VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH"

Transkripsi

1 VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas dilakukan dengan mengikuti beberapa alur proses produksi yang dianggap berisiko. Alur tersebut antara lain dimulai dari beberapa tahap antara lain : proses sterilisasi log, proses inkubasi setelah dilakukan proses inokulasi bibit ke dalam log, dan proses pemeliharaan log.di dalam rumah kumbung. Risiko produksi yang terjadi secara umum di Yayasan Paguyuban Ikhlas ini adalah berupa rusaknya media log tempat tumbuhnya jamur tiram putih, akibat dari hama penyakit ataupun kontaminasi ditambah dengan rendahnya produktivitas panen. Risiko tersebut terjadi disebabkan karena beberapa faktor. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, terhadap proses produksi jamur tiram putih di lokasi penelitian dan wawancara yang dilakukan dengan pembudidaya, maka dapat diketahui beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber timbulnya risiko produksi. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko pada usaha budidaya jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log Proses sterilisasi merupakan salah satu kegiatan di dalam proses produksi, proses ini sangat penting dan menentukkan keberhasilan dari proses budidaya yang akan dilakukan. Proses sterilisasi ini harus dilakukan dengan tepat sesuai dengan jumlah kapasitas mesin steamer, karena jika dipaksakan melebihi kapasitasnya maka kemampuan untuk memberikan panas secara merata akan berkurang. Sedangkan loglog harus mendapatkan panas yang cukup agar proses sterilisasi berlangsung dengan baik dan maksimal. Tujuan dari pemberian panas yang cukup yaitu untuk membunuh organisme lain yang mungkin saja ikut masuk ke dalam kantong log pada saat proses pengantongan. Proses pengantongan sendiri masih belum menggunakan mesin atau masih sederhana yaitu menggunakan tangan, dari proses pengantongan tersebut dikhawatirkan dapat mengkontaminasi log-log yang dihasilkan. 48

2 Pemanas yang digunakan yaitu menggunakan tabung gas ukuran tiga kilogram sebanyak empat buah yang disusun berjejer di bawah steamer dan disambung dengan tungku api. Penggunaan gas selain lebih efektif dan efisien juga dapat memberikan suhu panas yang diinginkan, suhu yang dicapai untuk proses sterilisasi harus mencapai 85 derajat celcius, dengan lama pengukusan selama delapan sampai sepuluh jam. Indikator tercapainya suhu dapat dilihat pada jarum penunujuk suhu yang menempel di steamer. Pembudidaya jamur tiram putih yang ada di Yayasan Paguyuban Ikhlas ini telah cukup lama atau berpengalaman dalam melakukan proses sterilisasi log, sehingga seharusnya sudah mengetahui jumlah kapasitas dari steamer. Akan tetapi ada saat-saat dimana untuk mengejar produksi para pekerja memasukkan log ke dalam mesin steamer melebihi kapasitasnya, karena merasa yakin dengan apa yang dilakukannya tidak akan mengganggu proses sterilisasi. Berdasarkan kejadian berisiko yang dapat dikaitkan langsung dengan kesalahan pembudidaya, dalam melakukan proses sterilisasi melebihi batas kapasitas steamer. Akibatnya proses sterilisasi pun tidak berlangsung secara maksimal, karena terlalu banyak log yang harus dipanaskan sehingga proses pemanasan tidak sempurna. Hasil yang didapat pun banyak yang gagal dalam hal ini terkontaminasi jamur lain. Selama kurun waktu Januari 2009 sampai dengan Agustus 2010 tercatat terjadi delapan kali kejadian kehilangan potensi produksi jamur tiram putih, akibat log atau media tanam terkena kontaminasi dan harus segera dipisahkan dan dimusnahkan. 2. Hama Hama adalah organisme yang dapat bersifat sebagai penganggu atau pemangsa yang berasal dari sekitar lokasi dilakukannya budidaya. Hama yang ada di sekitar tempat budidaya antara lain : tikus, kecoa, ataupun kumbang. Pada pembudidayaan jamur tiram putih ini, hama seperti tikus biasanya menyerang log pada tahap inkubasi, dimana log disimpan di dalam rumah kumbung khusus yang terbuat dari bambu yang dianyam. Hama tikus ataupun kecoa mampu dengan mudah menembus anyaman bambu sehingga log sangat mudah sekali dirusak. 49

3 Hama tikus tidak akan menyerang log yang telah tumbuh miselium atau bakal jamur. Umumnya hama tikus menyerang log yang sedang mengalami proses inkubasi, karena pada proses ini log disimpan dan disusun diatas rak-rak kayu dan didiamkan selama kurang lebih satu bulan lamanya. Pada kondisi ini hama tikus sering sekali merusak dengan cara merobek plastik pembungkus, yang dimangsa adalah bagian dari bibit jamur, tentunya hal ini dapat menyebabkan log-log jamur menjadi terkontaminasi dan rusak. Karena kegiatan hama tikus ini sebagian besar dilakukan pada malam hari, maka cukup sulit untuk dideteksi dan diawasi secara intensif, memang lingkungan sekitar Yayasan Paguyuban Ikhlas masih alami dengan banyaknya pepohonan dan lahan-lahan kosong yang membantu stabilitas populasi hama tersebut. Log yang rusak disebabkan karena serangan hama berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya hampir terjadi setiap bulan selama periode produksi Januari 2009 sampai Agustus Hal tersebut menunjukkan frekuensi terjadinya risiko produksi yang disebabkan oleh hama tersebut menjadi indikasi bahwan sumber risiko produksi hama perlu mendapat penanganan lebih lanjut untuk mengurangi frekuensi terjadinya risiko tersebut. 3. Penyakit Penyakit yang menyerang log juga menjadi salah satu sumber risiko produksi yang cukup mempengaruhi jumlah produksi log sebagai tempat media tumbuhnya jamur tiram. Penyakit yang menyerang log jamur umumnya bakteri dan tumbuhnya jamur lain seperti mucor, rhizopus, penicillium, aspergillus dan sebagainya. Berbagai jamur dan bakteri dapat tumbuh dengan cepat, yang dapat menyebabkan log jamur tidak layak untuk dipelihara. Bakteri dapat menyebabkan log menjadi berlendir atau membusuk, sehingga dapat menyebabkan jamur yang dipelihara terhambat pertumbuhannya Akibat dari penyiraman log yang berlebihan dapat menyebabkan keadaan kumbung menjadi terlalu basah dan lembab, jika terlalu lembab dan sirkulasi udara yang tidak baik maka bakteri dapat dengan mudah tumbuh. Biasanya penyakit yang sering terjadi, selalu bersifat patogen dan menular. Tindakan untuk menghindari 50

4 kerugian yang lebih besar yaitu memisahkan log yang sudah terjangkit dan segera musnahkan dengan cara dibakar atau dikubur dalam tanah. Hal tersebut perlu dilakukan agar log lain tidak tertular. Penyakit juga berkaitan dengan kebersihan lingkungan sekitar tempat budidaya dan kebersihan peralatan yang digunakan pada saat pembuatan media. Kerugian yang disebabkan sumber risiko penyakit relatif sering juga terjadi selama kurun waktu bulan Januari 2009 sampai dengan Agustus 2010 terjadi hampir disetiap bulannya, namun kerugian terbesar terjadi pada bulan Mei 2009 sampai bulan Agustus Sumber risiko penyakit ini dampak kerusakannya relatif tidak terlalu besar, tetapi efek dari terjadinya juga akan sangat merugikan. Terlebih jika tidak ditangani dengan cepat maka tidak tertutup kemungkinan dapat memberikan kerugian yang tidak sedikit. 5. Perubahan suhu udara Suhu merupakan salah satu sumber risiko produksi yang perlu diperhatikan, karena jamur tiram dapat tumbuh optimal di suhu yang sejuk dan tidak terlalu panas, paling tidak pembudidayaan harus disesuaikkan dengan kondisi habitat asli jamur tiram di alam. Pada saat masuk musim kemarau perubahan suhu dapat berubah secara signifikan dan bisa mempengaruhi suhu ruangan terutama pada kumbung pemeliharaan, agar pertumbuhan tubuh buah jamur tiram maksimal suhu kumbung harus dipertahankan sekitar 26 sampai 28 derajat celcius. Perubahan suhu yang tibatiba dapat mengganggu pertumbuhan jamur dan menyebabkan media tanam atau log menjadi kering, jika sudah kering maka pertumbuhan jamur tidak akan mungkin terjadi. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap jumlah hasil panen yang dicapai nantinya dan sudah tentu akan menyebabkan kerugian bagi pembudidaya dari sisi produksi. Akan tetapi, karena perubahan suhu yang ekstrim menyangkut dengan musim kemarau yang terjadi dan musim merupakan siklus alam, maka kondisi tersebut memang tidak bisa dihindari dan akan selalu berulang di setiap tahunnya, sehingga pembudidaya hanya dapat berusaha agar penurunan jumlah produksi jamur tiram tidak melebihi batas normal yaitu dengan melakukan upaya-upaya tertentu. 51

5 Upaya tersebut dilakukan utnuk menekan pengaruh suhu udara terhadap kemungkinan kerugian dari sisi produktivitas jamur tiram, karena secara tidak langsung pengaruh suhu udara terlihat dari berfluktuasinya hasil panen per bulannya. Pada kurun waktu Januari 2009 sampai Agustus 2010, hasil produksi yang didapat selalu berfluktuasi. Diketahui pula bahwa musim kemarau pada waktu tersebut terjadi pada bulan Juni 2009 hingga September Pada kurun waktu tersebut terutama pada bulan Juni, July, Agustus 2009 hasil panen jamur tiram mengalami penurunan yang cukup besar yaitu sekitar satu ton per bulannya jika dibandingkan dengan target produksi normal di Yayasan Paguyuban Ikhlas sekitar 3,5 ton sampai 4 ton per bulannya. 6.2 Indikator Penentuan Jenis Sumber Risiko Pada Setiap Kejadian Yayasan Paguyuban Ikhlas menghadapi risiko produksi dalam melaksanakan kegiatan budidaya jamur tiram putih, dimana terdapat beberapa faktor yang diindikasikan sebagai sumber dari risiko produksi tersebut. Diantaranya adalah perubahan suhu udara yang ekstrim, kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log, serangan hama serta penyakit. Oleh karena itu perlu ditetapkan indikator untuk menggolongkan jenis sumber risiko pada setiap kejadian yang berisiko yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan budidaya jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas. Tujuan dari penetapan indikator tersebut adalah untuk menghindari kesalahan penggolongan dari setiap kejadian berisiko yang dapat mengakibatkan proses analisis yang dilakukan tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian. Sumber risiko produksi perubahan suhu udara yang ekstrim diindikasikan oleh kejadian berisiko, ditandai dalam bentuk pertumbuhan tubuh buah jamur yang tidak tumbuh normal cenderung kecil dan kerdil. Perubahan cuaca saat ini sulit untuk diprediksi mengakibatkan perubahan suhu secara tiba-tiba dan sangat mempengaruhi pertumbuhan tubuh buah jamur. Suhu yang dianjurkan agar jamur tumbuh maksimal dan optimal adalah 22 sampai 28 derajat celcius. Tubuh buah jamur tiram yang tumbuh kerdil, dapat diindikasikan dengan jumlah panen yang berfluktuasi. 52

6 Sumber risiko kesalahan pada saat proses sterilisasi diindikasikan dengan tumbuhnya jamur lain di dalam log, proses Sterilisasi log sendiri menggunakan alat steamer besar yang memiliki kapasitas 1200 log. proses sterilisasi yang kurang baik seperti panas yang tidak merata, melebihi kapasitas steamer yang seharusnya dapat menyebabkan risiko kerusakkan log. Kerusakkan yang sering terjadi dapat terlihat dari banyaknya log yang rusak pada saat proses inkubasi dan pemeliharaan, log yang rusak dapat dilihat dari warna jamur yang tumbuh. Pertumbuhan jamur tersebut bersifat parasit dan dapat merusak bakal jamur atau miselium, dan juga dapat merusak keseluruhan log. Jamur patogen ini sifatnya parasit, maka log yang terkontaminasi harus segera dipisahkan agar tidak menular ke log jamur yang lain. Salah satu fungsi sterilisasi adalah untuk menghilangkan atau membunuh organisme jamur tersebut yang mungkin saja terbawa selama proses persiapan log. Karakteristik log yang telah terkontaminasi adalah adanya noda berwarna hitam atau hijau di dalam log. Kerusakkan tersebut akan melebar sampai menutupi seluruh log jamur tiram. Log yang telah terkontaminasi tetap dapat menghasilkan jamur tiram namun jamur yang dihasilkan kecil dan umumnya agak berbau tidak sedap. Gambar mesin steamer dan log yang terkontaminasi jamur lain dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Gambar 16. Mesin Steamer Gambar 17 Log Yang Terkontaminasi Sumber risiko produksi serangan hama diindikasikan oleh kejadian log yang rusak akibat serangan hama tikus, hama tikus biasanya menyerang log yang sedang diinkubasi. Kerusakan log yang terjadi yaitu plastik yang membungkus media 53

7 terkoyak atau bolong. Proses pengrusakan log oleh tikus terjadi pada malam hari, karena tikus merupakan jenis hama yang aktif pada malam hari. Hama tikus ini menyerang kumbung tempat penyimpanan log atau kumbung inkubasi yang baru saja diinokulasi bibit, tikus tidak menyerang log yang telah ditumbuhi miselium. Dampak kerusakkan yang terjadi akibat hama tikus ini umumnya terjadi dalam skala yang cukup besar. Indikasi penyakit dapat terlihat dari jumlah kerusakkan log yang sedang dipelihara pada kumbung pemeliharaan, log yang terlalu banyak mengandung air yang dapat menyebabkan penyakit pada log, indikasi log yang berpenyakit yaitu adanya lendir yang berlebihan, dan biasanya disusul dengan munculnya ulat dan kumbang jamur yang bisa menyebabkan tubuh buah jamur tiram rusak, layu dan mati. Indikasi kerusakkan hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 19. Gambar 18. Log Rusak Akibat Hama Gambar 19. Log Terkena Penyakit 6.3 Analisis Probabilitas Risiko Produksi Sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih telah diidentifikasi. Hasil identifikasi yang telah dilakukan memberikan informasi bahwa pada usaha tersebut terdapat empat faktor yang menjadi sumber risiko produksi. Selanjutnya adalah melakukan analisis probabilitas terhadap masingmasing sumber risiko produksi tersebut untuk mengetahui seberapa besar probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi yang ada pada usaha budidaya jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas. 54

8 Probabilitas risiko dari masing-masing sumber risiko dihitung untuk mengetahui mana saja sumber risiko produksi yang kemungkinan terjadinya besar dan mana sumber risiko produksi yang kemungkinan terjadinya kecil, sehingga dapat ditentukan prioritas dari masing-masing sumber risiko. Data-data yang digunakan untuk melakukan analisis probabilitas ini adalah, data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan supervisor di Yayasan Paguyuban Ikhlas ditambah data-data produksi jamur tiram putih pada bulan Januari 2009 sampai Agustus 2010, data dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai 4. Sementara itu penentuan jumlah, kondisi, serta batas nilai yang digunakan utnuk perhitungan analisis probabilitas berdasarkan perkiraan perhitungan yang dilakukan oleh pembudidaya dengan mengacu pada pengalaman-pengalaman pada periode terdahulu, batas nilai dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. Perhitungan analisis probabilitas terjadinya risiko untuk masing-masing sumber risiko produksi yang diolah dengan menggunakan metode nilai standar atau z-score dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perbandingan Probabilitas Risiko dari Sumber Risiko Produksi No Sumber Risiko Produksi Probabilitas (%) 1. Kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log 45,22 2. Perubahan suhu udara Hama 34,09 4. Penyakit 31,56 Pada Tabel 8 dapat dilihat perbandingan tingkat probabilitas terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi. Berdasarkan urutannya probabilitas log yang rusak akibat kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi memiliki tingkat probabilitas risiko terbesar, yaitu sebesar 45,22 persen. Besarnya probabilitas terjadinya risiko akibat kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi tersebut dikarenakan pada periode waktu September 2009 sampai Desember 2009 terjadi kerusakkan pada penutup mesin steamer, sehingga pada saat proses pengukusan atau 55

9 sterilisasi tekanan panasnya tidak maksimal selain itu untuk mengejar produksi akhir tahun maka log yang dimuat sering melebihi kapasitasnya. Kondisi demikian risiko terjadinya kerusakkan log menjadi semakin besar. Batas normal kerusakan log yang ditentukkan adalah sebanyak 4000 log per bulannya nilai tersebut didapat berdasarkan pengalaman dari periode produksi terdahulu. Sedangkan berdasarkan kondisi di lapangan tercatat terdapat tujuh bulan dalam satu tahun periode, terjadi kerusakkan log akibat kesalahan pada saat proses sterilisasi terbanyak yaitu tahun 2009 dan sekali pada bulan Maret tahun Nilai z untuk sumber risiko produksi kerusakkan log akibat kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode nilai standar adalah sebesar -0,12. Nilai z yang bertanda negatif menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Nilai z untuk sumber risiko produksi kesalahan pada saat penanganan sterilisasi tersebut jika dipetakan pada tabel distribusi z akan menunjukkan nilai sebesar 0,452. Nilai 0,452 tersebut menunjukkan bahwa probabilitas rusaknya log akibat kesalahan sterilisasi melebihi 4000 log adalah sebesar 0,452 atau 45,2 persen. Besarnya probabilitas risiko kerusakan log akibat kesalahan penangan sterilisasi melebihi batas normal yang ditentukan disebabkan karena pada saat proses sterilisasi log yang dimuat sering melebihi kapasitasnya sehingga panas tidak menyebar secara sempurna, selain itu umur mesin steamer juga sudah relatif sudah lama secara fisik pintu steamer juga kadang tidak terlalu rapat pada saat proses pengukusan sehingga panas banyak terbuang ke udara luar. Sumber risiko produksi akibat gangguan hama memiliki tingkat probabilitas risiko sebesar 34,9 persen yang merupakan sumber risiko terbesar kedua. Pada kurun waktu Januari 2009 sampai dengan Agustus 2010 telah terjadi sembilan kasus risiko produksi yang disebabkan oleh serangan hama terutama hama tikus. Pada kasus yang terjadi jumlah dari kerugiannya bervariasi. Batas normal yang telah ditentukkan Yayasan Paguyuban Ikhlas untuk kerusakan log akibat hama adalah sebesar 3000 log per bulan. Penetapan batas normal ini dilakukan dengan melihat perhitungan rata-rata setiap kejadian kerusakan terhadap kondisi risiko yang sejenis pada periode-periode 56

10 sebelumnya. Adapun nilai z yang diperoleh untuk sumber risiko kerusa kan log akibat hama ini dengan menggunakan metode nilai standar adalah sebesar -0,41. Nilai z yang bertanda negatif menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Jika dipetakan pada tabel distribusi z akan menunjukkan nilai sebesar 0,340. Nilai 0,340 tersebut menunjukkan bahwa probabilitas kerusakan akibat serangan hama melebihi 3000 log adalah sebesar 0,340 atau 34,09 persen. Kerusakan akibat serangan hama memiliki probabilitas risiko yang cukup tinggi. Salah satunya disebabkan karena struktur rumah kumbung yang menggunakan anyaman bambu yang mudah dirusak hama terutama tikus. Hama dapat mudah menembus dan menjangkau masuk ke dalam rumah kumbung, merusak log ataupun tubuh buah jamur tiram. Hama yang menyerang antara lain tikus, kecoa, serangga kecil dan kumbang. Sumber risiko penyakit berada pada urutan ketiga dari segi tingkat probabilitas. Sumber risiko produksi ini mempunyai tingkat probabilitias sebesar 31,56 persen. Batas normal akibat penyakit yang ditentukkan Yayasan Paguyuban Family Ikhlas adalah 800 log per bulan. Penentuan batas tersebut didasarkan pada perkiraan rata-rata jumlah log yang rusak akibat peristiwa sejenis pada periodeperiode sebelumnya. Nilai z yang didapat untuk sumber risiko produksi penyakit adalah sebesar -0,48. Nilai z yang bertanda negatif menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal, dan jika dipetakan pada tabel distribusi z akan menunjukkan nilai sebesar 0,315. Nilai 0,315 tersebut menunjukkan bahwa probabilitas kerusakkan akibat serangan penyakit melebihi 800 log adalah sebesar 0,315 atau 31, 56 persen. Penyakit yang biasa menyerang log dan jamur tiram yang sedang dipelihara beradasarkan hasl wawancara dengan supervisor sebagian besar tumbuhnya jamur lain seperti mucor, rhizopus, penicillium, aspergillus dan sebagainya. Jamur tersebut akibat dari tumbuhnya bakteri-bakteri. Bakteri tumbuh akibat dari terlalu lembabnya kondisi kumbung, kandungan air terlalu tinggi dan basah dapat menyebabkan penyakit pada jamur tiram. Efek yang terjadi dapat menular antar log sehingga jika 57

11 tidak ditangani lebih awal dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar, Hal ini terjadi pada kurun waktu Januari 2009 sampai dengan Agustus 2010, yang terjadi jumlah log yang terkontaminasi penyakit melebihi batas yang ditentukan karena terlambatnya penanganan yang dilakukan. Probabilitas sumber risiko terkecil berasal dari sumber risiko pengaruh suhu udara pada rumah kumbung. Probabilitas pengaruh suhu udara ini memiliki tingkat probabilitas sebesar 5,48 persen. Sumber risiko pengaruh suhu udara dapat dilihat dari produktivitas jamur tiram per sekali panen, karena jika suhu udara lembab dan teduh maka jamur tiram dapat tumbuh maksimal, sedangkan jika suhu udara di dalam kumbung hangat atau kering maka jamur tiram akan sulit tumbuh dan secara fisik jamur tiram yang dihasilkan besarnya tidak maksimal. Batas normal produktivitas jamur tiram yang ditetapkan Yayasan Paguyuban Ikhlas adalah 4000 kilogram per bulan. Angka tersebut ditentukkan dengan mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dan hasil yang didapat selama melakukan budidaya jamur tiram putih sehingga pengaruh suhu harusnya dapat diatur sedemikian rupa agar hasil panen dapat meningkat. Selain itu penetapan batas juga didasarkan pada pada saat musim kemarau produktivitas dapat turun sekitar 50 sampai 55 persen dari target produktivitas jamur tiram per log yaitu sebesar 0,33 sampai 0,40 gram. Nilai z yang diperoleh untuk sumber risiko produksi pengaruh suhu udara dengan metode nilai standar adalah sebesar 1,60. Nilai z yang positif menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kanan dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Nilai z tersebut jika dipetakan pada tabel distribusi z akan menunjukkan nilai 0,054. Nilai tersebut berarti probabilitas penurunan produktivitas jamur tiram akibat pengaruh suhu udara melebihi 4000 kilogram adalah sebesar 5,48 persen. Pengaruh suhu udara berkaitan dengan musim yang sedang berlangsung, musim merupakan faktor alam yang kejadiannya tidak dapat dihindari dan biasanya merupakan siklus tahunan yang terdiri dari musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau berpengaruh terhadap produktivitas jamur tiram. Jamur tidak dapat tumbuh dengan maksimal jika suhu udara naik. Langkah yang dilakukan mengatasi suhu udara akibat musim kemarau dan untuk meminimalisir dampak, biasanya pembudidaya 58

12 menyemprotkan air pada ruangan kumbung. Hal ini bertujuan memberikan hawa sejuk dan lembab. 6.4 Analisis Dampak Risiko Sumber-sumber risiko yang produksi yang telah teridentifikasi dalam kegiatan budidaya jamur tiram di Yayasan Paguyuban Ikhlas akan memberikan dampak kerugian apabila terjadi pada saat pelaksanaan produksi. Dampak kerugian yang diakibatkan terjadinya sumber-sumber risiko produksi tersebut dapat dihitung dan dinilai dalam satuan mata uang seperti rupiah, sehingga kerugian dapat diketahui atau diperkirakan sebagai sebagai akibat dari sumber-sumber risiko produksi. Nilai besarnya kerugian yang diperkirakan tentu tidak tepat sama dengan kondisi sebenarnya, jika risiko produksi tersebut terjadi maka dilakukan penetapan besarnya kerugian dengan suatu tingkat keyakinan. Perhitungan dampak risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram di Yayasan Paguyuban Ikhlas ini menggunakan metode value at risk (VaR). Pada perhitungan dampak risiko produksi di yayasan Paguyuban Ikhlas ditentukan tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95 persen dan sisanya error sebesar 5 persen. Dengan produktivitas jamur yang dihasilkan per log sebanyak 0,33 kilogram, dan diketahui bahwa harga jamur tiram ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp Perhitungan terhadap dampak risiko dilakukan terhadap masing-masing sumbersumber risiko produksi yang ada pada usaha budidaya jamur tiram di Yayasan Paguyuban Ikhlas. Data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data primer serta hasil wawancara dengan pembudidaya. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui perkiraan kerugian dan kehilangan potensi produktivitas yang terjadi sebagai akibat dari sumber risiko produksi yang telah diidentifikasi sebelumnya. Kesalahan dalam proses sterilisasi log dapat menyebabkan log tempat media tumbuh jamur terkontaminasi. Pada periode Januari 2009 sampai Agustus 2010 terjadi beberapa kasus kerusakan log yang diakibatkan kesalahan dalam proses sterilisasi dari bulan Januari 2009 sampai Agustus 2010, log yang rusak adalah sebanyak 2000 log, 2500 log, 3500 log, 4000 log, 6000 log, 6000 log, 4000 log,

13 log, 6000 log, 6000 log, 7000 log, 6500 log, 3000 log, 4000 log, 5000 log, 2500 log, 3000 log, 3000 log, 2500 log, dan 2500 log. Dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Lampiran 1. Jumlah log yang rusak akibat kesalahan sterilisasi tidak sampai membuat penurunan produksi yang signifikan, namun tetap akan merugikan pembudidaya, karena apabila kerugian yang ditimbulkan oleh sumber risiko dapat diminimalisir maka secara otomatis akan mempengaruhi penerimaan atau pemasukkan. Hasil perhitungan yang didapat menggunakan value at risk (Var) sebesar Rp , dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai value at risk yang didapat berarti kerugian maksimal yang diderita akibat kesalahan penanganan dalam proses sterilisasi log adalah Rp , namun ada lima persen kemungkinan kerugian lebih besar dari angka tersebut. Risiko yang ditimbulkan oleh serangan hama adalah kerusakkan log yang terjadi dalam proses inkubasi. Serangan hama yang mengakibatkan kerusakkan log sering terjadi di setiap bulannya. Data dalam tabel dapat dilihat pada Lampiran 2 Perkiraan dari bulan Januari 2009 sampai Agustus 2010 total log yang rusak sekitar log, jumlah log yang paling besar dirusak oleh hama adalah antara bulan Mei 2009 sampai agustus 2009 mencapai 10 ribu log yang rusak tiap bulannya. Kerusakkan yang dihasilkan dampaknya pun cukup besar dan masif. Dari perhitungan terhadap dampak risiko dari sumber risiko produksi hama yang telah dilakukan dengan metode value at risk menghasilkan nilai sebesar Rp dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai value at risk berarti kerugian maksimal yang diderita akibat serangan hama adalah sebesar Rp , tetapi ada lima persen kemungkinan kerugian lebih besar dari angka tersebut. Sumber risiko produksi penyakit juga menyebabkan risiko produksi yang ada di budidaya jamur tiram Yayasan Paguyuban Ikhlas. Kasus penyakit yang menyerang log (media tanam jamur) dan jamur tiram terjadi karena bakteri dan kebersihan kumbung, karena mudahnya penyakit dapat menyebar dan dapat menularkan log lain maka diperlukan perlakuan sesegera mungkin untuk menangani log yang terkena penyakit. Pada periode waktu Januari 2009 sampai dengan Agustus 2010 tercatat beberapa kali terjadi di setiap bulannya terutama di bulan Mei 2009 sampai Agustus 60

14 2009 jumlah log yang terkena penyakit banyak terjadi rata-rata 1000 log terkontaminasi penyakit. Perkiraan jumlah log yang terkontaminasi penyakit secara berurutan 500 log, 900 log, 1000 log, 1000 log, 1000 log, 1000 log, 1000 log, 1500 log, 800 log, 800 log, 800 log, 900 log, 900 log, 800 log, 1000 log, 1000 log, 800 log, 700 log, 700 log, dan 800 log. Dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Lampiran 4. Perhitungan terhadap dampak risiko dari sumber risiko produksi penyakit yang dilakukan dengan metode value at risk menghasilkan nilai sebesar Rp dengan tingkat keyakinan 95 persen. Nilai value at risk berarti kerugian maksimal yang diderita akibat serangan penyakit adalah sebesar Rp , tetapi ada lima persen kemungkinan kerugian lebih besar dari angka tersebut. Selanjutnya yang terakhir adalah sumber risiko produksi akibat perubahan suhu. Jamur tiram dapat tumbuh maksimal pada suhu udara yang lembab dan sejuk. Perubahan suhu yang drastis menjadi hangat atau kering dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram, jamur menjadi tidak tumbuh maksimal dan bentuknya kecil, sehingga dapat mempengaruhi hasil panen. Pada kurun waktu dari bulan Januari 2009 sampai Agustus 2010 hampir disetiap bulan hasil panen berfluktuasi. Hasil panen terendah terjadi pada bulan Mei 2009 sampai dengan Agustus Jika diurutkan dari Januari 2009 sampai dengan Agustus 2010 hasil produksi sebanyak 4000 kilogram, 4500 kilogram, 3000 kilogram, 2000 kilogram, 2000 kilogram, 1000 kilogram, 1000 kilogram, 1000 kilogram, 4000 kilogram, 2500 kilogram, 2000 kilogram, 2000 kilogram, 3500 kilogram, 2500 kilogram, 1000 kilogram, 1000 kilogram, 3000 kilogram, 2000 kilogram, 1000 kilogram, dan 1000 kilogram. Dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Lampiran 3. Perhitungan terhadap dampak risiko dari sumber risiko produsi akibat perubahan suhu, terlihat dari hasil panen yang didapat. Perhitungan menggunakan metode value at risk (Var) yang menghasilkan nilai Rp dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai value at risk berarti kerugian maksimal yang diderita akibat perubahan suhu udara adalah sebesar Rp , namun ada lima persen kemungkinan kerugian lebih besar dari angka tersebut. 61

15 Dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko produksi memiliki nilai yang berbeda-beda. Nilai-nilai dari perhitungan dampak risiko yang dilakukan akan semakin menarik jika diplotkan pada peta risiko, sehingga dapat ditentukkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Adapun perbandingan nilai dari hasil perhitungan dampak risiko yang dilakukan pada masing-masing sumber risiko dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perbandingan Dampak dari Sumber Risiko Produksi No. Sumber Risiko Produksi Dampak (Rp) 1. Kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log Perubahan suhu udara Hama Penyakit Pada Tabel 9 dapat dilihat perbandingan dampak dari terjadinya suatu risiko produksi yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko produksi. Beradasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa penurunan produksi yang disebabkan oleh perubahan suhu udara di dalam kumbung terutama jika memasuki musim kemarau adalah yang paling berpengaruh terhadap pendapatan Yayasan Paguyuban Ikhlas. Tetapi dampak yang diakibatkan oleh sumber-sumber risiko produksi lain juga harus tetap diperhatikan, walaupun nilai yang ditampilkan masih dbawah nilai dari nilai dampak dari perubahan suhu udara. Hasil dari perhitungan ini selanjutnya akan dikombinasikan dengan hasil dari perhitungan probabilitas risiko dari masing-masing sumber risiko produksi untuk menggambarkan bagaimana status dan prioritas masing-masing sumber risiko produksi dan posisinya pada suatu peta risiko. 6.5 Pemetaan Risiko Produksi Hasil perhitungan probabilitas dan dampak dari masing-masing sumbersumber risiko produksi, pada usaha budidaya jamur tiram putih telah dihitung dan dianalisis nilai-nilainya. Kemudian dapat dilakukan pemetaan risiko yaitu dengan maksud untuk mengukur risiko dan menghasilkan apa yang disebut dengan status 62

16 risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telah teridentifikasi sebelumnya. Nilai dari status risiko diperoleh dari perkalian antara probabilitas dan dampak dari masingmasing sumber risiko produksi. Hasilny dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi No Sumber Risiko Produksi Probabilitas (%) Dampak (Rp) Status Risiko 1. Kesalahan proses sterilisasi 45, Perubahan suhu udara Hama 34, Penyakit 31, Pada Tabel 10 dapat dilihat tingkatan risiko dari empat sumber risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram di Yayasan Paguyuban Ikhlas. Dari informasi status risiko tersebut dapat diketahui urutan dari risiko, mulai dari yang paling besar hingga paling kecil. Kesalahan pada saat proses sterilisasi log merupakan sumber risiko produksi dengan risiko terbesar diikuti dengan gangguan hama, perubahan suhu udara, dan penyakit. Perubahan suhu udara memiliki dampak kerugian yang paling besar yaitu sebesar Rp dengan nilai probabilitas yang paling kecil juga yaitu sebesar 5,48 persen. Perubahan suhu udara berkaitan dengan cuaca dan musim, sedangkan pertumbuhan jamur tiram sangat bergantung dari suhu udara, karena jamur tiram tumbuh baik pada kondisi suhu udara yang sejuk dan lembab. Kerugian besar dapat terjadi apabila kondisi suhu udara meningkat dan menjadi panas maka pertumbuhan jamur tiram dapat terganggu. Jika tidak segera ditangani suhu udara yang demikian dapat memberikan kerugian dalam skala besar dan nilainya pun tidak sedikit. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko hingga yang paling tidak berisiko. Setelah diketahui status risikonya dapat dilakukan pembuatan peta risiko, yang akan menunjukkan posisi risiko pada peta risiko guna menentukkan strategi penanganan risiko yang sesuai. 63

17 Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Penempatan posisi risiko dilakukan berdasarkan hasil perhitungan probabilitas dan dampak risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Probabilitas terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil, sementara itu dampak risiko juga dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil serta dampak besar dan dampak kecil ditentukkan pihak Yayasan Paguyuban Ikhlas. Berdasarkan data yang didapat dengan wawancara bahwa nilai yang membatasi probabilitas besar kecil adalah sebesar 20 persen, sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil adalah sebesar Rp Target produksi minimal adalah sebanyak log, dengan meminimalkan kegagalan pada saat pembuatan log. Dalam satu bulan Yayasan Paguyuban Ikhlas biasa memproduksi log, selama masa pemeliharaan log Yayasan Paguyuban Ikhlas menyadari adanya risiko produksi dan menentukkan probabilitas terjadinya risiko produksi dengan batas toleransi sebesar 20 persen. Sementara itu penentuan batas antara dampak besar dan kecil ditentukan berdasarkan batas toleransi risiko produksi, yaitu sebanyak 20 persen dari log yaitu sebanyak log dengan produktivitas per log menghasilkan 0,33 kilogram jamur tiram dan pada tingkat harga Rp per kilogram, sumber risiko dengan dampak lebih besar dari Rp akan masuk dalam kategori dampak besar. Peta risiko sendiri terdiri dari empat kuadran untuk memisahkan antara probabilitas besar dan probabilitas kecil serta dampak besar dan kecil. Berdasarkan hasil perhitungan probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi, selanjutnya dapat dilakukan pemetaan sumber-sumber risiko pada peta risiko yang dapat dilihat pada Gambar

18 Probabilitas (%) Besar 20% Kecil - Kesalahan proses sterilisasi - Hama - Penyakit - Perubahan suhu udara Gambar 20. Hasil Pemetaan Sumber Risiko Produksi Kecil Rp Besar Dampak (Rp) Gambar 20 menunjukan posisi dari masing-masing sumber risiko pada peta risiko. Kesalahan pada saat proses sterilisasi log, hama, dan penyakit masuk dalam kuadran satu yang merupakan tempat untuk sumber risiko produksi dengan probabilitas besar, namun memiliki dampak yang kecil. Kuadran dua yang merupakan tempat untuk sumber risiko produksi dengan probabilitas dan dampak besar tidak terisi oleh sumber risiko produksi, begitu juga dengan kuadran tiga yang merupakan tempat bagi sumber risiko produksi dengan probabilitas dan dampak kecil tidak terisi oleh sumber risiko produksi apapun. Sementara itu perubahan suhu ruangan kumbung masuk pada kuadran empat yang merupakan tempat untuk sumber risiko produksi yang memiliki probabilitas kecil, tetapi memiliki dampak yang besar. Dari hasil pemetaan tersebut dapat dilihat prioritas untuk menanggulangi risiko lebih awal, mulai dari status risiko dilihat mana yang paling tinggi tingkat risikonya agar risiko tersebut dapat ditanggulangi lebih awal. Strategi penanganan sumber-sumber risiko dapat dilihat dari hasil pemetaan risiko, acuan dari membuat strategi risiko adalah dengan melihat status risiko dan menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko hingga yang paling tidak berisiko mulai dari yang paling besar hingga paling kecil. Untuk meminimalkan risiko produksi akibat suhu udara, dapat dilakukan kontrol terhadap suhu ruangan yaitu dapat dilakukan dengan cara memasang alat bantu ukur suhu ruangan atau 65

19 termometer karena saat ini di area rumah kumbung belum terdapat alat termometer. Selain itu, jika suhu udara sedang tinggi atau panas dapat dilakukan penyemprotan air secara berkala atau proses pengkabutan, tujuannya agar suhu udara di kumbung dapat dijaga selalu lembab dan sejuk. Untuk meminimalkan proses kesalahan sterilisasi dapat dilakukan cara, yaitu dengan memberikan arahan kepada para pekerja dalam hal ini supervisor untuk menekankan agar memuat log sesuai dengan kapasitas steamer yaitu 1200 log, tidak lebih dari itu agar proses sterilisasi dapat merata dan maksimal. Dalam proses sterilisasi untuk menghindari kerusakan log lebih awal, mungkin waktu pengukusan log dapat ditambah lagi agar mikroorganisme yang terkandung didalam log dapat benar-benar mati. Risiko akibat Hama atau penyakit dapat diminimalisir dengan melakukan pembersihan secara berkala di seluruh area budidaya termasuk kebersihan para pekerja, antara lain dengan membersihkan lantai kumbung pemeliharaan, dan meningkatkan kebersihan sanitasi pekerja. Kebersihan pekerja sangat penting, tindakan minimal yang harus dilakukan adalah dengan mencuci tangan, terutama pada saat proses inokulasi. Untuk mencegah hama atau mikroorganisme yang mungkin berpotensi merusak log jamur dapat digunakan kapur anti serangga yang ditaburkan di area kumbung. Faktor lain yang juga sangat penting adalah meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, dengan cara memberikan pelatihan serta ketrampilan secara kontinyu yang bertujuan untuk memberikan kemampuan sesuai dengan kebutuhan. 66

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Kuisioner Wawancara KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR Tanggal: No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KPJI

V. GAMBARAN UMUM KPJI V. GAMBARAN UMUM KPJI 5.1 Sejarah KPJI Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas (KPJI) merupakan sebuah usaha kelompok yang terdiri dari beberapa petani, yang dipimpin oleh Pak Jainal. KPJI berdiri di Desa

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGERTIAN Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Dani Ramadan Hatam NIM : 11.11.5414 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TI Dosen : Prof.Dr.M. Suyanto ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.)

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) Oleh HADIYANTO 10712018 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLETAKNIK NEGERI LAMPUNG

Lebih terperinci

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG OLEH: ADHITYA NUGROHO 10.11.3831 S1 TI 1D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 A. ABSTRAK Banyaknya permintaan akan jamur merang dikalangan masyarakat akhir-akhir ini sedang

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2013, di Rumah Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

BAB III REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA KE GENERASI BIBIT INDUK F1 3.1. Pembuatan Bibit Induk F1 Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu macam bibit F2 jamur Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 koleksi

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri 1 DIKTAT PENGERINGAN KAYU Oleh: Efrida Basri I. Konsep Dasar Pengeringan Kayu Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko PD Pacet Segar melakukan budidaya tomat cherry segara kontinu dari musim ke musim. Dalam satu kali musim tanam atau periode

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perusahaan CV.Wahyu Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya jamur tiram putih. CV Wahyu Makmur Sejahtera didirikan pada tahun 2005

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) yang terletak di Jalan Raya Cogreg, Desa Cogreg, Kampung Kandang, Kecamatan Parung,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE Disusun Oleh: Mukaromah K3310058 Nuryanto K3310060 Sita Untari K3310079 Uswatun Hasanah K3310081 Pendidikan Kimia A PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

Ir. Abdul Malik, MP. 1 ) Prof. Dr. Ir. Wahyu Widodo, MP. 2 ) Dr. Ir. Adi Sutanto, MP. 3 ) Drs. Abullah Masmuh, MSi. 4 )

Ir. Abdul Malik, MP. 1 ) Prof. Dr. Ir. Wahyu Widodo, MP. 2 ) Dr. Ir. Adi Sutanto, MP. 3 ) Drs. Abullah Masmuh, MSi. 4 ) PENINGKATAN KEMANDIRIAN SANTRI DAN PONDOK PESANTREN NURUL FALAH MUHAMMADIYAH MELALUI PENERAPAN PENGELOLAAN USAHA TEKNOLOGI PERTANIAN Ir. Abdul Malik, MP. 1 ) Prof. Dr. Ir. Wahyu Widodo, MP. 2 ) Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam % BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Jamur Tiram yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik dari segi rasa maupun kegunaannya. Produk jamur tiram ini sangat baik karena merupakan salah satu jamur kayu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 82/2000, KARANTINA HEWAN *37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

PASCA PANEN BAWANG MERAH

PASCA PANEN BAWANG MERAH PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamur tiram merupakan komoditas hortikultura yang kaya akan protein dan saat ini masyarakat lebih memilihnya sebagai sumber nutrisi. Siswono (2003) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal... PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR Prosedur Operasional... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... I. PEMILIHAN LOKASI A. Definisi Dan Tujuan Memilih dan menentukan lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman sumber daya alam di Indonesia dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO

VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO 7.1 Analisis Probabilitas Risiko Operasional Usaha pemasaran benih ikan patin sering kali dihadapkan pada risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan isu lingkungan yang hangat diperbincangkan saat ini. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Bunga Wastukencana, Bandung dengan studi kasus pada Florist X yang beralamat di Jl.Wastukencana 34 b.7, Babakan Ciamis,

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan produk, ST. Media Agro Merapi juga melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan produk, ST. Media Agro Merapi juga melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanggar Tani Media Agro Merapi atau yang juga sering disebut ST. Media Agro Merapi dikenal sebagai pusat pengembangan, pelatihan, dan magang khususnya dalam cara berbudidaya

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan melalui beberapa tahap seperti pengumpulan data, pengolahan data dan analisis diperoleh kesimpulan hasil

Lebih terperinci