Sintesa dan Karakterisasi Partikel Magnetik Submikron Berbasis Oksida Fe dan Polimer Polilaktat (PLA) SONNY AFANDI G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sintesa dan Karakterisasi Partikel Magnetik Submikron Berbasis Oksida Fe dan Polimer Polilaktat (PLA) SONNY AFANDI G"

Transkripsi

1 Sintesa dan Karakterisasi Partikel Magnetik Submikron Berbasis Oksida Fe dan Polimer Polilaktat (PLA) SONNY AFANDI G DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 26 1

2 ABSTRAK SONNY AFANDI. Pengaruh Sintesa Partikel Magnetik Submikron Berbasis Oksida Fe dan Polimer Polilaktat (PLA) Dibimbing oleh Mersi Kurniati, M.Si dan Dra.Mujamilah,M.Sc Perkembangan bahan magnetik pada dekade terakhir ini semakin bervariasi, baik dari sisi ilmiah maupun pengembangan aplikasi. Salah satu perkembangan yang banyak ditelaah pada tahun-tahun terakhir adalah pengembangan kearah nanopartikel magnet. Nanopartikel magnet menawarkan beberapa kemudahan dalam aplikasi biomedis. Telah dilakukan upaya pembuatan nanopartikel magnetik biodegradabel berbasis partikel magnetik Fe 3 O 4 dan polimer polilaktat (PLA) dengan metode mikroemulsi menggunakan alat ultrasonik. Ukuran partikel, kestabilan dispersi dalam air, dan sifat kemagnetan telah dipelajari. Variasi kecepatan wetting (pembasahan partikel), perbandingan jumlah khloroform dan jumlah partikel magnetik Fe 3 O 4 dilakukan untuk melihat hasil penelitian dengan beberapa karakterisasi. Ukuran partikel dan kehomogenan mikrosfer diamati dengan Scanning Electrone Microscope (SEM), keberadaan partikel magnetik ditentukan dengan peralatan X-Ray Difraction (XRD) dan Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Serbuk magnetik biodegradabel yang dihasilkan dalam penelitian ini berukuran kurang dari 1µm atau berskala nanometer dapat membentuk sistem koloid yang stabil. Ukuran butir paling baik didapatkan pada kecepatan 61 rpm dengan.5 µm dan perbandingan khloroform 1 ml pada.95 µm serta pada penambahan.3 gram Fe 3 O 4 pada.8 µm. Keberadaan Fe 3 O 4 dalam sistem koloid dapat dipastikan dari profile XRD maupun kurva VSM. Pada hasil XRD dapat dianalisa bahwa pada kecepatan wetting 61 rpm (4.5 V), penambahan khloroform 1 ml dan.3 gram Fe3O4 terdapat faktor pengisian magnetik yang lebih besar. Dengan kata lain puncak difraksi yang lebih tinggi pada parameter diatas menunjukkan faktor pengisian (loading factor) serbuk Fe3O4 dalam mikrosfer tersebut. Didapatkan peak Fe 3 O 4 pada 36 o dan peak PLA pada 16 o dan 19 o. Nilai magnetisasi saturasi partikel magnetik yang terbesar pada parameter proses wetting ini adalah 7.27 emu/gram yaitu pada kecepatan 61 rpm (4.5 V). Nilai magnetisasi saturasi partikel magnetik yang terbesar pada proses perbandingan jumlah khloroform terjadi pada jumlah khloroform 1 ml dengan nilai 2.1 emu/gram. Sedangkan pada nilai magnetisasi saturasi partikel magnetik terbesar pada parameter jumlah partikel Fe 3 O 4.3 gram dengan nilai 3.66 emu/gram. Kurva VSM menunjukkan terbentuknya struktur superparamagnetik dan didapatkan loading factor atau faktor pengisian magnetik. Kata kunci : nanopartikel, biodegradabel, wetting, magnetisasi saturasi, loading factor 2

3 Sintesa dan Karakterisasi Partikel Magnetik Submikron Berbasis Oksida Fe dan Polimer Polilaktat (PLA) Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh : SONNY AFANDI G DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 26 3

4 Judul Nama NRP : Sintesa dan Karakterisasi Partikel Magnetik Submikron Berbasis Oksida Fe dan Polimer Polilaktat (PLA) : Sonny Afandi : G Menyetujui : Pembimbing I Pembimbing II Mersi Kurniati, M.Si NIP Dra. Mujamilah, M.Sc NIP Mengetahui : Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S NIP Tanggal Lulus : 4

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakartapada tanggal 28 Mei 1984 sebagai anak ke 3 dari 3 bersaudara dari pasangan Mulyoto dan Tutuk Yuswanti Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 13 Jakarta pada tahun Pendidikan menengah tingkat pertama dilalui di SMP Negeri 31 Jakarta, dan pada tahun 1999 maelanjutkan pendidikan di SMU Negeri 47 Jakarta. Pada tahun 22, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebaga i mahasiswa di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis pernah aktif di organisasi Kemahasiswaan, antara lain Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) sebagai staf Departemen Sumber Daya Alam pada tahun dan ketua Departemen Sumber Daya Alam HIMAFI pada tahun penulis juga aktif dalam kepanitiaan kegiatan yang diadakan BEM FMIPA IPB. Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Fisika Dasar 1 dan 2 pada tahun 24 sampai 26. Penelitian penulis di danai juga oleh Hibah A-2 Departemen Fisika. Penulis juga pernah menjadi peserta dalam seminar pertemuan iptek bahan di BATAN tahun 26. 5

6 PRAKATA Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang telah melimpahkan nikmat iman dan nikmat Islam, Sholawat serta Salam semoga tetap tercurah kepada suri tauladan ummat Rasulullah Muhammad SAW. Merupakan suatu kebahagiaan yang sangat besar, karya kecil ini akhirnya bisa diselesaikan dengan penuh perjuangan dan kesabaran untuk melaluinya. Skripsi ini berjudul Sintesa dan Karakterisasi Partikel Magnetik Submikron Berbasis Oksida Fe dan polimer Polilaktat (PLA). Merupakan kebanggaan bagi penulis, dan patutlah penulis haturkan terima kasih kepada : 1. Mersi Kurniati, M.Si selaku pembimbing I dalam penelitian ini yang telah membimbing penulis dengan sabar dari awal hingga akhir. 2. Mujamilah, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis disela-sela kesibukannya di BATAN, serta senyumannya yang selalu ceria dan bersemangat. 3. Akhiruddin Maddu, M.Si dan Irmansyah, M.Si sebagai dosen penguji pada seminar usul dan pada seminar hasil untuk segala masukan dan motivasinya yang telah diberikan. 4. Drs.Moh Nur Indro, M.Sc selaku ketua program studi S1Departemen Fisika. 5. Seluruh staff karyawan Departemen Fisika khususnya untuk Bapak Firman atas segala perhatian dan bantuannya kepada penulis. 6. Dr.Sudaryanto, M.Eng dan Ibu Dwi Wahyu yang telah membantu penelitian di BATAN dan atas segala motivasi dan sarannya kepada penulis. 7. Bapak Wisnu dan bapak Sulistyo atas bantuannya dalam karakterisasi XRD. 8. Ibu Ari, Bapak Basuki, Ibu Oktori dan sekali lagi pada Ibu Emil atas bantuannya dalam karakterisasi SEM, FTIR dan VSM. 9. Teman seperjuangan dalam penelitian ini Nono Aryandi. 1. Ibunda dan Ayahanda yang senantiasa mendo akan Ananda baik diwaktu pagi, siang dan malam. Serta didikan dan kasih sayang yang selalu tercurah. Semoga Allah SWT membalas segalanya dengan balasan yang lebih baik dan mengangkat Ibunda dan Ayahanda ketempat tertinggi disisi Allah SWT. 11. Kakak-kakakku semua yang ada dirumah yang senantiasa mendoakan, Mba Lisa dan Mas Firman juga keponakanku yang lucu Irsa. 12. Semua sepupuku, Fadhur, Desi, Vina, Vivin, Anto, Iwan dan lain-lain juga pada pakde, dan bule yang tidak bisa disebutkan satu persatu, serta pada yang telah memberi dukungan sepenuhnya kepada penulis serta kekasihku Ajeng yang menemani dan menyemangatiku. 13. Keluarga besar LBB Foton terutama kepada Abah Uci Sanusi, Pak Eko, dan seluruh staf pengajar yang selalu memberi dorongan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan karya ini dengan sebaik-baiknya. 14. Alumni SMAN 47 Jakarta tercinta khususnya ANGKATAN 22 (Fajri, Eko firman P, Melly, Adam, Lisna, Ucok, P-Man, Arif, Rahmat dan masih banyak lagi...) atas semua bantuan dan support-nya. 15. Keluarga besar ELVO : Nick Kabon, EkoFir, Lutpan Thoghe, Arif Komti, MR-1 kalakondang, Eko Jhambie, Ted Song, Ryan, A-6, dan No Rekan-rekan seperjuangan FISIKA 39 yang sering ke ELVO, Erus, Tyo, Melly, Dewi, Ida, Eti, Teguh, Kos Bravo, Salsabila, dan Kos-kosan yang lainnya juga teman-teman yang belum disebut. Terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya. 17. Rekan-rekan FISIKA 37, FISIKA 38, FISIKA 4, FISIKA 41, INSTEK 39, dan ELTEK 4 dan 41 atas dukungan serta bantuannya kepada penulis. 18. Rekan-rekan seperjuangan di HIMAFI dan dalam kegiatan BEM FMIPA. Terima kasih atas dukungan, keceriaannya, dan rasa kebersamaannya. 19. Kostan Wisma Nida, Butterfly terutama Loka dan Lisna, Ajeng, Ratih, Memey, Intan, Ifda, Ririn atas keceriaannya. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Juli 26 Sonny Afandi 6

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 1 Hipotesa...2 Tujuan Penelitian... 2 Waktu dan Tempat Penelitian... 2 TINJAUA N PUSTAKA... 2 Bahan Magnetik...2 Sifat Magnetik dalam Material...3 Kurva Histerisis... 4 Domain Magnetik...4 Superparamagnetisme...4 Magnetik Nanopartikel...5 Teknik Pembuatan Partikel Magnetik dengan metode Ultrasonik...5 Polimer Polilaktat (PLA)...6 Polimer Polivinil Alkohol (PVA) Mikrostruktur Fasa dengan Scanning Electrone Microscophy (SEM) Identifikasi Fasa dengan Difraksi Sinar-X (XRD)...7 Identifikasi Medan Magnetik dengan Vibrating Sample Magnetometer (VSM)...8 BAHAN DAN METODE... 8 Bahan dan Alat... 8 Metode Penelitian... 8 Preparasi dan Sintesa Sampel... 8 Karakterisasi dengan Menggunakan X-Ray Difraction (XRD)...8 Karakterisasi dengan SEM...9 Karakterisasi dengan VSM... 9 Diagram Alir Penelitian...9 HASIL DAN PEMBAHASAN... 1 Sintesa Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)...1 Analisa Fasa Magnetik Nanopartikel Menggunakan X -Ray Difraction (XRD) Mikrostruktur Fasa dengan SEM...12 Identifikasi Kurva Histerisis dengan VSM...15 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

8 Daftar Tabel Tabel 1 Ukuran mikrosfer pada variasi beberapa parameter.14 Tabel 2 Nilai magnetisasi saturasi (Ms) dan medan koersiv (Hc).16 Daftar Gambar Gambar 1 Model elektron dalam atom...2 Gambar 2 Lima jenis dasar kemagnetan...3 Gambar 3 Kurva Histerisis...4 Gambar 4 domain struktur diamati dalam magnetik partikel...5 Gambar 5 Diagram skematik dari magnetik nanopartikel...5 Gambar 6 Struktur kimia PLA...6 Gambar 7 Struktur Kimia PVA...6 Gambar 8 Skema SEM...7 Gambar 9 Proses terjadinya difraksi oleh kisi kristal...7 Gambar 1 Diagram alir penelitian...9 Gambar 11 Pola XRD Fe 3 O 4.1 Gambar 12 Pola XRD PVA (Polivinil Alkohol)...11 Gambar 13 Pola XRD PLA (Polilaktat)...11 Gambar 14 Pola XRD pada kecepatan wetting 25 rpm...11 Gambar 15 Pola XRD pada kecepatan w etting 41 rpm...11 Gambar 16 Pola XRD pada kecepatan w etting 61 rpm...11 Gambar 17 Pola XRD pada kecepatan Wetting 7 rpm...11 Gambar 18 Pola XRD pada penambahan khloroform 5 ml...11 Gambar 19 Pola XRD pada penambahan khloroform 1 ml...11 Gambar 2 Pola XRD pada penambahan khloroform 15 ml...12 Gambar 21 Pola XRD pada variasi partikel Fe 3 O 4.2 gram...12 Gambar 22 Pola XRD pada variasi partikel Fe 3 O 4.3 gram...12 Gambar 23 SEM Magnetik Nanopartikel dengan variasi kecepatan wetting...13 Gambar 24 SEM Magnetik Nanopartikel dengan variasi penambahan khloroform...14 Gambar 25 SEM Magnetik Nanopartikel dengan penambahan Fe 3 O Gambar 26 Kurva histerisis variasi kecepatan Wetting...15 Gambar 27 Kurva histerisis variasi jumlah Fe 3 O Gambar 28 Kurva histerisis variasi penambahan jumlah khloroform

9 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bahan magnetik pada dekade terakhir ini semakin bervariasi, baik dari sisi ilmiah maupun pengembangan aplikasi. Dari sisi ilmiah banyak ditemukan fenomena-fenomena baru yang makin membuka wawasan pengertian tentang berbagai kajian teoritis. Dari segi aplikasi juga terbuka berbagai kemungkinan aplikasi baru dengan manfaat yang lebih luas. Salah satu perkembangan yang banyak ditelaah pada tahun-tahun terakhir adalah pengembangan kearah nanopartikel magnet. Nanopartikel magnet menaw arkan beberapa kemudahan dalam aplikasi biomedis [1]. Bahan nanopartikel mempunyai ukuran yang bisa dikontrol dalam pembentukannya dari ukuran 1 nanometer sampai 1 nanometer. Karena ukuran yang kecil dibandingkan dengan sel (1-1µm), virus (2-45 nm), protein (5-5 nm) atau gen (2 nm lebar dan 1-1 nm panjang) hal tersebut berarti bahan magnetik nanopartikel dapat berinteraksi dengan satuan biologi [2]. Penerapan magnetik nanopartikel dalam bidang biomedis merupakan hal cukup berkembang saat ini. Bahan magnetik nanopartikel jika dipadukan dengan mikrosfer tertentu maka bahan tersebut dapat berfungsi sebagai drug delivery di dalam tubuh. Kelebihan dari bahan ini adalah dapat dikendalikan dari luar dengan medan magnetik eksternal. Hal tersebut menyebabkan efektifitas obat yang akan dikirim ke dalam tubuh akan sampai tepat pada target yang terkena penyakit. Karena obat tersebut sampai pada targetnya maka dampak dari obat yang tereduksi di dalam tubuh dalam melakukan perjalanan melewati organ tubuh dapat dikurangi (efek samping). Agar bahan magnetik nanopartikel lebih optimal penggunaannya maka sifat biodegredebel dan biokompatibilitas harus diperhatikan. Sifat biodegradabel dan biokompatibel ini salah satunya dapat dicapai dengan melapisi magnetik nanopartikel dengan bahan organik maupun inorganik misalkan PLA, dextran, khitosan dan liposom. Dalam pembuatan polimer PLA yang akan digunakan sebagai pelapis bahan magnetik, maka teknik pembuatan mikrosfer diperlukan untuk mendapatkan polimer yang biodegradabel antara polimer PLA dengan bahan magnetik. Saat ini, berbagai teknik pembuatan partikel magnetik nano atau submikron telah banyak dikembangkan, namun pemilihan metode yang baik untuk suatu mikrosfer harus disesuaikan dengan sifat alami polimer tersebut, jenis obat yang akan dikungkung, kegunaan obat nantinya dan lamanya waktu yang ditentukan untuk terapi. Metode enkapsulasi yang dipilih haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut: stabilitas dan aktivitas hayati dari obat tidak boleh terpengaruh selama proses enkapsulisasi sampai terbentuknya produk akhir, ukuran partikel berkisar antara 5 sampai 1 nanometer, mutu nanosfer dan pelepasan obat harus didapat secara berulang dalam batas yang ditetapkan, dan nanosfer yang didapat harus berupa serbuk murni tanpa pengotor dan tidak berbentuk agregat atau menggumpal [3]. Sebagai sistem pembawa digunakan partikel magnetik dengan sifat yang baik. Pada penelitian ini digunakan oksida Fe sebagai bahan magnetik nanopartikel, hal ini karena sifat bahan tersebut yang kurang sensitif terhadap peristiwa oksidasi. Selain itu juga Fe terdapat dan dikenal dalam tubuh manusia. Selanjutnya partikel akan dilapisi dengan bahan polimer polilaktat (PLA). Proses pembuatan dilakukan dengan metoda emulsifikasi dengan memakai proses sonokimia. Sebagai stabilizer dipakai bahan PVA. PVA -PLA dipilih karena mempunyai sifat biokompatibilitas dan biodegradabel yang tinggi. Selanjutnya hasil yang diperoleh akan dikarakterisasi untuk mengetahui terutama ukuran dan sifat magnetiknya. Perumusan Masalah Nanopartikel magnet belum bersifat biokompatibel dan biodegradable. Maka untuk dapat diaplikasikan terutama untuk pemakaian in-vivo (dalam tubuh) perlu dilapisi bahan yang bersifat biokompatibel dan biodegradable. Selain itu ukuran partikel juga harus sehomogen mungkin namun dengan sifat magnetik yang tetap memenuhi kondisi yang diperlukan. Diperlukan komposisi yang baik antara bahan magnetik nanopartikel dan polimer pelapis agar ketika bahan tersebut dimasukan ke dalam tubuh sebagai device dalam pengantaran obat dapat berjalan efektif. Sebelum di uji di dalam tubuh maka perlu diperhatikan beberapa sifat fisik, diantaranya sifat magnetik dari oksida Fe sebelum dan sesudah dipadukan dengan polimer pelapis, ukuran butir oksida Fe, struktur kristal Fe, komposisi yang baik antara oksida Fe dan polimer pelapis agar kelebihan dari dua tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal. 1

10 Pada penelitian ini digunakan bahan magnetik berbasis oksida Fe yang akan dilapisi dengan polimer biokompat ibelbiodegradabel PLA (poly lactid acid). Ukuran yang homogen diharapkan dapat diperoleh dengan mengoptimalkan parameter proses meliputi kecepatan aduk, waktu pengadukan, konsentrasi pelarut serta komposisi magnet -polimer. Selanjutnya akan dianalisa hubungan antara berbagai parameter proses ini dengan ukuran dan sifat magnetik yang diperoleh. Hipotesa Dengan makin meratanya sebaran partikel magnetik dalam larutan awal diharapkan makin homogen ukuran dan makin optimal sifat magnetik nanosfer yang diperoleh. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi partikel magnetik sub mikron berbasis oksida Fe dan polimer PLA dengan PVA sebagai stabilizer. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mensintesa partikel magnetik sub mikron berbasis oksida Fe dan polimer polilaktat (PLA). 2. Menganalisa sifat magnetik sebelum dan sesudah dipadukan dengan polimer PLA. 3. Mempelajari efek parameter berupa kecepatan, penambahan partikel Fe 3 O 4 dan konsentrasi PLA dengan penambahan khloroform dalam pembuatan partikel magnetik nanopartikel. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium material Fisika IPB, PTBIN BATAN, Serpong. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 1 bulan meliputi kegiatan penelitian pendahuluan, persiapan, sintesa dan karakterisasi bahan magnetik serta penyusunan laporan. Penelitian ini dimulai September 25 sampai Juni 26. TINJAUAN PUSTAKA Bahan Magnetik Sifat bahan magnetik timbul dari pergerakan muatan elektron. Semua material mempunyai sifat magnetik, tetapi sifat yang timbul tidak semua dominan. Dua hal yang menyebabkan sifat magnetik dalam materi. Pertama elektron dalam atom menghasilkan sifat magnetik ketika elektron bergerak mengelilingi nukleus yang menghasilkan loop tertutup. Kedua gerakan elektron yang mengelilingi nukleus mengakibatkan sifat magnetik. Penggambaran pergerakan elektron dalam atom dapat digambarkan seperti pada gambar 1. Atom -atom memiliki momen dipol magn etik akibat gerak elektronnya. Ini dapat dilihat dari jumlah pasangan elektron yang tidak berpasangan. Di samping itu, setiap elektron memiliki momen dipol magnetik intrinsik yang dikaitkan dengan putarannya (spin). Momen magnetik total suatu atom bergantung pada susunan elektron di dalam atomnya. Selain itu momen magnetik bahan bergantung pada momen tiap atom, interaksi magnetik dan susunan atom yang dilihat dari struktur kristalnya[4]. Gambar 1 Model elektron dalam atom 2

11 Sifat Magnetik dalam Material Momen magnetik atom dalam material dalam lingkungan medan magnet akan memberikan respon yang berbeda tergantung dari sifat intrinsik maupun ekstrinsik bahan tersebut. Respon ini biasanya membentuk suatu keteraturan orientasi magnetik. Orientasi mengenai magnetisme dalam suatu material membantu kearah identifikasi yang berbedabeda (Gambar 2). Keteraturan magnetik ini yang akan menentukan sifat magnetik bahan. Berkaitan dengan sifat magnetiknya, suatu bahan dapat dikategorikan menjadi bahan yang memiliki keteraturan magnetik dan yang tak memiliki keteraturan. Untuk bahan yang memiliki keteraturan magnetik, orientasi momen magnetik akan terkait dengan keteraturan dari atom-atom sehingga fungsi vektor dari kerapatan magnetik momen juga akan periodik dalam ruang. [5]. Sifat Magnetik suseptibilitas Perilaku magnetik dalam atom Diamagnetik Kecil dan negatif paramagnetik Kecil dan positif Ferromagnetik Besar dan positif tergantung pada mikrostruktur Antiferromagnetik Kecil dan positif Ferrimagnetik Besar dan positif, tergantung pada mikrostruktur Gambar 2 Lima jenis dasar kemagnetan dapat digolongkan : diamagnetik, paramagnetik, feromagnetik, anti feromagnetik, dan ferimagnetik 3

12 Kurva Histerisis Karakterisasi suatu bahan magnetik dapat digambarkan dengan kurva histerisis (gambar 3). Dengan H adalah medan magnet yang dikerahkan. M adalah pemagnetan yang didefinisikan sebagai momen dipol magnetik per volume satuan bahan. B adalah besarnya induksi magnetik material pada suatu titik yang dikenai medan magnet H dan material tersebut mengalami pemagnetan M [6]. Gambar kurva histerisis bahan : Ms = Magnetisasi saturasi/ jenuh, adalah besar magnetisasi maksimal yang bisa dimiliki bahan. Mr = Magnetisasi remanen/sisa, adalah besar magnetisasi sisa setelah medan luar dihilangkan (Hext = ) Hc = medan Koersiv, adalah besar medan luar yang diperlukan untuk menghilangkan magnetisasi sisa. Domain Magnetik Gambar 4 menunjukkan pembentukan domain magnetik. Awalnya partikel terdiri dari multi domain dan dari satu domain partikel terbentuk single domain partikel. Single domain partikel yang mencapai keseimbangan magnetisasi pada saat temperatur eksperimen dalam waktu yang relatif singkat biasa dikenal sebagai superparamagnetik. Apabila superparamagetik terdispersi dalam cairan pembawa maka hal tersebut dikenal dengan ferrofluid. Ferrofliud yang stabil terdiri dari superparamagnetik nanopartikel, cairan pembawa dan surfaktan. Ferrofluids tidak ditemukan di alam tapi merupakan sintesis. Gambar 3 Kurva Histerisis Gambar 4 domain struktur diamati dalam magnetik partikel a)superparamagnetik, b)single domain partikel c) multi domain partikel Bahan yang mudah sekali ditarik oleh magnet seperti besi, nikel, kobalt dan baja disebut bahan feromagnetik. Bila berada dalam medan magnetik, bahan ini akan menarik banyak sekali garis-garis medan magnetik luar. Pada bahan feromagnetik, sekelompok spin elektron yang bertetangga dan searah membentuk daerah khusus yang dinamakan domain magnet. Suatu domain magnetik adalah daerah dimana medan magnet atom dikelompokkan bersama-sama dan yang dibariskan. Sekeping bahan feromagnetik mengandung banyak domain yang arah momen magnetnya acak sehingga tidak bersifat sebagai magnet. Akan tetapi, apabila medan magnet luar diterapkan, domain magnet dapat berotasi sehingga seluruhnya menunjuk dalam arah yang sama dan bahan menjadi magnet. Jika medan magnet luar dihilangkan, sebagian domain magnet kembali menunjukkan arah yang acak. Bahan feromagnetik keras, sisa magnetiknya sangat kuat karena hanya sedikit domain yang kembali ke arah yang acak, dan sebaliknya pada bahan feromagnetik lunak. Dengan satu domain saja maka akan memiliki derajat kebebasan yang tinggi dan serbuk magnet yang berukuran kecil (nano) sifat-sifatnya lebih domain dan menjadi lebih baik. Superparamagnetisme Superparamagnetik adalah keteraturan magnetik bahan yang terbentuk hanya pada saat ada medan magnet luar. Pada medan magnet luar sama dengan nol maka bersifat paramagnetik. Sifat ini dapat timbul pada bahan magnetik dengan ukuran partikel yang semakin kecil sampai berukuran nano. Bahan superparamagnetik timbul dari bahan feromagnetik yang berukuran sangat kecil (nano) yang membentuk domain magnetik yang mempunyai derajat kebebasan yang 4

13 tinggi. Bahan superparamagnetik ini ketika diberi medan magnet yang tinggi maka akan terbentuk magnetisasi saturasi. Magnetik Nanopartikel Pada umumnya bagian magnetik dari partikel di coating dengan polimer yang bersifat biokompatibilitas yang tinggi sepert PLA atau dextran dan polietilen glikol. Coating atau pelapis bertindak sebagai perisai partikel magnetik dari lingkungan sekelilingnya dan juga berfungsi sebagai penangkap gugus fungsi seperti gugus karboksil, biotin, avidin, carbodi-imide dan molek ul lainnya [8]. Sebagaimana ditunjukan dalam gambar 5 dimana SiO 2 bertindak sebagai perisai dan membentuk gugus fungsional. Sebagai sistem pembawa harus memiliki satu dari dua struktur yaitu (i) partikel magnetik (Fe3O4 atau maghemite,?- Fe3O4) yang di coating dengan polimer yang biokompatibel atau (ii) polimer bikompatibel di mana bahan magnetik nanopartikel dipresipitasikan kedalam poros. Pengembangan yang paling terbaru dalam hal carier atau pembawa obat adalah difokuskan kepada polimer yang terbaru atau pelapis inorganik pada bahan magnetik nanopartikel [9], adapun coating dengan logam mulia masih dalam tahap pengkajian lebih lanjut. Penelitian berlanjut kepada alternatif dari bahan nanopartikel seperti besi, kobalt atau nikel, dan yttrium alumunium. Untuk kobalt dan silika sebagai carier sedang dilakukan penelitian untuk digunakan dalam operasi mata untuk memperbaiki retina[1]. Ukuran partikel adalah suatu parameter penting untuk pembawa obat dalam bidang biomedis. Semakin kecil ukuran partikel, semakin baik pengambilan sel partikel. F F F F SiO 2 F Ferrite Core Gambar 5 Diagram skematik dari magnetik nanopartikel. F F F Teknik Pembu atan Partikel Magnetik dengan metode Ultrasonik Mikrosfer merupakan partikel berbentuk bola berukuran mikron, terbuat dari bahan keramik, kaca, atau polimer sebagai pengungkung gas, larutan, ataupun padatan dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik [11]. Untuk ukuran mikro biasanya didefinisikan sebagai sistem mikropartikel yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1 mikrometer. Sedangkan untuk nano didefinisikan sebagai sistem nanopartikel yang ukurannya lebih kecil dari 1 mikrometer. Mikro- atau nanokapsul biasanya terbuat dari dinding polimer yang didalamnya berisi cairan dimana obat atau material terperangkap didalamnya sedangkan micro- atau nanosfer terbuat dari matrik polimer padat dimana obat atau material yang akan diisikan terdi spersi pada polimer tersebut [12]. Metode pembuatan mikrosfer atau nanosfer salah satunya adalah emulsifikasi dengan alat ultrasonik. Proses emulsifikasi akan dilakukan dengan alat ultrasonik untuk mendapatkan mikroemulsi yang homogen dan hasil akhir berupa partikel dengan ukuran yang kecil dan seragam. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh kondisi proses pembasahan partikel dengan memvariasikan kecepatan, perbandingan jumlah khloroform dan penambahan partikel Fe 3 O 4. Mekanisme pembentukan gelembung adalah perpaduan antara dua efek akustik yaitu emulsifikasi dan kavitasi. Peristiwa terjadinya gelembung kavitasi tersebut terbentuk dikarenakan adanya pengaruh dari gelombang ultrasonik yang diberikan. Proses peregangan dan tekanan membuat gelembung kavitasi tersebut mengecil dan membesar sebagaimana perubahan gradien tekanan yang terjadi pada lingkungan. Lamanya waktu soni kasi berpengaruh terhadap besar kecilnya energi yang terdifusi pada gelembung sebelum gelembung besar tersebut pecah menjadi gelembung yang lebih kecil. Semakin lama waktu sonikasi maka akan semakin banyak energi yang terdifusi pada gelembung hingga gelembung tersebut mencapai ukuran maksimal lalu pecah. Pecahnya gelembung besar dengan energi besar, menyebabkan terciptanya gelembung yang lebih kecil Proses pembentukan gelembung kavitasi yang semakin kecil selain diakibatkan oleh kavitasi juga disebabkan oleh proses emulsifikasi yang berjalan efektif. Hal tersebut terjadi dikarenakan perbedaan gradien temperatur dan tekanan yang besar antara didalam dan diluar gelembung. Hal 5

14 tersebut berimbas pada pergerakan molekul yang besar yang menyebabkan pencampuran antara dua zat menjadi berjalan efektif selain didukung dengan pecahnya molekul menjadi bentuk yang lebih kecil. Hal tersebut yang menyebebkan proses emulsifikasi dapat berjalan dengan efektif dibandingkan dengan metode mixer. Dalam pembuatan polimer PLA yang akan digunakan sebagai coating bahan magnetik, maka teknik pembuatan mikrosfer diperlukan untuk mendapatkan polimer yang biodegradabel antara polimer PLA dengan bahan magnetik. Saat ini, berbagai teknik pembuatan partikel magnetik submikron telah banyak dikembangkan, namun pemilihan metode yang baik untuk suatu mikrosfer harus disesuaikan dengan sifat alami polimer tersebut, jenis obat yang akan dikungkung, kegunaan obat nantinya dan lamanya waktu yang ditentukan untuk terapi. Metode mikroenkapsulasi yang dipilih haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut: stabilitas dan aktivitas hayati dari obat tidak boleh terpengaruh selama proses enkapsulisasi sampai terbentuknya produk akhir, ukuran mikrosfer tidak boleh lebih besar dari 25 µm, idealnya <125µm, mutu mikrosfer dan pelepasan obat harus didapat secara berulang dalam batas yang ditetapkan, dan mikrosfer yang didapat harus berupa serbuk murni tanpa pengotor dan tidak berbentuk agregat atau menggumpal [3]. Metode pembuatan mikrosfer yang sudah ada sampai saat ini antara lain metode emulsi tunggal, metode emulsi ganda, metode pemisahan fase, dan metode semprot kering. Untuk itu, dalam memilih metode pembuatan mikrosfer yang tepat harus disesuaikan dengan seluruh komponen yang terlibat, yaitu polimer, obat yang dikungkung, dan pelarut lain [3]. Polimer Polilaktat (PLA) PLA merupakan polimer sintetik yang dihasilkan dari pembukaan cincin laktida menggunakan katalis PbO, SbF, atau Sb 2O3 secara perlahan dengan suhu 1-13 o C. Polimer ini tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti kloroform dan diklorometana. [13]. PLA mempunyai sifat biodegredabel dan biokompatibel (gambar 6). Oleh karena mempunyai sifat inilah PLA kini makin banyak digunakan terutama untuk membuat plastik biodegredabel dan sangat cocok digunakan untuk aplikasi medis seperti untuk drug delivery, benang bedah, maupun Gambar 6 Struktur kimia PLA pembuat organ buatan. Sifat yang terpenting dari biokompatibilitas adalah biodegradasi dari PLA. Dalam hal ini peristiwa dapat terjadi baik melalui proses enzimatik maupun melalui reaksi hidrolisis, atau pun keduanya. Namun banyak literatur yang mengindikasikan bahwa degradasi molekul PLA terjadi tanpa melalui reaksi enzimatik dan murni melalui jalur hidrolisis [3]. Proses terjadi melalui pemutusan ikatan pada sambungan ester dari tulang punggung polimer. Kemampuan PLA untuk terdegradasi dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya bobot molekul, derajat dispersitas, dan kristalinitas struktur. Semakin tinggi bobot molekul PLA dan semakin tinggi dispersitasnya semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mendegradasi molekul PLA [3]. Polimer Polyvinil Alkohol (PVA) Polivinil alkohol adalah polimer yang terbentuk dari vinil alkohol (gambar 7). Ketika banyak vinil alkohol terhubung secara bersama membentuk polimer yang panjang maka PVA terbentuk. Gugus hidroksi dari PVA yang bersifat polar akan berikatan dengan molekul air, sedangkan rantai vinilnya akan berikatan dengan molekul kloroform sehingga emulsi menjadi lebih stabil. Dalam penelitian ini PVA digunakan sebagai stabilizer atau pengemulsi. PVA digunakan untuk memisahkan bahan partikel magnetik dengan polimer polilaktat (PLA). Gambar 7 Struktur Kimia PVA 6

15 Mikrostruktur Fasa dengan Scanning Electrone Microscophy (SEM) Mikroskop elektron adalah alat deteksi yang menggunakan sinar elektron berenergi tinggi untuk melihat objek pada skala yang sangat kecil (gambar 8). Scanning electrone microscophy (SEM) memberikan penjelasan yang detail dari permukaan, memberikan informasi mengenai ukuran dan bentuk yang homogen atau tidak dari magnetik nanopartikel. Pemercepat elektron (electron gun) menghasilkan pancaran elektron monokromatis. Lensa pemfokus pertama menghasilkan pancaran dan batas arus, pada celah lensa berfungsi untuk mengurangi pembelokan sudut. Lensa pemfokus kedua membentuk pelemahan (pancaran sinar koheren), celah lensa dikendalikan untuk mengurangi pembelokan sudut dari pancaran lensa pertama. Pancaran yang dilewatkan lensa kedua dan mengalami proses scan oleh koil penyearah untuk membentuk gambar dan diteruskan ke lensa akhir untuk difokuskan ke sampel. Interaksi pancaran elektron dengan sampel dan elektron yang dipantulkan diterima oleh detektor. Detektor akan menghitung elektronelektron yang diterima dan menampilkan intensitasnya. Sumber Identifikasi Fasa dengan Difraksi Sinar-X (XRD) Untuk menentukan struktur kristal di gunakan XRD untuk menentukan kisi kristal pada sampel. Struktur kristal terdiri dari bagian yang simetri sepanjang bidang, sumbu atau pusat perpotongan dengan bidang pada sumbu simetri di definisikan sebagai nilai resiprok dari perpotongan, hkl, yang dikenal sebagai indeks miller [14]. Sinar-X ditembakan pada material sehingga terjadi interaksi dengan elektron dalam atom. Ketika foton sinar-x bertumbukan dengan elektron, beberapa foton hasil tumbukan akan mengalami pembelokan dari arah datang awal. Jika panjang gelombang hamburan sinar -X tidak berubah (foton sinar-x tidak kehilangan banyak energi) dinamakan hamburan elastik (hamburan Thompson) dan terjadi transfer momentun dalam proses hamburan. Sinar-X ini yang digunakan untuk pengukuran sebagai hamburan sinar-x yang membawa informasi distribusi elektron dalam material. Gelombang yang terdifraksikan dari atom-atom berbeda dapat saling mengganggu dan distribusi intensitas resultannya termodulasi kuat oleh interaksi ini. Syarat terjadinya difraksi harus memenuhi hukum Bragg yaitu : 2d sin θ = n λ. Jika atom-atom tersusun periodik dalam kristal, gelombang terdifraksi akan terdiri dari interferensi maksimun tajam (peak ) yang simetri, peak yang terjadi berhubungan dengan jarak antar atom, yang ditunjukan pada gambar 9. Celah Lensa Lensa pemfokus Celah Lensa Lensa pemfokus Koil D Sinyal Gambar 8 Skema SEM Lensa akhir Celah lensa akhir Sampel Holder Gambar 9 Proses terjadinya difraksi oleh kisi kristal 7

16 Identifikasi Medan Magnetik dengan Vibrating Sample Magnetometer (VSM) Alat ini merupakan salah satu jenis peralatan yang digunakan untuk mempelajari sifat magnetik bahan. Dengan alat ini akan dapat diperoleh informasi mengenai besaranbesaran sifat magnetik sebagai akibat perubahan medan magnet luar yang digambarkan dalam kurva histeresis, sifat magnetik bahan sebagai akibat perubahan suhu, dan sifat -sifat magnetik sebagai fungsi sudut pengukuran atau kondisi anisotropik bahan[6]. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Semua bahan kimia digunakan sebagaimana yang diterima tanpa perlakuan khusus. Bahan yang digunakan adalah bahan magnetik berupa oksida Fe3O4 berukuran 1-2 nm diperoleh dari Aldrich, polimer polivinil alkohol (PVA) dengan berat molekul 72, sebagai surfaktan dan polylaktat (PLA), berat molekul 39, dalam bentuk pelet. Pelarut yang digunakan adalah khloroform yang diperoleh dari Merck (Jerman). Air sebagai pelarut PVA digunakan aquades. Peralatan yang digunakan adalah ultrasonik probe (Sonicks dan Mat erial, INC, USA, Model VCX 75, Ti Horn, 2 khz) dan mixer sebagai sintesa. Peralatan lain yang digunakan terdiri atas peralatan gelas, pengaduk. Karakterisasi XRD (X-Ray Difraction), SEM (Scanning Electron Microscopy), VSM (Vibrating Sample Magnetometer) Metode Penelitian Preparasi dan Sintesa Sampel Dalam penelitian ini terdapat 3 proses dalam pembuatan magnetik nanopartikel. Pertama, proses wetting atau pembasahan partikel. Proses ini bertujuan agar partikel magnetik (serbuk Fe) terdispersi dalam larutan PLA. Artinya terjadi proses penyatuan antara serbuk Fe dan polimer PLA. Dalam proses ini dipersiapkan larutan PLA dalam kloroform dengan konsentrasi 1% w/w dan larutan PVA dalam aquades dengan konsentrasi 5% w/w sebagai larutan induk. Selanjutnya untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi tertentu dilakukan proses pengenceran. Proses wetting (pembasahan) ini dilakukan dengan mencampurkan.1 gram Fe 3 O 4 kedalam 5 ml PLA 1% w/w kemudian diaduk dengan variasi kecepatan dan waktu tertentu hingga hom ogen. Pada proses ini dilakukan variasi kecepatan 1,5 V (25 rpm); 3 V (41 rpm); 4,5 V (61rpm); dan 6 V (7 rpm) dengan waktu selama 1 menit. Proses kedua adalah emulsifikasi, dengan menggunakan alat sonokimia. Proses ini bertujuan agar terjadi pendispersian larutan PLA dengan serbuk Fe 3 O 4 dengan terjadinya gelembung (kavitasi) pada larutan tersebut. Selain terjadi pendispersian, ada juga larutan PVA 5% w/w sebagai stabilizer dan disonifikasi selama 2 menit atau ditambahkan waktu 2 menit lagi hingga terbentuk emulsi. Proses sonifikasi adalah proses pembentukan gelembung kavitasi yang ditimbulkan dalam proses pengadukan dan distabilkan oleh surfaktan. Bentuk dan ukuran kavitasi akan sangat menentukan bentuk dan ukuran partikel magnetik terlapis polimer. Metode yang dipakai dalam emulsifikasi adalah metode mikroemulsi yang prinsipnya adalah menggunakan sistem emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air yang dibuat stabil dengan surfaktan [15]. Pada proses terakhir adalah proses evaporasi (penguapan). Proses ini bertujuan untuk menguapkan kloroform dalam air. Emulsi yang terbentuk pada proses emulsifikasi tersebut dituangkan 3 ml air sambil diaduk dengan kecepatan 1 rpm (4,5V) serlama 1 jam sehingga kloroform menguap dan terbentuk butiran yang tersebar dalam air. Pada penelitian ini dengan variasi kecepatan 25-7 rpm, jumlah kloroform 5ml, 1ml, 15ml, dan jumlah serbuk Fe 3 O 4 yang digunakan sebanyak.2 gram dan.3 gram. Karakterisasi dengan Menggunakan X-Ray Difraction (XRD) Pola XRD partikel magnetik akan diperoleh dalam jangkauan 2? 1 o sampai 9 o menggunakan Shimadzu XRD 61, memproduksi radiasi CuKa dengan panjang gelombang.154 nm. Analisis difrraksi sinar- X dengan tujuan melihat derajat kristalinitas dari kristal Fe3O4 dan fase yang ada. Lebar garis angular difraksi pada setengah tinggi diatas background telah diukur dengan perbesaran optik dan diperlihatkan pada 2?. Preparasi sampel yang akan di XRD sebagai berikut: 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 2 gram. 2. Kemudian sampel dimasukan kedalam holder yang berukuran 2 x 2 cm Holder berisi sampel dikait pada diffraktometer. 8

17 4. Pada komputer di set nama sampel, sudut awal, sudut akhir, dan kecepatan analisa. 5. Setelah itu di run Karakterisasi dengan SEM Pada pengukuran menggunakan SEM, sampel haruslah merupakan zat yang dapat menghantarkan arus listrik seperti halnya logam, karena partikel magnetik dan polimer PLA tidak dapat menghantarkan arus listrik maka sebelum dianalisis terlebih dahulu dilapisi logam. Logam emas lebih disukai karena emas merupakan logam inert dan bersifat konduktif. Cara Kerja : 1. Sampel diletakan pada plat aluminium yang memiliki dua sisi. 2. Kemudian dilapisi dengan lapisan emas setebal 48 nm. 3. Sampel yang telah dilapisi diamati menggunakan SEM dengan tegangan 22 kv dan perbesaran 5. X. Karakterisasi dengan VSM VSM (Vibrating Sample Magnetometer) adalah merupakan salah satu alat ukur magnetisasi yang bekerja berdasarkan metode induksi. Pada metode ini, cuplikan yang akan diukur magnetisasinya dipasang pada ujung bawah batang kaku yang bergetar secara vertikal dalam lingkungan medan magnet luar H. Jika cuplikan termagnetisasi, secara permanen ataupun secara respon dari adanya medan magnet luar, getaran ini akan mengakibatkan perubahan garis gaya magnetik. Perubahan ini akan menginduksikan atau menimbulkan suatu sinyal tegangan AC pada kumparan pengambil (pick-up coil atau sense coil) yang ditempatkan secara tepat dalam sistem medan magnet ini. Larutan (Fe 3 O 4 +PLA + Kloroform) ( Proses Wetting) Endapan ditiriskan XRD Penelusuran literatur dan penyusunan proposal Emulsifikasi (sonikasi) Evaporasi selama 1 jam Penyusunan laporan Larutan (PVA + Aquades) (5 ml) Dicuci dengan aqauades 3ml ml Diendapkan 1 hari Didapatkan powder SEM VSM Pengolahan dan analisis data Gambar 1 Diagram alir penelitian 9

18 HASIL D AN PEMBAHASAN Sintesa Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) Telah dibuat sintesa partikel magnetik nanopartikel yang telah dilapisi polimer polilaktat. Variasi yang digunakan dalam proses pembasahan partikel magnetik (Wetting) adalah pada kecepatan 25 rpm (1.5 V), 41 rpm (3 V), 61 rpm (4.5 V) dan 7 rpm (6 V). Proses pembasahan partikel pada kecepatan 25 rpm sampai 7 rpm dilakukan agar partikel magnetik terdispersi didalam polimer dengan merata, tetapi pada proses lebih dari 7 rpm maka pengadukan tidak akan optimal karena sampel akan terpental keluar dan menyebabkan gelas ukur pecah. Ini dilakukan pada percobaan yang menyebabkan pecahnya gelas ukur pada kecepatan lebih dari 7 rpm, dan sistem pengaduk yang baik adalah pada mixer dengan kecepatan tinggi sehingga hasil pendispersian partikel magnetik dalam PLA menjadi lebih merata dan tercampur dengan baik. Variasi penambahan konsentrasi khoroform 5 ml, 1ml dan 15 ml dilakukan untuk penambahan konsentrasi polimer polilaktat (PLA) pada proses pembasahan partikel. Proses ini dilakukan agar partikel magnetik lebih terlapisi dengan baik dengan polimer polilaktat. Ini terlihat dari hasil SEM dimana penambahan khloroform 15 ml partikel magnetik terlapis dengan baik. Sedangkan pada variasi penambahan partikel magnetik Fe 3 O 4.2 gram dan.3 gram dilakukan agar partikel magnetik yang terperangkap (loading factor) dalam mikrosfer lebih banyak. Dilakukan hanya sampai.3 gram Fe 3 O 4 karena variasi penambahan partikel magnetik optimal pada bat as.3 gram. Analisa Fasa Magnetik Nanopartikel Menggunakan X-Ray Difraction (XRD) Pada pola XRD dapat dilihat terbentuknya kristal pada sudut 2? antara 15 sampai 4 pada variasi kecepatan pada proses pembasahan partikel dari 25 rpm sampai dengan 7 rpm. Pada gambar kristal yang terbentuk merupakan gabungan dari serbuk Fe 3 O 4 dan polimer polilaktat. Pada polimer polilaktat, puncak difraksi terbentuk pada dan 19.4 sedangkan pada serbuk Fe 3 O 4 terbentuk puncak difraksi pada dan o. Pada variasi penambahan konsentrasi kloroform 5 ml terdapat puncak difraksi pada o dan puncak difraksi pada kloroform 1 ml yaitu pada o untuk serbuk Fe 3 O 4. Pada khloroform 15 ml terdapat gabungan antara pola XRD PLA dan partikel magnetik. Telah didapatkan puncak difraksi pada PLA pada 19 o dan puncak difraksi partikel Fe 3 O 4 pada 36 o. Sedangkan pada partikel magnetik.2 g didapatkan peak PLA pada 16 o dan partikel magnetik pada 36 o. Pada variasi.3 g lebih banyak puncak difraksi PLA yang muncul berkisar 17 o -19 o dan puncak difraksi partikel Fe 3 O 4 pada 36 o. Puncak difraksi pada selang lebih dari 4 o bukan merupakan puncak difraksi dari polimer dan partikel magnetik. Perubahan intensitas untuk kristal diimbangi dengan perubahan intensitas amorf, sehingga tidak berpengaruh pada perhitungan derajat kristalinitas. Pada Gambar terlihat kehadiran puncak-puncak Fe3O4 dengan struktur BCC. Terdeteksinya puncak-puncak difraksi Fe3O4 pada pola XRD menunjukkan keberadaan partikel Fe 3 O 4 dalam sistem koloid Fe 3 O 4 /PLA. Kehadiran PLA hanya memberikan hamburan latar belakang karena puncak difraksi bahan ini ada pada sudut < 2. Pada hasil XRD dapat dianalisa bahwa pada kecepatan wetting 61 rpm (4.5 V), penambahan khloroform 1 ml dan.3 gram Fe 3 O 4 terdapat faktor pengisian magnetik yang lebih besar. Dengan kata lain puncak difraksi yang lebih tinggi pada parameter diatas menunjukkan faktor pengisian (loading factor) serbuk Fe 3 O 4 dalam mikrosfer tersebut. Dari peak polimer PLA hanya mengalami perubahan intensitas. Pergeseran peak pada PLA tidak berbeda jauh dan pada peak Fe 3 O 4 tidak mengalami pergeseran. i n t e n s i t y Theta Gambar 11 Pola XRD Fe 3 O 4 Series1 1

19 Intensitas theta Gambar 12 Pola XRD PVA (Polivinil Alkohol) Intensitas PLA Theta Fe 3 O 4 Gambar 16 Pola XRD pada kecepatan Wetting 61 rpm Intensitas theta Intensitas PLA Theta Fe 3 O 4 Gambar 17 Pola XRD pada kecepatan Wetting 7 rpm Gambar 13 Pola XRD PLA (Polilaktat) PLA Theta Fe 3 O 4 Gambar 14 Pola XRD pada kecepatan Wetting 25 rpm intensitas 6 5 PLA 4 Fe 3 O Theta Gambar 18 Pola XRD pada penambahan khloroform 5 ml Intensitas PLA Theta Fe3O4 Gambar 15 Pola XRD pada kecepatan Wetting 41 rpm Intensitas PLA Theta Fe3O4 Gambar 19 Pola XRD pada penambahan khloroform 1 ml 11

20 Intensitas Theta Gambar 2 Pola XRD pada penambahan khloroform 15 ml intensitas Theta Gambar 21 Pola XRD pada variasi partikel Fe 3 O 4.2 gram intensitas PLA Fe 3 O 4 PLA Fe3 O 4 PLA Theta Fe 3 O 4 Gambar 22 Pola XRD pada variasi partikel Fe 3 O 4.3 gram Mikrostruktur Fasa dengan SEM Hasil analisa SEM untuk melihat morfologi partikel magnetik Fe 3 O 4 dengan polimer PLA dapat dilihat pada gambar 23 sampai 25. Partikel magnetik Fe 3 O 4 yang digunakan dalam penelitian ini berukuran cukup kecil yait u 1-2 nm. Kondisi penggumpalan partikel magnetik Fe 3 O 4 yang dilihat dari foto SEM dengan perbesaran 5 X, cenderung berkumpul membentuk gumpalan. Hal ini menyebabkan ukuran yang kecil saja belum cukup untuk menstabilkan Fe 3 O 4 dalam air. Untuk mencegah penggumpalan tersebut perlu dibuat nanopartikel terlapis bahan organik, sehingga interaksi antar partikel tidak terjadi dan partikel diharapkan terdispersi dalam air. Pembuatan mikrosfer dengan metode mikroemulsi atau juga disebut dengan metode penguapan pelarut dalam air terdiri atas tahapan emulsifikasi dan evaporasi. Kondisi proses pembuatan seperti konsentrasi polimer, perbandingan khloroform/air, waktu dan kecepatan pengadukan serta jumlah partikel magnetik Fe 3 O 4 sangat berpengaruh terhadap bentuk dan ukuran hasil akhirnya. Proses pembuatan yang paling berpengaruh terhadap ukuran mikrosfer adalah proses emulsifikasi,dan pemanfaatan ultrasonik pada proses emulsifikasi dapat menghasilkan mikrosfer dengan ukuran nanometer. Ukuran rata-rata mikrosfer dengan pengaduk biasa adalah 2µm sedangkan yang dibuat dengan ultrasonik adalah 1µm. Dari hasil ini diperoleh bahwa mikrosfer yang dibuat dengan ultrasonik pada proses emulsifikasi memiliki ukuran yang lebih kecil dan lebih seragam dibandingkan dengan menggunakan pengaduk biasa. Pada ukuran partikel dengan variasi kecepatan didapatkan hasil yang baik pada kecepatan 61 rpm dengan bentuk yang homogen. Ukuran pada butir dapat dilihat pada tabel 1 dan pada 61 rpm lebih kecil lagi sekitar.5 µm. Pada variasi penambahan khloroform, ukuran partikel mencapai.9-1 µm dan bentuk yang didapatkan lebih homogen seiring dengan banyaknya jumlah khloroform yang diberikan. Ukuran paling bagus didapatkan pada penambahan khloroform 1 ml dan 15 ml yang bentuknya lebih homogen. Sedangkan pada variasi jumlah partikel magnetik ukuran partikel mencapai.6 µm dengan hasil yang lebih homogen pada.3 g partikel Fe. Pada partikel Fe.2 g didapatkan hasil yang kurang homogen dan bentuknya tersusun secara menyebar dengan ukuran lebih dari 1µm. Setelah dilakukan pengukuran pada foto SEM 12

21 didapatkan (tabel 1) data pada beberapa parameter dan ukuran mikrosfer. Proses pembentukan gelembung kavitasi yang semakin kecil selain diakibatkan oleh kavitasi juga disebabkan oleh proses emulsifikasi yang berjalan efektif. Hal tersebut terjadi dikarenakan perbedaan gradien temperatur dan tekanan yang besar antara didalam dan diluar gelembung. Hal tersebut berimbas pada pergerakan molekul yang besar yang meyebabkan pencampuran antara dua zat menjadi berjalan efektif. Faktor viskositas (kekentalan) dalam proses emulsifikasi berpengaruh dalam hasil SEM. Semakin turunnya viskositas cairan maka semakin tinggi sifat magnetiknya, dan semakin turunnya viskositas cairan maka hasil yang didapatkan pada SEM semakin homogen. Hal tersebut dikarenakan pendispersian partikel magnetik terjadi secara efektif. Karena semakin banyaknya khloroform yang terdapat dalam larutan akan mengakibatkan larutan menjadi lebih encer. Hal ini mengakibatkan pendispersian Fe 3 O 4 menjadi lebih merata dalam magnetik terlapis polimer PLA. Penambahan khloroform pada proses wetting ini merubah viskositas dan pembentukan ukuran gelombang kavitasinya. Dari tabel didapatkan ukuran optimal pada 1 ml khloroform dan membesar lagi secara perlahan pada 15 ml penambahan khloroform. Pada.3 gram partikel Fe 3 O 4 lebih homogen karena karena pendispersian antara partikel Fe 3 O 4 dengan PLA menjadi lebih merata dan partikel Fe 3 O 4 lebih banyak yang terlapisi PLA dibandingkan pada.2 gram partikel Fe 3 O 4. Pada penelitian ini hanya sampai penambahan partikel magnetik.3 gram karena perbandingan partikel magnetik dan PLA optimal pada.3 gram, sedangkan pada lebih dari.3 gram FeO 4 terdapat banyak endapan partikel magnetik yang tidak terlapisi PLA. a b c d Gambar 23 SEM Magnetik Nanopartikel dengan variasi kecepatan (a)25 rpm, (b)41 rpm, (c)61 rpm dan (d)7 rpm. 13

22 a \\ b b Gambar 25 SEM Magnetik Nanopartikel dengan penambahan Fe 3 O 4 (a).2 g dan (b).3 g c Gambar 24 SEM Magnetik Nanopartikel dengan variasi penambahan khloroform (a) 5ml, (b) 1 ml dan (c) 15 ml Tabel 1 Ukuran mikrosfer pada variasi beberapa parameter. Parameter Ukuran Skala mikrosf Parameter er Kecepatan 25 rpm 1.6 µm 41 rpm 1.2 µm 61 rpm.5 µm 7 rpm.73 µm Perbandinga n 5 ml.98 µm khloroform 1 ml.95 µm 15 ml 1.4 µm Jumlah partikel.2 gram 1.6 µm magnetik.3 gram.8 µm a 14

23 Identifikasi Kurva Histerisis dengan VSM Keberadaan Fe 3 O 4 dalam sistem koloid selain dari profile XRD juga dipastikan dalam kurva VSM. Kurva histerisis dari serbuk Fe 3 O 4 awal diperlihatkan pada gambar 14. Kurva menunjukkan terbentuknya struktur superparamagnetik dengan nilai saturasi magnetisasi sebesar 4,75 emu/gram pada kecepatan aduk 25 rpm dengan medan koersiv,237 Tesla. Pada kecepatan 41 rpm kurva menunjukkan nilai saturasi magnetisasi sebesar 1,67 emu/gram dan medan koersivnya sebesar,251 Tesla, sedangkan pada kecepatan 61 rpm nilai saturasi magnetisasi sebesar 7,27 emu/gram dengan medan koersivnya bernilai,298 Tesla. Untuk kecepatan aduk 7 rpm nilai saturasi magnetisasi sebesar 3,55 emu/gram dengan besar medan koersiv sebesar.2 Tesla. Dari variasi kecepatan aduk dalam proses w etting menunjukkan bahwa hasil VSM ini sesuai dengan karakterisasi XRD dengan nilai saturasi magnetisasi terbesar pada kecepatan aduk 61 rpm. Pada variasi penambahan jumlah khloroform 5 ml saturasi magnetisasi bernilai,914 emu/gram dengan medan koersiv sebesar,131 Tesla. Variasi penambahan jumlah khloroform 1 ml menunjukkan nilai saturasi magnetisasi sebesar 2,1 emu/gram dan medan koersiv bernilai,114 Tesla. Sedangkan pada penambahan khloroform 15 ml menunjukkan saturasi magnetisasi sebesar 1,77 emu/gram dengan medan koersiv bernilai,222 Tesla. Pada variasi jumlah partikel magnetik Fe 3 O 4, besar,2 partikel magnetik menunjukkan 2,62 emu/gram dengan medan koersiv bernilai,147 Tesla sedangkan pada jumlah,3 partikel magnetik Fe 3 O 4 menunjukkan besar saturasi magnetisasi bernilai 3,66 emu/gram dan medan koersivnya bernilai,177 Tesla. Hasil ini menunjukkan teori yang tepat karena semakin banyak partikel magnetik maka magnetisasi saturasinya semakin besar. Untuk serbuk awal, harga ini lebih rendah dari nilai maksimal untuk serbuk murni, yaitu 92 emu/gram. Berdasarkan referensi [18] kondisi ini disebabkan oleh hadirnya fasa kedua a -Fe 2 O 3 dengan konsentrasi yang cukup tinggi yaitu sekitar 9%. Untuk serbuk yang terlapisi PLA, bila mengacu pada nilai saturasi serbuk awal dan asumsi perbandingan komposisi, maka harga magnetisasi yang diperoleh juga lebih rendah dari yang diharapkan. Berdasarkan perbandingan variasi kecepatan didapatkan bahwa kecepatan 61 rpm (4.5 V) lebih banyak loading factor atau faktor pengisian magnetik dibandingkan variasi kecepatan lainnya. Sedangkan pada kecepatan 41 rpm (3V) didapatkan loading factor yang paling sedikit. Dari penelitian dengan variasi kecepatan ini didapatkan kecepatan 61 rpm nilai saturasi magnetisasi yang dihasilkan paling besar, sedangkan pada 7 rpm (6V) loading factornya berkurang lagi. Dari hasil variasi kecepatan, didapatkan keanehan grafik kurva histerisis, dimana menurut hasil XRD bahwa semakin bertambahnya kecepatan maka hasil loading factor bertambah tetapi pada kurva histerisis pada 41 rpm dihasilkan dengan loading factor yang paling sedikit. Pada perbandingan penambahan jumlah khloroform, didapatkan hasil yang paling besar loading factornya pada penambahan khloroform 1 ml, dan paling sedikit loading factornya pada 5 ml. Hasil ini menunjukkan bahwa banyaknya khloroform mempengaruhi besarnya saturasi magnetik pada penelitian ini. Perbandingan jumlah partikel Fe 3 O 4 menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah Fe 3 O 4 jelas mempengaruhi loading factor pada kurva histerisis. Semakin banyak partikel magnetik ini pada.3 gram didapatkan hasil loading factor yang paling besar. Pada kurva histerisis didapatkan variasi yang paling baik pada ketiga variasi tersebut adalah pada kecepatan 61 rpm (4.5 V), dengan 1 ml penambahan khloroform dan dengan.3 gram partikel magnetik. Hasil ini menunjukkan peluang pemanfaatan magnetik Fe 3 O 4 terlapisi polimer biodegradabel dalam biomedikal seperti untuk bahan kontras MRI dan lain-lain. M (emu/gr) 8.E+ 6.E+ 4.E+ 2.E+.E+ -1.5E+ -1.E+ -5.E-1-2.E+.E+ 5.E-1 1.E+ 1.5E+ 4.5 V -4.E+ 1.5 V -6.E+ -8.E+ H (T) Gam bar 26 Kurva histerisis variasi kecepatan wetting 25 rpm (1.5V), 41 rpm (3V), 61 rpm (4.5V) dan 7 rpm (6V). 3 V 6 V 15

24 SIMPULAN M (emu/gr) 5.E+ 4.E+ 3.E+ 2.E+ 1.E+.E+ -1.5E+ -1.E+ -5.E-1.E+ 5.E-1 1.E+ 1.5E+ -1.E+ -2.E+ -3.E+ -4.E+ -5.E+ H (T) Gambar 27 Kurva histerisis variasi jumlah Fe 3 O 4.1 gram,.2 gram dan.3 gram. M (emu/gr) 2.5E+ 2.E+ 1.5E+ 1.E+ 5.E-1.E+ -1.5E+ -1.E+ -5.E-1.E+ 5.E-1 1.E+ 1.5E+ -5.E-1-1.E+ -1.5E+ -2.E+ H (T) Gambar 28 Kurva histerisis variasi penambahan jumlah khloroform ml sampai 15 ml..1 gr.2 gr.3 gr ml 5ml 1 ml 15 ml Nanopartikel magnetik Fe 3 O 4 dapat dilapisi dengan polimer biodegradable PLA menggunakan alat ultrasonik. Bentuk dan ukuran kavitasi akan sangat menentukan bentuk dan ukuran partikel magnetik terlapis polimer. Serbuk magnetik biodegradabel yang dihasilkan dalam penelitian ini berukuran kurang dari 1 µm atau berskala nanometer dan dapat terdispersi membentuk sistem koloid yang stabil. Keberadaan Fe 3 O 4 dalam sistem koloid dapat dipastikan dari profil XRD maupun kurva VSM. Nilai optimal pada puncak XRD didapatkan pada sampel 61 rpm, 1 ml khloroform dan,3 jumlah partikel magnetik Fe 3 O 4. Dari peak polimer PLA hanya mengalami perubahan intensitas. Pergeseran peak pada PLA tidak berbeda jauh dan pada peak Fe 3 O 4 tidak mengalami pergeseran. Nilai magnetisasi saturasi Fe3O4 maksimum pada proses kecepatan aduk terbesar pada 61 rpm dengan nilai 7,27 emu/gram dan pada 1 ml khloroform sebesar 2,1 emu/gram serta pada,3 partikel magnetik Fe 3 O 4. Dengan kata lain nilai dari profil XRD sebanding dengan profil VSM. Hasil ini menunjukkan peluang pemanfaatan magnetik Fe 3 O 4 terlapisi polimer biodegradabel dalam bidang biomedikal seperti untuk bahan kontras MRI, drug delivery system dan lainlain. SARAN Tabel 2 Nilai magnetisasi saturasi (Ms) dan medan koersiv (Hc) pada beberapa parameter. Ms (emu/gram) Hc (T) Parameter Kecepatan 25 rpm Kecepatan 41 rpm Kecepatan 61 rpm Kecepatan 7 rpm Khloroform 5 ml Khloroform 1 ml Khloroform 15 ml Fe 3 O 4.2 gram Fe 3 O 4.3 gram Untuk penelitian lebih lanjut dapat divariasikan kecepatan aduk dalam proses wetting lebih optimal lagi agar ukuran yang didapatkan semakin kecil dan bentuk yang didapatkan menjadi sehomogen mungkin. Analisa XRD dan VSM lebih mendalam juga perlu dilakukan agar dapat diperoleh informasi yang lebih lengkap. Karakterisasi lebih lengkap dan aplikasi dalam biomedis diharapkan dapat menjadikan peluang pemanfaatan partikel magnetik submikron/nanopartikel ini untuk bidang biomedikal. Dalam penelitian ini hanya dilakukan dalam satu tahap penelitian sehingga banyak variasi yang dilakukan. Diharapkan penelitian selanjutnya memakai hasil yang optimum dari yang sudah dilakukan dari penelitian ini. 16

25 DAFTAR PUSTAKA [1] Jiles D 1991 Introduction to Magnetism and Magnetic Materials (London : Chapman and Hall) [2] Morrish A H 21 The Physical Principles of Magnetism (Newyork: IEEE Press). [3] Jain RA.2. The manucfacturing techniques of various drug loaded biodegradabel poly(lactide-coglycolide)(plga) devices.biomaterials 21: [4] Tipler P A, 199, Fisika Untuk Sains, Jakarta Erlangga [5] P.K.Gupta, C.T.Hung, F.C.Lam, D.G.Perrier, International Journal of Pharmaceutics 1988,43,167 [6] Mujamilah, Ridwan, M.Refai Muslih, SetyoPurwanto, M.I.Maya Febri,Yohannes, A.M, Eddy Santoso, Herry Mugihardjo.2. Vibrating Sample Magnetometer (VSM) tipe Oxford VSM1. 2. H. Prosiding Seminar Nasional Bahan Magnet 1 2. [7] domains-universityof birmingham.com [8] Konecracka M. Kopcansky P. Timco M, 1999 Immobilation of proteins and enzimes to fine magnetic particles J. Mol.Catalysis B. Enzimatis [9] Pardoe H, Chua-anusorn W,St Pierre T G and Dobson J 21. Structural and magnetic properties of nanoscale iron oxide particles synthesized in the presence of dextarn or polyvinil alcohol J Magn.Mater [1] D.K.Kim, Y.Zhang, J.Kehr, T.Klason, B.Bjelke, M.Muhammed, Journal of Magnetism and Magnetic Materials 21,225,256 [11] Sudaryanto. 23. Pembuatan Mikrosphere Berbasis Polimer Biodegradabel Polilaktat.Simposiium Nasional Polimer IV [12] Lim Chang Mou. 22. Sythesis and characterisation of Poly (Lactid Acid) Micro/Nanospheres for Potential Drug Delivery. [13] Alger MSM Polymer Science Dictionary.London:Elsevier Aplplied Science. [14] A.Ibrahim, P.Couvreuur, M.Roland, P.Speiser, Journal of Pharmaceutics and Pharmacology 1982,35,59. [15] Sudaryanto et al. 25. Pembuatan nanopartikel magnetik terlapis biodegradabel PLA dengan metoda sonokomia 17

26 LAMPIRAN 18

27 Lampiran 1. Gambar alat XRD Lampiran 2. Gambar Alat SEM 19

28 Lampiran 3. Gambar Alat VSM Lampiran 4 Data JCPDS Fe 3 O 4 Lampiran 5 Gambar Alat Ultrasonik Probe 2

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) 10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan

Lebih terperinci

Tabel 2. Sifat kristal dan magnetik dari -Fe 2 O 3 dan Fe 3 O 4. (Harris, 2002)

Tabel 2. Sifat kristal dan magnetik dari -Fe 2 O 3 dan Fe 3 O 4. (Harris, 2002) 3 2. Menganalisis sifat magnetik sebelum dan sesudah dipadukan dengan polimer PLA. 3. Mempelajari efek parameter berupa waktu proses sonikasi (emulsifikasi). Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya nanosfer

Lebih terperinci

PENGARUH FORMULASI EMULSI TERHADAP HASIL ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNETIK Fe 3 DENGAN POLY(LACTIC ACID)

PENGARUH FORMULASI EMULSI TERHADAP HASIL ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNETIK Fe 3 DENGAN POLY(LACTIC ACID) Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 PENGARUH FORMULASI EMULSI TERHADAP HASIL ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNETIK DENGAN POLY(LACTIC ACID) ABSTRAK EviYulianti 1, Sudaryanto 1,YokiYulizar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel magnetik adalah partikel yang bersifat magnetik, berukuran dalam kisaran 1 nm sampai 100 nm. Ukuran partikel dalam skala nanometer hingga mikrometer identik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan,

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID (PLA) DENGAN METODE SONIKASI BRIGITA WIDYA HAPSARI

SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID (PLA) DENGAN METODE SONIKASI BRIGITA WIDYA HAPSARI SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID (PLA) DENGAN METODE SONIKASI BRIGITA WIDYA HAPSARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID DENGAN METODE SONIKASI

SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID DENGAN METODE SONIKASI Sintesis Nanosfer Berbasis Ferrofluid dan Polylactic Acid dengan Metode Sonikasi (B.W. Hapsari) Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC

Lebih terperinci

SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID (PLA) DENGAN METODE SONIKASI BRIGITA WIDYA HAPSARI

SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID (PLA) DENGAN METODE SONIKASI BRIGITA WIDYA HAPSARI SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID (PLA) DENGAN METODE SONIKASI BRIGITA WIDYA HAPSARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi terus mengalami perkembangan dengan semakin besar manfaat yang dapat dihasilkan seperti untuk kepentingan medis (pengembangan peralatan baru untuk

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset bidang material skala nanometer sangat pesat dilakukan di seluruh dunia saat ini. Jika diamati, hasil akhir dari riset tersebut adalah mengubah teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah & Khairurrijal, 2009). Material

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu yang mempelajari fenomena dan manipulasi material pada skala atomik, molekular, dan makromolekular disebut sebagai nanosains. Hal ini diklasifikasikan sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K

ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ANALISIS KRISTAL

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi memiliki jangkauan keilmuan yang bersifat interdisipliner. Satu bidang kajian terkait dengan bidang kajian lainnya. Sebagai contoh, ilmu fisika terkait

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi merupakan salah satu bidang yang menarik perhatian para peneliti dunia saat ini. Nanoteknologi adalah teknik rekayasa atau sintesis (kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak dikembangkan penelitian tentang nanopartikel spinel ferrit. Hal ini dikarenakan bidang aplikasinya yang sangat luas yaitu dalam sistem penyimpanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI Oleh Yuda Anggi Pradista NIM 101810301025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dunia penelitian sains hari ini dapat dikatakan telah dan akan terus memberikan banyak perhatian pada bidang nanoteknologi. Karakternya yang unik membuat

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR

ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pilihan Teknologi Nano Oleh : Nama : Dwi Tri

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunaan magnetic nanoparticles (MNPs) sebagai perangkat elektronik semakin banyak diminati. Hal ini didasarkan pada keunikan sifat kemagnetan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil-hasil penelitian bidang nanoteknologi telah diaplikasikan diberbagai bidang kehidupan, seperti industri, teknologi informasi, lingkungan, pertanian dan kesehatan.

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

Enkapsulasi Nanopartikel Magnetik Fe 3 O 4 Menggunakan. Polimer Poli Asam Laktat Dengan Ultrasonik Probe

Enkapsulasi Nanopartikel Magnetik Fe 3 O 4 Menggunakan. Polimer Poli Asam Laktat Dengan Ultrasonik Probe Enkapsulasi Nanopartikel Magnetik Fe 3 O 4 Menggunakan Polimer Poli Asam Laktat Dengan Ultrasonik Probe oleh : Evi Yulianti 0606001701 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Sains Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Material berukuran nano atau yang dikenal dengan istilah nanomaterial merupakan topik yang sedang ramai diteliti dan dikembangkan di dunia sains dan teknologi. Material

Lebih terperinci

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3 SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL MAGNET HIBRIDA BaFe 12 O 19 - Sm 2 Co 17 Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat pada

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia maka kemajuan dibidang teknologi mutlak adanya guna menyokong kebutuhan manusia. Efek daripada hal tersebut kini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Fisika- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPF-LIPI) Kawasan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND Oleh : Henny Dwi Bhakti Dosen Pembimbing : Dr. Mashuri, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Dibutuhkannya

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Larutan Garam Klorida Besi dari Pasir Besi Hasil reaksi bahan alam pasir besi dengan asam klorida diperoleh larutan yang berwarna coklat kekuningan, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Magnet Magnet merupakan benda yang terbuat dari bahan tertentu dengan sifat mampu menarik bahan ferromagnetik dan ferrimagnetik. Nama magnet diambil dari nama daerah

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah teknologi pembuatan dan penggunaan material yang memiliki ukuran nanometer dengan skala (1-100 nm). Perubahan ukuran bulk ke nanomaterial mengakibatkan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 NOER AF IDAH 1109201712 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Darminto, MSc Pendahuluan: Smart magnetic materials Barium M-Heksaferit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi Irfan Nursa*, Dwi Puryanti, Arif Budiman Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Perkembangan tersebut diikuti dengan meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

SINTESIS DAN STRUKTUR KRISTAL BAHAN LaMnO 3 DAN La 0,7 Er 0,3 MnO 3 PEROVSKITE SKRIPSI

SINTESIS DAN STRUKTUR KRISTAL BAHAN LaMnO 3 DAN La 0,7 Er 0,3 MnO 3 PEROVSKITE SKRIPSI SINTESIS DAN STRUKTUR KRISTAL BAHAN LaMnO 3 DAN La 0,7 Er 0,3 MnO 3 PEROVSKITE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata satu Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasir besi umumnya ditambang di areal sungai dasar atau tambang pasir (quarry) di pegunungan, tetapi hanya beberapa saja pegunungan di Indonesia yang banyak mengandung

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia tidak dapat lepas dari teknologi, seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka seiring dengan hal itu juga kebutuhan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sensor magnetik berbasis teknologi Giant Magnetoresistance (GMR) pada saat ini menarik minat banyak peneliti. Hal ini dikarenakan material GMR memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel dan uji fisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen dengan membuat lapisan tipis Au di atas substrat Si wafer, kemudian memberikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii PERNYATAAN iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xiii INTISARI xiv ABSTRACT xv BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

EFEK WAKTU WET MILLING DAN SUHU ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS, MIKROSTRUKTUR, DAN MAGNET DARI FLAKES NdFeB SKRIPSI WAHYU SOLAFIDE SIPAHUTAR

EFEK WAKTU WET MILLING DAN SUHU ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS, MIKROSTRUKTUR, DAN MAGNET DARI FLAKES NdFeB SKRIPSI WAHYU SOLAFIDE SIPAHUTAR EFEK WAKTU WET MILLING DAN SUHU ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS, MIKROSTRUKTUR, DAN MAGNET DARI FLAKES NdFeB SKRIPSI WAHYU SOLAFIDE SIPAHUTAR 110801087 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI

Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nano material memiliki sifat mekanik, optik, listrik, termal, dan magnetik yang unik. Sifat sifat unik tersebut tidak ditemukan pada material yang berukuran bulk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu : preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci