LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 1"

Transkripsi

1 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 1

2 BAB I PENDAHULUAN Dengan berakhirnya rencana keuangan tahunan daerah yang berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka perlu dianalisa perubahan dinamika sosial ekonomi dan kelembagaan di daerah berdasarkan indikator-indikator terukur yang merupakan hasil nyata penyelenggaraan pemerintahan yang terlaksana melalui program dan kegiatan pembangunan sepanjang tahun berkenaan. Hasil analisa tersebut dituangkan dalam laporan sebagai wujud pertanggungjawaban dan akuntabilitas publik atas penyelenggaraan pemerintahan pada tahun Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 ayat 1, maka Kepala Daerah wajib menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban dan ringkasan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah yang telah tersusun kemudian disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) guna dibahas lebih lanjut untuk menghasilkan pokok pikir dan rekomendasi sebagai early warning system bagi perbaikan penyelenggaraan pemerintahan daerah periode selanjutnya serta sebagai mekanisme check and balance. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Magelang Tahun 2016 dan mengacu kepada Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Magelang Tahun serta berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. Sebagaimana pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, LKPJ Walikota Magelang yang disampaikan kepada DPRD disusun dengan substansi yang sekurang-kurangnya meliputi beberapa hal sebagai berikut: LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 2

3 a. Arah kebijakan umum pemerintahan daerah; b. Pengelolaan keuangan daerah secara makro, termasuk pendapatan dan belanja daerah dan pembiayan daerah; c. Penyelenggaraan urusan desentralisasi; d. Penyelenggaraan tugas pembantuan; dan e. Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan. A. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 meliputi: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota-kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembahan Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 3

4 Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembahan Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 11. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 3); 12. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 4); 13. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 5); 14. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Kecamatan dan Kelurahan (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 6); LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 4

5 15. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Magelang Tahun (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2011 Nomor 4); 16. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2015 Nomor 9); 17. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Magelang Tahun (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2016 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kota Magelang Nomor 50); 18. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2016 Nomor 8); 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 20. Peraturan Walikota Magelang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Magelang Tahun 2016 (Berita Daerah Kota Magelang Tahun 2015 Nomor 14). B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografi a. Batas administrasi daerah Kota Magelang terletak pada posisi 7 o o 30 9 Lintang Selatan dan 110 o o Bujur Timur. Posisi Kota Magelang terletak di tengah-tengah wilayah administratif Kabupaten Magelang dan hampir di tengah-tengah pulau Jawa. Posisi tersebut menjadikan daya tarik geografis alami Kota Magelang karena berada pada persilangan simpul ekonomi, transportasi dan pariwisata antara wilayah Semarang-Magelang-Yogyakarta dan Purworejo- Temanggung. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 5

6 Posisi strategis ini didukung dengan penetapan Kota Magelang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) kawasan PURWOMANGGUNG (Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung) dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. Batas wilayah administrastif Kota Magelang adalah sebagai berikut: 1) sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Secang Kabupaten Magelang; 2) sebelah timur berbatasan dengan Sungai Elo/Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang; 3) sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang; dan 4) sebelah barat berbatasan dengan Sungai Progo/Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang. Gambar 1.1 Peta Posisi Kota Magelang di Jawa Tengah b. Luas wilayah Kota Magelang memiliki luas 18,12 km 2 atau sebesar 0,06% dari total luas provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kota Magelang terbagi atas 3 (tiga) wilayah Kecamatan dan 17 Kelurahan, yaitu: 1) Kecamatan Magelang Utara, terdiri dari 5 kelurahan, yaitu: Kelurahan Kramat Utara, Kramat Selatan, Kedungsari, Potrobangsan dan Wates. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 6

7 2) Kecamatan Magelang Tengah, terdiri dari 6 kelurahan, yaitu: Kelurahan Magelang, Gelangan, Panjang, Cacaban, Kemirirejo dan Rejowinangun Utara. 3) Kecamatan Magelang Selatan, terdiri dari 6 kelurahan, yaitu: Kelurahan Tidar Utara, Tidar Selatan, Jurangombo Utara, Jurangombo Selatan, Rejowinangun Selatan dan Magersari. Pembagian wilayah administratif Kota Magelang tersaji pada Gambar 1.2 berikut. Gambar 1.2 Peta Pembagian Wilayah Administasi Kota Magelang Magelang Utara (6,128 km 2 ) Wates (1,173 km 2 ) Potrobangsan (1,299 km 2 ) Kedungsari (1,334 km 2 ) Kramat Utara (0,864 km 2 ) Kramat Selatan (1,458 km 2 ) Magelang Tengah (5,104km 2 ) Rejowinangun Utara (0,993 km 2 ) Kemirirejo (0,880 km 2 ) Cacaban (0,826 km 2 ) Magelang (1,246 km 2 ) Panjang (0,345 km 2 ) Gelangan (0,814 km 2 ) Magelang Selatan (6,888 km 2 ) Rejowinangun Selatan (0,433 km 2 ) Jurangombo Utara (0,575 km 2 ) Jurangombo Selatan (2,264 km 2 ) Tidar Utara (0,970 km 2 ) Tidar Selatan (1,269 km 2 ) Magersari (1,377 km 2 ) c. Topografi Kota Magelang merupakan wilayah dataran yang dikelilingi oleh Gunung Merapi, Merbabu, Sundoro dan Sumbing, Pegunungan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 7

8 Gianti, Menoreh, Andong dan Telomoyo. Kota Magelang termasuk dataran rendah dengan sudut kemiringan relatif bervariasi. Morfologi pendataran antar gunung api, medan landai dan berelief sedanghalus. Di bagian selatan wilayah terdapat Gunung Tidar yang merupakan hutan lindung dengan kemiringan hingga 30-40%. Bentuk fisik Kota Magelang saat ini relatif memanjang mengikuti jaringan jalan arteri dengan kecenderungan pertumbuhan alamiah ke arah utara dan selatan yang didominasi area terbangun pada daerah dengan topografi datar. Dilihat dari ketinggiannya, Kota Magelang berada di ketinggian mdpl dengan titik ketinggian tertinggi pada Gunung Tidar yaitu 503 mdpl. Keberadaan Gunung Tidar sebagai paru-paru kota menjadikan iklim Kota Magelang berhawa sejuk. Gambar 1.3 Peta Kelerengan Kota Magelang Sumber: BAPPEDA Kota Magelang (2017) LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 8

9 d. Geologi Kontur geologi Kota Magelang berupa dataran alluvium yang tersebar sampai di bagian selatan dan tempat-tempat di pinggir Sungai Progo dan Sungai Elo. Dataran ini tersusun oleh batuan hasil rombakan bebatuan yang lebih tua, yang bersifat lepas. Umumnya berada pada ketinggian antara m, berelief halus dengan kemiringan antara 3-8%. Daerah ini dialiri oleh Sungai Progo dan Sungai Elo yang mengalir dengan pola sum meander. Potensi kandungan tanah Kota Magelang sebagian besar berupa batu pasir lepas dan konglomerat. Hasil produksi gunung berapi yang merupakan endapan kwarter. Sifat batuan pasir dan breksi/konglomerat sangat poreous (kelulusan air tinggi), serta penurunan terhadap beban kecil, mendekati 0 (nol). Daya dukung terhadap bangunan berkisar antara 5 kg/cm 2 19 kg/cm 2. e. Hidrologi Kota Magelang memiliki 2 (dua) sungai yang cukup besar yaitu Sungai Elo di sebelah timur dan Sungai Progo di sebelah barat yang juga merupakan batas alamiah yang menentukan letak adminstrasi Kota Magelang. Kota Magelang termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo-Opak-Serang. Sumber air di Kota Magelang digolongkan dari air pemukaan dan air tanah. Air permukaan berupa sungai dan saluran irigasi. Sedangkan potensi air tanahnya relatif bervariasi dengan kedalaman antara 5 m sampai dengan lebih dari 20 m. Untuk kebutuhan air bersih Kota Magelang sampai saat ini bergantung pada mata air yang berada di wilayah Kabupaten Magelang dan satu-satunya mata air yang berada di kawasan Kota Magelang, yaitu mata air Tuk Pecah. Di kawasan Kota Magelang juga terdapat 3 (tiga) saluran air, yaitu Kali Bening, Kali Kota dan Kali Manggis. Saluran tersebut juga dapat berfungsi sebagai saluran irigasi teknis. f. Kondisi Iklim Kota Magelang mempunyai temperatur C dengan kelembaban sekitar 88,8%, sehingga termasuk wilayah beriklim sejuk. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 9

10 dan Penataan Ruang Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, diketahui rata-rata jumlah curah hujan di Kota Magelang sepanjang tahun 2016 sebesar 362,67 mm/tahun. Curah hujan ini lebih tinggi dari tahun 2015 yang hanya sebesar 248,17 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September selama 19 hari dengan jumlah curah hujan 549 mm. Sampai dengan akhir tahun 2016 Kota Magelang mengalami 219 hari hujan. Rata-rata curah hujan dan hari hujan di Kota Magelang sepanjang tahun 2016 tergambar pada Grafik 1.1 berikut. Grafik 1.1 Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Magelang Tahun Hari Hujan (hari) Rata-rata Curahi Hujan (mm/hari) Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2017) g. Penggunaan Lahan Menurut penggunaan lahan, wilayah Kota Magelang didominasi oleh pemanfaatan lahan sebagai pekarangan/bangunan/halaman (73,32%). Potensi lapangan usaha pertanian di Kota Magelang tidak begitu menonjol karena penggunaan tanah sawah di Kota Magelang sampai dengan semester I tahun 2016 hanya 11,51% dari total luas wilayah dengan jumlah penduduk berpencaharian dalam bidang pertanian hanya sebanyak 195 orang. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 10

11 h. Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangan wilayah di Kota Magelang didasarkan pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Magelang Tahun Dokumen tersebut menjadi landasan bagi pengembangan wilayah Kota Magelang dan diarahkan untuk bisa lebih merata kesemua wilayah. Potensi pengembangan sebagaimana terdapat dalam Rencana Pola Ruang Kota Magelang adalah sebagai berikut: 1) Kawasan Lindung a) Kawasan Perlindungan Setempat meliputi sempadan sungai dan ruang terbuka hijau (hutan kota). Kota Magelang memiliki kawasan hutan lindung dan hutan wisata yang keberadaannya penting untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau kota, yaitu kawasan konservasi Gunung Tidar. b) Kawasan Rawan Bencana Longsor merupakan kawasan yang diidentifi kasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana longsor. Daerah yang termasuk kawasan rawan bencana longsor di Kota Magelang meliputi daerah yang terdapat di sekitar DAS Progo dan Elo. 2) Kawasan Budidaya a) Kawasan Permukiman Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar di seluruh unit lingkungan atau Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) yang ada di wilayah Kota Magelang dengan luas total keseluruhan ± 701,36 ha. Secara eksisting perumahan di Kota Magelang memiliki kepadatan yang sangat tinggi, sehingga pengembangannya dimasa mendatang diarahkan secara vertikal. Selain itu diperlukan pengembangan rumah susun untuk mencukupi kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan untuk bermukim. Kawasan yang masih memungkinkan adanya pengembangan permukiman adalah BWP III dan V. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 11

12 b) Kawasan Perdagangan/Jasa Pengembangan kawasan perdagangan/jasa diarahkan di sekitar jalan arteri primer di BWP IV khusus untuk perdagangan/jasa skala regional, jalan arteri sekunder di BWP I, II, IV dan V dan jalan lokal primer/sekunder di BWP I dengan luas keseluruhan ± 120,86 ha. c) Kawasan Perkantoran Fasilitas perkantoran utama yang diarahkan untuk dikembangkan di kawasan perkantoran antara lain meliputi perkantoran pusat pemerintahan, kantor dinas/instansi pemerintahan Kota Magelang, kantor instansi vertikal, kantor pemerintahan kecamatan, maupun sarana perkantoran niaga. Fasilitas lain yang layak dan dapat dikembangkan di kawasan perkantoran antara lain meliputi kantor pemerintah kelurahan, kantor niaga dan perbankan, koperasi, kantor jasa, gedung pertemuan, museum, fasilitas kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, rekreasi/olah raga skala lokal, dan kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan perkantoran diarahkan di seluruh unit lingkungan atau BWP yang ada di wilayah Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 48,76 ha. d) Kawasan Pendidikan Pengembangan fasilitas pendidikan diarahkan menyebar di seluruh unit lingkungan atau BWP yang ada di wilayah Kota Magelang agar sistem pelayanan kepada masyarakat merata. Luas keseluruhan mencapai ± 107,92 ha. e) Kawasan Kesehatan Rencana pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan tersebar di seluruh wilayah perkotaan guna memeratakan sistem pelayanan kepada masyarakat. Pengembangan kawasan kesehatan diarahkan di BWP I, II, III dan V dengan luas keseluruhan ± 42,46 ha. f) Kawasan Peribadatan Ketersediaan fasilitas peribadatan di Kota Magelang jika dilihat pada kondisi eksisting yang ada saat ini sudah sangat LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 12

13 mencukupi. Sehingga dalam pengembangannya hanya berorientasi pada perbaikan atau peningkatan kondisi dari fasilitas yang ada. Pengembangan kawasan peribadatan penting diarahkan di seluruh unit BWK yang ada di Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 2,80 ha. g) Kawasan Rekreasi/Olah Raga Rencana pengembangan kawasan rekreasi di Kota Magelang diarahkan dalam dua bentuk, yaitu rekreasi terbuka dan rekreasi tertutup. Untuk rekreasi terbuka direncanakan dengan memanfaatkan arena olahraga, lapangan dan taman-taman kota yang direncanakan ada di setiap pusat kawasan sebagai sarana interaksi sosial bagi masyarakatnya. Untuk rekreasi yang tertutup direncanakan berbentuk sarana rekreasi bioskop, tempat olahraga, arena permainan dan sebagainya. Fasilitas rekreasi tersebut berada pada kawasan pusat kota dan sub pusat kota, serta kawasan perdagangan, terutama yang berupa pasar swalayan. Fasilitas lain yang layak dan dapat dikembangkan di kawasan rekreasi/olahraga antara lain fasilitas rekreasi/olah raga skala lokal, kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, gedung pertemuan, gedung kesenian/pertunjukan, dan kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan rekreasi olah raga diarahkan di BWP II, III dan V dengan luas keseluruhan ± 89,39 ha. h) Kawasan Industri/Perdagangan Dalam penataan ruang untuk industri, diprioritaskan untuk industri sedang dan industri kecil/rumah tangga yang ratarata berkembang di kawasan permukiman, sehingga perlu diatur dengan dukungan penyediaan prasarana sarana seperti pengelolaan limbah dan showroom sekaligus outlet sebagai sarana promosi dan pemasaran. Pengembangan kawasan industri/perdagangan diarahkan di BWP IV dengan luas keseluruhan ± 68,03 ha. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 13

14 i) Kawasan Militer Sebagaimana kondisi yang ada saat ini, di luar kawasankawasan milik TNI yang pemanfaatannya untuk fungsi non kemiliteran lain (lapangan golf, gedung pertemuan A. Yani dan lainnya) berada di BWP II, III dan V dengan luas keseluruhan ± 151,05 ha. j) Kawasan Pertanian Pengembangan kawasan pertanian diarahkan di BWK II, III, IV dan V dengan luas keseluruhan ± 185,56 ha. k) Kawasan Terbuka Non Hijau Adapun Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) yang ada di Kota Magelang meliputi plasa, parkir, lapangan olahraga, tempat bermain dan rekreasi, pembatas (median jalan), dan koridor rumah. Pengembangan RTNH merupakan salah satu alternatif untuk pengganti RTH yang bisa di terapkan pada kawasankawasan padat kota. l) Kawasan Transportasi (Terminal) Sarana terminal yang diarahkan untuk dikembangkan antara lain meliputi terminal regional, terminal angkutan kota dan terminal barang. Fasilitas dan/atau kegiatan yang mendukung ekonomi, sosial dan budaya yang dapat dikembangkan di kawasan terminal, antara lain fasilitas perdagangan skala lokal (kios), kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, dan kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan terminal diarahkan di BWP I, II dan IV dengan luas keseluruhan ± 4,85 ha. m) Kawasan Pemakaman Kawasan pemakaman merupakan kawasan budidaya yang mempunyai fungsi utama dan satu-satunya sebagai tempat pemakaman umum ataupun taman makam pahlawan. Pengembangan kawasan pemakaman diarahkan di seluruh unit lingkungan atau BWP yang ada di Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 35,65 ha. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 14

15 n) Kawasan Khusus Sektor Informal Pengembangan kawasan khusus sektor informal untuk PKL secara umum dapat dikembangkan di daerah-daerah yang merupakan simpul-simpul perdagangan, memiliki tingkat aksesibilitas untuk dijangkau dengan berjalan kaki, ruang terbuka aktif, daerah-daerah yang memiliki tingkat keramaian dan merupakan area bebas yang cukup luas dan memiliki potensi untuk dikunjungi penduduk sebagai lokasi untuk bersantai dan melepas lelah. Arahan pengembangan kawasan khusus sektor informal untuk PKL dapat dikembangkan dan ditata di kawasan Jalan Jenggolo, Jalan Pajajaran dan Jalan Pajang. Terdapat beberapa sentra kuliner yang sudah ditata oleh Pemerintah Kota Magelang, antara lain: Kuliner Armada Estate, Kuliner Sejuta Bunga, Kuliner Tuin van Java, Kuliner Kartikasari, Kuliner Sari Boga Kencana, Kuliner Jendralan, Kuliner Badaan, Kuliner Sigaluh, Kuliner Daha, Kuliner Rejomulyo, Kuliner Jalan Alibasah, Kuliner Jalan Sriwijaya, Kuliner Jalan Padjajaran, Kuliner Jenggolo, Kuliner Lembah Tidar, Kuliner Kauman, Kuliner Rejotumoto, Kuliner RINDAM, Kuliner S. Parman dan Kuliner Pahingan Aloon-aloon. Secara ilustrasi pembagian rencana pola ruang Kota Magelang tersaji pada Gambar 1.4 berikut ini. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 15

16 Gambar 1.4 Peta Rencana Pola Ruang Kota Magelang Kawasan Permukiman Kawasan Pertanian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Kesehatan Kawasan Militer Kawasan Pariwisata Kawasan Industri (pendukung Perdangangan & jasa) Kawasan Perkantoran Kawasan Peribadatan Kawasan Perdagangan/Jasa IPLT Kawasan Pendidikan Kawasan Pemakaman Kawasan Evakuasi Bencana Kawasan Terminal Kawasan Olahraga Kawasan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Sumber: BAPPEDA Kota Magelang (2017) 2. Gambaran Umum Demografi a. Jumlah Penduduk Penduduk mampu menjadi modal dasar yang potensial bagi pembangunan jika diimbangi dengan kualitas dan kesejahteraan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 16

17 yang baik. Jumlah penduduk di Kota Magelang pada tahun 2016 mencapai jiwa dengan pertumbuhan terkendali sebesar 0,3% dan kepadatan penduduk rata-rata jiwa/km 2. Laju ini menunjukkan tren menurun dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang mengindikasikan bahwa pengendalian pertumbuhan penduduk di Kota Magelang cukup efektif. Jumlah kepala keluarga (KK) tercatat sebesar KK dengan rata-rata 3 anggota keluarga/kk. Tabel 1.1 Target dan Realisasi Indikator Kependudukan Kota Magelang Tahun 2016 Indikator Target Realisasi Keterangan Angka pertumbuhan penduduk (%) Rata-rata jumlah anak dalam keluarga 0,353 0, Lebih baik dari target Lebih baik dari target Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun ; Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang (2017) Bonus demografi masih dinikmati Kota Magelang dengan jumlah penduduk kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebesar jiwa (71,25% dari total penduduk) tumbuh 0,342% dari tahun Rasio ketergantungan masih stabil di angka 40. Hal ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk kelompok usia produktif harus menanggung 40 penduduk usia non produktif. Statistik ini dapat menstimulus peningkatan pembangunan manusia khususnya dalam pemberdayaan penduduk usia nonproduktif disamping peningkatan kompetensi penduduk usia produktif agar rasio ketergantungan semakin menurun. Tabel 1.2 Penduduk Kota Magelang (jiwa) Tahun 2016 Kecamatan/Kelurahan Laki-laki Perempuan Total Kepadatan (jiwa/km 2 ) Magelang Selatan Rejowinangun Selatan Jurangombo Utara Jurangombo Selatan Tidar Utara Tidar Selatan Magersari Magelang Tengah LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 17

18 Kecamatan/Kelurahan Laki-laki Perempuan Total Kepadatan (jiwa/km 2 ) Rejowinangun Utara Kemirirejo Cacaban Magelang Panjang Gelangan Magelang Utara Wates Potrobangsan Kedungsari Kramat Utara Kramat Selatan Kota Magelang Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang (2017) b. Struktur Usia Penduduk Jumlah penduduk usia produktif di Kota Magelang hampir seimbang dari sisi gender. Penduduk perempuan yang masuk dalam kelompok usia produktif mencapai 50,39% ( jiwa) namun demikian pertumbuhan penduduk laki-laki usia produktif lebih cepat (0,43%) dibandingkan dengan perempuan (0,25%). Grafik 1.2 Perubahan Jumlah Penduduk Kota Magelang Berdasar Berdasar Kelompok Usia, Tahun 2016 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang (2017) LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 18

19 Transmisi kependudukan paling besar terjadi pada kelompok penduduk usia tahun yang berkurang 524 jiwa pada tahun 2016, sementara penduduk usia di atasnya (35-39 tahun) hanya bertambah 92 jiwa. Fenomena ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kematian dan atau kepindahan penduduk ke luar wilayah. Hal ini perlu mendapat perhatian karena kelompok usia tersebut merupakan golongan penduduk dengan potensi produktivitas yang tinggi. Peningkatan kompetensi, tingkat kesehatan dan taraf hidup masyarakat harus dimaksimalkan. Demikian juga dalam hal perluasan lapangan kerja agar kelompok usia tersebut dapat melakukan aktivitas ekonomi di Kota Magelang yang pada akhirnya dapat meningkatkan output barang dan jasa serta pertumbuhan ekonomi makro dalam jangka panjang. Grafik 1.3 Piramida Penduduk Kota Magelang Tahun 2016 > Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang (2017) Penambahan penduduk kelompok usia produktif tertinggi berasal dari usia tahun dan tahun. Struktur piramida penduduk Kota Magelang masih relatif sama dari tahun ke tahun dengan dominasi penduduk pada kelompok usia produktif dan usia menuju produktif (10-14 tahun) yang mencapai jiwa. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 19

20 c. Klasifikasi Pekerjaan Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kota Magelang adalah sebagai karyawan swasta, wiraswasta dan buruh harian lepas. Keterbatasan lahan pertanian menjadikan mata pencaharian petani/pekebun berkurang dari tahun ke tahun. Sampai dengan akhir tahun 2016 jumlah petani/pekebun di Kota Magelang hanya 195 jiwa, setelah pada tahun sebelumnya mencapai 215 jiwa. Dominasi pekerja pada sektor informal khususnya buruh, baik buruh bangunan, buruh industri maupun buruh tani, tidak lepas dari kondisi profil tenaga kerja di Kota Magelang yang mayoritas hanya tamat pendidikan formal tingkat SLTA saja (41,64%) dan kurang atau sampai dengan Sekolah Dasar/Sederajat (24,61%) dari total jiwa penduduk usia kerja yang tercatat pada tahun d. Pembangunan Manusia Angka resmi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun berjalan dipublikasikan pada bulan Oktober-November tahun berikutnya. Oleh karena itu data IPM tahun 2016 belum tersedia sampai dengan saat ini. Hasil pembangunan manusia di Kota Magelang pada tahun 2015 kembali menempati posisi ke-4 di antara Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dengan nilai IPM sebesar 76,39 masih lebih rendah daripada Kota Salatiga (80,96), Kota Semarang (80,23) dan Kota Surakarta (80,14). Tabel 1.3 Komponen Pembentuk IPM Kota Magelang Tahun AHH HLS RLS Pengeluaran (Tahun) (Tahun) (Tahun) (Rp 000) ,57 76,58 12,98 13,1 10,27 10, ,79 76,39 Keterangan: IPM AHH (Angka Harapan Hidup); RLS (Rata-rata Lama Sekolah); HLS (Harapan Lama Sekolah) Sumber: BPS Kota Magelang (2017) Meskipun mampu mencapai IPM yang cukup tinggi tapi ditilik dari pertumbuhannya, pembangunan manusia di Kota Magelang tergolong relatif lambat di Jawa Tengah, meskipun lebih tinggi dari LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 20

21 tahun 2014 (0,66%). Pertumbuhan IPM Kota Magelang pada tahun 2015 hanya mencapai 0,79% sementara mayoritas Kabupaten/Kota di Jawa Tengah mampu tumbuh di atas 1%. Angka pertumbuhan ini menduduki posisi ke-26 dari 35 Kabupaten/Kota. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Pati dan Batang yang mampu meningkatkan IPM di atas level 2% pada tahun Rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Kota Magelang masih stagnan dari tahun ke tahun sebesar 10 tahun (tingkat 1 SLTA) dengan lama sekolah yang diharapkan dari penduduk usia 7 tahun dapat dicapai sampai jenjang pertama Perguruan Tinggi (~13 tahun). Pergerakan nilai komponen penyusun IPM di Kota Magelang dengan laju yang paling signifikan hanyalah pertumbuhan pengeluaran per kapita riil, sedangkan 3 komponen yang lain justru berkontraksi (lebih lambat) pada tahun Hal ini mengindikasikan masih perlunya optimasi pembangunan khususnya di sektor pendidikan dan kesehatan. Dengan meningkatnya kualitas pembangunan yang dilaksanakan sepanjang tahun 2016, diprediksi capaian angka IPM pada tahun 2016 akan memenuhi target yaitu sebesar 76,77. Tabel 1.4 Target dan Prediksi Realisasi IPM Tahun 2016 Indikator Target Realisasi* Keterangan IPM 76,61 76,77 Deviasi ±0,13% Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 10,36 10,34 Deviasi ±0,012 Harapan Lama Sekolah (tahun) 13,27 13,29 Deviasi ±0,043 Angka Harapan Hidup (tahun) 76,67 76,64 Deviasi ±0,012 Pengeluaran per Kapita Riil Disesuaikan (000 Rp) Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun (2017) * Angka Prediksi Deviasi ±67,24 e. Pembangunan dan Pemberdayan Gender 1) Pembangunan Gender Pembangunan gender yang tercermin dalam Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Kota Magelang pada 6 tahun terakhir menunjukkan peningkatan linear sejalan dengan kenaikan IPM. Gap angka IPG Kota Magelang semakin kecil dan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 21

22 mendekati 100 yang menunjukkan meningkatnya kesetaraan pembangunan antara laki laki dan perempuan di Kota Magelang. Grafik 1.4 Kabupaten/Kota dengan IPG Tertinggi di Jawa Tengah Tahun 2015 Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (2016) IPG Kota Magelang mencapai 95,81 tumbuh 0,38% pada tahun 2015 lebih tinggi dari IPG skala Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional. Di antara 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, pembangunan gender di Kota Magelang menduduki peringkat ke-6 dengan kualitas pembangunan penduduk laki-laki yang secara umum lebih baik dibandingkan dengan perempuan khususnya dari aspek pendidikan dan kesejahteraan. Namun demikian harapan hidup penduduk perempuan masih lebih tinggi mencapai rata-rata 78,5 tahun dibandingkan penduduk laki-laki dengan rata-rata 74,4 tahun. Tabel 1.5 IPM dan IPG Kota Magelang Tahun Tahun IPM IPG ,99 94, ,47 94, ,00 95, ,29 95, ,79 95, ,39 95,81 Jateng ,49 92,21 Indonesia ,55 91,03 Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (2016) LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 22

23 Gap yang cukup tinggi terlihat dari komponen pengeluaran per kapita riil (disesuaikan) dimana antara penduduk laki-laki dan perempuan terdapat selisih untuk standar hidup layak, yaitu sebesar Rp ,00. Hal tersebut didukung oleh dominasi kaum laki-laki (55,47%) dalam struktur angkatan kerja Kota Magelang pada tahun Peningkatan kompetensi sumber daya manusia kaum perempuan menjadi sesuatu yang krusial agar mampu mengimbangi produktivitas ekonomi sehingga dapat memicu peningkatan standar hidup. Tabel 1.6 Komponen Penyusun IPG Kota Magelang Tahun 2015 Indikator Laki-laki Perempuan IPM 78,63 75,33 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 10,90 9,92 Harapan Lama Sekolah (tahun) 13,27 12,89 Angka Harapan Hidup (tahun) 74,54 78,51 Pengeluaran per Kapita Riil Disesuaikan (000 Rp) Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (2016) Dengan implementasi program pembangunan serta alokasi kegiatan berbasis gender pada tahun 2016, diprediksi IPG Kota Magelang sampai dengan akhir tahun 2016 mampu memenuhi target RPJMD yang ditetapkan. Tabel 1.7 Target dan Prediksi Realisasi IPG Tahun 2016 Indikator Target Realisasi* Keterangan IPG 95,79 96,16 Deviasi ±0,133 Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun * Angka Prediksi ) Pemberdayaan Gender Peningkatan nilai IPM dan IPG harus diiringi dengan pertumbuhan indeks pemberdayaan gender (IDG) sebagai indikator besarnya peran aktif perempuan dalam berpolitik, ekonomi, pengambilan keputusan dan penguasaan sumber daya ekonomi. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 23

24 Pada tahun 2015 IDG Kota Magelang mencapai angka 75,83. Meskipun lebih tinggi dari IDG Jawa Tengah (74,80) dan Nasional (70,83), namun capaian tersebut turun dari tahun 2014 yang mampu berada pada angka 78,82. Hal ini menunjukkan semakin lemahnya peran perempuan dalam pengambilan keputusan dan kegiatan ekonomi di Kota Magelang. Pada tahun 2014 IDG Kota Magelang berada pada peringkat ke-3 di Jawa Tengah di bawah Kabupaten Temanggung (81,65 menduduki peringkat ke-6 se-indonesia) dan Kota Salatiga (80,36). Namun pada tahun 2015 IDG Kota Magelang tergeser jauh sehingga menempati urutan ke-7 di bawah Kabupaten Temanggung (82,2), Kota Salatiga (80,38), Kabupaten Tegal (77,06), Kota Tegal (76,67), Kota Semarang (76,53) dan Kabupaten Karanganyar (75,84). Melemahnya peran perempuan di Kota Magelang terutama disebabkan karena turunnya persentase keterlibatan kaum perempuan dalam parlemen yang hanya sebesar 20%. Persentase ini masih belum mampu memenuhi kuota yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang menyebutkan bahwa kuota perempuan untuk dapat berpartisipasi dalam politik sekurang-kurangnya 30%. Tabel 1.8 Komponen Penyusun IDG di Kota Magelang dan Wilayah Sekitar Tahun Wilayah % Keterlibatan Perempuan di Parlemen % Perempuan sebagai Tenaga Profesional, Administrasi dan Teknisi % Sumbangan Pendapatan Perempuan dalam Pendapatan Kerja Kota Magelang 24,00 20,00 45,02 45,74 41,11 41,81 Kab. Magelang 14,00 14,00 36,94 53,37 37,22 37,33 Temanggung 31,11 31,11 44,42 54,73 41,74 40,83 Purworejo 17,78 17,78 48,28 45,20 32,63 33,92 Wonosobo 4,44 4,65 38,12 45,38 23,31 23,89 Jateng 24,00 24,24 45,67 47,72 33,46 34,06 Indonesia 17,32 17,32 45,61 46,03 35,64 36,03 Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (2016) LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 24

25 Hal yang perlu diperhatikan adalah fenomena menurunnya proporsi angkatan kerja perempuan sejak tahun 2013, dari 45,96% menjadi 44,53% pada tahun 2015, dan naiknya persentase pengangguran perempuan dari 26,10% pada tahun 2013 menjadi 34,86% pada tahun Selain peran perempuan dalam parlemen dan tenaga professional, perlu ditingkatkan juga peningkatan kompetensi penduduk usia kerja perempuan dan penyerapan tenaga kerja perempuan secara umum sehingga dapat membantu mempercepat pertumbuhan kontribusi perempuan dalam pendapatan kerja. f. Kemiskinan Garis kemiskinan (GK) untuk Kota Magelang pada tahun 2015 ditetapkan sebesar Rp ,-/kapita/bulan. Dengan penetapan tersebut terdapat 100 penduduk yang terentas dari kemiskinan pada tahun 2015, namun masih terdapat jiwa penduduk yang memiliki pengeluaran di bawah GK dan masuk dalam klasifikasi penduduk miskin. Secara persentase, penduduk miskin di Kota Magelang menunjukkan tren menurun dengan capaian pada tahun 2015 mencapai 9,05% turun dari tahun sebelumnya yang berada pada angka 9,14%. Grafik 1.5 Fluktuasi Jumlah Penduduk Miskin di Kota MagelangTahun Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2017) Namun demikian pengentasan kemiskinan di Kota Magelang masih mengalami permasalahan, khususnya karena naiknya indeks LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 25

26 kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2), meskipun dari persentase jumlah penduduk miskin sudah mengalami penurunan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dari masyarakat miskin, makin jauh (kecil) pengeluaran mereka terhadap GK. Demikian juga di antara sesama penduduk miskin di Kota Magelang, kesenjangan pengeluaran yang tercipta semakin lebar. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa peningkatan pendapatan yang terjadi pada penduduk miskin belum merata dan tidak cukup signifikan dapat mengimbangi kenaikan GK. Tabel 1.9 Indikator Kemiskinan Kota Magelang Tahun Indikator Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2017) Penduduk Miskin (ribu jiwa) 13,1 12,1 11,8 11,0 10,9 Persentase Penduduk Miskin- P0 (%) Indeks Kedalaman Kemiskinan-P1 (%) Indeks Keparahan Kemiskinan-P2 (%) 11,06 10,31 9,80 9,14 9,05 1,61 1,48 1,45 0,94 1,39 0,36 0,33 0,37 0,20 0,31 Dengan implementasi program pro-poor sepanjang tahun 2016, diprediksi indikator kemiskinan di Kota Magelang mengalami perbaikan dan mampu memenuhi target RPJMD yang ditetapkan. Tabel 1.10 Target dan Prediksi Realisasi Tingkat Kemiskinan Kota Magelang Tahun 2016 Indikator Target Realisasi* Tingkat Kemiskinan (%) 8,36% 8,89% 8,28% Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun (2017) * Angka Prediksi g. Ketenagakerjaan Sampel pendataan ketenagakerjaan yang dilakukan BPS untuk tahun 2016 tidak memenuhi untuk melakukan breakdown data sampai dengan level Kabupaten/Kota, sehingga statistik ketenagakerjaan terakhir hasil rilis resmi BPS adalah tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 26

27 Berdasarkan data tersebut tercatat jumlah penduduk usia kerja di Kota Magelang sebanyak jiwa. Dari jumlah tersebut sebesar 64,35% ( jiwa) merupakan angkatan kerja. Angka ini turun 5,16% dari tahun Penurunan tersebut secara langsung juga berpengaruh terhadap turunnya tingkat partisipasi angkatan kerja di Kota Magelang yang pada tahun 2015 hanya mencapai 64,35%. Namun demikian secara persentase, pada tahun 2015 terjadi peningkatan tingkat kesempatan kerja dari 92,62% pada tahun 2014 menjadi 93,57% dengan penurunan jumlah pengangguran dari 7,35% ke posisi 6,43%. Tabel Statistik Ketenagakerjaan di Kota Magelang Tahun Uraian Jumlah Angkatan Kerja (orang) , ,00 Jumlah Penduduk usia Kerja (orang) , ,00 Jumlah Angkatan Kerja Menganggur (orang) 4.754, ,00 Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja (orang) , ,00 Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang (2016) Total penganggur pada tahun 2015 sebesar jiwa dengan mayoritas masyarakat lulusan SLTA/SMK/MA dan Sarjana. Disamping melakukan peningkatan kualitas kompetensi secara berkesinambungan Pemerintah Kota Magelang juga harus mengeksplorasi sumber perekonomian baru yang mampu memperluas lapangan pekerjaan. Hal tersebut dapat berimbas pada penurunan jumlah pengangguran dan mengurangi kemungkinan pindahnya tenaga kerja produktif ke sektor-sektor ekonomi di luar wilayah. Besarnya pencari kerja yang terdaftar di Kota Magelang berfluktuasi dari tahun ke tahun dengan rata-rata penempatan pada akhir tahun sebesar 85,89%. Sepanjang tahun 2016 jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kota Magelang sebesar 530 jiwa, tumbuh 53,62% dari tahun Dari seluruh pencari kerja tersebut 93,21% telah ditempatkan. Diprediksi persentase jumlah pengangguran di Kota Magelang pada akhir tahun 2016 akan semakin menurun mencapai 6% seiring dengan prediksi tumbuhnya angkatan kerja. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 27

28 6,43% Banyaknya tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi tahun 2016 naik 12,57% mencapai 197 orang yang lebih banyak diikuti oleh tenaga kerja laki-laki (128 orang). Sebagai salah satu dampak dari mulai efektifnya Balai Latihan Kerja di Kota Magelang dan intensnya pelatihan tenaga kerja berbasis kompetensi pada tahun 2016, tingkat penyerapan tenaga kerja diprediksi akan melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMD Tahun (60%). Hal tersebut didukung oleh tren data historis serapan tenaga kerja di Kota Magelang yang dalam 8 tahun terakhir ( ) selalu di atas 60% (rata-rata mencapai 66,62% per tahun) dengan rata-rata tingkat kesempatan kerja sebesar 90,24% per tahun. Gambar 1.5 Profil Pengangguran di Kota Magelang Tahun 2015 Kompetensi jiwa jiwa Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang (2016) h. Kesehatan Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tercermin dari beberapa indikator kesehatan yang menunjukkan tren positif sepanjang tahun Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tercatat sampai dengan akhir tahun 2016 tidak terjadi kasus kematian ibu namun terjadi 16 kasus kematian bayi. Kasus kematian bayi ini LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 28

29 turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 25 kasus. Dari sisi gender, angka kematian baik bayi maupun balita laki-laki di Kota Magelang pada tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan bayi dan balita perempuan. Tabel 1.12 Statistik Kesehatan Kota Magelang Tahun Indikator Kelahiran Bayi Hidup (jiwa) 1.600, ,00 Kematian Bayi (jiwa) 25,00 16,00 Kematian Ibu (jiwa) 3,00 0,00 Jumlah Balita (jiwa) 6.628, ,00 Kematian Balita (jiwa) 1,00 3,00 Angka Kematian Bayi (per kelahiran hidup) 15,63 10,66 Angka Kematian Ibu (per kelahiran hidup) 187,50 0,00 Balita dengan ASI Eksklusif (jiwa) 382,00 386,00 Anak dengan Imunisasi (jiwa) 1.552, ,00 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Magelang (2017) Jumlah kelahiran bayi terkendali, turun 6,19% sebanyak kelahiran hidup. Kesadaran kaum ibu akan pentingnya pemberian ASI eksklusif semakin meningkat, hal ini terbukti dengan pertumbuhan jumlah Balita yang mendapat ASI eksklusif sebesar 1,05% mencapai 386 Balita (50,52% balita laki-laki). Cakupan imunisasi meliputi anak dengan 50,9% diikuti oleh anak perempuan. Meski masih ditemui beberapa kasus penyakit di Kota Magelang, namun jumlah penderita beberapa penyakit tersebut mengalami penurunan pada tahun 2016 yang mengindikasikan makin baiknya pelayanan jasa kesehatan di Kota Magelang. Khusus HIV/AIDS turun 33,33% pada tahun 2016 sebanyak 16 kasus yang terdiri dari 10 penderita HIV/AIDS laki-laki dan 6 perempuan. Grafik 1.6 berikut mengilustrasikan perbandingan jumlah kasus beberapa penyakit di Kota Magelang selama tahun 2015 dan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 29

30 Grafik 1.6 Jumlah Kasus Beberapa Penyakit di Kota Magelang Tahun Sumber: Dinas Kesehatan Kota Magelang (2017) Jumlah sarana prasarana kesehatan tahun 2016 di Kota Magelang cenderung sama dengan tahun 2015 dari sisi infrastruktur. Peningkatan terjadi pada jumlah dokter (bertambah 2 orang), perawat (naik 36,02%), bidan (naik 27,97%) dan tenaga kesehatan lainnya (38,73%). Tabel 1.13 dan 1.14 berikut menampilkan perbandingan target dan realisasi indikator kesehatan serta jumlah sarana dan prasarana kesehatan di Kota Magelang pada tahun 2015 dan Tabel 1.13 Target dan Realisasi Indikator Kesehatan Kota Magelang Tahun Indikator Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terakreditasi Angka Kematian Ibu/ Kelahiran Hidup Angka Kematian Bayi/1.000 Kelahiran Hidup 0 3 2* 187,5 135,00 0,00 15,63 15,00 16,00 Prevalensi Balita Gizi Buruk 0,31 0,31 0,22 Angka Kesakitan DBD 130,93 <50 65,58 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 30

31 Indikator Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Angka Prevalensi TB 128,33 < ,85 Angka Prevalensi HIV AIDS pada Penduduk Usia Tahun 0,05 <0,5% 0,02 Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun ; Dinas Kesehatan Kota Magelang (2017); * RSU dan Laboratorium Kesehatan Tabel 1.14 Jumlah Sarana Prasarana Kesehatan di Kota MagelangTahun Uraian Jumlah Posyandu (unit) Jumlah Puskesmas, Poliklinik, Pustu (unit) 28 27* Jumlah Rumah Sakit (unit) 7 7 Jumlah Dokter (orang) Jumlah Perawat (orang) Jumlah Bidan (orang) Jumlah Apoteker (orang) Jumlah Tenaga Kesehatan lainnya (orang)** Sumber: Dinas Kesehatan Kota Magelang (2017) * GKI Pajajaran tutup ** Tenga Gizi, Analis Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Masyarakat, Fisioterapi, Rekam Medik i. Pendidikan Kota Magelang memiliki sarana prasarana pendidikan yang mencukupi kebutuhan baik dalam maupun luar wilayah. Berdasar data komponen IPM, rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Kota Magelang pada tahun 2015 adalah 10,28 tahun atau setingkat jenjang kelas 1 SMA. Indikator ini didukung oleh data demografi penduduk usia 25 tahun ke atas dimana mayoritas pendidikan yang ditamatkan sampai dengan akhir tahun 2016 adalah pada jenjang SMA. Tingkat literasi di Kota Magelang sangat baik dengan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa baca tulis pada tahun 2016 mencapai 98,27%. Dari perspektif gender, penduduk laki-laki di Kota Magelang relatif mengenyam tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada penduduk perempuan. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 31

32 Tabel Target dan Realisasi Angka Melek Huruf Kota Magelang Tahun 2016 Indikator Target 2016 Realisasi 2016 Angka Melek Huruf (%) 97,35 98,27 Sumber: RPJMD Kota Magelang Tahun ; Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang (2017) Permasalahan berbasis data yang masih dihadapi di bidang pendidikan adalah belum adanya basis data siswa yang terpilah berdasarkan asal wilayah. Hal tersebut berimbas pada perhitungan yang bias terhadap Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK), baik untuk jenjang SD maupun SMP di Kota Magelang. Tabel Statistik Pendidikan Sekolah Dasar di Kota Magelang Tahun 2016 Variabel SD MI Jumlah 1. Sekolah a. Negeri b. Swasta Siswa menurut usia sekolah a. <7 tahun b tahun c. >12 tahun Mengulang Putus sekolah KS dan Guru menurut ijazah a. Ijazah < S b. Ijazah S1/Diploma IV & lebih tinggi Ruang kelas a. Baik b. Rusak ringan c. Rusak berat Perpustakaan Ruang Komputer Sumber: Profil Pendidikan Tahun 2015/2016, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang (2017) Pada tahun 2016 masih terdapat 356 anak dengan usia lebih dari 12 tahun yang masih mengenyam pendidikan SD. Dari jumlah LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 32

33 tersebut mayoritas adalah anak laki-laki (64,04%). Jumlah siswa yang mengulang sebanyak 344 siswa dan putus sekolah di tingkat SD sejumlah 2 orang. Untuk jenjang SMP, tercatat 373 anak usia lebih dari 15 tahun yang masih bersekolah SMP, 37 siswa mengulang dan 42 siswa putus sekolah dengan dominasi putus pada kelas 8 (76,19%). Data-data tersebut perlu mendapat perhatian sebagai bentuk evaluasi kinerja pendidikan di Kota Magelang dan untuk mengetahui dan mengeleminir faktor pencetus angka putus sekolah dan terlambatnya usia anak yang masuk kelas pertama pada level SD maupun SMP. Tabel 1.17 Statistik Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Kota Magelang Tahun 2016 Variabel SMP MTS Jumlah 1. Sekolah a. Negeri b. Swasta Siswa menurut usia sekolah a. <7 tahun b tahun c. >12 tahun Mengulang Putus sekolah KS dan Guru menurut ijazah a. Ijazah < S b. Ijazah S1/Diploma IV & lebih tinggi Ruang kelas a. Baik b. Rusak ringan c. Rusak berat Perpustakaan Ruang Komputer Sumber: Profil Pendidikan Tahun 2015/2016, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang (2017) LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 33

34 C. Gambaran Umum Ekonomi 1. Potensi Unggulan a. Industri Pengolahan dan Perdagangan (Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor) Sektor ini pada tahun 2015 mampu memproduksi output sebesar total Rp 2,145 triliun dari total PDRB Kota Magelang. Sebagai sektor dengan pertumbuhan yang tinggi di atas rata-rata pertumbuhan umum, Industri Pengolahan dan Perdagangan (Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor) perlu terus dikembangkan khususnya dengan optimasi lapangan usaha industri kreatif, peningkatan kualitas produk dan kapabilitas pelaku ekonomi dalam sektor-sektor tersebut. Sebagian besar usaha perdagangan dan manufaktur di Kota Magelang merupakan industri kecil. Jumlah industri kecil di Kota Magelang pada tahun 2016 bertambah 11 unit dengan serapan tenaga kerja yang 7,86%. Keberadaan UMKM di Kota Magelang juga cukup signifikan dalam berkontribusi dalam sektor perdagangan. UMKM yang tercatat di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang pada tahun 2016 mencapai unit usaha dengan nilai investasi mencapai Rp 59,355 miliar. Penyerapan tenaga klerja UMKM pada tahun 2016 sebesar UMKM sebagai roda perekonomian yang telah terbukti tangguh terhadap goncangan ekonomi perlu terus dikembangkan, khususnya dalam peningkatan kualitas produk dan pemantapan manajemen organisasinya. Hal tersebut dapat meningkatkan omzet secara lebih signifikan dan stabil dalam jangka panjang. Tabel 1.18 berikut menggambarkan perkembangan kondisi industry manufaktur, UMKM dan koperasi di Kota Magelang selama tahun 2015 dan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 34

35 Uraian Tabel 1.18 Statistik Perindustrian dan Perdagangan di Kota MagelangTahun Unit Anggota/Tenaga Kerja Nilai Investasi 2016 Industri Kecil Formal Industri Menengah Formal UMKM Koperasi Konsumen Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Sekunder koperasi Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang, (2017) 81 koperasi Aktivitas ekonomi industri pengolahan dan perdagangan, khususnya dalam skala permodalan kecil, juga didukung oleh peran koperasi di Kota Magelang. Pada tahun 2016 jumlah koperasi di Kota Magelang tercatat sebanyak 2 koperasi konsumen, 202 koperasi simpan pinjam dan 3 koperasi sekunder. b. Pariwisata Penataan kota dan pengelolaan obyek wisata yang makin baik mampu menarik wisatawan pada tahun Total kunjungan wisatawan sebanyak wisatawan dimana 0,46% dari jumlah kunjungan tersebut berasal dari wisatawan mancanegara. Jumlah wisatawan, baik wisatawan domestik dan mancanegara, yang berkunjung di Kota Magelang pada tahun 2016 beserta destinasi wisatanya tersaji pada Tabel 1.19 berikut ini. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 35

36 Tabel 1.19 Jumlah Wisatawan di Kota Magelang Tahun 2016 Objek Wisata/Event Domestik Mancanegara Taman Kyai Langgeng Museum Sudirman Museum BPK Museum Diponegoro Museum OHD Museum Abdul Jalil Museum Bumi Putera Gunung Tidar Borobudur Golf Lain-lain Total Sumber : Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Magelang, (2017) Fasilitas jasa wisata tidak dapat dipisahkan dari keberadaan hotel yang terdapat di Kota Magelang. Objek wisata di Kota Magelang juga didukung oleh keberadaan 18 hotel (8 hotel berbintang dan 10 hotel melati) dan 20 pusat kuliner yang terletak strategis dan terjangkau ke beberapa destinasi wisata. Seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan, rata-rata tingkat hunian kamar hotel di Kota Magelang juga ikut meningkat. Pada tahun 2016 jumlah pengunjung yang bermalam di hotel-hotel di Kota Magelang sebanyak pengunjung dengan tamu mancanegara sebanyak orang. Besaran kunjungan ke Kota Magelang juga berdampak pada kontribusi terhadap penerimaan di sektor pariwisata. Diproksi dari pendapatan pajak hotel, restoran dan hiburan, pengaruh tersebut tercermin dari naiknya total pendapatan sektor pariwisata. Kenaikan penerimaan tersebut adalah dari Rp 6,005 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp 6,945 miliar pada tahun 2016 (tumbuh 15,66%). Grafik 1.7 berikut menggambarkan penerimaan pajak hotel, restoran dan tempat hiburan di Kota Magelang dari tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 36

37 Grafik 1.7 Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan di Kota Magelang Tahun (dalam miliar Rp) Sumber : BPKAD Kota Magelang (2017) Dengan pertumbuhan penerimaan tertinggi sebesar 17,91%, Pajak Hotel memberikan kontribusi terbesar (Rp 2,879 miliar) atau sebesar 41,46% dari total penerimaan sektor pariwisata. Meskipun secara total penerimaan sektor pariwisata mengalami kenaikan, namun kontribusi terhadap PAD pada tahun 2016 sedikit menurun. Dengan total PAD sebesar Rp 220,193 miliar, sektor ini hanya berkontribusi 3,15% setelah pada tahun 2015 mampu mencapai persentase lebih tinggi, yaitu 3,22%. Hal ini terlebih disebabkan karena kenaikan PAD pada tahun 2016 (18,01%) lebih besar daripada pertumbuhan penerimaan sektor pariwisata (15,66%), sehingga diperoleh persentase kontribusi yang sedikit menurun. c. Perhubungan dan Transportasi Manajemen transportasi di Kota Magelang sebagai simpul perhubungan dengan daerah sekitar dikelola dengan sangat baik. Hal ini terbukti salah satunya dengan diraihnya penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) selama 3 tahun berturut-turut ( ) atas prestasi Kota Magelang dalam manajemen lalu lintas transportasi. Sebagai wilayah yang didominasi trasportasi jalur darat, Kota Magelang memiliki moda trasportasi cukup lengkap yang mendorong kemudahan mobilitas dari dan ke luar wilayah. Kemudahan tersebut merupakan salah satu faktor yang meningkatkan pertumbuhan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 37

38 jumlah penumpang angkutan darat di Kota Magelang. Sampai dengan akhir tahun 2016 jumlah penumpang angkutan darat mencapai penumpang. Tabel 1.20 Sarana dan Prasarana Transportasi di Kota Magelang Tahun 2016 Uraian Jumlah Jumlah Terminal Kelas A 1 Jumlah Terminal Kelas C 1 Jumlah Armada Taxi 50 Jumlah Armada Angkutan Kota 335 Jumlah Armada AKAP 376 Jumlah Armada AKDP 150 Jumlah Armada Angkutan Barang 355 Jumlah Armada Bus Pariwisata 15 Jumlah Armada Travel 43 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Magelang (2017) 2. Pertumbuhan Ekonomi Pada tahun 2015 perolehan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Magelang tumbuh 9,2% mencapai Rp 6,466 triliun. Nilai ini berkembang 161,24% dari tahun dasar Struktur perekonomian Kota Magelang relatif stagnan dari tahun ke tahun tanpa adanya transformasi yang cukup berarti. Seperti tahun-tahun sebelumnya sektor Konstruksi mendominasi dengan nilai tambah 16,86% terhadap total PDRB. Sektor selanjutnya dengan output barang dan jasa yang terbesar di Kota Magelang pada tahun 2015 berasal dari sektor Industri Pengolahan (16,41%) dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (14,13%). Pertumbuhan ekonomi riil Kota Magelang sempat melambat pada tahun 2014 setelah pada tahun 2013 mampu mencapai di atas 6%. Hal tersebut karena perlambatan produksi pada hampir seluruh sektor dengan perlambatan terparah pada sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib yang mencapai -0,51%. Pada tahun 2015 secara riil pertumbuhan ekonomi makro Kota Magelang LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 38

39 mencapai 5,07% mengalami ekspansi dari tahun sebelumnya yang hanya berada pada angka 4,9%. Tabel 1.21 Prediksi Nilai Tambah Bruto (NTB) dan Pertumbuhan Lapangan Usaha Pembentuk PDRB Kota Magelang Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)Tahun 2016 Lapangan Usaha NTB 2015* (Juta Rupiah) NTB 2016** (Juta Rupiah) Pertumbuhan** (%) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan , ,06 6,64 Industri Pengolahan , ,45 10,81 Pengadaan Listrik dan Gas , ,71 4,78 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 8.501, ,55 3,31 Limbah dan Daur Ulang Konstruksi , ,81 8,51 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda , ,89 5,85 Motor Transportasi dan Pergudangan , ,07 10,32 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum , ,45 10,01 Informasi dan Komunikasi , ,29 8,72 Jasa Keuangan dan , ,28 9,02 Asuransi Real Estate , ,19 8,27 Jasa Perusahaan , ,72 11,31 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib , ,98 7,82 Jasa Pendidikan , ,54 16,60 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial , ,20 12,34 Jasa lainnya , ,07 7,23 PDRB , ,25 9,28 Sumber : BPS Kota Magelang (2016) * Angka Sangat Sementara, ** Angka Prediksi (deviasi 0,68%) LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 39

40 Grafik 1.8 Pertumbuhan Ekonomi Kota Magelang Tahun dan Prediksi tahun 2016 Sumber : BPS Kota Magelang (2016), Tahun 2015 Angka Sangat Sementara; * Angka Prediksi Fluktuasi ekonomi yang terkendali mendukung kinerja pembangunan yang semakin baik pada tahun Hal tersebut didukung oleh kondusifnya kondisi sosial ekonomi baik nasional maupun regional sehingga menghasilkan prediksi yang optimis terhadap perekonomian makro Kota Magelang pada akhir tahun Diprediksi sampai dengan akhir tahun 2016 PDRB Kota Magelang mampu tumbuh mencapai nilai Rp 7,067 triliun (deviasi 0,68%) dengan pertumbuhan ekonomi 5,18% (deviasi 0,25%) dengan tren mendekati pertumbuhan riil potensialnya. Dengan proyeksi pertumbuhan penduduk pertengahan tahun 2016 sebesar 0,26% dan prediksi pertumbuhan PDRB ADHB 9,28% (deviasi ±0,68%), maka diprediksi PDRB per kapita tahun 2016 mampu mencapai Rp ,8 per bulan, tumbuh 9% dari tahun Tabel 1.22 Target dan Realisasi Indikator Ekonomi Makro Kota Magelang Tahun 2016 Indikator Realisasi 2015* Target 2016 Realisasi 2016** Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,07 4,93-5,43 5,18 PDRB per Kapita (Rp/tahun) , , ,63 Sumber : RPJMD Kota Magelang Tahun ; BPS Kota Magelang (2017); * Angka Sangat Sementara; ** Angka Prediksi LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 40

41 3. Investasi Investasi yang didekati dari indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Kota Magelang pada tahun 2015 mencapai Rp 3,082 triliun (47,65% dari total PDRB), tumbuh 9,92% dari tahun sebelumnya. Ratarata Incremental Capital Output Ratio (ICOR, lag 1 tahun) dalam kurun tercatat sebesar 4,88. Besarnya nilai ICOR yang relatif rendah ini mengindikasikan efisiennya kegiatan investasi di Kota Magelang. Kebutuhan investasi rata-rata Rp 1,446 triliun per tahun dengan nominal PMTB yang masih cukup untuk meng-cover kebutuhan investasi tersebut. Pada tahun 2016 dengan didukung iklim usaha yang kondusif dan tingginya daya saing Kota Magelang (menduduki peringkat pertama di Jawa Tengah pada tahun 2015 dengan indeks 64,72) serta munculnya peluang ekonomi baru dari kawasan sekitar seperti berjalannya proyek lanjutan tol Bawen-Salatiga-Solo; proyek jalan lintas selatan Wonogiri- Yogyakarta-Kebumen-Cilacap; kebijakan prioritas pembangunan Kawasan Strategis Nasional KEDUNGSEPUR (Kendal, Ungaran, Semarang, Purwodadi); prioritas pembangunan area PURWOMANGGUNG dan kawasan Segitiga Emas JOGLOSEMAR (Jogjakarta, Solo, Semarang), diprediksi mampu menciptakan multiplier effect yang besar bagi perekonomian Kota Magelang khususnya bagi sektor Transportasi dan Pergudangan dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Hal ini mendorong optimisnya prediksi pertumbuhan investasi dari proksi PMTB pada tahun 2016 mencapai Rp 3,348 triliun. Uraian Tabel 1.23 Nilai Investasi PMA dan PMDN di Kota Magelang Tahun PMA PMDN Jumlah Perusahaan (unit) Nilai Investasi (juta Rp) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Sumber : Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Magelang (2017) Prediksi tersebut tidak terlepas dari kondisi eksisting kalkulasi nilai investasi PMA dan PMDN yang sampai akhir tahun 2016 mencapai LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 41

42 Rp 866,069 miliar. Penyerapan tenaga kerja khususnya pada PMDN tumbuh 20,96% dari peningkatan 63 perusahaan pada tahun Tabel 1.24 Target dan Realisasi Nilai Investasi PMA dan PMDN di Kota Magelang Tahun 2016 Indikator Target Realisasi Pertumbuhan Nilai Investasi PMA (%) 5 0 Pertumbuhan Nilai Investasi PMDN (%) 15 25,66 Sumber : RPJMD Kota Magelang Tahun ; Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Magelang (2017) 4. Perkembangan Harga Meskipun sempat terjadi kenaikan harga yang cukup tinggi pada beberapa komoditi pengeluaran pada bulan November, khususnya pada kelompok Bahan Makanan (inflasi 3,26%), namun pada akhir tahun 2016 gejolak harga komoditas ini mampu terkendali sehingga turun pada angka 0,87%. Penurunan khususnya terjadi pada komoditi bumbubumbuan yang pada November melejit mencapai inflasi 19,08% menjadi 2,89% di Desember. Inflasi Kota Magelang pada tahun 2016 (yoy) hanya sebesar 2,25% lebih rendah dari Jawa Tengah (2,36%) dan Nasional (3,02%). Deflasi pada tahun 2016 terjadi pada bulan Februari (0,13%), April (0,48%) dan Agustus (0,48%). Tabel 1.25 Target dan Realisasi Inflasi Kota Magelang Tahun 2016 Indikator Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Inflasi (%) 2,70 3,57-5,15 2,25 Sumber : RPJMD Kota Magelang Tahun ; BPS Kota Magelang (2017) Stabilnya perkembangan harga di Kota Magelang merupakan indikasi keberhasilan kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Magelang melalui efektifitas implementasi program pemenuhan ketersediaan pasokan, pembentukan harga yang terjangkau, pendistribusian pasokan aman dan lancar, perluasan akses informasi yang salah satunya melalui publikasi rutin harga bahan pokok di pasarpasar yang menjadi lokasi survey pada SIM DataGO serta penguatan kompetensi SDM/kelembagaan TPID. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 42

43 Grafik 1.9 Inflasi Kota Magelang dan Jawa Tengah Tahun Sumber : BPS Kota Magelang (2017) 5. Pemerataan Pendapatan a. Indeks Gini Pemerataan pendapatan yang terukur dari Indeks Gini di Kota Magelang mengalami perbaikan pada tahun Nilai Indeks Gini turun dari 0,36 pada tahun 2014 ke 0,34 pada tahun Meskipun masih masuk dalam kategori ketimpangan sedang, turunnya indeks ini mencerminkan bahwa hasil pembangunan di Kota Magelang semakin merata dinikmati oleh masyarakat. Diprediksi sampai dengan akhir tahun 2016 angka ini akan berada pada kisaran 0,33 dengan kecenderungan menurun. Indeks Gini Kota Magelang dibandingkan dengan Indeks Gini Provinsi Jawa Tengah dari tahun dapat dilihat pada Grafik 1.10 berikut ini. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 43

44 Grafik 1.10 Indeks Gini Kota Magelang dan Jawa Tengah Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2017) b. Kriteria Bank Dunia Dari tahun 2013 ke 2014 terjadi penurunan persentase hasil pembangunan yang diterima oleh 40% penduduk berpenghasilan terendah di Kota Magelang. Namun angka ini kembali naik pada tahun Berdasarkan hasil SUSENAS BPS pada Triwulan I tahun 2015 tercatat bahwa 40% penduduk berpendapatan rendah di Kota Magelang menerima hasil pembangunan sebesar 17,2% yang masuk dalam kategori ketimpangan rendah. Persentase ini naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 17,15%. Melihat Grafik 1.11 berikut ini, jelas terlihat bahwa ketimpangan pembangunan masih dirasakan oleh masyarakat di Kota Magelang. Persentase hasil pembangunan yang dinikmati oleh 40% penduduk berpenghasilan terendah relatif lebih kecil (rata-rata 18,49%) dibandingkan penduduk berpenghasilan menengah (ratarata 37,62%) dan kaum kaya (rata-rata 43,89%). LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 44

45 Grafik 1.11 Pemerataan Pendapatan menurut Kriteria Bank Dunia di Kota Magelang Tahun Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2017) Tabel 1.26 Pemerataan Pendapatan Penduduk Kota Magelang dan Kabupaten/Kota Sekitar menurut Indeks Gini dan Kriteria Bank Dunia Tahun 2015 Wilayah Indeks Gini Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, (2017) Kriteria Bank Dunia 40% I 40% II 20% III Kota Magelang 0,34 17,20 37,09 45,71 Kabupaten Temanggung 0,38 17,31 34,63 48,06 Kabupaten Magelang 0,36 19,18 33,72 47,10 Kabupaten Wonosobo 0,37 17,33 35,97 46,70 Kabupaten Purworejo 0,34 19,74 34,76 45,50 Jawa Tengah 0,38 18,79 35,07 46,13 Distribusi pembangunan yang lebih merata perlu terus ditingkatkan antara lain melalui redistribusi penerimaan daerah untuk peningkatan belanja pengeluaran kebutuhan dasar melalui peningkatan efektivitas pajak dan pelaksanaan pembangunan berbasis prioritas kebutuhan masyarakat. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 45

46 D. Sistematika Sistematika dalam Penyusunan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut: BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN: Berisi tentang dasar hukum dan gambaran umum daerah. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Disajikan Visi dan Misi Pemerintah Kota Magelang, Strategi dan Arah Kebijakan Daerah serta Prioritas Daerah. KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berisi tentang Pengelolaan Pendapatan Daerah, Pengelolaan Belanja Daerah dan Pengelolaan Pembiayaan Daerah. BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH Dijabarkan tentang Urusan Wajib yang dilaksanakan dan Urusan Pilihan yang dilaksanakan yang diuraikan berdasarkan program dan kegiatan, realisasi pelaksanaan program dan kegiatan serta permasalahan dan solusi. BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Disajikan tentang tugas pembantuan yang diterima meliputi dasar hukum, instansi pemberi tugas pembantuan, satuan kerja perangkat daerah yang melaksanakan, program dan kegiatan yang diterima dan pelaksanaannya, sumber dan jumlah anggaran serta permasalahan dan solusi. BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN Berisi tentang kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak ketiga, koordinasi dengan instansi vertikal di daerah, pembinaan batas wilayah, pencegahan dan penanggulangan bencana, pengelolaan kawasan khusus serta penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum. BAB VII PENUTUP Berisi tentang kesimpulan uraian Bab I sampai Bab VI. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 46

47 BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Sesuai ketentuan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) kepada masyarakat, bahwa LKPJ disusun berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran tahunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam rangka menjaga kesinambungan pemerintahan dan pembangunan serta untuk menghindari terjadinya kekosongan perencanaan daerah pada tahun 2016 atau masa transisi, mengingat periode RPJMD Kota Magelang Tahun berakhir, dan waktu yang sangat sempit bagi Walikota dan Wakil Walikota terpilih hasil Pemilu Kepala Daerah Tahun 2015 untuk menyusun RPJMD Kota Magelang Tahun serta RKPD Tahun 2016, maka Walikota Magelang yang sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya (tahun 2015), wajib menyusun RKPD Kota Magelang Tahun 2016 dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Magelang Tahun , sebelum RPJMD Tahun tersusun. RKPD Tahun 2016 (masa transisi) memuat rancangan program indikatif tahun 2016 yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan pembangunan yang belum seluruhnya terselesaikan sampai dengan akhir periode RPJMD Tahun dan masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dalam tahun pertama masa pemerintahan yang baru serta digunakan untuk menjembatani kekosongan dokumen perencanaan jangka menengah pada masa akhir jabatan kepala daerah. Program dan kegiatan transisi tersebut mengacu pada arah, dan prioritas pembangunan dan tahap ke-3 RPJPD Kota Magelang tahun Meskipun tahun transisi, namun RKPD Tahun 2016 yang merupakan pedoman perencanaan pembangunan tahun pertama adalah tetap merupakan bagian tidak terpisahkan dari RPJMD Tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016, serta menjadi pedoman penyusunan Rancangan APBD Tahun Anggaran LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 47

48 Selanjutnya, RPJMD Tahun merupakan penjabaran Visi, Misi, Program Walikota Magelang untuk 5 (lima) tahun kedepan sampai berakhirnya masa jabatan Walikota Magelang masa bhakti tahun serta mengacu pada RPJPD Kota Magelang Tahun Adapun visi, misi, strategi, arah kebijakan dan prioritas daerah sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJMD Tahun sebagai berikut: A. Visi dan Misi Visi Kota Magelang tahun adalah sebagai berikut: MAGELANG SEBAGAI KOTA JASA YANG MODERN DAN CERDAS DILANDASI MASYARAKAT YANG SEJAHTERA DAN RELIGIUS. Unsur yang terkandung dalam visi tersebut adalah: 1. Kota Jasa Pembangunan Kota Magelang diarahkan untuk memperkuat sektor jasa yang didominasi oleh jasa pemerintahan umum dan jasa swasta sebagai potensi kota, dengan menitikberatkan pada sektor perekonomian, sektor kesehatan, dan sektor pendidikan. 2. Kota Modern Modern adalah sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntunan jaman, yang berarti suatu kondisi lebih maju daripada daerah lain, mampu berdaya saing dengan daerah lain menggunakan potensi yang ada. Kota modern adalah kota yang mampu menyelaraskan sosial, fisik, dan ekonomi dengan budaya dan sejarah yang dimiliki oleh kota tersebut, dengan karateristik: (a) Masyarakat sejahtera dalam finansial; (b) Kota terdepan dalam pelayanan (kota modern menyediakan pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan para pengguna kota atau masyarakat umum); (c) Visual kota mengundang pesona (kota modern dapat dilihat dari fisiknya, secara visual kota terlihat tertata, menarik, mengundang kenyamanan untuk tinggal dan berkarya). 3. Kota Cerdas Kota cerdas adalah kota yang dikelola secara efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya secara adil tanpa LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 48

49 diskriminasi dengan muatan kemudahan koneksitas informasi dan komunikasi berbasis teknologi informasi yang dilakukan dalam dunia usaha, sistem penyelenggaraan pelayanan publik, mekanisme partisipasi masyarakat dalam menyampaikan aspirasi, kontrol, maupun komplain, dan bidang lain pendukung nilai daya saing daerah. Unsur-unsur Kota Cerdas: (1) Smart Governance yaitu: pengembangan e-governance, ada partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan; (2) Smart infrastructure yaitu: pengembangan jaringan IT, pengembangan sistem informasi manajemen berbasis IT; (3) Smart Economy, yaitu: pengembangan city branding, pengembangan kewirausahaan, pengembangan e-commerce, dan ekonomi kreatif; (4) Smart environment yaitu: pengelolaan lingkungan berbasis IT, pengelolaan SDA berbasis IT, pemanfaatan sumber energi terbarukan; (5) Smart people yaitu: pendidikan dan pengembangan SDM yang melek teknologi, dan dukungan penelitian, pengembangan karakter sosial budaya masyarakat; serta (6) Smart Living yaitu: kemudahan akses terhadap layanan pendidikan, kemudahan akses terhadap layanan kesehatan, pengembangan peran media, dan kemudahan akses terhadap jaminan keamanan. 4. Masyarakat Sejahtera Perwujudan kota sejahtera dicapai melalui peningkatan dan pemantapan upaya menyejahterakan masyarakat secara adil merata tanpa diskriminasi melalui: (1) Optimalisasi peran dan fungsi lembaga pemerintah, swasta, masyarakat madani, dan media massa khususnya dalam pelayanan jasa perekonomian, jasa kesehatan dan jasa pendidikan; (2) Menciptakan peluang kerja dalam bidang pelayanan jasa perekonomian, jasa kesehatan dan jasa pendidikan; (3) Tanpa mengabaikan pembangunan dibidang lain sebagai upaya menuju masyarakat yang berdaya dan mandiri. 5. Masyarakat Religius Masyarakat religius adalah masyarakat yang menerapkan ketaqwaan kepada ketuhanannya dalam tata kehidupan sehari-hari sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Dalam masyarakat religius dijamin kebebasan beribadah sesuai agama dan kepercayaannya, dan kecukupan ketersediaan tempat ibadah. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 49

50 berikut: Untuk mencapai visi tersebut ditempuh melalui 5 (lima) misi sebagai 1. Misi Pertama: Meningkatkan sumber daya manusia aparatur yang berkualitas dan profesional dengan mengoptimalkan kemajuan teknologi sebagai dasar terciptanya pemerintahan daerah yang bersih serta tanggap terhadap pemenuhan aspirasi masyarakat, mampu meningkatkan dan mengelola potensi daerah dalam rangka efektivitas dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat didukung partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Misi Kedua: Mengembangkan dan mengelola sarana perkotaan dan sarana pelayanan dasar di bidang pendidikan, kesehatan dan perdagangan yang lebih modern serta ramah lingkungan. 3. Misi Ketiga: Meningkatkan pemerataan pembangunan infrastruktur perkotaan untuk mendukung pemerataaan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. 4. Misi Keempat: Mengembangkan potensi budaya dan kesenian daerah sebagai landasan pengembangan dan pembangunan pariwisata Kota Magelang. 5. Misi Kelima: Memperkuat kehidupan beragama dan toleransi antar umat beragama melalui penyelenggaraan kegiatan-kegiatan keagamaan dan peningkatan sarana-prasarana peribadatan sebagai landasan terbangunnya masyarakat madani. B. Strategi dan Arah Kebijakan Daerah Strategi dan arah kebijakan pembangunan merupakan rumusan perencanaan komprehensif berdasarkan arah kebijakan tahunan dalam mencapai tujuan dan sasaran dengan efektif dan efisien, untuk mewujudkan Visi Pembangunan Jangka Menengah Kota Magelang Tahun yang dilaksanakan melalui 5 (lima) misi dan agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran. Rumusan strategi berupa pernyataan-pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai. Penetapan strategi dilakukan untuk menjawab bagaimana tahap-tahap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan dengan batas waktu tertentu. Sebuah strategi dapat dilakukan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 50

51 untuk menjawab lebih dari 1 (satu) sasaran pembangunan dengan mempertimbangkan aspek efektivitas dan efisiensi pencapaian sasaran secara efektif, adapun strategi pembangunan jangka menengah Kota Magelang Tahun adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas sistem manajemen kinerja pemerintahan yang profesional dan akuntabel sesuai norma standar pelayanan minimal dan standar operasional prosedur. 2. Peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis data dan informasi yang cepat, tepat dan akurat memenuhi SPM (Standar pelayanan Minimal) melalui aplikasi teknologi informasi. 3. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. 4. Peningkatan kinerja pengelolaan barang milik daerah (BMD) yang didukung oleh aparatur professional. 5. Peningkatan partisipasi masyarakat dan demokratisasi pembangunan berbasis teknologi informasi. 6. Peningkatan akses sumber ilmu pengetahuan masyarakat dan kualitas layanan pendidikan anak usia dini (PAUD), dasar dan non formal. 7. Peningkatan kualitas layanan kesehatan berkeadilan dan pemasyarakatan budaya perilaku hidup sehat. 8. Peningkatan produktivitas dan daya saing sektor industri usaha mikro dan perdagangan dan sektor jasa kota lainnya. 9. Pengembangan infrastruktur pendidikan, kesehatan dan perdagangan yang maju, inklusif dan berwawasan lingkungan 10. Pengendalian pemanfaatan ruang dan aktivitas pembangunan untuk pelestarian kualitas lingkungan hidup menuju pembangunan berkelanjutan dan antisipasi risiko bencana. 11. Pemenuhan rasio kebutuhan infrastruktur dasar dan penunjang secara merata dan berkeadilan. 12. Peningkatan investasi, daya saing produk/jasa, dan kontribusi sektor sektor-sektor ekonomi bagi perekonomian daerah. 13. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dan penurunan kemiskinan secara berkeadilan. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 51

52 14. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kreativitas seni budaya daerah, kearifan lokal, dan inovasi destinasi pariwisata. 15. Internalisasi kesadaran religius pada aparatur dan masyarakat untuk bermitra menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama menuju lingkungan masyarakat Kota Magelang yang kondusif, tertib, aman, nyaman dan antisipatif terhadap konflik sosial. Arah kebijakan merupakan instrumen perencanaan yang memberikan panduan bagi pemerintah daerah agar lebih terarah dalam menentukan dan mencapai tujuan. Arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah merupakan pedoman untuk menentukan tahapan dan prioritas pembangunan lima tahunan guna mencapai sasaran RPJMD secara bertahap. Tahapan dan prioritas yang ditetapkan harus mencerminkan urgensi permasalahan dan isu strategis yang hendak diselesaikan dengan memperhatikan pengaturan waktu. Meski penekanan prioritas pada setiap tahapan berbeda-beda, namun memiliki kesinambungan dari satu periode ke periode lainnya dalam rangka mencapai sasaran tahapan lima tahunan dalam RPJMD tahun BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah mengatur tentang semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban. Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD) adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Dasar Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Magelang tahun 2016, tidak dapat dipisahkan dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Magelang Tahun 2016 dan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Magelang Tahun Oleh karena itu, penyusunan kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah tahun 2016 dalam laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) kepala daerah didasarkan pada RKPD Kota Magelang Tahun 2016 dan Perubahan RKPD Kota Magelang Tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 52

53 Kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah, terbagi dalam kebijakan anggaran daerah, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah dan kebijakan pembiayaan daerah. Dalam LKPJ 2016, terdapat kebijakan anggaran tahun 2016 yang diarahkan untuk: a. Melakukan sinkronisasi program kegiatan Pemerintah Kota Magelang Dengan Kebijakan Pusat dan Kebijakan Provinsi Jawa Tengah, b. Melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan pemerintahan daerah, berdasarkan urusan dan kewenangannya (diutamakan urusan wajib dan urusan pilihan), c. Tetap melaksanakan dan memperhatikan prioritas kegiatan-kegiatan yang mendukung program pro growth, pro poor, pro job dan pro environment. d. Melanjutkan langkah-langkah konsolidasi fiskal dengan menjaga tingkat defisit yang terkendali dari aspek pembiayaan daerah. e. Mengoptimalkan pengumpulan sumber-sumber pendapatan daerah, peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta peningkatan dan perbaikan manajemen keuangan daerah. f. Menyelenggarakan urusan pemerintahan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan dan kesehatan. g. Berupaya untuk terus meningkatkan jumlah besaran belanja modal dalam rangka meningkatkan produktifitas perekonomian, dimana diharapkan dengan besarnya belanja modal maka akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang lebih baik serta peningkatan kesempatan kerja. h. Peningkatan kemampuan pembiayaan penyelenggaraan pelayanan dasar (terutama untuk kelompok rentan termarjinalkan) yang bersumber dari APBD maupun kemitraan. Tujuan dari kebijakan ini adalah meningkatkan pendapatan per kapita. Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai prioritas ini antara lain: 1) Meningkatkan SDM Kota Magelang dengan pendidikan yang terjangkau oleh semua penduduk. 2) Meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. 3) Meningkatkan keamanan pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk. i. Tetap mendukung prioritas nasional, provinsi dan melanjutkan prioritas kegiatankegiatan tahun 2015 yang belum dilaksanakan secara maksimal guna mendukung Program Penanggulangan Kemiskinan, Kota Layak Anak, Penguatan Implementasi Manajemen Persampahan, Penguatan Implementasi Masterplan Magelang Kota Sejuta Bunga, Penguatan Implementasi Rencana Aksi Daerah (RAD) Masyarakat Ekonomi Asean, Pengembangan E-Government: Menuju Smart City, dan Sustainable Development Goals. Strategi-strategi diatas perlu ditindaklanjuti dalam politik anggaran, mulai dari perencanaan, implementasi dan pertanggungjawaban kebijakan fiskal. Hal ini kemudian diikat dalam tanggung jawab sosial antara pemerintah dan DPRD yang perlu dibahas dalam pembahasan dokumen yang lebih detail, termasuk hal yang sangat penting adalah soal realisasi penyerapan anggaran serta akuntabilitas anggaran melalui laporan laporan pelaksanaan APBD. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 53

54 Di samping itu, sistem rewards and punishment perlu diterapkan bagi perangkat daerah yang memiliki kinerja baik ataupun buruk, sehingga diharapkan mereka akan lebih bersemangat dalam mencapai tujuan pembangunan serta bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang sudah masuk dalam agenda kegiatan di masing-masing perangkat daerah. A. Pengelolaan Pendapatan Daerah 1. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Kebijakan pengelolaan pendapatan dilakukan dalam rangka menuju sustainable fiscal di daerah, serta untuk menjaga ketersediaan dana pembiayaan pembangunan didaerah. Kapasitas fiskal yang memadahi juga akan berpengaruh secara linear terhadap pengalokasian dana untuk membiayai prioritas anggaran di daerah. Adapun secara rinci kebijakan pendapatan yang ditempuh di tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut: a. Menyusun kebijakan di bidang pendapatan daerah dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi potensi sumber penerimaan daerah yaitu kondisi awal daerah, peningkatan cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan, perkembangan PDRB perkapita riil, pertumbuhan penduduk, tingkat inflasi, penyesuaian tarif, pembangunan fasilitas baru, sumber pendapatan baru, dan perubahan peraturan dan perundang-undangan. b. Memberikan tax holiday bagi wajib pajak baru dan potensial dengan tetap memperhatikan aturan perpajakan. c. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan objek pendapatan. d. Mengupayakan Hasil (Yield) Pajak Daerah dan Retribusi Daerah seoptimal mungkin berdasarkan azas keadilan (Equity) dengan memperhatikan efisiensi ekonomi, kemampuan melaksanakan (Ability to Implement) dan Kecocokan sebagai sumber Penerimaan Daerah (Suitability as Local Revenue Source). e. Penetapan Target pajak daerah dan retribusi daerah harus didasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusi daerah serta dengan memperhatikan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun yang berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 54

55 f. Melakukan penghimpunan data objek dan subyek pajak daerah dan retribusi daerah (perluasan tax based), penentuan besarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutang sampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi daerah kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta pengawasan penyetorannya. g. Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah. h. Melaksanakan tertib administrasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah secara efektif dan efisien. i. Mendukung upaya-upaya peningkatkan kemandirian keuangan daerah di Kota Magelang antara lain dengan : 1) Meningkatkan Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Magelang. Secara bertahap kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan Daerah (TPD) secara proporsional akan terus ditingkatkan. 2) Mengoptimalkan perolehan PAD sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 3) Melanjutkan sustainable fiscal untuk pembiayaan pembangunan daerah. j. Melakukan program-program untuk mendukung intensifikasi dan ekstensifikasi peningkatan PAD di Kota Magelang dengan cara: 1) Mengadakan pendataan ulang terhadap berbagai obyek dan jenis-jenis pendapatan yang baru (Pajak dan Retribusi Daerah yang sudah ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) baru di Kota Magelang). 2) Penyesuaian besaran tarif dengan melakukan revisi terhadap berbagai Perda yang sudah tidak sesuai, baik terkait dengan kondisi saat ini maupun kebutuhan penyesuaiannya dengan peraturan perundangan yang berlaku. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 55

56 3) Terus mengupayakan penggalian potensi Pajak dan Retribusi Daerah yang tidak akan memberatkan masyarakat Kota Magelang serta diusahakan bisa mendorong perkembangan investasi di Kota Magelang. 4) Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pelayanan pajak daerah dan retribusi daerah. 5) Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat pembayar Pajak dan Retribusi Daerah salah satunya dengan cara Peningkatan kompetensi aparatur pemungut pendapatan serta melakukan membina hubungan yang baik dengan Wajib Pajak. 6) Melakukan penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah serta managemen pengelolaan guna memberikan kemudahan akses Wajib Pajak Daerah (WPD) dan Wajib Retribusi Daerah (WRD). 7) Menegakkan hukum/law enforcement dalam upaya membangun ketaatan WPD dan WRD. 8) Meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur pemungut pajak, meningkatkan peran aktif perangkat daerah yang terkait dalam rangka penegakan hukum di bidang perpajakan. 9) Melakukan peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah untuk terciptanya efektivitas dan efisiensi yang dibarengi dengan peningkatan kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan dengan biaya yang terjangkau. 10) Mendukung implementasi teknologi informasi secara terpadu/ terintegrasi guna mengintensifkan dan mengoptimalkan hasil pajak dan retribusi daerah di Kota Magelang. k. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) didasarkan pada Peraturan Presiden mengenai rincian APBN tahun anggaran 2016 dan informasi resmi oleh Kementerian Keuangan dan apabila belum diterbitkan maka penganggaran DAU didasarkan pada alokasi DAU tahun anggaran l. Mengoptimalkan pengelolaan DAU yang diperkirakan meningkat besarannya (sejalan dengan kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil) agar LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 56

57 lebih efektif dan efisien pemanfaatannya bagi pembangunan di Kota Magelang. m. Mengoptimalkan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diasumsikan akan tetap besarannya karena bersifat given (pengeluaran/kegiatannya sudah ditentukan).demikian juga dengan Dana Bantuan keuangan dari Propinsi Jawa Tengah yang diasumsikan tetap karena bersifat given juga. n. Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta pemanfaatan pengelolaan aset daerah sebagai salah satu sumber potensial PAD yang dapat dikembangkan lebih lanjut. o. Mengupayakan peningkatan pendapatan dari Dana Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, antara lain dengan cara meningkatkan aktivitas perekonomian Kota Magelang, melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penyehatan iklim ketenagakerjaan, penegakan hukum dan peraturan perundangan, serta meningkatkan keamanan dan ketertiban mulai dari tingkat terkecil di lingkungan kelurahan dan kecamatan. p. Peningkatan kualitas pengelolaan manajemen pendapatan daerah, termasuk di dalamnya optimalisasi sistem organisasi dan kelembagaan pendapatan daerah, memberikan reward secara proporsional terhadap kinerja aparatur daerah yang baik dan berprestasi dalam mengelola pendapatan daerah. 2. Target dan Realisasi Pendapatan Berdasarkan data perbandingan target dan realisasi pendapatan daerah selama 2 (dua) tahun yaitu dari tahun 2015 dan tahun 2016, dalam Tabel 3.1 berikut ini, dapat di lihat bahwa penerimaan pendapatan tahun 2016 dari target sebesar Rp ,00 realisasinya adalah sebesar Rp atau 102,04% dari target yang telah ditetapkan. Kemudian apabila dibandingkan dengan target dan realisasi tahun 2015 terdapat pertumbuhan sebesar 0,40%. Tahun Tabel 3.1 Perbandingan Target dan Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2015 dan 2016 Target (Rp) Realisasi (Rp) Lebih/kurang (Rp) ,64 % LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 57

58 ,04 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Magelang (belum diaudit) Adapun rincian realisasi pendapatan daerah dapat terlihat dalam rincian berikut ini: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Grafik 3.1 menjelaskan bahwa pada tahun 2016 pencapaian penerimaan PAD adalah sebesar Rp ,00 atau 111,57% dari target sebesar Rp ,00. Grafik 3.1 Perbandingan Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 PAD 197,465,478, ,315,712, % Target Realisasi % Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Magelang (belum diaudit) Kemudian untuk perbandingan realisasi PAD Kota Magelang selama 2 (dua) tahun antara tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Grafik 3.2 berikut ini: Grafik 3.2 Realisasi PAD Kota Magelang Tahun 2015 dan 2016 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 58

59 220,315,712, ,677,410, % Realisasi 2015 Realisasi 2016 % Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Magelang (belum diaudit) Realisasi PAD tahun 2016 Rp ,00 atau naik 18,01% dari realisasi tahun 2015 sebesar Rp ,00. Adapun perbandingan antara target dan realisasi dari rincian jenis PAD tahun 2016 dapat dilihat dalam Tabel 3.2 dan Grafik 3.3 berikut ini: Tabel 3.2 Perbandingan Target dan Realisasi Rincian PAD Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 Uraian PENDAPATAN ASLI DAERAH Target (Rp) Realisasi (Rp) Lebih/Kurang (Rp) , , ,00 111,57 % Pajak Daerah , , ,00 104,95 Retribusi Daerah , , ,00 111,01 Hasil Pengelolaan Kekayaan Lain-lain PAD yang Sah , , ,00 100, , , ,00 113,06 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Magelang (belum diaudit) Grafik 3.3 Perbandingan Target dan Realisasi per Jenis PAD Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 59

60 Pendapatan Asli Daerah berdasarkan rincian per jenis komponen dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pajak Daerah dari target sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar 104,95% atau sejumlah ,00. Salah satu pencapaian kontribusi terbesar Pajak Daerah antara lain diperoleh dari Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) sebesar Rp ,00 dari target di Tahun 2016 sejumlah Rp ,00 atau 106,44 Kemudian disusul oleh Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) realisasinya sebesar Rp ,00 atau 117,23% dari target sebesar Rp ,00. BPHTB realisasinya adalah sebesar Rp Selanjutnya adalah Pajak Hotel realisasinya adalah Rp ,00 atau 110,84% dari target sebesar Rp ,00, disusul Pajak Restoran sebesar Rp ,00 atau 106,68% dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,00 2) Retribusi Daerah tercapai sebesar Rp ,00 atau 111,01% dari target sebesar Rp Kontribusi terbesar antara lain pada Retribusi Jasa Umum sebesar ,00 atau 106,68% dari target sebesar Rp ,00 disusul Retribusi Jasa Usaha tercapai sebesar Rp ,00 atau 107,27% dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp ,00 dan terakhir adalah Retribusi Perizinan tertentu Rp Rp LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 60

61 sebesar target sebesar Rp ,00; Rp ,00 atau 128,57% dari 3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan realisasinya adalah sebesar Rp ,00 atau 100,01% dari target sebesar Rp ,00. Adapun kontribusi terbesar dari Bagian Laba BUMD dari sektor Perbankan sebesar Rp ,00, yang terdiri dari: a) Bagian Laba dari PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) sebesar Rp ,00. b) Bagian Laba dari PD BPR Bank Magelang sebesar Rp ,00. c) Bagian Laba BKK Kota Magelang sebesar Rp ,00. kemudian dari Bagian Laba dari Penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD) sebesar Rp ,00 terdiri dari : a) Bagian Laba dari PDAM sebesar Rp ,00. b) Bagian Laba Perusahaan Daerah Obyek Wisata (PDOW) Taman Kyai Langgeng sebesar Rp ,00. c) Bagian Laba PD.Perbengkelan sebesar Rp ,00. dan Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi kepada Pihak Ketiga (dana bergulir) sebesar Rp ,00 terdiri dari: a) Pengusaha kecil dan menengah sebesar Rp ,00. 4) Lain-lain PAD yang sah tercapai sebesar Rp ,00 atau 113,06% dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,00. Salah satu pencapaian kontribusi terbesar antara lain diperoleh dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLUD) sebesar Rp ,00 kemudian dari Penerimaan Jasa Giro sebesar Rp ,00 disusul Penerimaan Bunga Deposito sejumlah Rp ,00, dan penerimaan lain-lain sebesar Rp ,00. b. Dana Perimbangan Absorbsi dana perimbangan secara keseluruhan terealisasi sebesar 102,07% atau sebesar Rp ,00 dari target sebanyak Rp ,00. Terdiri dari: 1) Bagi hasil pajak/bukan pajak dari target Rp ,00, realisasinya adalah sebesar Rp atau 104,53%. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 61

62 2) Dana Alokasi Umum dari target Rp ,00, realisasinya adalah sebesar Rp atau 107,81%. 3) Dana Alokasi Khusus dari target Rp ,00, realisasinya adalah sebesar Rp atau 80,09%. Tidak tercapainya target DAK karena Terdapat Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 187/PMK.07/2016 pasal 73 bahwa penyerapan DAK dilakukan secara triwulanan dan setiap laporan triwulanan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. DAK bidang kesehatan tidak dapat terserap optimal dikarenakan aturan waktu penyaluran/birokrasi yang lebih panjang dari Kementerian Keuangan sehingga sulit dilakukan pencairannya. Sedangkan DAK bidang pendidikan, transportasi, kedaulatan pangan dan infrastruktur perumahan, air minum dan sanitasi hanya dapat ditransfer sampai dengan Triwulan III baru masuk pada Kas Daerah di tanggal 28 Desember Secara rinci perbandingan target dan realisasi Dana Perimbangan Kota Magelang pada Tahun Anggaran 2016 tersaji pada Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Perbandingan Target dan Realisasi Dana Perimbangan Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 Uraian DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Jumlah (Rp) Bertambah/ (Berkurang) Target Realisasi (Rp) % , , ,00 102, , , ,00 104,53 Dana Alokasi Umum , , ,00 107,81 Dana Alokasi Khusus , ,00 Sumber : ( ,00 ) Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Magelang (belum diaudit) c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Realisasi Lain-lain pendapatan daerah yang sah di tahun 2016 dari target yang ditetapkan sebesar Rp terealisasi sebesar Rp atau sebesar 74,83%. Tidak tercapainya target dari Lain-Lain Pendapatan yang Sah ini salah satunya dikarenakan tidak tercapainya Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi yang realisasinya sebesar Rp ,00 atau 67,08% dari target yang ditetapkan pada akhir Tahun 2016 yaitu sebesar Rp ,00. Begitu pula dengan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya yang ditargetkan sebesar Rp ,00 terealiasasi sebesar Rp ,00 atau 99,72%. Perbandingan target dan realisasi Lain-Lain Pendapatan yang Sah Kota Magelang pada Tahun Anggaran 2016 secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini. Tabel 3.4 Perbandingan Target dan Realisasi Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 62

63 Uraian LAIN LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya Jumlah (Rp) Bertambah/ (Berkurang) Target Realisasi (Rp) % , ,00 ( ,00) 74, , ,00 ( ,00) 67, , ,00 ( ,00) 99,72 Pendapatan Lainnya 0, , ,00 0,00 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Magelang (belum diaudit) 3. Permasalahan dan Solusi adalah: Permasalahan utama pendapatan daerah Kota Magelang tahun 2016 a. Belum sepenuhnya penentuan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) didasarkan pada studi potensi, khususnya studi potensi untuk Retribusi Daerah; b. Belum terdapat petugas penyidik khusus pajak dan auditor pajak untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan bisnis wajib pajak; c. Belum optimalnya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Untuk mengatasi hal tersebut beberapa upaya sudah dan akan ditempuh oleh Pemerintah Kota Magelang di tahun 2016 antara lain: a. Pengiriman beberapa pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) audit pajak; b. Melakukan studi potensi PAD dari sektor Retribusi Daerah; c. Terus ditingkatkan performance financial dari BUMD yang terdapat di Kota Magelang sesuai dengan core bussines masing-masing. Prinsip profit oriented harus terus dipegang sebagai tujuan (goal) di akhir periode keuangan. Kemudian bagi BUMD yang mempunyai fungsi sosial seperti PDAM, harus tetap juga memperhatikan prinsip profit oriented dalam menjalankan usahanya. 4. Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah Derajat desentralisasi fiskal daerah diukur berdasarkan kemampuan fiskal kemandirian daerah dalam rangka membiayai pembangunan yang LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 63

64 bersumber dari pembiayaan sendiri. Untuk mengukur derajat kemandirian daerah (derajat desentralisasi fiskal) dengan menggunakan formula yaitu: Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah = Pendapatan Asli Daerah (PAD) Total Peneriman Daerah (TPD) X 100% = Rp Rp X 100% = 26,22% PAD = Realisasi Pendapatan Asli Daerah TPD = Total Penerimaan Daerah TPD = PAD+BHPBP+DAU+DAK Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, maka tingkat kemandirian fiskal Kota Magelang Tahun 2016 sebesar 26,22% termasuk kategori tinggi dan jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 23,89%, tingkat kemandirian fiskal daerah meningkat sebesar 2,33%. B. Pengelolaan Belanja Daerah 1. Kebijakan Umum Belanja Daerah Kebijakan umum Belanja Daerah diarahkan kepada alokasi belanja yang berlandaskan azas kewajaran dan kepatutan serta memperhatikan prioritas pembangunan daerah di tahun 2016 dengan mengedepankan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Adapun kebijakan umum belanja daerah adalah sebagai berikut: a. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial dianggarkan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. serta setelah memprioritaskan pemenuhan Belanja Urusan Wajib dan urusan pilihan terlebih dahulu. b. Belanja tidak terduga diasumsikan tetap. atau minimal sebesar realisasi tahun sebelumnya. c. Belanja Langsung akan selalu disesuaikan dengan ketersediaan anggaran setiap tahun. d. Belanja diutamakan untuk memenuhi/mendukung program pelayanan dasar kepada masyarakat, khususnya bidang pendidikan, kesehatan, pangan, dan fasilitas umum pemukiman; e. Menguatkan program program penanggulangan kemiskinan serta pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan; f. Melanjutkan proyek-proyek infrastruktur yang strategis dan mempunyai manfaat luas bagi masyarakat g. Dalam upaya untuk memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik, belanja daerah diharapkan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 64

65 dapat lebih diarahkan dalam mendukung peningkatan nilai tambah sektorsektor ekonomi yang akan memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan penyerapan tenaga kerja sebagai upaya untuk turut meningkatkan perluasan lapangan kerja guna menurunkan angka kemiskinan. Beberapa sektor tersebut adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan (pendukung sektor jasa), sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa dan sektor konstruksi. h. Mengupayakan penghematan, efisiensi, efektivitas anggaran belanja daerah secara proporsional akan dilakukan melalui: 1) Memprioritaskan alokasi belanja daerah pada program dan kegiatanyang memiliki dampak kuat terhadap pencapaian visi dan misi dalam RPJMD Kota magelang dan berdampak luas terhadap kepentingan masyarakat. yaitu program kegiatan yang terkait dengan Penanggulangan Kemiskinan, Kota Layak Anak, Penguatan Implementasi Manajemen Persampahan, Penguatan Implementasi Masterplan Magelang Kota Sejuta Bunga, Penguatan Implementasi RAD Masyarakat Ekonomi Asean, Pengembangan E-Government secara Komprehensif dan Integral: Menuju Smart City, dan Sustainable Development Goals. 2) Mengefektifkan mekanisme Musrenbang guna menghasilkan rencana program dan kegiatan yang mampu memecahkan berbagai permasalahan dan isu terkini pelayanan masyarakat. dengan pengalokasian kegiatan yang diampu kelurahan, kecamatan dan perangkat daerah sesuai dengan batasan kriteria. 2. Target dan Realisasi Belanja Realisasi anggaran belanja daerah tahun anggaran 2016 dapat terlihat dalam target dan realisasi belanja daerah sebagaimana Tabel 3.5 di bawah ini: Uraian Tabel 3.5 Target dan Realisasi Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 Jumlah (Rp) Bertambah/(Berkurang) Target Realisasi (Rp) % BELANJA ( ) 85,69 BELANJA TIDAK LANGSUNG ( ) 81,00 Belanja Pegawai ( ) 91,34 Belanja Hibah ( ) 41,32 Belanja Bantuan Sosial ( ) 84,37 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 65

66 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa (1.500) 99,99 Belanja Tidak Terduga ( ) 1,49 BELANJA LANGSUNG ( ) 89,15 Belanja Pegawai ( ) 91,63 Belanja Barang dan jasa ( ) 88,05 Belanja Modal ( ) 90,03 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Magelang (belum diaudit) Untuk realisasi anggaran belanja daerah tahun anggaran 2016 sebesar Rp atau 85,69% dari target belanja daerah yang telah ditetapkan sebesar Rp ,00. Apabila dilihat dari penyerapan anggaran sudah di atas 76% maka penyerapan belanja daerah ini masuk dalam kategori baik. Adapun penjelasan perincian belanja daerah tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut: a. Belanja Tidak Langsung Penyerapan belanja tidak langsung pada tahun anggaran 2016 sebesar Rp ,00 atau 81,00% dari rencana anggaran belanja tidak langsung sebesar Rp ,00. Dengan perincian sebagai berikut: 1) Belanja Pegawai realisasi penyerapannya mencapai 91,34% atau sebesar Rp ,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,00. 2) Belanja Hibah realisasi penyerapannya mencapai 41,32% atau sebesar Rp ,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,00. 3) Belanja Bantuan Sosial realisasi penyerapannya mencapai 84,37% atau sebesar Rp ,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,00. 4) Belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa realisasi penyerapannya mencapai 99,99% atau sebesar Rp ,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,00. 5) Belanja Tidak terduga realisasi penyerapannya mencapai 1,49% atau sebesar Rp ,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,00. b. Belanja Langsung Penyerapan belanja langsung pada tahun anggaran 2016 sebesar Rp atau 89,15% dari rencana anggaran belanja langsung yang telah ditetapkan dalam perubahan APBD tahun 2016 sebesar Rp LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 66

67 ,00. Penyerapan yang tinggi pada belanja langsung ini menunjukkan indikator bahwa penyerapan belanja untuk publik lebih besar daripada belanja aparatur. Adapun perincian belanja langsung di tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1) Belanja pegawai realisasinya adalah sebesar 91,63% atau sebesar Rp ,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,00. 2) Belanja barang dan jasa realisasinya adalah sebesar 88,05% atau sebesar Rp ,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,00. 3) Belanja modal realisasinya adalah sebesar 90,03% atau sebesar Rp ,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp , Permasalahan dan Solusi Secara umum permasalahan utama Belanja Daerah Kota Magelang adalah sebagai berikut : a. Deviasi belanja daerah terhadap kapasitas fiskal yang terbatas. b. Terlambatnya data pagu indikatif dana transfer dari pemerintah pusat untuk digunakan dalam penyusunan Anggaran, sehingga pengalokasian dana untuk belanja daerah menjadi tidak optimal. c. Belum dilakukan secara optimal perhitungan kontribusi penyerapan belanja daerah terhadap pencapaian indikator sasaran. Solusi yang ditempuh dalam upaya penyelesaian permasalahan tersebut antara lain: a. Penentuan skala prioritas pembangunan daerah dalam pengalokasian anggaran belanja daerah; b. Penyerapan anggaran untuk lebih dioptimalkan agar SILPA tidak terlalu besar pada saat perhitungan anggaran; c. Mengoptimalkan fungsi rapat koordinasi pengendalian operasional kegiatan (Rakor-POK) selain melihat penyerapan anggaran dan fisik sekaligus melihat pencapaian indikator sasaran (outcome). C. Pengelolaan Pembiayaan Daerah 1. Kebijakan Umum Pembiayaan Daerah Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik yang berasal dari penerimaan daerah maupun pengeluaran daerah, yang perlu dibayar atau yang akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pencairan sisa lebih perhitungan tahun yang lalu, dari pinjaman, dan dari hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain dapat digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah di Kota Magelang untuk tahun 2016 adalah sebagai berikut: a. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 67

68 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah di Kota Magelang yaitu: 1) Peningkatkan realisasi SiLPA dari tahun ke tahun yang diakibatkan karena terjadinya efisiensi, efektivitas dalam pengelolaan belanja daerah. 2) Peningkatan realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) karena terdapat pelampauan pendapatan daerah dari target pendapatan yang sudah ditetapkan. b. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah di Kota Magelang selama tahun 2016 diarahkan untuk: meningkatkan performance dan kinerja Perusahaan Umum Milik Daerah (BUMD) yang bergerak pada sektor pelayanan kebutuhan dasar masyarakat dalam bentuk penyertaan modal daerah. Penyertaan modal kepada BUMD (Perusda) dilakukan secara bertahap. Penyertaan modal diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dan diatur dalam Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal. Adapun target Penerimaan Pembiayaan Daerah adalah sebesar Rp ,00 dengan realisasi penerimaan sebesar Rp ,00 atau 99,93% terdiri dari: 1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran Sebelumnya realisasinya sebesar Rp ,00 atau 100,00% dari target sebesar Rp ,00 dengan perincian: a) Sisa dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) sebesar Rp ,00; b) Sisa DAK sebesar Rp ,00; c) Sisa BLUD RSU Tidar sebesar Rp ,00; d) Sisa BLUD Puskesmas sebesar Rp ,00; e) Sisa Sertifikasi dan tambahan penghasilan sebesar Rp ,00; f) Sisa dari Pembangunan Pasar Rejowinangun sebesar Rp ,00; g) Bagi Hasil Pajak Rokok tahun 2015 sebesar Rp ,00; h) SiLPA murni sebesar Rp ,00; 2) Penerimaan dana bergulir realisasi sebesar Rp ,00 atau 14,20% dari target yang ditetapkan, yaitu sebesar Rp ,00 yang terdiri dari: a) Koperasi sebesar Rp ,00 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 68

69 b) LPT-INDAG sebesar Rp ,00 Untuk pengeluaran pembiayaan tahun anggaran 2016 terealisasi sebesar Rp ,00 atau sama dengan target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar Rp ,00 atau 100%. Adapun pengeluaran pembiayaan adalah sebagai berikut: 1) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) sebesar Rp ,00. 2) PD Percetakan Vita Grafika sebesar Rp ,00. 3) PD BPR Bank Magelang sebesar Rp ,00. 4) PD Obyek Wisata Kyai Langgeng sebesar Rp ,00. Berdasarkan data sebagaimana tersebut di atas, dapat diketahui pembiayaan netto yang berasal dari selisih perhitungan antara realisasi penerimaan pembiayaan daerah dengan realisasi pengeluaran pembiayaan daerah sebesar Rp , sedangkan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran adalah sebesar Rp , Target dan Realisasi Pembiayaan Adapun realisasi untuk pembiayaan daerah pada tahun 2016 dapat dilihat dalam Tabel 3.6 berikut ini: Uraian PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA) Tabel 3.6 Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun 2016 Jumlah (Rp) Bertambah/ (Berkurang) Target Realisasi Rp % ( ,00) 99, , Pencairan Dana Cadangan ,00 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Pinjaman Dalam Negeri ,00 Penerimaan Dana Bergulir ( ) 14,20 Penerimaan Piutang Daerah ,00 Penerimaan Hasil penarikan ,00 0,00 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembentukan Dana Cadangan 0 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Tahun berkenaan ( ) ( ) ( 100,00 100,00 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 69

70 Pembiayaan Netto ( ) 0 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Magelang (belum diaudit) 3. Permasalahan dan Solusi Sampai dengan saat ini permasalahan utama berkaitan dengan pembiayaan daerah adalah masih terdapat kurang optimalnya kontribusi dari penyertaan modal yang di serahkan kepada entitas bisnis. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan dalam pembiayaan daerah adalah setiap entitas bisnis yang mendapatkan penyertaan modal harus melakukan kegiatan yang mendatangkan profit oriented dengan tetap memperhatikan core bussines-nya. BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 poin 11 yang berbunyi Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah Provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat diselenggarakan sendiri oleh Pemerintah Pusat, dengan cara melimpahkan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat atau Instansi Vertikal yang ada di Daerah berdasarkan asas dekonsentrasi dan dengan cara menugasi Daerah berdasarkan asas tugas pembantuan. Penugasan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah berdasarkan Tugas Pembantuan dengan peraturan menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian. Peraturan menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian sebagaimana dimaksud ditetapkan setelah berkoordinasi dengan menteri. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 70

71 Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah provinsi diselenggarakan sendiri oleh Daerah Provinsi, dengan cara menugasi Daerah kabupaten/kota berdasarkan asas tugas pembantuan dan dengan cara menugasi Desa yang ditetapkan dengan peraturan gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sedangkan Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota diselengarakan sendiri oleh Daerah kabupaten/kota atau dapat ditugaskan sebagian pelaksanaannya kepaa Desa. Penugasan oleh Daerah kabupaten/kota kepada Desa ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. A. Tugas Pembantuan yang Diterima Pada tahun 2016 Kota Magelang mendapat tugas pembantuan yang berasal dari pemerintahan pusat dengan nilai sebesar Rp ,00 (Empat Ratus Lima Belas Juta Delapan Ratus Tujuh Puluh Satu Ribu). Adapun pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas pembantuan yang diterima oleh Pemerintah Kota Magelang dapat dilaporkan sebagaimana penjelasan di bawah ini. Tugas pembantuan tersebut dilaksanakan langsung oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dengan 1 (satu) program dan 1 (satu) kegiatan. B. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Dalam Rangka Tugas Pembantuan Untuk mengetahui lebih jelas kinerja tugas pembantuan dapat dilaporkan sebagai berikut: 1. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil a. Dasar Hukum 1) Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor SP DIPA /2016 tanggal 7 Desember 2015; LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 71

72 2) Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor SP DIPA /2016 tanggal 7 Desember 2015 tentang Revisi ke: 01 tanggal 25 Juli 2016; 3) Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor SP DIPA /2016 tanggal 7 Desember 2015 tentang Revisi ke: 02 tanggal 11 Agustus 2016; 4) Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor SP DIPA /2016 tanggal 7 Desember 2015 tentang Revisi ke: 03 tanggal 27 Oktober b. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil. c. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang Melaksanakan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang. d. Program dan Kegiatan yang Diterima dan Pelaksanaannya Tugas Pembantuan APBN Tahun 2016 yang berasal dari Kementerian Dalam Negeri Rp ,00 (empat ratus lima belas juta delapan ratus tujuh puluh satu ribu rupiah) terdiri dari 1 (satu) program, yaitu Program Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang terdiri dari 1 (satu) kegiatan yaitu: 1) Kegiatan Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) Terpadu a) Masukan (input) Alokasi dana sebesar Rp ,00 (empat ratus lima belas juta delapan ratus tujuh puluh satu ribu rupiah) dengan realisasi sebesar Rp ,00 atau 52,15%. b) Keluaran (output) Laporan Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Adminduk) dengan target 1 laporan, terealisasi 1 laporan dengan nilai capaian kinerja 100%. Adapun yang tidak terealisasi adalah monitoring dan evaluasi ke kecamatan karena perjalanan tersebut dibawah 8 jam sehingga LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 72

73 monitoring dan evaluasi ke kecamatan sesuai ketentuan tidak dapat diberi uang transport. c) Hasil (outcome) Meningkatnya kualitas database kependudukan nasional sebagai dasar penerbitan dokumen kependudukan pelayanan publik dan pembangunan nasional serta mendukung penyelenggaraan pemilu/pemilukada dengan target 100% terealisasi 100% dengan nilai capaian kinerja 100%. e. Sumber dan Jumlah Anggaran Sumber Anggaran Tugas Pembantuan APBN Tahun Anggaran 2016 untuk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang berasal dari Kementerian Dalam Negeri Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp ,00. Dalam perkembangannya mendapat revisi 3 (tiga) kali yaitu pada tanggal 25 Juli 2016, 11 Agustus 2016 dan 27 Oktober 2016 dikarenakan adanya penggantian pejabat perbendaharaan dan adanya surat dari Direktur Jenderal Kementerian Dalam Negeri Nomor 902/5966/DUKCAPIL.SES tanggal 17 Juni 2016 perihal Penghematan Anggaran Tugas Pembantuan (TP) pada APBN TA 2016 dan surat dari Direktur Jenderal Kementerian Dalam Negeri Nomor 910/9311/DUKCAPIL.SES tanggal 5 September 2016 Juni 2016 perihal Penghematan Anggaran DK/TP pada APBN TA 2016 yang memerintahkan kepada seluruh kota/kabupaten untuk melakukan penghematan/pemotongan melalui self blocking masingmasing RKAKL Tugas Pembantuan APBN TA 2016 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang harus direvisi dan pagu anggaran menjadi Rp ,00, dengan rincian self blocking adalah: Total self blocking : Rp ,00 - self blocking I : Rp ,00 - self blocking II : Rp ,00 f. Permasalahan dan Solusi LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 73

74 Permasalahan: Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan APBN Tahun 2016 dari Kementerian Dalam Negeri adalah penyerapan dana tidak maksimal yang disebabkan oleh: 1) Pelaksanaan kegiatan yang seharusnya 12 bulan hanya dapat terealisasi 11 bulan dikarenakan DIPA Petikan diserahkan kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang pada akhir Bulan Januari Tahun 2016; 2) Perjalanan Dinas Dalam Kota tidak dapat dilaksanakan karena pelaksanaannya di bawah 8 jam; 3) Honorarium pejabat pengadaan barang dan jasa serta belanja untuk persediaan barang konsumsinya tidak dapat direalisasikan karena ketersediaan blangko dan formulir-formulir kependudukan dan pencatatan sipil masih cukup banyak. Solusi: 1) Koordinasi dengan instansi terkait (Kementerian Dalam Negeri, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah, Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jateng, dan KPPN); 2) Mengoptimalkan SDM dan sarana prasarana yang ada. BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan di Kota Magelang merupakan salah satu substansi penting dan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 adalah wajib diinformasikan sebagai bagian keterangan pertanggungjawaban Walikota Magelang kepada DPRD Kota Magelang. Pengertian tugas umum pemerintahan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 adalah tugas kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota selain pelaksanaan asas desentralisasi dan tugas pembantuan. Mengacu pada cakupan penyelenggaraan tugas umum sebagaimana diatur dalam Pasal 6, 18 dan 22, maka penyelenggaraan tugas umum yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang, antara lain meliputi: kerja sama antardaerah, kerja LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 74

75 sama daerah dengan pihak ketiga, koordinasi dengan instansi vertikal di daerah, kerja sama pembinaan batas wilayah, pencegahan dan penanggulangan bencana, pengelolaan kawasan khusus, serta penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum. Pelaksanan tugas umum pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang pada tahun 2016 dapat dijabarkan sebagai berikut: A. Kerja Sama Antardaerah Kerja sama antardaerah dapat menjadi salah satu pilihan alternatif dalam mengembangkan daerah sehingga pemerintah daerah dapat melakukan akselerasi pembangunan yang didasarkan pada pertimbangan efesiensi dan efektifitas, sinergi dan saling menguntungkan, terutama dalam bidang-bidang yang menyangkut kepentingan lintas wilayah, kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Kerja sama antardaerah diharapkan dapat menjadi jembatan yang meminimalisasi potensi konflik kepentingan antardaerah menjadi sebuah potensi pembangunan yang saling menguntungkan, mengoptimalkan potensi sumber daya daerah, meningkatkan pertukaran teknologi dan pengetahuan sehingga dapat mengurangi kesenjangan daerah dalam pelaksanaan pelayanan umum. 1. Kebijakan dan Kegiatan Upaya pelaksanaan kerja sama antardaerah bertujuan untuk mewujudkan kepentingan bersama dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Di samping itu, kerja sama antardaerah dimaksudkan untuk meningkatkan kebersamaan dalam memecahkan permasalahan lintas wilayah administratif, meningkatkan pelayanan dan kesejahterahan masyarakat di daerah, dan pemberdayaan sumber daya dan potensi daerah dalam berbagai bidang untuk meningkatkan pengembangan ekonomi di daerah masing-masing serta mensinkronkan program pembangunan. Upaya Pemerintah Kota Magelang dalam melaksanakan kerja sama antardaerah adalah dengan meningkatkan koordinasi dan kerja sama antardaerah yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme). LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 75

76 Kegiatan kerja sama daerah yang masih berlangsung sampai dengan 2016 adalah: a. Kerja sama bidang transmigrasi; b. Kerja sama bidang penanaman modal. 2. Realisasi dan Pelaksanaan Kegiatan Berikut uraian kerja sama antardaerah yang dilaksanakan Pemerintah Kota Magelang dengan daerah lain pada tahun 2016 dan yang masih berjalan sampai dengan tahun 2016: a. Kerja sama bidang transmigrasi No. Nomor dan Tanggal Perjanjian Daerah yang Diajak Kerja sama Materi Kerja sama Jangka Waktu Tahun 2016 tertanggal 26 Mei 2016 Pemerintah Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat Program Transmigrasi di Desa Simpang Tiga, Kecamatan Sukangma, Kabupaten Kayong Utara 5 tahun Tahun A/Sosnakertrans/ 2014 tanggal 25 Juni 2014 Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat Program Transmigrasi di lokasi Desa Sungai Bulan, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya 5 tahun Tahun /214.1/SNTD/2013 tertanggal 30 April 2013 Pemerintah Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat Program Transmigrasi di Desa Simatamata, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara 5 tahun Tahun /390.A/SKTK-D/ 2012 tanggal 18 April 2012 Pemerintah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat Program Transmigrasi di Desa Sungai Pelang, Kecamatan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang 5 tahun Tahun /777/IV/Dinsosnakertr ans-2011 tanggal 13 April 2011 Pemerintah Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah Program Transmigrasi di Kabupaten Lamandau 5 tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 76

77 b. Kerja sama bidang penanaman modal No. Nomor dan Tanggal Perjanjian Daerah yang Diajak Kerja sama Materi Kerja sama Jangka Waktu /863/BPMPPT/ /846/450/2016 tanggal 8 Oktober 2016 Pemerintah Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat Fasilitasi kerja sama bidang penanaman modal /01/K.PM/XI/ /1001/450/2016 tanggal 24 November 2016 Pemerintah Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah Kerja sama bidang penanaman modal 1 tahun /916/ /1064/450/2016 tanggal 21 Desember 2016 Pemerintah Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah Kerja sama bidang penanaman modal 1 tahun /603/450/ /1128/ 2015 tanggal 2 Oktober 2015 Pemerintah Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah Kerja sama bidang penanaman modal 5 tahun /290/450/ /01-BPMPPT/XI/ 2014 tanggal 17 November 2014 Pemerintah Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat Kerja sama bidang penanaman modal 5 tahun /289/450/ /438/BPMPT tanggal 17 November 2014 Pemerintah Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah Kerja sama bidang penanaman modal 5 tahun B. Kerja sama Daerah dengan Pihak Ketiga Kota Magelang dapat dikatakan hampir tidak mempunyai sumber daya alam yang dapat dieksploitasi. Oleh karena itu, dalam era otonomi daerah seperti sekarang ini Kota Magelang berupaya untuk memposisikan diri sebagai kota jasa yang mampu memenuhi kebutuhan semua stakeholders. Kerja sama dengan pihak ketiga dilaksanakan untuk mengoptimalisasi penyelenggaraan pembangunan daerah dan pengelolaan potensi daerah yang ada sehingga dapat memenuhi penyediaan pelayanan publik dan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi langsung oleh Pemerintah Daerah. 1. Kebijakan dan Kegiatan Kebijakan yang diambil Pemerintah Kota Magelang dalam pelaksanaan kerja sama dengan pihak ketiga adalah: LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 77

78 a. Meningkatkan dukungan pihak ketiga guna mengoptimalkan kapasitas pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan potensi daerah; b. Meningkatkan pelayanan publik; c. Meningkatkan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan. Kerja sama daerah dengan pihak ketiga yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Magelang pada tahun 2016 dan yang masih berjalan pada tahun 2016, yaitu: a. Kerja sama bidang pendidikan; b. Kerja sama bidang kesehatan; c. Kerja sama bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; d. Kerja sama bidang otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian; e. Kerja sama bidang perdagangan; 2. Realisasi dan Pelaksanaan Kegiatan Realisasi pelaksanaan kerja sama Pemerintah Kota Magelang dengan pihak ketiga yang masih berlaku/berlangsung sampai dengan 2016 adalah sebagai berikut: a. Kerja sama bidang pendidikan Perjanjian kerja sama/kesepakatan dalam bidang pendidikan, yaitu: No. Nomor dan Tanggal Perjanjian Pihak Ketiga Materi Kerja sama Jangka Waktu 1. 3 Tahun 2015 tanggal 16 Februari 2015 Kepolisian Resor Magelang Kota Pembinaan pendidikan lalulintas pada siswa SD, SMP SMA dan SMK 1 tahun 2. 08/PKS.P/RSUDT/II/ /AKPER/NWU/II/2015 tanggal 28 Februari 2015 Akademi Keperawatan (AKPER) Ngudi Waluyo Ungaran Praktik keperawatan mahasiswa AKPER Ngudi Waluyo Ungaran 22 bulan 3. 7/PKS.PI/RSUDT/IV/ /UN7.3.4/KS/2015 tanggal 1 April 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang Peningkatan dan pengembangan mutu pelayanan kesehatan serta peningkatan pengalaman dan keterampilan peserta Program Pendidikan Dokter dan Dokter Spesialis 2 tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 78

79 I FK UNDIP Semarang 4. 13/PKS.B/RSUDT/V/ /CM/V/2015 tanggal 31 Mei 2015 SMK Citra Medika Magelang Praktik kerja lapangan siswa Program Studi Farmasi SMK Citra Medika Magelang 2 tahun /482.P/SMK.3/2015 Daffam Hotel Malioboro Yogyakarta /482.P/SMK.3/2015 Jambuluwuk Malioboro Boutique Hotel Yogyakarta /482.P/SMK.3/2015 Hotel Plataran Borobudur Magelang /482.P/SMK.3/2015 Nueve Hotel Yogyakarta /482.P/SMK.3/2015 Ros In Hotel Yogyakarta /HRD/RF/V/2015 PT Royal Fashion Kabupaten Semarang /NKS/BKK/SMK3/2015 PT Ungaran Sari Garmen Kabupaten Semarang Paktek Kerja Industri siswa SMK Negeri 3 Magelang Paktek Kerja Industri siswa SMK Negeri 3 Magelang Paktek Kerja Industri siswa SMK Negeri 3 Magelang Paktek Kerja Industri siswa SMK Negeri 3 Magelang Paktek Kerja Industri siswa SMK Negeri 3 Magelang Paktek Kerja Industri siswa SMK Negeri 3 Magelang Paktek Kerja Industri siswa SMK Negeri 3 Magelang 2 tahun 2 tahun 2 tahun 2 tahun 3 tahun 2 tahun 4 tahun /4/780/SMK.3/230 Larissa Aesthetic Paktek Kerja Industri siswa SMK Negeri 3 Magelang /4/780/SMK.3/230 PT Martina Berto Paktek Kerja Industri siswa SMK Negeri 3 Magelang 2 tahun 2 tahun /PKS.B/RSUDT/II/ /UNIMUS.G/KS/2014 tanggal 1 Februari 2014 Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) Praktik belajar lapangan mahasiswa Program D-III Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan UNIMUS 2 tahun Tahun /KB/E/II/2014 tanggal 27 Februari 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kesiapan penyelenggaraan Universitas Tidar menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) 5 tahun /PKS.B/RSUDT/IV/ /C.5-IV/III/2014 tanggal 1 April 2014 Akademi Perekam Medik dan Informatika Kesehatan Praktik kerja lapangan/magang mahasiswa APIKES Citra Medika 2 tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 79

80 (APIKES) Citra Medika Surakarta Surakarta /PK.P/RSUDT/IV/ /PK-FKIKA/UMY/IV/2014 tanggal 31 Mei 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) Program Pendidikan Profesi Dokter dan Profesi Ners FKIK UMY 5 tahun /PKS.PII/RSUDT/V/2014 HK.06.01/A.II.3/573/2014 tanggal 31 Mei 2014 Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Semarang Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi 3 tahun /PKS.PI/RSUDT/VI/ /MoU/DIR/AMA-YK/2014 tanggal 1 Juni 2014 Akademi Manajamen Administrasi (AMA) Yogyakarta Pelayanan/pengabdi an masyarakat, pendidikan, penelitian dan pengembangan bidang pelayanan kesehatan 2 tahun /PKS.PI/RSUDT/VII/ A/Dir/KS/SV/2014 tanggal 1 Juli 2014 Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Praktik kerja lapangan mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik dan D-III Rekam Medis 2 tahun /PKS.B/RSUDT/VIII/ /C.8-II/FIK/VIII/2014 tanggal 1 Agustus 2014 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Praktik kerja lapangan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Fisioterapi dan Gizi UMS 3 tahun /PKS.PII/RSUDT/XI/2014 B/120/VI/2014 tanggal 1 November 2014 Akademi Keperawatan (AKBID) Kesdam IV/Diponegoro Semarang Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi 3 tahun /PKS.PI/RSUDT/XII/ /AKBID/NWU/XII/2014 tanggal 1 Desember 2014 Akademi Kebidanan (AKBID) Ngudi Waluyo Ungaran Praktik klinik mahasiswa Akademi Kebidanan (AKBID) Ngudi Waluyo Ungaran 2 tahun /PKS.B/RSUDT/XII/2014 MOU/032/STIKES A.YANI/XII/2014 tanggal 1 Desember 2014 STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Praktik klinik Program Studi Rekam Medis- Informasi Kesehatan (D3) 2 tahun /PKS.B/RSUDT/XII/2014 IKS-PB 30/ADAK/STIKES- WH/I-2015 tanggal 1 Desember 2014 STIKES Widya Husada Semarang Praktik kerja lapangan mahasiswa STIKES Widya Husada Semarang 2 tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 80

81 26. 37/PKS.B/RSUDT/XII/2014 IKS-613/AKFIS-WH/XII-2014 tanggal 1 Desember 2014 Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang Praktik kerja lapangan mahasiswa Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang 2 tahun /PKS.B/RSUD/I/ /060.a/MOU/A-MH/I/2013 tanggal 2 Januari 2013 Akademi Perekam Medik dan Informatika Kesehatan (APIKES) Mitra Husada Karanganyar Praktik lapangan, magang kerja dan penelitian mahasiswa APIKES Karanganyar 3 tahun /PKS.B/RSUD/III/ /MoU/UNRIYO/III/2013 tanggal 30 Maret 2013 Universitas Respati Yogyakarta (UNRIYO) Praktik mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Program S-1 Ilmu Gizi UNRIYO 3 tahun /PKS.B/RSUDT/IV/2013 HK.06.01/1/0810.1/2013 tanggal 1 April 2013 Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Banjarmasin Praktik belajar lapangan mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin 3 tahun /PKS.II/RSUDT/V/ /A/STIKES/NWU/V/2013 tanggal 1 Mei 2013 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ngudi Waluyo Ungaran Pendidikan, pelatihan dan pengembangan dalam bidang kesehatan 3 tahun /PKS.PI/RSUDT/VII/ /Akper-KBN/A.PKK/VII /2013 tanggal 29 Juli 2013 Akademi Keperawatan Karya Bhakti Nusantara (AKPER KBN) Magelang Praktik kerja lapangan mahasiswa AKPER KBN Magelang 3 tahun /PKS-B/RSUDT/X/2013 HK.06.01/I/1/7432/2013 tanggal 1 Oktober 2013 Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Yogyakarta Praktik kerja lapangan mahasiswa jurusan Ilmu Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 3 tahun /PKS-P/DIR/RSUD/VII/ /FIKES/II.3.AU/F/2012 tanggal 1 Juli 2012 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang Kerja sama dalam bidang pendidikan dan pengembangan pelayanan kesehatan 4 tahun /P/RSUD/VIII/ A/UN7.3.4/D/KS/2011 tanggal 22 Agustus 2011 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (PSIK FK UNDIP) Semarang Praktik klinik dan magang civitas akademika PSIK FK UNDIP Semarang 5 tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 81

82 b. Kerja sama bidang kesehatan Pemerintah Kota Magelang dalam melaksanakan tugas pelayanan bidang kesehatan telah melakukan kerja sama dengan pihak ketiga. Perjanjian kerja sama tersebut, antara lain: No. Nomor dan Tanggal Perjanjian Pihak Ketiga Materi Kerja sama Jangka Waktu /33/226 HK.05.01/S/III.5/0120/2016 tanggal 4 Januari 2016 RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Pelayanan kesehatan jiwa/tumbuh kembang dan pelayanan kesehatan pelimpahan dari RSUD Tidar Kota Magelang untuk Pelayanan Umum bagi peserta Jamkesda Kota Magelang 1 tahun /1075/220 HK.05.01/II.2.2/00009/2016 tanggal 4 Januari 2016 Rumah Sakit Ortophedi Pusat dr. Soeharso Surakarta Pelayanan kesehatan bagi peserta Program Jamkesda Kota Magelang 1 tahun /1027/220 KS.01.01/I.IV/57/2016 tanggal 4 Januari 2016 RSUP dr. Kariadi Semarang Pelayanan kesehatan bagi peserta Program Jamkesda Kota Magelang 1 tahun /28/ /02/6 tanggal 4 Januari 2016 BKPM Wilayah Magelang Pelayanan kesehatan bagi peserta Program Jamkesda Kota Magelang 1 tahun /35/226 18/PKS/RSLR/III/2016 tanggal 4 Januari 2016 Rumah Sakit Lestari Raharja Kota Magelang Pelayanan Kesehatan bagi Program Jamkesda (pelimpahan pasien dari RSUD Tidar Kota Magelang) 1 tahun Tahun /MOU/VI-04/0916 tanggal 29 September 2016 BPJS Cabang Magelang Kerjasama Optimalisasi Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional 1 tahun /3148/ /KTR/VI-04/0916 tanggal 29 September 2016 BPJS Cabang Magelang Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional dari Warga Kota Magelang 3 bulan /31/226 HK.05.01/IV/30732/2015 tanggal 31 Desember 2015 RSUP dr. Sardjito Yogyakarta Pelayanan kesehatan bagi peserta Program Jamkesda Kota Magelang 1 tahun /3583/2015/4 790/KTR/VI-04/ /5773/220 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional bagi Penerima 1 tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 82

83 tanggal 30 Desember 2015 Tengah dan BPJS Cabang Magelang Bantuan Iuran Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dari Kota Magelang /PKS.B/RSUDT/IV/ /II/KSO/M/IV/XIV tanggal 1 April 2014 PT Tirta Teknosys Pinjam pakai peralatan reusedialiser dan penyediaan cairannya 2 tahun /PKS.B/DIR/RSUD/VI/ /KSO/024.06/2012 tanggal 15 Juni 2012 PT Aimed Indonesia Yogyakarta Operasional alat CT- Scan dan accessories pendukungnya untuk pelayanan CT-Scan 4 tahun /P/RSUD/VIII/ /SRU/N/HD/VIII/2011 tanggal 16 Agustus 2011 PT Sinar Roda Utama Pelayanan hemodialisa bagi pasien Jamkesmas 5 tahun /P/RSUD/VIII/ /SRU/N/HD/VIII/2011 tanggal 16 Agustus 2011 PT Sinar Roda Utama Pelayanan hemodialisa bagi pasien umum/swasta/ ASKES 5 tahun c. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Perjanjian kerja sama bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang dituangkan dalam perjanjian kersama, antara lain: No. Nomor dan Tanggal Perjanjian Pihak Ketiga Materi Kerja sama Jangka Waktu /Sekr.P2TP2A/I/2016 tanggal 4 Januari 2016 Kantor Pengacara Bambang Tjatur Iswanto, SH & Rekan Pendampingan hukum dalam menyelesaikan kasus yang dihadapi oleh masyarakat Kota Magelang, khususnya perempuan dan anak 1 tahun /Sekr.P2TP2A/I/2016 tanggal 4 Januari 2016 Kantor Advokad dan Konsultan Hukum Lilis Sri Rahayu Kurniawaty, SH Pendampingan hukum dalam menyelesaikan kasus yang dihadapi oleh masyarakat Kota Magelang, khususnya perempuan dan anak 1 tahun /Sekr.P2TP2A/I/2016 tanggal 4 Januari 2016 Kantor Pengacara dan Konsultan Pendampingan hukum dalam menyelesaikan 1 tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 83

84 Hukum Aryo Gatot Widodo, SH & Partners kasus yang dihadapi oleh masyarakat Kota Magelang, khususnya perempuan dan anak /Sekr.P2TP2A/I/2016 tanggal 4 Januari 2016 Kantor Pengacara dan Konsultan Hukum Erna Indrayani, SH & Associates Pendampingan hukum dalam menyelesaikan kasus yang dihadapi oleh masyarakat Kota Magelang, khususnya perempuan dan anak 1 tahun /Sekr.P2TP2A/XI/2014 tanggal 30 November 2014 Lembaga Pusat Pengembangan SDM Entrans (LP SDM Entrans) Penanganan masalah sosial dan psikis korban kekerasan terhadap perempuan dan anak 3 tahun d. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian No. Nomor dan Tanggal Perjanjian Pihak Ketiga Materi Kerja sama Jangka Waktu /010/290/2016 tanggal 11 Januari 2016 PT Bank Pembangunan Jawa Tengah Cabang Magelang Pengelolaan Uang dan Pajak Daerah secara Online 1 tahun Tahun /ADV-ZA/PEKJ/I/2016 tanggal 15 Januari 2016 Kantor Advokat M. Zazin & Associates Pemberian Jasa Hukum dan Bantuan Hukum (advokasi) 1 tahun Tahun /ADV-ZA/PEKJ/I/2016 tanggal 15 Januari 2015 Kantor Advokat M. Zazin & Associates Pemberian Jasa Hukum dan Bantuan Hukum (advokasi) Tahun /0.3.13/05/03/2016 Kejaksaan Negeri Kota Magelang Penanganan Masalah Hukum Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 1 tahun Tahun /HI.17/KL/2016 tanggal 1 Juni 2016 Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jogjakarta Fasilitasi Kerjasama dalam Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi oleh SKPD di Pemerintah Kota Magelang 1 tahun /63/112 Tahun 2016 Kejaksaan Negeri Kota Magelang Pembentukan Tim Fasilitasi Pelaksanaan Kerja Sama Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara pada 1 tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 84

85 Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang 7. 14/PKS/PPIT/VIII/ /871/430/2016 tanggal 10 Agustus 2016 Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Sinergi Penelitian, Pengembangan, dan Komersialisasi Produk Inovasi di Kota Magelang 3 tahun Tahun 2016 tanggal 6 September 2016 Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah Penggunaan Sistem Informasi Kredit Program (SKIP) 1 tahun Tahun 2016 tanggal 28 Oktober 2016 PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DIY Area Pelayanan dan Jaringan Magelang Pemungutan dan Penyetoran Pajak Penerangan Jalan dan Pembayaran Rekening Listrik oleh Pemerintah Daerah 1 tahun Tahun 2016 tanggal 29 Desember 2016 PT Bank Pembangunan Jawa Tengah Cabang Magelang Pengelolaan Uang Daerah 1 tahun /SP/643/800/ /HKM/AA/XII/2015 tanggal 31 Desember 2015 PT Asiadaya Abadi, Pati, Jawa Tengah Penambahan bantuan pengamanan asetaset milik Pemerintah Kota Magelang 1 tahun /PKS.PI/RSUDT/I/ /HT.01.02/005/2015 tanggal 31 Januari 2015 PT Bank Pembangunan Jawa Tengah Cabang Magelang Sewa sebagian lahan untuk pemasangan box ATM di RSUD Tidar Kota Magelang 3 tahun Tahun b/HT.01.04/005/2014 tanggal 14 Maret 2014 PT Bank Pembangunan Jawa Tengah Cabang Magelang Pembayaran Gaji Pegawai Negeri Sipil melalui Kartu Pegawai Sipil Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kota Magelang 15 tahun Tahun /KB/BPPT-PEMKOT MAGELANG/V/2011 tanggal 18 Mei 2011 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Republik Pengkajian, penerapan dan pemasyarakatan teknologi untuk mendukung pembangunan 5 tahun LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 85

86 Indonesia daerah Kota Magelang Tahun /PK_PAS/V/2011 tanggal 18 Mei 2011 PT Putera Agung Setia Pembuatan design prototype kendaraan smart car dan membantu pelaksanaan teknis dan non-teknis dalam terwujudnya prototype kendaraan dengan nama Spyder 5 tahun e. Kerja sama bidang perdagangan No. Nomor dan Tanggal Perjanjian Pihak Ketiga Materi Kerja sama Jangka Waktu Tahun 2016 tanggal 7 November 2016 Akademi MIliter/TNI AD Perjanjian Pinjam Pakai Tanah TNI-AD digunakan untuk Taman dan Sentra Kuliner di Jalan Tidar Magelang antara TNI-AD dengan Pemerintah Kota Magelang 2 tahun /152/250/ /HT.01.04/KRD/2016 tanggal 9 Februari 2016 PT Bnak Pembangunan Daerah Jawa Tengah Program Kredit Usaha Produktif (KUP) kepada Pelaku Usaha Mikro di Kota Magelang 3 tahun /HT.01.04/KRD/ Tahun 2015 tanggal 27 Oktober 2015 PT Bnak Pembangunan Daerah Jawa Tengah Penyelenggaraan Program Kredit Usaha Produktif kepada Pelaku Usaha Mikro di Kota Magelang 1 tahun C. Koordinasi dengan Instansi Vertikal di Daerah Koordinasi dengan instansi vertikal di Kota Magelang merupakan salah satu aspek yang mutlak dilakukan dalam kerangka memenuhi kebijakan tertib penyelenggaraan pemerintahan dan terwujudnya keserasian serta keberhasilan pembangunan. 1. Kebijakan dan Kegiatan Kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah dan semua perangkat daerah. Instansi vertikal merupakan perangkat kementerian atau lembaga LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 86

87 pemerintah yang mengatur urusan pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah dalam wilayah tertentu dalam rangka dekonsentrasi. Kebijakan koordinasi dengan instansi vertikal bertujuan untuk menyelaraskan dan mensinkronkan berbagai kebijakan yang diambil Pemerintah Kota Magelang dalam rangka mengembangkan hubungan antar tingkatan pemerintahan yang harmonis. Koordinasi dengan instansi vertikal yang dilaksanakan Pemerintah Kota Magelang dalam beberapa bidang, yaitu: a. Koordinasi stabilitas daerah; b. Koordinasi dalam bidang ketentraman dan ketertiban; c. Koordinasi dalam bidang pertanahan; d. Koordinasi dalam bidang keagamaan; e. Koordinasi dalam bidang tata ruang. 2. Realisasi dan Pelaksanaan Kegiatan a. Koordinasi stabilitas daerah Kota Magelang merupakan wilayah yang selama ini dikenal kondusif. Pemerintah Kota Magelang senantiasa berupaya untuk mempertahankan iklim sejuk dan damai sebagai modal utama demi terwujudnya keberhasilan pelaksanaan pembangunan di daerah yang muaranya adalah terwujudnya keberhasilan pembangunan di tingkat nasional. Jalinan kerja sama pemerintah daerah dengan instansi vertikal merupakan upaya untuk menciptakan sinergi yang kokoh dalam melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan kewenangan masing-masing. Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) merupakan wadah komunikasi dan koordinasi dalam rangka terwujudnya hubungan kerja yang harmonis serta sinergis di antara unsur pimpinan daerah dan vertikal di Kota Magelang dengan tujuan akhir adalah memantapkan stabilitas daerah. Kegiatan koordinasi dalam rangka stabilitas daerah antara Walikota, Wakil Walikota, Ketua DPRD, Komandan Kodim 0705/Magelang, Kepala Kepolisian Resort Magelang Kota, Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Pengadilan Negeri didasari dengan Keputusan Walikota Magelang Nomor 134/45/112 Tahun 2016 tanggal 19 Februari 2016 tentang LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 87

88 Pembentukan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kota Magelang Tahun Di samping itu, dibentuk pula tim terpadu terkait dengan penanganan stabilitas dan permasalahan strategis daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota Magelang Nomor 300/45/112 Tahun 2016 tanggal 29 Februari 2016 tentang Pembentukan Tim Terpadu Penanganan Stabilitas Daerah Kota Magelang Tahun Rapat koordinasi stabilitas daerah diselenggarakan secara rutin setiap bulan dan insidental pada saat-saat tertentu apabila diperlukan dalam rangka mengantisipasi permasalahan yang membutuhkan penanganan segera. Pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk membangun koordinasi dalam penyelenggaraan pemerintahan serta untuk menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agenda rapat koordinasi stabilitas daerah membahas materi berupa permasalahan-permasalahan strategis yang ada di daerah yang harus ditindaklanjuti dalam kerangka kebijakan daerah, seperti permasalahan bidang ekonomi, sosial budaya, keamanan dan ketertiban daerah serta penanganan bencana alam dan lainnya. Hasil atau kesimpulan rapat koordinasi Forpimda yang berisi saran/masukan dan perintah/instruksi akan ditindaklanjuti oleh instansi terkait. Koordinasi rutin juga dilakukan oleh Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) Kota Magelang untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya hal-hal yang membahayakan situasi dan kondisi wilayah. Di samping itu, implementasi dari peningkatan kerja sama dengan aparat keamanan dalam teknik pencegahan kejahatan dalam rangka meningkatkan kinerja aparatur/lembaga serta stakeholder yang ada serta sebagai wujud partisipasi dalam upaya menjaga stabilitas daerah, masyarakat juga dilibatkan dengan pembentukan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) tingkat kota hingga di tingkat kelurahan yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai elemen. Koordinasi stabilitas daerah juga dilakukan di tingkat kecamatan. Rapat koordinasi dilaksanakan setiap bulan oleh unsur LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 88

89 Tri Pimpinan Kecamatan (Tripika), yaitu Camat, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) dan Komandan Rayon Militer (Danramil). Koordinasi ini melibatkan Lurah, Bhayangkara Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) dan Bintara Pembinaan Desa (Babinsa) di wilayahnya dengan materi pembahasan penekanan pada permasalahan-permasalahan aktual bidang sosial, keamanan dan ketertiban. b. Koordinasi dalam bidang ketentraman dan ketertiban Pemerintah Kota Magelang melakukan koordinasi dengan aparat keamanan, baik dengan pihak Kepolisian maupun TNI, dalam bidang ketentraman dan ketertiban untuk menciptakan situasi yang kondusif, aman dan terkendali di Kota Magelang. Selama ini jalinan hubungan koordinasi telah berjalan dengan baik dan selalu diupayakan untuk lebih dimantapkan untuk mengantisipasi dan menangani permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul yang dapat mengganggu kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Unsur Kepolisian dan TNI juga selalu dilibatkan dalam setiap kegiatan operasi atau razia dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, seperti razia pengemis, gelandangan dan orang terlantar (PGOT), operasi penyakit masyarakat (Pekat) dan patroli pencegahan dan pengamanan terhadap vandalisme. c. Koordinasi dalam bidang pertanahan Berkaitan dengan bidang pertanahan, Pemerintah Kota Magelang berupaya untuk selalu meningkatkan koordinasi dan menjalin komunikasi secara intensif dengan instansi-instansi pemangku kepentingan, antara lain: 1) Kantor Pertanahan, yaitu sebagai instansi penyelenggara layanan administrasi pertanahan dan pengendalian tata guna tanah dalam rangka pengamanan aset tanah milik daerah. 2) Instansi militer, yang mempunyai proporsi besar penguasaan lahan terkait dengan pengelolaan lahan dan penanganan beberapa permasalahan aset tanah milik Pemerintah Kota Magelang; LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 89

90 3) Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Progo Bogowonto Luk Ulo (PSDA-Probolo), yaitu terkait pengelolaan tanah atas kewenangan saluran/tanah irigasi; 4) Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset (UP3AD) Kota Magelang; Dengan terjalinnya koordinasi yang baik dan efektif diharapkan dapat mengoptimalkan penanganan permasalahanpermasalahan dan juga dalam rangka antisipasi atau menghindari permasalahan yang akan muncul di kemudian hari di bidang pertanahan. d. Koordinasi dalam bidang keagamaan Urusan agama merupakan kewenangan Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Magelang senantiasa melakukan koordinasi dengan instansi vertikal yang ada, yaitu Kantor Kementerian Agama Kota Magelang. Koordinasi dilakukan dalam rangka pembinaan kerukunan hidup antarumat beragama, intern umat agama dan antara umat agama dengan pemerintah serta dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kegiatan keagamaan. Terlebih lagi salah satu unsur visi Kota Magelang yang adalah upaya mewujudkan masyarakat yang religius. Di samping itu, keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Paguyuban Umat Beriman (PUBM) di Kota Magelang yang beranggotakan tokoh-tokoh agama telah memberikan kontribusi nyata dalam menjalin ikatan persaudaraan antar pemeluk agama. Toleransi antarumat agama sangat dijunjung tinggi tercermin dengan saling hormat-menghormati antar pemeluk agama dalam menjalankan ibadahnya sesuai keyakinannya. e. Koordinasi dalam bidang tata ruang Dalam rangka penataan ruang Kota Magelang guna mempercantik wajah kota dan mendukung Magelang Kota Sejuta Bunga dilaksanakan koordinasi dalam bidang tata ruang yang terealisasi dengan penataan pedagang kaki lima (PKL) dan pengelolaan taman kota. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 90

91 Beberapa lokasi taman kota dan sentra kuliner menggunakan lahan milik instansi pemerintah lain, antara lain milik TNI-AD/Akademi Militer, Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Progo Bogowonto Luk Ulo (PSDA Probolo) dan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Taman Lansia di Jalan A. Yani dan Taman di Jalan Tidar sebelah utara Stadion Abu Bakrin berada di atas lahan milik instansi militer yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang. Lokasi taman kota di kaki Gunung Tidar sisi sebelah timur yang berada di tepi Saluran Manggis merupakan lahan milik Balai PSDA Probolo. Untuk mempercantik wajah kota maka di atas saluran tersebut yang berada di Jalan Jenderal Sudirman dipercantik dengan pembuatan taman. Terkait dengan penataan kota, Pemerintah Kota Magelang tidak memperbolehkan adanya usaha perdagangan sektor informal (PKL) di sepanjang jalan-jalan protokol. Di samping melakukan penataan dengan memanfaatkan aset daerah yang dimiliki seperti pembuatan shelter permanen kuliner Tuin van Java di alun-alun, maka solusi lainnya adalah Pemerintah Kota Magelang bekerja sama dengan instansi lain yang memiliki lahan yang diperuntukan sebagai tempat relokasi para PKL. Tabel 6.1 berikut menguraikan titik-titik lokasi taman dan pusat wisata kuliner di Kota Magelang sebagai relokasi para PKL yang sebelumnya melakukan usaha dagang di tepi jalan-jalan protokol. Tabel 6.1 Titik Lokasi Penataan Ruang untuk Taman dan Sentra Kuliner di Kota Magelang No. Lokasi Lokasi Awal Status Kepemilikan Tanah 1. Taman Lansia Jalan Ahmad Yani 2. Taman Gunung Tidar PSDA Probolo 3. Taman di Jalan Tidar (utara Stadion Abu Bakrin) TNI TNI/Akmil 4. Kuliner Kartika Sari Sepanjang Jalan Tidar TNI/Akmil 5. Kuliner Sejuta Bunga Sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dan Kawasan Rejo Tumoto PT KAI (PJKA) 6. Kuliner Badaan Sepanjang Jalan Pahlawan Pemkot LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 91

92 7. Kuliner Boga Kencana Sepanjang Jalan A. Yani dan Urip Sumoharjo 8. Kuliner Sigaluh Sepanjang Jalan A. Yani dan Pemuda PT KAI (PJKA) Pemkot 9. Kuliner Jendralan Sepanjang Jalan Diponegoro Pemkot 10. Kuliner Daha Sepanjang Jalan Tentara Pelajar Pemkot 11. Kuliner Pajajaran Sepanjang Jalan Pajajaran Pemkot 12. Kuliner Jenggala Sekitar Pasar Tukangan Pemkot 13. Kuliner Lembah Tidar Sepanjang Jalan Letjen Suprapto Pemkot 14. Kuliner Rejo Mulyo Sepanjang Jalan Ikhlas Pemkot 15. Kuliner Tuin van Java Sekitar Alun-alun Pemkot 16. Kawasan Car Free Day di Lapangan Tentara I Rindam IV/Diponegoro Sumber : Data diolah. TNI D. Pembinaan Batas Wilayah 1. Kebijakan dan Kegiatan Kebijakan tentang pembinaan batas wilayah berupa perencanaan dan persiapan koordinasi pembinaan batas acuan, penyelesaian dan penegasan batas wilayah yang sangat penting dalam hubungannya dengan tertib administrasi dan untuk keperluan perencanaan pembangunan serta pelayanan kepada publik. 2. Realisasi dan Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan Penjelasan Pasal Demi Pasal Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, Pasal 6 menyebutkan bahwa pembinaan batas wilayah di tingkat kabupaten/kota adalah batas wilayah antar kecamatan dan antar desa/kelurahan. Terkait pembinaan penegasan batas wilayah antar kecamatan dan kelurahan di Pemerintah Kota Magelang telah selesai dilaksanakan kegiatan survey, pemetaan dan tinjauan lapangan. Pada tahun 2010 telah dilaksanakan di delapan kelurahan dan tahun 2011 dilaksanakan di sembilan kelurahan, sehingga batas wilayah ke-17 kelurahan yang ada di Kota Magelang telah diatur dengan tegas dan jelas. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 92

93 Penegasan batas antar kelurahan dan kecamatan memberikan kejelasan dalam pelayanan administrasi pemerintahan, pembangunan, pelayanan publik kepada masyarakat, yang dimulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Sementara itu, penegasan batas wilayah antardaerah, yaitu antara Kota Magelang dan Kabupaten Magelang masih belum sepenuhnya terjadi kesepakatan. Ketegasan batas wilayah antara Kota Magelang dan Kabupaten Magelang yang saat ini sudah tidak menjadi permasalahan adalah sebelah utara namun batas di sebelah selatan masih belum terwujud kesepakatan di antara kedua pemerintah daerah. Sikap Pemerintah Kota Magelang seperti yang tertuang dalam Surat Walikota Magelang kepada Gubernur Jawa Tengah Nomor 135/1132/111 tanggal 2 Desember 2013 adalah: a. Bahwa kondisi existing wilayah administrasi Kota Magelang saat ini sama persis dengan kondisi wilayah administrasi Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang sebagaimana surat dari Pemerintah Daerah- Daerah Swatantra Tingkat Ke-I Jawa Tengah Nomor U.85/I/12 tanggal 29 September 1958 dan juga telah ditegaskan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor OP 273/1977 tanggal 8 Agustus 1977; b. Bahwa wilayah administrasi Kota Magelang sebagaimana surat dari Pemerintah Daerah-Daerah Swatantra Tingkat Ke-I Jawa Tengah, Nomor U.85/I/12 tanggal 29 September 1958 dan penegasan Gubernur melalui Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah, Nomor: OP 273/1977 tanggal 8 Agustus 1977 sebagaimana tersebut di atas juga sama persis (sesuai) dengan wilayah administrasi Kota Magelang yang tercantum dalam Staatblaad Nomor 2 tahun 1927; c. Bahwa sesuai Keputusan DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang Nomor 6/DPRD/1987 tanggal 15 September 1987 dan Keputusan DPRD Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang Nomor 14/1987 tanggal 13 Oktober 1987 telah diserahkan sebagian wilayah administrasi Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang (13 desa) kepada Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang dalam rangka LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 93

94 perubahan batas wilayah administrasi dan DPRD Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang telah menerima 13 desa dimaksud; d. Berdasarkan Keputusan DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang dan Keputusan DPRD Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang tersebut di atas, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah telah menindaklanjuti dengan membuat surat kepada Pemerintah Pusat, dengan surat Nomor 136/ tanggal 4 September 1990, yang inti surat tersebut adalah mengusulkan kepada Pemerintah Pusat agar menetapkan Peraturan Pemerintah tentang perluasan wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang; Berkaitan dengan proses penyelesaian permasalahan ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah memfasilitasi dan menjadi mediator namun masih belum ada titik temu kesepakatan sehingga ranah penyelesaian akhir (final) diserahkan kepada Kementerian Dalam Negeri. Pada intinya Pemerintah Kota Magelang meninginkan adanya penegasan batas wilayah antardaerah, antara Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, sesuai dengan kondisi existing saat ini. Kemudian apabila ketegasan batas wilayah sudah disepakati maka dilanjutkan dengan perluasan wilayah Kota Magelang (tambahan 13 desa) mengacu pada Keputusan DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang Nomor 6/DPRD/1987 tanggal 15 September 1987 dan Keputusan DPRD Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang Nomor 14/1987 tanggal 13 Oktober 1987 yang secara hukum belum dicabut. Posisi Pemerintah Kota Magelang saat ini adalah menunggu keputusan dari Kementerian Dalam Negeri terkait dengan penegasan batas wilayah Kota Magelang dan Kabupaten Magelang. E. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana 1. Bencana yang Terjadi dan Penanggulangannya Penyelenggaraan penanggulangan bencana telah diatur dengan PP Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Menurut PP ini definisi penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 94

95 bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi, sedangkan yang dimaksud dengan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Bencana dapat terjadi karena faktor alam dan non alam. Secara keseluruhan kejadian-kejadian bencana selama tahun 2016 masih didominasi oleh faktor alam, yaitu terjadinya tanah longsor yang didahului oleh hujan lebat merupakan presentase terbesar dan bencana yang terjadi di Kota Magelang selama ini bersifat lokal. Sepanjang tahun 2016 sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami musim penghujan dengan curah hujan tinggi yang berlangsung lebih panjang dari tahuntahun sebelumnya termasuk di Kota Magelang. Peta pada Gambar 6.1 berikut menunjukkan titik-titik rawan longsor yang tersebar di wilayah Kota Magelang. Grafik 6.1 Peta Rawan Longsor Kota Magelang LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 95

96 Berdasarkan jenis bencana selama tahun 2016 telah terjadi 42 kejadian yang dapat dilihat dalam ilustrasi Grafik 6.1 berikut ini: Grafik 6.1 Jumlah Kejadian dan Jenis Bencana yang Terjadi di Kota Magelang Tahun 2016 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 96

97 Sumber: Sekretariat BPBD Kota Magelang (data diolah) Selanjutnya, pengelompokan lokasi kejadian bencana yang terjadi di Kota Magelang berdasarkan wilayah administrasi kelurahan selama tahun 2016 tersaji pada Grafik 6.2 berikut ini: Grafik 6.2 Jumlah dan Lokasi Bencana yang Terjadi di Kota Magelang Menurut Wilayah Administrasi Kelurahan Tahun 2016 Sumber: Sekretariat BPBD Kota Magelang (data diolah) Berdasarkan Grafik 6.2 di atas, Kelurahan Magelang merupakan wilayah yang paling sering terkena bencana pada Tahun 2016 (9 titik lokasi). Secara terperinci kejadian-kejadian bencana sepanjang tahun 2016 di Kota Magelang adalah sebagai berikut: No. Jenis Bencana Jumlah Kejadian Lokasi Bencana Ket. 1. Tanah/talud longsor Saluran Kali Manggis Jl. Maluku RT 01 RW 02 Kelurahan Wates 2. Jalan kampung RT 05 RW 06 Kelurahan Cacaban 3. RT 05 RW 07 Kelurahan Magelang 4. Taman Jalan Cempaka Kelurahan Kemirirejo 5. Perumahan Cluster Sanggriya RW 13 Kelurahan Wates 6. Nambangan RT 05 RW 20 Kelurahan Rejowinangun Utara 7. RT 05 RW 02 Kelurahan Wates 8. Meteseh RT 02 RW 12 Kelurahan Magelang LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 97

98 2. Angin ribut/ lesus/puting beliung 9. Sanden RT 03 RW 06 Kelurahan Kramat Selatan 10. Nambangan RT 05 RW 19 Kelurahan Rejowinangun Utara 11. Wates Prontaan RT 02 RW 04 Kelurahan Wates 12. Kios di Terminal Soekarno-Hatta Kelurahan Tidar Utara 13. Jl. Teuku Umar RT 04 RW 01 Kelurahan Gelangan 14. Meteseh Tengah RT 02 RW 11 Kelurahan Magelang 15. Panggungsari RT 03 RW 08 Kelurahan Cacaban 16. Patenjurang RT 03 RW 15 Kelurahan Rejowinangun Utara 17. Panjang Baru RT 04 RW 07 Kelurahan Gelangan 18. Botton Kopen RT 03 RW 07 Kelurahan Magelang 19. Kampung Tulung RT 07 RW 01 Kelurahan Magelang 20. Tidar Campur RT 01 RW 01 Kelurahan Tidar Selatan 21. Nambangan RT 04 RW 18 Kelurahan Rejowinangun Utara 22. Botton Nambangan RT 02 RW 04 Kelurahan Magelang 23. Meteseh Tengah RT 01 RW 11 Kelurahan Magelang 24. Gumukrejo RT 01 RW 04 Kelurahan Potrobangsan 25. Pinggirrejo RT 02 RW 07 Kelurahan Wates 26. RT 07 RW 06 Kelurahan Potrobangsan 27. Wates Tengah RT 05 RW 02 Kelurahan Wates 28. Jambesari RT 04 RW 11 Kelurahan Wates 1 1. Meteseh Utara RT 03 RW 13 Kelurahan Magelang 3. Kebakaran 1 1. Pasar Burung Merpati (Timur Pasar Sidomukti) RW 06 Kelurahan Magersari 4. Pagar/tembok pembatas roboh 5 1. Balai Benih Ikan Dinas Pertanian, Peternakaqn dan Perikanan Kota Magelang di Kelurahan Jurangombo Selatan 2. Perumahan Puri Tuk Songo Jalan Arwana VI RT 02 RW 12 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 98

99 Kelurahan Cacaban 3. SMAN 5 Kota Magelang di Sidotopo, Kelurahan Kedungsari 4. Jambesari RT 02 RW 11 Kelurahan Wates 5. RT 03 RW 08 Dalangan Kelurahan Kramat Utara 4. Rumah roboh 2 1. Karanggading RT 02 RW 04 Kelurahan Rejowinangun Selatan 5. Banjir/air meluap 2. Nambangan RT 07 RW 20 Kelurahan Rejowinangun Utara 3 1. Kiringan RT 02 RW 03 Kelurahan Tidar Utara 2. Nambangan RT 05 dan RT 08 RW 18 Kelurahan Rejowinangun Utara 3. RT 04 RW 06 Kelurahan Potrobangsan 6. Jalan amblas 2 1. Nambangan RT 05 RW 18 Kelurahan Rejowinangun Utara Sumber : Sekretariat BPBD Kota Magelang 2. Meteseh Selatan RT 02 RW 12 Kelurahan Magelang Berbagai kejadian tersebut memerlukan penanganan atau rehabilitasi. Pada beberapa kejadian bencana, penanganan atau rehabilitasi dilakukan oleh pribadi secara swadana, gotong royong warga masyarakat bersama dengan TNI-POLRI dan sukarelawan dari berbagai unsur (PMI, Tagana, Garda Rescue) dalam penanganan darurat. PMI Kota Magelang juga melakukan survey dan verifikasi data pada setiap kejadian di lokasi bencana untuk pengkajian dalam rangka pemberian bantuan kepada korban atau warga yang terkena dampak. Sementara itu, Pemerintah Daerah Kota Magelang juga telah mengalokasikan Pos Belanja Tak Terduga untuk membiayai penanggulangan kejadian bencana dengan memperhatikan ketentuan peraturan yang berlaku. Penanganan kejadian bencana yang pembiayaannya melalui alokasi Pos Belanja Tak Terduga adalah rehabilitasi/rekonstruksi sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas umum dan merupakan aset Pemerintah Kota Magelang, bukan milik perorangan atau swasta. 2. Sumber dan Jumlah Anggaran LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 99

100 Adapun besaran pendanaan melalui Pos Belanja Tak Terduga pada tahun 2016 yang digunakan oleh Pemerintah Kota Magelang dalam rangka penanggulangan bencana adalah sebesar Rp ,00 (sesuai perhitungan RAB dari SKPD teknis Dinas Pekerjaan Umum) terealisasi sebesar Rp ,00 dengan rincian seperti tersaji pada Tabel 6.2 berikut ini. No. Tabel 6.2 Jumlah Alokasi Pos Belanja Tak Terduga untuk Penanganan Bencana di Kota Magelang Tahun 2016 Lokasi Bencana 1 Nambangan RT 05 RW 19 Kelurahan Rejowinangun Utara *) Alokasi RAB (000 Rp) Realisasi (000 Rp) Terminal Soekarno-Hatta Kelurahan Tidar Utara Wates Tengah RT 05 RW 02 Kelurahan Wates Gumukrejo RT 01 RW 04 Kelurahan Potrobangsan Tidar Sari RT 03 RW 11 Kelurahan Tidar Utara Nambangan RT 04 RW 18 Kelurahan Rejowinangun Utara Sumber : DPPKD Kota Magelang. *) kejadian bencana akhir bulan Desember Jumlah Antisipasi Daerah dalam Menghadapi Kemungkinan Bencana Beberapa kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Magelang dalam menggantisipasi dan menghadapi kemungkinan bencana yang terjadi di Kota Magelang antara lain: a. Penyusunan Peraturan Walikota Magelang Nomor 67 Tahun 2013 tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD); b. Penyusunan Peta Rawan Bencana Kota Magelang; c. Melaksanakan pemantauan dan penyebarluasan informasi potensi bencana alam berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). d. dengan penyusunan data inventarisasi kejadian bencana di Kota Magelang; e. Melaksanakan pelatihan kepada tenaga pengendali bencana Kota Magelang; f. Melaksanakan kegiatan simulasi menghadapi bencana; g. Melaksanakan pembangunan prasarana pendukung pencegah terjadinya bencana; LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 100

101 h. Kesiapan mobil pemadam kebakaran; i. Melaksanakan koordinasi secara berkesinambungan dengan instansi terkait, antara lain dengan PMI dan Balai PSDA-Probolo mengenai pemeliharaan dan penanganan bencana terkait dengan daerah saluran irigasi dalam penanganan bencana antara lain sehingga penanganan bencana dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat. j. Mengikuti kegiatan rapat koordinasi di tingkat Bakorwil, Provinsi dan Pusat untuk menyelaraskan kebijakan, program dan kegiatan kebencanaan. Perlu diketahui bahwa hingga akhir tahun 2016, dari 35 kabupaten/kota se Jawa Tengah yang belum membentuk BPBD dengan payung hukum Peraturan Daerah tersisa dua, yaitu: Pemerintah Kota Magelang dan Pemerintah Kota Salatiga. Mensikapi belum terbentuknya BPBD sebagai sebuah SKPD, maka demi efisiensi pelaksanaan tugas di Kota Magelang disusunlah Peraturan Walikota Magelang Nomor 67 Tahun 2013 tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kelembagaan ini dipimpin Kepala Badan yang secara ex-officio dijabat oleh Sekretaris Daerah. Di bawah Kepala BPBD terdapat Unsur Pelaksana (diketuai oleh Asisten Ekonomi, Pembangunan dan Kesra) yang membawahi beberapa SKPD terkait dengan tugas-tugas kebencanaan, yaitu Badan Kesbangpol dan Linmas, Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Dalam pelaksanaan tugasnya Ketua Pelaksana dibantu oleh Sekretaris yang dijabat oleh Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Magelang. Di samping itu, antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana dilakukan oleh SKPD terkait dengan metode-metode preventif, seperti peningkatan peran serta masyarakat dalam pencegahan terjadinya bencana, penyuluhan hukum tentang pentingnya memenuhi ketentuan-ketentuan perundang-undangan dalam pengelolaan ruang dan permukiman, peningkatan prasarana dan sarana penanggulangan bencana. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah maka terjadi dinamika kelembagaan LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 101

102 pemerintahan di daerah. Pemerintah Kota Magelang telah menindaklanjuti PP tersebut dengan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Berdasarkan Perda tersebut terdapat perubahan kewenangan tugas pokok dan fungsi terkait dengan perlindungan masyarakat dan kebencanaan. Nomenklatur organisasi perangkat daerah Badan Kesbangpol dan Linmas untuk sementara waktu masih tetap (belum berubah) menunggu ketentuan yang akan mengaturnya, namun untuk urusan dalam bidang perlindungan masyarakat dan kebencanaan pelaksanaannya dilimpahkan kepada Satpol PP dan efektif mulai berjalan pada tahun Potensi Bencana yang Diperkirakan Terjadi Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah rawan bencana bahkan ada yang menyebutnya supermarket bencana. Setiap wilayah di kabupaten/kota mempunyai potensi mengalami kejadian bencana, baik bencana alam atau bencana non alam. Berdasarkan pengalaman ditahun-tahun yang lalu, potensi bencana alam di Kota Magelang adalah terjadi pada musim penghujan dengan curah hujan yang tinggi. Curah hujan tersebut mengakibatkan terjadinya tanah longsor yang menyebabkan talud ambrol, bangunan roboh dan jalan ambles. Pada musim penghujan biasanya juga terjadi hujan yang disertai dengan angin ribut atau puting beliung. Sebagian besar wilayah Kota Magelang merupakan kawasan pemukiman penduduk. Kawasan pemukiman yang padat penduduk merupakan titik rawan terjadinya kebakaran, terutama pada musim kemarau, mengingat sebagian besar penyebab kebakaran adalah faktor manusia (human error), sehingga kewaspadaan terhadap bahaya kebakaran perlu diinformasikan kepada masyarakat luas. Di samping itu, kesiapsiagaan petugas pemadam kebakaran yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai menjadi hal yang mutlak dibutuhkan untuk memberikan perlindungan dan pelayanan apabila terjadi kebakaran, bahkan kebakaran yang terjadi di luar wilayah Kota Magelang. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 102

103 Secara topografis, kontur landscape Kota Magelang menyerupai punggung sapi, karena di sisi barat dan timur ketinggian tanahnya lebih rendah dibandingkan dengan di bagian tengah. Kondisi demikian memberikan keuntungan bagi Kota Magelang, yaitu sangat kecil kemungkinan terjadi banjir dalam skala besar. Terjadinya banjir dalam skala kecil berupa genangan adalah disebabkan meluapnya saluran atau drainase yang tidak mampu menampung curah hujan yang sangat tinggi terutama pada musim penghujan. Di samping itu, potensi yang mungkin muncul berkaitan dengan bencana adalah dampak erupsi gunung berapi yang berada di sekitar Kota Magelang. Erupsi Gunung Merapi yang berada di wilayah Kabupaten Magelang memberikan dampak terhadap Kota Magelang. Dampak tersebut adalah hujan abu yang jatuh di Kota Magelang pada saat Merapi meletus, mengeluarkan abu vulkanik dan angin berhembus ke arah barat. Pengalaman erupsi Gunung Merapi tahun 2010, abu vulkanik yang diterbangkan oleh angin ke arah Kota Magelang cukup mengganggu kenyamanan warga masyarakat dalam beraktifitas. Faktor lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah apabila Gunung Merapi mengalami erupsi yang hebat maka Kota Magelang perlu mempersiapkan diri karena dimungkinkan menjadi tujuan para eksodan untuk mengungsi sementara seperti yang terjadi pada tahun F. Pengelolaan Kawasan Khusus Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Khusus disebutkan bahwa pengertian kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional. Sedangkan kawasan khusus sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 antara lain meliputi kawasan sumber daya alam, kawasan sumber daya buatan, kawasan industri, pariwisata, perdagangan dan otoritas, kawasan kelautan dan kedirgantaraan, sepanjang menjadi kewenangan daerah. LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 103

104 Jenis kawasan khusus sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun Kota Magelang, antara lain Kawasan Lindung, Kawasan Budi Daya, Kawasan Perkotaan, Kawasan Strategis Daerah, Kawasan Rawan Bencana, dan Kawasan Pertahanan Negara. Kawasan khusus yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Magelang, antara lain: 1. Kawasan hutan perlindungan (Gunung Tidar seluas 73,74 ha) Kawasan Gunung Tidar merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Pengelolaan kawasan Gunung Tidar menjadi tanggung jawab Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Magelang. Pada tahun 2014 telah dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) Gunung Tidar dengan Peraturan Walikota Magelang Nomor 47 Tahun 2014 tanggal 24 Desember 2014 tentang Pembentukan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kawasan Gunung Tidar pada Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kota Magelang. Kawasan Gunung Tidar merupakan potensi Kota Magelang yang perlu dikembangkan karena mempunyai magnet tersendiri bagi wisatawan. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Magelang berusaha membangun sarana dan prasarana yang dapat menambah daya tarik bagi pengunjungnya. Selain secara topografis sangat unik karena adanya bukit hijau di daerah perkotaan, Gunung Tidar merupakan tujuan atau destinasi wisata religi dari berbagai penjuru tanah air yang ingin mengunjungi petilasan Syeh Subakir, salah seorang penyebar agama Islam di tanah Jawa. 2. Kawasan cagar alam dan budaya (Taman Kyai Langgeng seluas 25,8 ha) Kawasan lindung yang merupakan cagar alam dan budaya adalah Taman Kyai Langgeng. Seperti halnya Gunung Tidar, lokasi Taman Kyai Langgeng yang berada di tepi Sungai Progo di sisi barat Kota Magelang, merupakan ruang terbuka hijau yang ditumbuhi oleh beranekaragam jenis flora yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Pengelolaan Taman Kyai Langgeng dilakukan oleh sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yaitu Perusahaan Daerah Obyek Wisata Taman Kyai Langgeng yang ditetapkan dengan Perda Nomor 13 Tahun Keberadaan Taman LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 104

105 Kyai Langgeng sebagai destinasi wisata keluarga dan ilmu pengetahuan terus dikembangkan potensinya untuk lebih menarik para wisatawan berkunjung dengan daya tarik di dalamnya terdapat berbagai jenis tanaman langka, wahana permainan dan Desa Buku. G. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum (tramtibum) merupakan bagian dari tugas-tugas umum pemerintahan yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan kota dan pelayanan umum yang dilaksanakan. Terwujudnya tramtibum merupakan modal dasar kelancaran tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Upaya mewujudkan tramtibum yang efektif sangat terkait dengan penegakan hukum yang tegas dan konsisten. Meningkatnya kesadaran hukum dan disiplin masyarakat serta seluruh aparat penegak hukum dan penyelenggara negara merupakan faktor penting dalam terwujudnya tramtibum. Arah dan kebijakan pemeliharaan dan peningkatan tramtibum di Kota Magelang ditujukan pada penegakan hukum, kepastian hukum dan budaya hukum dalam rangka supremasi hukum serta pembinaan kerukunan hidup dalam masyarakat guna mewujudkan ketentraman, ketertiban dan keamanan yang kondusif. Selama kurun waktu tahun 2016 kondisi tramtibum di Kota Magelang secara umum dapat dikategorikan kondusif. 1. Gangguan yang Terjadi Tramtibum merupakan suatu keadaan yang bersifat dinamis. Berbagai upaya senantiasa dilakukan untuk dapat menjaga kondusifitas di Kota Magelang yang selama ini telah terjaga. Kota Magelang dengan wilayah yang tidak begitu luas secara logika tentunya lebih mudah diatur, dan dikelola segala potensi konflik yang dapat mengganggu tramtibum. Terlebih lagi Kota Magelang sejak dulu dikenal sebagai Kota ABRI/TNI, sehingga secara psikologis akan membawa dampak bahwa Magelang adalah kota yang aman. Meskipun upaya upaya peningkatan menjaga tramtibum telah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan, namun harus diakui bahwa pada tahun 2016 masih terjadi berbagai kasus kriminalitas dengan berbagai jenis kasus di Kota Magelang. Pada Tabel 6.3 berikut LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 105

106 menyajikan data jenis kasus gangguan tramtibum yang terjadi di Kota Magelang selama tahun 2016 dibandingkan dengan data pada tahun sebelumnya. Tabel 6.3 Perbandingan Gangguan Tramtibum yang Terjadi di Kota Magelang Menurut Jenis Kasus Tahun 2015 dan 2016 No. Jenis Kasus Jumlah Kasus Pencurian Berat (Curat) Pencurian dengan Kekerasan (Curas) Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor) Pembakaran/Kebakaran Penganiayaan Berat Pembunuhan Uang Palsu Narkotika Perkosaan Kenakalan Remaja Gangguan Ketertiban Umum Pemalsuan Surat Perzinahan Perjudian Penghinaan Penculikan Penganiayaan Ringan Penganiayaan Lain Pengeroyokan 4 9 No. Jenis Kasus Jumlah Kasus Pencurian Biasa Pencurian Ringan Pencurian dalam Keluarga Pemerasan Penggelapan Penipuan Pengrusakan Penyuapan Penadahan Penyalahgunaan Senjata Api Bahan Peledak Kejahatan/pelanggaran lain Jumlah Sumber: Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang (Data dari Polres Magelang Kota) Secara garis besar, kuantitas kasus kriminalitas atau gangguan tramtibum pada kurun waktu selama tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 hampir sama namun terjadi sedikit penurunan, yaitu dari 171 laporan kasus menjadi 169 laporan kasus. Jenis tindak kejahatan yang LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 106

107 menonjol adalah kasus pencurian (pencurian berat, pencurian dengan kekerasan dan pencurian kendaraan bermotor), perjudian, penganiayaan, pengeroyokan, pencurian biasa, penggelapan, penipuan, pengrusakan dan penyalahgunaan narkotika. Tanpa mengecilkan perhatian terhadap kasus kriminalitas yang lain, kasus penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) perlu mendapatkan perhatian lebih. Meskipun pada tahun 2016 terjadi penurunan kasus penyalahgunaan narkotika dibandngkan tahun sebelumnya, yaitu dari 26 kasus menjadi 20 kasus, namun peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika di Kota Magelang perlu membutuhkan perhatian dari semua pihak. Kasus penyalahgunaan narkoba yang terjadi merupakan pekerjaan rumah yang harus mendapatkan perhatian serius semua stakeholders, bukan hanya tanggung jawab penegak hukum (aparat kepolisian) semata. Penyalahgunaan narkoba merupakan hambatan dalam upaya mewujudkan generasi penerus yang memiliki sumber daya manusia berkualitas karena dampak negatifnya dapat merusak generasi bahkan bisa terjadi lost generation. Oleh karena itu, unsur institusi pemerintah, institusi pendidikan, organisasi kemasyarakatan (ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) peduli narkoba, tokoh agama, tokoh masyarakat dan juga masyarakat luas harus bersinergi dalam melaksanakan upaya Pencegahan, Penanggulangan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN). Upaya preemptif, preventif, dan represif terus dilakukan guna mengatasi permasalahan besar ini. Beragam strategi dan kebijakan yang diimplementasikan dalam program dan kegiatan telah dilakukan untuk menekan angka laju melalui cara P4GN. Mulai dari kegiatan sosialisasi, penyuluhan, rehabilitasi hingga pengkaderan di lingkungan pendidikan dan masyarakat. 2. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang Menangani Ketentraman dan Ketertiban Umum SKPD yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang berkaitan dengan tramtibum adalah Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol dan Linmas) Kota Magelang dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Magelang. Payung hukum yang mendasari terbentuknya kedua SKPD tersebut LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 107

108 adalah Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja. 3. Jumlah Pegawai dan Kualifikasi Pendidikan Pada akhir tahun 2016 jumlah pegawai pada Badan Kesbangpol dan Linmas dan Satpol PP tersaji pada Grafik 6.3 berikut ini: Grafik 6.3 Jumlah Personel Badan Kesbangpol dan Linmas dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Magelang Tahun 2016 (per 31 Desember 2016) Sumber : Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang dan Satpol PP Kota Magelang Komposisi jumlah personel Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang dan Satpol PP pada akhir tahun 2016 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Grafik 6.4 berikut: Grafik 6.4 Jumlah Personel Badan Kesbangpol dan Linmas dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Magelang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 (per 31 Desember 2016) LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 108

109 Sumber : Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang dan Satpol PP Kota Magelang Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan formal yang ditempuh, komposisi jumlah personel Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang dan Satpol PP pada akhir tahun 2016 tergambar pada Grafik 6.5 berikut: Grafik 6.5 Jumlah Personel Badan Kesbangpol dan Linmas dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Magelang Menurut Tingkat Pendidikan Formal Tahun 2016 (per 31 Desember 2016) Sumber : Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang dan Satpol PP Kota Magelang Jumlah personel Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang berdasarkan Pangkat/Golongan pada akhir tahun 2016 tersaji pada Grafik 6.6 berikut ini: Grafik 6.6 Jumlah Personel Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang Menurut Pangkat/Golongan Tahun 2016 (per 31 Desember 2016) LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 109

110 Sumber : Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang Sedangkan jumlah personel Satpol PP Kota Magelang berdasarkan Pangkat/Golongan pada akhir tahun 2015 dapat dilihat pada Grafik 6.7 berikut ini: Grafik 6.7 Jumlah Personel Satpol PP Kota Magelang Menurut Pangkat/Golongan Tahun 2016 (per 31 Desember 2016) Sumber : Satpol PP Kota Magelang 4. Sumber dan Jumlah Anggaran Badan Kesbangpol dan Linmas dan Satpol PP mendapatkan alokasi anggaran yang bersumber dari APBD Kota Magelang. Alokasi anggaran APBD Kota Magelang TA 2016 untuk pelaksanaan program dan kegiatan yang berkaitan dengan penanganan ketentraman dan ketertiban umum pada SKPD Badan Kesbang Pol dan Linmas dan Satpol PP adalah seperti tersaji pada Tabel 6.4 berikut ini. No. Tabel 6.4 Jumlah Alokasi Dana Program dan Kegiatan untuk Penanganan Ketentraman dan Ketertiban Umum Tahun Anggaran 2016 SKPD Anggaran TA 2015 (ribu Rp) 1 Badan Kesbangpol dan Linmas ,00 2 Satpol PP ,00 Jumlah ,00 LKPJ Walikota Magelang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I - 110

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2016 BAB III - 1

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2016 BAB III - 1 Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2016 BAB III - 1 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 ayat 1, Kepala

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG 3.1.1 Tinjauan Administratif Wilayah Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengah dengan memiliki luas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG MAGELANG

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG MAGELANG BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG MAGELANG 3.1.1 KONDISI ADMINISTRATIF KOTA MAGELANG MAGELANG Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengahyang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 84 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Kebijakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Privat di Kota Magelang Permasalahan kebersihan di Indonesia sangatlah kompleks, masih banyak daerah-daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 SALINAN WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4 DAFTAR ISI Halaman: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Pemerintahan... 1 1.2 Kepegawaian... 2 1.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB IX PENETAPAN INDIKATOR Pada akhir tahun kedua pelaksanaan Tahun 2011-2015, terjadi dinamika dalam pencapaian target kinerja daerah, antara lain beberapa indikator telah tercapai jauh melampaui target

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60 528 s/d 70 248 Lintang Selatan 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Surakarta 2021 A. 1

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Surakarta 2021 A. 1 Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Surakarta NO 2016 2017 2018 2019 2020 A. 1 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pertumbuhan ekonomi/pdrb

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

02-Feb-18 PETA WILAYAH KOTA MAGELANG

02-Feb-18 PETA WILAYAH KOTA MAGELANG PETA WILAYAH KOTA MAGELANG 1 SEKILAS tentang KOTA MAGELANG - Data Geografis : 70 derajat LS dan 110 derajat BT (65 km dari Semarang & 42 kmdari Yogyakarta) - Luas wilayah : 18,12 km2 kelurahan) (terbagi

Lebih terperinci

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN 2015 Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016

Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016 Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016 No. Prioritas Pembangunan Program/Pembangunan Indikator Kinerja Target SATUAN AWAL 2014 2015 2016 2017 2018 1 Percepatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya Aksesibilitas dan

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI PARIGI MOUTONG NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGII MOUTONG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UKDW. Tahap Pengumpulan Data

UKDW. Tahap Pengumpulan Data Peta Kota Magelang Bangunan Fisik Pasar terbakar. Tempat relokasi pedagang g tidak memadai. Tidak tersedia lahan parkir di area pasar. Banyak pedagang tidak tertampung dalam pasar. Pasar tradisional tetap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN... I-3 1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN... I-5 1.4. SISTEMATIKA

Lebih terperinci

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

IKU Pemerintah Provinsi Jambi Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan

Lebih terperinci