Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public-Private Partnership

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public-Private Partnership"

Transkripsi

1 Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public-Private Partnership Tugas Akhir Made Ary Januardana Dosen Pembimbing Ir.Tri Achmadi, Ph.D

2 Outline Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Gambaran Umum Pembahasan Kesimpulan

3 Pendahuluan

4 Latar Belakang Salah satu komoditi unggulan dari Kalimantan Tengah adalah batubara dengan produksi yang terus meningkat setiap tahunnya Selama ini pengangkutan batubara Kalimantan Tengah dilakukan melalui Sungai Barito Lalu lintas dari Sungai Barito saat ini tergolong padat sehingga dikhawatirkan akan mengganggu proses pengangkutan batubara Kalimantan Tengah. Sungai Kapuas dapat dijadikan alternative distribusi batubara kondisi dari Sungai Kapuas menjadi kendala yakni kedalaman yang relative lebih rendah dibandingkan dengan Sungai Barito dan pada bagian muara Sungai Kapuas sangat dangkal

5 Latar Belakang (2..) Pemerintah Kalimantan Tengah berencana mengoptimalkan potensi dari Sungai Kapuas dengan pembangunan infrastruktur alur muara Sungai Kapuas Pembangunan infrastruktur alur muara Sungai Kapuas sangat besar yang mungkin tidak dapat di cover oleh pemerintah. Public private partnership dapat dijadikan alternative pembiayaan pembangunan alur muara Sungai Kapuas

6 Perumusan Masalah Seberapa layak pengembangan alur Sungai Kapuas sebagai jalur alternatif pengangkutan batubara Kalimantan Tengah dilakukan? Bagaimana proporsi pembiayaan investasi alur muara Kapuas yang dapat dilakukan pemerintah berdasarkan skema kerjasama pemerintah dan swasta?

7 Tujuan Untuk mengetahui seberapa layak pengembangan alur Sungai Kapuas dilakukan sebagai jalur alternative pengangkutan batubara Kalimantan Tengah jika dibandingkan dengan alur sungai Barito Untuk memberikan gambaran proporsi pembiayaan investasi alur muara Kapuas yang dapat dipilih oleh pemerintah berdasarkan skema kerja sama pemerintah-swasta

8 Batasan Masalah Penelitian hanya mengamati distribusi batubara yang dihasilkan di daerah Kalimantan Tengah Perbandingan angkutan batubara dari penelitian ini hanya membandingkan antara melalui Sungai Kapuas dan Sungai Barito Perancangan dari infrastruktur alur muara Kapuas hanya bersifat desain konseptual Penelitian ini hanya menggambarkan proporsi investasi swasta berdasarkan perbandingan unit biaya angkutan batubara melalui Sungai Kapuas dan Sungai Barito

9 Metodologi Identifikasi Masalah Meningkatnya Produksi Batubara Kalteng Keterbatasan Sungai Barito sebagai Prasarana Angkutan Batubara Rencana Pemerintah mengembangkan sungai Kapuas Sebagai Alternatif dari Sungai Barito Kondisi infrastruktur alur pelayaran di Sungai Kapuas belum memadai Kendala finansial yang dimiliki pemerintah tidak mendukung untuk pembangunan infrastruktur Perumusan Masalah & Tujuan Penelitian Peramalan Potensi Batubara Perbandingan Unit Cost Kapuas Vs Barito Perencanaan Perhitungan kebutuhan kedalaman alur Perhitungan kebutuhan sarana bantu navigasi Tinjauan Pustaka & Studi Literatur Perhitungan biaya kebutuhan alur Proporsi Investasi skema kerjasama publik & swasta Tarif Canal Pengumpulan Data Sekunder Primer Pengolahan Data Analisis Perbandingan Unit Cost Kapuas Vs Barito Terhadap Proporsi Investasi Skema kerjasama publik & swasta yang Kompetitif untuk Sungai Kapuas

10 Gambaran Umum

11 Public-Private Partnership Merupakan perjanjian kontrak antara swasta dan pemerintah, yang keduanya bergabung bersama dalam sebuah kerjasama untuk menggunakan keahlian dan kemampuan masing-masing untuk meningkatkan pelayanan kepada publik di mana kerjasama tersebut dibentuk untuk menyediakan kualitas pelayanan terbaik dengan biaya yang optimal untuk publik (America s National Council on Public Private Partnership)

12 Bentuk Skema Public-Private Partnership Pemberian konsesi secara terbatas baik waktu dan atau lingkup kerja. disini pihak swasta hanya mengoperasikan Infrastruktur yang dimiliki oleh BUMN/BUMD, atau pemerintahan untuk lingkup tertentu dan waktu tertentu. KSO Atau Kerja Sama Operasi, dimana Pihak BUMN atau BUMD melakukan kerjasama manajemen untuk mengelola unit bisnis tertentu yang dikelolanya. BOT atau Built Operate and Tranfer, dimana pihak swasta membangun sebuah infrastruktur dari awal untuk kemudian dikelola, dan pada kurun waktu tertentu diserahkan kepada pemerintah atau BUMN/BUMD. ODT atau Operate Developed and Transfer. Disini BUMN atau,bumd memberikan konsesi kepada swasta untuk mengelola bisnisnya (atau sebagian Bisnisnya) mengembangkannya dan pada kurun waktu yang disepakati mengembalikan kepada BUMN atau BUMD

13 Kalimantan Tengah (Sumber :regionalinvestment.bkpm.go.id)

14 Sungai Sungai Di Kalimantan Tengah sumber : (Putra, 2013)

15 Data Sungai Yang ada Di Kalimantan Tengah No Nama Sungai Panjang Sungai (Km) Lebar (m) Kedalaman (m) Potensi Dapat Dilayari Dapat Dilayari 1 Sungai Jelai Sungai Arut Sungai Lamandau Sungai Kumai Sungai Seruyan Sungai Mentaya Sungai Katingan Sungai Sebangau Sungai Kahayan Sungai Kapuas Sungai Barito ( Sumber : Dinas Perhubungan dan Informatika Provinsi Kalteng)

16 Data Produksi Dan Cadangan Batubara Kalteng Data Produksi Batubara Kalteng Tahun Jumlah Produksi (ton) , , , , ,256, ,541, ,233, ,250, ,301, ,917,550 Cadangan Batubara Kalimantan Tengah NO. KABUPATEN TEREKA TERTUNJUK TERUKUR (inferred) (indicated) (Measured) Jumlah 1 Murung Raya 1,445,927, ,175, ,695,398 2,092,798,273 2 Barito Utara 493,776, ,795, ,679,783 1,785,252,302 3 Barito Timur 54,661, ,372,381 66,243, ,277,146 4 Barito Selatan 51,507,530 60,542,123 44,119, ,168,747 5 Kapuas 360,915, ,871, ,417, ,205,073 6 Kotawaringin Barat 306,334, ,294, ,629,212 7 Kotawaringin Timur 17,400,000 17,400,000 8 Katingan 17,485,491 17,485,491 9 Gunung Mas 21,540,000 21,540,000 Jumlah 2,463,213,940 1,752,092,754 1,358,449,550 5,573,756,244 (sumber : kaltengmining.com) Trend Analy sis Plot for Jumlah Produk si (ton) Linear Trend Model Yt = * t Variab le Actual Tre nd Analy sis Plot for Jumla h Pr oduks i ( Quadratic Trend Model Yt = *t *t** 2

17 Tujuan Ekspor Batubara Kalteng (sumber : borneo lumbung annual report 2010)

18 Pengangkutan Batubara Dengan tongkang (sumber : Survey 26 Desember 2013)

19 Transportasi Batubara Melalui Sungai Barito sumber: (Putra, 2013)

20 Karakteristik Masing Masing Zona Pada Zona 1 Panjang Alur Lebar sungai rata- rata Kedalaman sungai Ukuran tongkang (maks) Pada Zona 2 Panjang alur Lebar sungai rata- rata Kedalaman sungai Ukuran tongkang (maks) : 560 km : m : 5-6 m : 270 feet : 150 km : m : 6-8 m : 330 feet

21 Potensi Sungai Kapuas

22 Karakteristik Sungai Kapuas Sungai Kapuas memiliki karakteristik sebagai berikut: Panjang Alur : Nmil Kedalaman Alur Rata-Rata : 5 m Lebar Rata Rata : 250 m Ukuran Tongkang : 270 feet

23 Kendala Sungai Kapuas

24 Kelebihan dan Kekurangan Sungai Kapuas Kelebihan Panjang alur yang lebih pendek dibandingkan dengan sungai barito Kekurangan Jika dibandingkan dengan Sungai Barito kedalaman dari sungai Kapuas lebih kecil 270 feet Alur Muara yang dangkal

25 Pembahasan

26 Data Produksi Batubara Produksi Batubara (Juta-ton)

27 Peramalan Produksi Batubara Metode Peramalan MAPE MAD MSD Linier Trend Model ,186,160 1,865,540,000,000 Quadratic Trend Model , ,339,000,000 Exponential Growth , ,375,000,000 Tahun Forecast Demand (Ton) Linier Trend Model Quadratic Trend Model Exponential Trend Model ,655,779 14,552,173 19,147, ,883,407 17,905,106 28,571, ,111,034 21,612,256 42,634, ,338,662 25,673,625 63,619, ,566,289 30,089,211 94,933, ,793,917 34,859, ,659, ,021,544 39,983, ,383, ,249,172 45,461, ,425, ,476,799 51,293, ,677, ,704,427 57,480, ,344, ,932,054 64,021,295 1,048,037, ,159,682 70,916,404 1,563,879, ,387,310 78,165,731 2,333,618, ,614,937 85,769,275 3,482,221, ,842,565 93,727,036 5,196,163,921

28 Hasil Peramalan Produksi Batubara Produksi Batubara (juta-ton) Peramalan Produksi Batubara Kalimantan Tengah Data Proyeksi

29 Kondisi Angkutan Batubara Melalui Sungai Barito (Putra, 2013)

30 Perbandingan Pola Angkutan Melalui Sungai Kapuas dan Sungai Barito Mining Site/ Loading Point Set Barge 270 ft Zona 1 Damparan Set Barge 270 ft Set Barge 330 ft Jalur Baru Sungai Kapuas Sungai Barito Zona 2 Transhipment Point Ekspor

31 Sistem Angkutan Melalui Sungai Barito Dari kondisi pembagian zona, sistem angkutan batubara Sungai Barito dapat dilakukan dengan 4 variasi: Alternatif 1: dimana zona 1 diangkut oleh tongkang berukuran 270 feet kemudian zona 2 dengan tongkang dengan ukuran 330 feet Alternatif 2 : dimana zona 1 diangkut oleh tongkang berukuran 270 feet kemudian zona 2 dengan tongkang dengan ukuran 300 feet Alternatif 3 : dimana zona 1 diangkut oleh tongkang berukuran 270 feet kemudian zona 2 dengan tongkang dengan ukuran 270 feet Alternatif 4 : dimana angkutan langsung dilakukan dari lokasi tambang (MuaraTeweh) langsung menujutaboneo dengan tongkang berukuran 270 feet

32 Variasi Sistem Angkutan S. Barito 270 ft Tambang 270 ft ISP Damparan 300ft Transhipment Point 330 ft 270 ft

33 Sistem Pengangkutan Melalui S. Kapuas sistem pengangkutan batubara melalui Sungai Kapuas dengan 1 sistem dimana angkutan langsung dilakukan dari lokasi tambang langsung menuju transshipmentpoint. Tambang 270 ft Transhipment Point

34 Perhitungan TRT PerhitunganTRT Zona 1 Barge 270 Feet Route Jetty Port - Damparan Nm Damparan - Jetty Port Nm Kecepatan Bongkar Muat Jetty Port 2000 Ton/jam Damparan 650 Ton/jam Perhitungan Round Trip Seatime Jetty Port - Damparan 4.2 Hari Damparan -Jetty Port 4.2 Hari Port Time Jetty Port Hari Damparan Hari Total 8.82 Hari Com days 300 Hari TRT 33

35 PerhitunganTRT Zona 2 Barge 330 Feet Route Damparan - Taboneo Taboneo - Damparan Nm Nm Barge 300 Feet Route Damparan - Taboneo Taboneo - Damparan Nm Nm Barge 270 Feet Route Damparan - Taboneo Taboneo - Damparan Nm Nm Kecepatan Bongkar Muat Taboneo 650 Ton/jam Damparan 650 Ton/jam Perhitungan Round Trip Seatime Damparan - Taboneo 1.31 Hari Taboneo - Damparan 1.31 Hari Port Time Jetty Port Hari Damparan Hari Total 3.89 Hari Com days 300 Hari TRT 77 Kecepatan Bongkar Muat Taboneo 650 Ton/jam Damparan 650 Ton/jam Perhitungan Round Trip Seatime Damparan - Taboneo 1.31 Hari Taboneo - Damparan 1.31 Hari Port Time Jetty Port Hari Damparan Hari Total 3.64 Hari Com days 300 Hari TRT 82 Kecepatan Bongkar Muat Taboneo 650 Ton/jam Damparan 650 Ton/jam Perhitungan Round Trip Seatime Damparan - Taboneo 1.74 Hari Taboneo - Damparan 1.74 Hari Port Time Jetty Port Hari Damparan Hari Total 4.12 Hari Com days 330 Hari TRT 80

36 PerhitunganTRT Alternatif 4Barge 270 Feet (Sungai Barito) Route Jetty Port - Taboneo Taboneo - Jetty Port Nm Nm Kecepatan Bongkar Muat Taboneo 650 Ton/jam Jetty Port 650 Ton/jam Perhitungan Round Trip Seatime Damparan - Taboneo 5.94 Hari Taboneo - Damparan Hari Port Time Jetty Port Hari Damparan 0.32 Hari Total Hari Com days 300 Hari TRT 23 PerhitunganTRT Sungai Kapuas Barge 270 Feet (Sungai Kapuas) Route Jetty Port - Taboneo Nm Taboneo - Jetty Port Nm Kecepatan Bongkar Muat Taboneo 650 Ton/jam Damparan Ton/jam Perhitungan Round Trip Seatime Damparan - Taboneo Hari Taboneo - Damparan Hari Port Time Jetty Port Hari Damparan Hari Total Hari Com days 300 Hari TRT 25

37 Rekapitulasi TRT dan Kebutuhan Tongkang Rekapitulasi TRT Sungai Barito Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 Sungai Kapuas 270 Feet 330 Feet 270 Feet 300 Feet 270 Feet 270 Feet 270 Feet 270 Feet TRT Kebutuhan tongkang Tahun Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 Sungai Kapuas 270 Feet 330 Feet 270 Feet 300 Feet 270 Feet 270 Feet 270 Feet 270 Feet

38 Analisis Biaya Transportasi Time Charter Hire (1 Set Tug+Barge) Feet (ft) mton T/C (Rp/month) T/C (Rp/day) 180 2, ,000, ,833, , ,000, ,000, , ,000, ,333, , ,000, ,666, , ,000, ,000, , ,400, ,280,000 (Sumber : Rekapitulasi Biaya TCH tiap tahun Sungai Barito Tahun Alternatif 1 (Rp) Alternatif 2 (Rp) Alternatif 3 (Rp) Alternatif 4 (Rp) Sungai Kapuas (Rp) ,123,636,000,000 1,099,000,000,000 1,244,750,000,000 1,222,000,000,000 1,124,500,000, ,333,056,000,000 1,314,000,000,000 1,478,750,000,000 1,456,000,000,000 1,339,000,000, ,564,860,000,000 1,534,500,000,000 1,732,900,000,000 1,703,000,000,000 1,566,500,000, ,809,664,000,000 1,783,000,000,000 2,007,200,000,000 1,976,000,000,000 1,813,500,000, ,067,468,000,000 2,037,000,000,000 2,294,500,000,000 2,262,000,000,000 2,080,000,000, ,357,040,000,000 2,319,000,000,000 2,609,100,000,000 2,574,000,000,000 2,366,000,000, ,650,228,000,000 2,614,000,000,000 2,943,850,000,000 2,905,500,000,000 2,671,500,000, ,972,300,000,000 2,928,500,000,000 3,298,100,000,000 3,250,000,000,000 2,990,000,000, ,316,756,000,000 3,263,500,000,000 3,679,650,000,000 3,620,500,000,000 3,334,500,000, ,667,712,000,000 3,612,500,000,000 4,067,700,000,000 4,010,500,000,000 3,692,000,000,000

39 Voyage Cost Biaya Bunker tiap tahun Sungai Barito Tahun Alternatif 1 (Rp) Alternatif 2 (Rp) Alternatif 3 (Rp) Alternatif 4 (Rp) Sungai Kapuas ,828,066,343,241 3,915,370,344,584 4,541,535,112,297 4,506,272,679,399 4,273,978,250, ,546,741,850,612 4,678,147,718,208 5,395,991,306,700 5,369,175,958,433 5,089,245,778, ,336,241,402,419 5,467,363,144,385 6,323,741,277,703 6,280,018,308,525 5,953,923,458, ,174,348,325,585 6,349,524,579,532 7,324,785,025,306 7,286,738,800,731 6,892,716,369, ,061,062,620,110 7,258,124,067,232 8,374,436,144,269 8,341,398,363,995 7,905,624,509, ,040,817,632,147 8,259,669,563,902 9,522,067,445,073 9,491,936,069,373 8,992,647,879, ,046,963,342,467 9,309,822,431,931 10,742,992,522,479 10,714,382,381,338 10,153,786,479, ,148,236,782,902 10,432,886,356,998 12,036,828,656,922 11,984,767,764,360 11,364,335,232, ,320,334,267,773 11,626,726,972,230 13,428,644,973,208 13,351,031,289,497 12,673,704,292, ,516,735,438,323 12,867,040,591,946 14,844,764,975,173 14,789,203,421,220 14,032,483,504,938 Biaya Canal Biaya Canal Sungai Barito 0.3 USD 3390 rupiah Sungai Kapuas 3390 Rupiah Tahun Jumlah Muatan (Ton) Sungai Barito Sungai Kapuas ,265,547,840 73,265,547, ,033,588,750 87,033,588, ,002,425, ,002,425, ,172,057, ,172,057, ,542,488, ,542,488, ,113,718, ,113,718, ,885,744, ,885,744, ,858,569, ,858,569, ,032,190, ,032,190, ,406,609, ,406,609,560

40 Biaya Bongkar Muat Sungai Barito Tahun Alternatif 1 (Rp) Alternatif 2 (Rp) Alternatif 3 (Rp) Alternatif 4 (Rp) Sungai Kapuas (Rp) ,296,735,360,000 1,296,735,360,000 1,296,735,360, ,367,680, ,367,680, ,540,417,500,000 1,540,417,500,000 1,540,417,500, ,208,750, ,208,750, ,805,352,660,000 1,805,352,660,000 1,805,352,660, ,676,330, ,676,330, ,091,540,840,000 2,091,540,840,000 2,091,540,840,000 1,045,770,420,000 1,045,770,420, ,398,982,100,000 2,398,982,100,000 2,398,982,100,000 1,199,491,050,000 1,199,491,050, ,727,676,440,000 2,727,676,440,000 2,727,676,440,000 1,363,838,220,000 1,363,838,220, ,077,623,800,000 3,077,623,800,000 3,077,623,800,000 1,538,811,900,000 1,538,811,900, ,448,824,240,000 3,448,824,240,000 3,448,824,240,000 1,724,412,120,000 1,724,412,120, ,841,277,700,000 3,841,277,700,000 3,841,277,700,000 1,920,638,850,000 1,920,638,850, ,254,984,240,000 4,254,984,240,000 4,254,984,240,000 2,127,492,120,000 2,127,492,120,000

41 Total Cost Sungai Barito Tahun Alternatif 1 (Rp) Alternatif 2 (Rp) Alternatif 3 (Rp) Alternatif 4 (Rp) Sungai Kapuas (Rp) ,321,703,251,081 6,384,371,252,424 7,156,286,020,137 6,449,905,907,239 6,120,111,478, ,507,248,939,362 7,619,598,806,958 8,502,192,395,450 7,682,418,297,183 7,285,488,116, ,808,456,487,709 8,909,218,229,675 9,963,996,362,993 8,987,697,063,815 8,525,102,214, ,193,725,223,045 10,342,237,476,992 11,541,697,922,766 10,426,681,278,191 9,870,158,846, ,663,055,208,760 11,829,648,655,882 13,203,460,732,919 11,938,431,902,645 11,320,658,048, ,279,647,791,008 13,460,459,722,762 15,012,957,603,933 13,583,888,008,233 12,876,599,818, ,948,700,887,167 15,175,331,976,631 16,938,352,067,179 15,332,580,026,038 14,537,984,124, ,764,219,592,462 17,005,069,166,558 18,978,611,466,482 17,154,038,453,920 16,273,605,922, ,695,400,157,823 18,948,536,862,280 21,166,604,863,258 19,109,202,329,547 18,145,875,332, ,679,838,287,883 20,974,931,441,506 23,407,855,824,733 21,167,602,150,780 20,092,382,234,498

42 Perbandingan Total Cost Masing- Masing Sistem Angkutan Total Cost (Triliun-Rp) Alternatif 1 (Rp) Alternatif 2 (Rp) Alternatif 3 (Rp) Alternatif 4 (Rp) Sungai Kapuas (Rp)

43 Komparasi Unit Cost Antar Alur Sungai Barito Zona 1 Zona 2 Total Unit Cost Satuan Alternatif 1 227,889 46, ,895 Rupiah/ton Alternatif 2 227,889 50, ,232 Rupiah/ton Alternatif 3 227, , ,833 Rupiah/ton Alternatif 4-277,865 Rupiah/ton Sungai Kapuas - 262,010 Rupiah/ton Sungai Barito Zona 1 Zona 2 Total Unit Cost Satuan Alternatif Rupiah/ton.mil Alternatif Rupiah/ton.mil Alternatif Rupiah/ton.mil Alternatif Rupiah/ton.mil Sungai Kapuas Rupiah/ton.mil

44 Perbandingan Unit Cost Dengan Variasi Demand Q Tongkang Sungai Barito Sungai Kapuas Satuan 5,000, Rp/ ton.mil 10,000, Rp/ ton.mil 15,000, Rp/ ton.mil 20,000, Rp/ ton.mil 30,000, Rp/ ton.mil Unit Cost (Ribu-Rp/Ton.mil) Sungai Barito Sungai Kapuas 0 10 Q (Mton) Millions

45 Analisis Kebutuhan Draft dan Lebar alur Pengecekan Lebar =7.6B Satu Jalur Dua Jalur Jenis Kapal Lebar Lebar Kebutuhan Kebutuhan Status Kapal (m) Sungai (m) Alur (m) Alur (m) Status Barge 270 Feet Accepted Accepted Barge 300 Feet Accepted Accepted Barge 330 Feet Accepted Accepted Pengecekan Kedalaman Jenis Kapal Draft Kapal R.Keb Bruto Keb. Draft Status Barge 270 Feet Accepted Barge 300 Feet Rejected Barge 330 Feet Rejected Rekapitulasi Jenis Kapal Lebar 1 Jalur Lebar 2 Jalur Kedalaman Barge 270 Feet Accepted Accepted Accepted Barge 300 Feet Accepted Accepted Rejected Barge 330 Feet Accepted Accepted Rejected

46 Analisis Kebutuhan Jalur ditentukan berdasarkan rasio jumlah muatan yang akan melewati alur muara dengan kapasitas yang tersedia antara 1 jalur atau 2 jalur. Spacing kapal Spacing Panjang Alur Kecepatan Kapal Spacing s jarak Distribusi Kapal Seatime Com. Days Kapasitas Alur 12, m Nm 3 Knot km Nm m Nm Nm/day day 365 hari 35,399 Kapal

47 Dengan Simulasi Sederhana kapasitas alur dengan 1 jalur adalah ton Jumlah Muatan (jt-ton) Masa Kontrak Alur (10 tahun) Kapasitas Alur Potensi Muatan Tahun ke-

48 Rasio Penggunaan Alur 10 Tahun ke depan 90% 80% Rasio Penggunaan Alur 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 24% 29% 34% 39% 45% 51% 58% 65% 72% 80% 0% Tahun ke-

49 Peta Rencana Alur Muara Kapuas Keb. Draft Keb. Lebar Satuan meter

50 Pembagian Section Alur Muara Kapuas

51 Kondisi Eksisting Alur Section A B C D

52 Kondisi Sedimen Section E F G H

53 Hasil Perhitungan Pengerukan Section E F G H Panjang (m) Volume (m3) , , , , , , , , , , , , , , , , , Total Volume 12, ,558,357.44

54 Hasil Perhitungan Volume Pengerukan Akibat Laju Sedimentasi Section E F G H Panjang (m) Volume (m3) , , , , , , , , , , , , , , , , , Total Volume 12, ,485,381.33

55 Alat Bantu Navigasi Referensi Perencanaan penempatan Alat Bantu Navigasi Jarak Antar Bouy Dimana Jarak Antar bouy PT. AMBAPERS : 1,8 km - 2,8 km. PM 25 Tahun 2011 : Jarak tampak maksimal 4 mil/ 7,4 km

56 Rencana Penempatan Bouy di Alur Jarak antar bouy dipakai 2 km Jumlah bouy yang diperlukan adalah sebanyak 12 buah Pelampung Merah (no genap) Pelampung Hijau (no ganjil)

57 Biaya Pembangunan Alur Biaya Modal Jenis Kapal Tarif Total Biaya Satuan CSD ,384,731, Rupiah Biaya Operasional Biaya Maintenance Jenis Kapal Tarif Total Biaya Satuan CSD ,152,117, Rupiah Biaya Personil Keterangan Indeks Satuan B.Perbulan B.Pertahun Jml.Personil (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) -Direktur 10 15,531, ,531, ,375,240 -Sekretaris 3 4,659, ,659,381 55,912,572 -Manager 5 7,765, ,531, ,375,240 -Supervisor 3 4,659, ,956, ,475,432 -Staff 2 3,106, ,956, ,475,432 Total 19 91,634,493 1,099,613,916

58 Biaya Pembangunan Alur (2) Biaya Non Personil Uraian Satuan Nilai DKI Nilai Kalteng Volume Total Sewa kantor - Propinsi Rp M2/ bln 125, , m2 36,750,000 Rp/bln Perlengkapan kantor utama Rp / bln 1,900,000 1,862, ,862,000 Rp/bln ATK - Kantor Utama Rp / bln 5,700,000 5,586, ,586,000 Rp/bln Operasional kantor utama Rp / bln 11,500,000 11,270, ,270,000 Rp/bln Komunikasi kantor utama Rp / bln 5,500,000 5,390, ,390,000 Rp/bln Peralatan kantor utama Rp / bln 3,450,000 3,381, ,381,000 Rp/bln Total Biaya Non Personil 64,239,000 Rp/bln 770,868,000 Rp/thn Rekapitulasi Biaya Alur Biaya Modal Biaya Pembangunan Milyar Rupiah Biaya Operasional Maintenance Milyar Rupiah Biaya Personil 1.10 Milyar Rupiah Biaya non Personil 0.77 Milyar Rupiah

59 Pendapatan Alur Dihitung berdasarkan jumlah muatan dikalikan dengan tarif canal. Tahun Jumlah Muatan ,612, ,673, ,089, ,859, ,983, ,461, ,293, ,480, ,021, ,916,404

60 Penentuan Tarif Minimum Biaya Pendapatan Tahun Tahun Ke Keterangan Potensi Muatan Pertahun Unit Tarif Kenaikan Tarif Total Pendapatan Capital Cost Investasi Alur Cicilan Pertahun Operational Cost Biaya Personil Biaya non Personil Maintenance Kenaikan Biaya Total Biaya Earning Before Tax Tax (30% Earning Before Tax) Cash Flow Cumulative Cash Flow Control BEP Satuan Jt-ton Rp 4,845 4,845 4,918 4,918 4,992 4,992 5,067 5,067 5,143 5,143 5, % 1.5% 1.5% 1.5% 1.5% M-Rp M-Rp M-Rp M-Rp M-Rp M-Rp M-Rp M-Rp % 3% 3% 3% 3% M-Rp M-Rp (26.72) (7.82) M-Rp M-Rp M-Rp BEP - - Present Worth ( PW atau NPV ) M Rp 0.00 Present Worth Index (NPVI) Kali 0.00 IRR % 10% IRR Index ( IRRI = IRR / MARR ) Kali 0.7 BEP from year - Thn Ke- 8 Accum Cash on BEP M Rp 32.47

61 Skema Pembiayaan Skenario Investasi Swasta Swasta Investasi Satuan 0% 0.00 M-Rp 10% M-Rp 20% M-Rp 30% M-Rp 40% M-Rp 50% M-Rp 60% M-Rp 70% M-Rp 80% M-Rp 90% M-Rp 100% M-Rp Tarif Minimum Masingmasing Skenario Swasta Tarif Minimum Satuan 0% 2,383 Rp/ton 10% 2,624 Rp/ton 20% 2,866 Rp/ton 30% 3,111 Rp/ton 40% 3,357 Rp/ton 50% 3,602 Rp/ton 60% 3,849 Rp/ton 70% 4,098 Rp/ton 80% 4,347 Rp/ton 90% 4,596 Rp/ton 100% 4,845 Rp/ton

62 Analisis Komposisi Investasi terhadap Biaya Angkutan Semakin besar investasi swasta maka semakin besar tariff canalyang dihasilkan. Tarif canal ini sangat berpengaruh terhadap biaya angkutan terutama pada voyage cost sehingga dalam analisis ini adalah menguji sensitivitas unit biaya dari variasi tarif canal yang dihasilkan sesuai dengan variasi komposisi investasi swasta. batasan kelayakan variasi tarif canal yang dipakai adalah unit cost minimum melalui Sungai Barito yakni pengangkutan alternative 1 dimana unit biaya yang dihasilkan adalah 13,80 rupiah/ton.mil

63 Perbandingan Unit Cost Variasi Komposisi Investasi Swasta Dengan Unit Cost Sungai Barito Unit Cost (Ribu-Rp/Ton) % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Investasi Swasta Sungai Kapuas Sungai Barito

64 Kesimpulan Pengangkutan melalui Sungai Kapuas Layak dilakukan karena memiliki unit cost termurah (12, 92 Rp/ton.mil) untuk pengangkutan batubara dibandingkan dengan pengangkutan melalui Sungai Barito(13,80 Rp/ton.mil). Dengan variasi jumlah muatan yang diangkut unit cost dari Sungai Kapuas masih lebih kecil jika dibandingkan dengan Sungai Barito. Dari segi operasional pengangkutan batubara Sungai Kapuas masih lebih kompetitif walaupun dengan tariff canal terbesar 4845 rupiah/ton jika dibandingkan dengan tarif Sungai Barito yakni rupiah (kurs dolar : Rp ,-).

65 Kesimpulan (2..) Dari unit cost operasional kapal melalui Sungai Barito dapat dicari batasan tariff canal maksimal dari Sungai Kapuas dengan menambahkan tariff canal sungai kapuas sehingga unit cost dari Sungai Kapuas sama dengan unit cost Sungai Barito. Dengan cara ini didapatkan batasan tariff maksimal dari Sungai Barito adalah Rp/ton sehingga range margin profit maksimal yang dapat ditawarkan adalah 323%. Hal ini menandakan proyek dari pembangunan alur muara Sungai Kapuas dapat dilakukan tanpa investasi(subsidi) dari pemerintah namun batasan margin profit yang nantinya akan pungut oleh swasta tidak boleh lebih dari 323% untuk menjaga angkutan melalui sungai Kapuas tetap kompetitif jika dibandingkan sungai Barito.

66 Saran Dari produksi batubara yang terus meningkat, pada waktu tertentu alur Sungai yang digunakan untuk pengangkutan batubara tidak dapat memenuhi distribusi batubara jadi diperlukan penelitian lebih lanjut untuk pengangkutan batubara dengan moda lain. Pembangunan infrastruktur pada umumnyaakan menimbulkan dampak ekonomi sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut akan dampak ekonomi yang terjadi akan keberadaan alur.

67 Terima Kasih

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) 1 Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) Made Ary Januardana, Tri Achmadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

SEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR (MN ) Analisis Penerapan Continuous Coal Transport Mode Untuk Angkutan Batubara di Sungai

SEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR (MN ) Analisis Penerapan Continuous Coal Transport Mode Untuk Angkutan Batubara di Sungai SEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR (MN 091482) Analisis Penerapan Continuous Coal Transport Mode Untuk Angkutan Batubara di Sungai Erzad Iskandar Putra (4107100098) Dosen Pembimbing Ir. Tri Achmadi Ph.D Latar

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN CONTINUOUS COAL TRANSPORT MODE UNTUK ANGKUTAN BATUBARA DI SUNGAI

ANALISIS PENERAPAN CONTINUOUS COAL TRANSPORT MODE UNTUK ANGKUTAN BATUBARA DI SUNGAI JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 ANALISIS PENERAPAN CONTINUOUS COAL TRANSPORT MODE UNTUK ANGKUTAN BATUBARA DI SUNGAI Erzad Iskandar Putra dan Ir. Tri Achmadi, Ph.D Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR. Oleh : Windra Iswidodo ( )

SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR. Oleh : Windra Iswidodo ( ) SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR Oleh : Windra Iswidodo (4107 100 015) Pembimbing : I G. N. Sumanta Buana, S.T., M.Eng. LATAR BELAKANG Pengembangan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG TUJUAN PERUMUSAN MASALAH. Fadila Putra K Distribusi menurun hingga 60% (2007) Kebutuhan Pupuk

LATAR BELAKANG TUJUAN PERUMUSAN MASALAH. Fadila Putra K Distribusi menurun hingga 60% (2007) Kebutuhan Pupuk Fadila Putra K. 4105 100 044 LATAR BELAKANG Agraris Pertanian Kebutuhan Pupuk Pemenuhan PT PUSRI Distribusi Pupuk Surabaya, Januari 2010 Distribusi menurun hingga 60% (2007) Muatan Tidak Optimum Dosen

Lebih terperinci

ANALISA ANGKUTAN BATU BARA DENGAN KONSEP PENGGUNAAN TONGKANG KOSONG DI PELABUHAN DAN PEMANFAATAN PASANG SURUT SUNGAI

ANALISA ANGKUTAN BATU BARA DENGAN KONSEP PENGGUNAAN TONGKANG KOSONG DI PELABUHAN DAN PEMANFAATAN PASANG SURUT SUNGAI ANALISA ANGKUTAN BATU BARA DENGAN KONSEP PENGGUNAAN TONGKANG KOSONG DI PELABUHAN DAN PEMANFAATAN PASANG SURUT SUNGAI Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah tugas akhir sebagai persyaratan kelulusan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi)

Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi) JURNAL TUGAS AKHIR, ITS (Juli,2014) 1 Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi) Wina Awallu Shohibah, Firmanto Hadi, dan Irwan Tri Yunianto Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

Desain Konseptual dan Pola Operasi Perahu Wisata di Daerah Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya)

Desain Konseptual dan Pola Operasi Perahu Wisata di Daerah Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) Desain Konseptual dan Pola Operasi Perahu Wisata di Daerah Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) QI IDRISA (4106100036) Dosen Pembimbing : Dr. Ing. Setyo Nugroho JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Biaya Operasional Tongkang. Bidang Studi Transportasi Laut Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Biaya Operasional Tongkang. Bidang Studi Transportasi Laut Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Biaya Operasional Tongkang Biaya Operasional Floating Crane Biaya Sewa Biaya Sewa Tongkang Biaya Sewa Floating Crane Biaya Pelayaran Biaya bahan bakar operasional floating crane >>> Biaya Pelayaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

MEMERANGI KETIMPANGAN UNTUK PERTUMBUHAN INDONESIA YANG LEBIH BAIK

MEMERANGI KETIMPANGAN UNTUK PERTUMBUHAN INDONESIA YANG LEBIH BAIK MEMERANGI KETIMPANGAN UNTUK PERTUMBUHAN INDONESIA YANG LEBIH BAIK POINTER GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH INDONESIA DEVELOPMENT FORUM ( IDF ) 2017 Jakarta,10 AGUSTUS 2017 TEMA UTAMA : MEMERANGI KETIMPANGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Palangka Raya, 28 April 2017 RAPAT KOORDINASI PENGENDALIAN (RAKORDAL) Triwulan I, Tahun 2017 REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP ABSTRAK Town house merupakan salah satu investasi yang diminati dengan membidik pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Town house adalah kompleks perumahan dengan unit terbatas disertai fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan, dua pertiga wilayahnya merupakan perairan dan berada pada rute perdagangan dunia. Wilayah Indonesia terbentang antara Samudera Hindia

Lebih terperinci

Septyan Adi Nugroho

Septyan Adi Nugroho Septyan Adi Nugroho 4108 100 041 Surabaya, Januari 2014 Dosen Pembimbing : Ir Murdjito, MSc. Eng. 1 LATAR BELAKANG Pendangkalan Alur Sempit Sarat Terbatas Produktivitas Sungai Turun Rawan Kandas Muatan

Lebih terperinci

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA Hasan Iqbal Nur 1) dan Tri Achmadi 2) 1) Program Studi Teknik Transportasi Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) Ivan Akhmad 1) dan Ahmad Rusdiansyah 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

Estimasi Kebutuhan BBM

Estimasi Kebutuhan BBM Estimasi Kebutuhan BBM Hasil Estimasi Tahun Kunsumsi Total (Liter) Gayam Nonggunong Ra as Arjasa Kangayan Sapeken Masalembu Total 2013 1.985.587 228.971 2.180.642 4.367.677 365.931 3.394.745 3.462.689

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

Desain Konseptual dan Pola Operasi Kapal CNG (Compressed Natural Gas) untuk Mendukung Pembangunan PLTG di Pulau Bawean

Desain Konseptual dan Pola Operasi Kapal CNG (Compressed Natural Gas) untuk Mendukung Pembangunan PLTG di Pulau Bawean JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: 2301-9271 1 Desain Konseptual dan Pola Operasi Kapal CNG (Compressed Natural Gas) untuk Mendukung Pembangunan PLTG di Pulau Bawean Yudiyana, Murdjito,

Lebih terperinci

Model Pengangkutan Crude Palm Oil

Model Pengangkutan Crude Palm Oil TUGAS AKHIR Model Pengangkutan Crude Palm Oil (CPO) Untuk Domestik Oleh : Wahyu Aryawan 4105 100 013 Dosen Pembimbing : Ir. Setijoprajudo, M.SE. Bidang Studi Transportasi Laut dan Logistik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN Yudi Hermawan N.R.P. 4106 100 062 Jurusan Teknik Perkapalan Bidang Studi Transportasi Laut Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI vii DAFTAR ISI Halaman Judul..... i Halaman Pengesahan..... ii Kata Pengantar..... iii Abstrak.... v Abstract... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar.... ix Daftar Tabel... x Daftar Notasi... xii Lampiran....

Lebih terperinci

ANALISISS KELAYAKAN INVESTASI PADA THE NEST CONDOTEL NUSA DUA

ANALISISS KELAYAKAN INVESTASI PADA THE NEST CONDOTEL NUSA DUA ANALISISS KELAYAKAN INVESTASI PADA THE NEST CONDOTEL NUSA DUA TUGAS AKHIR I Oleh : Putu Bagus Andre Septiana NIM: 1104105067 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 i PERNYATAAN Yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjadi cakupan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjadi cakupan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Umum Provinsi Administratif Kalimantan Tengah terbentuk pada tahun 1950, sejak saat itu munculah berbagi aspirasi kalangan masyarakat di Kalimantan Tengah untuk mendirikan

Lebih terperinci

DESAIN KONSEPTUAL DAN POLA OPERASI KAPAL CNG (COMPRESSED NATURAL GAS) UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN PLTG DI PULAU BAWEAN

DESAIN KONSEPTUAL DAN POLA OPERASI KAPAL CNG (COMPRESSED NATURAL GAS) UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN PLTG DI PULAU BAWEAN DESAIN KONSEPTUAL DAN POLA OPERASI KAPAL CNG (COMPRESSED NATURAL GAS) UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN PLTG DI PULAU BAWEAN Oleh: Yudiyana 4110 100 108 Dosen Pembimbing: Ir. Murdjito, M.Sc.Eng Irwan Tri Yunianto

Lebih terperinci

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan 402 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Tengah Jembatan Kahayan Jembatan Kahayan adalah jembatan yang membelah Sungai Kahayan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Jembatan ini

Lebih terperinci

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018 - 2-2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN Tujuan pembahasan analisis pelaksanaan perencanaan alur pelayaran untuk distribusi hasil pertambangan batubara ini adalah untuk menjelaskan kegiatan

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem

I. PENDAHULUAN. Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem pemerintahan sentralistik. Sistem pemerintahan sentralistik tersebut tercermin dari dominasi pemerintah pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauaan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.499 pulau dan memiliki garis pantai sekitar 81.000 km. Berdasarkan kondisi geografis Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE TUGAS AKHIR OLEH : NI PUTU FITRI MAHA INDRAWATI ( 1004105083) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 UCAPAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN DERMAGA PENYEBERANGAN DI SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS DITINJAU DARI ASPEK FINASIAL ABSTRAK

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN DERMAGA PENYEBERANGAN DI SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS DITINJAU DARI ASPEK FINASIAL ABSTRAK STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN DERMAGA PENYEBERANGAN DI SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS DITINJAU DARI ASPEK FINASIAL Steffany Pertiwi 1), Safaruddin M. Nuh 2), Syahruddin 2) ABSTRAK Studi kelayakan finansial

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Pola Migrasi Penduduk dengan Transportasi Laut (Studi Kasus: Jawa Kalimantan)

Analisis Hubungan Pola Migrasi Penduduk dengan Transportasi Laut (Studi Kasus: Jawa Kalimantan) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-38 Analisis Hubungan Pola Migrasi Penduduk dengan Transportasi Laut (Studi Kasus: Jawa Kalimantan) Rizky Ramadhan Eka Putra

Lebih terperinci

Jauhari Alafi

Jauhari Alafi Jauhari Alafi - 4106.100.045 Latar Belakang Produksi batubara Indonesia meningkat dari 2 juta ton pada 1985, 155 juta ton pada 2005, menjadi lebih dari 350 juta ton pada 2011. Kalimantan memiliki kondisi

Lebih terperinci

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T.

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. Investment is not just about cold cash, BUT ALSO about imagination and innovation. Imagination to make better use of what we have already. Innovation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang melimpah, baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, iklim yang bersahabat, dan potensi lahan yang besar. Pada

Lebih terperinci

Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km

Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km STUDI PENETAPAN TARIF ALUR PELAYARAN (CHANNEL FEE) : STUDI KASUS SUNGAI MUSI Septyan Adi Nugroho, Murdjito Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 03 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 03 TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PINJAMAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyediakan

Lebih terperinci

UNTUK DISTRIBUSI LNG DARI PULAU KALIMANTAN MENUJU PULAU JAWA MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC FERRIZA ZAINURY

UNTUK DISTRIBUSI LNG DARI PULAU KALIMANTAN MENUJU PULAU JAWA MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC FERRIZA ZAINURY OPTIMASI PENGADAAN AA KAPAL-KAPAL A A A PENGANGKUT G LNG UNTUK DISTRIBUSI LNG DARI PULAU KALIMANTAN MENUJU PULAU JAWA MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC FERRIZA ZAINURY 4303 100 010 JURUSAN TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar yang ditargetkan, mempertahankan eksistensi perusahaan, dan lain lain.

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar yang ditargetkan, mempertahankan eksistensi perusahaan, dan lain lain. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada beberapa alasan mengapa perusahaan mengembangkan bisnisnya. Beberapa di antaranya adalah maksimalisasi penjualan dan profit, minimisasi beban, mencapai pangsa pasar

Lebih terperinci

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1 Gambaran Umum Perusahaan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Servo Meda Sejahtera yang selanjutnya disingkat SMS merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PERJANJIAN KONTRAK KERJA PADA SISTEM B O T FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

PENYUSUNAN PERJANJIAN KONTRAK KERJA PADA SISTEM B O T FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK PENYUSUNAN PERJANJIAN KONTRAK KERJA PADA SISTEM B O T Satria Mayvidia Heryadi NRP: 0021105 Pembimbing : Ir. Yohanes Lim Dwi Adianto, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

Kamis, 5 Desember 2013 Ruang Narwastu, Sinar Mas Land Plaza Tower III Lantai Basement I

Kamis, 5 Desember 2013 Ruang Narwastu, Sinar Mas Land Plaza Tower III Lantai Basement I DAFTAR ISI Tinjauan Umum Perseroan Tinjauan Keuangan Periode 9 Bulan Pencapaian Signifikan Corporate Social Responsibility (CSR) Tanya Jawab TINJAUAN UMUM PERSEROAN STRUKTUR PEMEGANG SAHAM PT Dian Swastatika

Lebih terperinci

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE)

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) JW MARRIOTT HOTEL - 02 JUNI 2016 DAFTAR ISI 1 2 3 4 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN TINJAUAN INDUSTRI TINJAUAN KINERJA PERSEROAN STRATEGI PERSEROAN

Lebih terperinci

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta Tri Achmadi, Silvia Dewi

Lebih terperinci

Paparan Publik PT Trans Power Marine Tbk

Paparan Publik PT Trans Power Marine Tbk Paparan Publik PT Trans Power Marine Tbk 1 Disclaimer Informasi dalam presentasi ini adalah informasi umum mengenai PT Trans Power Marine Tbk ( Perusahaan ) yang disiapkan oleh Perusahaan untuk paparan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL KRIAN-GEMPOL

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL KRIAN-GEMPOL STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL KRIAN-GEMPOL Nama Mahasiswa : Wisnu Arif Hergayasa NRP : 3108 100 121 Jurusan : Teknik Sipil Dosen Pembimbing : Cahya Buana ST., MT. Istiar ST., MT. Studi Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membangun jalan tol di Indonesia sepertinya merupakan investasi yang cukup menguntungkan. Tapi, anggapan ini belum tentu benar sebab resiko yang ada ternyata

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah 1 ... 13... 14... 14... 17... 18... 22... 23... 24... 26...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengguna jasa transportasi (penumpang) menginginkan pelayanan yang prima, baik dalam hal keselamatan, kenyamanan, maupun harga yang ditawarkan. Saat ini penumpang memiliki

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan. Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan. Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Judul Tugas Akhir Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan. Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Dosen Pembimbing Ir. Tri Achmadi Ph.D Ni Luh Putu Pratidinatri, S.T.,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN. tinjauan pustaka yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan literatur-literatur yang

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN. tinjauan pustaka yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan literatur-literatur yang BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN 3.1. Umum Metode penelitian merupakan penjelasan tentang pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal ini studi pendahuluan dengan mengidentifikasi masalah tinjauan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN CLUSTER EKONOMI DI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI PERSIAPAN PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

PENGEMBANGAN CLUSTER EKONOMI DI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI PERSIAPAN PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PENGEMBANGAN CLUSTER EKONOMI DI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI PERSIAPAN PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Palangka Raya, 18 Agustus 2015

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN PIHAK KETIGA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Penelitian merupakan suatu rangkaian proses yang saling terkait secara sistematis, setiap tahap merupakan bagian menentukan tahap berikutnya

Lebih terperinci

DATA TAKE OVER (TO) TAMBANG BATUBARA

DATA TAKE OVER (TO) TAMBANG BATUBARA LOKASI KABUPATEN BARITO TIMUR KALIMANTAN TENGAH NAMA KP LOKASI TAMBANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) LUAS KODE WILAYAH KALORY BATUBARA JARAK HAULING KE PELABUHAN PELABUHAN MUAT KAPASITAS MUAT HARGA TAKE

Lebih terperinci

Bab 10. Kesimpulan dan Saran

Bab 10. Kesimpulan dan Saran Bab 10. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan dari perhitungan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan pada bab ini. Selain itu, akan disampaikan juga beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut dari tugas

Lebih terperinci

MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA

MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA Firmanto Hadi 1, Hasan Iqbal Nur 1, Irfa atil Karimah 1 *, Fara Putri Nur Hariadi 1 1 Jurusan Transportasi Laut,

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alur pelayaran merupakan salah satu fasilitas pokok dari peruntukan wilayah perairan sebuah pelabuhan dan memiliki peranan penting sebagai akses keluar dan/atau masuk

Lebih terperinci

Dr. Ir. Sukardi, M.Si

Dr. Ir. Sukardi, M.Si DATA MENCERDASKAN BANGSA Disampaikan Pada Acara : Rapat Koordinasi Pembangunan antara Gubernur dengan Bupati/Walikota dan SKPD Provinsi Kalimantan Tengah Di Aula Serba Guna BAPPEDA Provinsi Kalteng, 12

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Listrik ; satu faktor penting dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Studi Kegiatan Transshipment Batubara

Studi Kegiatan Transshipment Batubara Studi Kegiatan Transshipment Batubara Studi Kasus: Perairan Taboneo, Kalimantan Selatan Denny Maruli Silaen 1,Setyo Nugroho 2 Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH Disampaikan pada FIELD TRIP THE FOREST DIALOGUE KE PT. WINDU NABATINDO LESTARI PUNDU, 17 MARET 2014 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan upaya yang dilakukan negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Selama kurun waktu yang cukup panjang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 KELAYAKAN PROYEK BERDASARKAN KAJIAN BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM 4.1.1 Asumsi Proyeksi Keuangan Proyeksi Keuangan Rencana Jangka Panjang PAM JAYA tahun 2009-2013

Lebih terperinci

PAPARAN PUBLIK. PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. Balai Kartini, Jakarta Rabu 25 April 2018

PAPARAN PUBLIK. PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. Balai Kartini, Jakarta Rabu 25 April 2018 PAPARAN PUBLIK PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk Balai Kartini, Jakarta Rabu 25 April 2018 1 PAPARAN PUBLIK Informasi dalam presentasi ini adalah informasi umum mengenai PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang.. 1 1.2 Identifikasi Masalah 4 1.3 Perumusan Masalah 6 1.4 Tujuan Penelitian 7 1.5 Manfaat Tesis..

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR EXECUTIVE SUMMARY 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud pelaksanaan pekerjaan pembuatan Rencana Induk Sub Sektor Transportasi Udara sebagai pendukung dan pendorong sektor lainnya serta pemicu pertumbuhan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

EKONOMI TEKNIK ANALISIS SENSITIVITAS DAN BREAK EVEN POINT SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

EKONOMI TEKNIK ANALISIS SENSITIVITAS DAN BREAK EVEN POINT SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN EKONOMI TEKNIK DAN BREAK EVEN POINT SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN UMUM Analisis Sensitivitas dibutuhkan dalam rangka mengetahui sejauh mana dampak parameter-parameter investasi yang

Lebih terperinci

Kata kunci : kelayakan, finansial, kereta api, bali

Kata kunci : kelayakan, finansial, kereta api, bali ABSTRAK Dasar dari dilakukannya studi kelayakan kereta api di Bali ini karena tingkat pertumbuhan kendaraan yang tinggi di pulau Bali tidak sebanding dengan tersedianya lahan kosong untuk pelebaran jalan

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Tahapan awal yang dilakukan untuk menganalisis optimasi struktur modal pada PT Pusri adalah dengan menganalisis laporan keuangan. Selain itu melihat rencana

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA Florence Kartika Panditasiwi Universitas Katolik Parahyangan Jln. Ciumbuleuit 94, Bandung Telp: (022)

Lebih terperinci

DESAIN KONSEPTUAL ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENERAPAN SHORT SEA SHIPPING DI PULAU JAWA

DESAIN KONSEPTUAL ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENERAPAN SHORT SEA SHIPPING DI PULAU JAWA DESAIN KONSEPTUAL ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENERAPAN SHORT SEA SHIPPING DI PULAU JAWA Ariston Yoga Pradhana 1 dan Tri Achmadi 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG 1 of 10 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KATINGAN, KABUPATEN SERUYAN, KABUPATEN SUKAMARA, KABUPATEN LAMANDAU, KABUPATEN GUNUNG MAS, KABUPATEN

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Diagram Alur Analisa Arus Kas

Gambar 4.1 Diagram Alur Analisa Arus Kas BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Arus Kas Analisis dalam tesis ini akan dilaksanakan dengan obyek penelitian penyediaan menara telekomunikasi yang dilaksanakan oleh PT Bakrie Telecom Tbk. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beragam sumber energi, selain minyak bumi juga terdapat gas dan batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas kehidupan. Perkembangan yang terjadi di perkotaan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas kehidupan. Perkembangan yang terjadi di perkotaan diikuti dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia pada umumnya bermuara pada meningkatnya jumlah penduduk, dan meningkatnya berbagai kebutuhan akan fasilitas kehidupan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

CONTOH PERHITUNGAN. (Hasil ini didapat dari hasil perhitungan dan survey) Untuk tahun ke-1 sebesar 45 %. (Sumber PT. Dharmapala Usaha Sukses)

CONTOH PERHITUNGAN. (Hasil ini didapat dari hasil perhitungan dan survey) Untuk tahun ke-1 sebesar 45 %. (Sumber PT. Dharmapala Usaha Sukses) 115 CONTOH PERHITUNGAN PRODUKSI UNTUK TAHUN KE-1 Kapasitas Terpasang Gula Rafinasi KPT yang digunakan untuk PT. Dharmapala Usaha Sukses sebesar 500.000 ton/tahun. (Hasil ini didapat dari hasil perhitungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN PENGOPERASIAN ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL.. vi DAFTAR GAMBAR. viii DAFTAR LAMPIRAN. ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL.. vi DAFTAR GAMBAR. viii DAFTAR LAMPIRAN. ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL.. vi DAFTAR GAMBAR. viii DAFTAR LAMPIRAN. ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Identifikasi Masalah.. 8 1.3. Rumusan Masalah.. 9 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN LOKASI PELABUHAN CPO EKSPOR DARI WILAYAH SUMATERA TENGAH

STUDI PENENTUAN LOKASI PELABUHAN CPO EKSPOR DARI WILAYAH SUMATERA TENGAH TUGAS AKHIR MN 091482 STUDI PENENTUAN LOKASI PELABUHAN CPO EKSPOR DARI WILAYAH SUMATERA TENGAH Oleh: Muhammad Ufron 4104100053 Jurusan Teknik Perkapalan Bidang Studi Transportasi Laut Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE )

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) JW MARRIOTT HOTEL - 10 JUNI 2015 DAFTAR ISI 1 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN 2 TINJAUAN INDUSTRI 3 KINERJA PERSEROAN 4 PENGEMBANGAN USAHA SEKILAS

Lebih terperinci

Penentuan Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran Kapal di Sungai Musi Menggunakan Model Simulasi. Zakariya Amirudin Al Aziz

Penentuan Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran Kapal di Sungai Musi Menggunakan Model Simulasi. Zakariya Amirudin Al Aziz Penentuan Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran Kapal di Sungai Musi Menggunakan Model Simulasi Zakariya Amirudin Al Aziz 2509 100 130 Peningkatan volume bongkar muat Overview Kondisi sungai & jalur sempit

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci