PERANCANGAN SISTEM KOLABORASI SUPPLY CHAIN UNTUK MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN UKM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN SISTEM KOLABORASI SUPPLY CHAIN UNTUK MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN UKM"

Transkripsi

1 PERANCANGAN SISTEM KOLABORASI SUPPLY CHAIN UNTUK MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN UKM Anang Pribady, Janti Gunawan, dan Budisantoso Wirjodirdjo Pasca Sarjana Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Indonesia, ABSTRAK Usaha Kecil dan menengah (UKM) memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia seperti kontribusi pada PDB nasional dan penyerapan tenaga kerja. UKM bukan tanpa masalah, kecilnya skala, usaha, kurangnya modal, kurangnya pengetahuan, ketidakmampuan manajemen usaha dan kurangnya akses pasar menjadi masalah umum UKM. Untuk mengatasi masalah-masalah UKM tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan menjadi bagian dari sebuah supply chain melalui strategi kolaborasi dalam bentuk koperasi. Dengan model kolaborasi yang benar harapannya UKM dapat mengatasi masalah masalah tersebut. Model kolaborasi disusun dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik karena kolaborasi UKM memiliki variable yang kompleks dan keterkaitan antar variabelnya tinggi. Model yang dibuat dapat digunakan untuk merubah beberapa variabel dan melihat hasilnya sehingga model ini dapat dijadikan bahan pertimbangan sbelum menentukan harga, kualitas, safety stock dan pengaruhnya pada market share. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa menjaga kepercayaan baik itu kepercayaan pemasok, pelanggan maupun UKM sebagai anggota dalam kolaborasi sangat berpengaruh pada performa supply chain UKM. Dengan menjaga kepercayaan masing masing stake holder terlihat perubahan signifikan pada perkembangan performa supply chain dan pengaruhnya pada pertumbuhan UKM. Kata kunci : UKM, supply chain, kolaborasi, sistem dinamik PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu isu kunci di banyak negara baik di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Pembangunan sektor UKM sangat penting untuk memperkuat industri besar sebagai pendukungnya (Kameyama and Kobayashi 2001). UKM merupakan cikal bakal industri besar dimasa depan karena setiap industri besar memiliki pengalaman memulai sebagai industri kecil. Tambunan (2002) menyatakan bahwa industri kecil dapat merespon lebih cepat dan lebih fleksibel dibandingkan dengan industri besar dalam menghadapi perubahan kondisi yang mendadak. Walaupun tidak menampik kenyataan, banyak industri kecil yang merasakan dampak krisis. UKM dengan perannya yang sangat besar bukan tanpa hambatan. UKM memiliki tantangan struktural dan operasional yang perlu segera diatasi jika pembangunan ekonomi ingin dicapai, karena mereka adalah mesin pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja dan transformasi sosial ekonomi (Eyaa et al. 2010). Pengembangan UKM di Indonesia juga tak luput dari berbagai masalah, baik itu masalah internal maupun eksternal. Masalah umum yang sering dihadapi oleh UKM adalah keterbatasan modal kerja atau modal investasi, kemampuan dalam mendapatkan yang murah dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau, teknologi, sumberdaya manusia, kemampuan managerial, informasi pasar, pemasaran, jaringan dan distribusi (Tambunan 2002), sedangkan menurut Eyaa dan Ntayi (2010), kendala yang mempengaruhi kinerja UKM adalah daya saing A-26-1

2 dan kelangsungan hidup mereka, termasuk keterbatasan informasi pada pilihan pembiayaan, pasokan yang tidak memadai dan mahal serta keterbatasan akses pada jaringan yang diperlukan untuk peningkatan daya saing. Keterbatasan-keterbatasan UKM seperti yang dijelaskan di atas perlu untuk disiasati agar mereka dapat bersaing dan memiliki nilai kompetitif. Menurut Berry (1997) keterbatasan-keterbatasan yang ada pada UKM menuntut UKM untuk berkolaborasi dengan industri besar. Berry juga mengatakan bahwa untuk mempercepat kemampuan enterpreneurship, salah satu satu penentu utama dalam percepatan pembangunan UKM adalah pembentukan hubungan antara industri besar dan UKM melalui pengaturan subkontrak. Ketika bicara tentang subkontrak maka tidak akan pernah lepas dari supply chain. Dalam sebuah supply chain, perusahaan adalah sekuat supply chain terlemahnya (koh et al 2006) dalam (Eyaa et al. 2010). Dimana jika ada satu rantai yang lemah maka kinerja dari supply chain tersebut adalah sekuat rantai terlemah tersebut. UKM sebagai salah satu rantai dalam sebuah sistem supply chain mejadi elemen yang tidak bisa diabaikan. Kinerjanya dalam supply chain akan mempengaruhi kinerja seluruh supply chain yang ada. Implikasinya adalah bahwa agar dapat bersaing di pasar, UKM harus mengatasi kinerja supply chain mereka dan juga mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam kinerja supply chain mereka. Sebuah studi UKM di Thailand oleh Visara dan Hunt (2008) menetapkan bahwa banyak pemilik dan manajer UKM tidak memiliki pengetahuan yang cukup pada praktek bisnis serta kapasitas untuk menilai kinerja supply chain mereka (Eyaa et al. 2010). Eyaa dan Ntayi (2010) telah meneliti tentang faktor yang mempengaruhi kinerja supply chain pada UKM, penelitian yang dilakukan berpijak pada penelitian Simatupang (2005) bahwa variabel yang berpengaruh pada kinerja kolaborasi supply chain adalah variabel information sharing, decision synchronization dan incentive aligment. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa variabel decision synchronization tidak berdampak signifikan pada kinerja supply chain. Namun belum ditemukan jurnal yang menjelaskan lebih lanjut tentang perbedaan variabel signifikan dengan penelitian sebelumnya. Metode yang dipakai dalam penelitian tersebut adalah metode regresi hirarki, dimana pada metode ini tidak dapat menjelaskan perubahan perubahan variabel yang terjadi akibat umpan balik informasi, selain itu juga tidak ada penjelasan tentang interdependensi yang terjadi pada masing masing variabel. Pada penelitian tersebut, juga belum mempertimbangkan kelemahan UKM dibandingkan industri besar, sehingga variabel yang digunakan belum mencerminkan keseluruhan faktor yang berpengaruh pada kinerja supply chain UKM. Salah satu kelemahan mendasar UKM adalah kurangnya kemampuan managerial dan koneksi. Nilai pengaruh variabel yang hanya sebesar 29,4 persen pada penelitian yang dilakukan Ntayi dan eyaa (2010) diduga karena tidak memasukkan variabel yang menjadi kelemahan UKM dan tidak adanya informasi umpan balik sebagai dasar untuk kegiatan setelahnya. Dalam sistem sosial ekonomi keterkaitan antar variabel juga penting, karena variable-variabel tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah sistem dynamic karena yang akan disimulasikan adalah ekosistem dari supply chain yang berpengaruh pada kinerja supply chain tersebut. Kolaborasi sendiri merupakan aspek yang dibangun dan berkembang terhadap perubahan waktu. System dynamic mempelajari dan mengatur sistem umpan balik yang kompleks, seperti yang sering ditemukan dalam sistem bisnis dan sosial. Secara konseptual, konsep umpan balik merupakan inti dari pendekatan sistem dinamik. Diagram loop umpan balik informasi dan lingkaran sebab akibat adalah alat untuk mengkonseptualisasikan struktur sistem yang kompleks dan untuk mengkomunikasikan model berbasis wawasan. Secara intuitif, umpan balik terjadi ketika informasi yang dihasilkan dari beberapa tindakan bergerak A-26-2

3 melalui sistem dan akhirnya kembali dalam beberapa bentuk ke titik asal, berpotensi mempengaruhi tindakan di masa depan ( Umpan balik dalam hal ini memiliki arti bahwa situasi X mempengaruhi Y dan sebaliknya Y mempengaruhi X, yang mungkin terjadi melalui suatu rantai sebab akibat (Arvitrida 2008). Demikian juga dalam kolaborasi supply chain, contoh dalam variabel information sharing (X) terhadap kinerja supply chain (Y), semakin berkualitas dan lengkap informasi yang diberikan, semakin baik pula kinerja supply chain, peningkatan kinerja akan meningkatkan kepercayaan member supply chain, hal ini akan membuat kemauan untuk sharing informasi pada waktu berikutnya semakin besar. Pola ini terjadi di dunia nyata namun tidak dapat direpresentasikan dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan strategi terbaik dalam rangka mempercepat pertumbuhan UKM melalui kolaborasi supply chain. Startegi terbaik didapat dari simulasi model kolaborasi supply chain UKM dengan terlebih dahulu memastikan variabel-avariabel yang berpengaruh pada kinerja kolaborasi UKM dalam Supply chain METODA Pada Penelitian ini objek penelitian yang diambil adalah koperasi UKM Industri Batik. Pemilihan koperasi sebagai model kolaborasi dipilih dengan beberapa alasan diantaranya karena Koperasi meiliki badan hokum yang jelas yang dapat dijadikan sebagai bargaining terhadap badan usaha yang lain yang akan diajak kerjasama, dan beberapa azas koperasi yang bertujuan mensejahterakan anggotanya. SDM pengurus Koperasi memiliki latar belakang pendidikan memadai untuk dapat ditingkatkan kompetensinya, dimana 50,6% adalah lulusan SLTA dan 42.4% adalah lulusan sarjana (2012), seperti tertera pada gambar 5.3 tentang komposisi latar belakang pendidikan pengurus koperasi. Koperasi UKM memiliki beberapa jenis kolaborasi diantaranya adalah kolaborasi dengan pemasok, kolaborasi dengan pembeli/distributor serta kolaborasi UKM sendiri sebagai anggotanya. dari masing masing kolaborasi tersebut kepercayaan merupakan factor yang penting untuk memastikan kerjasama berjalan dengan baik. Pemodelan dimulai dengan membuat konseptual model kolaborasi supply chain UKM. Model awal Kolaborasi dibuat sebagai acuan dasar dalam menentukan langkah dan kebutuhan data selanjutnya. Gambar berikut merupakan konsep awal yang dibangun berdasarkan hipotesa hasil studi literature Gambar 1 Konseptual model awal A-26-3

4 Studi Sistem Kolaborasi Supply Chain UKM Tahapan awal yang dilakukan adalah studi literatur tentang kolaborasi supply chain di UKM yang pernah diteliti sebelumnya. Pada tahap ini akan di pelajari tentang apa itu supply chain, bagaimana penerapannya dalam UKM, bagaimana metode kolaborasi supply chain di UKM, sampai pada pengukuran kinerja supply chain di UKM. Dalam studi literatur juga memahami peran kepercayaan dalam suksesnya sebuah kolaborasi dan bagaimana memilih metode atau pendekatan yang dapat mengakomodasi kebutuhan dalam penelitian ini. Pembuatan Model Awal Pada tahapan ini, model mulai dibangun dengan penetapan variabel-variabel yang berpengaruh pada sistem pengembangan UKM baik itu variabel yang bisa kita kendalikan (internal) maupun variabel yang tidak dapat kita kendalikan (eksternal). Variabel-variabel ini didapat dari studi literatur dan studi lapangan yang dilakukan sebelumnya. Setelah identifikasi variabel kemudian identifikasi causal loop atau diagram sebab akibat dari masing masing variabel, pada tahapan ini semua keterkaitan langsung dari masing masing variabel ditentukan hubungannya apakah itu positif atau negatif. Hasil dari tahapan ini akan didapatkan beberapa diagram sebab akibat yang nantinya akan digabung menjadi sebuah sistem utuh. Pengumpulan data Pengambilan data pada tahap ini didasarkan pada variabel-variabel yang ada pada model konseptual, dimana diagram sebab akibat yang ada tersebut dicari data riilnya, pengumpulan data pada tahap ini dilakukan dengan wawancara dengan pelaku di UKM yang ditetapkan sebagai studi kasus. Untuk mempermudah proses wawancara, disiapkan daftar pertanyaan dengan topik pertanyaan berkisar tentang kerjasama dengan Pemasok, kerjasama dengan pelanggan dan manajemen koperasi dalam mengelola UKM sebagai anggotanya. Perancangan Model Simulasi Causal loop yang telah disusun kemudian dibuat formulasi matematis sebab akibatnya sedemikian rupa sehingga mewakili kondisi data yang sebenarnya dengan data observasi sebagai dasar formulasinya. Pada tahap ini juga dilakukan perancangan model simulasi dengan konsep stock & flow diagram menggunakan perangkat lunak Vensim. Langkah pertama yang dilakukan adalah mendesain satu loop dan memasukkan formula matematisnya. Pembuatan formula matematis dilakukan dengan menganalisa data yang didapat, berupa kolerasi antar variabel.setelah dianggap sesuai maka dilanjutkan dengan menambahkan loop berikutnya pada file simulasi. Perancangan ini dibuat sampai semua entitas yang berpengaruh sudah dimasukkan kedalam model simulasi, dan model siap dijalankan. A-26-4

5 Harga beli Kebutuhan kemampuan <> tenaga kerja <> safety stok minimal bahan baku <kebutuhan produksi> gap produksi Harga 1 Kemampuan Produksi harga 2 Jumlah beli ketersediaan tenaga kerja <Anggota Koperasi> gap tenaga produksi batas qtt1 Gambar 2 diagram stok & flow kolaborasi supply chain UKM Model simulasi dibuat dengan memastikan kolaborasi dengan pemasok, kolaborasi dengan pelanggan dan kolaborasi UKM dalam koperasi terakomodasi. Model sebelum menjalankan simulasi terlebihdahuli dipastikan kesesuaiannya dengan verifikasi model dan validasi perilakunya. Dari hasil ferivikasi model sudah dinyatakan OK dan konsisten secara dimensi. Hasil validasi juga menunjukkan bahwa perilaku model sudah mendekati kondisi system sebenarnya.model yang sudah valid dapat dilihat pada gambar 2 HASIL DAN DISKUSI harga 3 Dana Tersedia <Modal Usaha> <Komitmen pengiriman> batas qtt2 Masuk delay pesan dipilih Datang Harga beli total harga didapat minimal produksi <Time> jadwal produksi kebutuhan produksi grade B Kecepatan Produksi grade C <skala lama bekerja sama> <Kemampuan Produksi> Akumulasi sisa penguranganpesanan penambahan sisa sisa <experience curve> Keuntungan yang diinginkan <grade A> pemilihan safety stok produk Ketersediaan Produk Pesanan Sampai Pada penelitian ini ada dua koperasi yang dijadikan sebagai objek penelitian yaitu koperasi batik sidoarjo dan koperasi kampung unggulan Surabaya. Dua koperasi tersebut sama-sama beranggotakan UKM namun memiliki pola manajemen yang berbeda. Pada koperasi batik sidoarjo koperasi hanya berperan sebagai penyedia untuk UKM sebagai anggotanya sedangkan pada proses produksi dan pemasaran diserahkan kepada masing masing UKM. Pada koperasi kampung unggulan surabaya peran koperasi mulai dari penyediaan, pengendali kualitas hasil produksi, ikut memasarkan batik dan melakukan pelatihan produksi secara berkala pada UKM sebagai anggotanya. Frekuensi dan kualitas komunikasi yang dilakukan oleh kedua koperasi juga berbeda, koperasi batik sidoarjo melakukan pertemuan satu tahun sekali sedangkan koperasi kampung unggulan Surabaya melakukan komunikasi setiap 3 bulan sekali. Kedua model tersebut disimulasikan selama 120 bulan atau 10 tahun dari hasil simulasi didapatkan bahwa koperasi model kedua memiliki performa yang lebih baik dalam pertumbuhan UKM dan peningkatan penghasilannya. Dari gambar 3a didapatkan bahwa pada kedua jenis koperasi pola grafik pertumbuhan memiliki sifat yang hampir sama yaitu mengalami kenaikan di awal-awal tahun, namun pada koperasi KBPIS mengalami penurunan drastis pada bulan ke 45. Anggota yang keluar pada sejak bulan tersebut sampai pada akhirnya stagnan di bulan ke 63 dengan jumlah anggota minimal. Sedangkan pada koperasi batik unggulan pertumbuhan anggota masih terus berlangsung sampai bulan 58 namun juga terjadi penurunan anggota pada tahun berikutnya walaupun tidak sedrastis KBPIS. Perbedaan ini dimungkinkan karena adanya manajemen koperasi yang berbeda dengan intensitas komunikasi antar anggota pada KBPIS yang sangat flat delay produksi Pengiriman Pesanan Delay Pengiriman Harga Jual <Minat pembeli> delay Informasi Pesanan <Akumulasi sisa pesanan> <pesaing usaha> Invoice pembagian keuntungan <harga didapat> <Keuntungan per UKM> <harga <kualitas produksi UKM> produk> konversi kualitas ke harga Demand <Time> Pembayaran market share potensial pesanan harga produksi UKM kas masuk Koperasi <Delay <Anggota Koperasi> <unit barang> unit rate Delay Pembayaran A-26-5

6 kurang sehingga lebih banyak yang keluar. Pertumbuhan koperasi dipengaruhi oleh jumlah keuntungan yang diterima oleh anggota koperasi. Gambar 3b menjelaskan keuntungan yang diterima oleh anggota koperasi. Keuntungan yang tergambar disini adalah keuntungan rata-rata anggota, jadi bukan merupakan cerminan keuntungan masing-masing anggota koperasi. Keuntungan sesunggunya masing masing anggota tergantung pada produktifitas dan kualitas produk masing masing anggota. Pada gambaar 5.9 tersebut keuntungan naik turun dikarenakan adanya waktu waktu tertentu dimana UKM belum selesai memproduksi pesanan sehingga pada waktu tersebut tidak ada pemasukan. Faktor lain yang berpengaruh adalah adanya pesanan dari pasar. Jika sedang tidak ada pesanan makan keuntungan juga tidak didapat pada bulan tersebut (a) (b) Gambar 3 (a) pertumbuhan UKM sebagai Anggota Koperasi (b) Keuntungan rata-rata UKM anggota koperasi Dari hasil simulasi didapatkan ada kecenderungan penurunan UKM anggota kolaborasi dan keuntungan rata-rata UKM pada kedua model. Pada penelitian ini kemudian dilakukan berapa sekenario untuk memperbaiki trend yang kurang baik tersebut. Dari beberapa sekenario didapakan bahwa meningkatkan kompetensi manajemen koperasi sebagai pengelola UKM dan memperbaiki komunikasi berdampat signifikan untuk merubah trend grafik sedua koperasi diatas. Seting variabel koperasi ungugulan dipilih sebagai dasar untuk perbaikan berikutnya, dikarenakan baik dari segi pertumbuhan anggota maupun dari jumlah keuntungan yang didapat lebih baik dari koperasi batik sidoarjo. Pada sekenario ada beberapa variabel yang dirubah, yaitu peningkatan komunikasi anggota menjadi 1 bulan sekali, pembuatan jadwal produksi sehinngga keterlambatan bahan baku dapat dikurangi, keterlambatan pengiriman juga diperbaiki. Hasil sekenario ini dapat dilihat pada gambar 3a dan 3b pada grafik sekenario. Pada strategi yang perbaikan yang dilakukan berhasil mencegah terjadinya penurunan anggota koperasi yang terjadi pada kedua objek penilitan yang dipilih. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan untuk mempercepat pertumbuhan UKM kolaborasi supply chain harus memperhatikan kepercayaan anggota kolaborasi, masa pembuatan produk, kualitas produk, harga produk, kualitas komunikasi kualitas manajemen. Dengan menjaga kepercayaan masing masing stake holder dan manajemen yang baik terlihat perubahan signifikan pada perkembangan performa supply chain dan pengaruhnya pada pertumbuhan UKM. A-26-6

7 Rekomendasi Dalam strategi kolaborasi UKM perlu memperhatikan komunikasi yang baik. Dalam mengelola komunikasi ini peran pengelola koperasi sangat penting. Mengingat tingkat pendidikan UKM-UKM yang ada, akan sangat sulit untuk meningkatkan pemahaman UKM dalam mengelola manajemne. Peningkatkan kemampuan manajemen cukup diberikan kepada pengelola koperasi UKM yang notabene memiliki rata-rata pendidikan setingkat SMA dan Sarjana. Peningkatan UKM lebih difokuskan kepada peningkatan kemampuan produksi. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan pengelolaan koperasi sebaiknya jangan hanya menjadi penyedia, namun terlibat langsung seluruh proses mulai pembelian, pemastian kualitas produk, pemasaran dan pemeliharaan komunikasi baik dengan pemasok, konsumen maupun dengan UKM anggota koperasi. DAFTAR PUSTAKA Arvitrida, Niniet Indah (2008), 'Simulasi koordinasi supply chain pisang: Studi kasus pisang mas dari Lumajang', Simulation (Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Berry, Albert Ph, D (1997), 'SME C ompetitiveness : The Power of Networking and Subcontracting', Development. BPS 'Sensus ekonomi 2006', Eyaa, Sarah, Ntayi, Joseph M, and Namagembe, Sheila (2010), 'COLLABORATIVE RELATIONSHIPS AND SME SUPPLY CHAIN PERFORMANCE', Management, 6, Kameyama, Saburo and Kobayashi, Hidenori (2001), 'Model for SME Sector Development'. Simatupang, Togar M (2005), 'An integrative framework for supply chain collaboration', International Journal of Logistics Management, 16, Tambunan, Tulus (2002), 'DEVELOP MENT OF SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES IN INDONESIA ', Development, 'system dynamic society', A-26-7

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya 1 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya Dewi Indiana dan Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng. Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M. ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PENYELARASAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN DUNIA INDUSTRI (STUDI KASUS : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 5 (SMKN 5) DAN INDUSTRI MANUFAKTUR) JURUSAN

Lebih terperinci

matematis. Formulasi matematis ini menunjukkan keterkaitan antara setiap variabel yang saling berinteraksi.

matematis. Formulasi matematis ini menunjukkan keterkaitan antara setiap variabel yang saling berinteraksi. matematis. Formulasi matematis ini menunjukkan keterkaitan antara setiap variabel yang saling berinteraksi. 8.4. HASIL ANALISIS 8.4. 1. Sub Model Produksi Jeruk Sub model produksi jeruk pada Gambar 8.4

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia, jagung memiliki kontribusi sebagai komponen industri pakan. Lebih dari 50% komponen pakan pabrikan adalah jagung. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Putri Amelia dan

Lebih terperinci

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN Software Vensim Simulasi Daya Saing Rantai Nilai Sistem Dinamik Pemodelan Sistem Klaster Industri Makro ergonomi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian untuk mendapatkan hasil sistem persediaan yang optimal, maka terdapat beberapa tahapan dalam penelitian yang perlu dilakukan, antara lain adalah: 3.1. Tahap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam dunia bisnis global, persaingan di dunia industri semakin meningkat. Pelanggan mulai bisa membedakan

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

KONDISI EKSISTING INDUSTRI. POTENSI Tulungagung Penghasil marmer terbesar di Indonesia (wikipedia.org) (Disperindag,2009)

KONDISI EKSISTING INDUSTRI. POTENSI Tulungagung Penghasil marmer terbesar di Indonesia (wikipedia.org) (Disperindag,2009) 8// PRESENTASI SIDANG TUGAS AKHIR Departemen Perdagangan RI LATAR BELAKANG 4 subsektor industri kreatif KONTRIBUSI SDA DAERAH NurmaAnita 56..46 Dosen Pembimbing Prof.Dr.Ir.Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadikan suatu informasi tersebut berguna bagi setiap individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadikan suatu informasi tersebut berguna bagi setiap individu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, perkembangan teknologi sudah semakin pesat dan informasi yang ada di sekitar kita juga semakin banyak. Maka dengan adanya informasi tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipresentasikan metodelogi penelitian yang diuraikan menjadi tujuh sub bab yaitu fokus kajian dan tempat, diagram alir penelitian, k-chart penelitian, konseptual

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan? Studi Kasus dalam merancang intervensi tingkat perusahaan mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM DINAMIK TERHADAP ANALISIS FAKTOR PERTUMBUHAN UKM SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PDRB PROVINSI JAWA TIMUR

SIMULASI SISTEM DINAMIK TERHADAP ANALISIS FAKTOR PERTUMBUHAN UKM SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PDRB PROVINSI JAWA TIMUR SIMULASI SISTEM DINAMIK TERHADAP ANALISIS FAKTOR PERTUMBUHAN UKM SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROVINSI JAWA TIMUR Abstrak Umi Salama 1, Erma Suryani 2 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terciptanya persaingan yang sengit diantara para pelaku bisnis di setiap bidang. Kemampuan perusahaan dalam merespon perubahan secara cepat

Lebih terperinci

INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM

INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM. 10.11.4594 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Industri marmer

Lebih terperinci

Remanufacturing Capacity Planning (RCP) Manajemen Simulator

Remanufacturing Capacity Planning (RCP) Manajemen Simulator Manual Penggunaan Remanufacturing Capacity Planning (RCP) Manajemen Simulator Akhmad Hidayatno Aziiz Sutrisno Rangga Widyatama Laboratorium Rekayasa, Pemodelan dan Simulasi Sistem Departemen Teknik Industri

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK MENGANALISA KETERSEDIAAN PART DI PT KOMATSU REMAN INDONESIA

PENERAPAN MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK MENGANALISA KETERSEDIAAN PART DI PT KOMATSU REMAN INDONESIA PENERAPAN MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK MENGANALISA KETERSEDIAAN PART DI PT KOMATSU REMAN INDONESIA Iman Setyoaji, Edi Santoso Universitas Bina Nusantara, Jl. Kunir 37 RT 01/V Banyumanik Bangunharjo Semarang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiga tahapan utama dalam manajemen operasi adalah pengaturan input, proses dan output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

Kolaborasi (Collaboration)

Kolaborasi (Collaboration) Kolaborasi (Collaboration) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Topik Organisasi logistik Pengembangan hubungan kolaborasi Manajemen hubungan/relasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, terutama dalam sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Manajemen Strategi Bisnis Saat ini sebagian besar organisasi menyadari bahwa strategi sistem informasi harus dikembangkan dalam konteks

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015 Program Studi MMTITS, Surabaya 24 Januari 2015 ANALISIS PENENTUAN ESTIMASI BIAYA, PENJADWALAN DAN PENGELOLAAN DISTRIBUSI SERTA DAMPAK PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA LOGISTIK (STUDI KASUS:

Lebih terperinci

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya Tugas Akhir- TI 9 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya Oleh : Dewi Indiana (576) Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA Logo perusahaan DISETUJUI OLEH: PRESIDEN DIREKTUR Dokumen ini terkendali ditandai dengan stempel DOKUMEN TERKENDALI. Dilarang mengubah atau menggandakan dokumen tanpa seizing

Lebih terperinci

PERMASALAHAN BULLWHIP EFFECT PADA SUPPLY CHAIN

PERMASALAHAN BULLWHIP EFFECT PADA SUPPLY CHAIN PERMASALAHAN BULLWHIP EFFECT PADA SUPPLY CHAIN Tita Talitha Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula I No. 5-11 Semarang Email : tita@dosen.dinus.ac.id Abstract

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Era globalisasi dan pasar bebas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat Ekonomi Indonesia dari krisis global. Saat ini UMKM telah melibatkan 96% tenaga kerja

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK MENINGKATKAN KINERJA RANTAI PASOK (Studi Kasus Di Industri Kulit PT Lembah Tidar Jaya Magelang)

SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK MENINGKATKAN KINERJA RANTAI PASOK (Studi Kasus Di Industri Kulit PT Lembah Tidar Jaya Magelang) SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK MENINGKATKAN KINERJA RANTAI PASOK (Studi Kasus Di Industri Kulit PT Lembah Tidar Jaya Magelang) Eko Muh Widodo 1 ; Yun Arifatul Fatimah 2 ; Sigit Indarto 3 1, 2, 3 Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuntutan akan kebutuhan informasi dan penggunaan komputer semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuntutan akan kebutuhan informasi dan penggunaan komputer semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan akan kebutuhan informasi dan penggunaan komputer semakin mendorong terbentuknya sebuah jaringan komputer yang mampu digunakan untuk melayani berbagai kebutuhan

Lebih terperinci

PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF

PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF Nunu Noviandi Peneliti Utama Kajian Pemodelan Pengembangan PI-UMKM Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing 2010 1 Latar Belakang Kebijakan pengembangan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: A-294

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: A-294 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 A-294 Analisa Harga dan Pemasaran untuk Meningkatkan abilitas UKM Kerajinan Kulit dengan Sistem Dinamik (Studi Kasus: Dwi Jaya Abadi Tanggulangin

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Revolusi industri yang terjadi pada tahun 1750, dengan penemuan mesin uap telah menggantikan posisi pekerjaan manual dengan mesin, yang memberikan hasil dramatis. Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses tersebut, perusahan mengalami saat-saat dimana perusahaan. dituntut untuk menentukan keputusan-keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. proses tersebut, perusahan mengalami saat-saat dimana perusahaan. dituntut untuk menentukan keputusan-keputusan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam berbisnis baik skala kecil sampai dengan skala besar dan dalam berbagai bidang, melakukan sistem operasional dan proses produksi yang secara

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang. II. KERANGKA KAJIAN 2.1 Usaha Mikro dan Usaha Kecil Usaha Mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap perekonomian Indonesia sangat besar dan memiliki kontribusi yang cukup besar. Berdasarkan data yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep Supply Chain Management (SCM) telah menerima banyak perhatian dalam literatur marketing (pemasaran), logistic (logistik), dan purchasing (pembelian).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ketat dalam dunia bisnis menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif dalam hal memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SUPPLY CHAIN PISANG MAS DI JAWA TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SUPPLY CHAIN PISANG MAS DI JAWA TIMUR PENGEMBANGAN MODEL SUPPLY CHAIN PISANG MAS DI JAWA TIMUR Wilson Sanada 1, I Gede Agus Widyadana 2, Herry Christian Palit 3 Abstract: Musa acuminata paradisiaca is one of banana varieties, has a high demand

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasikan ketidakpastian internal maupun eksternal dalam mengambil keputusan. Ketidakpastian

Lebih terperinci

Information Systems. Sistem Informasi untuk Keuntungan Kompetitif 16/10/2012 8:56

Information Systems. Sistem Informasi untuk Keuntungan Kompetitif 16/10/2012 8:56 Information Systems for Competitive Advantage Sistem Informasi untuk Keuntungan Kompetitif Tujuan Mengetahui model sistem umum (general system) perusahaan Memahami model lingkungan delapan elemen (eightelements

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori 2.1.1 Tingkat Pelayanan (Service Level) Service level merupakan istilah yang banyak digunakan dalam manajemen persediaan yang merupakan besar presentase dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi di Indonesia terjadi dengan sangat pesat. Hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan badan usaha, perusahaan, organisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. order picking packing shipping. Gambar I. 1 Aktivitas Outbond Gudang PT.XYZ

BAB I PENDAHULUAN. order picking packing shipping. Gambar I. 1 Aktivitas Outbond Gudang PT.XYZ BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di dalam industri produksi, Supply Chain Manaegement memiliki peranan yang sangat penting. Supply Chain Management merupakan koordinasi sistem strategis seluruh fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Supply Chain Management di Industri Tas Tanggulangin, Sidoarjo

Analisis Penerapan Supply Chain Management di Industri Tas Tanggulangin, Sidoarjo Analisis Penerapan Supply Chain Management di Industri Tas Tanggulangin, Sidoarjo Trisna Yulia Junita Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya Surabaya, Indonesia trisna.y@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang melibatkan berbagai aktivitas dan operasi bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan

Lebih terperinci

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Strategi Kompetitif-Strategi Supply Chain Strategi Kompetitif : strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen melalui barang dan

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Bertolak dari kondisi, potensi, dan prospek usaha mikro dan kecil makanan ringan, maka penelitian ini diarahkan untuk menghasilkan model untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengetahuan adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, akan membuat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis di industri farmasi masih terus berkembang dan menggiurkan bagi para pelaku bisnis farmasi. Hal ini dipicu oleh peningkatan pertumbuhan pengeluaran pada obat-obatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

Model Dinamik Perkembangan Perumahan dan Apartemen di Kota Surabaya

Model Dinamik Perkembangan Perumahan dan Apartemen di Kota Surabaya JURNAL TEKNIK, () 5 Model Dinamik Perkembangan Perumahan dan Apartemen di Kota Surabaya Hasyim Yusuf Asjari, Budisantoso Wirjodirdjo Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia perindustrian di era globalisasi saat ini semakin ketat dengan kemajuan teknologi informasi. Kemajuan dalam teknologi informasi menjadikan

Lebih terperinci

KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM

KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM Disusun oleh : Lilik Khumairoh 2506 100 096 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M. Eng. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Pada lingkungan yang sangat kompetitif, tidak mungkin bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Pada lingkungan yang sangat kompetitif, tidak mungkin bagi suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan bahan baku berkualitas memegang peranan sangat penting dari seluruh rangkaian kegiatan produksi suatu perusahaan industri terutama untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 350 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1. Kesimpulan Dalam bab ini digambarkan kesimpulan tentang temuan penelitian, hasil analisis penelitian, dan fenomena yang relevan untuk diungkap sebagai bagian penting

Lebih terperinci

6/15/2015. Simulasi dan Pemodelan. Keuntungan dan Kerugian. Elemen Analisis Simulasi. Formulasi Masalah. dan Simulasi

6/15/2015. Simulasi dan Pemodelan. Keuntungan dan Kerugian. Elemen Analisis Simulasi. Formulasi Masalah. dan Simulasi Simulasi dan Pemodelan Analisis lii Model dan Simulasi Klasifikasi Model preskriptif deskriptif diskret kontinu probabilistik deterministik statik dinamik loop terbuka - tertutup Hanna Lestari, M.Eng Simulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia

Lebih terperinci

Sistem Enterprice SASARAN : Sistem Enterprise. Sistem Informasi Enterprise. Information Systems Today

Sistem Enterprice SASARAN : Sistem Enterprise. Sistem Informasi Enterprise. Information Systems Today Sistem Informasi Enterprise Information Systems Today Leonard Jessup and Joseph Valacich 1 2 SASARAN : Memahami bagaimana teknologi informasi mendukung aktifitas bisnis Memahami System Enterprise dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Kecil, dan Menengah (UKM) memiliki peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. kuliner skala UKM. Setelah dilakukan analisis pada bab empat, dapat diperoleh

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. kuliner skala UKM. Setelah dilakukan analisis pada bab empat, dapat diperoleh BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI 5.1. Simpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi strategi bisnis, strategi SDM dan melihat keterkaitan antara strategi bisnis dan strategi SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL DISTRIBUSI BARANG BANTUAN KEPADA KORBAN BENCANA DENGAN TRANSPORTASI DARAT MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK

PENGEMBANGAN MODEL DISTRIBUSI BARANG BANTUAN KEPADA KORBAN BENCANA DENGAN TRANSPORTASI DARAT MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK PENGEMBANGAN MODEL DISTRIBUSI BARANG BANTUAN KEPADA KORBAN BENCANA DENGAN TRANSPORTASI DARAT MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK Oleh: Teno Arief (2508 203 202) 1 PENDAHULUAN Korban Meninggal Korban Mengungsi Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFORMATION SHARING PADA DUA LEVEL RANTAI PASOK

ANALISIS PENGARUH INFORMATION SHARING PADA DUA LEVEL RANTAI PASOK ANALISIS PENGARUH INFORMATION SHARING PADA DUA LEVEL RANTAI PASOK Nurul Chairany 1, Imam Baihaqi 2 dan Nurhadi Siswanto 2 1) Program Studi Teknik Industi,Pascasarjana Teknik Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Simulasi 2.1.1. Pengantar Simulasi Dalam dunia manufaktur, simulasi digunakan untuk menentukan schedule produksi, inventory level, dan prosedur maintenance, merencanakan

Lebih terperinci

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order

Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order Edi Junaedi 1, Lely Herlina 2, Evi Febianti 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa edi_junaedist@yahoo.com 1,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SUSTAINABLE DEVELOPMENT DECISION-MAKING UNTUK UKM BATIK DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN ANP

PENGEMBANGAN MODEL SUSTAINABLE DEVELOPMENT DECISION-MAKING UNTUK UKM BATIK DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN ANP PENGEMBANGAN MODEL SUSTAINABLE DEVELOPMENT DECISION-MAKING UNTUK UKM BATIK DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN ANP Puspita Dewi Widayat 1, *), Moses L. Singgih 2) dan Udisubakti Ciptomulyono C 3) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Karya Ilmiah E-Business SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Manajemen Siklus Hidup Produk SAP Disusun oleh : Nama : Achmad Mustagfiri NIM : 09.11.2962 Kelas : 09-S1TI-06 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Untuk menganalisis data dari hasil penelitian ini dengan menggunakan software LEAP (Long-range Energi Alternatives Planning system). 3.2 Bahan Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya kesatuan bangsa, maka hubungan yang serasi antara pembangunan nasional dan pembangunan daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria kepuasan konsumen seperti ketepatan dalam pengiriman, cost yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria kepuasan konsumen seperti ketepatan dalam pengiriman, cost yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini terjadi perubahan paradigma mengenai kualitas. Suatu produk yang berkualitas tidak hanya merupakan produk dengan kinerja yang baik tetapi juga

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Penelitian pendahuluan Identifikasi dan perumusan masalah Tujuan dan manfaat penelitian Tinjauan pustaka Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem informasi merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Ruang Lingkup Penelitian Data yang Diperlukan...

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Ruang Lingkup Penelitian Data yang Diperlukan... 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii LEMBAR PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci