II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kelapa Sawit
|
|
- Farida Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elais guineensis) termasuk dalam divisi Tracheophyta, Sub-divisi Pteropsida, Kelas Angiospermae, Sub-kelas Monocotyledoneae, Ordo Cocoideae, Famili Palmae, Genus Elaeis, Species Elaeis guineensis Jacq. Klasifikasi kelapa sawit beragam dengan parameter pembeda seperti tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, dan warna buah. Dari warna buah, terdapat tiga varietas kelapa sawit yaitu Nigrescens, Virescens dan Albescens. Varietas Nigrescens dicirikan oleh warna buah violet kehitaman waktu muda dan menjadi warna oranye jika matang. Varitas Virescens dicirikan oleh warna buah muda yang hijau dan menjadi oranye jika matang, sedangkan varitas Albescens dicirikan oleh warna buah muda yang kuning pucat serta tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten, dan jika masak umumnya berwarna kuning kemerahan. Baik Nigrescens maupun Virescens biasanya memiliki bentuk buah yang bersayap (mantled). Varietas lainnya yang disebut Elaeis idolatrica dicirikan oleh anak daun yang bertautan (Adiwiganda, 2007). 3
2 2.2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, disamping faktor-faktor lainnya seperti genetis, budidaya, dan penerapan teknologi lainnya `Faktor Iklim ` Curah hujan Jumlah curah hujan yang optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga/buah yang terbentuk relatif lebih sedikit (Setyamidjaja, 2006). Sebaliknya, curah hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan timbulnya masalah terutama sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan, pembukaan lahan, pemeliharaan, pemupukan, dan pencegahan erosi (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Suhu dan elevasi Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 24-28ºC. Di daerah sekitar katulistiwa, tanaman sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada m dari permukaan laut. Dengan demikian, tanaman kelapa sawit diperkirakan masih dapat tumbuh dengan baik sampai kisaran suhu 20ºC, tetapi pertumbuhannya akan terhambat pada suhu 15ºC (Pahan, 2008). Suhu udara terutama suhu udara minimum, berhubungan erat dengan elevasi. Di daerah beriklim tropis, secara umum suhu udara bukan merupakan faktor pembatas pada elevasi di bawah 400 m dpl. Sebaliknya, di atas 400 m dpl, meskipun faktor iklim lainnya seperti curah hujan sudah sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit, suhu udara minimum yang terlalu rendah bisa menjadi faktor pembatas, tetapi masih berpotensi untuk budidaya kelapa sawit. Elevasi juga berkaitan dengan penyinaran matahari dan kelembaban udara. Pada elevasi tinggi diperlukan kultur 4
3 teknis untuk mengantisipasi masalah yang timbul akibat terbatasnya penyinaran matahari dan tingginya kelembaban udara (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Kelembaban dan penyinaran matahari Kelapa sawit membutuhkan kelembaban udara sekitar 80% dan penyinaran matahari 5-7 jam/hari. Pada beberapa daerah seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan sering terjadi pada bulan tertentu penyinaran matahari ini kurang dari 5 jam. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, timbulnya gangguan penyakit, gagalnya pembukaan lahan, rusaknya jalan karena lambat kering dan lain-lain ( Lubis, 2008) `Faktor Edafik Lahan yang optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit mengacu pada tiga faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada lingkungan dengan ketinggian m dpl, dengan kemiringan lereng datar hingga berombak (> 10 % ) (Pahan, 2008). Sedangkan sifat fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu solum cukup dalam (> 80 cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu, tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir %, debu %, dan liat %, struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh, permeabilitas sedang, drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang berdrainase jelek dengan permukaan tanah yang dangkal sebaiknya dihindari. Pada tanah yang berdrainase jelek sebaiknya dibuat saluran drainase (Setyamidjaja, 2006). Sifat kimia tanah yang merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya kelapa sawit adalah ph tanah dan ketersediaan hara. Kelapa sawit dapat tumbuh pada ph 4,0-6,0, namun ph yang optimal adalah 5-5,5. Pada ph yang terlalu rendah, ketersediaan hara makro utama seperti P, Ca, dan Mg akan sangat rendah, dan sebaliknya unsur-unsur lain seperti Al dan Fe justru menjadi terlalu tinggi sehingga bersifat meracun. Pada tanah yang dipengaruhi oleh aktivitas pasang surut air laut, kedalaman mineral pirit juga harus diperhatikan sehingga tidak teroksidasi dan mengakibatkan kemasaman tanah. Secara umum, tanah mineral yang dipengaruhi 5
4 oleh pasang surut air laut dan memiliki potensi sulfat masam pada kedalaman lebih dari 1,5 meter masih potensial untuk budidaya kelapa sawit dengan syarat tinggi muka air tanah tetap dipertahankan pada kedalaman sekitar 75 cm sehingga pirit tetap dalam keadaan tereduksi (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006) Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Teknik budidaya tanaman pada perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis) meliputi berbagai hal sebagai berikut: Pembukaan Lahan Pembukaan lahan dan penanaman kelapa sawit merupakan komponen biaya investasi awal. Menurut Lubis (1992) tahapan-tahapan pekerjaan sudah tertentu sehingga jadwal kerja harus dilaksanakan secara konsekuen. Keterlambatan suatu pekerjaan akan berlarut pada pekerjaan lain sehingga akan menambah biaya. Tantangan yang dihadapi cukup banyak misalnya alam (gangguan cuaca, hewan liar), biaya yang berkesinambungan, sumberdaya manusia dan alat-alat yang harus tersedia beserta suku cadangnya. Tahapan-tahapan pekerjaan pada pembukaan lahan adalah : Babat pendahuluan Pekerjaan yang dilakukan sebelum pengimasan. Semak belukar dan pohon kecil yang tumbuh di bawah pohon perlu dibabat. Pekerjaan ini membutuhkan 5-6 orang/ha. Pengimasan Pekerjaan memotong semak dan pohon kecil yang berdiameter 10 cm dengan parang atau kapak untuk mempermudah penumbangan pohon besar. Penebangan pohon Penebangan pohon dilakukan dengan gergaji (chain saw) atau kapak, pohon yang berdiameter 10 cm di tebang. Tinggi penebangan diukur dari tanah tergantung pada diameternya. Sebelum pekerjaan ini dimulai, kayu besar yang berguna sudah dikeluarkan dan izin dari kehutanan sudah ada. 6
5 Merencek/memerun Pekerjaan memotong-motong cabang/ranting kayu yang sudah tumbang untuk mempermudah perumpukan Perumpukan Perumpukan adalah cabang dan ranting yang telah dipotong dikumpulkan sebagai bahan pembakar dari kayu yang lebih besar. Perumpukan dibuat memanjang utara-selatan agar bisa diterpa panas matahari dan cepat kering. Jarak antar rumpukan dibuat m tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan areal Konservasi Tanah Tindakan konservasi tanah mutlak diperlukan terutama di daerah yang memiliki jumlah dan hari hujan besar serta pada lahan yang berombak-berbukit. Pada daerah datar yang diutamakan adalah parit drainase dan jembatan, sedangkan teras dan benteng tidak banyak diperlukan. Untuk mengatasi aliran air permukaan dan memperbesar daya infiltrasi air ke dalam tanah, diperlukan teras. Pada kemiringan 8-20 derajat dibuat rorak setiap 12 meter dan pada kemiringan lebih dari 20 derajat dibuat rorak bersambung dengan panjang 4 m dan dalam 30 cm. Pembuatan parit dan drainase penting terutama pada daerah datar, rendahan dan areal yang sering kebanjiran. Parit berguna untuk mencegah genangan air dan menurunkan permukaan tanah dan lain-lain. Banyaknya parit tergantung pada kondisi lahan, keadaan banjir, dalamnya gambut atau tinggi rendahnya permukaan air tanah (Lubis, 1992). Menurut Murtilaksono, et al., (2007), aplikasi guludan dan rorak yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan dan produksi TBS Pemilihan bahan tanam Bahan tanam yang digunakan di Indonesia pada saat ini adalah Tenera yaitu hasil perkawinan antara Deli Dura terpilih dari kebun induk dengan Pisifera hasil 7
6 pengujian (Lubis, 1992). Menurut Asmono (2007) saat ini di Indonesia secara resmi dikenal 30 varietas kelapa sawit Pembibitan Sistem pembibitan yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi dua yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap. Pembibitan satu tahap artinya penanaman kecambah langsung pada pembibitan utama tanpa tahap pembibitan awal, sedangkan pada pembibitan dua tahap, terdapat dua tahapan yaitu tahap pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Menurut Lubis (1992) pemilihan lokasi pembibitan harus memperhatikan halhal antara lain adalah dekat dari sumber air, dekat dari pengawasan dan mudah untuk dikunjungi, tidak jauh dari areal yang ditanami jika mungkin di tengah lokasi untuk mengurangi biaya pengangkutan bibit, dekat dari sumber tanah untuk mengisi kantong plastik (top soil), areal datar atau jika miring dibuat teras-teras. Pemeliharaan pada pembibitan awal hampir sama seperti pada pembibitan utama. Menurut Pahan (2008) pemeliharaan di pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery) meliputi proses penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, serta seleksi bibit. Secara umum, karakter yang menyimpang dari tanaman kelapa sawit pada proses seleksi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelainan pada habitus tanaman, kelainan pada bentuk anak daun, dan kelainan daya pertumbuhan (Pahan, 2008) Pemeliharaan Setelah selesai penanaman, maka dimulai masa pemeliharaan tanaman yang dibedakan atas pemeliharan tanaman belum menghasilkan (TBM) yang berlansung sampai tanaman mulai dipanen dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pekerjaan pemeliharaan TBM antara lain sebagai berikut : 8
7 a. Konsolidasi, yaitu pemeriksaan situasi blok demi blok yang sudah ditanam untuk melihat kekurangannya, kemudian memperbaikinya sekaligus dilakukan inventarisasi tanaman dan permasalahan lainnya. Bibit yang mati, abnormal, tumbang, terserang berat hama atau penyakit harus disisip, teras yang rusak diperbaiki dan lain-lain. b. Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit. Hal ini penting karena frekuensi pemakaian akan meningkat terus, baik untuk pengangkutan para pekerja, pupuk, pengawasan, dan lain-lain. c. Penyisipan tanaman, yaitu menyisipkan tanaman akibat tanaman mati, rusak berat, sakit dan abnormal. Makin cepat disisip, makin baik agar pertumbuhannya tidak ketinggalan dan sebaiknya menggunakan bibit yang telah disediakan untuk sisipan. Penyisipan masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 5 tahun. d. Pemberantasan alang-alang. Agar alang-alang tidak meluas, maka perlu disediakan pekerja khusus yang disebut sebagai mandoran lalang. Untuk lalang yang sporadik, dilakukan penggalian akar lalang atau disebut garpu lalang. Akarnya dijemur di atas tonggak kayu hingga kering. Cara lain adalah dengan menyapukan kain yang telah dicelupkan racun lalang yang disebut wiping. e. Pemeliharaan piringan pokok atau disebut juga bokoran, dilakukan dengan cara membersihkan gulma pada bokoran agar pupuk yang ditempatkan tidak diserap gulma. Pada saat penggarukan piringan ini maka lebar atau radiusnya diperbesar menurut perkembangan tajuk. f. Pemeliharaan penutup tanah. Tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan membutuhkan waktu 4-6 bulan baru dapat menutup dan perlu dipertahankan untuk beberapa tahun. Selama masa itu, penutup tanah tidak akan luput dari persaingannya dengan gulma. Oleh karena itu, perlu disiangi sehingga pertumbuhan tanaman penutup tanah maksimal. g. Pemupukan TBM. Pupuk yang diberikan sedikit tapi lebih sering diberikan, karena kemampuan tanaman menyerap pupuk masih rendah. Selain pemberian 9
8 pupuk N, P, K, Mg, B, unsur mikro seperti Cu dan Zn diperlukan pada tanah gambut. h. Kastrasi dan Ablasi, yaitu perkawinan bunga jantan dan betina muda pada saat TBM yang dilakukan sebulan sekali dan dimulai pada tanaman berumur 14 bulan. Kegunaan kastrasi yaitu untuk merangsang pertumbuhan vegetatif, menghemat penggunaan unsur hara dan air terutama pada daerah yang memiliki curah hujan yang relatif kecil, kondisi tanaman menjadi lebih bersih sehingga mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit. i. Penyerbukan. Proses penyerbukan umumnya dilakukan oleh angin dan serangga. Selain itu juga terdapat penyerbukan bantuan yang dimulai 6 bulan sebelum panen perdana sampai tanaman berumur 7 tahun. j. Pemberantasan hama dan penyakit. Serangan hama pada tanaman muda biasanya pada bagian umbut, daun, dan bunga. Beberapa jenis hama yang terdapat pada tanaman muda adalah kumbang tanduk, Apogonia sp, belalang, ulat api, penggerek bunga. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Pekerjaan pada tanaman menghasilkan meliputi : Pemeliharaan jalan, teras, parit dan lain-lain. Pemberantasan gulma pada TM. Pemberantasan gulma dilakukan pada gawangan dan pasar pikul. Penunasan pelepah daun. Dilakukan dengan cara membuang pelepah yang rusak, sanitasi mencegah berkembangnya hama dan penyakit, memperlancar penyerbukan baik yang dilakukan serangga atau angin, mempermudah panen dan pengamatan tandan masak. Konsolidasi dan inventarisasi Penjarangan, bertujuan untuk menghindari kepadatan tanaman yang dapat menurunkan produksi. Penjarangan dilakukan secara selektif dan sitematis. 10
9 Pemupukan. Teknik, aplikasi, dosis, dan jenis pupuk tergantung pada jenis tanah, umur tanaman, tingkat produksi yang dicapai, realisasi pemupukan sebelumnya, jenis pupuk yang akan dipakai, tenaga kerja yang tersedia, keadaan penutup tanah, analisis kadar hara pada daun. Pemberantasan hama dan penyakit. Secara umum hama dan penyakit pada fase ini relatif sama. Contoh hama yang menyerang yaitu ulat penggulung daun, ulat jengkal, ulat anggrung, kumbang, belalang, dan lain-lain. Penyakit yang menyerang antara lain busuk pucuk, busuk tandan, busuk pangkal batang Pemanenan pada Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat mulai dipanen pada umur 30 bulan. Dalam keadaan normal, % dari seluruh pokok sudah matang panen. Tandan yang cukup besar dan siap untuk diolah adalah yang padat isinya dan beratnya sekitar 3 kg. Kriteria panen yang digunakan yaitu dua brondolan artinya sudah ada 2 buah lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon. Untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg, dipakai 1 brondolan yang jatuh ke tanah. Kapasitas pemanen tergantung pada produksi/ha yang dikaitkan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, dan intensif Evaluasi Kesesuaian Lahan Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses penilaian potensi sumberdaya lahan untuk penggunaan yang spesifik. Kegiatan evaluasi lahan antara lain meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei, studi bentuk lahan, tanah, iklim, dan aspek lainnya agar dapat diidentifikasi untuk membuat berbagai perbandingan penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan. Evaluasi lahan merupakan bagian penting dalam perencanaan penggunaan lahan. Fungsinya adalah untuk memberikan bimbingan terhadap pengambilan keputusan, sehingga penggunaan sumberdaya lahan menjadi 11
10 lebih menguntungkan, dan pada waktu yang sama melestarikannya bagi kepentingan masa mendatang (FAO, 1976). Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan ( land qualities), dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristic). Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan, misalnya peternakan, perikanan, dan kehutanan (Djaenudin et al., 2003). Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan dua tahapan. Pendekatan dua tahapan terdiri atas tahapan pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahapan kedua secara ekonomi. Kegiatan lahan secara fisik dan ekonomi pada pendekatan paralel dilakukan secara bersamaan, sedangkan pada pendekatan non paralel dilakukan secara terpisah. (FAO, 1976) Asumsi-asumsi dalam Evaluasi Lahan Asumsi asumsi Djaenudin et al (2003), dibedakan menjadi dua yaitu yang menyangkut areal proyek dan yang menyangkut pelaksanaan evaluasi/interpretasi serta waktu berlakunya dari hasil evaluasi lahan. Beberapa contoh asumsi yang ditetapkan untuk evaluasi lahan secara fisik : Data tanah yang digunakan hanya terbatas pada informasi atau data dari satuan lahan atau satuan peta tanah. Reabilitas data yang tersedia meliputi rendah, sedang, atau tinggi. Kependudukan tidak dipertimbangkan dalam evaluasi. Infrastruktur dan aksessibilitas serta fasilitas pemerintah tidak dipertimbangkan dalam evaluasi. Tingkat pengelolaan atau manajemen dibedakan atas tiga tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pemilikan tanah tidak dipertimbangkan dalam evaluasi. 12
11 Pemasaran hasil produksi serta harga jual tidak dipertimbangkan dalam evaluasi. Evaluasi lahan dilaksanakan secara kualitatif, kuantitatif fisik atau kuantitatif ekonomi. Aspek ekonomi hanya dipertimbangkan secara garis besar. Menurut FAO (1976), dengan proses membandingkan ini, evaluasi lahan diharapkan dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana lahan sekarang dikelola dan apa yang akan terjadi jika cara tersebut dilakukan. 2. Perbaikan apa yang mungkin dilakukan terhadap cara pengelolaan sekarang. 3. Penggunaan-penggunaan lain apakah yang mungkin secara fisik dan relevan dari segi sosial dan ekonomi. 4. Diantara penggunaan-penggunaan lahan yang memungkinkan tersebut mana yang memungkinkan untuk produksi yang berkesinambungan atau memberikan keuntungan lain. 5. Efek negatif apa yang mungkin muncul secara fisik, ekonomi atau sosial terhadap masing-masing penggunaan tersebut. 6. Masukan apa yang diperlukan untuk mendapatkan produksi yang diinginkan dan untuk menekan akibat-akibat yang tidak menguntungkan. 7. Apa keuntungan dari tiap penggunaan lahan tersebut, dan bila berkenaan terhadap penggunaan baru yang melibatkan perubahan yang nyata pada lahan, seperti perencanaan irigasi, maka pertanyaan di atas akan ditambah dengan : 8. Perubahan kondisi lahan apa yang mungkin dan diperlukan dan bagaimana hal tersebut dapat dilaksanakan, dan 9. Masukan tidak berulang apa yang diperlukan untuk implementasi perubahan ini. 13
12 Meskipun pada proses evaluasi lahan banyak sekali aspek yang perlu ditinjau, tetapi dalam prakteknya evaluasi lahan tidak menentukan bagaimana perubahan tata guna lahan dilakukan, akan tetapi hanya menyediakan data/informasi dengan dasar apa suatu keputusan diambil. Agar efektif dalam peranan ini, keluaran evaluasi harus memberikan informasi mengenai dua atau lebih bentuk penggunaan lahan yang potensial termasuk konsekuensi, keuntungan dan kerugiannya Lahan Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk di dalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan hutan, dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi garam. Faktorfaktor sosial dan ekonomi secara murni tidak termasuk dalam konsep lahan ini (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007) Karakteristik Lahan Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, contohnya kemiringan lereng dan curah hujan. Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lainnya. Dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau membandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan, misalnya saja ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan dari bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tentu tergantung pula pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi drainase atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zone perakaran tanaman yang bersangkutan (Djaenudin et al., 2003). 14
13 Kualitas Lahan Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kualitas lahan menunjukkan sifat-sifat lahan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu, dimana satu jenis kualitas lahan dapat disebabkan oleh beberapa karakteristik lahan. Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Dalam evaluasi lahan sering kualitas lahan tidak digunakan tetapi langsung menggunakan karakteristik lahan, karena keduanya dianggap sama nilainya dalam evaluasi (Driessen, 1997) & PPT, 1983, dalam Djaenudin et al., 2003). Kualitas lahan dapat bersifat positif yaitu dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi suatu penggunaan, akan tetapi dapat juga memberikan pengaruh negatif dengan menimbulkan kerugian-kerugian atau dengan kata lain merupakan faktor penghambat atau pembatas terhadap penggunaan lahan tertentu. Kualitas lahan dapat berpengaruh terhadap satu atau lebih dari jenis penggunaan lahannya. Begitu pula sebaliknya penggunaan lahan dipengaruhi oleh kualitas lahan Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tertentu (Djaenudin et al., 2003). Kondisi lahan dapat dinilai berdasarkan kondisi saat ini atau saat setelah dilakukan perbaikan. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam jangka panjang. Dua tahap pekerjaan dilakukan dalam evaluasi KKL, yaitu tahap pertama penentuan KKL-Aktual, dan selanjutnya penentuan KKL-Potensial. KKL-Aktual menunjukkan kemampuan lahan itu dalam mendukung budidaya sesuai dengan kondisi lahan yang terlihat saat ini. Bentangan lahan yang terlihat secara visual adalah hasil dari proses pembentukan lahan tersebut sejalan dengan perkembangan bumi. KKL-Potensial memberikan informasi kemampuan produktivitas lahan tersebut jika upaya perbaikan telah dilakukan kepada lahan tersebut, atau 15
14 dengan perkataan lain KKL-Potensial akan terjelma jika telah ada input manajemen (Adiwiganda, 1995) Metode klasifikasi kesesuaian lahan Sys et al. (1993) dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan 4 kategori dan 5 derajat pembatas (0-4) yaitu tanpa pembatas (0) sampai pembatas sangat berat (4) yaitu : Ordo : Keadaan yang menunjukkan apakah lahan tersebut sesuai atau tidak untuk penggunaan tertentu. Pada tingkat ini, kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang tergolong tidak sesuai (N). Kelas :Keadaan yang menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan dalam tiga kelas yaitu sangat sesuai (S1) atau lahan yang tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan, cukup sesuai (S2) atau lahan yang mempunyai faktor pembatas yang akan mempengaruhi produktivitas akan tetapi faktor pembatas tersebut dapat diatasi oleh petani sendiri, dan sesuai marjinal (S3) atau lahan yang mempunyai faktor pembatas yang berat sehingga memerlukan input yang lebih besar. Lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) merupakan lahan yang memiliki faktor pembatas yang berat dan sulit diatasi terdiri dari kelas tidak sesuai saat ini (N1) dan kelas tidak sesuai untuk selamanya (N2). Subkelas:Keadaan yang menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dilakukan. Tiap kelas terdiri dari satu atau lebih subkelas. Subkelas ini berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Kelas kesesuaian lahan ini kemungkinan dapat diperbaiki, tergantung peranan faktor pembatas pada masing-masing subkelas. Unit : Keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Unit yang satu berbeda dari unit yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembedaan detil dari 16
15 faktor pembatasnya. Faktor pembatas tingkat unit dapat memudahkan penafsiran secara detil dalam perencanaan usaha tani. 17
TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi
Lebih terperinciKELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat
Lebih terperinciBUDIDAYA KELAPA SAWIT
KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil
Lebih terperinciSYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinci(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH
AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit merupakan sub keluarga cocoideae yang paling besar habitusnya. Klasifikasi tanaman
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperincidampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau
dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya
Lebih terperinciTUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT
TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat
Lebih terperinci11. TINJAUAN PUSTAKA
11. TINJAUAN PUSTAKA, r,. t ' -! '. 2.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang darat (land scape) yang mencakup lingkungan fisik seperti iklim, topografi, vegetasi alami yang semuanya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pemupukan
TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
Lebih terperinciPEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) Kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika dan Brazil. Di Brazil, tanaman ini tumbuh secara liar di tepi sungai. Klasifikasi dan pengenalan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh
3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus
Lebih terperinciMODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT
MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium
14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;
Lebih terperinciGambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Material Vulkanik Merapi Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Jagung Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays untuk spesies jagung (Anonim, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang
17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah
3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan
Lebih terperinciTeknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat
Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya
Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di
TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.
Lebih terperinciKEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi
KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta
Lebih terperinciTabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit
41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang
Lebih terperinciV. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG
57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.
Lebih terperinciLEAF SAMPLING UNIT ( L S U )
LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.
Lebih terperinciPERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK
PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciPOLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING
POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim relief/topografi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Agronomi Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas
Lebih terperinciKEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah
12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan
Lebih terperinciPENYIAPAN BIBIT UBIKAYU
PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila
Lebih terperinciBISNIS BUDIDAYA KARET
BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap
TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan
TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat
Lebih terperinciII. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,
II. TINJUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, tetapi dapat dikembangkan diluar daerah asalnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1848
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya
Lebih terperinciMATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT
MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi
Lebih terperinci