Asystasia Miana Merah Peperumia Scandes Suji Belut Adanya variasi keberhasilan produksi tanaman hias, mengindikasi adanya risiko produksi dalam mengusahakan tanaman hias. Risiko produksi berasal dari karakteristik tanaman yang memiliki perlakuan berbeda dalam prosesnya, perubahan cuaca atau iklim yang terjadi karena setiap tanaman hias yang ada memiliki karakteristik yang berbeda, serangan hama dan penyakit tanaman yang sangat sulit dihindari walaupun sudah dilakukan upaya pencegahan, serta kondisi peralatan dan perlengkapan media tanam. Walaupun PT Godongijo Asri telah

21 Jul-Sep 2013 Ags-Okt 2013 Nov-Jan 2014 Nov-Jan 2014 Des-Feb 2014 Feb-Apr 2014 Mar-Mei 2014 Mar-Mei 2014 Apr-Jun 2014 Apr-Jun 2014 Mei-Jul 2014 Jun-Ags 2014 Jul-Sep 2014 Ags-Okt 2014 Sep-Nov 2014 Okt-Des 2014 Okt-Des 2014 Nov-Jan 2015 Jan-Mar 2015 menggunakan beberapa teknologi budidaya, penanganan yang khusus sangat diperlukan pada proses produksi seperti penentuan cara perbanyakan tanaman yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing tanaman, pemilihan media tanam yang tepat, pemakaian peralatan produksi yang bersih dan steril, perbaikan peralatan dan bangunan yang memadai, penanganan hama dan penyakit yang sesuai serta pengawasan tenaga kerja. Hal tersebut yang memengaruhi jumlah produksi tanaman hias di PT Godongijo Asri seperti tanaman hias Walisongo yang merupakan tanaman yang memiliki penjualan tertinggi, proporsi tertinggi tanaman hias Walisongo sebesar 10.38% lebih tinggi dibandingkan tanaman hias lain pada salah satu proyek vertical garden yang terdapat pada Lampiran 1. Proporsi tanaman hias Walisongo lebih tinggi dibandingkan tanaman hias lainnya yang digunakan pada vertical garden PT Godongijo Asri sebab tanaman hias Walisongo ini memiliki karakteristik yang menyukai tempat-tempat panas dan cocok dibuat sebagai elemen vertical garden karena bentuk tanaman yang dapat menutupi elemen rangka dari penyusun vertical garden sehingga tampak lebih alami. Tanaman Walisongo merupakan tanaman yang memiliki tingkat kegagalan ke-2 setelah tanaman hias Miana Merah, namun tanaman Walisongo ini merupakan tanaman hias yang memiliki harga jual tertinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya yaitu sebesar Rp per batang tanaman Walisongo pada tahun Tingkat kegagalan pada perbanyakan tanaman hias Walisongo mengalami fluktuasi dalam produksinya. Hal ini dikarenakan periode produksi yang dilakukan dipengaruhi oleh faktor cuaca yang tidak menentu dan penyakit yang sulit untuk diprediksi sehingga memengaruhi pertumbuhan tanaman juga berdampak secara bersamaan. Jumlah kegagalan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri periode tahun 2013 sampai 2015 dapat dilihat pada Gambar Kegagalan tanaman hias walisongo (batang) Gambar 1 Jumlah kegagalan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo periode tahun 2013 sampai 2015

22 8 Selain itu, pada proses produksi tanaman hias Walisongo sangat dipengaruhi oleh cuaca sebab cuaca dapat berpengaruh terhadap kualitas tanaman yang dihasilkan dan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Tanaman hias Walisongo merupakan tanaman hias yang termasuk family Araliaceae sama seperti tanaman hias anthurium 1. Tanaman Walisongo memiliki pertumbuhan perakaran yang cepat ± 3 minggu, memiliki tajuk daun melebar, dan proses pembesarannya yang tidak terlalu sulit, namun pada proses awal penanamannya rentan terserang berbagai jenis penyakit dan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan sebab tanaman hias Walisongo merupakan jenis tanaman perdu yang cocok pada lingkungan panas (Febriarta et al. 2011). Prospek usaha tanaman hias vertical garden yang menggunakan tanaman hias Walisongo sangat menjanjikan (Nasrullah 2015). Ditambah banyak perkantoran, apartemen, perhotelan memanfaatkan vertical garden sebagai area hijau sehingga terlihat lebih asri dan mewujudkan konsep tata kota yang menarik dan asri. Tren tanaman hias Walisongo menunjukkan peningkatan, artinya manfaat yang dihasilkan dari pengadaan tanaman hias vertical garden sangat prospektif (Harahap 2015). Berdasarkan hal tersebut, dapat menjadikan nilai ekonomi dari tanaman hias Walisongo semakin tinggi karena adanya peluang dari konsep vertical garden tersebut. Dalam setiap siklus produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri membutuhkan waktu selama 2 bulan, dimulai dari proses perakaran yang dilakukan di dalam mistroom selama 1 bulan sampai proses pembesaran yang dilakukan di dalam ruang aklimatisasi selama 1 bulan. Produksi tanaman hias Walisongo disesuaikan besarnya pesanan dari konsumen, selain itu konsumen dapat berkonsultasi dengan pihak perusahaan mengenai design yang dipilih. Pada setiap produksi tanaman hias Walisongo perusahaan dapat memproduksi beberapa tanaman hias lainnya, sehingga setiap bulan perusahaan dapat memproduksi beberapa tanaman hias yang ada pada perusahaan untuk siap dijual. Agar dapat mencegah besarnya kerugian dalam produksi tanaman hias Walisongo maka perlu dilakukan strategi yang tepat terhadap risiko produksi yang ada. Risiko produksi dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan sehingga menyebabkan perusahaan memperoleh pencapaian produksi yang tidak mencapai maksimum dan keuntungan yang tidak maksimum. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami adalah jumlah produksi rendah, jumlah produksi tanaman yang tidak sesuai dengan jumlah tanaman yang ditanam, gagal panen, pertumbuhan tanaman terganggu, menurunnya nilai ekonomis dari hasil produksi serta kualitas hasil panen yang menurun. Kerugian ini disebabkan tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya budidaya tanaman telah mereka keluarkan dalam jumlah yang sangat besar. Sedangkan hasilnya tidak mereka harapkan. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk dapat meminimalkan risiko produksi yang dapat menghambat proses produksi. Hal ini menjadi bahan kajian dalam penelitian mengenai alternatif strategi penanganan risiko produksi dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan risiko untuk dapat meminimalkan risiko produksi. Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu: 1 Informasi Spesies [20 Feb 2015]

23 1. Apa saja yang menjadi sumber-sumber risiko yang dihadapi PT Godongijo Asri dalam memproduksi tanaman hias Walisongo? 2. Berapa besarnya peluang dan dampak kerugian pada produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri? 3. Bagaimana alternatif strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri? 9 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo yang dihadapi PT Godongijo Asri. 2. Menganalisis besarnya peluang dan dampak kerugian pada kegiatan produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri. 3. Menganalisis alternatif strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang membangun dan bermanfaat bagi: 1. Bagi akademisi sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut mengenai risiko produksi usaha agribisnis. 2. Bagi perusahaan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam mengelola risiko usaha. 3. Bagi peneliti sebagai sarana pengaplikasian dan pembelajaran ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. Ruang Lingkup Penelitian 1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah tanaman hias Walisongo yang merupakan tanaman hias yang merupakan fokus perusahaan dalam melakukan usaha vertical garden dan memiliki permintaan serta penjualan tertinggi. 2. Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah tanaman hias Walisongo berumur 0 sampai 1 bulan dalam mistroom dan tanaman hias Walisongo berumur 1 sampai 2 bulan dalam ruang aklimatisasi. 3. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai risiko produksi.

24 10 TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber Risiko Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar disebabkan faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Sumbersumber risiko tersebut merupakan sumber risiko teknis (produksi). Dilihat dari segi non-teknis sumber-sumber risiko pada usaha pertanian digolongkan pada risiko pasar yang mencakup fluktuasi harga input dan output. Risiko yang terkait dengan produksi pertanian umumnya relatif lebih besar dibandingkan dengan industri lainnya. Sumber-sumber risiko produksi yang memengaruhi produksi pertanian dapat disebabkan karena cuaca buruk, hama dan penyakit, kebakaran, erosi tanah, degradasi lingkungan sampai hilangnya tenaga kerja di pertanian (Sen dan Chaoudhary 2014). Sumber-sumber risiko produksi hortikultura sebagian besar disebabkan karena faktor-faktor seperti perubahan iklim, suhu, cuaca, hama, penyakit dan kegagalan dalam hal teknis produksi 2. Hal tersebut juga diduga menjadi sumber-sumber risiko pada pengusahaan tanaman hias yang diteliti pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan, risiko pada kegiatan produksi pertanian relatif lebih besar dibandingkan risiko pada kegiatan lain dalam usaha pertanian. Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalkan sekecil mungkin. Pada umumnya risiko dapat diminimalkan dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, usaha penanganan secara intensif, serta pengadaan input yang berkualitas seperti SDM, benih atau bibit dan obat-obatan. Ditinjau dari usaha di bidang tanaman hortikultura, analisis risiko ditujukan untuk mengetahui sumber-sumber risiko dan besar risiko. Sumbersumber risiko produksi pada pembibitan tanaman secara umum disebabkan karena perubahan kondisi iklim dan cuaca, intentitas cahaya matahari, serangan hama dan penyakit, teknik perbanyakan tanaman (teknologi) yang kurang tepat dan tenaga kerja kurang terampil (Dewiana 2011; Primasari 2011; Zebua 2011; Sari 2012). Namun penelitian sebelumnya menunjukkan adanya sumber-sumber risiko produksi lain yang terjadi pada pengusahaan tanaman hias seperti kondisi bibit tanaman yang kurang baik, kondisi peralatan pertanian dan bangunan untuk melakukan produksi yang kurang memadai serta tenaga kerja yang kurang disiplin (Sofiani 2011; Zebua 2011). Risiko produksi pada pengusahaan sayuran memiliki sumber risiko yang sama, bahwa sumber-sumber risiko produksi pada pengusahaan sayuran adalah faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, tingkat kesuburan lahan, efektifitas penggunaan input, dan keterampilan sumber tenaga kerja yang kurang (Jamilah 2011; Kurniati 2012). Berbeda dengan penelitian Panggabean (2011), menyimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab munculnya risiko penjualan secara umum dapat dibagi 2 bagian besar yaitu: kegagalan pada proses penyediaan tanaman (pra penjualan) 2 Managing production risk [15 Oktober 2014]

25 seperti perubahan iklim dan cuaca, serangan hama dan penyakit, sedangkan kegagalan perusahaan dalam mengendalikan pasar dipengaruhi selera konsumen, harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman. Analisis risiko pada umumnya membahas mengenai risiko produksi dan risiko harga. Sianturi (2011), mengemukakan bahwa selain risiko produksi yang sering terjadi pada pengusahaan bunga, risiko dapat pula karena adanya risiko pasar yaitu harga input. Namun penelitian lain menunjukkan adanya risiko lain dalam pengusahaan bunga yang disebabkan karena kontaminasi dan kerusakan mekanis (Wisdya 2009). Dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber risiko produksi yang banyak dihadapi pada usaha tanaman hortikultura adalah faktor cuaca, iklim, suhu, hama dan penyakit, kualitas input produksi, kerusakan teknis atau mekanis, efektivitas penggunaan tenaga kerja (SDM). Perbedaannya terletak pada pilihan komoditas, sehingga sumber-sumber risiko pada setiap komoditas tersebut dapat berbeda. 11 Peluang dan Dampak Risiko Dimensi pada risiko umumnya terkait pada 2 dimensi yaitu dimensi peluang dan dimensi dampak. Dimensi peluang merupakan kemungkinan risiko akan terjadi, sedangkan dimensi dampak merupakan tingkat kepentingan atau biaya yang terjadi jika risiko yang dikaji benar-benar menjadi kenyataan. Risiko dapat diukur melalui ke-2 dimensi tersebut sehingga dapat menentukan alternatif strategi yang dapat meminimalkan tingkat risiko dan tingkat kerugian yang dihadapi. Penelitian Nasti (2013) dalam mengukur dampak dan probabilitas sumber risiko dianalisis menggunakan metode Expert opinion dan Delphy melalui wawancara yang selanjutnya melakukan pemetaan risiko. Expert opinion merupakan suatu metode dimana seorang ahli dalam suatu bidang diminta pendapatnya mengenai dampak dan probabilitas suatu risiko. Sementara itu metode Delphy merupakan suatu metode dimana beberapa orang ahli diminta pendapat mengenai dampak dan probabilitas dari suatu risiko yang kemudian pendapat dari ahli tersebut diberikan kepada ahli lainnya tanpa memberitahukan identitas dari ahli sebelumnya. Metode Expert opinion dan Delphi dipilih karena tidak tersedia data historis mengenai produksi terkait risiko produksi krisan potong pada perusahaan terkait. Berbeda dengan penelitian mengenai pengukuran risiko dengan menghitung peluang dan dampak dari sumber-sumber risiko yaitu penelitian pada risiko produksi jamur tiram putih. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat 4 sumber risiko pada usaha produksi jamur tiram putih yang meliputi kegagalan proses sterilisasi, penyakit, hama, dan suhu. Berdasarkan perhitungan probabilitas kejadian dari setiap sumber risiko dengan menggunakan metode analisis z-score menghasilkan nilai probabilitas tertinggi pada sumber risiko kegagalan proses sterilisasi dengan menghitung dampak yang dihasilkan (Hotib 2013). Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Yamin (2012) mengenai analisis risiko produksi tomat cherry menghitung setiap kemungkinan yang terjadi pada sumber risiko produksi tomat cherry yang meliputi pengaruh cuaca, hama,

26 12 penyakit, kualitas bibit dan sumber daya manusia dengan metode analisis z-score. Data yang digunakan untuk menghitung tingkat probabilitas terjadi risiko adalah data produksi tomat cherry 10 periode terakhir. Nilai dampaknya yang dihitung dengan metode VaR (Value at Risk) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan error 5% dimana nilai tersebut digunakan apabila terdapat bias data dan kesalahan hitung. Strategi Pengelolaan Risiko Langkah awal dalam pengelolaan risiko pada umumnya mengindentifikasi sumber-sumber risiko pada kegiatan usaha. Identifikasi risiko ini dilakukan untuk memperoleh sekumpulan informasi mengenai penyebab risiko dan kejadiankejadian yang dapat merugikan perusahaan (Dewiana 2011; Sofiani 2011). Strategi dan tindakan pengalihan risiko diantaranya dilakukan dengan pemeliharaan dan penyediaan media tanam, serta pemberian vitamin dan obatobatan. Penanganan lainnya dengan menerapkan pengendalian hama secara terpadu (PHT), meningkatkan kesuburan lahan dengan cara pemupukan dan merotasikan pola tanam yang tepat, penggunaan variabel input yang sesuai menurut SOP, meningkatkan pengembangkan sumberdaya manusia dengan cara mengikuti pelatihan dan penyuluhan budidaya. Penanganan risiko lainnya melalui strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan dengan cara pengendalian penyakit, pengendalian hama, penggunaan dan perawatan nethouse serta sistem diversifikasi tanaman. Strategi pengelolaan risiko produksi yang disebabkan kondisi cuaca yang sulit untuk diprediksi, hama dan penyakit, kesalahan pada kegiatan produksi benih, dan tenaga kerja yang kurang terampil dan teliti (Wisdya 2009; Dewiana 2011; Jamilah 2011; Panggabean 2011; Primasari 2011). Pada penelitian Sianturi (2011) memiliki kesamaan strategi, dimana strategi pengelolaan yang dilakukan adalah kegiatan diversifikasi dengan cara memilih kombinasi komoditas yang paling rendah risikonya. Hal yang sama dilakukan pada penelitian Panggabean (2011) yang menggunakan strategi diversifikasi pada 3 komoditas anggrek. Namun terdapat strategi lain pada penelitian Panggabean yaitu melakukan integrasi vertikal, kontrak pemasaran, dan perbaikan sarana produksi. Berdasarkan analisis portofolio melakukan kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi dibandingkan dengan melakukan kegiatan spesialisasi pada 1 komoditas, namun kegiatan diversifikasi tidak selamanya dapat meminimalkan risiko. Strategi lain yang dapat lebih meminimalkan risiko produksi bagi perusahaan adalah dengan cara perbanyakan tanaman yang tepat, penggunaan media tanam yang baik, pembersihan area pertanaman, serta pengoptimalan pelaksanaan manajemen perusahaan (Wisdya 2009; Panggabean 2011; Primasari 2011; Sianturi 2011; Zebua 2011; Sari 2012). Strategi pengelolaan risiko diperlukan untuk meminimalkan risiko yang terjadi pada perusahaan. Upaya yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan risiko adalah dengan cara diversifikasi, pemberian pestisida atau obat-obatan yang tepat untuk mencegah hama dan penyakit, memberikan pengawasan yang ketat terhadap tenaga kerja dalam melakukan kegiatan produksi, serta melakukan

27 kemitraan dengan pemasok ataupun petani tanaman hias dan bibit tanaman buah disekitar perusahaan (Primasari 2011). Sama halnya dengan penelitian Sianturi (2011) pada pengusahaan bunga dimana strategi pengelolaan yang dilakukan adalah kegiatan diversifikasi dengan cara memilih kombinasi komoditas yang paling rendah risikonya. Dengan melakukan diversifikasi, perusahaan lebih memilih risiko yang rendah untuk mengurangi risiko produksi secara keseluruhan. Mengingat lokasi produksi di lahan pertanian yang merupakan faktor produksi yang berasal dari alam dan pemilihan jenis varietas tanaman sedikit yang dapat meminimalkan risiko kerugian produksi dibandingkan jenis varietas tanaman yang banyak (Drollette 2009). Strategi pengelolaan risiko benih melon yang diterapkan berdasarkan sumber-sumber risiko, selain itu pengelolaan risiko juga dilakukan dengan upaya diversifikasi (Sari 2012). Penanganan risiko yang telah dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam menghadapi risiko produksi bromelia diantaranya melalui penghindaran dan pengalihan risiko, selain itu perusahaan pun menerapkan pelatihan bagi karyawan baru sebagai bentuk strategi untuk mengatasi risiko kesalahan mekanis (Dewiana 2011). Alternatif penanganan risiko produksi yang bisa dilakukan pada produksi wortel dan bawang daun melalui penyiraman, pengendalian hama dan penyakit terpadu (HPT), pemupukan dan merotasi pola tanam, penggunaan variabel input menurut SOP, meningkatkan SDM dan melakukan diversifikasi (Jamilah 2011). Upaya atau penanganan yang dapat meminimalkan risiko adalah dengan melakukan perbaikan dan perawatan peralatan dan bangunan, mengoptimalkan pelaksanaan manajemen perusahaan, melakukan pembersihan gulma atau rumput liar pada area perbanyakan tanaman Dipladenia crimson, serta melakukan sterilisasi peralatan sebelum melakukan kegiatan perbanyakan tanaman Dipladenia crimson (Sofiani 2011). Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan risiko adalah upaya diversifikasi untuk mengatasi risiko produksi anggrek Phalaenopsis (Wisdya 2009). Sama halnya penelitian Panggabean (2011) yang menggunakan strategi diversifikasi pada 3 komoditas anggrek. Strategi lain pada penelitian Panggabean adalah dengan integrasi vertikal, kontrak pemasaran, dan perbaikan sarana produksi. Strategi penanganan risiko pada produksi tanaman hias adenium yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi cuaca dan iklim yang terjadi sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan untuk mengantisipasi kegagalan, memperhatikan tenaga kerja yang ada, melakukan kemitraan dengan pemasok atau perusahaan tanaman hias adenium lainnya dalam pengadaan input, serta melakukan upaya diversifikasi (Zebua 2011). Dewiana (2011) mengenai tanaman hias bromelia, mengemukakan bahwa alternatif strategi penanganan risiko berdasarkan status risiko pada pemetaan risiko. Tindakan pengalihan risiko diantaranya dilakukan dengan pemeliharaan dan penyediaan media tanam, serta pemberian vitamin dan obat-obatan. Penanganan risiko lainnya melalui strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan dengan cara pengendalian penyakit, pengendalian hama, penggunaan dan perawatan nethouse serta sistem diversifikasi tanaman. Selain itu perusahaan pun menerapkan pelatihan bagi karyawan baru sebagai bentuk strategi untuk mengatasi risiko kesalahan mekanis. 13

28 14 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori tersebut terdiri dari konsep risiko, analisis risiko, sumber-sumber risiko, dampak risiko, manajemen risiko, serta teori mengenai pemetaan risiko. Teori-teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Konsep Risiko Dalam setiap melakukan suatu usaha pasti tidak akan bisa terlepas dari risiko, hal tersebut merupakan pandangan sebagian besar orang yang melakukan usaha. Jika usaha yang dilakukan merupakan usaha pada komoditas agribisnis yang memiliki karakter perishable, voluminous, dan bulky pasti memiliki risiko yang tinggi dibandingkan dengan risiko pada agroindustri. Risiko adalah ketidakpastian yang dapat memengaruhi kesejahteraan seseorang dan selalu berkaitan dengan kerusakan atau kerugian bagi seorang pengusaha (Harwood et al. 1999). Dengan adanya risiko, seseorang yang melakukan usaha dalam rangka mencapai tujuan akan memiliki kemungkinan mendapatkan pendapatan diatas rata-rata atau dibawah rata-rata. Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Dengan demikian, berdasarkan pengalaman yang dialami oleh pembuat keputusan suatu peluang kejadian dari peristiwa dapat diketahui. Risiko memiliki peluang dari suatu kejadian minimal terjadi 2 kali kejadian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi ke-2 hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Ketidakpastian tersebut yaitu ketidakpastian yang memiliki masalah dan dapat menimbulkan kemungkinan hilangnya uang, kemungkinan bagi kesehatan manusia, akibat yang memengaruhi sumberdaya seperti irigasi dan modal. Ketidakpastian itu sendiri memiliki pengertian situasi dimana seseorang tidak dapat mengetahui apa yang akan terjadi. Ketidakpastian merupakan hal penting bagi risiko agar dapat bertahan, namun bukan ketidakpastian yang diarahkan pada situasi penuh risiko. Jika peluang suatu kejadian tersebut tidak dapat diketahui yang dikarenakan tidak adanya informasi mengenai peluang dari suatu kejadian, sehingga peluang tersebut tidak dapat diukur, maka kejadian tersebut dikategorikan sebagai ketidakpastian. Berdasarkan sifatnya, definisi dari risiko dan ketidakpastian itu bersifat subjektif. Hal tersebut dikarenakan risiko dan ketidakpastian dapat didefinisikan berdasarkan cara seorang pengambil keputusan memandang suatu kejadian berisiko. Bagi individu seorang petani suatu risiko melibatkan beberapa kombinasi kegiatan dengan hasil yang tidak pasti dan dengan tingkat

29 pengembalian yang diharapkan berbeda. Dengan demikian, risiko tersebut dapat dihadapi oleh seorang pengambil keputusan yang membutuhkan evaluasi berdasarkan hasil evaluasi dari perubahan risiko. Sehingga risiko dapat dengan mudah diukur oleh pengambil keputusan berdasarkan pengalaman yang sudah dirasakan oleh pengambil keputusan untuk menghadapi risiko yang akan dialaminya. Istilah risiko lebih banyak digunakan dalam konteks pengambilan keputusan, karena risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu kejadian buruk akibat suatu tindakan. Semakin tinggi ketidakpastian suatu kejadian, semakin tinggi juga risiko yang disebabkan oleh pengambil keputusan. Dengan demikian, identifikasi sumber risiko sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. 15 Analisis Risiko Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ke-3 ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut yang tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Jika nilai variance dan standard deviation digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akan terjadi keputusan yang kurang tepat. Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran coefficient variation, penilaian risiko dalam kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi, atau harga. Sumber-Sumber Risiko Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada umumnya berasal dari 2 sumber yakni sumber internal dan eksternal. Sumber internal umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber eksternal umumnya jauh diluar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, dan perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan.

30 16 Menurut Harwood et al. (1999), beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi petani pada kegiatan produksi pertanian meliputi: 1. Risiko produksi. Sumber risiko dari produksi adalah hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk. 2. Risiko pasar dan harga. Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya barang tidak dapat dijual yang disebabkan adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produksi substitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik, sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga yang naik karena adanya inflasi. 3. Risiko kelembagaan atau institusi. Risiko yang ditimbulkan adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi. 4. Risiko keuangan. Risiko yang ditimbulkan antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah. 5. Risiko sumberdaya manusia. Risiko yang timbul berkaitan dengan perilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat memengaruhi perusahaan, seperti kesalahan dalam pencatatan data, kesalahan dalam memberikan pupuk, mogok kerja, ataupun meninggalnya tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya. Menurut Calkin (1983) terdapat 6 faktor yang mendorong adanya risiko pada kegiatan bisnis, yaitu fluktuasi produksi, fluktuasi harga, penggunaan teknologi yang baru, adanya program pemerintah, permasalahan legalitas (legal problem), dan perubahan pada selera konsumen. Sementara Miller (2004) menyatakan bahwa sumber-sumber risiko pada usaha pertanian meliputi risiko produksi, risiko harga, casualty risk, dan risiko teknologi. Dampak Risiko Usaha produksi pertanian mengharapkan hasil atau panen sesuai dengan yang diharapkan. Risiko mengakibatkan adanya perbedaan hasil yang diterima dengan yang diharapkan yang bersifat merugikan. Adanya variabilitas dari hasil yang diharapkan memperlihatkan adanya risiko dalam mencapai tujuan. Salah satu kejadian yang berkaitan dan bersifat tidak pasti adalah risiko produksi. Sumber-sumber mayor risiko produksi adalah cuaca, hama, penyakit, dan interaksi teknologi dengan karakteristik manajemen, genetik, efisiensi mesin, dan kualitas input yang digunakan. Menurut Kountur (2008) risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi yaitu: a. Risiko dari sudut pandang penyebab Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, tingkat bunga dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam.

31 b. Risiko dari sudut pandang akibat Dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat 2 kategori risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan. c. Risiko dari sudut pandang aktivitas Menurut Kountur (2008) banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Segala aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang dikenal dengan risiko kredit. d. Risiko dari sudut pandang kejadian Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah risiko kebakaran. 17 Manajemen Risiko Menurut Darmawi (2010), manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, perlu terlebih dahulu dipahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Kountur (2004), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risikorisiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau Planning, Organizing, Actuating, Controling (POAC). Dengan demikian ditambahkan 1 fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Dapat disimpulkan bahwa, manajemen risiko adalah suatu cara (proses atau metode) yang digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya. Adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko dapat dilakukan dengan adanya kesadaran mengenai risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, dan mengomunikasikan ke seluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Risiko dapat diketahui dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap usaha dilakukan. Pengukuran risiko selalu mengacu pada 2 ukuran. Ukuran pertama adalah probabilitas yang biasa disebut dengan istilah kemungkinan terjadinya sebuah risiko. Probabilitas merupakan pengukuran pertama yang dilakukan secara kuantitatif sehingga mengungkapkan seberapa besar probabilitas risiko terjadi atau pengambilan keputusan (Kountur 2008), ukuran ke-2 adalah dampak yang disebut kerugian.

32 18 Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Kountur (2008) menyatakan bahwa dalam menangani risiko-risiko yang ada di dalam perusahaan, diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Menurut Kountur (2008), proses manajemen atau pengelolaan risiko dimulai dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa konsekuensi dari risiko tersebut. Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation. Langkah selanjutnya adalah menangani risiko-risiko yang ada untuk memberikan tindakan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut, sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalkan. Setelah itu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko yang diterapkan dalam perusahaan dapat meminimalkan risiko yang ada. Gambaran proses pengelolaan risiko perusahaan dan output yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2. PROSES Identifikasi Risiko OUTPUT Daftar Risiko Evaluasi Pengukuran Risiko 1. Peta risiko 2. Status risiko Penanganan Risiko Penanganan Risiko Gambar 2 Proses pengelolaan risiko perusahaan dan output yang dihasilkan Sumber: Kountur (2008) Menurut Kountur (2008) Strategi pengelolaan risiko dapat dibedakan menjadi 2, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. 1. Preventif Strategi preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur b. Mengembangkan sumberdaya manusia c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2. Mitigasi Strategi mitigasi adalah strategi pengelolaan risiko yang bertujuan untuk memperkecil dampak atau kerugian yang ditimbulkan dari risiko yang ada.

33 Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang besar. Beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa usaha sehingga salah satu usaha terkena musibah, maka tidak akan menghabiskan seluruh aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengelolaan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. Menurut Harwood et al. (1999), kelebihan dari diversifikasi adalah mengurangi risiko, meminimalkan tenaga kerja, mengurangi penggunaan peralatan dan meminimalkan biaya. Sementara itu, keterbatasan yang dimiliki diversifikasi adalah membutuhkan perlengkapan khusus, membutuhkan keahlian manajerial yang lebih luas dan teknologi menjadi lebih rumit. b. Penggabungan Penggabungan atau merger adalah usaha pengelolaan risiko yang menekankan pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi penggabungan adalah merger atau akuisisi dengan perusahaan lain. c. Pengalihan risiko Pengalihan risiko (risk transfer) adalah cara pengelolaan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Hal ini bertujuan apabila terjadi kerugian pada pihak perusahaan, maka yang menanggung kerugian adalah pihak lain. Beberapa cara untuk mengalihkan dampak atau kerugian kepada pihak lain adalah dengan asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging. Jasa asuransi dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengalihkan dampak suatu risiko, hal ini bisa dilakukan dengan mengasuransikan asset perusahaan dan membayar permi asuransi secara rutin. Jika dikemudian hari terjadi kerugian maka pihak asuransi akan menanggung kerugian yang muncul sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh ke-2 pihak. Lembaga yang terkait dalam asuransi pada usaha pertanian adalah asuransi pertanian mengenai kuantitas produksi yang dihasilkan oleh petani. Dengan asuransi pertanian, proses produksi dapat dijaga dan para petani dapat terus bekerja pada lahan usahataninya. Leasing merupakan salah satu cara mengurangi risiko-risiko yang dampaknya besar. Leasing adalah cara dimana suatu asset digunakan tetapi pemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya adalah pihak lain yang menanggung kerugian atas aset tersebut. Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian tersebut, melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa cara untuk melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract dan option and swap. Debertin (1986), menyatakan strategi-strategi yang bisa diterapkan oleh petani adalah sebagai berikut: 19

34 20 a. Asuransi pertanian Sumber risiko dapat dikurangi dengan cara pembelian polis asuransi. Seseorang membeli asuransi kebakaran, bukan berarti bahwa mereka berharap terjadi kebakaran pada sesuatu yang telah diasuransikan. Hal tersebut dilakukan karena biaya asuransi lebih rendah dibandingkan dengan kemungkinan biaya yang harus ditanggung jika terjadi kebakaran. b. Kontrak Sistem kontrak adalah mekanisme untuk mengurangi atau menghilangkan risiko dan ketidakpastian harga dengan penentuan harga yang harus dibayar setelah panen atau pada saat hasil panen tersebut siap untuk dijual. The future market merupakan salah satu kontrak yang dilakukan oleh petani selama penjualan komoditas yang spesifik berada pada harga yang spesifik pula untuk pengiriman waktu yang akan datang. c. Fasilitas dan perlengkapan yang fleksibel Fasilitas akan memungkinkan petani memiliki perencanaan jangka panjang. Petani lebih memilih untuk membangun fasilitas dan perlengkapan yang disesuaikan dengan penggunaannya untuk mencegah timbulnya ketidakpastian. d. Diversifikasi Diversifikasi adalah strategi yang digunakan petani dengan mengusahakan beberapa macam komoditas. Diversifikasi bertujuan untuk menghindari kerugian yang ditimbulkan dari jenis usaha atau komoditas lainnya. Pemetaan Risiko Salah satu cara yang dapat digunakan sebelum merumuskan strategi manajemen risiko adalah dengan menggunakan peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran dari posisi suatu risiko dalam kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan. Peta risiko umumnya dibuat berdasarkan ukuran probabilitas dan dampak dari risiko tersebut. Kountur (2008) menyusun peta risiko dengan menggunakan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko, dapat dilihat pada Gambar 3. Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kecil Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 3 Peta risiko Sumber: Kountur (2008)

35 Setelah menyusun peta risiko maka dapat dirumuskan strategi penanganan risiko yang tepat untuk risiko tersebut, antara lain : 1. Preventif Preventif dilakukan untuk mencegah atau menghindari terjadinya risiko. Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif dapat mengatisipasi risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 dalam peta risiko. Selanjutnya risiko ini digeser ke kuadran 3 dan 4. Berikut ilustrasi mengenai strategi preventif yang dapat dilihat pada Gambar Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kecil Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 4 Peta pemindahan risiko pada strategi preventif Sumber: Kountur (2008) 2. Mitigasi Mitigasi adalah strategi untuk memperkecil dampak risiko agar dampak yang ditimbulkan tidak semakin buruk. Strategi ini dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak besar. Strategi ini mengantisipasi risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Berikut ilustrasi strategi mitigasi pada Gambar 5. Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kecil Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 5 Peta pemindahan risiko pada strategi mitigasi Sumber: Kountur (2008)

36 22 Kerangka Pemikiran Operasional PT Godongijo Asri merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias dan beberapa tanaman buah dan pangan dengan luas lahan sebesar ±2.8 Ha yang digunakan untuk memproduksi berbagai jenis tanaman hias, tanaman buah, beberapa tanaman pangan dan memiliki edukasi bercocok tanam dan tempat wisata. Saat ini PT Godongijo Asri mengembangkan tanaman hias untuk vertical garden, beberapa strategi dan pengembangan itulah yang menyebabkan perusahaan terus berkembang pesat hingga saat ini. PT Godongijo Asri sering dihadapkan pada risiko dalam menjalankan usahanya, terutama dalam kegiatan produksi dan perbanyakan tanaman hias. Risiko produksi tersebut disebabkan karena adanya perubahan iklim dan cuaca yang sulit untuk diprediksi dan dikendalikan, terserang hama dan penyakit, kurang terampilnya tenaga kerja dalam melakukan kegiatan perbanyakan tanaman pada proses produksi, kondisi peralatan dan bangunan yang kurang memadai, serta kesalahan yang diakibatkan dari penggunaan teknologi produksi. Risiko produksi yang ditimbulkan menyebabkan hasil produksi serta kualitas tanaman hias menjadi rendah, seperti yang terjadi pada tanaman hias Walisongo. Indikasi adanya risiko produksi pada PT Godongijo Asri dilihat dari adanya fluktuasi produksi dan tingkat keberhasilan tanaman hias. Beberapa hal yang diindikasi menjadi sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo antara lain kondisi cuaca, hama, penyakit tanaman serta kualitas sekam yang digunakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengatasi risiko produksi terhadap tanaman hias tersebut. Upaya untuk mengatasi risiko tersebut adalah dengan melakukan strategi pengelolaan risiko untuk memperkecil terjadinya risiko produksi dengan melakukan kegiatan-kegiatan atau usaha yang dapat meminimalisir terjadinya risiko. Penelitian ini mengkaji mengenai risiko produksi yang dilakukan oleh PT Godongijo Asri, mengidentifikasi hal-hal apa saja yang menjadi sumber risiko yang terjadi pada PT Godongijo Asri. Komoditas yang dikaji yaitu tanaman hias Walisongo. Penelitian ini akan mengkaji penyebab terjadinya risiko produksi, kemudian menganalisis risiko produksi untuk mengetahui seberapa besar probabilitas kemungkinan terjadinya risiko dihitung menggunakan analisis nilai standar (z-score) dan dampak risiko dari setiap sumber risiko yang terjadi pada usaha tanaman hias dihitung menggunakan Value at Risk (VaR). Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data historis yang dimiliki PT Godongijo Asri dan melakukan pengamatan langsung untuk pencatatan sumbersumber risiko yang terjadi kemudian mengkonversi tiap kegagalan setiap periode produksi dengan hasil pengamatan langsung. Hasil analisis akan digunakan untuk mencari alternatif penanganan risiko yang dapat dijadikan pertimbangan dalam mengatasi risiko pada PT Godongijo Asri. Hasil analisis tersebut juga digunakan untuk mencari strategi agar dapat meminimalkan risiko produksi yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko yang ada, kemudian dilakukan pemetaan terhadap risiko tersebut. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 6.

37 23 Indikasi sumber risiko produksi pada perusahaan: - Kondisi cuaca tidak menentu - Serangan hama - Serangan penyakit tanaman - Kualitas sekam Risiko produksi PT Godongijo Asri Peluang Dampak Dampak yang terjadi pada perusahaan: - Kegagalan tanaman hias Walisongo - Fluktuasi jumlah keberhasilan produksi Peta risiko Alternatif strategi pengelolaan risiko produksi pada PT Godongijo Asri Gambar 6 Kerangka pemikiran operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Raya No. 60, Desa Serua, Sawangan, Depok, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa PT Godongijo Asri merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai jenis

38 24 tanaman hias di wilayah Kota Depok. Selain itu pertimbangan lain dalam pemilihan lokasi penelitian ini adalah ketersediaan data dan kesedian pihak perusahaan untuk dijadikan tempat penelitian. PT Godongijo Asri merupakan perusahaan yang fokus bergerak dalam bidang tanaman hias sejak tahun berdirinya. Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang mengalami pertumbuhan dan pengembangan dalam usahanya. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian meliputi pengumpulan data untuk keperluan pengolahan data. Pengumpulan data pada PT Godongijo Asri berlangsung pada Bulan Februari 2015 sampai Maret Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang merupakan keterangan dan jawaban dari pertanyaan dalam penelitian yang bukan berbentuk angka. Data kuantitatif adalah data yang merupakan fakta dan informasi tentang usaha tanaman hias di PT Godongijo Asri yang berupa angka dan telah disusun sebelumnya. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengenai gambaran umum perusahaan, teknis pelaksanaan usaha perbanyakan tanaman hias di perusahaan, serta hal-hal lain yang terkait dalam penelitian. Data kuantitatif dalam penelitian ini terdiri dari data produksi tanaman hias Walisongo selama diproduksi PT Godongijo Asri, data penjualan tanaman hias, data investasi perusahaan, serta data biaya operasional. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian ini seperti Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, internet dan literatur yang relevan. Data-data tersebut berupa informasi seputar usaha PT Godongijo Asri dengan kegiatan produksi tanaman hias Walisongo yang dilakukan dan mendukung penelitian. Tabel 6 menunjukkan jenis dan sumber data penelitian. Tabel 6 Jenis dan sumber data penelitian Jenis data Sumber data Rincian data Primer Pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pihak Data produksi dan panen, kondisi fisik perusahaan, proses produksi manajemen PT Godongijo tanaman hias Walisongo, Asri. permasalahan, penyebab dan Sekunder Buku, artikel, jurnal, skripsi, Kementerian Pertanian, Pusat Data Informasi Kementerian Pertanian, Ditjen Hortikultura, Dinas Pertanian Jawa Barat. kendala yang dihadapi perusahaan. PDB lapangan usaha, proyeksi peningkatan produktivitas sub sektor hortikultura di Indonesia, volume dan nilai ekspor impor komoditas hortikultura.

39 25 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi ini dilakukan untuk melihat dan mengamati tanaman hias Walisongo secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian seperti mencatat tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber-sumber risiko kemudian diidentifikasi ciri-ciri tanaman yang gagal akibat sumber risiko dalam form pencatatan pengamatan. Observasi dilakukan langsung pada lokasi produksi dan perbanyakan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri. 2. Melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dari kondisi yang sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan merupakan pengambil keputusan pada usaha budidaya dan produksi tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri. Wawancara dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dibuat oleh penulis yang berkaitan dengan penelitian risiko. 3. Studi literatur dan kepustakaan untuk dapat menganalisis secara teoritis terhadap masalah yang berhubungan dengan penulisan. Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca berbagai skripsi, buku, jurnal, artikel, sumbersumber lain seperti Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan Pusat Statistik guna memperoleh data sekunder. Adapun format pencatatan produksi tanaman hias Walisongo yang gagal selama 30 hari pengamatan pada mistroom dan ruang aklimatisasi berdasarkan masing-masing sumber risiko pada Tabel 7. Hari ke- Tabel 7 Form pencatatan sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo Umur tanaman (hari) stek tanaman Walisongo (batang) Jumlah kegagalan (batang) Sumber risiko Sumber risiko Sumber risiko Total gagal (batang) Sisa tanaman (batang) n.... Metode Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Microsoft Excel Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif untuk mengetahui gambaran umum mengenai keadaan perusahaan dan risiko produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko. Selanjutnya memetakan risiko pada peta risiko (Kountur 2008). Setelah diketahui dimana letak risiko tersebut

40 26 pada peta risiko, selanjutnya adalah memilih strategi yang sesuai untuk dapat mencegah atau mengurangi dampak maupun probabilitas dari risiko tersebut. Analisis Kuantitatif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status dan kondisi kelompok manusia, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan analisis deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis ini dilakukan untuk menganalisis faktorfaktor yang menjadi sumber risiko produksi dalam usaha tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri. Analisis Probabilitas Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah dengan menggunakan metode nilai standar atau z-score. z-score adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai menyimpang dari rata-ratanya pada distribusi normal. Dengan mengetahui z- Score kita dapat mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau nilai yang berbeda lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya. Menurut Kountur (2008) langkah yang diperlukan dalam perhitungan kemungkinan terjadinya risiko dengan metode ini adalah: a. Menghitung rata-rata kejadian berisiko Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata fluktuasi jumlah produksi tanaman hias Walisongo adalah: x keterangan: x = Nilai rata-rata dari kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap sumber risiko selama 19 periode (batang) x i = Nilai per periode kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap sumber risiko (batang) n = 19 periode produksi selama tahun 2013 sampai 2015 b. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko x ) keterangan: s = Standar deviasi dari kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap sumber risiko selama 19 periode (batang) x i = Nilai per periode dari kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap sumber risiko (batang)

41 27 x = Nilai rata-rata dari kegagalan tanaman hias Walisongo selama 19 periode (batang) n = 19 periode produksi selama tahun 2013 sampai 2015 c. Menghitung nilai z-score x keterangan: z = Nilai z-score dari kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap sumber risiko selama 19 periode (batang) x = Batas kegagalan tanaman hias Walisongo yang dianggap masih dalam taraf normal (batang) untuk setiap sumber risiko x = Nilai rata-rata dari kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap sumber risiko selama 19 periode (batang) s = Standar deviasi dari kegagalan tanaman hias Walisongo untuk setiap sumber risiko selama 19 periode Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal. Sebaliknya, jika nilai z-score positif maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal). Batas normal untuk setiap sumber risiko telah ditetapkan oleh perusahaan. d. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi Setelah nilai z-score dari produksi tanaman hias Walisongo diketahui, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana tanaman hias Walisongo yang hilang mendatangkan kerugian yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko yang melebihi batas normal yang ditetapkan. Kondisi risiko adalah dimana kematian yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko melebihi batas normal P (x > xi). Dengan demikian, ) ) ) Analisis Dampak Risiko Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Metode analisis tersebut dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi perbanyakan tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri. Kejadian yang dianggap merugikan berupa

42 28 jumlah tanaman hias Walisongo yang hilang sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR, terlebih dahulu dihitung jumlah tanaman Walisongo yang hilang setiap periode. Jumlah tanaman hias Walisongo yang hilang tersebut kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Menurut Kountur (2008), VaR dapat dihitung dengan rumus berikut: y y + z ( ) S ) + S ) + + S ) keterangan: VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh setiap sumber risiko selama 19 periode y = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko selama 19 periode (batang) S i = Jumlah kegagalan pada masing-masing sumber risiko pada periode ke-i (batang) P = Tingkat harga tanaman hias Walisongo (Rp) z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5% s = Standar deviasi kerugian akibat kematian tanaman hias Walisongo selama 19 periode n = 19 periode produksi selama tahun 2013 sampai 2015 Pemetaan Risiko Menurut Kountur (2008), peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari 2 sumbu yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak. Peta risiko terbagi ke dalam 4 kuadran. Risiko yang memiliki probabilitas besar dan dampak yang kecil berada pada kuadran I. Risiko yang memiliki probabilitas besar dan dampak yang besar berada pada kuadran II. Risiko yang memiliki probabilitas kecil dan dampak risiko yang kecil berada pada kuadran III. Risiko yang memiliki probabilitas kecil dan dampak yang besar berada pada kuadran IV. Batas antara besar kecilnya dampak risiko dan probabilitasnya didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan dapat ditentukan dengan pendekatan menggunakan rata-rata dari ke-4 sumber yang digunakan yaitu seperti kondisi cuaca tidak menentu (R 1 ), serangan hama (R 2 ), serangan penyakit tanaman (R 3 ) dan kualitas sekam (R 4 ). Berdasarkan sumber risiko tersebut, pada penelitian ini yang menjadi batas antara probalitas serta dampak besar dan kecil merupakan rata-rata dari hasil penjumlahan ke-4 risiko. Layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 7.

43 29 Probabilitas (%) Besar R + R + R 3 + R 4 n Kecil Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil R + R + R 3 + R 4 n Besar Gambar 7 Layout peta risiko Dampak (Rp) Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas proporsi dimana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko tersebut status risiko, dimana status risiko didapat dari perhitungan sebagai berikut: Status Risiko = Probablilitas x Dampak Berdasarkan perhitungan status risiko, maka akan diketahui urutan risiko dari yang paling besar sampai yang paling kecil. Status risiko ini hanya menggambarkan urutan risiko yang paling besar risikonya sampai yang paling tidak berisiko. Kegiatan operasional produksi tanaman hias Walisongo dilakukan selama 2 bulan yaitu pada mistroom selama 1 bulan dan ruang aklimatisasi selama 1 bulan. Mistroom adalah tempat yang memiliki tingkat suhu dan kelembaban yang tinggi dilengkapi dengan sistem irigasi otomatis sedangkan ruang aklimatisasi adalah tempat proses penyesuaian tanaman setelah pertumbuhan akar. Tanaman hias Walisongo yang berada pada mistroom dilakukan untuk proses perakaran setelah dilakukan perbanyakan dengan teknik stek sedangkan tanaman hias Walisongo yang berada pada ruang aklimatisasi dilakukan untuk proses pembesaran serta menyesuaikan dengan kondisi luar ruangan untuk selanjutnya dijual pada konsumen. Tanaman hias Walisongo yang gagal berarti sudah tidak dapat tumbuh dan tidak dapat dijual pada konsumen.

44 30 GAMBARAN UMUM PT GODONGIJO ASRI Sejarah Singkat PT Godongijo Asri PT Godongijo Asri atau sering disebut PT GIA merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias, khususnya vertical garden mulai dari produksi, distribusi dan pemasaran. Perusahaan ini terletak di Jalan Cinangka Raya Km. 10 No. 60, Desa Serua, Sawangan, Depok, Jawa Barat Pendiri PT Godongijo Asri adalah Bapak Chandra Gunawan Hendarto yang memiliki hobi mengoleksi tanaman hias Adenium. Pada awal berdirinya di tahun 1999, PT Godongijo Asri merupakan suatu perusahaan tanaman hias yang mulai memproduksi tanaman Adenium. Bapak Chandra sering berkunjung ke luar negeri dan membeli beberapa tanaman hias untuk menambah koleksinya, salah satunya adalah tanaman Adenium yang terdapat di Negara Amerika. Pada tahun 2003 bisnis Adenium Bapak Chandra mulai mengalami perkembangan yang signifikan, sehingga Godongijo Asri dikukuhkan menjadi Perseroan Terbatas (PT) dan menjadi pionir tanaman Adenium di Indonesia. PT Godongijo Asri terus mengomersilkan berbagai jenis varietas Adenium yang berbeda, perusahaan ini selalu berusaha untuk mengeluarkan Adenium jenis baru di setiap tahun. Banyaknya keanekaragaman tanaman Adenium sehingga menciptakan potensi besar untuk memikat minat dan daya beli terhadap pelanggan semakin besar. Pada tahun 2005, PT Godongijo Asri merupakan satu-satunya nursery yang memiliki berbagai jenis Adenium terbaru dengan hasil pemuliaan yang dilakukan sendiri. Beberapa tahun belakangan ini Adenium tidak terlalu diminati lagi, sehingga PT Godongijo Asri mulai memperluas bisnisnya dengan penjualan berbagai tanaman hias baru yang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Pada tahun 2007 hingga saat ini, selain menggeluti usaha tanaman hias, perusahaan ini menambahkan beberapa unit bisnis seperti Botanical Café, Program ecotainment dan pemancingan, dan fasilitas Family Gathering. Visi dan Misi PT Godongijo Asri Visi dari PT Godongijo Asri adalah menjadi perusahaan tanaman hias yang berperan penting dalam perkembangan usaha tanaman hias dan perbaikan lingkungan melalui penghijauan. Untuk mencapai visi tersebut maka misi perusahaan yaitu: 1) menyediakan tanaman hias berkualitas, bervariasi, dan terjangkau, 2) menjual tanaman hias dengan konsep yang berbeda, 3) memberikan pengetahuan dan informasi mengenai tanaman hias kepada konsumen, 4) memberikan edukasi kepada generasi muda agar lebih peduli terhadap lingkungan, dan 5) menjangkau konsumen di luar kota Depok. Selain visi dan misi tersebut perusahaan juga memiliki tujuan dalam menjalankan usahanya, yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk maupun pelayanan untuk dapat bersaing dengan perusahaan pesaing.

45 31 Struktur Organisasi PT Godongjo Asri Struktur organisasi perusahaan PT Godongijo Asri adalah struktur lini, dimana pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal dan sepenuhnya dari pimpinan tertinggi kepada unit dibawahnya. Masing-masing peran dalam struktur organisasi memiliki tugas sesuai spesifikasi pekerjaan mereka. PT Godongijo Asri dipimpin oleh direktur yaitu Bapak Chandra Gunawan Hendarto yang sekaligus sebagai pemilik perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya direktur dibantu oleh manajer SDM, manajer keuangan, dan manajer produksi yang merangkap sebagai manajer pemasaran. Tugas manajer dibantu oleh supervisor yang membawahi langsung para karyawan. Karyawan PT Godongijo Asri terdiri dari karyawan tetap berjumlah 60 orang. Struktur organisasi PT Godongijo Asri dapat dilihat pada Gambar 8. Direktur Chandra Gunawan H Manajer SDM Ibu Emi Manajer Produksi & Pemasaran Bapak Riski & Ibu Sri Manajer Keuangan Ibu Jean Nadeak Staff Office Karyawan Supervisor Produksi dan Pemasaran Ibu Dian Puspasari Staff Office Karyawan Karyawan Maintenance Produksi Driver Petugas Keamanan Gambar 8 Struktur organisasi PT Godongijo Asri tahun 2015 Pada struktur organisasi PT Godongijo Asri sudah terdapat peraturan dan tugasnya masing-masing. Karyawan PT Godongijo Asri memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Tingkat pendidikan rata-rata PT Godongijo Asri adalah SD, SMP, dan SMA yang pada umumnya ditempatkan pada bagian

46 32 produksi, pendistribusian dan pemeliharaan tanaman. Untuk tingkat pendidikan D3 sampai Sarjana ditempatkan sebagai supervisor dan manajer. Berikut ini dalam Tabel 8 akan dijelaskan bagaimana tugas dari masing-masing yang ada dalam struktur organisasi. Tabel 8 Jabatan dan tugas-tugas tenaga kerja pada PT Godongijo Asri Jabatan Tugas-tugas Direktur Menjalankan visi misi perusahaan, mengkoordinir dan memimpin perusahaan Memutuskan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk kemajuan perusahaan Menandatangani berbagai dokumen yang dibutuhkan perusahaan Manajer SDM Menyelesaikan seluruh permasalahan menyangkut administrasi Perekrutan karyawan dan pengembangan SDM agar terlaksana dengan efektif dan efisien Manajer Produksi Bertanggungjawab terpenuhinya target produksi Menjaga seluruh tanaman yang berada pada lokasi produksi agar terpelihara dengan baik dan layak dijual Menghasilkan inovasi tanaman baru maupun teknik-teknik pemeliharaan tanaman yang lebih baik Manajer Pemasaran Merumuskan dan melaksanakan strategi pemasaran dan promosi untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan di segmen pasar yang sudah ada Memanfaatkan peluang baru pada segmen pasar yang potensial Mengoordinir tim pengadaan barang dagang atau tanaman Manajer Keuangan Memonitor dan memeriksa untuk memastikan bahwa seluruh administrasi dan pengelolaan keuangan perusahaan dilakukan secara benar dan akurat tanpa penyimpangan Supervisor Produksi Mengoordinir proses kegiatan produksi dalam upaya pencapaian produksi tanaman sesuai target Mengoordinasi secara efektif kegiatan perawatan tanaman sehingga proses pertumbuhan tanaman sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan dalam SOP Supervisor Pemasaran Tercapainya target pengembangan pasar yang telah direncanakan dan disetujui oleh manajemen Tercapainya target penjualan yang telah direncanakan dan disetujui oleh manajemen Terlaksananya tertib administrasi seluruh kegiatan penjualan Staff Office Memiliki tanggungjawab dan wewenang yang berbeda-beda di setiap bagian dan kemampuan masing-masing Maintenance Produksi Merawat dan memelihara tanaman dengan baik agar tumbuh dengan standar berkualitas Meminimalisir hama dan penyakit tanaman sehingga tingkat kegagalan dan kerusakan tanaman dapat diminimalisir Karyawan Menjalankan tanggungjawab yang diberikan dari manajemen tingkat atas dan melaporkan hasil kerjanya kepada manajemen diatasnya Driver Mendistribusikan tanaman kepada konsumen Mengantarkan faktor-faktor produksi yang diperlukan perusahaan Petugas Keamanan Menjaga keamanan di sekitar perusahaan

47 33 Tenaga Kerja Produksi PT Godongijo Asri Tenaga kerja merupakan salah satu aspek terpenting dalam menjalankan suatu usaha terutama dalam menjalankan usaha tanaman hias. Hingga saat ini secara keseluruhan PT Godongijo Asri memiliki 60 tenaga kerja yang terbagi dalam beberapa bagian seperti untuk bagian produksi tanaman sebanyak 10 tenaga kerja yang terdiri dari manajer produksi dan manajer pemasaran, seorang supervisor produksi yang merangkap sebagai supervisor pemasaran, 3 orang bagian maintenance produksi, dan 4 orang karyawan produksi. Masing-masing tenaga kerja produksi memiliki tugas dan peran masing-masing, namun memungkinkan untuk saling mengisi dalam melakukan pekerjaan agar dalam memproduksi tanaman hias dapat terselesaikan dengan efektif sekaligus dapat memberikan pemahaman pada seluruh karyawan produksi mengenai teknis produksi tanaman hias. Sebagian besar tenaga kerja pada PT Godongijo Asri yang ada hingga saat ini berasal dari masyarakat sekitar lokasi perusahaan, tetapi ada juga yang berasal di luar wilayah Jawa Barat. PT Godongijo Asri sangat disiplin dalam pencapaian target produksi tanaman hias. PT Godongijo Asri masih mempertahankan prinsip kekeluargaan terhadap tenaga kerjanya agar merasa nyaman ketika bekerja serta memberikan tunjangan ketika adanya jam lembur, tunjangan kesehatan dan rekreasi. Tenaga kerja memperoleh pembayaran gaji setiap bulan yang terdiri dari gaji pokok, bonus, serta janiman kesehatan. Kegiatan Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada PT Godongijo Asri Kegiatan produksi tanaman hias Walisongo dilakukan selama 2 bulan. Beberapa kegiatan dalam proses produksi tanaman hias Walisongo harus diperhatikan untuk menghasilkan tanaman hias Walisongo yang berkualitas, baik dalam proses perbanyakan stek, pada saat merockwool, penanaman dan pemeliharaan. Kegiatan produksi tanaman hias Walisongo ini meliputi kegiatan perbanyakan stek, kegiatan merockwool, penyediaan meja tanam untuk penanaman, penanaman hasil stek tanaman Walisongo, dan pemeliharaan tanaman Walisongo. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan oleh masing-masing bagian agar tenaga kerja lebih fokus dan bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing. 1. Kegiatan perbanyakan stek tanaman Walisongo Semua peralatan yang digunakan untuk proses perbanyakan harus dalam keadaan bersih. Peralatan yang digunakan untuk proses perbanyakan stek tanaman Walisongo menggunakan cutter, silet, obat dithane, meja untuk meletakkan hasil stek. Cutter digunakan untuk menyetek batang tanaman Walisongo yang berasal dari mother plant sedangkan silet digunakan untuk menyempurnakan hasil stek. Obat dithane digunakan untuk mencelupkan daun tanaman Walisongo sebelum di rockwool agar bersih, obat dithane yang diberikan sebanyak 1 sendok atau 1 gram dengan campuran air sebanyak 5 liter air untuk stek tanaman Walisongo dan berguna untuk meminimalisir hama yang berasal dari mother plant kemudian

48 34 diletakkan di atas meja untuk di rockwool. Semua peralatan yang digunakan tersebut sebelum dan sesudah pakai harus dalam keadaan yang bersih agar ketika digunakan dapat menghasilkan hasil perbanyakan stek yang bagus. Kegiatan perbanyakan stek tanaman Walisongo dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Kegiatan perbanyakan stek tanaman Walisongo 2. Kegiatan merockwool tanaman Walisongo Rockwool adalah lembaran yang dibuat dari batu apung menjadi lembaran berbentuk kapas. Merockwool adalah kegiatan membungkus akar tanaman dengan rockwool. Kegiatan merockwool ini dilakukan setelah dilakukan proses perbanyakan stek pada tanaman Walisongo. Kegunaan dari rockwool adalah dapat menyimpan air dan zat makanan pada tanaman yang belum memiliki akar hingga tumbuh perakarannya. Perlengkapan yang digunakan utuk proses merockwool ini adalah pupuk Grow Quick R dan Growmore, rockwool, serta karet gelang. Penggunaan perlengkapan merockwool tanaman Walisongo yang digunakan untuk tanaman Walisongo dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Penggunaan perlengkapan merockwool untuk tanaman hias Walisongo Perlengkapan Jumlah pemakaian Harga per satuan Pupuk Grow Quick R 10 ml Rp per 125 ml Pupuk Growmore 10 gram Rp per 500 gram Rockwool 168 potong per bal Rp per 1 bal Karet gelang 1 karet per batang Rp3 000 per 1 bungkus karet Pupuk Grow Quick R dan Growmore digunakan untuk merendam rockwool dengan campuran air sebanyak 20 liter air. Rockwool digunakan untuk

49 membungkus bagian akar tanaman, setelah potongan direndam kemudian disayat menjadi 7 sayatan. Karet gelang digunakan untuk mengikat rockwool yang telah dililitkan pada bagian akar tanaman. Kegiatan merockwool ini digunakan sebagai media tanam hasil stek tanaman Walisongo yang akan ditanam pada meja tanam yang berisi sekam bakar. Pada proses merockwool ini dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya karena hasil merockwool ini akan memengaruhi proses perakaran pada tanaman Walisongo yang ditanam dalam mistroom. Kegiatan perockwoolan tanaman Walisongo dapat dilihat pada Gambar Gambar 10 Kegiatan perockwoolan tanaman Walisongo 3. Menyediakan meja tanam untuk penanaman Kegiatan selanjutnya adalah menyediakan meja tanam untuk penanaman tanaman hias Walisongo dalam mistroom dan ruang aklimatisasi. Peralatan yang digunakan adalah meja tanam pada mistroom dan ruang aklimatisasi, plastik UV, serta sekam bakar. Penggunaan peralatan penanaman tanaman Walisongo untuk 1 meja tanam dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Penggunaan peralatan penanaman tanaman Walisongo untuk 1 meja tanam Peralatan Mistroom Ruang aklimatisasi Meja tanam Ukuran 2.8 x 2.2 meter Ukuran 4.2 x 2.6 meter Plastik UV Ukuran 3.3 x 2.7 meter Ukuran 4.7 x 3.1 meter Sekam bakar 4 karung 6 karung Meja tanam digunakan untuk menanam tanaman hias Walisongo pada mistroom dan ruang aklimatisasi dapat dilihat pada Gambar 11. Kapasitas 1 meja tanam pada mistroom sebanyak 400 batang sedangkan pada ruang aklimatisasi sebanyak 800 batang tanaman Walisongo. Plastik UV digunakan sebagai lapisan

50 36 meja tanam yang nantinya akan diberi sekam bakar, harga beli dari plastik UV sebesar Rp1 500 per meter. Sekam bakar merupakan media tanam yang digunakan untuk menanam tanaman hias Walisongo baik pada mistroom maupun ruang aklimatisasi. Berat 1 karung sekam bakar sebesar 10 kg dengan harga beli sebesar Rp per karung. Gambar 11 Meja tanam untuk menanam tanaman Walisongo 4. Penanaman hasil stek tanaman Walisongo Setelah kegiatan merockwool dan menyediakan meja tanam, selanjutnya tanaman Walisongo siap untuk ditanam pada meja tanam. Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam antar tanaman Walisongo berjarak 5 cm dalam meja tanam. Penanaman hasil stek tanaman Walisongo dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Penanaman hasil stek tanaman Walisongo

51 5. Kegiatan pemeliharaan tanaman Walisongo Kegiatan pemeliharaan tanaman Walisongo terdiri dari kegiatan penyiraman dan penyemprotan hama. Penyiraman tanaman hias Walisongo pada mistroom dan ruang aklimatisasi dilakukan setiap hari dengan menggunakan mesin otomatis 3 kali sehari dengan lama penyiraman selama 5 menit. Sedangkan kegiatan penyemprotan dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan mesin otomatis selama 5 menit. Penyiraman tanaman hias yang dilakukan pada mistroom membutuhkan air sebanyak 500 liter selama 7 hari sedangkan penyiraman tanaman hias yang dilakukan pada ruang aklimatisasi membutuhkan air sebanyak 250 liter selama 4 hari. Kegiatan penyemprotan hama pada mistroom membutuhkan fungisida bactocyn, bakterisida agrept, dan insektisida pegasus masing-masing sebanyak 500 ml, 500 ml, dan 500 gram yang dicampur dengan 500 liter air untuk kebutuhan selama 1 bulan, pemberian obat-obatan ini diberikan bergantian jadi untuk setiap penyemprotan hama cukup memberikan 1 jenis obat saja. Sedangkan penyemprotan hama pada ruang aklimatisasi membutuhkan fungisida bactocyn, bakterisida agrept, dan insektisida pegasus masing-masing sebanyak 250 ml, 250 ml, dan 250 gram yang dicampur dengan 250 liter air untuk kebutuhan selama 1 bulan, pemberian obat-obatan ini diberikan bergantian jadi untuk setiap penyemprotan hama cukup memberikan 1 jenis obat saja. Harga beli untuk obat-obatan tersebut sebesar Rp per 200 ml untuk fungisida bactocyn, Rp per 50 gram untuk bakterisida agrept, dan Rp per 80 ml untuk insektisida pegasus. Kegiatan pemeliharaan pada mistroom dan ruang aklimatisasi dapat dilihat pada Gambar Gambar 13 Kegiatan pemeliharaan tanaman hias Walisongo pada mistroom dan ruang aklimatisasi

52 38 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Sumber Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo PT GIA Langkah awal penelitian yang dilakukan pada perusahaan tanaman hias PT Godongijo Asri dalam proses manajemen risiko atau pengelolaan risiko adalah identifikasi sumber-sumber risiko yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Setiap kejadian atau sumber risiko yang akan diidentifikasi sangat dibutuhkan untuk mengetahui apa saja penyebab dari kejadian-kejadian yang mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian. Risiko produksi yang ada pada perusahaan tanaman hias PT Godongijo Asri ini ditandai dengan adanya fluktuasi keberhasilan tanaman hias Walisongo dan tingkat kematian tanaman hias Walisongo yang bervariasi pada setiap periodenya. Menurut Sen dan Chaoudhary (2014) risiko yang terkait dengan produksi pertanian umumnya relatif lebih besar dibandingkan dengan industri lainnya. Sumber-sumber risiko produksi yang sangat memengaruhi produksi pertanian dapat disebabkan karena cuaca buruk, hama dan penyakit tanaman, kebakaran, erosi tanah, kesalahan tenaga kerja, degradasi lingkungan sampai hilangnya tenaga kerja di pertanian. Menurut Hess (2005) dalam usaha pertanian tanaman menyatakan bahwa faktor utama kegagalan produksi tanaman secara alamiah disebabkan karena iklim dan cuaca yang sulit diperkirakan serta faktor-faktor lainnya disebabkan karena faktor yang sulit diprediksi yaitu hama dan penyakit tanaman. Tidak seperti pengusahaan kebanyakan, pelaku usaha pertanian tidak dapat memprediksi dengan pasti risiko dan produksi yang akan mereka hasilkan. Namun besar kecilnya sumber risiko tersebut dapat diukur oleh pelaku usaha pertanian dan setiap komoditas memiliki besaran peluang dan dampak yang berbeda-beda walaupun memiliki sumber risiko yang sama diantara komoditas pertanian. Beberapa hal tersebut ada yang berpengaruh dan ada juga yang tidak berpengaruh terhadap produksi tanaman hias Walisongo. Salah satu yang tidak berpengaruh adalah erosi tanah, karena pada perusahaan PT Godongijo Asri penanaman dilakukan pada meja tanam dengan media tanam sekam bakar sehingga tidak ada kehilangan produksi tanaman hias Walisongo yang disebabkan karena erosi tanah. Salah satu faktor seperti kondisi cuaca tidak menentu yang memengaruhi jumlah keberhasilan produksi tanaman hias Walisongo pada perusahaan PT Godongijo Asri. Selanjutnya, faktor tersebut diteliti lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri. Seluruh faktor yang berpengaruh secara langsung pada saat penelitian berlangsung terhadap tanaman hias Walisongo di PT Godongijo Asri kemudian diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan hasil produksi tanaman hias Walisongo yang hilang. Identifikasi sumber-sumber risiko produksi tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri yang berada di Sawangan Depok dilakukan dengan melakukan pengamatan pada tanaman Walisongo yang berada dalam mistroom dengan umur tanaman 0 sampai 1 bulan dan tanaman Walisongo yang berada dalam ruang aklimatisiasi dengan umur tanaman 1 sampai 2 bulan hal ini didasarkan pada tanaman Walisongo dapat dijual setelah berumur 2 bulan dari

53 proses perakaran, serta melakukan wawancara langsung dengan manajer produksi dan tenaga kerja produksi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengamatan langsung, serta wawancara dengan pihak perusahaan di lokasi penelitian, dan dapat disimpulkan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan hasil panen tanaman hias Walisongo pada perusahaan PT Godongijo Asri. 1. Serangan hama Hama yang pada umumnya menyerang tanaman hias Walisongo yang berada dalam mistroom adalah hama kutu putih atau disebut juga hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis). Hama kutu putih ini umumnya menyerang pada daun tanaman hias Walisongo yang berada pada mistroom dan juga terjadi pada ruang aklimatisasi sedangkan hama putih palsu menyerang pada daun tanaman Walisongo dan dapat masuk pada batang tanaman dengan membuat lubang pada batang dekat akar Walisongo, hama jenis ini sering menyerang pada tanaman hias Walisongo yang berada pada ruang aklimatisasi. Hama Nymphola depunctalis dan Cnaphalocrosis medinalis menyerang pada bagian atas dan bawah daun hingga bagian ketiak daun dan batang daun, hama tersebut dapat bertahan pada tanaman mulai dari proses perakaran sampai tumbuh besar, daun tanaman Walisongo yang telah dikorok akan berubah warna menjadi kekuningan sampai tinggal kerangka daunnya saja. Hama Nymphola depunctalis pada umumnya merupakan bawaan dari mother plant yang sudah terserang hama sedangkan hama Cnaphalocrosis medinalis umumnya hama yang merupakan bawaan dari tanaman hias lain yang berada didekat tanaman hias Walisongo. Hama-hama tersebut tidak menimbulkan kematian pada tanaman hias Walisongo dalam jangka pendek, namun serangan hama tersebut dapat merusak warna dan tekstur daun tanaman hias Walisongo hingga menyebabkan kegagalan dalam jangka panjang. Pada saat penelitian dilakukan terjadi perubahan cuaca yang ekstrim dimana memicu penyebaran hama, sehingga apabila tanaman hias Walisongo yang sudah terserang hama dapat menyebar pada tanaman hias Walisongo disekitarnya karena perubahan cuaca tersebut yang menimbulkan kelembaban pada mistroom dan ruang aklimatisasi. Langkah meminimalisir terjadinya serangan hama yang dilakukan oleh PT Godongijo Asri saat proses perbanyakan dengan mencelupkan daun pada obat dithane sedangkan untuk penanggulangan penyebaran hama dilakukan pemotongan pada ranting daun yang terserang, agar penyebaran hama tidak terlalu besar maka dilakukan penyemprotan pestisida khusus obat hama secara rutin setiap 1 minggu sekali. Berdasarkan informasi dan pengamatan yang dilakukan pada PT Godongijo Asri, proses penyemprotan ini sangat berpengaruh penting terhadap pembasmian hama yang terdapat pada tanaman hias Walisongo. Namun, walaupun telah dilakukan langkah minimalisir, serangan hama tersebut masih menyerang tanaman hias Walisongo. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada PT Godongijo Asri jika pada proses penyemprotan tersebut tidak merata dapat menyebabkan kegagalan tanaman hias Walisongo. Serangan hama yang terdapat pada tanaman hias Walisongo seperti dalam Gambar

54 40 Gambar 14 Serangan hama Nymphola depunctalis pada mistroom, Nymphola depunctalis pada ruang aklimatisasi dan Cnaphalocrosis medinalis Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan manajer produksi serta tenaga kerja produksi tanaman hias PT Godongijo Asri, jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat serangan hama dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko serangan hama pada PT Godongijo Asri Periode ke- Jumlah tanam (batang) Jumlah panen (batang) Tingkat kegagalan karena serangan hama (%)

55 Cara mengidentifikasi kegagalan tanaman hias Walisongo akibat serangan hama yang tercantum dalam Tabel 11 adalah dengan pengamatan langsung yang dilakukan pada mistroom dan ruang aklimatisasi dengan jumlah masing-masing tempat sebanyak 1150 tanaman Walisongo dan 1250 tanaman Walisongo selama 1 bulan pengamatan, kemudian dicatat dan dilihat tanaman apa saja yang gagal akibat serangan hama, lalu dikonversikan pada data historis kegagalan tanaman hias Walisongo yang dimiliki PT Godongijo Asri dengan membandingkan kegagalan tanaman Walisongo akibat sumber risiko serangan hama pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 19 dan 20 batang dengan total kegagalan akibat seluruh sumber risiko pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 149 dan 128 batang yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3 lalu dikonversikan dengan total kegagalan setiap periode produksi, dengan hasil konversi untuk serangan hama sebesar dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan hasil pengidentifikasian tersebut, kegagalan tanaman hias Walisongo akibat serangan hama setiap periode dibandingkan dengan jumlah produksi per periode untuk mengetahui tingkat kegagalan tanaman hias Walisongo. Setelah hal tersebut dilakukan, nantinya akan diperoleh berapa tingkat tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko serangan hama setiap periodenya pada PT Godongijo Asri. Serangan hama pasti dialami oleh sebagian besar tanaman khususnya tanaman hias, seperti serangan hama pengorok daun, whitefly, belalang, hama kutu putih yang menyerang di beberapa bagian dari tanaman hias yang berada pada 1 lokasi produksi (Dewiana 2011; Nasti 2013). Hama pengorok daun dan whitefly teridentifikasi menyerang bagian daun, seperti pada permukaan daun dibagian atas dan bawah daun yang terjadi pada produksi krisan spray potong sehingga hal tersebut menyebabkan kegagalan produksi (Nasti 2013). Sedangkan serangan hama yang terjadi pada tanaman hias bromelia seperti belalang dan kutu putih yang menyerang bagian dari atas dan bawah daun sampai memakan daun dari tanaman hias bromelia (Dewiana 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa serangan hama tidak dapat terhindarkan sebagai sumber risiko produksi pengusahaan tanaman hias sebab sumber risiko serangan hama secara alamiah organisme tersebut menyerang tanaman dilokasi pertanian, sama halnya dengan produksi tanaman hias Walisongo yang terserang hama pada bagian daun, hanya perbedaannya terletak pada komoditas yang diteliti dan jenis hama yang menyerang tanaman. 2. Serangan penyakit tanaman Kegagalan tanaman hias Walisongo pada PT Godongijo Asri salah satunya disebabkan oleh penyakit tanaman. Menurut informasi yang diperoleh, penyakit merupakan salah satu penyebab yang besar yang dapat menyebabkan kegagalan hasil produksi tanaman hias Walisongo. Penyakit yang dapat meyerang tanaman hias Walisongo ini umumnya bermacam-macam, antara lain seperti bercak daun (Leaf spot), botrytis, dan layu (Fusarium). Berbagai penyakit yang telah disebutkan tersebut muncul karena adanya virus dan bakteri yang terdapat tanaman hias Walisongo maupun berasal dari kondisi mother plant yang tidak sehat (Rahmawati 2012). Penyakit bercak daun (Leaf spot) ini disebabkan karena fungi dan menyerang pada bagian daun tanaman hias Walisongo dengan timbulnya bercak-bercak menonjol pada seluruh permukaan daun, penyakit 41

56 42 botrytis ini disebabkan karena kelembaban tempat sehingga tanaman mudah terserang virus dan menyerang pada bagian batang dengan ciri-ciri adanya garis hitam di permukaan luar dan dalam batang, sedangkan penyakit layu (Fusarium) ini disebabkan karena virus dan dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman dengan menunjukkan gejala layu kemudian daun menguning dan mengering kemudian merambat pada seluruh bagian tanaman hingga menyebabkan kematian pada tanaman hias Walisongo. Serangan penyakit tanaman yang menyerang tanaman Walisongo juga dapat disebabkan karena faktor cuaca, penelitian dilakukan saat kondisi cuaca dalam keadaan yang buruk, sehingga ketika tanaman Walisongo yang sudah terserang penyakit dapat semakin parah dan hingga dapat menyebar ke tanaman lain di sekitarnya, sehingga hal tersebut merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya serangan penyakit tanaman. Tanaman hias Walisongo yang terserang penyakit tanaman baik pada mistroom maupun ruang aklimatisasi sulit untuk disembuhkan sehingga tanaman hias Walisongo yang terserang penyakit tanaman harus dibuang. Pengecekan kondisi batang tanaman dan segera dilakukan pencabutan tanaman yang terserang penyakit tanaman. Serangan penyakit tanaman yang terjadi pada tanaman hias Walisongo dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15 Serangan penyakit tanaman pada tanaman hias Walisongo yaitu bercak daun (Leaf spot), botrytis, dan layu (Fusarium) Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan manajer produksi serta tenaga kerja produksi tanaman hias PT Godongijo Asri, jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat serangan penyakit tanaman dapat dilihat pada Tabel 12.

57 Tabel 12 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko serangan penyakit tanaman pada PT Godongijo Asri Periode ke- Jumlah tanam (batang) Jumlah panen (batang) Tingkat kegagalan karena serangan penyakit tanaman (%) Cara mengidentifikasi kegagalan tanaman hias Walisongo akibat serangan penyakit tanaman yang tercantum dalam Tabel 12 adalah dengan pengamatan langsung yang dilakukan pada mistroom dan ruang aklimatisasi dengan jumlah masing-masing tempat sebanyak 1150 tanaman Walisongo dan 1250 tanaman Walisongo selama 1 bulan pengamatan, kemudian dicatat dan dilihat tanaman apa saja yang gagal akibat serangan penyakit tanaman, lalu dikonversikan pada data historis kegagalan tanaman hias Walisongo yang dimiliki PT Godongijo Asri dengan membandingkan total kegagalan tanaman Walisongo akibat sumber risiko serangan penyakit tanaman pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 41 dan 34 batang dengan total kegagalan akibat seluruh sumber risiko pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 149 dan 128 batang yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3 lalu dikonversikan dengan total kegagalan setiap periode produksi, dengan hasil konversi untuk serangan penyakit tanaman sebesar dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil pengidentifikasian tersebut, kegagalan tanaman hias Walisongo akibat serangan penyakit tanaman setiap periode dibandingkan dengan jumlah produksi per periode untuk mengetahui tingkat kegagalan tanaman hias Walisongo. Setelah hal tersebut dilakukan, nantinya kita akan mendapatkan berapa tingkat tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko serangan penyakit tanaman setiap periodenya pada PT Godongijo Asri.

58 44 Serangan penyakit tanaman dapat menyerang tanaman akibat kelembaban pada lokasi produksi, kualitas mother plant atau bibit tanaman yang tidak sehat, serta penggunaan peralatan perbanyakan yang tidak bersih, penyakit tanaman yang terjadi seperti layu, virus, bercak daun, busuk batang akar (Dewiana 2011; Nasti 2013). Penyakit-penyakit tanaman tersebut menyerang tanaman hias bromelia dan krisan spray potong. Sama halnya jenis-jenis serangan penyakit yang terjadi pada tanaman hias Walisongo. Sehingga dapat disimpulkan bahwa serangan penyakit yang menyerang tanaman hias Walisongo di lokasi produksi sama dengan tanaman hias lainnya seperti krisan spray potong dan tanaman hias bromelia. 3. Kondisi cuaca tidak menentu Kondisi cuaca yang tidak menentu dapat menimbulkan risiko pada tanaman hias Walisongo. Cuaca yang tidak menentu dapat memengaruhi kelembaban pada mistroom dan kondisi tanaman pada ruang aklimatisasi. Pada kondisi curah hujan yang tinggi akan memicu timbulnya penyebaran wabah penyakit bahkan kematian tanaman hias Walisongo. Penyakit yang menyerang tanaman hias Walisongo pada saat curah hujan yang tinggi adalah penyakit busuk batang akar (Phytium). Penyakit busuk batang akar (Phytium) ini disebabkan karena jamur menyukai tempat lembab yang berkembangbiak melalui spora yang tersebar melalui udara, air serta tanah (Rahmawati 2012). Pada mistroom penyakit busuk batang akar ini muncul karena kondisi lembab sehingga menimbulkan pertumbuhan jamur sedangkan pada ruang aklimatisasi penyakit busuk batang akar ini muncul karena tanaman tergenang air terlalu lama sehingga menyebabkan akar dan batang busuk, daun menjadi pucat, layu, lalu mati membusuk. Cuaca buruk dengan terjadinya hujan yang sangat lebat terjadi pada saat penelitian dilakukan, saat itu kondisi tanaman hias Walisongo baik pada mistroom maupun ruang aklimatisasi dalam keadaan sehat namun keesokan harinya beberapa tanaman hias Walisongo mati karena cuaca, apabila perubahan cuaca ekstim tidak terjadi maka jamur tersebut tidak muncul dan berkembangbiak dan tidak akan terjadi kegagalan pada tanaman hias Walisongo. Saat penelitian dilakukan curah hujan mencapai puncaknya pada bulan Februari 2015 dengan rata-rata curah hujan lebih dari 500 mm per bulan, keadaan tersebut jauh diatas normal yaitu sebesar 85 sampai 115 mm per bulan. Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca yang tidak menentu dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca tidak menentu yaitu busuk batang akar (Phytium)

59 Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan manajer produksi serta tenaga kerja produksi tanaman hias PT Godongijo Asri, jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat kondisi cuaca tidak menentu dapat dilihat pada Tabel Tabel 13 Jumlah tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada PT Godongijo Asri Periode ke- Jumlah tanam (batang) Jumlah panen (batang) Tingkat kegagalan karena kondisi cuaca tidak menentu (%) Cara mengidentifikasi kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca tidak menentu yang tercantum dalam Tabel 13 adalah dengan pengamatan langsung yang dilakukan pada mistroom dan ruang aklimatisasi dengan jumlah masing-masing tempat sebanyak 1150 tanaman Walisongo dan 1250 tanaman Walisongo selama 1 bulan pengamatan, kemudian dicatat dan dilihat tanaman apa saja yang gagal akibat kondisi cuaca tidak menentu, lalu dikonversikan pada data historis kegagalan tanaman hias Walisongo yang dimiliki PT Godongijo Asri dengan membandingkan total kegagalan tanaman Walisongo akibat sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu pada mistroom dan ruang aklimatisasi masingmasing sebesar 74 dan 51 batang dengan total kegagalan akibat seluruh sumber risiko pada mistroom dan ruang aklimatisasi masing-masing sebesar 149 dan 128 batang yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3 lalu dikonversikan dengan total kegagalan setiap periode produksi, dengan hasil konversi untuk kondisi cuaca tidak menentu sebesar dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil pengindentifikasian tersebut, kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kondisi cuaca tidak menentu setiap periode dibandingkan

60 46 dengan jumlah produksi per periode untuk mengetahui tingkat kegagalan tanaman hias Walisongo. Setelah hal tersebut dilakukan, nantinya kita akan diperoleh berapa tingkat tanaman hias Walisongo yang gagal akibat sumber risiko kondisi cuaca tidak menentu setiap periodenya pada PT Godongijo Asri. Kondisi cuaca tidak menentu sangat berpengaruh langsung pada keberhasilan tanaman hias, seperti yang terjadi pada tanaman krisan spray potong dan pembibitan krisan (Nasti 2013; Rachmi 2014). Sama halnya yang terjadi pada tanaman hias Walisongo yang sangat berpengaruh pada keberhasilan produksi tanaman Walisongo, kondisi cuaca tidak menentu dapat menyebabkan busuk pada seluruh bagian tanaman pada mistroom dan ruang aklimatisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kesamaan sumber risiko dan akibatnya yang terjadi pada tanaman hias, perbedaannya terletak pada lokasi yang digunakan ada tanaman krisan spray potong dan pembibitan krisan berada dibawah naungan sedangkan untuk tanaman hias Walisongo terletak pada 2 lokasi yaitu mistroom dan ruang aklimatisasi. 4. Kualitas sekam Kualitas sekam merupakan salah satu sumber risiko pada tanaman hias Walisongo. Sekam merupakan media dalam penanaman hasil stek tanaman hias Walisongo dan media pada pembesaran tanaman hias Walisongo. Kualitas sekam yang kurang baik akan menimbulkan risiko pada tanaman hias Walisongo yang ditandai dengan pengendapan air pada sekam sehingga kelembaban media menjadi sangat tinggi. Penyakit yang timbul akibat kualitas sekam yang kurang baik adalah kanker akibat serangan jamur Phytopthora palmivora (Rahmawati 2012). Timbulnya penyakit kanker ini menyebabkan batang tanaman dekat akar pecah kemudian dapat menyebabkan busuk pada akar tanaman Walisongo. Penurunan kualitas sekam yang digunakan umumnya karena penggunaan sekam yang sama selama 4 kali panen, sehingga ketika sekam yang kondisinya sudah dalam kondisi yang tidak baik masih digunakan untuk penanaman dapat menyebabkan kegagalan pada tanaman hias Walisongo, hal tersebut terjadi saat penelitian dilakukan. Kegagalan tanaman hias akibat kualitas sekam dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17 Kegagalan tanaman hias Walisongo akibat kualitas sekam yaitu jamur Phytopthora palmivora

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura

I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Hortikultura merupakan salah-satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables),

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya hayati yang beraneka ragam. Hal tersebut dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada pada garis katulistiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI i PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ii ABSTRAK

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan bisnis atau peluang usaha yang menjanjikan.tingginya minat

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan bisnis atau peluang usaha yang menjanjikan.tingginya minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki hortikultura tropika yang berlimpah karena keanekaragaman sumber daya lahan, iklim, dan cuaca yang dimilikinya. Sumber daya tersebut dapat

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Identifikasi sumber risiko yang dilakukan pada usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana ditemukan beberapa risiko yang krusial diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT i ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SOFYAN IKHSAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian memiki arti penting dalam pembangunan perekonomian bangsa. Pemerintah telah menetapkan pertanian sebagai prioritas utama pembangunan di masa mendatang. Sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Perusahaan Tyas Orchid merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias di kota Bogor. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Ir. Cecep Badrudin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanah pertanian di Indonesia pada umumnya kaya akan bahan organik dengan lapisan olah yang cukup dalam. Keadaan tersebut memungkinkan tanaman dapat dengan mudah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Yohanes Andika Tj. 2013110060 Al Faisal Mulk 2013110067 M. Ibnu Haris 2014110011 Abstrak Kebijakan asuransi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI NATALINA SIANTURI H34086062 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5 Lampiran 2. Konversi Hortikultura 1. Konversi Jarak Tanam, Populasi dan Umur Panen Sayuran dan Buahbuahan Semusim (SBS). a. Sayuran Semusim Jarak Populasi Umur Mulai No Tan / ha Tanam / cm Panen (Hari)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berpengaruh terhadap pembangunan negara. Pertanian merupakan salah satu bagian dari bidang agribisnis. Saragih dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Bunga Wastukencana, Bandung dengan studi kasus pada Florist X yang beralamat di Jl.Wastukencana 34 b.7, Babakan Ciamis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci