PENGARUH FORMULASI EMULSI TERHADAP HASIL ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNETIK Fe 3 DENGAN POLY(LACTIC ACID)
|
|
- Susanto Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 PENGARUH FORMULASI EMULSI TERHADAP HASIL ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNETIK DENGAN POLY(LACTIC ACID) ABSTRAK EviYulianti 1, Sudaryanto 1,YokiYulizar 2 Mujamilah 1 1 Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang 2 Departemen Kimia, FMIPA - UI Kampus Baru UI, Depok PENGARUH FORMULASI EMULSI TERHADAP HASIL ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNETIK DENGAN POLY(LACTIC ACID). Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh formulasi emulsi terhadap hasil enkapsulasi nanopartikel magnetik denganpoly(lactic Acid) (). Proses enkapsulasi dilakukan dengan metode mikroemulsi dilanjutkan dengan penguapan pelarut. Pada metode ini sistem emulsi dibuat dengan menggunakan ultrasonik probe. Parameter divariasikan adalah formulasi emulsi dengan mengubah volume fasa minyak pada sistem emulsi minyak dalam air (o/w) dari 6 ml, 8 ml, 10 ml, 12 ml 14 ml, segkan volume fasa air dibuat tetap (55 ml). Karakterisasi dilakukan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui morfologi ukuran sampel dihasilkan. Difraktomer Sinar-X untuk mengidentifikasi fasa, Vibrating Sample Magnetometer (VSM) untuk mengetahui kemagnetannya serta Neutron Activation Analysis (NAA) untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses enkapsulasi. Hasil SEM menunjukkan formulasi emulsi m/a = 14/55 menghasilkan nanosfir dengan ukuran rata-rata terkecil yaitu 382 nm. Nilai magnetisasi jenuh nanosfir + tertinggi adalah 2,556 emu/g dengan persen enkapsulasi 24,94%. Kata kunci : Formulasi emulsi,, Poly(Lactic Acid) (), Nanopartikel magnetik, Enkapsulasi ABSTRACT THE EFFECT OF EMULSION FORMULATION TO ENCAPSULATION OF MAGNETIC NANOPARTICLE WITH POLY(LACTIC ACID). The research to study the effect of emulsion formulation to encapsulation magnetic nanoparticle with Poly(Lactic Acid) () has been done. Microemulsion by ultrasonic probe is used in encapsulation process and continued by solvent evaporation. Emulsion formulation has been varied by changing oil phase volume in the oil in water (o/w) emulsion system from 6 ml, 8 ml, 10 ml, 12 ml and 14 ml, whereas water phase volume is constant (55 ml). Sample characterization is carried on by Scanning Electron Microscope (SEM) to know the morphology and sample size. X-Ray Diffractometer (XRD) is used to identify the phase, Vibrating Sample Magnetometer (VSM) is used to measure magnetic saturation while Neutron Activation Analysis (NAA) is used to measure encapsulation percentage of with. The smallest nanosphere is resulted by emulsion formulation (o/w) of 14/55 with the main sample size 382 nm. The maximum magnetic saturation of + nanosphere is emu/g and encapsulation percentage is 24.94%. Key words : Emulsion formulation,, Poly(Lactic Acid) (), Magnetic nanoparticle, Encapsulation PENDAHULUAN Penelitian tentang nanopartikel magnet membuka peluang sangat menjanjikan untuk diaplikasikan dalam berbagai big, khususnya dalam penelitian biomedis teknologi perlindungan lingkungan (contoh : pengolahan senyawa berbahaya dari air limbah). Di big biomedis, nanopartikel magnet digunakan di big kesehatan antara lain untuk treatment hyperthermia untuk menyembuhkan penyakit tumor, drug delivery system, sebagai contrast agent dalam diagnosa penyakit menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) pelabelan sel [1,2]. Agar bisa diaplikasikan nanopartikel magnetik harus bersifat superparamagnetik, bisa terdispersi atau membentuk koloid stabil dalam air berlingkungan ph netral garam fisiologis. Kestabilan partikel 228
2 Pengaruh Formulasi Emulsi Terhadap Hasil Enkapsulasi Nanopartikel Magnetik dengan Poly(Lactic Acid) (Evi Yulianti) magnetik di dalam air bergantung pada beberapa faktor diantaranya ukuran partikel, muatan kimia permukaan. Semakin kecil ukuran partikel, pengaruh gaya gravitasi semakin dapat diabaikan. Segkan peningkatan muatan kimia permukaan memungkinkan aya gaya tolak menolak antar partikel sehingga partikel dapat terdispersi dengan stabil dalam cairan tubuh. Demikian pula sifat superparamagnetik akan dapat dicapai bila ukuran partikel magnet makin kecil mengakibatkan makin kecil pula interaksi antar partikel [3,4]. Untuk itu disamping upaya pembuatan partikel berskala nanometer, enkapsulasi (pengungkungan) partikel magnetik dengan polimer organik dalam bentuk mikrosfer atau nanosfir merupakan cara efektif untuk memenuhi berbagai tuntutan penggunaan big medis tersebut. Berbagai metode telah dilaporkan untuk pembuatan nanopartikel magnetik proses enkapsulasi (pengungkungan) nanopartikel untuk membentuk mikro atau nanosfir. Pembuatan nanopartikel magnet dengan reaksi pengendapan, di samping telah diteliti juga metode mikroemulsi, serta teknik penghalusan dengan high energy milling [5]. Segkan proses enkapsulasi telah dikembangkan telah melakukan nanokapsulasi polimer menggunakan sistem emulsi air-minyak-air (w/o/w) dalam bentuk mikrosfir albumin, pati partikel magnet [6]. Telah disintesis nanokapsul PLGA nanopartikel besi oksida dengan teknik emulsifikasi difusi [7]. Berbagai teknik lain juga telah dikembangkan antara lain penguapan pelarut, polimerisasi emulsi polimerisasi disperse [1]. Di antara metode tersebut, mikroemulsi merupakan metode relatif sederhana memungkinkan untuk melakukan pelapisan partikel magnet dengan polimer biodegradable. Metode mikroemulsi pada prinsipnya adalah pemanfaatan sistem emulsi air dalam minyak (w/o) atau minyak dalam air (o/w) distabilkan oleh surfaktan [8]. Dalam metode ini partikel magnet terjebak dalam kavitasi (gelembung) ditimbulkan dalam proses pengadukan distabilkan oleh surfaktan. Bentuk ukuran kavitasi akan sangat menentukan bentuk ukuran partikel magnetik terlapis polimer sebagai hasil akhirnya. Ada banyak cara untuk mendapatkan kavitasi berukuran kecil. Penelitian dilakukan sebelumnya membandingkan penggunaan teknik pengadukan berkecepatan tinggi dengan penggunaan ultrasonik probe untuk pembuatan mikrosfir - [9]. Penggunaan ultrasonik probe ternyata menghasilkan mikrosfir jauh lebih kecil seragam. Selain itu lamanya proses pengadukan juga mempengaruhi ukuran kavitasi pada akhirnya mempengaruhi ukuran mikrosfir dihasilkan[10]. Pada makalah ini akan dilaporkan pengaruh formulasi emulsi terhadap hasil enkapsulasi nanopartikel magnetik (magnetit) menggunakan polimer biodegradable poli laktat (). Proses enkapsulasi dilakukan dengan metode mikroemulsi memanfaatkan ultrasonik probe atau proses sonikasi. Variasi formulasi emulsi dilakukan dengan mengubah volume fasa minyak dalam sistem emulsi minyak dalam air (o/w), segkan fasa air dibuat tetap. METODE PERCOBAAN Bahan Alat Bahan-bahan kimia digunakan pada penelitian ini adalah : polimer biodegradable poli laktat () dengan BM Da, kloroform untuk melarutkan dengan standar pro analisis, Polyvinyl Alcohol (PVA) dengan BM Da sebagai surfaktan. Partikel magnetik murni berukuran 20 nm diperoleh dari Aldrich. Peralatan digunakan adalah Ultrasonik tipe probe (Sonics & Material, INC., USA, Model VCX 750, Ti Horn, 20 khz). Peralatan pendukung lain digunakan dalam penelitian adalah peralatan gelas biasa digunakan dalam laboratorium kimia, pengaduk magnet pengaduk biasa, centrifuge oven. Cara Kerja Pada prinsipnya proses pengungkungan (enkapsulasi) dilakukan dengan tiga tahap yaitu pembasahan partikel magnetik dengan larutan agar terdispersi dengan merata, proses emulsifikasi penguapan pelarut kloroform dalam air. Pertama disiapkan larutan dalam kloroform dengan konsentrasi tertentu. Ke dalam larutan ditambahkan serbuk magnet disonikasi selama 1 menit. Campuran hasil sonikasi kemudian dituangkan ke dalam aquadest di dalamnya telah terlarut PVA. Kemudian disonikasi kembali selama 2 menit Setelah proses sonikasi, emulsi terbentuk dituangkan ke dalam gelas beaker berisi 500 ml air sambil diaduk selama 1 jam dengan kecepatan 1000 rpm. Serbuk terbentuk selanjutnya dipisahkan dengan cara sentrifugasi selama 30 menit pada kecepatan 4000 rpm. Serbuk dicuci lagi dengan 300 ml aquadest disentrifugasi. Serbuk dihasilkan kemudian dikeringkan pada suhu ruang, selanjutnya dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu 50 C selama 1 jam. Sampel dalam bentuk serbuk kering selanjutnya dikarakterisasi dengan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk menentukan bentuk, ukuran mikrosfir X-Ray Difractometry (XRD), Vibrating Sampel Magnetometry (VSM) Neutron 229
3 Activation Analysis (NAA) untuk menentukan keberadaan. Formulasi emulsi dibuat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi bahan dalam proses enkapsulasi dengan No. Sampel Lar 5% (ml) Lar PVA 5% (ml) Air (g) HASIL DAN PEMBAHASAN m/a : :55 5: :55 5: :55 5: :55 5: :55 5:1 Analisis Bentuk Ukuran Nanosfir + dengan SEM Hasil analisis SEM untuk mengetahui pengaruh variasi perbandingan fasa minyak (kloroform) fasa air terhadap morfologi ukuran hasil enkapsulasi dengan ditunjukkan pada Gambar 1. Pengukuran dengan SEM dilakukan dengan perbesaran X. Serbuk hasil enkapsulasi dengan berbentuk bulat dengan ukuran di bawah 1 mikron. (a) Tabel 2 menunjukkan peningkatan perbandingan fasa minyak terhadap air dari 6/55-14/55 menyebabkan ukuran nanosfir mengecil dari rata-rata 573 nm menjadi 382 nm. Tabel 2. Ukuran serbuk hasil enkapsulasi dengan variasi formulasi emulsi No. Hal ini dapat dilihat dari foto SEM (Gambar 1) bahwa makin tinggi volume fasa minyak maka distribusi ukuran nanosfir semakin merata terlihat dari nilai standar deviasi makin kecil. Peningkatan volume fasa minyak menyebabkan sistem emulsi menjadi lebih encer, akibatnya tetesan lebih mudah dipecah menjadi tetesan lebih kecil, sehingga menghasilkan nanosfir lebih kecil [7]. Selain itu, dalam sistem emulsi minyak dalam air (o/w), penambahan fasa minyak akan mempengaruhi kestabilan emulsi. Untuk mempertahankan kestabilan, (b) Formulasi emulsi (m/a) Ukuran rata-rata Standar deviasi 1 6/ / / / / (c) (d) (e) Gambar 1. Hasil SEM + variasi formulasi emulsi (a). m/a = 6/55 (b). m/a = 8/55 (c). m/a = 10/55 (d). m/a = 12/55 (e). m/a = 14/55 230
4 Pengaruh Formulasi Emulsi Terhadap Hasil Enkapsulasi Nanopartikel Magnetik dengan Poly(Lactic Acid) (Evi Yulianti) tetesan-tetesan emulsi harus lebih kecil dengan ukuran seragam [8]. Grafik Perubahan ukuran sebagai fungsi volume fasa minyak hasil analisis dari foto SEM ditampilkan pada Gambar 2. Analisis Fasa Nanosfir + Pola difraksi sinar-x + dihasilkan pada berbagai formulasi emulsi ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 (a) menunjukkan pola difraksi sinar-x sebelum dienkapsulasi, segkan Gambar 3(b), Gambar 3(c), Gambar 3(d), Gambar 3(e) Gambar 3(f) menunjukkan pola difraksi sudah dienkapsulasi dengan. Untuk polimer polilaktat, puncak difraksi terbentuk pada sudut 16,49, 19,04 23, segkan serbuk membentuk beberapa puncak difraksi antara lain pada sudut 31,25 36, (a) Volume fasa minyak (ml) Gambar 2. Grafik perubahan ukuran serbuk akibat perubahan formulasi emulsi (f) (e) (d) (c) (b) (a) Fe3O4 (b) Fe3O4 + (m/a= 6/55) (c) Fe3O4 + (m/a=8/55) (d) Fe3O4 + (m/a=10/55) (e) Fe3O4 + (m/a=12/55) (f) Fe3O4 + (m/a=14/55 ) Fe3O theta Gambar 3. Pola difraksi sinar-x telah dienkapsulasi dengan variasi formulasi emulsi Intensitas puncak difraksi pada sudut 36,82 ( ) meningkat dengan makin besarnya perbandingan fasa minyak air menunjukkan peningkatan keberadaan dalam serbuk. Perubahan perbandingan volume fasa minyak terhadap pada perbandingan : tetap (5 : 1) menunjukkan perubahan pola difraksi maupun (Gambar 3 (b) sampai dengan Gambar 3 (f))). Puncak difraksi makin nyata pada perbandingan fasa minyak terhadap fasa air makin tinggi. Hal ini menunjukkan bertambahnya kecenderungan terbentuknya fasa kristalin polilaktat. Makin tinggi kadar kloroform dalam sistem emulsi (w/o), maka proses penguapan kloroform dalam air pada tahap akhir proses enkapsulasi makin lambat. Dengan demikian memberi kesempatan kepada molekul-molekul untuk menata diri membentuk struktur kristalin teratur. Analisis Sifat Kemagnetan Tingkat Keberhasilan Proses Enkapsulasi Keberadaan dalam sistem nanosfir + selain teridentifikasi pada profil XRD (Gambar 3), juga dipastikan dengan pengukuran VSM. Kurva histeresis dari partikel sudah terenkapsulasi diperlihatkan pada Gambar 4. Terlihat terbentuknya struktur superparamagnetik dengan nilai saturasi magnetisasi semakin besar dengan bertambahnya volume fasa minyak dari 6 ml hingga 14 ml. Sumbu Y menyatakan momen magnetik dimiliki oleh 1 gram nanopartikel magnet terlapis. Nilai magnetisasi saturasi (M s ) akibat perubahan volume fasa minyak dapat dilihat pada Gambar Me H (Tesla) m/a = 14/55 m/a = 12/55 m/a = 8/55 m/a= 6/55 Gambar 4. Kurva histeresis + variasi formulasi emulsi Mengacu pada pengamatan selama proses enkapsulasi, terlihat bahwa tidak semua nanopartikel magnetik dapat terkungkung oleh. Nilai magnetisasi saturasi tanpa dienkapsulasi adalah 72 emu/gram.[9]. Secara teori apabila semua ditambahkan berhasil dienkapsulasi maka nilai magnetisasi saturasi sampel serbuk dihasilkan adalah 12 emu/gram karena komposisi awal dalam serbuk adalah 1 : 5. Nilai magnetisasi saturasi serbuk akan sebanding dengan makin banyaknya berhasil dienkapsulasi. Untuk mengkonfirmasi tingkat keberhasilan enkapsulasi partikel dengan dilakukan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode Neutron Activation Analysis (NAA) dengan mengukur kadar Fe total terkandung dalam serbuk. Hasil analisis kadar Fe dalam bentuk dengan NAA dapat dilihat pada Tabel 3. Makin besar volume fasa minyak maka nano partikel terenkapsulasi juga semakin banyak. Semakin banyak kloroform, pendispersian partikel magnetik terjadi lebih efektif, karena ruang untuk mendispersikan nanopartikel magnet juga semakin besar. 231
5 Tabel 3. Pengaruh formulasi emulsi terhadap %enkapsulasi dengan KESIMPULAN Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa formulasi emulsi mempengaruhi hasil enkapsulasi nanopartikel magnet dengan. Makin besar perbandingan fasa minyak terhadap fasa air maka ukuran nanosfir dihasilkan makin kecil seragam dengan ukuran rata-rata terkecil 382 nm. Selain itu makin besar volume fasa minyak (kloroform) maka kemagnetan serta persen enkapsulasi juga semakin meningkat. Nilai magnetisasi jenuh tertinggi dari nanosfir dihasilkan adalah 2,556 emu/g sampel segkan persen enkapsulasi tertinggi adalah 24,94%. DAFTAR ACUAN [1]. HORAK, D., LEDNICKY F., PETROVSKY E., KAPICKA A., J. Macromolecular Materials and Engineering, 289 (2004) [2]. PANKHURST, Q.A., CONNOLYJ, JONES S.K., and DOBSON, J. Phys. D: Appl. Phys., 36 (2003) R167-R181 [3]. JOHNSON, J., Magnetic Targeted Carriers : An Innovative Drug Delivery Technology, Magnetic Magazine, (2004) [4]. GUPTA, A. K., GUPTA, M., Biomaterials, 26 (2005) [5]. SULUNGBUDI, G.T., MUJAMILAH RIDWAN, Jurnal Sains Materi Indonesia, 9 (1) (2007) [6]. GUERRO, DG., et al., Pharmaceut. Res., 15 (1998) 1056 [7]. LEE, S.J., et.al., Journal Colloids and Surface A: Physicochemical Engineering Aspects, (2005) [8]. ROSEN, M.J., Surfactant and Interfacial Phenomena, John Wiley & Sons, Inc., New York, (1978) [9]. SUDARYANTO, MUJAMILAH, WAHYU DIANINGSIH, HANDAYANI, A., RIDWAN MUTALIB, A., Jurnal Sains Materi Indonesia, 8 (2)(2007) [10]. AFFANDI, S., MUJAMILAH, KURNIATI, M. SUDARYANTO, Efek Kondisi Pembasahan dalam Pembentukan Nanosfir berbasis Oksida Besi, Jurnal Sains Materi Indonesia, 9 (1) (2007) Kadar No. m/a Awal ( : = 5/1 Setelah enkapsulasi % enkapsulasi 1. 6/55 166,7 14,40 8, /55 166,7 27,90 16, /55 166,7 29,74 17, /55 166,7 28,57 17, /55 166,7 41,58 24,94
HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)
10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan
Lebih terperinciSINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID DENGAN METODE SONIKASI
Sintesis Nanosfer Berbasis Ferrofluid dan Polylactic Acid dengan Metode Sonikasi (B.W. Hapsari) Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC
Lebih terperinciEnkapsulasi Nanopartikel Magnetik Fe 3 O 4 Menggunakan. Polimer Poli Asam Laktat Dengan Ultrasonik Probe
Enkapsulasi Nanopartikel Magnetik Fe 3 O 4 Menggunakan Polimer Poli Asam Laktat Dengan Ultrasonik Probe oleh : Evi Yulianti 0606001701 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciTabel 2. Sifat kristal dan magnetik dari -Fe 2 O 3 dan Fe 3 O 4. (Harris, 2002)
3 2. Menganalisis sifat magnetik sebelum dan sesudah dipadukan dengan polimer PLA. 3. Mempelajari efek parameter berupa waktu proses sonikasi (emulsifikasi). Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya nanosfer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel magnetik adalah partikel yang bersifat magnetik, berukuran dalam kisaran 1 nm sampai 100 nm. Ukuran partikel dalam skala nanometer hingga mikrometer identik
Lebih terperinciPengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi
Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi Irfan Nursa*, Dwi Puryanti, Arif Budiman Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset bidang material skala nanometer sangat pesat dilakukan di seluruh dunia saat ini. Jika diamati, hasil akhir dari riset tersebut adalah mengubah teknologi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memicu terjadinya pencemaran lingkungan, seperti: air, tanah dan udara. Pencemaran lingkungan hidup, terutama logam berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan,
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau
Lebih terperinciSINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING
Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/27 Tanggal 26 Juni 27 SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING Suryadi 1, Budhy Kurniawan 2, Hasbiyallah 1,Agus S.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunaan magnetic nanoparticles (MNPs) sebagai perangkat elektronik semakin banyak diminati. Hal ini didasarkan pada keunikan sifat kemagnetan yang dimilikinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan
Lebih terperinciPASI NA R SI NO L SI IK LI A KA
NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi memiliki jangkauan keilmuan yang bersifat interdisipliner. Satu bidang kajian terkait dengan bidang kajian lainnya. Sebagai contoh, ilmu fisika terkait
Lebih terperinciIDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM
IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak dikembangkan penelitian tentang nanopartikel spinel ferrit. Hal ini dikarenakan bidang aplikasinya yang sangat luas yaitu dalam sistem penyimpanan
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4
PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4 Astuti, Aso Putri Inayatul Hasanah Jurusan Fisika. FMIPA. Universitas Andalas Email: tuty_phys@yahoo.com ABSTRAK Nanopartikel magnetik Fe 3O
Lebih terperinciSINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID (PLA) DENGAN METODE SONIKASI BRIGITA WIDYA HAPSARI
SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID (PLA) DENGAN METODE SONIKASI BRIGITA WIDYA HAPSARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi terus mengalami perkembangan dengan semakin besar manfaat yang dapat dihasilkan seperti untuk kepentingan medis (pengembangan peralatan baru untuk
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Fisika- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPF-LIPI) Kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil-hasil penelitian bidang nanoteknologi telah diaplikasikan diberbagai bidang kehidupan, seperti industri, teknologi informasi, lingkungan, pertanian dan kesehatan.
Lebih terperinciENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR
ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pilihan Teknologi Nano Oleh : Nama : Dwi Tri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan kebutuhan manusia disegala bidang selain membawa kemajuan terhadap kehidupan manusia, tetapi juga akan memberikan dampak negatif kepada lingkungan. Industrialisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasir besi umumnya ditambang di areal sungai dasar atau tambang pasir (quarry) di pegunungan, tetapi hanya beberapa saja pegunungan di Indonesia yang banyak mengandung
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia
27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciPENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4
PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4 Hari Gusti Firnando, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis,
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri
Lebih terperinciANALISIS FASA MINOR DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON
Urania Vol. 20 No. 3, Oktober 2014 : 110-162 ISSN 0852-4777 ANALISIS FASA MINOR DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON Engkir Sukirman, Herry Mugirahardjo Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju - BATAN Kawasan Puspiptek,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan
6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk
Lebih terperinciSintesa dan Karakterisasi Partikel Magnetik Submikron Berbasis Oksida Fe dan Polimer Polilaktat (PLA) SONNY AFANDI G
Sintesa dan Karakterisasi Partikel Magnetik Submikron Berbasis Oksida Fe dan Polimer Polilaktat (PLA) SONNY AFANDI G741231 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciResearch and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.2, No.2, 2015, pp ISSN :
Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.2, No.2, 2015, pp. 91-98 ISSN : 2356-3303 ENKAPSULASI NANOPARTIKEL SUPERPARAMAGNETIK Fe 3 O 4 MENGGUNAKAN KITOSAN DAN ALGINAT YANG DIIMPREGNASI
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciSintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi
Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika
23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan April
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya
Lebih terperinciSINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID (PLA) DENGAN METODE SONIKASI BRIGITA WIDYA HAPSARI
SINTESIS NANOSFER BERBASIS FERROFLUID DAN POLY LACTIC ACID (PLA) DENGAN METODE SONIKASI BRIGITA WIDYA HAPSARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP SIFAT MAGNETIK MAGHEMIT (γ-fe 2 O 3 ) YANG DISINTESIS DARI MAGNETIT BATUAN BESI (Fe 3 O 4 )
PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP SIFAT MAGNETIK MAGHEMIT (γ-fe 2 O 3 ) YANG DISINTESIS DARI MAGNETIT BATUAN BESI (Fe 3 O 4 ) Muhammad Ikhsan*, Dwi Puryanti, Arif Budiman Jurusan Fisika
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 Peni Alpionita, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis, Pauh Padang 25163 e-mail:
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium
30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan
3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer
Lebih terperinciBAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA
BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara
Lebih terperinciErfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL MAGNET HIBRIDA BaFe 12 O 19 - Sm 2 Co 17 Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat pada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Pada penelitian ini digunakan bahan diantaranya deksametason natrium fosfat farmasetis (diperoleh dari Brataco), PLGA p.a (Poly Lactic-co-Glycolic
Lebih terperinciGambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 di bawah ini memperlihatkan diagram alir dalam penelitian ini. Surfaktan P123 2 gr Penambahan Katalis HCl 60 gr dengan variabel Konsentrasi
Lebih terperinciSintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction
Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat
Lebih terperincipolutan. Pada dasarnya terdapat empat kelas bahan nano yang telah dievaluasi sebagai bahan fungsional untuk pemurnian air yaitu nanopartikel
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan mendasar bagi makhluk hidup. Namun, kualitas air terus menurun karena pertumbuhan penduduk maupun industrialisasi yang menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia maka kemajuan dibidang teknologi mutlak adanya guna menyokong kebutuhan manusia. Efek daripada hal tersebut kini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi
Lebih terperinciBab III Metoda Penelitian
28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode eksperimen. Eksperimen dilakukan di beberapa tempat yaitu Laboratorium Kemagnetan Bahan, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO Fe 3 O 4 DENGAN TEMPLATE PEG- 1000
SINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO Fe 3 O 4 DENGAN TEMPLATE PEG- 1000 Febie Angelia Perdana Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi adalah istilah untuk rentang teknologi, teknik dan proses yang menyangkut manipulasi materi pada tingkat molekul (kelompok atom), sistemsistem yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi merupakan salah satu bidang yang menarik perhatian para peneliti dunia saat ini. Nanoteknologi adalah teknik rekayasa atau sintesis (kombinasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciBAB 3METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Pusat PenelitianPengembangan Fisika (P2F) Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia (LIPI) PUSPITEK, Serpong. 3.1.2 Waktu Penelitian
Lebih terperinciθ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.
Intensitas 5 selama 24 jam. Setelah itu, filtrat dipisahkan dari sampel C, D, dan E dengan cara mendekatkan batang magnet permanen pada permukaan Erlenmeyer. Konsentrasi filtrat ditentukan menggunakan
Lebih terperinci3 Metodologi penelitian
3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK
PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK Yuni Chairun Nisa 1, Siti Zulaikah, Nandang Mufti Jurusan Fisika, Universitas Negeri
Lebih terperinci3 Metodologi Percobaan
3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin
Lebih terperinciKARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19
KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 NOER AF IDAH 1109201712 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Darminto, MSc Pendahuluan: Smart magnetic materials Barium M-Heksaferit
Lebih terperinciPengaruh Suhu Polimerisasi Terhadap Sifat Transpor dan Struktur Polianilina Berbentuk Garam Emeraldine
Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.1, No.2, 2014, pp. 48-52 ISSN : 2356-3303 Pengaruh Suhu Polimerisasi Terhadap Sifat Transpor dan Struktur Polianilina Berbentuk Garam Emeraldine
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA
SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA Astuti * dan Sulastriya Ningsi Laboratrium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus
Lebih terperinci@Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 4/16/2013 1
NANOPARTIKEL: PENGHANTARAN OBAT @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 4/16/2013 1 Keunikan Sifat dalam Dimensi Nanometer Partikel tembaga yang memiliki diameter 6 nm menunjukkan kekerasan 5 kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu yang mempelajari fenomena dan manipulasi material pada skala atomik, molekular, dan makromolekular disebut sebagai nanosains. Hal ini diklasifikasikan sendiri
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN
ISSN 14106957 Akreditasi No. 129/AkredLIPI/P2MBI/06/2008 PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN Indra Suryawan, Sri Rinanti Susilowati Pusat Teknologi
Lebih terperinciSINTESIS BAHAN MAGNETIK KOMPOSIT Fe-C DENGAN HIGH ENERGY MILLING SPEX 8000M DAN HIGH ENERGY MILLING E3D
Sintesa Bahan Magnetik Komposit Fe-C(grafit) dengan High Energy Milling (HEM) SPEX 8M dan HEM- E3D-LIPI (Setyo Purwanto) SINTESIS BAHAN MAGNETIK KOMPOSIT Fe-C DENGAN HIGH ENERGY MILLING SPEX 8M DAN HIGH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini secara umum adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Tahapan Penelitian 3.2 Bahan dan Peralatan Bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata)
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata) 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah nanopartikel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Material berukuran nano atau yang dikenal dengan istilah nanomaterial merupakan topik yang sedang ramai diteliti dan dikembangkan di dunia sains dan teknologi. Material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beragam jenis produk minyak dan luasnya penggunaan minyak bumi pada berbagai sektor kehidupan membuat pencemaran lingkungan karena tumpahan minyak dapat menjadi masalah,
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI
PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI 130801041 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciSintesis dan Enkapsulasi Partikel Nanomagnetik Nikel dengan Alginat-Kitosan dan Senyawa Aktif Mangosteen
Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.1, No.2, 2014, pp. 58-63 ISSN : 2356-3303 Sintesis dan Enkapsulasi Partikel Nanomagnetik Nikel dengan Alginat-Kitosan dan Senyawa Aktif Mangosteen
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas
32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Pengujian TGA - DTA Gambar 4.1 memperlihatkan kuva DTA sampel yang telah di milling menggunakan high energy milling selama 6 jam. Hasil yang didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah & Khairurrijal, 2009). Material
Lebih terperinci