PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Transkripsi

1 18 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan sangat penting bagi budidaya tanaman, sebab pembibitan merupakan tahap awal dari budidaya. Pengadaan bahan tanam untuk pembibitan teh dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Unit Perkebunan Bedakah memiliki suatu lokasi pembibitan yang terletak di Blok Bismo dengan luasan 0.47 ha. Bahan stek yang digunakaan adalah stek satu buku atau single node cutting dapat dilihat pada Gambar 1, yang diambil dari klon Gambung 3, 4 dan 7 serta telah memenuhi syarat sebagai tanaman induk yaitu kurang lebih berumur 6-10 tahun. Pemilihan stek diambil dari tanaman induk yang telah cukup umur, yakni kurang lebih 4-5 bulan setelah pangkas. Bangunan pembibitan terbuat dari anyaman bambu (keteb dan rigen) dengan tinggi 2 m dan jarak antar tiangnya 3 m x 3.5 m, dengan arah gawangan menghadap timur barat dapat dilihat pada Gambar 1. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 16 m 20 m dan lebar 1 m. Antar bedengan satu dengan bedengan yang lain dibuat jalan dengan lebar 0.8 m. Bedengan ditutup dengan menggunakan sungkup plastik transparan dengan tinggi 60 cm, dan panjang plastik sungkup disesuaikan dengan panjang bedengan. Intensitas cahaya yang masuk dalam rumah pembibitan sekitar 25 %, dan kelembaban ± 80 %. (a) Gambar 1. Bangunan pembibitan (a) dan Single Node Cutting (b) (b)

2 19 Media yang digunakan untuk pengisian polibag yakni menggunakan tanah. Tanah untuk polibag merupakan campuran dari tanah lapisan atas (top soil) dan tanah lapisan bawah (sub soil). Bahan yang digunkan untuk campuran top soil adalah setiap 1m³ tanah dicampur dengan g tawas, g SP- 36, 250 g Kiserit, 500 g KCl, 300 g Dithane-45 dan 200 g Basamid, setelah itu ditimbun selama 20 hari baru dimasukkan ke dalam polibag. Bahan yang digunakan untuk campuran sub soil yaitu 300 g Dithane-45, g tawas dan 200 g basamid. Media yang telah siap kemudian di masukkan ke polibag. Polibag yang sudah siap kemudian ditata di bedengan yang sebelumnya dilapisi dengan rerumputan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah dan agar subur. Sebelum sungkup ditutup, terlebih dahulu polibag disiram dengan air bersih serta disemprot menggunakan Dithane-45 dengan konsentrasi 0.1%, baru sungkup ditutup selama hari. Stek yang akan ditanam dipotong-potong sehingga hanya memiliki 1 daun dengan panjang ruas dibawah daun kurang lebih 2.5 cm dengan kemiringan 45º, serta daun dipotong kurang lebih 1/3 bagian. Hasil potongan stek kemudian dimasukkan ke dalam larutan Dithane 45 dengan konsentrasi 2 g/liter air kurang lebih 5 menit, dan daun condong ke atas tidak saling menutupi satu sama lainnya. Bahan stek ditanam di polibag dengan posisi bakal tunas menghadap pada satu arah, sehingga bakal tunas tidak saling menutupi serta mengarah pada cahaya matahari. Setelah penanaman stek selesai, kemudian polibag disiram air bersih dengan tujuan untuk membersihkan tanah yang melekat di daun dan juga untuk menambah kelembaban tanah, setelah itu disemprot dengan Lanate 2 g/l air yang berfungsi untuk memberantas hama ulat dan kutu, kemudian sungkup ditutup dengan plastik baru selama bulan. Pembukaan sungkup dilakukan setelah stek berumur 4 bulan. Sungkup tidak langsung dibuka semua melainkan harus secara bertahap. Tahap pertama dibuka ¼ bagian dari pukul selama 20 hari. Tahap selanjutnya sungkup dibuka ½ bagian dari pukul selama 20 hari, serta dibuka semua dari pukul selama 20 hari.

3 20 Pengamatan terhadap pertumbuhan stek dilakukan setiap hari. Atap naungan pembibitan dibuka saat bibit mencapai umur 6 7 bulan. Seleksi bibit pertama dilakukan pada umur 7 bulan berdasarkan tinggi tanaman, kesehatan tanaman dan jumlah daun. Seleksi bibit terdiri dari tiga kelas yaitu masuk kelas A apabila tingginya mencapai lebih dari 20 cm dengan jumlah daun 4 6 lembar, kelas B apabila tingginya 15 cm 20 cm dengan jumlah daun 4 lembar, dan kelas C apabila tingginya 10 cm 15 cm dengan jumlah daun 2 3 lembar. Seleksi bibit tahap kedua dilakukan pada umur 9 bulan dengan cara mengumpulkan bibit berdasarkan kriteria pada seleksi tahap pertama. Bibit yang telah siap untuk disalurkan atau ditanam yaitu bibit yang telah berumur 12 bulan dan telah mencapai tinggi kurang lebih 25 cm. Penulis pada kegiatan ini melakukan pengisian bekong/polibag dan penanaman stek. Prestasi kerja yang didapat penulis utuk pengisian bekong selama 5 jam kerja adalah penanaman stek berturut-turut adalah 400 tanaman, dan 500 tanaman. Standarnya 750 tanaman dan tanaman. Prestasi pekerja adalah 700 tanaman dan tanaman. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar tanaman dapat tumbuh optimal dan dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Pemeliharaan ini terdiri dari pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) serta pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM). antara lain pengendalian gulma, pembentukan bidang petik, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut, penggemburan tanah, pembuatan lubang tadah dan saluran air serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengendalian gulma. Pengendalian gulma dilakukan dengan tujuan untuk mengendalikan populasi gulma sedemikian rupa agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau ditekan serendah mungkin. Gulma yang dominan di Unit Perkebunan Bedakah adalah Ageratum conizoides (wedusan), Borreria alata (gletak), Melastoma malabathricum

4 21 (senggan), Impatiens plathypetala (pacar air), Commelina nudiflora (goloran/tali said), Setaria plicata (jambe-jambean), dan Eleusine indica (lulangan). Pengendalian gulma yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual (manual weeding) dan kimia (chemical weeding). Pengendalian gulma dalam periode satu tahun, dijadwalkan dengan 2 3 kali aplikasi manual dan aplikasi kimia yang dalam pelaksanaanya sangat ditentukan oleh kondisi di lapangan. Pengendalian gulma secara manual dan secara kimia dapat dilihat pada Gambar 2. (a) (b) Gambar 2. Pengendalian Gulma Manual (a) dan Pengendalian Gulma Kimia (b) Pengendalian gulma pada TBM dan TM dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang berada di barisan tanaman serta pada pinggiran tanaman, kemudian gulma diletakkan di tengah-tengah barisan tanaman dan dibiarkan hingga kering. Alat yang digunakan adalah parang dan kored yang dimiliki oleh masing-masing pekerja. Teknis pelaksanaannya dilakukan menurut baris tanaman dan dimulai dari topografi tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Standar prestasi kerja pengendalian gulma secara manual pada TBM dan TM adalah 0.04 ha/hk, prestasi pekerja dan penulis masing-masing adalah 0.02 ha/hk dan 0.02 ha/hk. Pengendalian gulma secara kimia (chemical weeding) yakni dengan menggunakan herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak dan sistemik. Herbisida kontak berbahan aktif paraquat diklorida (Noxone) yang dapat digunakan untuk memberantas berbagai jenis gulma, baik gulma berdaun lebar

5 22 maupun gulma berdaun sempit. Herbisida sistemik berbahan aktif glifosat (Rambo) merupakan herbisida tidak selektif yang digunakan untuk memberantas gulma-gulma daun lebar dan sempit. Herbisida kontak diaplikasikan untuk tanaman menghasilkan (TM) pada tahun pangkas II, III dan IV dengan dosis 1.5 l/ha dan konsentrasi 0.4 %. Herbisida sistemik diaplikasikan pada tanaman teh tahun pangkas I dan TBM, dengan dosis 3 l/ha dan konsentrasi 0.8 %, sedangkan untuk tahun pangkas II, III dan IV dengan dosis 2 l/ha dan konsentrasinya 0.53 %. Aplikasi pengendalian gulma secara kimia untuk TM sebanyak 2 kali dalam satu tahun, sedangkan untuk TBM tiga kali dalam satu tahun. Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah dengan hand sprayer/ knapsack dengan kapasitas 15 l. Volume yang digunakan untuk 1 ha adalah 375 l air. Standar kerja yang berlaku 0.32 ha/hk, prestasi kerja 0.32ha/HK, dan prestasi kerja penulis 0.2 ha/hk. Pembentukan bidang petik (Centering). Pembentukan bidang petik dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan centering. Centering merupakan salah satu cara untuk membentuk bidang petik pada tanaman teh yang pada umumnya dilakukan pada TBM umur tiga sampai empat bulan setelah tanam. Tujuan dilakukannya pembentukan bidang petik ini adalah untuk membentuk perdu dengan percabangan yang ideal dan bidang petik yang luas agar dapat menghasilkan pucuk yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Kegiatan centering di Unit Perkebunan Bedakah terdiri dari tiga tahap, yaitu centering I, centering II (decentering) dan cut across. Centering I dilakukan pada saat tanaman sudah berumur enam bulan setelah tanam. Caranya dengan memotong batang utama/primer yang telah memiliki diameter sebesar pensil dengan ketinggian cm dari permukaan tanah dengan meninggalkan kurang lebih tiga cabang. Centering II dilakukan enam bulan setelah centering I. Caranya dengan memotong cabang sekunder dan cabang orthotrof (cabang yang tumbuh ke atas) dengan ketinggian cm. Tujuannya untuk memacu agar pertumbuhan cabang ke samping semakin banyak atau agar dapat melebar. Jika percabangan telah tumbuh mencapai ketinggian cm, maka akan dilakukan

6 23 pemangkasan selektif (selective cut-cross) dengan ketinggian cm dari permukaan tanah. Caranya dengan menghilangkan cabang cabang yang di tengah. Tujuan dari selective cut-cross adalah untuk memperbanyak cabang yang tumbuh ke samping (plagiothrof). Tunas-tunas yang tumbuh setelah selective cut-cross dibiarkan tumbuh selama 3-6 bulan, kemudian dilakukan pemetikan jendangan (tipping). Penulis melakukan kegiatan centering di Blok Rinjani, dengan prestasi kerja 0.1 ha/hk. Standar dan prestasi kerja karyawan berturut turut adalah 0.12 ha/hk dan 0.12 ha/hk. Pemupukan. Pemupukan merupakan upaya untuk memberikan unsur hara dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman teh. Kegiatan pemupukan harus dilakukan dengan tepat, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu. Pemupukan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan melalui dua cara, yakni pemupukan lewat tanah dan pemupukan lewat daun. Pemupukan lewat tanah dalam satu tahunnya dilaksanakan 2 kali aplikasi untuk tanaman menghasilkan atau TM dan 4 kali aplikasi untuk tanaman belum menghasilkan atau TBM. Pemupukan pada TM dan TBM dapat dilihat pada Gambar 3. (a) Gambar 3. Pemupukan TM (a) dan Pemupukan TBM (b) (b)

7 24 Pemupukan lewat tanah untuk tanaman menghasilkan (TM) dilaksanakan pada semester I bulan Maret April dan semester II bulan Oktober November. Adapun caranya yaitu dilakukan pada barisan tanaman, sehingga pemupuk harus masuk ke dalam barisan tanaman teh. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (46 % N), Rock Phospat (30 % P 2 O 5 ), KCl (60 % K 2 O), Kieserit (27 % MgO). Waktu pemupukan yang optimal yaitu pada awal dan akhir musim hujan dengan curah hujan per minggu sekitar mm. Kondisi lahan yang akan dipupuk harus bersih dari gulma. Dosis pupuk untuk areal tanaman menghasilkan (TM) berbeda-beda, antara lain: berdasarkan target produksi pucuk basah dalam satu tahun, jenis tanaman (seedling atau klonal) serta produktivitas pada masing-masing blok. Pemupukan lewat tanah untuk areal tanaman menghasilkan (TM) adalah dengan cara memberikan pupuk di antara dua baris tanaman yang sebelumnya telah dibuat lubang pupuk (koakan) setelah itu lubang ditutup dengan tanah. Rekomendasi dosis pupuk dari direksi PT Tambi ditetapkan dengan perbandingan N : P : K : Mg = 5 : 1 : 2 : 0.5 dengan kadar N % = 11 %. Dosis pupuk dan kebutuhan pupuk per tanaman untuk TM per apikasi per ha untuk setiap blok di UP Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 8. Pemupukan lewat tanah pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan dengan cara pupuk dibenamkan disekitar tanaman pokok dengan melakukan penugalan terlebih dahulu. Jarak antara tanah yang ditugal dengan tanaman pokok berkisar cm, tujuannya adalah agar akar tanaman dapat menjangkau hara yang diberikan. Kedalaman tanah yang ditugal 5 7 cm. Dosis yang digunakan per umur tanaman belum menghasilkan (TBM) berbeda-beda sesuai dengan kondisi tanaman tiap blok serta umur tanamannya. Berikut adalah dosis pupuk dan kebutuhan pupuk per tanaman untuk TBM per apikasi per ha di UP Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 9. Teknis pemupukan dilaksanakan dari tempat dengan topografi tinggi ke tempat yang lebih rendah. Penulis melaksanakan kegiatan pemupukan di Blok Bismo, Rinjani, dan Kembang. Prestasi kerja karyawan 0.2 ha/hk dengan standar kerja 0.2 ha/hk sedangkan prestasi kerja penulis 0.01 ha/hk.

8 25 Pemupukan lewat daun menggunakan ZnSO4 (Zinc sulpathe). Pemberian pupuk daun dilakukan 2-3 hari setelah dilakukan pemetikan dengan dosis 1 kg/ha. Tujuan pemberian pupuk daun adalah untuk menambah zat hijau daun pada tanaman teh. Pemupukan lewat daun biasanya dilakukan seiringan dengan pengendalian penyakit. Alat yang digunakan untuk pupuk daun pada tahun pangkas I menggunakan hand sprayer berkapasitas 15 l air, sedangkan untuk tahun pangkas II, III dan IV menggunakan mist blower dengan kapasitas 10 l air. Pemangkasan. Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan untuk membuat tanaman teh menjadi perdu. Tujuannya untuk memperbarui dan memperbaiki bidang petik tanaman, mempertahankan agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, mengusahakan agar perdu/bidang petik agar tetap rendah sehingga dapat mempermudah dalam pelaksanaan pemetikan, membentuk bidang petik (frame) seluas mungkin, membuang cabang yang tidak produktif yang dapat menghambat pertumbuhan tunas baru serta dapat merangsang pertumbuhan tunas baru (Setyamidjaja, 2000). Pemangkasan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah pemangkasan produksi dengan tipe pangkasan bersih, yaitu pangkasan dengan membuang semua ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm beserta semua daun-daunnya, sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting-ranting utamanya saja dengan maksud untuk memperbaiki percabangan. Kegiatan pemangkasan dan tipe pangkasan bersih dapat dilihat pada Gambar 4. (a) Gambar 4. Kegiatan Pemangkasan (a) dan Pangkasan Bersih (b) (b)

9 26 Tinggi pangkasan bersih yang digunakan di Unit Perkebunan Bedakah berkisar cm dari permukaan tanah. Standar tinggi pangkasan menggunakan sistem pangkasan selalu naik 5 cm lebih tinggi dari pangkasan sebelumnya dan diturunkan kembali setelah dipangkas 65 cm. Luka pangkas tidak boleh pecah serta luka karena dapat menghambat pertumbuhan tunas baru. Bentuk potongan (luka pangkas) membentuk sudut 45 º menghadap ke dalam perdu, bidang pangkas sejajar dengan permukaan tanah atau sesuai dengan kontur tanah. Alat yang digunakan untuk pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah dengan menggunakan gaet/sabit pangkas, tongkat ukuran dan batu asah. Waktu pelaksanaan pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah, dilaksanakan selama dua semester. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan produksi pucuk harian agar tidak terjadi fluktuasi produksi yang terlalu besar antara saat flush dan saat minus (kemarau). Dalam satu tahun areal yang dipangkas sebesar 25 % dari total areal kebun. Unit Perkebunan Bedakah untuk semua bloknya menggunakan perbandingan 70 % : 30 % untuk kegiatan pemangkasannya. Gilir pangkas yang dilakukan di UP Bedakah dilakukan 4 5 tahun sekali disesuaikan dengan kondisi tanaman seperti ketinggian tempat, musim, dan ketinggian tanaman serta produktivitasnya. Penulis melakukan kegiatan pemangkasan di blok Argopuro dan Mandala. Standar kerja 0.04 ha/hk, prestasi kerja tenaga kerja adalah 0.04 ha/hk, sedangkan prestasi kerja penulis ha/hk. Gosok lumut. Unit Perkebunan Bedakah termasuk daerah perkebunan teh dataran tinggi, sehingga memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Kondisi semacam ini memungkinkan untuk pertumbuhan lumut yang banyak, baik pada batang, ranting, maupun cabang tanaman teh. Keberadaan lumut dan paku-pakuan sangat merugikan bagi tanaman, sebab dapat memacu perkembangbiakan cacar daun teh (blister blight) dan pertumbuhan gulma di sekitar tanaman menjadi banyak. Tunas yang baru tumbuh bisa langsung terserang cacar daun. Lumut banyak tumbuh subur pada tanaman tua, terutama pada jenis tanaman seedling. Pembersihan lumut dilakukan satu minggu setelah dilaksanakan pemangkasan dengan menggunakan ranting tanaman teh yang

10 27 dirangkai menyerupai sapu lidi. Pembersihan lumut ini diharapkan tidak melebihi satu minggu setelah pangkas, agar mata tunas mendapat kesempatan tumbuh lebih baik, lingkungan perdu menjadi bersih serta pertumbuhan gulma menjadi terhambat. Selain lumut, perdu teh harus bersih dari paku-pakuan pacar air dan pakis. Penulis melakukan gosok lumut di Blok Mandala. Blok Rinjani, dan Blok Argopuro. Prestasi kerja yang diperoleh 0.01 ha/hk, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.02 ha/hk dan standar kerja 0.02 ha/hk. Penggemburan tanah (Morok). Penggemburan tanah atau morok, dilakukan setelah pemangkasan kurang lebih hari. Tujuan dari penggemburan tanah ini adalah agar terjadi sirkulasi udara dalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan tanah dapat menyerap air dengan baik. Alat yang digunakan adalah porok/garpu besar. Teknis pelaksanaanya yaitu ujung porok ditancapkan di tanah dengan posisi agak miring, kemudian ditekan dengan kaki hingga kedalaman cm, setelah itu garpu diangkat dengan posisi miring sehingga tanah jadi terangkat. Penulis melakukan kegiatan penggemburan tanah di Blok Bismo dan Blok Argopuro. Prestasi kerja penulis 0.03 ha/hk, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.04 ha/hk dan standar kerja 0.04 ha/hk. Pembuatan lubang tadah dan saluran air. Lubang tadah atau rorak adalah suatu tempat yang dibuat untuk menampung air pada saat musim hujan dan tempat peresapan air sehingga tanah tidak tercuci atau tidak menyebabkan erosi. Tampungan air yang diserap oleh rorak selanjutnya dapat digunakan pada musim kemarau. Fungsi lain dari rorak adalah sebagai tempat penampungan bahan organik dari guguran daun teh serta dapat memperbaiki aerasi tanah. Jenis rorak yang diterapkan di Unit Perkebunan Bedakah adalah rorak sesuai kontur dengan tipe rorak rantai. Rorak dibuat dari ujung pertanaman teh, setiap 2 3 baris tanaman sesuai dengan kemiringan lahan dengan ukuran panjang cm, lebar cm serta kedalamannya 30 cm. Pemeliharaan dilakukan dengan mengeluarkan tanah sedalam 30 cm dan tanah diletakkan di atas rorak secara merata. Rorak dipertahankan selama masa TBM. Pemeliharan rorak dilakukan dua

11 28 kali dalam satu tahun untuk TBM, sedangkan untuk TM dilakukan setelah pemangkasan. Saluran air dibuat agar air dapat dialirkan ke dalam lubang tadah. Saluran air ini biasanya dibuat di pinggiran batas antar nomor kebun, serta melihat aliran air tersebut paling deras mengalir dari mana sehingga bisa dialirkan ke dalam lubang tadah. Alat yang digunakan untuk membuat saluran air dan lubang tadah adalah cangkul, sabit dan lempag. Penulis melakukan pembuatan lubang tadah di Blok Argopuro dengan prestasi kerja penulis ha/hk, sementara standar kerja 0.04 ha/hk dan prestasi kerja karyawan 0.04 ha/hk. Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit diupayakan secara terpadu dengan memprioritaskan secara alami atau kultur teknis sehingga dampak penggunaan bahan kimia dapat diminimalkan. Hama penting yang menjadi masalah di Unit Perkebunan Bedakah antara lain Hellopeltis antonii, ulat penggulung pucuk (Cydia leucostome), ulat penggulung daun (Homona coffearia), ulat jengkal (Hyposidra talaca), ulat api (Setora nitens) dan tungau jingga (Brevipalpus phoenicis). Hama di Unit Perkebunan Bedakah tidak begitu dikendalikan dengan intensif, sebab secara ekonomi belum menurunkan produksi pucuk. Pengendalian hama di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu memetik daun atau pucuk yang terserang hama. Penyakit yang banyak menyerang di Unit Perkebunan Bedakah adalah penyakit cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Serangan cacar terhadap kebun teh tidak berlangsung terus menerus sepanjang tahun tapi pada umumnya terjadi saat musim hujan. Meskipun demikian bila penyakit ini tidak dilakukan pengendalian maka akan menimbulkan kerugian. Gejala serangan dimulai dengan adanya bintik-bintik kecil tembus cahaya berdiameter 0.25 mm. Bercak dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh cincin yang berwarna hijau berdiameter 2 6 mm menonjol ke bawah. Bercak kemudian semakin membesar mencapai diameter 1 cm, yang pada permukaannya terbentuk

12 29 spora seperti tepung berwarna putih. Tahap akhir, pusat bercak menjadi cokelat dan akhirnya mati. Spora dari penyakit cacar daun teh cepat berkembang biak apabila kelembaban udara tinggi, angin, ketinggian tempat, dan kurangnya sinar matahari (Wahid, 2005). Hama ulat api dan penyakit cacar daun teh dapat dilihat pada Gambar 5. (a) (b) Gambar 5. Hama Ulat Api (a) dan Penyakit Cacar Daun Teh (b) Upaya pengendalian hama dan penyakit di Unit Perkebunan Bedakah, dilakukan dengan melalui dua cara yaitu: (1) secara kultur teknis dengan mengurangi ranting pohon pelindung agar lebih banyak sinar matahari yang masuk sehingga kelembaban berkurang, sanitasi dan kebersihan kebun, pengaturan pemangkasan, pengaturan gilir petik dan cara pemetikan serta penanaman klon yang tahan terhadap penyakit cacar daun; (2) secara kimia dengan menggunakan fungisida seperti Kocide 77 WP dengan dosis 200 g/ha. Penyemprotan dilaksanakan 2-3 hari setelah dilakukannya pemetikan. Alat yang digunakan untuk pengendalian penyakit adalah mist blower, sedangkan untuk tanaman tahun pangkas pertama menggunakan hand sprayer dengan tujuan efisiensi penggunaan fungisida. Penulis melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit serta pupuk daun di Blok Bismo. Prestasi kerja dan prestasi kerja karyawan masing-masing 0.3 ha/hk dan 1 ha/hk.

13 30 Pemetikan Pemetikan adalah kegiatan pemungutan hasil pucuk teh yang masih muda untuk kemudian diolah menjadi produk kering, serta harus memenuhi syaratsyarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu jenis pemetikan, jenis petikan, gilir petik, pengaturan areal petik, tenaga pemetik serta pelaksanaan pemetikan. Jenis pemetikan. Jenis pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan/rampasan. a). Pemetikan Jendangan Pemetikan jendangan (tipping) adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah perdu dipangkas. Pemetikan ini dilakukan dengan tujuan membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Pemetikan jendangan di Unit Perkebunan Bedakah dilaksanakan 2-3 bulan setelah pemangkasan dan apabila 60 % areal sudah siap untuk dijendang. Pertumbuhan tunasnya telah mencapai ketinggian kurang lebih cm tergantung pada ketinggian pangkasan dengan 4-6 kali petikan serta gilir petik. Pemetikan jendangan dilakukan dengan memetik tunas-tunas secara merata dan hanya ditujukan untuk tunas yang tumbuh ke atas sementara tunas yang tumbuh ke samping dibiarkan agar bidang petik menjadi lebar dan sejajar dengan permukaan tanah. b). Pemetikan produksi Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilaksanakan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan sampai menjelang tanaman dipangkas sesuai dengan gilir petik yang ditentukan serta jenis petikannya. Pemetikan produksi yang dilaksanakan di UP Bedakah yakni dengan memetik pucuk yang sudah masak petik, yakni pucuk yang telah memenuhi syarat pengolahan yang

14 31 telah ditentukan. Kegiatan pemetikan produksi dan pemetikan jendangan dapat dilihat pada Gambar 6. (b) (a) Gambar 6. Pemetikan Produksi (a) dan Pemetikan Jendangan (b) c). Pemetikan rampasan (gendesan) Pemetikan rampasan (gendesan) adalah pemetikan yang dilakukan menjelang dilakukannya kegiatan pemangkasan, yaitu dengan cara memetik semua pucuk yang memenuhi syarat pengolahan tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan. Tujuan dilaksanakanya pemetikan rampasan adalah untuk memanfaatkan tunas-tunas dan daun muda yang ada pada perdu, apabila tidak dipetik akan terbuang dengan yang dilaksanakannya kegiatan pemangkasan Jenis petikan. Jenis petikan adalah macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Jenis petikan berdasarkan rumus petiknya dibedakan menjadi 3 kategori (Tobroni dan Suwardi, 1983), yaitu: a. Petikan halus, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun muda (p+1) serta pucuk burung (b) dengan satu daun muda (b+1m). b. Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri atas pucuk peko dengan dua, tiga daun serta pucuk burung dengan satu, dua, tiga daun muda (p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m).

15 32 c. Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih (p+4 atau lebih) dan pucuk burung dengan satu sampai empat daun tua (b+(1-4)t). Bagian pucuk yang ditinggalkan pada perdu sangat berpengaruh terhadap kondisi/kesehatan tanaman. Semakin banyak bagian pucuk yang ditinggalkan pada tanaman, semakin ringan akibat pemetikan terhadap kondisi/kesehatan tanaman. Tobroni dan Suwardi (1983) menyatakan bahwa berdasarkan daun pokok yang ditinggalkan, petikan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: a. Petikan ringan, yaitu apabila meninggalkan satu atau dua daun diatas kepel (k+1, k+2). b. Petikan sedang, yaitu pemetikan yang tidak menyisakan daun di atas kepel pada bagian tengah perdu (k+0), tetapi pada bagian pinggir ditinggalkan satu daun di atas kepel (k+1). c. Petikan kasar, yaitu apabila sama sekali tidak meninggalkan daun di atas kepel (k+0). Gilir petik dan hanca petik. Gilir petik adalah selang waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan selanjutnya yang dinyatakan dalam hari pada areal yang sama. Panjang pendekya gilir petik tergantung pada kecepatan pertumbuhan pucuk. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah umur pangkas, topografi, kesehatan tanaman, ketinggian tempat (elevasi), dan iklim (Setyamidjaja, 2000). Pada musim kemarau gilir petik akan lebih panjang dari pada musim penghujan. Standar gilir petik yang diterapkan di Unit Perkebunan Bedakah yakni berkisar hari. Hal ini disebabkan Unit Perkebunan Bedakah adalah termasuk dalam perkebunan dataran tinggi. Hanca petik adalah luas areal yang harus dipetik oleh pemetik dalam waktu satu hari. Hanca petik diatur berdasarkan blok kebun, kapasitas rata-rata pemetik serta gilir petik. Semakin pendek gilir petik maka hanca petik semakin luas begitu juga sebaliknya. Pengaturan hanca petik harus mempertimbangkan keseragaman tumbuh pucuk yang dihasilkan setiap hari dengan komposisi pucuk dari umur pangkas yang seimbang. Hanca petik dan gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah

16 33 diatur oleh mandor petik dan disetujui oleh kepala blok. Luas areal petik, jumlah pemetik serta rasio pemetik dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hubungan Antara Luas Areal Petik, Jumlah Pemetik dan Hanca Petik Setiap Blok Blok Rinjani Bismo Argopuro Kembang Mandala Muria Total Luas Areal Petik (ha) Jumlah Pemetik (orang) Hanca Petik (patok/hk) Sumber: Kantor Bagian Tanaman Unit Perkebunan Bedakah ( 2010) Jika dihitung berdasarkan rumus maka luas areal yang dapat dipetik per hari di Unit Perkebunan Bedakah adalah: Luas areal petik/hari = luas areal yang dipetik ha.= = ha/hari 12 hari gilir petik Dari hasil perhitungan luas areal yang dapat dipetik per hari, maka hanca petik per orang di UP Bedakah dihasilkan sebagai berikut: Hanca seorang pemetik =.= luas areal petik/hari x jumlah patok/ha jumlah pemetik x 25 patok/ha 235. = 2.69 patok/hari Tenaga pemetik. Tenaga pemetik memegang peranan penting dalam mencapai hasil petikan secara optimal. Perhitungan kebutuhan tenaga pemetik harus diketahui rata-rata kapasitas petik/hk dalam satu tahun, jumlah hari (HK) dalam satu tahun, persentase absensi pemetik dalam satu tahun, rata-rata produksi pucuk/ha/tahun. Pengaturan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Bedakah, bukan hanya didasarkan pada jumlahnya semata, melainkan keterampilan pemetik dan

17 34 umur pangkas. Pemetik yang memiliki keterampilan tinggi, biasanya akan ditempatkan di kebun jendangan dan umur pangkasnya 1 2 tahun. Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah sistem berjajar, dimana dua baris tanaman dipetik oleh seorang pemetik. Keuntungan dari sistem berjajar adalah untuk mempermudah dalam hal pengawasan oleh pembimbing pemetikan, selain itu dengan sistem berjajar akan terlihat lebih teratur sehingga kerataan bidang petik menjadi lebih rata. Pemetik berjajar dari tempat yang jauh menuju tempat yang dekat dengan tempat penimbangan. Tujuannya adalah untuk mempermudah pada saat penimbangan hasil serta pengangkutan hasil pucuk teh. Pemetikan secara berjajar dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Sistem Pemetikan Berjajar Sistem pengupahan. Pengupahan pemetik di Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan hasil pucuk basah yang didapat oleh pemetik dalam satu hari dan dipengaruhi analisis pucuk. Harga per kilogram pucuk basah di Blok Bismo dan Rinjani Rp 210,-. Blok Kembang dan Argopuro Rp 220,-, sedangakan Blok Mandala dan Muria Rp 230,-. Pemetik akan mendapatkan premi/bonus dengan penambahan Rp 30,- jika pucuk basah yang dipetik masuk standar analisis pucuk 55 %. Perlengkapan pemetikan. Tenaga petik di Unit Perkebunan Bedakah masing-masing dilengkapi dengan sramben (celemek plastik), waring (fishing net)

18 35 dengan ukuran 2 x 2 m2, gunting petik, sepatu boot dan keranjang petik yang berukuran 40 cm x 40 cm x 60 cm. Pucuk teh yang telah dipetik ditempatkan di keranjang petik dengan kapasitas kurang lebih 5-6 kg, setelah penuh baru ditempatkan dalam waring yang berbetuk seperti jala dengan kapasitas kg. Pelaksanaan pemetikan Pelaksanaan pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah dimulai sekitar pukul WIB. Lama kerja pemetikan bisa berubah-ubah sesuai kondisi pucuk di lapangan. Apabila kondisi pucuk di lapang sudah banyak yang manjing (sudah saatnya dipetik), maka pelaksanaan pemetikan akan lebih lama dan apabila pucuk sedikit maka pemetikan dapat selesai lebih awal. Pucuk yang terlambat dipetik maka akan kaboler (lewat petik), sehingga pucuk akan menjadi tua. Selama pemetikan berlangsung pucuk hasil petikan dimasukkan ke dalam keranjang petik yang digendong oleh pemetik. Keranjang petik tidak boleh di letakkan di atas bidang petik, sebab akan merusak pucukpucuk yang akan tumbuh. Pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah menggunakan dua cara, yakni menggunakan gunting petik dan manual dengan tangan. Tenaga kerja pemetik sebelum melaksanakan pemetikan menggunakan gunting petik telah diberi pengarahan supaya tidak terjadi kesalahan pemetikan. Pucuk teh yang memenuhi syarat dan semua pucuk burung yang berada di atas bidang petik harus dipetik semua, agar pertumbuhan pucuk peko selanjutnya menjadi lebih cepat. Pemetikan dengan cara dirampas dengan menggunakan lima jari tangan tidak diperkenankan, karena dapat menyebabkan kerusakan pada bidang petik. Kapasitas pemetik Kapasitas pemetik adalah kemampuan seorang pemetik untuk memetik pucuk teh dalam waktu satu hari kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pemetik antara lain: kondisi iklim, keadaan pucuk di lapang, populasi tanaman, keterampilan pemetik (jenis kelamin, umur, pendidikan, tingkat keterampilan dan pengalaman kerja), serta topografi lahan. Standar kapasitas pemetik (basic yield) yang ditetapkan di Unit Perkebunan Bedakah berbeda- beda sesuai caranya, secara manual kg sedangkan dengan menggunakan gunting kg. Kapasitas pemetik untuk masing masing blok dapat dilihat pada Tabel 6.

19 36 Tabel 6. Kapasitas Pemetik Rata-rata di UP Bedakah Bulan Januari Mei. Kapasitas Pemetik/HK (kg) Bulan Januari Februari Maret April Mei Rataan Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria Rataan Sumber: Data Produksi Unit Perkebunan Bedakah (2010) Penimbangan dan pengangkutan pucuk. Penimbangan pucuk di Unit perkebunan Bedakah dilakukan dua kali, yakni pada saat di kebun dan di pabrik, guna mengetahui selisih perbedaan hasil pucuk teh yang diperoleh. Penimbangan di kebun dilakukan satu sampai dua kali tergantung kondisi pucuk di lapang. Penimbangan dilakukan oleh pembimbing petik beserta dengan supir pengangkut pucuk yang disaksikan oleh pemetik. Setelah pucuk selesai ditimbang dikebun, pucuk siap diangkut ke pabrik. Pelaksanaan penimbangan dan pengangkutan pucuk dapat dilihat pada Gambar 8. (a) (b) Gambar 8. Pelaksanaan Penimbangan (a) dan Pengangkutan Pucuk Teh (b) Pucuk yang baik dan dalam keadaan mulus adalah pucuk yang diharapkan saat sampai di pabrik, agar dihasilkan mutu teh yang baik. Penanganan pucuk teh yang baik selama pengangkutan teh dari kebun ke pabrik antara lain: a) truk

20 37 pengangkut pucuk sebaiknya dilengkapi dengan tutup, agar pucuk terhindar dari sinar matahari langsung serta truk dalam keadan bersih; b) selama pengangkutan pucuk, diharapkan di atas truk hanya mengangkut pucuk teh dan petugas yang bersangkutan; c) pucuk harus diangkut dengan waring relatif harus sama (maksimal 35 kg); d) waring pucuk diusahakan tidak ditumpuk terlalu tinggi agar pucuk tidak rusak dan disusun dengan rapi; e) kapasitas truk ukuran standar maksimal kg atau disesuaikan dengan jenis dan kapasitas truk. Pengolahan Pucuk Teh Pengolahan teh adalah suatu proses pengubahan pucuk teh segar menjadi pucuk teh kering dengan karakter mutu khas yang disukai konsumen. Pengolahan teh hitam yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah sistem orthodox rotorvane. Tahapan pengolahan teh hitam dimulai dari penerimaan pucuk segar dari kebun yang ditimbang terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi dan pengepakan Penerimaan pucuk segar. Pucuk teh merupakan bahan baku dalam pengolahan teh. Mutu teh yang berkualitas dihasilkan melalui koordinasi, komunikasi dan kerjasama yang baik antara bagian kebun maupun pabrik. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas pucuk antara lain penanganan mulai dari pemetikan, penampungan serta pengangkutan sampai ke pabrik. Bahan baku pucuk teh yang berasal dari kebun diturunkan dari truk, kemudian dilakukan penimbangan di pabrik sebelum pucuk teh segar dihamparkan di Withering Through, hal ini bertujuan untuk mengetahui selisih penimbangan di kebun dan di pabrik. Setelah proses penimbangan, kemudian pucuk teh segar diangkut ke ruang pelayuan. Analisis pucuk. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk berdasarkan daun muda yang memenuhi syarat olah (MS) dan daun tua yang tidak memenuhi syarat olah (TMS) yang dinyatakan dalam persen. Analisis pucuk dalam pengolahan teh hitam yang baik adalah > 60 % (MS > 60 %), namun Unit Perkebunan Bedakah

21 38 menerapkan standar MS 55 %. Alat yang digunakan dalam analisis pucuk adalah: timbangan digital, tampah dan kotak analisis pucuk. Pengambilan sampel pucuk yang akan dinalisis dilakukan segera setelah pucuk dari tiap blok kebun disebar di kotak pelayuan (Withering Through). Sampel diambil di 10 tempat secara acak dengan cara tangan dimasukkan ke dalam hamparan pucuk, kemudian pucuk diangkat dari bawah ke atas. Pucuk yang diangkat tadi kemudian dicampur secara merata di tampah, kemudian diambil sebanyak 200 g pucuk untuk di analisis. Jumlah sampel dihitung dengan kelipatan 500 kg pucuk (setiap 500 kg pucuk, I sampel = 200 g). Pucuk yang telah ditimbang, kemudian dipisah-pisahkan antara yang memenuhi syarat olah dengan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah berdasarkan rumus petik medium tanpa melihat kerusakan pucuk. Pucuk yang memenuhi syarat olah dan yang tidak memenuhi syarat olah ditimbang masingmasing dan dinyatakan dalam persen (%). Pucuk yang terserang ulat penggulung pucuk tidak disertakan dalam analisis, justru menjadi pengurang pembaginya. Hasil analisis pucuk pada bulan Maret Mei 2010 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Pucuk Rata Rata Bulan Maret Mei 2010 Blok Maret April Mei MS TMS MS TMS MS TMS...(%)... Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria Rataan Sumber: Buku Analisa Pucuk (Bulan Maret- Mei, 2010) Pelayuan. Pelayuan merupakan tahap awal dalam penentuan mutu pucuk teh. Tujuan dilakukannya pelayuan adalah untuk menguapkan sebagian air pada pucuk sehingga pucuk menjadi lemas, serta untuk memberi kesempatan terjadinya

22 39 reaksi biokimia dalam sel daun yang akan mendukung terbentuknya mutu teh yang berkualitas. Proses pelayuan akan menyebabkan terjadinya perubahan baik secara fisik maupun secara kimia. Alat-alat yang digunakan pada proses pelayuan yaitu palung pelayuan (Withering Through), Thermometer Dry Wet, vane (sumber aliran udara), mesin pemanas (Heat Exchanger), Hot Air Dukting (saluran udara panas) serta alat kebersihan. Pucuk segar yang telah ditimbang, kemudian dibeberkan di Withering Through sampai palung penuh dengan ketebalan ± cm per m 2. Pembeberan ini dilakukan untuk memecahkan gumpalan-gumpalan atau tumpukan-tumpukan pucuk secara merata, tujuannya agar sirkulasi udara lancar. Pucuk yang telah merata kemudian segera dialirkan udara segar untuk menghilangkan panas dan air dalam pucuk dengan palung pintu yang terbuka. Kapasitas untuk 1 Withering Through dapat menampung pucuk sekitar kg. Banyaknya Withering Through di Unit Perkebunan Bedakah sejumlah 13 buah dengan ukuran panjang 24 m, lebar 1.8 m dan tinggi 1 m. Satu jam setelah pemberian udara segar, pucuk diberikan udara panas, guna meghilangkan bau-bau asing dan menghilangkan embun pada pucuk. Lamanya pemanasan tergantung cuaca dan kondisi pucuk. Suhu yang dianjurkan yaitu 26.7ºC dan tidak boleh melebihi 28ºC, sebab suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan aktivitas enzim di dalam pucuk lama kelamaan terhambat sehingga akan mengganggu proses oksidasi enzimatis pada saat mulai dilakukan proses penggilingan. Kelembaban yang dibutuhkan yakni 65 75% dengan volume udara yang dibutuhkan cubic feet per minute. Pembalikan pucuk dilakukan 6 jam setelah pembeberan, dilakukan sebanyak 2 kali dan setiap jam nya diamati suhu dan kelembabannya. Urutan pembalikan di Withering Through berdasarkan tingkat layu pucuk, pembalikan ini bertujuan untuk mendapatkan persentase layu yang rata. Lamanya pelayuan berkisar jam. Kegiatan pelayuan selanjutnya adalah turun layu. Kriteria pucuk yang siap untuk turun layu adalah pucuk teh telah berwarna hijau kekuning-kuningan, tidak

23 40 mengering, tangkai pucuk jika dilenturkan tidak patah, jika digenggam terasa lembut dan jika dikepal tidak cepat merekah serta memberi aroma yang khas. Pucuk yang telah siap turun layu, kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui persentase pucuk layu dan kapasitas yang dibutuhkan untuk Open Top Roller (OTR). Penggulungan. Penggulungan akan mengakibatkan daun memar dan dinding sel rusak, sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata dan pada saat itu sudah terjadi oksidasi enzimatis. Penggulungan dilakukan menggunakan alat penggulung yang disebut Open Top Roller (OTR) 47 Inch. Kapasitas mesin OTR ini sebanyak 350 kg. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali menggulung pucuk selama 45 menit. Unit Perkebunan Bedakah memiliki 4 mesin OTR. Perputaran mesin OTR searah dengan jarum jam. Proses penggulungan ini bertujuan untuk memperoleh bubuk sebanyak banyaknya serta memecah sel daun sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata melapisi pucuk. Suhu ruangan pada proses ini antara 22-23ºC dengan kelembaban %. Penggilingan. Penggilingan dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil ukuran pucuk sehingga sesuai dengan ukuran grade (mutu) yang dikehendaki. Kegiatan penggilingan merupakan dasar dari proses fermentasi. Alat yang digunakan dalam proses penggilingan adalah Rotor Vane (RV) 15 Inch. Kapasitas mesin RV adalah kg/jam. Proses penggilingan akan terjadi reaksi kimia yaitu terjadinya reaksi oksidasi terhadap katekin. Lama penggilingan tergantung pada suhu dan kelembaban. Suhu ruangan pada proses ini berkisar antara 22-23ºC dengan kelembaban %. Hasil dari penggilingan adalah bubuk basah yang kemudian dipisah-pisahkan menjadi beberapa jenis bubuk basah pada sortasi bubuk basah. Sortasi basah. Alat yang digunakan untuk melakukan proses sortasi bubuk basah adalah Rotary Roll Breaker (RRB) mesin ayakan berputar dengan mesh (jumlah lubang per inchi persegi pada ayakan) yang berbeda dengan grade (jenis bubuk) yang diinginkan, Ghogi (silinder), Conveyor dan Slove Moving. Tujuan dari sortasi basah adalah untuk memperoleh bubuk yang seragam, memecahkan

24 41 gumpalan bubuk, mendinginkan bubuk, meratakan proses oksidasi, memudahkan dalam pengaturan pengeringan serta sortasi kering. Hasil dari sortasi basah yaitu bubuk dan badag. Persentase hasil bubuk berkisar 80 % dan badag 20 %. Setiap jenis bubuk diberi nomor sesuai dengan nomor urut gilingan bubuk tersebut. Bubuk yang dihasilkan yaitu antara lain bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4 dan badag. Oksidasi enzimatis. Fermentasi atau oksidasi enzimatis merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxidase. Tujuan dari proses fermentasi adalah untuk menghasilkan perubahan warna, rasa, dan aroma. Tahapannya adalah dengan cara membiarkan bubuk dan badag yang telah diletakkan dibaki alumunium dengan ketebalan antara 7-10 cm selama kurang lebih 1 jam di ruang fermentasi. Oksidasi enzimatis ini selalu dilakukan pada kondisi udara yang lembab. Suhu dan kelembaban ruang fermentasi harus diatur agar proses fermentasi berjalan dengan baik. Suhu ruangan tidak boleh lebih dari 25 ºC (Dry 23 ºC dan Wet 22 ºC) dengan kelembaban lebih dari 90 %. Pengeringan. Tujuan utama pengeringan adalah menghentikan proses fermentasi senyawa polifenol dalam bubuk teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Pengeringan juga akan membuat teh menjadi berkadar air rendah sehingga daya simpannya akan lama. Peralatan yang digunakan adalah mesin EPC (Endless Chain Pressure) dryer, burner, main fan, tray dan spreader. Proses pengeringan dilaksanakan dalam mesin pengering, dimulai dengan menyalakan burner untuk memanaskan heater selama menit. Teh hasil fermentasi ditampung dalam tray (baki) alumunium, kemudian dimasukkan ke mesin pengering. Suhu dalam mesin pengering harus diatur, sebab suhu pengeringan berkaitan erat dengan lama pengeringan teh. Suhu masuk (inlet) 97 ºC 98 ºC dan suhu keluar (outlet) 45 Cº - 50 ºC. Unit Perkebunan Bedakah memiliki 2 mesin pengering yang memiliki fungsi berbeda. Mesin I untuk mengeringkan bubuk I dan Bubuk II dengan kapasitas mesin kg teh kering/jam. Mesin II untuk mengeringkan bubuk III, IV, serta Badag dengan kapasitas mesin kg teh kering/jam. Waktu

25 42 yang dibutuhkan dari bubuk masuk kemudian keluar mesin pengering sekitar menit dan kadar air yang keluar dari mesin pengering adalah 3-4 %. Sortasi kering. Sortasi merupakan kegiatan memilah-milah teh bubuk kering (teh hitam) menjadi jenis-jenis mutu tertentu dengan bentuk ukuran yang dikehendaki. Tujuan dari sortasi kering adalah untuk memisahkan teh sesuai dengan jenisnya masing-masing, memurnikan teh sesuai dengan ukuran partikelnya, dan membersihkan dari benda asing. Alat yang digunakan antara lain: buble tray, vibrex, chota, winower, chrusher serta cutter. Proses sortasi di Unit Perkebunan Bedakah membedakan teh hitam menjadi BOP (Broken Orange Pekoe), BOPF (Broken Open Pekoe Fanning), PF (Pekoe Fanning), DUST, BP (Broken Pekoe), BT (Broken Tea), BM (Broken Mixed), Unsorted, PF II, DUST II, BP II, BT II, Bohea, DUST III serta DUST IV. Langkah sortasi kering pada bubuk I, II dan III adalah senagai berikut: Bubble tray > Vibrex > Chota > Winower, sedangkan untuk bubuk IV dan badag sebagai berikut: Chruser > Bubble Tray > Vibrex > Chota > Winower. Isi papaersack/polybag maspolybaging mutu teh yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8 Tabel 8. Isi Polibag Masing-masing Mutu Teh UP Bedakah Jenis Mutu I II III Grade BOP BOPF PF DUST BT BM PF II DUST II BP II BT II DUST III BM III DUST IV BOHEA Sumber: Bagian Pabrik Unit Perkebunan Bedakah (2010) Standar Isi

26 43 Pengepakan dan penggudangan. Pengemasan atau pengepakan adalah suatu upaya memberikan wadah bagi produk teh hitam agar memudahkan dalam pengiriman pucuk kepada konsumen. Tujuan dari adanya pengepakan antara lain: untuk melindungi produk teh hitam dari kerusakan, memudahkan transportasi serta efisiensi dalam penyimpanan di gudang. Penyimpanan produk teh hitam dalam gudang sangat penting dilakukan, sebab teh merupakan bahan higroskopis (mudah menyerap air dan mudah menyerap bau-bauan) dari benda disekitarnya. Unit perkebunan Bedakah menyiasati hal ini dengan teh dikemas dalam polybag (karung plastik) dengan ukuran 20 x 75 x 110 cm. Tinggi tumpukan sebaiknya tidak lebih dari 10 polybag, dengan kapasittas 10 x 8 polybag, jarak tembok dengan polybag sekitar cm supaya sirkulasi udara lancar udara tidak lembab, bagian samping tidak menempel pada dinding, kebersihan harus senantiasa dijaga. Aspek Manajerial Asisten Kepala Bagian Kebun Asisten kepala bagian kebun (Askabag) kebun merupakan bawahan dari pemimpin unit perkebunan serta bertanggung jawab langsung kepada pemimpin unit perkebunan. Tugas seorang asisten kabag antara lain membantu pemimpin dalam mengelola perkebunan serta berupaya untuk dapat meningkatkan produksi. Asisten kabag juga harus mempunyai perencanaan untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan di kebun. Perencanaan yang harus disusun adalah pembuatan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), yang dibuat setiap tanggal 2 pada setiap bulannya untuk diajukan kepada pimpinan unit perkebunan. Jumlah asisten yang ada di Unit Perkebunan Bedakah ada 2 orang, yaitu satu membawahi blok Bismo, Kembang, serta Mandala dan satu lagi blok Rinjani, Argopuro, dan Muria. Penulis membantu mengawasi kinerja setiap kepala blok pada saat penulis menyandang status sebagai pendamping asisten kepala bagian kebun.

27 44 Kepala Blok Unit Perkebunan Bedakah di setiap blok dipimpin oleh seorang kepala blok, yang bertanggung jawab pada asisten kepala bagian kebun. Tugas seorang kepala blok antara lain menjalankan program kerja yag telah dibuat oleh seorang asisten kabag kebun terutama pada kegiatan yang dilakukan di kebun. Kepala blok juga harus bisa berkoordinasi dengan pembimbing pembimbing supaya semua pekerjaan di lapang bisa terkoordinasi dengan baik. Jumlah kepala blok di Unit Perkebunan Bedakah ada 6 orang. Kepala blok juga mengawasi tugas dari pembimbing dengan mengontrol cara kerja juga mengecek laporan kegiatan. Kepala blok juga bertugas utuk menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) yang kemudian diserahkan kepada asisten kabag. Pada saat bekerja sebagai pendamping kepala blok, penulis mengawasi kinerja dari pembimbing dan membantu membuat laporan bulanan. Pembimbing Pemeliharaan Pembimbing pemeliharaan merupakan karyawan tetap yang setiap harinya mengawasi kegiatan pemeliharaan tanaman teh dan langsung berhubungan dengan tenaga kerja serta bertanggung jawab kepada kepala blok. Tugas pembimbing pemeliharaan antara lain: mengabsensi pekerja, menentukan areal yang akan dilaksanakan pemeliharaan, memberi contoh dan mengarahkan pekerja, mengawasi pelaksaan kegiatan, menyerahkan bon ke asisten kepala bagian kebun (pupuk dan herbisida) kepada kepala gudang, membuat buku laporan pekerjaan harian (klat pemeliharaan), merekap gaji pekerja setiap 10 hari dan nenyerahkan ke bagian administrasi kantor. Dalam satu blok terdapat 1-2 orang pembimbing pemeliharaan. Penulis menjadi pendamping pemeliharaan di blok Bismo, Argopuro, Mandala dan Kembang. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengawasi pelaksanaan kegiatan, membantu mengabsen pekerja, memberi contoh dalam

28 45 melaksanakan pekerjaan, mengontrol setiap pekerjaan dan membantu membuat laporan pekerjaan harian (klat pemeliharaan blok). Pembimbing Pemetikan Pembimbing pemetikan mengawasi kegiatan pemetikan dan langsung berhubungan dengan tenaga pemetik serta bertanggung jawab kepada kepala blok. Tugas pembimbing pemetikan antara lain: mengatur, mengawasi pelaksanaan pemetikan, mengabsensi pekerja, memberi instruksi bila pemetik melakukan kesalahan, memberi motivasi bagi pekerja, menimbang hasil pucuk, berkoordinasi dengan supir pengambil pucuk mengenai jam penimbangan dan tempat penimbangan, mengisi klat pengantar daun, serta membuat buku laporan pekerjaan harian dalam buku klat pemetikan. Pembimbing pemetikan harus mampu menguasai teknis pemetikan, mampu menetukan lokasi mana yang akan dipetik, jumlah tenaga kerja sehingga dapat menentukan hanca petik, mampu mengatur siklus petik agar daun tidak terlalu tua untuk dipetik serta mampu menetukan target produksi yang harus dicapai tiap harinya agar mampu menutup target bulanan serta tahunan. Jumlah total pembimbing pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah sebanyak 14 orang. Dalam satu blok terdapat dua orang pembimbing pemetikan yang membawahi kurang lebih tenaga kerja. Mahasiswa menjadi pembimbing petik di blok Rinjani, Bismo, Argopuro, Mandala, Kembang dan Muria. Penulis bekerja sebagai pendamping pembimbing pemetikan pada blok Bismo, Argopuro, Mandala dan Muria. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengarahkan pekerja, membantu mengabsen pekerja, mengawasi pelaksanaan pemetikan, memotivasi pekerja, menimbang hasil pucuk, mengisi laporan kerja harian dan buku pengantar daun.

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG 18 PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG Aspek Teknis Pembibitan Unit Perkebunan Bedakah memiliki lokasi pembibitan yang berada di Blok Bismo seluas 0.47 ha. Bangunan pembibitan (naungan kolektif) terbuat dari anyaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DI LAPANG

PELAKSANAAN DI LAPANG PELAKSANAAN DI LAPANG Pembibitan Aspek Teknis Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh. Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan. Areal pembibitan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Persiapan Bahan Tanam Persiapan bahan tanam dimulai dengan penyediaan bahan tanam (pembibitan). Pembibitan dalam budidaya teh dapat dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari proses budidaya tanaman teh yang menentukan kualitas tanaman teh yang siap untuk dipindahkan ke areal tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PENGELOLAAN PERKEBUNAN Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan RSK dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab langsung kepada direktur area atas pengelolaan unit usaha yang meliputi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. PTPN VIII mengelola 24 perkebunan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH i ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVIA SARI ANDRIYANI A24611 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT XYZ adalah salah satu perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) yang memproduksi teh hitam ortodoks di Indonesia. PT. XYZ melakukan proses produksi dari daun teh basah

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan yang dilakukan dalam minggu tersebut. Log Kerja Harian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN

PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN Pembibitan Pembibitan di kebun Kemuning terletak di dekat mess karyawan dan masih dalam areal afdeling B. Pembibitan di kebun Kemuning ini dilihat dari lokasinya sudah memenuhi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING Pengertian Pembentukan dan pemangkasan tanaman merupakan bagian penting dari program pengelolaan (management) tanaman buah-buahan. Pembentukan (training)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH i PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH ANDARI TITISARI A24060337 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A i PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A24063156 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi teh hitam meliputi kegiatan budidaya tanaman teh yang bertujuan menghasilkan pucuk teh yang berkualitas tinggi dan pengolahan pucuk teh menjadi bubuk teh yang siap

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci