PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN"

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011

2 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan untuk memberikan arah dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi Walikota, perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang untuk kurun waktu 5 (lima) tahun; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun ; c. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut diatas, maka perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Semarang tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan dalam Daerah Istimewa Jogjakarta; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);\ 1

3 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemerikasaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844 ); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 11. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89); 2

4 16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4616); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 26. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 3

5 27. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 Nomor 8 Seri E Nomor 1); 29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Seri E Nomor 3); 30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21); 31. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28); 32. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 1); 33. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 2); 34. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13); 35. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 18); 36. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43); 37. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 48). 4

6 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG dan WALIKOTA SEMARANG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Semarang. 2. Walikota adalah Walikota Semarang. 3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun yang selanjutnya disebut RPJP Nasional adalah perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun yang selanjutnya disebut RPJM Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun yang selanjutnya disebut RPJPD Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun yang selanjutnya disebut RPJMD Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2008 sampai tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun yang selanjutnya disebut RPJPD Kota Semarang adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kota Semarang untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun yang selanjutnya disebut RPJMD Kota Semarang adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 10. Rencana strategis SKPD yang selanjutnya disingkat dengan Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun 11. Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah. 12. Rencana kerja SKPD yang selanjutnya disingkat Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. 5

7 BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Pasal 2 RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan 2015 dan pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam RKPD. Pasal 3 Sistematika RPJMD disusun sebagai berikut : a. BAB I : Pendahuluan; b. BAB II : Gambaran Umum Kondisi Daerah; c. BAB III : Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan; d. BAB IV : Analisis Isu-Isu Strategi; e. BAB V : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran; f. BAB VI : Strategi dan Arah Kebijakan; g. BAB VII : Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah; h. BAB VIII : Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Rencana Kebutuhan Pendanaan; i. BAB IX : Penetapan Indikator Kinerja Daerah; j. BAB X : Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan. Pasal 4 RPJMD berikut matriknya sebagaimana tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 5 RPJMD mempedomani Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun dan memperhatikan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun , serta Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Pasal 6 Penyusunan RPJMD menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis dan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di Daerah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu Pasal 7 (1). RPJMD wajib dilaksanakan oleh Walikota dalam rangka penyelenggaraan pembangunan di Daerah. (2). Walikota melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang tupoksinya bertanggungjawab dalam bidang perencanaan pembangunan daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD. 6

8 BAB III PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 8 (1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD Kota Semarang. (2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang belaku. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 9 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka RPJMD menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan Tahun 2015, dan dapat diberlakukan sebagai RPJMD transisi, guna pedoman penyusunan RKPD Tahun 2016 sebelum tersusunnya RPJMD Tahun yang memuat visi dan misi Walikota terpilih. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Semarang. Ditetapkan di Semarang pada tanggal 18 Januari 2011 WALIKOTA SEMARANG, ttd H. SOEMARMO HS Diundangkan di Semarang pada tanggal 28 Juni 2011 SEKRETARIS DAERAH KOTA SEMARANG, ttd AKHMAT ZAENURI LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 12 7

9 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN I. UMUM. Bahwa dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi Kepala Daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, serta Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun , perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 tahun mendatang. RPJMD Kota Semarang Tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Walikota yang penyusunannya berpedoman pada RPJM-Nasional dan memperhatikan RPJP Daerah dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah, memuat visi dan misi, arah dan kebijakan keuangan daerah, isu-isu strategis, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program pembangunan daerah, indikator kinerja daerah dari Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan pembangunan, serta mengacu pada ketentuan peraturan perundang-udangan yang berlaku. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun , akan digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Semarang dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang pada setiap tahun anggaran. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun Penyusunan RPJMD ini, sudah mendasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun yang pada saat bersamaan sedang menunggu persetujuan DPRD. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Huruf a Huruf b Cukup jelas. Cukup jelas. 8

10 Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Cukup jelas. Cukup jelas. Visi Kota Semarang yaitu Terwujudnya Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera merupakan visi pada RPJMD Tahun , sedangkan visi RPJMD berikutnya tetap mempedomani RPJPD Tahun Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Dokumen RPJMD Tahun ini dapat diberlakukan sebagai Dokumen RPJMD Transisi untuk pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016 sebelum RPJMD Tahun disusun dan ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. Pasal 10 Peraturan Walikota dalam hal ini hanya mengatur hal yang bersifat teknis yang merupakan petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini, dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 59 9

11 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR : 12 TAHUN 2011 TANGGAL : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

12 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR GAMBAR... i v x x BAB I. PENDAHULUAN... I LATAR BELAKANG... I LANDASAN PENYUSUNAN... I MAKSUD DAN TUJUAN... I KEDUDUKAN RPJMD DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA I TATA URUT PENYUSUNAN... I-8 BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II ASPEK GEOGRAFI DAN TOPOGRAFI... II Penggunaan Lahan di Kota Semarang... II Tujuan, Kebijakan & Strategi Penataan Ruang Kota Semarang... II Rencana Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan... II Rencana Sistem Jaringan Transportasi... II Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan... II Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya... II Rencana Kawasan Strategis Kota Semarang... II ASPEK DEMOGRAFI... II ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT... II Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi... II Fokus Kesejahteraan Sosial... II ASPEK PELAYANAN UMUM... II Fokus Layanan Urusan Wajib... II Fokus Layanan Urusan Pilihan... II ASPEK DAYA SAING... II-72 BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN... III PENDAPATAN DAERAH... III BELANJA DAERAH... III-9 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun i

13 3.3 PEMBIAYAAN DAERAH... III NERACA DAERAH... III KERANGKA PENDANAAN... III-23 BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS... IV-1 BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN... V VISI... V MISI... V TUJUAN DAN SASARAN... V Mewujudkan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat Kota Semarang yang Berkualitas... V Mewujudkan Pemerintahan Kota yang Efektif dan Efisien, Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik serta Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum... V Mewujudkan Kemandirian dan Daya Saing Daerah... V Mewujudkan Tata Ruang Wilayah dan Infrastruktur yang V-15 Berkelanjutan Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat... V-18 BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN... VI Mewujudkan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat Kota Semarang yang Berkualitas... VI Mewujudkan Pemerintahan Kota yang Efektif dan Efisien, Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik serta Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum... VI Mewujudkan Kemandirian dan Daya Saing Daerah... VI Mewujudkan Tata Ruang Wilayah dan Infrastruktur yang Berkelanjutan... VI Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat... VI-16 BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH... VII Mewujudkan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat Kota Semarang yang Berkualitas... VII Urusan Pendidikan... VII Urusan Kesehatan... VII Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera... VII Urusan Ketenagakerjaan... VII Urusan Kebudayaan... VII Urusan Pemuda dan Olahraga... VII Urusan Perpustakaan... VII-5 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun ii

14 7.2 Mewujudkan Pemerintahan Kota yang Efektif dan Efisien, Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik serta Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum... VII Urusan Perencanaan Pembangunan Daerah... VII Urusan Pertanahan... VII Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil... VII Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri... VII Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian. VII Urusan Statistik... VII Urusan Kearsipan... VII Urusan Komunikasi dan Informatika... VII Mewujudkan Kemandirian dan Daya Saing Daerah... VII Urusan Koperasi dan UKM... VII Urusan Penanaman Modal... VII Urusan Ketahanan Pangan... VII Urusan Pertanian... VII Urusan Kehutanan... VII Urusan Kepariwisataan... VII Urusan Kelautan dan Perikanan... VII Urusan Perdagangan... VII Urusan Perindustrian... VII Mewujudkan Tata Ruang Wilayah dan Infrastruktur yang Berkelanjutan... VII Urusan Pekerjaan Umum... VII Urusan Perumahan... VII Urusan Penataan Ruang... VII Urusan Perhubungan... VII Urusan Lingkungan Hidup... VII Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral... VII Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat... VII Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak... VII Urusan Sosial... VII Urusan Perumahan... VII Urusan Pemberdayaan Masyarakat... VII-17 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun iii

15 BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN... VIII-1 BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH... IX-1 BAB X. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH... X PEDOMAN TRANSISI... X KAIDAH PELAKSANAAN... X-1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun iv

16 DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Ketinggian Tempat di Kota Semarang... II-4 Tabel 2.2 Penyebaran Jenis Tanah dan Lokasinya di Kota Semarang... II-6 Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Sawah di Kota Semarang Dirinci Tiap Kecamatan... II-8 Tabel 2.4 Penggunaan Lahan Kering di Kota Semarang Dirinci Tiap Kecamatan... II-11 Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Kota Semarang Tahun II-25 Tabel 2.6 Perkembangan Penduduk Lahir, Mati, Datan dan Pindah Kota Semarang Tahun II-26 Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur di Kota Semarang Tahun II-26 Tabel 2.8 Komposisi Penduduk Kota Semarang berdasarkan Mata Pencaharian pada Tahun II-27 Tabel 2.9 Nilai dan Konstribusi Sektor dalam PDRB Kota Semarang Tahun II-29 Tabel 2.10 Perkembangan IPM Kota Semarang Tahun II-33 Tabel 2.11 Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indikator Pendidikan Kota Semarang Tahun II-34 Tabel 2.12 Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indikator Kesehatan Kota Semarang Tahun II-35 Tabel 2.13 Rasio Penduduk Miskin Kota Semarang Tahun II-36 Tabel 2.14 Rasio Penduduk Bekerja Kota Semarang Tahun II-37 Tabel 2.15 Rasio Penduduk Tindak Kriminal Kota Semarang Tahun II-37 Tabel 2.16 Rasio Grup Kesenian Kota Semarang Tahun II-38 Tabel 2.17 Rasio Gedung Kesenian Kota Semarang Tahun II-39 Tabel 2.18 Rasio Jumlah Klub Olahraga Kota Semarang Tahun II-39 Tabel 2.19 Rasio Jumlah Gedung Olahraga Kota Semarang Tahun II-39 Tabel 2.20 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pendidikan Kota Semarang Tahun II-41 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun v

17 Tabel 2-21 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang Tahun II-43 Tabel 2.22 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pekerjaan Umum Kota Semarang Tahun II-45 Tabel 2.23 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perumahan Kota Semarang Tahun II-46 Tabel 2.24 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penataan Ruang Kota Semarang Tahun II-47 Tabel 2.25 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perencanaan Pembangunan Kota Semarang Tahun II-48 Tabel 2.26 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perhubungan Kota Semarang Tahun II-49 Tabel 2.27 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Lingkungan Hidup Kota Semarang Tahun II-50 Tabel 2.28 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pertanahan Kota Semarang Tahun II-51 Tabel 2.29 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang Tahun II-51 Tabel 2.30 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang Tahun II-52 Tabel 2.31 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kota Semarang Tahun II-53 Tabel 2.32 Aspek Pelayanan Umum dalam Sosial Kota Semarang Tahun II-54 Tabel 2.33 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketenagakerjaan Kota Semarang Tahun II-55 Tabel 2.34 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Semarang Tahun II-56 Tabel 2.35 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penanaman Modal Kota Semarang Tahun II-57 Tabel 2.36 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kebudayaan Kota Semarang Tahun II-58 Tabel 2.37 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemuda dan Olahraga Kota Semarang Tahun II-59 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun vi

18 Tabel 2.38 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kota Semarang Tahun II-60 Tabel 2.39 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Kota Semarang Tahun II-61 Tabel 2.40 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketahanan Pangan Kota Semarang Tahun II-62 Tabel 2.41 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kota Semarang Tahun II-63 Tabel 2.42 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Statistik Kota Semarang Tahun II-63 Tabel 2.43 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kearsipan Kota Semarang Tahun II-64 Tabel 2.44 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Komuinikasi dan Informatika Kota Semarang Tahun II-65 Tabel 2.45 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perpustakaan Kota Semarang Tahun II-65 Tabel 2.46 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pertanian Kota Semarang Tahun II-66 Tabel 2.47 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kehutanan Kota Semarang Tahun II-67 Tabel 2.48 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Semarang Tahun II-68 Tabel 2.49 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pariwisata Kota Semarang Tahun II-68 Tabel 2.50 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kelautan dan Perikanan Kota Semarang Tahun II-69 Tabel 2.51 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perdagangan Kota Semarang Tahun II-70 Tabel 2.52 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perindustrian Kota Semarang Tahun II-71 Tabel 2.53 Aspek Daya Saing dalam Bidang Kemampuan Ekonomi Daerah Kota Semarang Tahun II-72 Tabel 2.54 Aspek Daya Saing dalam Bidang Aksesibilitas Daerah Kota Semarang Tahun II-74 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun vii

19 Tabel 2.55 Aspek Daya Saing dalam Bidang Ketersediaan Air Bersih Kota Semarang Tahun II-75 Tabel 2.56 Aspek Daya Saing dalam Bidang Fasilitas Listrik dan Telepon Kota Semarang Tahun II-76 Tabel 2.57 Aspek Daya Saing dalam Bidang Ketersediaan Perdagangan Barang dan Jasa Kota Semarang Tahun II-76 Tabel 2.58 Aspek Daya Saing dalam Bidang Peringkat Penghargaan Investasi Daerah Kota Semarang Tahun II-77 Tabel 2.59 Aspek Daya Saing dalam Bidang Iklim Berinvestasi Kota Semarang Tahun II-78 Tabel 2.60 Aspek Daya Saing dalam Bidang Kemudahan Perijinan Kota Semarang Tahun II-78 Tabel 2.61 Aspek Daya Saing dalam Bidang Pengenaan Pajak Daerah Kota Semarang Tahun II-79 Tabel 2.62 Aspek Daya Saing dalam Bidang Sumber Daya Manusia Kota Semarang Tahun II-80 Tabel 2.63 Aspek Daya Saing dalam Jumlah PTN/ PTS di Kota Semarang Tahun II-80 Tabel 2.64 Aspek Daya Saing dalam Jumlah Sarana Prasarana Rumah Sakit di Kota Semarang Tahun II-81 Tabel 3.1 Realisasi Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang Tahun III-2 Tabel 3.2 Rencana Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi Pendapatan Daerah Kota Semarang Tahun III-3 Tabel 3.3 Proyeksi Perkiraan Pendapatan Daerah Kota Semarang pada Tahun III-8 Tabel 3.4 Proporsi Realisasi Belanja terhadap ABD Kota Semarang Tahun III-9 Tabel 3.5 Proporsi Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Semarang Tahun III-10 Tabel 3.6 Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur terhadap Total Pengeluaran Kota Semarang Tahun III-11 Tabel 3.7 Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Priotitas Utama Kota Semarang Tahun III-12 Tabel 3.8 Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Priotitas Utama Kota Semarang Tahun III-13 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun viii

20 Tabel 3.9 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Priotitas Utama Kota Semarang pada Tahun III-14 Tabel 3.10 Proyeksi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Tidak Mengikat RPJMD Kota Semarang pada Tahun III-15 Tabel 3.11 Rekapitulasi Belanja Wajib/ Mengikat dan Belanja Tidak Mengikat RPJMD Kota Semarang pada Tahun III-17 Tabel 3.12 Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Semarang Tahun III-18 Tabel 3.13 Komposisi Penutup Defisit Anggaran Seluruhnya Berasal dari Sisa Lebih Perhitungan (SILPA) Kota Semarang Tahun III-19 Tabel 3.14 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan Kota Semarang Tahun III-19 Tabel 3.15 Proyeksi Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Kota Semarang Tahun III-20 Tabel 3.16 Rasio Likuiditas Kota Semarang Tahun III-21 Tabel 3.17 Rasio Solvabilitas Kota Semarang Tahun III-22 Tabel 3.18 Debt Service Coverage Ratio (DSCR) RPJMD Kota Semarang Tahun III-22 Tabel 3.19 Kapasitas Riil Kemampuan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kota Semarang Tahun III-23 Tabel 3.20 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Daerah Kota Semarang Tahun III-24 Tabel 3.21 Perkembangan BUMD Kota Semarang Tahun III-25 Tabel 3.22 Rencana Pendapatan BUMD Kota Semarang Tahun III-26 Tabel 3.23 Perjanjian Kerjasama yang Masih dilakukan Antara Pemerintah Kota Semarang dengan Pihak Ketiga pada Tahun III-28 Tabel 9.1 Indikator Kinerja Daerah Kota Semarang Tahun IX-1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun ix

21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan, bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah tersebut meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 tahun, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) jangka waktu 5 tahun dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagaimana tertuang dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), bahwa RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik. Sementara itu dalam pasal 150 ayat (3) huruf c Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 diatur bahwa RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Terkait dengan hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah disebutkan bahwa RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan jangka waktu penetapannya paling lambat 6 bulan setelah Kepala Daerah dilantik. Berkaitan dengan amanat Undang-Undang tersebut dan dengan telah dilantiknya Walikota dan Wakil Walikota Semarang Periode pada tanggal 19 Juli 2010, maka disusunlah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun RPJMD Kota Semarang Tahun adalah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kota Semarang dan sebagai acuan bagi seluruh stakeholder di Kota Semarang dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu RPJMD Kota Semarang Tahun , disusun berdasarkan Visi dan Misi Walikota Semarang, sekaligus berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat yang ada dalam lingkup wilayah Kota Semarang dan berpedoman/ berdasarkan evaluasi pelaksanaan RPJMD , serta menjawab empat pertanyaan dasar (1) kemana Kota Semarang akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam lima tahun mendatang; (2) bagaimana mencapainya dan (3) langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai (4) mekanisme pengendalian dan evaluasi RPJMD LANDASAN PENYUSUNAN RPJMD Kota Semarang Tahun disusun berdasarkan peraturan perundangundangan sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah - daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Jogjakarta; Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun I-1

22 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844 ); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 11. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun I-2

23 Semarang dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Darah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat; 20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 27. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 28. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun ; 29. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Dan Menteri Keuangan Nomor : 28 Tahun 2010 Nomor : 0199/M PPN/04/2010 Nomor : PMK 95/PMK 07/2010 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun I-3

24 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ; 30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 31. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 Nomor 8 Seri E Nomor 1); 32. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Seri E Nomor 3); 33. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21); 34. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 28); 35. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 1); 36. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 2); 37. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13); 38. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 18); 39. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun ); 40. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 480). 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Sebagai suatu dokumen perencanaan, RPJMD Kota Semarang Tahun dimaksudkan memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan Kota Semarang secara berkesinambungan. Sedangkan tujuan dari penyusunan RPJMD Kota Semarang Tahun adalah : 1. Menetapkan Visi dan Misi Kepala Daerah Semarang Periode yang memuat Gambaran Umum Kondisi Daerah, Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun I-4

25 Kerangka Pendanaan, Analisis Isu-isu Strategis, Strategi dan Arah Kebijakan, Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan, dan Penetapan Indikator Kinerja Daerah. 2. Memberikan landasan sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah (Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah secara berkesinambungan dan berkelanjutan; 3. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah. 1.4 HUBUNGAN RPJMD DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA Hubungan antara RPJMD Kota Semarang dengan dokumen lain dalam sistem perencanaan pembangunan daerah, mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 pasal 5 dengan ketentuan sebagai berikut : 1. RPJMD Kota Semarang Tahun merupakan penjabaran dari Visi Misi Kepala Daerah terpilih, yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kota Semarang Tahun dengan memperhatikan RPJP Provinsi Jawa Tengah dan RPJP Nasional. 2. RPJMD Kota Semarang merupakan dokumen perencanaan yang bersifat taktis strategis, dalam proses penyusunannya dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan pembangunan, serta mempedomani Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang serta mengacu pada arah pembangunan RPJM Nasional Tahun serta RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun RPJMD Kota Semarang tahun digunakan sebagai pedoman penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 1.5 TATA URUT PENYUSUNAN RPJMD Kota Semarang Tahun disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III : GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB IV : ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB V : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB VI : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VII : KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII : INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X : PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun I-5

26 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN TOPOGRAFI Luas dan batas wilayah, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70 Km 2. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km 2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km 2. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km 2 diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km 2. Grafik 2.1 Wilayah Administrasi Kota Semarang (Km 2 ) Sumber: Kota Semarang dalam Angka 2009, BPS Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 1

27 Batas wilayah administratif Kota Semarang sebelah barat adalah Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer. Letak dan kondisi geografis, Kota Semarang memiliki posisi astronomi di antara garis o 10 Lintang Selatan dan garis Bujur Timur. Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/ Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah. Gambar 2.1 Letak Kota Semarang Dalam Wilayah Kepulauan Indonesia Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 2

28 Seiring dengan perkembangan Kota, Kota Semarang berkembang menjadi kota yang memfokuskan pada perdagangan dan jasa. Berdasarkan lokasinya, kawasan perdagangan dan jasa di Kota Semarang terletak menyebar dan pada umumnya berada di sepanjang jalan-jalan utama. Kawasan perdagangan modern, terutama terdapat di Kawasan Simpanglima yang merupakan urat nadi perekonomian Kota Semarang. Di kawasan tersebut terdapat setidaknya tiga pusat perbelanjaan, yaitu Matahari, Living Plaza (ex-ramayana) dan Mall Ciputra, serta PKL-PKL yang berada di sepanjang trotoar. Selain itu, kawasan perdagangan jasa juga terdapat di sepanjang Jl. Pandanaran dengan adanya kawasan pusat oleh-oleh khas Semarang dan pertokoan lainnya serta di sepanjang Jl. Gajahmada. Kawasan perdagangan jasa juga dapat dijumpai di Jl. Pemuda dengan adanya DP mall, Paragon City dan Sri Ratu serta kawasan perkantoran. Kawasan perdagangan terdapat di sepanjang Jl. MT Haryono dengan adanya Java Supermall, Sri Ratu, ruko dan pertokoan. Adapun kawasan jasa dan perkantoran juga dapat dijumpai di sepanjang Jl. Pahlawan dengan adanya kantor-kantor dan bank-bank. Belum lagi adanya pasar-pasar tradisional seperti Pasar Johar di kawasan Kota Lama juga semakin menambah aktivitas perdagangan di Kota Semarang. Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan Kali Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 3

29 Kripik. Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan persawahan. Kota Bawah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur geologinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90, mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl. Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%. Secara lengkap ketinggian tempat di Kota Semarang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.1 Ketinggian Tempat di Kota Semarang No. Bagian Wilayah Ketinggian (MDPL) 1. Daerah Pantai 0,75 2. Daerah Dataran Rendah - Pusat Kota (Depan Hotel Dibya Puri Semarang) 2,45 - Simpang Lima 3,49 3. Daerah Perbukitan - Candi Baru 90,56 - Jatingaleh 136,00 - Gombel 270,00 - Mijen 253,00 - Gunungpati Barat 259,00 - Gunungpati Tmur 348,00 Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2009 Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang membentuk suatu kota yang mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Dengan demikian topografi Kota Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 4

30 Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah berkisar antara 0% - 40% (curam) dan ketinggian antara 0,75 348,00 mdpl. Kondisi Geologi, Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar (QTd), Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk). Pada dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan endapan fasies pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara lapisan pasir, pasir lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik. Sedangkan daerah perbukitan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku. Struktur geologi yang cukup mencolok di wilayah Kota Semarang berupa kelurusan-kelurusan dan kontak batuan yang tegas dan merupakan pencerminan struktur sesar baik geser mendatar dan normal cukup berkembang di bagian tengah dan selatan kota. Jenis sesar yang ada secara umum terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif ke arah barat - timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesarsesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibeng dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier. Berdasarkan struktur geologi yang ada di Kota Semarang terdiri atas tiga bagian yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga mudah bergerak atau longsor. Pada daerah sekitar aliran Kali Garang merupakan patahan Kali Garang, yang membujur arah utara sampai selatan, di sepanjang Kaligarang yang berbatasan dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan Kali Garang serta beberapa mata air di Bendan Duwur. Daerah patahan lainnya adalah Meteseh, Perumahan Bukit Kencana Jaya, dengan arah patahan melintas dari utara ke selatan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 5

31 Sedangkan wilayah Kota Semarang yang berupa dataran rendah memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam. Jenis Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat tua, latosol coklat tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua, Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua. Kurang lebih sebesar 25% wilayah Kota Semarang memiliki jenis tanah mediteranian coklat tua. Sedangkan kurang lebih 30% lainnya memiliki jenis tanah latosol coklat tua. Jenis tanah lain yang ada di wilayah Kota Semarang memiliki geologi jenis tanah asosiasi kelabu dan aluvial coklat kelabu dengan luas keseluruhan kurang lebih 22% dari seluruh luas Kota Semarang. Sisanya merupakan jenis tanah alluvial hidromorf dan grumosol kelabu tua. Tabel 2.2 Penyebaran Jenis Tanah dan Lokasinya di Kota Semarang No JENIS TANAH LOKASI % TERHADAP WILAYAH POTENSI 1 Mediteran Coklat Tua Kec. Tugu Tanaman tahunan/keras Kec Semarang Selatan Tanaman Holtikultura 30 Kec. Gunungpati Tanaman Palawija 2 Latosol Coklat Tua Kemerahan 3 Asosiasi Aluvial Kelabu dan Coklat kekelabuhan 4 Alluvial Hidromorf Grumosol Kelabu Tua Sumber : BPS Kota Semarang, 2009 Kec. Semarang Timuer Kec. Mijen Tanaman tahunan/keras Kec. Gunungpati 26 Tanaman Holtikultura Tanaman Padi Kec. Genuk Tanaman tahunan tidak Kec. Semarang Tengah 22 produktip Kec. Tugu Tanaman Tahunan Kec. Semarang Utara Tanaman Holtikultura 22 Kec. Genuk Tanaman Padi Kec. Mijen Kondisi Hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai - sungai yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yan bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembahlembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang mempunyai debit Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 6

32 53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh karena Kali Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi Kota Semarang, maka langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus dilakukan. Karena Kali Garang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum warga Kota Semarang. Air Tanah Bebas ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air (aquifer) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota Semarang yang berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3-18 m. Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara m. Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir tetap debitnya disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih. Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya. Untuk daerah Semarang bawah lapisan aquifer di dapat dari endapan alluvial dan delta sungai Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara meter, terletak di ujung Timur laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di pertemuan antara lembah sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok aquifer delta Garang ini disebut pula kelompok aquifer utama karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat tawar. untuk daerah Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini terletak pada endapan pasir dan konglomerat formasi damar yang mulai diketemukan pada kedalaman antara m. Pada daerah perbukitan kondisi artosis masih mungkin ditemukan. karena adanya formasi damar yang permeable dan sering mengandung sisipan-sisipan batuan lanau atau batu lempung. Secara Klimatologi, Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia, mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin muson barat dan muson timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut (NW) menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Sifat periode ini adalah curah hujan sering dan berat, kelembaban relatif Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 7

33 tinggi dan mendung. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan turun di periode ini. Dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara (SE) menciptakan musim kemarau, karena membawa sedikit uap air. Sifat periode ini adalah sedikit jumlah curah hujan, kelembaban lebih rendah, dan jarang mendung. Berdasarkan data yang ada, curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan khas pola di Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin muson SENW yang umum. Suhu minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 21,1 C pada September ke 24,6 C pada bulan Mei, dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari 29,9 C ke 32,9 C. Kelembaban relatif bulanan ratarata berubah-ubah dari minimum 61% pada bulan September ke maksimum 83% pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286 km/hari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari, yang menunjukkan rasio sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46% pada bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus Penggunaan lahan di Kota Semarang Penggunaan lahan di Kota Semarang meliputi irigasi teknis (198 Km2), setengah teknis (530 Km2), irigasi sederhana/ irigasi desa/ non PU (45 Km2), tadah hujan (2,031 Km2), dan yang tidak diusahakan (267 Km2). Disamping penggunaan lahan sawah, penggunaan lahan di Kota Semarang yang lain meliputi pekarangan, tegalan/ kebun, tambak/ kolam/ rawa, hutan rakyat/ tanaman kayu, hutan negara, perkebunan negara/ swasta dan penggunaan lain. Selengkapnya mengenai penggunaan lahan di Kota Semarang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Sawah di Kota Semarang Dirinci Tiap Kecamatan Tahun 2009 KECAMATAN TANAH SAWAH TEKNIS 1/2TEKNIS NON PU TADAH HUJAN TIDAK DIUSAHAKAN Mijen 0,00 285,00 0,00 186,00 34,00 Gunung Pati 84,00 145,00 0,00 633,33 175,64 Banyumanik 0,00 55,00 0,00 0,00 0,00 Gajahmungkur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 8

34 KECAMATAN TANAH SAWAH TEKNIS 1/2TEKNIS NON PU TADAH HUJAN TIDAK DIUSAHAKAN Semarang Selatan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Candisari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Tembalang 0,00 0,00 0,00 432,00 0,00 Pedurungan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Genuk 62,00 0,00 0,00 5,00 0,00 Gayamsari 0,00 0,00 15,00 0,00 5,00 Semarang Timur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Semarang Utara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Semarang Tengah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Semarang Barat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Tugu 50,00 60,00 30,00 39,00 0,00 Ngaliyan 30,00 61,00 0,00 264,00 0,00 Total 226,00 606,00 45, ,33 214,64 Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Th Grafik 2.2 Persentase Penggunaan Areal Tanah Berdasar Sistem Pengairan di Kota Semarang Tahun 2009 Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Th Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 9

35 Grafik 2.3 Persentase Penggunaan Lahan Sawah dan Non Sawah di Kota Semarang Tahun 2009 Sumber : Semarang Dalam Angka 2009 Secara keseluruhan kecenderungan penggunaan lahan non-sawah di Kota Semarang yang terbesar yaitu pekarangan (38%), ladang (21%), tegalan (14%), lainnya (11%), perkebunan (5%), tambak dan kayu-kayuan (4%), padang rumput (2%), tidak diusahakan (1%). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada GAMBAR 2.2. Kecamatan Mijen memiliki luas lahan non-sawah paling luas dibanding dengan kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Semarang dengan luas wilayah 5.207,25 Km2 dengan spesifikasi ladang (1.829 Km2), pekarangan (823 Km2), tanah kering tidak diusahakan (4,6 Km2), Hutan Negara (810 Km2), Perkebunan (1.116 Km2) lainnya (627,75 Km2). Sedangkan kecamatan yang memiliki luas lahan non-sawah paling kecil yaitu kecamatan Gayamsari dengan luas 549,47 Km2, dengan spesifikasi tegalan (49,50 Km2), pekarangan (420,89 Km2), Tanah Penggembalaan (13,15 Km2), Tambak (8,09 Km2), Kolam (3 Km2), Tanah kering yang tidak diusahakan (3,5 Km2), Tanah kering untuk kayu-kayuan (5 Km2), Tanah kering untuk lainnya (75,84 Km2). Secara keseluruhan, penggunaan lahan kering di Kota Semarang yaitu Pekarangan dan Bangunan (42%), Tegalan dan Kebun (27%), Tambak/Kolam, lainnya tanah kering (26%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 10

36 Grafik 2.4 Persentase Luas Tanah Kering di Kota Semarang Tahun 2009 Sumber : Semarang Dalam Angka 2009 Tabel 2.4 Penggunaan Lahan Kering di Kota Semarang Dirinci Tiap Kecamatan Tahun 2009 KECAMATAN PEKARANG AN & BANGUNAN TEGALAN DAN KEBUN PADANG GEMBALA LAHAN NON- SAWAH TAMBAK/ KOLAM RAWA LAIN2 TANAH KERING LAINNYA Mijen 823, ,00 0,00 4,50 0, , ,24 Gunung Pati 1.312, ,50 0,00 0,00 0,00 126, ,09 Banyumanik 430, ,58 0,00 0,00 0,00 784, ,06 Gajahmungkur 691,63 2,97 0,00 0,00 0,00 70,37 764,98 Semarang Selatan 474,39 2,50 0,00 0,00 0,00 371,16 848,05 Candisari 494,39 33,85 13,87 0,00 0,00 27,27 569,38 Tembalang 2.085, ,80 0,00 0,00 0,00 901, ,04 Pedurungan 1.507,00 392,00 0,00 0,00 0,00 109, ,00 Genuk 1.349,08 910,82 0,00 194,28 0,00 190, ,44 Gayamsari 415,00 13,00 13,00 11,00 0,00 59,23 511,23 Semarang Timur 696,80 0,00 0,00 0,00 0,00 73,45 770,25 Semarang Utara 927,55 0,00 0,00 50,21 0,00 155, ,27 Semarang Tengah 527,55 5,48 0,00 0,00 0,00 71,97 604,99 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 11

37 KECAMATAN PEKARANG AN & BANGUNAN TEGALAN DAN KEBUN PADANG GEMBALA LAHAN NON- SAWAH TAMBAK/ KOLAM RAWA LAIN2 TANAH KERING LAINNYA Semarang Barat 1.389,20 24,30 0,00 52,66 0,00 888, ,57 Tugu 507,73 45,20 0, ,53 0,00 743, ,34 Ngaliyan 418,00 979,00 10,00 0,00 0, , ,33 Total , ,00 36, ,17 0, , ,26 Sumber : Semarang Dalam Angka Tujuan, Kebijakan & Strategi Penataan Ruang Kota Semarang Tujuan Penataan ruang adalah mewujudkan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala internasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Sedangkan kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Semarang secara umum terbagi atas: Kebijakan pengembangan struktur ruang dan Kebijakan pengembangan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang Kota Semarang dilakukan melalui : 1. Pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa berskala internasional. 2. Peningkatan aksesbilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan. 3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana sarana umum. Kebijakan pola ruang meliputi kebijakan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kebijakan peningkatan pengelolaan Kawasan Lindung meliputi : 1. Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung. 2. Pelestarian kawasan cagar budaya. 3. Peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional di seluruh wilayah Kota. Sedangkan kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi : 1. Pengaturan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung. 2. Perwujudan pemanfaatan ruang yang efisien dan kompak. 3. Pengelolaan dan pengembangan kawasan pantai. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 12

38 Rencana Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Dengan mempertimbangkan luas, karakter daerah, koordinasi pelaksanaan pembangunan, kemudahan dalam penyelesaian masalah, maka pembagian BWK di Kota Semarang ditentukan melalui pendekatan batas administratif. Untuk itu, dalam Rencana Tata Ruang Kota Semarang Tahun pembagian BWK ditetapkan sebagai berikut : a. BWK I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang Timur dan Kecamatan Semarang Selatan dengan luas kurang lebih Ha; b. BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gajahmungkur dengan luas kurang lebih Ha; c. BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara dengan luas kurang lebih Ha; d. BWK IV meliputi Kecamatan Genuk dengan luas kurang lebih Ha; e. BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan Pedurungan dengan luas kurang lebih Ha; f. BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang dengan luas kurang lebih Ha; g. BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan luas kurang lebih Ha; h. BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas kurang lebih Ha; i. BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang lebih Ha; dan j. BWK X meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu dengan luas kurang lebih ha. Rencana pendistribusian fasilitas pelayanan regional dimasing-masing BWK meliputi : a. Perkantoran, perdagangan dan jasa di BWK I, II, dan III b. Pendidikan kepolisian dan olah raga di BWK II c. Perkantoran, transportasi udara dan transportasi laut di BWK III d. Industri di BWK IV dan BWK X e. Pendidikan di BWK VI dan BWK VIII f. Perkantoran militer di BWK VII g. Kantor pelayanan publik di BWK IX Rencana penetapan pusat pelayanan di Kota Semarang terdiri atas: Pusat pelayanan kota, Sub pusat pelayanan kota dan Pelayanan lingkungan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 13

39 Pusat pelayanan kota berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan Provinsi, pemerintahan Kota yang berupa pusat pelayanan kegiatan pemerintahan yang dilengkapi dengan pengembangan fasilitas, meliputi kantor Gubernur dan kantor Walikota serta fasilitas kantor pemerintahan pendukung dan pelayanan publik lainnya. Selain itu pusat pelayanan kota juga sebagai pusat kegiatan perdagangan modern dan jasa komersial yang dilengkapi dengan : a. Pusat perbelanjaan skala kota; b. Hotel dan penginapan; c. Perkantoran swasta; d. Jasa akomodasi pariwisata lainnya. Sub pusat pelayanan kota merupakan pusat BWK yang dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan skala pelayanan BWK yang meliputi : a. Sarana perdagangan dan jasa b. Sarana pendidikan c. Sarana kesehatan d. Sarana peribadatan e. Sarana pelayanan umum Pusat pelayanan lingkungan kota dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan skala pelayanan sebagian BWK, meliputi : a. Sarana perdagangan; b. Sarana pendidikan; c. Sarana kesehatan; d. Sarana peribadatan; dan e. Sarana pelayanan umum. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 14

40 Gambar 2.2 Peta Pembagian BWK Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 15

41 Gambar 2.3 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 16

42 Rencana Sistem Jaringan Transportasi Sistem Jaringan Transportasi di Kota Semarang meliputi jaringan Jalan, Transportasi Darat, Transportasi Laut dan Transportasi Udara. Sebagaimana tertuang dalam RTRW Kota Semarang tahun Rencana Sistem Jaringan Transportasi adalah sebagai berikut: 1. Rencana Jaringan Jalan Skenario fungsi dari perwujudan struktur jalan Kota Semarang adalah sebagai berikut : Struktur jalan yang ada menghubungkan antara sub pusat wilayah di daerah pinggiran Struktur jalan yang ada menghubungkan antara sub pusat wilayah dengan pusat kota Struktur jalan yang ada mampu memfasilitasi pergerakan eksternal kota dengan tidak membebani aktivitas pusat kota Setiap pusat aktivitas kota, nantinya akan dihubungkan jaringan jalan yang memadai. Kondisi jaringan jalan Kota Semarang yang sudah menghubungkan keseluruhan wilayah kota memudahkan daiam merumuskan struktur jalan yang akan dikembangkan. Dalam perkembangannya, konsep struktur jalan menggunakan konsep radial konsentris. a. Pengembangan Jalan Lingkar (Radial) 1. Inner Ring Road Adalah jalan yang dikembangkan sebagai penghubung melingkar antar kawasan dalam pusat kota. Pengembangan jalan ini sangat penting dalam rangka mewujudkan sistem pergerakan yang lancar jika terdapat kemacetan pada ruas jalan tertentu di kawasan pusat kota. 2. Middle Ring Road Adalah struktur jalan yang menghubungkan antar beberapa daerah sub pusat dengan pusat Kota Semarang. 3. Outer Ring Road Adalah jalur lingkar yang menghubungkan beberapa wilayah pusat pertumbuhan pinggiran kota dengan wilayah pinggiran lainnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 17

43 b. Pengembangan Jalan Konsentrik Jalur jalan konsentrik adalah kumpulan jalan yang berfungsi mendistribusikan pergerakan ke beberapa regional di sekitar Kota Semarang selain itu jaringan jalan ini berfungsi pula menghubungkan beberapa pusat pertumbuhan di daerah pinggiran dengan pusat Kota Semarang. Selain rencana penentuan hirarki jalan seperti tersebut diatas, maka yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem transportasi di Kota Semarang adalah mengkaitkan sistem jaringan jalan Kota Semarang dengan Jalan Tol Semarang-Solo, Jalan Tol Semarang-Demak dan Jalan Tol Semarang-Batang. 2. Rencana Sarana Transportasi Pengembangan sistem terminal ditentukan oleh fungsi Kota Semarang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan permasalahan internal lalu lintas kota. Atas dasar hal tersebut maka pengembangan sarana transportasi di Kota Semarang adalah sebagai berikut : Transportasi Darat Terminal Tipe A Terminal Tipe A berfungsi melayani jalur angkutan umum Antar Kota Antar Provinsi, angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Lokasi terminal tipe A direncanakan di : BWK X (Mangkang) BWK VII (Pudak Payung) Terminal tipe B Terminal tipe B berfungsi untuk melayani pergerakan penumpang antar kota dalam provinsi (AKDP) dan angkutan perdesaan. Lokasi terminal tipe B direncanakan di Terboyo (BWK IV) dan Penggaron (BWK V). Terminal tipe C Terminal tipe C berfungsi untuk melayani pergerakan penumpang perkotaan dan angkutan perdesaan. Lokasi terminal tipe C direncanakan di Gunungpati, Penggaron, Cangkiran, Pelabuhan Tanjung Mas, Sendowo dan Sampangan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 18

44 Stop Station Merupakan fasilitas tempat pergantian moda kendaraan umum bagi penumpang seperti halnya terminal, hanya saja skala pelayanan Stop Station lebih kecil dibandingkan terminal. Stop Station berfungsi untuk melayani pergerakan Asal-Tujuan/ Origin-Destination (OD). Fasilitas ini dikembangkan pada kawasan-kawasan yang merupakan simpul bangkitan dan tujuan lalu lintas. Terminal Barang Terminal barang merupakan sarana untuk melayani pergerakan barang dalam suatu wilayah. Terminal barang yang akan dikembangkan, direncanakan berada di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, yang terintegrasi dengan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Jaringan Kereta Api Jaringan rel kereta api yang ada ditingkatkan sesuai dengan peningkatan pelayanan, sesuai dengan pengembangan teknologi perkeretaapian yaitu dengan menerapkan jalur ganda (Double Track). Rencana pengembangan kereta api diarahkan untuk mengoptimalkan kereta api sebagai angkutan penumpang dan angkutan barang. Transportasi Laut Pelabuhan Tanjung Mas direncanakan sebagai pelabuhan internasional (sesuai arahan dalam PP Nomor 26 Tahun 2008) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Rencana transportasi yang direncanakan dalam pelabuhan meliputi penumpang dan barang. Rute pelayanan penumpang dan barang direncanakan memiliki skala pelayanan regional, nasional dan internasional. Untuk mendukung fungsi kepelabuhan kawasan disekitar kawasan pelabuhan harus dirancang memiliki fungsi yang mendukung fungsi pelabuhan, Untuk itu disekitar kawasan pelabuhan dikembangkan fungsi-fungsi terminal peti kemas, perdagangan, perhotelan, jasa dan perkantoran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 19

45 Transportasi Udara Bandara merupakan fasilitas yang memiliki peranan penting dalam mendukung perkembangan Kota Semarang. Bandara udara Kota Semarang berada di kawasan pusat kota, untuk mendukung perkembangan aktivitas transportasi udara dalam melayani perkembangan aktivitas Kota Semarang, perlu dikaji ulang Penerapan kebijakan KKOP (Keselamatan Kawasan Operasional Penerbangan) untuk mencegah bangunan yang menjadi pengganggu (obstacle) kegiatan kebandar-udaraan Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan di Kota Semarang meliputi Sistem Sanitasi Lingkungan dan Sistem Jaringan Drainase. Rencana Sistem Sanitasi lingkungan Secara umum penanganan limbah domestik untuk Kota Semarang harus mengacu kepada Rencana Strategi Nasional untuk Pengelolaan Air Buangan Rumah Tangga Daerah Perkotaan. Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari buangan rumah tangga berupa tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian dan lain-lain. Penanganan buangan ini tidaklah mudah karena menyangkut masyarakat dan pemerintah yang saling terkait didalam penanganannya serta membutuhkan biaya cukup besar. Pengolahan limbah domestik secara umum dibagi kedalam 2 (dua) jenis yaitu On-Site System dan Off-Site System. On-Site System, dimana buangan langsung dialirkan ke septic tank dan cairannya diresapkan melalui tanah. Off-Site System, dimana menggunakan sistem saluran air buangan untuk mengalirkan air buangan dari rumah tangga kemudian diolah disuatu tempat tertentu. Rencana Sistem Jaringan Drainase a. Penanganan Drainase Kota Semarang Berdasarkan kondisi topografi Kota Semarang, sistem drainase Kota Semarang tidak bisa lagi mengandalkan sistem gravitasi murni, tetapi sistem kombinasi antara sistem drainase gravitasi, polder dan tanggul laut. Di samping Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 20

46 itu, beban drainase dari kawasan hulu perlu dikendalikan dengan fasilitas pemanenan air hujan. Sistem drainase dikembangkan berdasarkan konsep one watershed one plan one management. Masing-masing sistem drainase dibagi menjadi menjadi daerah hulu dan hilir. Sistem drainase yang dikembangkan dikembangkan di daerah hulu dan hilir berbeda. Daerah Hulu Konsep yang dikembangkan di daerah hulu adalah sistem banjir kanal, air yang berasal dari kawasan hulu diusahakan tidak membebani kawasan bawah, dengan mengalirkannya melalui banjir kanal. Masing-masing sistem drainase akan dilengkapi dengan satu atau lebih banjir kanal. Daerah Hilir Kawasan hilir diusahakan hanya menerima beban drainase yang berasal dari wilayah itu saja, tidak menerima kiriman dari hulu maupun air rob dari laut. Untuk itu perlu dikembangkan sistem drainase tertutup. Masing-masing wilayah dibagibagi menjadi beberapa sub sistem yang secara hidrologis berdiri sendiri. Pada setiap sub sistem dikembangkan sistem drainase polder. Beban sistem polder dapat dikurangi dengan mengembangkan fasilitas untuk memanen air hujan, khususnya yang berupa tampungan. Fasilitas ini berfungsi ganda, yaitu menurunkan beban drainase sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Sistem Polder Dalam penanganan permasalahan drainase di daerah hilir Kota Semarang diatasi dengan pembuatan sistem polder yang mampu mengatur aliran air yang ada. Waduk dan Embung Sedang bagi pengaturan sistem drainase Kota Semarang di daerah hulu dilakukan dengan merencanakan pembangunan dan pengoptimalan waduk dan embung Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya Pengembangan Sistem Prasarana yang lainnya di Kota Semarang meliputi beberapa aspek yang menyangkut kepentingan umum antara lain: jaringan jalan yang diperuntukkan untuk para pejalan kaki, sistem untuk angkutan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 21

47 umum, pengaturan sektor informal serta memperhatikan ruang evakuasi bencana di Kota Semarang. Jaringan Jalan Pejalan Kaki Untuk menciptakan ruang kota yang manusiawi dan mampu mendukung kedinamisan pergerakan penduduk kota, maka setiap pengembangan ruas jalan yang digunakan untuk kendaraan umum dan pribadi harus memiliki ruang bagi pejalan kaki dan jalur sepeda pada ruas jalan yang memungkinkan. Pengembangan fasilitas pejalan kaki dilakukan secara memadai dengan memperhitungkan penggunaannya bagi penyandang cacat. Angkutan Umum Selain sistem prasarana transportasi yang baik, rencana peningkatan pelayanan pergerakan Kota Semarang juga dilakukan pada sistem pelayanan angkutan umum. Rencana peningkatan pelayanan angkutan ini meliputi : a. Peningkatan pelayanan angkutan umum, dilakukan dengan upaya optimalisasi, perbaikan fisik dan pembangunan prasarana baru. b. Pengembangan sistem angkutan umum massal (SAUM) pada koridor-koridor utama (jalur primer) berbasis rel atau jalan raya. c. Pengembangan koridor-koridor utama diarahkan untuk menghubungkan antara pusat Kota dengan pusat BWK. d. Pengembangan sarana angkutan umum massal yang melewati ruas-ruas jalan utama yang menghubungkan seluruh wilayah dalam kota. e. pengembangan sistem angkutan umum berbasis rel diarahkan pada pengembangan angkutan monorail/ kereta ringan yang melayani rute Mangkang Kalibanteng Simpang Lima Pedurungan Genuk. f. Rencana pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayanan ujung-pangkal pergerakan angkutan umum. Rencana Pengaturan Kegiatan Sektor Informal Untuk kepentingan Kota Semarang ke depan agar upaya penataan PKL benar-benar komprehensif dan menyentuh akar masalah, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1. Keberadaan PKL pada dasarnya bukanlah semata-mata beban atau gangguan bagi keindahan dan ketertiban kota. 2. PKL tidak bisa dibiarkan lepas kendali, melainkan perlu ditata sedemikian rupa agar tidak menganggu ketertiban dan keindahan kota. 3. Upaya penataan PKL tidak hanya pada bentuk-bentuk penindakan atau operasi penertiban yang sifatnya represif, yang umumnya hanya melahirkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 22

48 pembangkangan dan daya resistensi para PKL, tetapi, yang lebih penting adalah bagaimana mengkombinasikan antara fungsi pembinaan, fungsi pengawasan, dan fungsi preventif, serta fungsi penindakan itu sendiri untuk situasi khusus. Ruang Evakuasi Bencana Ruang evakuasi bencana berupa jalur penyelamatan (escape road) adalah jalan-jalan kota yang dikembangkan/ direncanakan sebagai jalur pelarian ke bangunan/bukit penyelamatan dan wilayah yang aman apabila terjadi bencana alam (gempa,banjir, dan angin puting beliung) serta bencana kebakaran; Rencana Kawasan Strategis Kota Semarang Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Adapun rencana pengembangan kawasan strategis di Kota Semarang adalah : a. Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi b. Kawasan strategis bidang sosial budaya c. Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup a. Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang adalah kawasan cepat berkembang dan kawasan perlu kerja sama dengan daerah sekitarnya (kawasan perbatasan). Kawasan cepat berkembang ini perlu diprioritaskan penataan ruangya karena potensi yang dimiliki apabila tidak diarahkan justru menimbulkan permasalahan. Sedangkan kawasan perbatasan di Kota Semarang memiliki peranan yang sangat penting, karena kawasan inilah yang akan mengintegrasikan perkembangan Kota Semarang dengan daerah yang ada disekitarnya. b. Kawasan Segitiga Peterongan Tawang Siliwangi Kawasan pusat kota yang terletak pada Kawasan Segitiga Peterongan Tawang Siliwangi. Kawasan segitiga ini memiliki kekuatan pengembangan yang sangat besar, potensi pengembangan pada kawasan ini adalah kegiatan perdagangan dan jasa. Secara umum Kawasan Segitiga Peterongan Tawang Siliwangi adalah kawasan yang memiliki kepadatan bangunan yang tinggi. Dalam kawasan saat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 23

49 ini telah terjadi transformasi kegiatan perdagangan dan jasa dari skala kecil dan menengah ke skala besar. Hal ini terbukti dengan tumbuhnya beberapa pusat perbelajaan dan fungsi jasa (perkantoran swasta dan hotel) yang mengalih fungsikan lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai pertokoan dan permukiman. c. Pelabuhan Tanjung Mas Pelabuhan Tanjung Mas merupakan fasilitas nasional yang ada di Kota Semarang, maka arahan pengelolaan di kawasan pelabuhan ditekankan pada kegiatan : Memperlancar pergerakan manusia dan barang di dalam kawasan pelabuhan maupun kawasan pelabuhan dengan kawasan diluarnya melalui peningkatan jariangan jalan yang memadai dan pengembangan sistem terminal yang terintegrasi dengan pergerakan darat (pergerakan jalan raya dan kereta api) dan pergerakan udara. Perlunya dilakukan penanganan percepatan penurunan permukaan tanah dan banjir rob. Penyusunan kebijakan penataan ruang kawasan pelabuhan dalam rangka memadukan kegiatan pelabuhan dengan kawasan yang ada disekitarnya. d. Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya Kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang adalah Kawasan Cagar Budaya Kota Lama, Kampung Pecinan, Kampung Melayu, dan kawasan lainnya. Kawasan tersebut merupakan kawasan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia. Dalam pemanfaatannya, kawasan cagar budaya dapat ditingkatkan fungsinya untuk dapat menunjang kegiatan pariwisata, yang nantinya dapat memberikan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata. e. Kawasan Strategis Bidang Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah: 1. Kawasan Bendungan Jatibarang. Pembangunan Bendungan Jatibarang yang akan difungsikan sebagai pengendali limpasan air ke kawasan bawah Kota Semarang. Bendungan ini direncanakan berlokasi di Kecamatan Gunungpati. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 24

50 Selain fungsi hidrologi kawasan, Kawasan Bendungan Jatibarang juga akan dijadikan kawasan wisata dengan fasilitas bebragai fasilitas pendukungnya. Adanya percampuran fungsi konservatif dan budidaya ini menyebabkan kawasan Bendungan Jatibarang perlu di kelola dengan baik agar fungsi budidaya tidak sampai menganggu fungsi konservasi. 2. Kawasan Reklamasi Pantai Kawasan reklamasi pantai ditetapkan berada di wilayah pesisir Kota Semarang (Kecamatan Semarang Utara, Barat sampai Tugu) yang pengembangannya dalam rangka pengoptimalan kawasan pesisir dengan mengedepankan tata ruang, dampak lingkungan dan memberikan keuntungan kepada Pemerintah dan masyarakat serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.2 ASPEK DEMOGRAFI Secara Demografi, berdasarkan data statistik Kota Semarang penduduk Kota Semarang periode tahun mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,4% per tahun. Pada tahun 2005 adalah jiwa, sedangkan pada tahun 2009 sebesar jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki, dan penduduk perempuan. Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Kota Semarang Tahun No Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Laki-Laki Perempuan Jumlah (%) , ,851 1,419, , ,270 1,434, , ,568 1,454, , ,183 1,481, , ,409 1,506, Sumber: Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang, 2009 Peningkatan jumlah penduduk tersebut dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan migrasi. Pada tahun 2005 jumlah kelahiran sebanyak jiwa, jumlah kematian sebanyak jiwa, penduduk yang datang sebanyak jiwa dan penduduk yang pergi sebanyak jiwa. Besarnya penduduk yang datang ke Kota Semarang disebabkan daya tarik kota Semarang sebagai kota perdagangan, jasa, industri dan pendidikan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 25

51 Tabel 2.6 Perkembangan Penduduk Lahir, Mati, Datang dan Pindah Kota Semarang Tahun No Penduduk (jiwa) Tahun Lahir Mati Datang Pindah ,504 8,172 38,910 29, ,445 9,023 42,714 32, ,838 10,018 43,151 35, ,472 10,018 44,187 37, ,262 10,373 38,518 34,172 Sumber: Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang, 2009 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penduduk yang datang ke Kota Semarang dan penduduk yang lahir setiap tahunnya lebih besar dari pada penduduk yang pindah dan penduduk yang mati, hal tersebut menggambarkan bahwa peningkatan penduduk Kota Semarang disebabkan oleh penduduk yang datang dan lahir dengan proporsi rata-rata 60,04% per tahun dibanding penduduk pindah dan penduduk yang mati. Penduduk Kota Semarang dilihat dari kelompok umur sebanyak jiwa atau 73,96% merupakan penduduk usia produktif ( umur tahun) dan 26,04% merupakan penduduk tidak produktif (umur 0-14 tahun dan diatas 65 tahun). Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur Di Kota Semarang Tahun Kelompok Umur J U M L A H (jiwa) Jumlah Sumber : BPS Kota Semarang, 2009 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 26

52 Komposisi penduduk kota Semarang ditinjau dari aspek pendidikan (di atas umur 5 tahun) adalah telah tamat SD/MI sebesar 22,86% ; telah tamat SLTA sebesar 21,10% ; belum tamat SD sebesar 20,38% ;telah tamat SLTP sebesar 20,28% ; tidak/belum pernah sekolah sebesar 6,54%, telah tamat DIV/S1/S2 sebesar 4,51% dan telah tamat DI/DII/DIII sebesar 4,35%. Grafik 2.5 Penduduk Kota Semarang berdasarkan Pendidikan pada Tahun 2009 Tamat SLTA 21.10% Tamat D1,II,III 4.35% Tamat DIV/S1/S2/S3 4.51% Tidak Sekolah 6.54% Tidak/Belum tamat SD/MI 20.38% Tamat SLTP 20.28% Tamat SD/MI 22.86% Sumber: Kota Semarang dalam Angka 2009, BPS (data diolah) Perkembangan jumlah penduduk Kota Semarang berdasarkan mata pencaharian selama periode sebagaimana tabel berikut. NO Tabel 2.8 Komposisi Penduduk Kota Semarang berdasarkan Mata Pencaharian Pada Tahun JENIS PEKERJAAN JUMLAH (jiwa) Petani Sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS/ABRI Pensiunan Lainnya Jumlah Sumber data : BPS Kota Semarang Tahun 2009 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 27

53 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Semarang berturut-turut buruh Industri dengan persentase sebesar 24,76%, PNS/ABRI sebesar 14,11%, Lainnya sebesar 12,24%, Pedagang sebesar 11,92%, Buruh Bangunan 1,80%, Pengusaha sebesar 8,52%, Pensiunan sebesar 5,33%, Petani sebesar 4,27%, Angkutan sebesar 3,60%, Buruh tani sebesar 3,05%, dan Nelayan sebesar 0,40 %. Hal ini menggambarkan bahwa aktivitas penduduk Kota Semarang bergerak pada sektor perdagangan dan jasa. 2.3 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga. Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat selama periode adalah sebagai berikut : Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi. Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kota Semarang selama periode tahun dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita, dan angka kriminalitas yang tertangani. Perkembangan kinerja pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB merupakan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro yang mencakup tingkat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Semarang atas dasar harga berlaku selama periode mengalami pertumbuhan yang meningkat. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp ,89 juta rupiah sampai dengan tahun 2009 mencapai sebesar Rp ,06 juta rupiah. Sedangkan untuk PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada tahun 2005 sebesar Rp ,61 juta rupiah dan meningkat menjadi Rp ,95 juta rupiah di tahun Untuk selengkapnya perkembangan PDRB Kota Semarang ditahun dapat terlihat dalam tabel dibawah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 28

54 Tabel 2.9 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Semarang Tahun No. A Sektor Usaha / Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( Rp. Jutaan) *) Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % 23,208,224 26,624,244 30,515,737 34,540,949 38,459, Pertanian 294, , , , , Pertambangan dan 46, , , , , Penggalian 3. Industri Pengolahan 6,256, ,147, ,883, ,679, ,483, Listrik, Gas dan Air Bersih 443, , , , , Bangunan 3,584, ,445, ,414, ,398, ,453, Perdagangan, Hotel dan 6,788, ,480, ,635, ,972, ,884, Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 2,399, ,762, ,073, ,374, ,814, Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 693, , , , ,075, Jasa 2,700, ,155, ,664, ,088, ,628, ,208,224 26,624,244 30,515,737 34,540,949 38,459,815 B PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1. Pertanian 207, , , , , Pertambangan dan 28, , , , , Penggalian 3. Industri Pengolahan 4,508, ,724, ,998, ,236, ,465, Listrik, Gas dan Air Bersih 217, , , , , Bangunan 2,230, ,527, ,708, ,849, ,081, Perdagangan, Hotel 5,025, ,182, ,493, ,906, ,217, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 1,556, ,640, ,745, ,851, ,952, , , , , , Jasa 1,924, ,068, ,184, ,255, ,373, ,194,265 17,118,705 18,142,640 19,156,814 20,180,578 Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang BPS Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 29

55 Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kota Semarang adalah Sektor Usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran diikuti kemudian oleh Sektor Usaha Industri Pengolahan dan Sektor Usaha Bangunan. Pada tahun 2009 konstribusi masing-masing sektor usaha tersebut adalah sebagai berikut : Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 29,86 %, industri pengolahan sebesar 24,52%, dan sektor bangunan sebesar 19,27%. Hal tersebut menggambarkan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat Kota Semarang didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB berimplikasi terhadap kondisi perekonomian Kota Semarang secara makro yang ditunjukan dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). LPE Kota Semarang periode mengalami pertumbuhan yang positif seperti terlihat dalam grafik di bawah ini. Grafik 2.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Tahun Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang 2009, BPS Kota Semarang Pada tahun 2005 tercatat sebesar 5,14%, kemudian meningkat sebesar 5,71 %, pada tahun 2006, 5,98 % pada tahun 2007, dan 6,03 % pada tahun Sedangkan pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi kota Semarang tercatat sebesar 5,47 %. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang terjadi penurunan pada tahun 2009 sebesar 0,56 % dari 6,03 % pada tahun 2008 menjadi 5,47 % pada tahun Penurunan ini lebih dipengaruhi adanya kondisi perekonomian global seperti kebijakan pasar bebas (Asean-China Free Trade Area/ACFTA), kenaikan BBM dan TDL. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 30

56 b. Laju Inflasi Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Laju inflasi Kota Semarang selama periode tahun mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Pada tahun 2005 sebesar 16,46 %, tahun 2006 sebesar 6,08 %, tahun 2007 mencapai 6,75 %, tahun 2008 sebesar 10,34 % dan tahun 2009 sebesar 3,19 %. Besaran laju inflasi yang terjadi lebih diakibatkan pada permintaan masyarakat akan bahan kebutuhan pokok. Grafik 2.7 Laju Inflasi Kota Semarang Tahun Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang 2009, BPS Kota Semarang c. PDRB Perkapita Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB, diikuti dengan kenaikan pendapatan per kapita. Selama periode tahun PDRB Perkapita Kota Semarang mengalami pertumbuhan yang positif. PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp ,59 meningkat pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp ,89 dan pada tahun 2007 sebesar Rp ,40 kemudian meningkat lagi pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp ,09 serta pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp ,87. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 31

57 Grafik 2.8 Perkembangan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kota Semarang Tahun , , , , ,00 0, PDRB Perkapita , , , , ,87 PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun ke tahun juga menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005 sebesar Rp ,92,-, pada tahun 2006 sebesar Rp ,76,-, pada tahun 2007 sebesar Rp ,22, pada tahun 2008 sebesar Rp ,91, dan pada tahun 2009 sebesar Rp ,96. d. Indek Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat upaya dan kinerja pembangunan dengan dimensi yang lebih luas karena memperlihatkan kualitas penduduk dalam hal kelangsungan hidup, intelektualias dan standar hidup layak. IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup, yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir ; tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara melek huruf pada penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah ; serta tingkat kehidupan yang layak dengan ukuran pengeluaran perkapita (purchasing power parity). Pada tahun 2009 IPM Kota Semarang telah mencapai skor 76,90, angka tersebut menempati urutan kedua dibawah Kota Surakarta, namun masih jauh diatas angka rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 72,10. Selengkapnya IPM Kota Semarang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 32

58 Tabel 2.10 Perkembangan IPM Kota Semarang Tahun No Tahun Skor Ket , , , , ,90 - Sumber : Indeks Pembangunan Kota Semarang BPS Kota Semarang Tahun Fokus Kesejahteraan Sosial Pembangunan pada fokus kejahteraan sosial meliputi indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja. Kinerja pembangunan kesejahteraan sosial Kota Semarang periode pada masing-masing indikator sebagai berikut : 1. Pendidikan Pembangunan pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sasarannya adalah terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu pendidikan, perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi semua masyarakat, tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, serta tercukupinya sarana dan prasarana pendidikan. Beberapa keberhasilan pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dari Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Pendidikan yang ditamatkan. AMH adalah persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. AMH tahun 2005 sebesar 95,10 %, tahun 2006 sebesar 95,85 %, tahun 2007 sebesar 95,54 %, tahun 2008 sebesar 99,30 % dan sampai dengan tahun 2009 angka melek huruf sebesar 99,47 %. Angka pendidikan yang ditamatkan pada seluruh jenjang pendidikan baik SD, SLTP dan SLTA selama 5 tahun menunjukkan peningkatan dari 90,97% tahun 2005 menjadi 96,51%. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 33

59 Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Pada tahun 2009 APK SD/MI mencapai 105,27%, SMP/MTs 114,19%, sedangkan SMA/SMK/MA mencapai 116,96 %. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Capaian APM SD/MI pada tahun 2009 sebesar 89,68 %, SMP/MTs 79,01 %, SMA/SMK/MA sebesar 79,97 %. Capaian APK dan APM pada masing-masing jenjang pendidikan telah berada di atas rata-rata APK/APM Jawa Tengah kecuali untuk SD/MI. Belum optimalnya angka capaian APK/APM disebabkan oleh mahalnya biaya pendidikan, walaupun dukungan anggaran untuk pendidikan sudah melebihi 20 % dari total anggaran APBD. Oleh karena itu diperlukan upaya pengalokasian anggaran pendidikan yang tepat agar pendidikan menjadi murah namun tetap berkualitas. Tabel 2.11 Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indikator Pendidikan Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun Angka Melek Huruf 95,10 95,85 95,94 99,30 99,47 2. Rata Lama sekolah 9,60 9,80 9,80 9,17 9,20 3. Angka Partisipasi Kasar - SD/MI 102,54 105,87 112,76 105,79 105,27 - SLTP/MTs 89,94 97,14 103,12 89,21 114,19 - SMA/SMK/MA 89,35 88,71 100,76 90,39 116,96 4. Angka Partisipasi Murni - SD/MI 86,64 89,6 88,36 89,21 89,68 - SLTP/MTs 66,99 71,27 66,7 65,84 79,01 - SMA/SMK/MA 62,76 63,84 88,8 62,71 79,97 5. Angka Pendidikan yang ditamatkan 90,97% 89,90% 96,72% 96,51% 96,51% 5. Penduduk Tamat (<SD, SD, SLTP, SLTA, Univ) Jumlah Penduduk Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2010 diolah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 34

60 2. Kesehatan Selama kurun waktu 5 tahun ( ) kondisi pembangunan Kesehatan menunjukkan perubahan yang fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator bidang kesehatan. Angka kelangsungan hidup bayi selama 5 tahun menurun dari 98,08 % pada tahun 2005 menjadi 81,40 % tahun Demikian pula Angka persentase gizi buruk mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 0,019 % menjadi 0,04 % tahun Penurunan angka kelangsungan hidup dan peningkatan angka gizi buruk lebih disebabkan adanya penyakit bawaan dan wabah penyakit yang disebabkan oleh vektor binatang seperti Demam Berdarah. Upaya pengembangan paradigma hidup sehat harus menjadi perhatian utama agar wabah penyakit menular tidak terulang. Namun demikian secara keseluruhan Angka Usia harapan Hidup Kota Semarang di Kota Semarang sebesar 72,1, jauh melebihi angka harapan hidup nasional sebesar 69,0 tahun. Tabel 2.12 Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indikator Kesehatan Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun Angka Kelangsungan Hidup Bayi per / kelahiran hidup (%) 2. Angka Usia Harapan Hidup Persentase Gizi buruk 0,019 % 0,017% 0,04 % 0,033 % 0,04 % Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010 diolah 3. Kemiskinan Selama kurun waktu 5 tahun ( ) jumlah penduduk miskin mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, jumlah penduduk miskin tahun mengalami peningkatan, tahun 2005 sebanyak jiwa, tahun 2006 sebanyak jiwa, tahun 2007 sebanyak jiwa dan tahun 2008 sebanyak jiwa, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar jiwa. Begitu pula ratio penduduk miskin terhadap jumlah penduduk kota Semarang semakin meningkat selama 4 tahun terakhir ( ), tahun 2007 sebesar 6,64%, tahun 2006 sebesar 17,19%, tahun 2007 sebesar 21,08%, tahun 2008 sebanyak 33,19%, namun tahun 2009 menurun menjadi sebesar 26,41%. Penurunan jumlah dan rasio penduduk miskin sebesar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 35

61 6,78% disebabkan berbagai program penanggulangan kemiskinan di Kota Semarang semakin menyentuh masyarakat miskin (tepat sasaran). Ketepatan tersebut didukung oleh adanya identifikasi dan verifikasi berdasarkan indikator dan kriteria kemiskinan yang disusun sesuai dengan kondisi lokalitas daerah yang semakin mendekati kenyataan. Kedepan diperlukan upaya untuk melakukan unifikasi data kemiskinan agar proses percepatan penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan tepat. Optimalisasi peran masayarakat untuk turut serta dalam menyalurkan program Corpotate Social Responsibility (CSR) perlu didorong terus menerus. Berikut gambaran perkembangan penduduk miskin kota Semarang selama 5 tahun ( ) : Tabel 2.13 Rasio Penduduk Miskin Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Penduduk Miskin Jml Penduduk Rasio 6,64% 17,19% 21,08% 33,19% 26,41% Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2010 data diolah 4. Kepemilikan tanah Berdasarkan sumber dari Kantor Pertanahan Kota Semarang tahun 2010, persentase luas lahan bersertifikat yang tercatat di Kota Semarang mencapai angka rasio 72,8 %, sedangkan untuk rasio kepemilikan tanah mencapai 40,30. Dilihat dari jumlah kepemilikan tanah yang mempunyai sertifikat, menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya tertib administrasi pertanahan yang berarti kepemilikan sertifikat tanah sebagai legalitas atas tanah yang dimiliki semakin menjadi penting, 5. Kesempatan Kerja Angka kesempatan kerja dapat dihitung dari jumlah penduduk yang bekerja dibanding dengan angkatan kerja dalam satu wilayah. Rasio penduduk yang bekerja mengalami peningkatan, tahun 2005 sebesar 64,32 %, tahun 2006 sebesar 64,38%, tahun 2007 sebesar 88,61%, tahun 2008 sebesar 88,51%, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 7,70% atau menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 36

62 sebesar 81,44%. Penurunan ratio penduduk yang bekerja lebih diakibatkan karena meningkatnya angkatan kerja yang tidak seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja. Oleh karena itu diperlukan upaya perluasan lapangan kerja sebagai upaya mengatasi pengangguran. Berikut gambaran perkembangan ratio penduduk yang bekerja selama 5 tahun ( ) seperti tercantum dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.14 Rasio Penduduk Bekerja Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Penduduk yang Bekerja Angkatan Kerja Rasio 64,32% 64,38% 88,61% 88,51% 81,44% Sumber : Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi, 2010 diolah 6. Angka Kriminalitas Ratio tindak kriminal selama lima (5) lima tahun terakhir menunjukkan penurunan, tahun 2005 sebesar 0,14 %, Tahun 2006 sebesar 0,10 %, Tahun 2007 sebesar 0,08 % serta tahun 2008 dan tahun 2009 masing-masing sebesar 0,07 %. Penurunan angka rasio kriminal tersebut menunjukkan makin tingginya rasa aman masyarakat. Kondisi rasa aman dikalangan masyarakat tersebut harus tetap dipertahankan selama 5 tahun kedepan melalui upaya-upaya preventif dan tetap memberikan kepastian hukum kepada masyarakat. Berikut gambaran perkembangan ratio kriminal selama 5 tahun ( ) seperti tercantum dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.15 Rasio Tindak Kriminal Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Jumlah Kriminal Jumlah Penduduk Rasio 0,14 0,10 0,08 0,07 0,07 Sumber : Data Pengembangan SIPD, BPS Kota Semarang, 2010 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 37

63 Fokus Seni dan Budaya. Pembangunan pada fokus seni dan budaya meliputi indikator jumlah grup kesenian dan gedung olahraga. Kinerja pembangunan Seni dan budaya Kota Semarang periode pada masing-masing indikator adalah sebagai berikut : 1. Seni dan Budaya Jumlah grup kesenian di Kota Semarang selama 5 tahun ( ) menunujukkan peningkatan dari 376 buah menjadi 573 buah pada tahun 2009, demikian pula ratio jumlah grup kesenian terhadap per jumlah penduduk Kota Semarang yaitu dari 2,65 pada tahun 2005 menjadi 3,80 pada tahun Sedangkan jumlah gedung kesenian juga mengalami peningkatan dari 33 buah dengan rasio per sebesar 0,23 pada tahun 2005 menjadi sebesar 39 buah dengan rasio per penduduk sebesar 0,26 pada tahun Namun jika dilihat dari ratio jumlah grup kesenian terhadap jumlah penduduk masih relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurang resposifnya masyarakat terhadap kesenian tradisional. Upaya mengembangkan kesenian tradisional diharapkan akan mampu memberikan dampak kesejahteraan bagi para pelaku seni. Demikian pula dengan perkembangan sarana prasarana gedung kesenian menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun namun ratio jumlah gedung kesenian masih relatif kecil terhadap per jumlah penduduk yakni sebesar 3,80 pada tahun Berikut gambaran perkembangan Jumlah Grup dan Gedung Kesenian Kota Semarang selama 5 tahun ( ), sebagaimana tabel berikut : Tabel 2.16 Rasio Grup Kesenian Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Juml Grup Kesenian Juml Penduduk Rasio/ penduduk 2,65 2,69 3,94 3,87 3,80 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2010 diolah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 38

64 Tabel 2.17 Rasio Gedung Kesenian Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Juml Gedung Kesenian Juml Penduduk Rasio/ penduduk 0,23 0,23 0,23 0,22 0,26 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2010 diolah 2. Olah Raga Jumlah klub olah raga selama 5 tahun ( ) tidak mengalami penambahan atau tetap sebanyak 561 buah pada tahun 2009, namun rationya mengalami penurunan dari 3,95 tahun 2005 menjadi 3,72 pada tahun Begitu pula kondisi sarana dan prasarana olah raga tidak mengalami pertumbuhan atau tetap sebanyak 3 buah gedung olah raga. Hal tersebut bukan berarti bahwa budaya olah raga dikalangan masyarakat masih rendah, akan tetapi banyak aktivitas olah raga yang dilakukan diluar gedung seperti jalan sehat, bersepeda maupun olahraga luar ruangan yang lain. Namun demikan untuk dapat memacu peningkatan prestasi atlit diperlukan sarana prasarana olah raga yang representatif. Berikut gambaran perkembangan klub dan sarana prasarana olahraga sebagaimana tabel dibawah ini : Tabel 2.18 Rasio Jumlah Klub Olahraga Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Juml Klub Olah Raga Juml Penduduk Rasio/ penduduk 3,95 3,91 3,86 3,79 3,72 Sumber : Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga Kota Semarang, 2010, diolah Tabel 2.19 Rasio Jumlah Gedung Olah Raga Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Juml Gedung Olah Raga Juml Penduduk Rasio/ penduduk 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 Sumber : Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga Kota Semarang, 2010, diolah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 39

65 2.4. ASPEK PELAYANAN UMUM Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelayanan umum yang mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga. Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelayanan umum yang mencakup layanan urusan wajib. Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek pelayanan umum selama periode adalah sebagai berikut : Fokus Layanan Urusan Wajib 1. Pendidikan Kondisi kinerja pembangunan bidang pendidikan selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami perubahan fluktuatif, angka partisipasi sekolah pendidikan dasar mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 86,64% menjadi 89,76% pada tahun 2009, pendidikan menengah meningkat dari tahun 2005 sebesar 66,99% menjadi 78,95 %, angka kelulusan SD/MI selama 5 tahun dapat mencapai sebesar 99,99%, untuk SMP/MTs mencapai 94,76%, SMA/SMK/MA mencapai 96,47%. Angka ketersediaan sekolah Pendidikan Dasar dari 4 % pada tahun 2005 menjadi 4,30 % tahun 2009, ratio guru terhadap jumlah murid dari 1:28 pada tahun 2005 turun menjadi 1:19 pada tahun 2009, ratio guru terhadap jumlah murid per kelas rata-rata tahun 2005 sebesar 1:28:45 menjadi 1:16:32 pada tahun Sedangkan untuk Pendidikan Menengah, APS tahun 2005 sebesar 66,99 menjadi 78,95 tahun 2009, ratio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah dari 2,15% pada tahun 2005 menjadi 2,80% pada tahun 2009, ratio guru terhadap murid tahun 2005 sebesar 1:13 menjadi 1:12 pada tahun 2009, ratio guru terhadap murid per kelas rata-rata tahun 2005 adalah 1:13:40 menjadi 1:12:34, perbandingan jumlah penduduk melek huruf >15 tahun terhadap jumlah penduduk Kota Semarang tahun 2005 sebesar 95,10% menjadi 99,47% pada tahun Kondisi fasilitas pendidikan, jumlah sekolah SD/MI dengan kondisi baik tahun 2005 sebanyak gedung meningkat menjadi tahun gedung, gedung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 40

66 sekolah SMP/MTs tahun 2005 sebesar gedung menjadi sebesar gedung, sedangkan kondisi gedung sekolah SMA/SMK/MA tahun 2005 sebesar gedung meningkat menjadi gedung pada tahun Angka Putus Sekolah dari tahun ketahun selama 5 tahun ( ) mengalami penurunan yang sangat signifikan. Angka putus sekolah SD/MI menurun dari 151 murid pada tahun 2005 menjadi 31 pada tahun Sedangkan untuk SMP/MTs dari 344 murid menjadi 21 murid, sedangkan untuk SMA/MA/STM menurun dari 527 menjadi 18 murid pada tahun Kondisi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), jumlah siswa TK/RA/Penitipan anak terhadap jumlah penduduk usia 4-6 tahun sebesar 74,68% tahun 2005 menjadi 78,92% tahun 2009.Perkembangan Angka kelulusan SD/MI dari tahun tetap sebesar 99,99%, SMP/MTs mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 86,60% menjadi 94,76% tahun 2009, SMA/SMK/MA mengalami peningkatan dari 89,31% tahun 2005 menjadi 96,74% pada tahun Meskipun telah terjadi berbagai peningkatan yang cukup berarti, pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu memberi pelayanan merata, berkualitas dan terjangkau. Sebagian penduduk tidak dapat menjangkau biaya pendidikan yang dirasakan masih mahal dan pendidikan juga dinilai belum sepenuhnya mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sehingga pendidikan belum dinilai sebagai bentuk investasi. Berikut gambaran perkembangan pelayanan bidang pendidikan sebagaimana tabel dibawah ini : No Tabel 2.20 Aspek Pelayanan Umum Dalam Bidang Pendidikan Kota Semarang Tahun Indikator Tahun Pendidikan Dasar a. Angka Partisipasi Sekolah 86,64 % 89,60 % 88,36 % 89,21 % 89,76 % b. Rasio Ketersediaan Sekolah 4 % 4,14 % 4,2 % 4,27 % 4,30% c. Rasio guru/murid 1:28 1:26 1:20 1:20 1:19 d. Rasio guru/murid per kelas rata-rata 1:28:45 1:26:40 1:20:40 1:20:40 1:16:32 2. Pendidikan Menengah 1. APS 66,99 71,27 66,70 65,84 78,95 2. Rasio ketersediaan sekolah 2,15 % 2,28 % 2,55 % 2,78 % 2,80% terhadap penduduk usia sekolah 3. Rasio guru terhadap murid 1:13 1:13 1:11 1:12 1:12 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 41

67 No Indikator Tahun 4. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata 5. Penduduk yang berusia > 15 tahun melek huruf (tidak buta aksara) 1:13:40 1:13:40 1:11:40 1:12:34 1:12:34 95,10 % 95,85 % 95,94 % 99,30 % 99,47 % 3. Fasilitas Pendidikan Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik Kondisi Sekolah SMP/MTs Kondisi Sekolah SMA/SMK/ MA PAUD Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak Jumlah anak usia 4 6 Tahun x100% 5. Angka Putus Sekolah 1. SD/MI 2. SMP/MTs 3. SMA/SMK/MA 6. Angka Kelulusan 74,68 % 74,77 % 74, 98 % ,03 % 78,92 % 1. Angka Kelulusan SD/MI 99,99 % 99,99 % 99,99 % 99,99 % 99,99 % 2. Angka Kelulusan SMP/MTs 86,60 % 90,33 % 90,06 % 90,03 % 94,76 % 3. Angka Kelulusan 89,31 % 94 % 89,69 % 90,77 % 96,47 % SMA/SMK/MA 4. Angka Melanjutkan dari 101,89 101,97 101,98 102,12 101,25 SD/MI ke SMP/MTs % % % % % 5. Angka Melanjutkan dari 110,24 110,72 110,86 110,97 111,12 SMP/MTs ke SMA/SMK/MA % % % % % 6. Guru yang memenuhi 70,25 % 74,77 % 78,69 % 81,80 % 86,29 % Kualifikasi S1/D-IV Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2010 diolah Kesehatan Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah perilaku hidup sehat. Dilihat dari indikator aspek pelayanan kesehatan. Pemerintah Kota Semarang, telah berupaya menyediakan fasilitas kesehatan yang dari tahun ketahun semakin dapat menjangkau pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat Kota Semarang. Kondisi kinerja pembangunan bidang kesehatan selama 5 tahun ( ) dapat dilihat dari Ratio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per 1000 penduduk dari tahun yang menunjukkan penurunan dari 0,20 tahun 2005 menjadi 0,19 pada tahun Ratio RS per 1000 satuan penduduk menurun dari 0,16 pada tahun 2005 menjadi 0,15 pada tahun 2009, ratio dokter persatuan penduduk meningkat dari tahun 2005 sebesar 1,05 menjadi 2,17 pada tahun 2009, ratio tenaga medis per 1000 satuan penduduk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 42

68 meningkat dari 1,89 tahun 2005 menjadi 2,39 pada tahun 2009, cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan telah mencapai 100%, cakupan pelayanan Puskesmas dari tahun tetap sebesar 231,25 %, Incident rate DBD per penduduk tahun 2005 sebesar 164 menjadi 262,1 pada tahun Jumlah penderita HIV positif memiliki kecenderungan meningkat dalam empat tahun terakhir ( ). Tercatat terdapat 50 penderita di tahun 2005 dan terus meningkat selama 2006 sampai 2009 yaitu berturut-turut : 179 orang, 195 orang, 199 orang dan 323 orang. Demikian halnya dengan pengidap AIDS yang juga mengalami peningkatan selama tiga tahun berturut-turut ( ) yaitu dari 11 penderita, 25 penderita dan 33 penderita. Pada satu tahun terakhir jumlah pengidap AIDS mengalami penurunan menjadi 15 penderita di tahun Namun pada tahun 2009 jumlah penderita kembali meningkat menjadi 19 penderita. Permasalahan pelayanan urusan kesehatan yang perlu mendapat perhatian adalah menurunkan Incident rate DBD dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Berikut gambaran perkembangan pelayanan umum bidang kesehatan selama 5 tahun sebagaimana tabel dibawah ini : No Tabel 2.21 Aspek Pelayanan Umum Dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang Tahun Indikator Tahun Rasio Posyandu per satuan balita ,60 2. Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk x ,19 0, ,19 3. Rasio RS per satuan penduduk x ,16 0, ,15 4. Rasio dokter per satuan penduduk Rasio tenaga medis per satuan penduduk x , Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 58.50% 60.53% % % % 7. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan % % % % % 8. Cakupan kelurahan UCI 79,10 % 76,84% 78,5% 91% 96,65% 9. Cakupan balita gizi buruk 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % mendapat perawatan 10. Penemuan dan penanganan % 59 % 49 % 48 % 50 % penderita penyakit TBC BTA 11. Cakupan pelayanan kesehatan - 9,95% 10,73% 3,84% 9,01% rujukan pasien masyarakat miskin 12. Cakupan kunjungan bayi % 94,39 % % 106,8% 121 % 13. Cakupan puskesmas % % % % % Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 43

69 No Indikator Tahun Cakupan pembantu puskesmas 19,77 % 19,77 % 19,77 % 20,33 % 20,33% 15. Incident Rate DBD/ ,4 360,8 262,1 penduduk 16. Penemuan kasus TB BTA pos (CDR) 17. Kesembuhan penderita TB ATA pos (cure rate) 18. Klien klinik VCT test HIV 71,5 95,1 75, Prevalensi HIV AIDS per penduduk yang beresiko 1,17 1,15 1,3 2 2,2 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010 diolah No Tabel 2.22 Aspek Pelayanan Masyarakat Miskin Kota Semarang Tahun Indikator Tahun Penerima Jamkesmas (Jiwa) Penerima Jamkesda (Jiwa) Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010 diolah 3. Pekerjaan Umum Kondisi kualitas jalan terhadap panjang jalan selama 5 tahun terakhir ( ) menunjukkan perkembangan yang fluktuatif, ratio kondisi jalan dalam keadaan baik terhadap jumlah panjang jalan tahun 2005 sebesar 44,87%, tahun 2006 sebesar 44,87%, tahun 2007 sebesar 61,02%, tahun 2008 menurun menjadi sebesar 43,83%, tahun 2009 sebesar 44,01%, perubahan kondisi kualitas jalan ini dipengaruhi oleh perubahan iklim, dimana pada saat musim hujan banyak terjadi genangan air. Selain itu juga akibat terjadinya rob khususnya di sepanjang jalan daerah utara Kota Semarang. Persentase rumah tinggal bersanitasi tahun 2005 sebesar 30,25% menjadi 45,85% pada tahun Kondisi kinerja pembangunan Sanitasi selama 5 tahun ( ) dapat dilihat dari presentase sanitasi rumah tinggal pada tahun 2006 sebesar 30,25%, meningkat hingga mencapai 45,85%, pada tahun Rasio pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk tahun 2005 sebesar 576,63 menjadi 694,55 tahun 2009, rasio rumah layak huni tahun 2005 sebesar 0,0024 menjadi 0,0070 pada tahun Luas kawasan kumuh per luas wilayah selama tahun menagalami peningkatan dari sebesar 1,5 % menjadi 2,41%, namun turun pada tahun 2009 sebesar 1,66 %. Peningkatan luas kawasan kumuh lebih Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 44

70 disebabkan oleh menurunnya kualitas lingkungan akibat rob dan meningkatnya migrasi penduduk yang tidak berketrampilan dari daerah/kota lain ke Kota Semarang, sedangkan penurunan 1,66% dipengaruhi oleh adanya program pemugaran rumah kumuh. Berikut gambaran pelayanan umum bidang pekerjaan umum sebagaimana tabel dibawah ini : No Tabel 2.23 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pekerjaan Umum Kota Semarang Tahun Indikator Tahun Proporsi panjang jaringan 44,87 % 44,87 % 61,02 % 43,83 % 44,01% jalan dalam kondisi baik 2. Rasio jaringan irigasi 70% 72% 74% 75% 76% 3. Rasio tempat ibadah per 1,96 2,03 2,05 2,11 2,16 % satuan penduduk 4. Persentase rumah tinggal 30,25 % 35 % 38,89 % 40,89 % 45,85 %; bersanitasi 5. Rasio TPU per satuan 412,72 408,50 402,70 395,40 388,77 penduduk per 1000 penduduk 6. Rasio pembuangan sampah 576,63 623,51 623,56 638,54 694,55 (TPS) per satuan penduduk 7. Rasio rumah layak huni 0,0024 0,0032 0,0047 0,0061 0, Rasio permukiman layak huni 0,105 0,125 0,186 0,210 0, Panjang jalan dilalui roda ,62km 0, ,62 0, ,54 0, ,29 0, , Panjang jalan kota dalam 1.177, , , , ,65 kondisi baik (>40 km/jam) 2.673, , , , , Sempadan sungai yang 40% 46% 49% 51% 52% dipakai bangunan liar 12. Drainase dalam kondisi baik/ 49% 52% 53% 55% 57% pembuangan aliran air tidak tersumbat 13. Pembangunan turap di wilayah 5 ha 5 ha 6 ha 6 ha 7 ha jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota 14. Luas irigasi Kabupaten dalam 45% 48% 49% 49% 65% kondisi baik 15. Luas Kawasan Kumuh Luas Wilayah x100% 1,5 % 1,85 % 2 % 2,41 % 1,66 % Sumber : Data Olahan Dinas Terkait, Perumahan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perumahan di Kota Semarang selama periode dihitung dari persentase jumlah rumah tangga yang telah menggunakan air bersih terhadap jumlah seluruh rumah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 45

71 tangga. Pada tahun 2005 persentase jumlah rumah tangga yang telah menggunakan air bersih sebesar 12,63% meningkat menjadi 12,96% pada tahun Persentase jumlah rumah tangga yang memiliki sanitasi terhadap jumlah rumah tangga tahun 2005 sebesar 30,25% meningkat menjadi 48,85% pada tahun Persentase jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik terhadap jumlah rumah tangga pada tahun 2005 sebesar 89,24% meningkat menjadi 98,28% tahun 2009, jumlah rumah layak huni terhadap jumlah rumah tahun 2005 sebesar 10,50% menjadi 25,60% pada tahun Berikut gambaran perkembangan aspek pelayanan bidang perumahan selama 5 tahun ( ) sebagaimana tabel dibawah ini : Tabel 2.24 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perumahan Kota Semarang Tahun No Indikator Jumlah rumah tangga pengguna air bersih / jumlah seluruh rumah tangga x 100% Jumlah rumah tangga ber sanitasi / Jumlah seluruh rumah tangga x100% Jumlah rumah tangga pengguna listrik / Jumlah seluruh rumah tangga x100% Luas lingkungan permukiman kumuh/ Luas wilayah x 100% Jumlah rumah layak huni/ Jumlah seluruh rumah x 100% Tahun ,63 % 12,28 % 12,74 % 12,85 % 12,96 % 30,25 % 35 % 38,89 % 40,89 % 48,85 % 89,24 % 92,90 % 97,7 % 98 % 98,28 % 1,5 % 1,85 % 2 % 2,41 % 1,66 % 10,50 % 12,50 % 18,60 % 21 % 25,60 % Sumber : Data Olahan Dinas Tata Kota & Perumahan Kota Semarang, Penataan Ruang Kinerja pembangunan pelayanan urusan penataan ruang tahun dilihat dari ratio luas ruang terbuka hijau terhadap luas wilayah ber Hak Pengelolaan Lahan (HPL) dan atau Hak Guna Bangun. Pada Tahun 2005 mencapai sebesar 1,1 dan mengalami penurunan menjadi 1,06 pada tahun Jumlah bangunan ber-imb pada tahun 2005 sebesar 49,73% meningkat menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 46

72 55,01% pada tahun Persentase tersebut terus meningkat secara signifikan hingga tahun 2009 sebesar 55,01 %. Hal ini menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakat mematuhi regulasi pendirian bangunan dan semakin membaiknya pelayanan yang diberikan pemerintah daerah. Namun demikian upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kepatuhan terhadap regulasi tata ruang dan bangunan perlu diimbangi dengan pelayanan perijinan yang lebih baik. Berikut gambaran perkembangan pembangunan pelayanan umum bidang penataan ruang selama periode sebagaimana tabel berikut : Tabel 2.25 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penataan Ruang Kota Semarang Tahun No Indikator Luas ruang terbuka hijau / Luas wilayah ber HPL/HGB Jumlah bangunan ber IMB / Jumlah bangunan Tahun ,1 1,09 1,08 1,07 1,06 49,73 % 51,34 % 52,62 % 53,85 % 55,01 % Sumber : Data Olahan Dinas Tata Kota & Perumahan Kota Semarang, Perencanaan Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan pelayanan umum bidang perencanaan pembangunan daerah tahun adalah tersusunnya draft RPJPD pada tahun 2005 yang selanjutnya menjadi dokumen Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan telah tetapkan dengan Peraturan Daerah pada tahun 2009 dan tersedianya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang ditetapkan dengan oleh Peraturan Daerah. Disamping itu juga dilihat dari tersusunnya dokumen perencanaan jangka pendek yang berupa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (tahunan) atau yang disingkat RKPD yang ditetapkan dengan Peratuan Kepala Daerah. Tantangan ke depan adalah menjaga konsistensi dan kesinambungan perencanaan dengan implementasinya. Berikut gambaran kinerja perencanaan pembangunan daerah selama 5 tahun ( ) sebagaimna tabel dibawah ini : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 47

73 Tabel 2.26 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perencanaan Pembangunan Kota Semarang Tahun No Indikator Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA Ada/ tidak Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA Ada/ tidak Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA Ada/ tidak Sumber : Data Bappeda Kota Semarang, 2010 Tahun Draf Draf Draf Draf Draf Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada 7. Perhubungan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perhubungan di Kota Semarang selama periode dilihat dari jumlah arus penumpang angkutan umum selama 5 tahun yang mengalami penurunan dari penumpang pada tahun 2005 menjadi penumpang pada tahun Penurunan jumlah penumpang lebih disebabkan adanya pergeseran penggunaan moda angkutan umum ke angkutan pribadi. Persentase jumlah angkutan darat dibanding jumlah penumpang angkutan darat mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 9,30% menjadi 11,01% pada tahun 2009, jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus/stasiun KA tidak mengalami perubahan atau tetap sebanyak 7 buah. Tantangan kedepan adalah bagaimana menyediakan pelayanan angkutan massal yang murah, nyaman, aman dan tepat waktu agar kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya angkutan pribadi tidak terjadi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 48

74 Tabel 2.27 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perhubungan Kota Semarang Tahun Indikator Jumlah arus penumpang angkutan umum Rasio ijin trayek Jumlah uji kir angkutan umum Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis Jumlah angkutan darat / Jumlah penumpang angkutan darat x 100% Kepemilikan KIR angkutan umum Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) Biaya pengujian kelayakan angkutan umum Pemasangan Ramburambu Tahun ,30% 9,60% 9,21 % 10,38 % 11,01 % jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam Rp 29,- Rp 29,- Rp 29,- Rp 29,- Rp 29, Sumber : Data Olahan Dinas Perhubungan Kota Semarang, Lingkungan Hidup Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan lingkungan hidup di Kota Semarang selama periode diukur dari meningkatnya persentase penanganan sampah tahun 2005 sebesar 69% menjadi 74% pada tahun 2009; Jangkauan pelayanan pengelolaan sampah telah mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, dimana pada tahun 2009 telah menjangkau 132 Kelurahan dari 177 Kelurahan atau 74,58 % wilayah kota, dengan kemampuan pengangkutan mencapai 72 % dari seluruh produksi sampah total Kota Semarang sebesar m3/hari atau setara dengan ton. Persentase penduduk berakses air minum menurun dari 57,92% pada tahun 2005 menjadi 56,95% pada tahun Semakin besarnya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat menuntut peranserta masyarakat untuk dapat memusnahkan sampah dengan cara yang ramah lingkungan demi memperpanjang usia TPA. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 49

75 Berikut gambaran perkembangan pelayanan bidang lingkungan hidup sebagaimana tabel berikut : Tabel 2.28 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Lingkungan Hidup Kota Semarang Tahun No Indikator Persentase penanganan sampah Persentase Penduduk berakses air minum Persentase Luas pemukiman yang tertata Pencemaran status mutu air Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal. Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Penegakan hukum lingkungan Sumber: Data Olahan Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang, 2010 Tahun % 70 % 71 % 72 % 74 % % % % % % % % % % % 20 % 30 % 40 % 50 % 60 % 15% 15% 15% 20 % 20 % 10 % 18 % 32 % 40 % 50 % % % % % % 52 % 28 % 34 % 35 % 63 % 9. Pertanahan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanahan selama periode diukur dari meningkatnya persentase luas lahan bersertifikat. Pada tahun 2009 persentase luas lahan bersertifikat mencapai sebesar 72,81%. Jumlah penyelesaian kasus tanah negara pada tahun 2007 sebanyak 25 kasus, tahun 2008 sebesar 41 kasus dan tahun 2009 sebanyak 25 kasus, sedangkan jumlah penyelesaian ijin lokasi tahun 2007 sebanyak 9 ijin, tahun 2008 sebanyak 7 ijin dan tahun 2009 sebanyak 13 ijin. Antisipasi permasalahan kedepan adalah layanan fasilitasi konflik pertanahan berkaitan dengan pelayanan tertib administrasi di tingkat kelurahan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 50

76 No Tabel 2.29 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pertanahan Kota Semarang Tahun Tahun Indikator Persentase luas lahan bersertifikat Penyelesaian kasus tanah Negara Penyelesaian izin lokasi % 60% 72.81% Sumber : Data Olahan Kantor Pertanahan Kota Semarang, Kependudukan dan Catatan Sipil Kinerja pembangunan pada pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil selama 5 tahun ( ) adalah : Ratio penduduk ber KTP per satuan penduduk tahun 2005 sebesar 92,02% meningkat menjadi 95% pada tahun 2009, ratio bayi berakte kelahiran tahun 2005 sebesar 71,50% meningkat menjadi 74,77%, kepemilikan akte kelahiran per 1000 penduduk tahun 2009 sebesar 87,12% meningkat menjadi 96,68% pada tahun Peningkatan kinerja kependudukan dan catatan sipil lebih dipengaruhi oleh kesadaran penduduk yang disebabkan makin mudahnya pelayanan administrasi kependudukan dan terlaksananya kebijakan kependudukan yang serasi antara kebijakan kependudukan nasional dengan kebijakan kependudukan Kota Semarang. Berikut gambaran perkembangan pelayanan kependudukan dan catatan sipil sebagaimana tabel berikut : Tabel 2.30 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang Tahun No Indikator Rasio penduduk berktp per satuan penduduk Rasio bayi berakte kelahiran Rasio pasangan berakte nikah Tahun ,02% 92,02% 92,02% 95,2% 95 % 71,50% 74,77% 78,42% 82,88% 87,12 % 100% 100% 100% 100% 100 % Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 51

77 No Indikator Kepemilikan KTP Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk Ketersediaan database kependudukan skala provinsi Ada/tidak ada Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sudah/belum Tahun ,00% 92,00% 92,00% 95,21% 97,95% 87,12% 87,18% 87,18% 83,6% 96,68% ada ada ada ada ada belum belum belum belum belum Sumber : Data Olahan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.31 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang Tahun No Indikator Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Partisipasi perempuan di lembaga swasta Rasio KDRT Partisipasi angkatan kerja perempuan (TPAK/ Tk. Partisipasi Angk Kerja) Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan Tahun ,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 75% 80% 85% 90 % 90 % ,16 % 0,65 % 47,72 46,94 47,48 56,92 60, Sumber : Data Olahan BapermasPP & KB Kota Semarang, 2010 Pembangunan pada urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari angka partisipasi perempuan yang terus meningkat sejak tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 52

78 2005 sebesar 75% menjadi 90% pada tahun 2009, serta indeks partisipasi angkatan kerja perempuan yang juga meningkat dari 47,72 pada tahun 2005 menjadi 60,62 pada tahun Hal ini juga ditunjang juga dengan pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di tingkat Kota dan di 4 (empat) PPT Kecamatan pada tahun 2009, pada tahun 2010 bertambah 2 (dua) PPT Kecamatan dan diharapkan pada tahun 2015 di semua Kecamatan sudah terbentuk PPT, untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan korban kekerasan terhadap perempuan. 12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera selama periode sebagaimana tabel berikut. pada masing-masing indikator Tabel 2.32 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kota Semarang Tahun No Indikator TFR (Total Fertilitas Rate) Cakupan peserta KB aktif Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I Sumber : Data Olahan BapermasPP & KB Kota Semarang, 2010 Tahun ,85 2,80 2,78 2,75 2,50 78,81 % 78,81 % 78,91 % 78,93 % 78,95 % Pembangunan dalam urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera mengalami peningkatan yang cukup baik, terlihat dari indikator jumlah rata-rata kelahiran setiap 1000 wanita usia subur yang semakin menurun dari 2,85 menjadi 2,50 dalam 5 tahun terakhir artinya jumlah anak dalam setiap keluarga terdiri dari 2 3 anak dan peserta KB aktif yang meningkat dari 78,81 % pada tahun 2005 menjadi 78,95 % pada tahun Hal ini memberikan pengaruh yang positif terhadap upaya pengendalian angka kelahiran yang selanjutnya memberikan konstribusi yang besar terhadap upaya dalam menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga akan semakin rendah juga jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera I. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga secara menyeluruh Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 53

79 terutama dalam kemampuan pengasuhan dan penumbuhkembangan anak, dan peningkatan kualitas lingkungan keluarga melalui pengembangan akses terhadap kualitas hidup keluarga: ekonomi, kesehatan, pendidikan, parenting (beyond family planning) dan menggalang kemitraan dengan masyarakat, swasta dan profesi/perguruan tinggi. Permasalahan kedepan yang harus ditangani secara serius adalah meningkatkan cakupan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera. 13. Sosial Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan sosial selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. No Tabel 2.33 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Sosial Kota Semarang Tahun Indikator Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi PMKS yg memperoleh bantuan sosial Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial Tahun Sumber : Data Olahan Dinas Sosial dan Olah Raga Kota Semarang, 2010 Pembangunan pelayanan sosial di Kota Semarang selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan. Sarana sosial yang semula berjumlah 75 di tahun 2005 meningkat menjadi 103 di tahun 2009 dan saat ini terus diupayakan penanganannya oleh Pemerintah Kota. Demikian pula penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial dari tahun 2005 sebanyak menjadi di tahun Namun demikian hasilnya belum mampu menekan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) termasuk di dalamnya adalah anak jalanan. Permasalahan PMKS yang terus berkembang diantaranya disebabkan oleh persoalan tuntutan kehidupan yang semakin berat, disamping Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 54

80 persoalan kemiskinan. Oleh karena itu penanganan persoalan sosial harus dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi. 14. Ketenagakerjaan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan ketenagakerjaan selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut Tabel 2.34 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketenagakerjaan Kota Semarang Tahun No Indikator Angka partisipasi angkatan kerja Angka sengketa pengusahapekerja per tahun Tingkat partisipasi angkatan kerja Pencari kerja yang ditempatkan Tingkat pengangguran terbuka Keselamatan dan perlindungan Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah Tahun ,17 % 61,43 % 61,69 % 61,95 % 62,21 % kasus kasus kasus kasus kasus 63,45 % 65,78 % 62,52 % 64,27 % 64,75 % ,68 % 35,62 % 11,39 % 11,48 % 14,96 % 14,90 % 15,60 % 20,40 % 25 % 26,20 % perush perush perush perush perush 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % Sumber : Data Olahan Disnakertrans Kota Semarang, 2010\ Jumlah angka partisipasi angkatan kerja di Kota Semarang pada 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dari tahun 2005 sebesar 61,17% menjadi 62,21% pada tahun Tingkat partisipasi angkatan kerja juga mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya partisipasi angkatan kerja yaitu sebesar 63,45% pada tahun 2005 menjadi 64,75% di tahun 2009, sedangkan konflik antara buruh dan pengusaha terhadap kebijakan Pemerintah Kota Semarang dapat terselesaikan dengan baik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 55

81 terlihat dari menurunnya jumlah kasus sengketa pengusaha-pekerja dari 315 kasus di tahun 2005 menurun menjadi 256 kasus pada tahun Kedepan, upaya fasilitasi penciptaan lapangan kerja melalui pelatihan ketrampilan dan kewirausahaan terus ditingkatkan termasuk rencana fasilitasi hubungan industrial yang bisa memberikan solusi saling menguntungkan antara pengusaha dan pekerja, sehingga terwujud hubungan industrial yang harmonis. 15. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan koperasi, usaha kecil dan menengah selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. No Tabel 2.35 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Semarang Tahun Indikator Persentase koperasi aktif Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Jumlah BPR/LKM Usaha Mikro dan Kecil Tahun ,06 % 63,55 % 65,30 % 75,05 % 75 % Sumber : Data Olahan Dinas Koperasi & UKM Kota Semarang Prosentase koperasi aktif di Kota Semarang mengalami kenaikan dari 55,06% pada tahun 2005 menjadi 75% pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 Kota Semarang telah ditetapkan sebagai Kota Penggerak Koperasi. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM mengalami kenaikan selama kurun waktu 5 tahun, peningkatan yang terjadi setiap tahun rata-rata hampir mencapai 100 %. Demikian juga dengan perkembangan usaha mikro dan kecil. Sehingga hal tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang produktif, karena adanya pertumbuhan dan iklim usaha mikro dan kecil yang membaik dan kondusif. Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi, usaha kecil dan mikro lebih resisten dibanding perusahaanperusahaan yang lebih besar. Hal inilah yang akan terus dijaga dan ditingkatkan melalui rencana fasilitasi permodalan yang mampu mengembalikan koperasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 56

82 sebagai soko guru perekonomian masyarakat yang tidak hanya aktif namun juga benar sehat sehingga mampu menjaga pertumbuhan ekonomi terutama dari pengembangan usaha mikro dan kecil. 16. Penanaman Modal Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan penanaman modal selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.36 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penanaman Modal Kota Semarang Tahun No Indikator Tahun Jumlah investor di Kota Semarang (Penanaman Modal) Jumlah nilai investasi (Rupiah) Rasio daya serap tenaga kerja *) Penanaman Modal (Jumlah tenaga kerja) orang 0,93 0,98 1,00 1,60 1, Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi Penanaman Modal (Rp) Sumber : Data Olahan BPPT Kota Semarang, 2010 Jumlah investor dan investasi selama 5 tahun telah mengalami kenaikan. Peningkatan tersebut didukung dengan adanya layanan One Stop Service (OSS) yang memberikan kemudahan dalam mengurus perijinan disamping keamanan yang kondusif, infrastruktur meningkat lebih baik, dan promosi investasi. Kesemuanya itu akan berdampak pada meningkatnya rasio daya serap tenaga Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 57

83 kerja. Upaya peningkatan investasi kedepan, adalah perlunya dukungan peraturan yang jelas mengenai insentif investasi yang dapat diberikan oleh Pemerintah Daerah guna memacu pertumbuhan investasi. Dengan demikian perwujudan Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa akan lebih mampu bersaing dengan daerah lain dalam menarik minat investor dalam maupun luar negeri. 17. Kebudayaan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kebudayaan selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.37 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kebudayaan Kota Semarang Tahun No Indikator Penyelenggaraan festival seni dan budaya Sarana penyelenggaraan seni dan budaya Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan Tahun Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 2010 (data diolah) Penyelenggaraan festival seni dan budaya dari tahun 2005 sampai 2008 jumlahnya tetap sebanyak 45 event kegiatan, hanya pada tahun 2009 bertambah 1 event kegiatan. Kota Semarang telah memiliki sarana penyelenggaraan seni dan budaya sebanyak 55 buah dari tahun 2005 sampai tahun Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan ada 174 buah antara lain 4 kawasan sejarah budaya dan 170 buah bangunan, yang terdiri dari bangunan budaya sebanyak 3 buah, bangunan tempat ibadah sebanyak 24 buah, bangunan kesehatan sebanyak 3 buah, bangunan perkantoran 46 buah, bangunan Pemerintahan sebanyak 13 buah, bangunan pendidikan sebanyak 11 buah, bangunan pengangkutan sebanyak 3 buah, bangunan rumah tinggal sebanyak 56 buah, dan bangunan lainnya sebanyak 11 buah. Tantangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 58

84 kedepan diperlukan kegiatan-kegiatan yang lebih bisa mempromosikan kota Semarang sebagai tempat tujuan wisata, tidak lagi hanya sebagai tempat singgah sementara. Selain itu perbaikan dan penyempurnaan di bidang sarana penyelenggaraan kesenian juga diperlukan dalam mendukung bentuk promosi tersebut. Sedangkan pelestarian benda maupun bangunan cagar budaya dilakukan agar lebih bisa menonjolkan ciri dan landmark kota Semarang dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. 18. Pemuda dan Olahraga Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemuda dan olahraga selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. No Tabel 2.38 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemuda dan Olahraga Kota Semarang Tahun Tahun Indikator Jumlah organisasi pemuda Jumlah organisasi olahraga Jumlah kegiatan kepemudaan Jumlah kegiatan olahraga Lapangan olahraga Sumber : Data Olahan Dinsospora Kota Semarang, ,058 0,068 0,067 0,065 0,064*) Dari tabel tersebut diatas, menggambarkan penyelenggaraan pembangunan pemuda dan olahraga selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang membaik. Dilihat dari jumlah organisasi pemuda dan jumlah kegiatan olahraga juga mengalami peningkatan sampai dengan tahun Jumlah organisasi pemuda dari 34 di tahun 2005 menjadi 47 di tahun Untuk jumlah kegiatan kepemudaan dan kegiatan olah raga masing-masing meningkat dari 2 kegiatan menjadi 7 kegiatan kepemudaan dan dari 6 kegiatan menjadi 19 kegiatan olah raga dalam 5 tahun terakhir ini. Namun dilihat dari sarana olah raga, rasio sarana dan prasarana olah raga semakin menurun. Hal ini dikarenakan jumlah lapangan olah raga yang cenderung tidak bertambah dibanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Permasalahan kedepan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 59

85 berkaitan dengan pelayanan olah raga dan kepemudaan adalah upaya pembinaan dini terhadap pemuda melalui pendekatan institusional baik melalui institusi pendidikan, sekolah dan pramuka maupun institusi kepemudaan seperti KNPI dan Karang Taruna. Sedangkan untuk ketersediaan sarana dan prasarana olah raga dengan standar nasional saat ini masih terbatas dan belum terkelola dengan baik. Oleh karena itu upaya yang dilakukan yaitu dengan perbaikan dan peningkatan sarana yang ada serta pembangunan pusat olah raga (Sport center) yang baru. 19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut : No Tabel 2.39 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kota Semarang Tahun Indikator Kegiatan Pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP Kegiatan pembinaan politik daerah Sumber :Badan Kesbangpolinmas data diolah, 2010 Tahun kgt 16 kgt 14 kgt 12 kgt 6 kgt Keberhasilan pembangunan demokrasi telah berhasil memantapkan peran masyarakat terutama dari sisi kemandirian organisasi baik LSM,Ormas maupun OKP. Dari tabel diatas menggambarkan, pelayanan urusan kesatuan dan politik dalam negeri menunjukkan peran Pemerintah semakin tahun semakin menurun.hal ini disebabkan tanggungjawab dan pelaksanaan kegiatan pembinaan politik daerah yang semula dilakukan oleh Pemerintah (Kesbanglinmas) secara bertahap dilakukan oleh KPU,Panwaslu dan Parpol. Persoalan kedepan adalah bagaimana membangun sinergitas seluruh kekuatan LSM, Ormas dan OKP yang ada untuk bersama-sama membantu Pemerintah Kota Semarang dalam mewujudkan visi dan misi sesuai dengan kompetensi masing-masing. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 60

86 20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian. Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan otonomi daerah, Pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.40 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Kota Semarang Tahun No Indikator Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk Jumlah Linmas per Jumlah Penduduk Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah (Ada tidak) Penegakan PERDA Tahun tidak tidak ada ada ada 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % Cakupan patroli petugas Satpol PP Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kota Cakupan pelayanan bencana kebakaran Kota Semarang Tingkat waktu tanggap Jumlah ketepatan waktu tindakan pemadam kebakaran 23 orang 125 x 57 orang 180 x 50 orang 125 x 57 orang 224 x 154 orang 600 x ,0011% 0,0011% 0,0010% 0,0011% 0,0011% 15 menit 20% Sumber : Bappeda (data di olah 2009) 15 menit 14,68% 15 menit 17% 15 menit 13,66% 15 menit 11,9% Tabel di atas menggambarkan bahwa kondisi aspek pelayanan umum dalam Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian dapat dilihat dari rasio Polisi Pamong Praja, Linmas maupun poskamling yang menunjukan peningkatan. Rasio jumlah Linmas meningkat dari 31,17 pada tahun 2005 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 61

87 menjadi 35,22 di tahun Sistem Informasi Pelayanan Perijinan dan Administrasi Pemerintah sudah mulai diberlakukan sejak 3 tahun terakhir, telah menunjukkan perkembangan yang positif bila dilihat dari jumlah pengaduan yang masuk. Namun demikian, kedepan diperlukan pelayanan yang tidak mengedepankan aspek represif tetapi lebih ke tindakan preventif. 21. Ketahanan Pangan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan ketahanan pangan selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. No Tabel 2.41 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketahanan Pangan Kota Semarang Tahun Indikator 1. Ketersediaan pangan utama (kg/1.000 pddk) No Tahun Sumber:Kantor Ketahanan Pangan tahun 2010 (data diolah) Bahan Pangan Tabel 2.42 Produksi Bahan Pangan Kota Semarang Tahun Tahun Padi (Ton) Jagung (Ton) Kedelai (Ton) Susu (Liter) Daging (Kg) - Daging Non Unggas - Daging Unggas Telur (Kg) Sumber:Dinas Pertanian Tahun 2010 (data diolah) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 62

88 Kota Semarang telah memiliki beberapa regulasi tentang ketahanan pangan baik dalam bentuk Peraturan Walikota, Surat Keputusan Walikota dan Surat Edaran Walikota. Peraturan Walikota Semarang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kota Semarang tanggal 25 Maret Surat Walikota Semarang Nomor 501/908 tanggal 30 Maret 2009 perihal Penumbuhan Cadangan Pangan Pemerintah Kelurahan. Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa ketersediaan pangan utama mengalami peningkatan yang signifikan dengan rata-rata pertahunnya adalah 13,7%. Walaupun dilihat dari ketersediaan pangan utama menunjukan peningkatan yang positif, namun antisipasi kedepan diperlukan upaya serius untuk membudayakan penganekaragaman makanan sebagai upaya subtitusi dari pangan utama. 22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa di Kota Semarang selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. No Tabel 2.43 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kota Semarang Tahun Tahun Indikator LPM Berprestasi PKK aktif Posyandu aktif Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan masyarakat Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat Sumber : Data Olahan BapermasPP & KB Kota Semarang, % 100 % 100 % 100 % 100 % 99,57 % 99,72 % 99,72 % 99,86 % 100 % Dari tabel di atas dijelaskan bahwa kinerja pelayanan umum dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan desa dapat dilihat dari kinerja LPM,PKK dan Posyandu Aktif. Jumlah Posyandu aktif sampai dengan tahun 2009 telah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 63

89 menunjukan kinerja optimal. Dukungan Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan masyarakat dan Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat pada tahun 2009 juga telah mencapai 100%. Salah satu akibat dari meningkatnya program tersebut adalah meningkatnya lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) yang berprestasi dengan kenaikan rata-rata 2,7%. Jumlah LPM yang berprestasi diharapkan terus meningkat dikarenakan swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan akan terus dioptimalkan. 23. Statistik Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan statistik selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.44 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Statistik Kota Semarang Tahun No Indikator Tahun Buku Daerah Dalam Angka ada ada ada ada ada Ada/Tidak Buku PDRB Daerah ada ada ada ada ada Ada/Tidak Sumber : BPS Kota Semarang, 2010 Dari tabel urusan statistik diatas menggambarkan bahwa dokumendokumen yang tersedia dari tahun ke tahun tetap ada. Namun demikian, diperlukan tambahan kelengkapan data dan informasi terutama untuk data-data yang bersifat khusus dan olahan. 24. Kearsipan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kearsipan selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 64

90 No Tabel 2.45 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kearsipan Kota Semarang Tahun Tahun Indikator Pengelolaan arsip secara baku Peningkatan SDM pengelola kearsipan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 1 keg 2 keg 2 keg 3 keg 4 keg Sumber : Data Olahan Kantor Perpustakaan Daerah dan Arsip Kota Semarang, 2010 Tabel tersebut di atas menggambarkan bahwa tatakelola kearsipan semakin meningkat baik dilihat dari pengelola kearsipan maupun peningkatan SDM. Selaras dengan perkembangan teknologi, pengelolaan arsip harus dapat mengantisipasi arsip berujud digital, sehingga dapat diakses secara online oleh masyarakat yang lebih luas. 25. Komunikasi dan Informatika Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan komunikasi dan informatika di Kota Semarang selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. No Tabel 2.46 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Komunikasi dan Informatika Kota Semarang Tahun Indikator Jumlah jaringan komunikasi Rasio wartel/warnet terhadap penduduk Jumlah surat kabar nasional/lokal Jumlah penyiaran radio/tv lokal Web site milik pemerintah daerah Pameran/expo Tahun / 1 53 / 1 59 / 1 62 / 1 75 / 1 Radio : 34 Tv : tidak ada ada ada ada Sumber : Data Olahan Bag. Humas Setda Kota Semarang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 65

91 Dari tabel tersebut diatas menggambarkan bahwa jaringan komunikasi, penyiaran radio/tv lokal, website milik Pemerintah Kota semakin meningkat hal ini untuk menunjang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses program dan kegiatan Pemerintah Kota. Harapan kedepan perlu ditingkatkan kualitas komunikasi dua arah antara Pemerintah dengan masyarakat termasuk didalamnya adalah upaya pencitraan positif Kota semarang. 26. Perpustakaan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perpustakaan selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.47 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perpustakaan Kota Semarang Tahun No Indikator Tahun Jumlah perpustakaan Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun (orang) Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah (buah) Sumber : Data Olahan Kantor Perpustakaan & Arsip Kota Semarang, 2010 Dari tabel tersebut diatas menggambarkan bahwa rata rata jumlah perpustakaan dari tahun ke tahun meningkat 4,5%. Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya baca, jumlah pengunjung di perpusatakaan meningkat dengan rata-rata 22,6% pertahun. Namun demikian peningkatan tersebut belum mampu diimbangi oleh layanan penyediaan buku. Kedepan Perpustakaan akan dikembangkan dengan penerapan teknologi informasi sesuai tuntutan masyarakat Fokus Layanan Urusan Pilihan 1. Pertanian Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanian selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 66

92 Tabel 2.48 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pertanian Kota Semarang Tahun No 1. Indikator Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar (ton) Tahun Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap PDRB Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB Cakupan bina kelompok petani Hb: 1.27% Hk: 1.28% Hb: 0,57% Hk: 0,56% Hb: 0,08% Hk: 0,07% 1.21 % 1.25 % 0,54 % 0,54 % 0,07 % 0,07 % 1.20 % 1.21 % 0,53 % 0,53 % 0,07 % 0,07 % 1.15 % 1.19 % 0,50 % 0,52 % 0,07 % 0,07 % 1.15 % *) 1.16 % *) 0,50 % 0,52 % 0,07 % 0,07 % 100% 100% 100% 100% 100% 0,00% 0,00% 0,00% 2,618% 7,059% Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009 Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal mencapai kenaikan rata-rata sebesar 10, 8% dari tahun 2005 sampai tahun Sebaliknya Kontribusi sektor pertanian baik pertanian/perkebunan, palawija, tanaman keras dan produksi kelompok tani terhadap PDRB selama kurun waktu 5 tahun terakhir relatif agak mengalami penurunan. Hal tersebut merupakan akibat perubahan fungsi lahan pertanian menjadi permukiman sebagai akibat berkembangnya sebuah kota. Upaya untuk terus mempertahankan budi daya pertanian dilakukan dengan meningkatkan cakupan pembinaan kelompok tani. Cakupan bina kelompok tani yaitu kelompok tani yang mendapatkan bantuan dari pemerintah kota. Jumlah kelompok tani yang mendapatkan bantuan dari tahun 2008 sebanyak 2,618% meningkat menjadi 7,059% pada tahun Diharapkan program bina kelompok petani akan terus ditingkatkan dalam upaya untuk dapat meningkatkan produktivitas dan kontribusinya terhadap PDRB. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 67

93 2. Kehutanan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kehutanan selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut : No Tabel 2.49 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kehutanan Kota Semarang Tahun Tahun Indikator Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Kerusakan Kawasan Hutan Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB 8,14% 22,05% 17,02% 19,27% 80,65% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Hb: % Hk: % % % % % Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang % % % % Sebagaimana wilayah perkotaan yang lain, kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB pasti relatif kecil. Namun demikian upaya untuk melakukan konservasi dan rehabilitasi hutan khususnya hutan rakyat akan terus dilakukan. Pada tahun mengalami peningkatan yang signifikan hingga 80,65%. Salah satu upaya nyata untuk mendorong adalah pelaksanan program Konservasi Lahan Semarang Atas dan Pengentasan Kemiskinan (KLSAPK). 3. Energi dan Sumber Daya Mineral Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan energi dan sumberdaya mineral selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. No Tabel 2.50 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Semarang Tahun Tahun Indikator Kontribusi sektor pertambangan thd PDRB HB: 0.20 % HK: 0.18 % 0.20 % 0.17 % 0.19 % 0.17 % Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang, % 0.16 % 0.17 % 0.16 % Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 68

94 Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB dari tahun 2005 hingga tahun 2009 mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi dikarenakan kegiatan pertambangan khususnya bahan tambang galian C memang sedikit demi sedikit dikurangi aktivitasnya. 4. Pariwisata Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pariwisata selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.51 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pariwisata Kota Semarang Tahun No Indikator Tahun Kunjungan wisata Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB 0.18 % 0.18% 0.18 % 0.18 % 0.18 % Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto 2008, BPS Kota Semarang Kunjungan wisatawan terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2005 sebanyak wisatawan meningkat menjadi wisatawan pada tahun Keadaan ini tercipta karena semakin banyaknya event kegiatan pariwisata maupun kegiatan bisnis. Kunjungan wisata akan terus meningkat seiring dengan membaiknya kualitas sarana prasarana, obyek maupun destinasi wisata yang menarik dan terintegrasi. 5. Kelautan dan Perikanan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kelautan dan perikanan selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 69

95 No Tabel 2.52 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kelautan dan Perikanan Kota Semarang Tahun Indikator Tahun Produksi perikanan 103 % 101,95 % 101,83 % 112 % 106 % 2. Konsumsi ikan 100,3 % 100 % 99,7 % 100,2% 99,8% 3. Cakupan bina kelompok nelayan 37,5 % 25 % 37,5 % 62,5 % 100 % 4. Produksi perikanan laut 81,8 % 92,2 % 94,7 % 112 % 98,9% Sumber : Dinas Kelautan dan Perikananan Kota Semarang, 2010 No Tabel 2.53 Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Kota Semarang Tahun Uraian 1. Produksi perikanan budidaya (Ton) 2. Produksi perikanan tangkap(ton) Tahun Sumber : Dinas Kelautan dan Perikananan Kota Semarang, ,8 473,4 408,4 473, ,88 64,9 67,81 137,7 123,41 Produktivitas perikanan selama lima tahun terahir menunjukan hasil yang positif, walaupun ada masa-masa dimana terjadi penurunan produksi. Capaian kinerja pelayanan bidang perikanan kelautan tidak lepas dari upaya Dinas Perikanan dan Kelautan dalam membina kelompok-kelompok nelayan yang ada. Tantangan ke depan adalah bagaimana menjaga kelestarian sumber daya hayati perikanan agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya kemakmuran nelayan tanpa merusak lingkungan termasuk di dalamnya adalah upaya antisipasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 70

96 6. Perdagangan Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perdagangan selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.54 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perdagangan Kota Semarang Tahun No 1. Indikator Kontribusi sektor Perdagangan thd PDRB Tahun HB: % HK: % % % % % % % % *) % *) Ekspor Bersih Perdagangan (US$) , , , , ,95 Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal Jumlah sarpras perdagangan a. Pasar tradisional b. Pasar modern (swalayan) c. Retail modern 39% 45% 66% 27% 21% Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009 Data Olahan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang Meningkatnya eksport perdagangan tidak lepas dari kinerja pelayanan urusan perdagangan. Hasil tersebut tampak dari besarnya kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB yang rata-rata mencapai 30 % dari harga konstan. Berbagai layanan kemudahan eksport yang didukung sarana prasarana yang mencukupi menjadikan urusan perdagangan mampu menjadi unggulan. Pelayanan dukungan promosi maupun peningkatan kualitas produk unggulan terus dilakukan seiring dengan persaingan global yang makin tajam. Persoalan urusan perdagangan adalah bagaimana Kota Semarang mampu menjadikan kota perdagangan sehingga mampu merebut peluang sebagai pusat ekspor barang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 71

97 7. Perindustrian Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perindustrian selama periode pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut : Tabel 2.55 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perindustrian Kota Semarang Tahun No Indikator Tahun Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB HB26.96 % HK:27.84% % % % % % % % % 2. Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri 3. Pertumbuhan Industri. 3,8 % 3,6 % 3,9 % 3,9 % 3,9 % 13,6 % 2,6 % 10,6 % 5,9 % 0,17 % 4. Cakupan bina kelompok pengrajin 29% 38% 47% 34% 26% Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009 Data Olahan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang Kinerja pelayanan sektor perdagangan sebenarnya tampak dari seberapa besar cakupan bina kelompok pengrajin. Semakin besar cakupan bina kelompok pengrajin maka akan semakin besar pula kontribusi sektor industri terhadap PDRB. Sektor industri merupakan sektor unggulan yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB. Oleh karena itu layanan pengembangan industri harus tetap dilaksanakan dengan tetap mengedepankan tumbuhnya iklim investasi yang kondusif dengan memperbesar cakupan industry kecil menengah serta ramah lingkungan. 8. Transmigrasi Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan transmigrasi selama periode tidak menghasilkan kinerja mengingat sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 72

98 berkembangnya semangat otonomi daerah, minat masyarakat untuk mengikuti transmigrasi tidak ada walaupun upaya untuk melakukan dorongan dan motivasi terus dilakukan ASPEK DAYA SAING Daya saing merupakan kemampuan sebuah daerah untuk menghasilkan barang dan jasa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat. Daya saing daerah di Kota Semarang dapat dilihat dari aspek kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia. 1. Kemampuan Ekonomi Daerah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi pendapatan yang adil dan merata. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan banyak membawa tingkat kesejahteran masyarakat manakala pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat sedangkan masyarakat lain tidak menikmati. Kemampuan ekonomi juga dapat dilihat dari produktivitas pada masing-masing sektor lapangan usaha PDRB Kota Semarang. Produktivitas sektor PDRB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sebesar 14,69 % per tahun. Tabel 2.56 Aspek Daya Saing dalam Bidang Kemampuan Ekonomi Daerah Kota Semarang Tahun Uraian Produktivitas daerah setiap sektor 1. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perush Jasa Sumber : Semarang Dalam Angka th Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 73

99 Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kota Semarang adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Industri Pengolahan serta sektor usaha bangunan. Pada tahun 2009 kontribusi masingmasing sektor usaha tersebut adalah sebagai berikut : Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 29,86 %, industri pengolahan sebesar 24,52 %, dan sektor bangunan sebesar 19,27%. Hal tersebut menggambarkan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat Kota Semarang didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Sektor perdagangan dan jasa inilah yang akan kembangkan sebagai aktivitas utama warga masyarakat. 2. Fasilitasi Wilayah/Infrastruktur Pembangunan infrastruktur akan meningkatkan mobilitas manusia dan barang antar daerah dan antara kabupaten/kota, yang meliputi fasilitas transporlasi (jalan, jembatan, pelabuhan), fasilitas kelistrikan, fasilitas komunikasi, fasilitas pendidikan, dan fasilitas air bersih. Tersedianya infrastruktur yang memadai merupakan nilai tambah bagi perwujudan pembangunan suatu kota. a. Aksesbilitas Daerah Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah Timur (Surabaya) dan Selatan (Jogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah. Kondisi infrastruktur merupakan unsur penting yang perlu mendapatkan perhatian agar dapat berfungsi dengan optimal.dalam mendukung aksesibilitas, Kota Semarang memiliki panjang jalan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir ini yaitu 2.762,62 km tahun 2005 menjadi 2.778,29 km pada tahun Daya saing lainnya di bidang Sarana prasarana perhubungan adalah dimilikinya pelabuhan udara/laut, terminal bus, stasiun kereta api yang mampu menghubungkan seluruh kota di Indonesia. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 74

100 Tabel 2.57 Aspek Daya Saing dalam Bidang Aksesibilitas Daerah Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan 0,0040 0,0037 0,0034 0,0032 0, Panjang jalan 2.762, , , , ,29 - Jumlah kendaraan Jumlah orang/penumpang terangkut angkutan umum - orang terangkut barang terangkut Jumlah orang.barang melalui dermaga/bandara/ terminal - Dermaga - orang barang Bandara - orang barang Terminal - orang Sumber : Data Olahan Dinhubkominfo Kota Semarang, 2010 b. Penataan wilayah Sebagaimana Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, penataan wilayah Kota Semarang terbagi menjadi kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan Lindung, meliputi kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, kawasan lindung setempat dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan >40% yang tersebar di wilayah bagian Selatan. Kawasan lindung setempat adalah kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan waduk, dan sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana merupakan kawasan yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan tanah. Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang secara karakteristik wilayah dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah. Kawasan yang dikembangkan berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah adalah sebagai berikut :Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan Permukiman, perdagangan dan Jasa, Kawasan Pendidikan, Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran, Kawasan Industri, Kawasan olahraga, Kawasan Wisata /Rekreasi, Kawasan perumahan dan permukiman, Kawasan pemakaman Umum, Kawasan Khusus dan Kawasan Terbuka Non Hijau. Namun seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan Kota terdapat kompensasi yang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 75

101 tak bisa dihindari dalam tata guna lahan, yaitu tingginya ratio perubahan alih fungsi lahan. Hal ini ditandai dengan timbulnya pusat-pusat kegiatan baru seperti kawasan industri, perdagangan/jasa dan tumbuhnya kawasan-kawasan permukiman daerah pinggiran kota. c. Ketersediaan air bersih Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kota Semarang pada saat ini terbagi ke dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem non perpipaan yang dikelola secara mandiri oleh penduduk. Untuk pelayanan dengan sistem perpipaan meliputi hampir seluruh kecamatan-kecamatan di Kota Semarang, kecuali Kecamatan Mijen dan Kecamatan Gunungpati, Pemanfaatan air tanah (non perpipaan), khususnya di Kota Semarang bagian bawah, seharusnya dihindarkan untuk menghindarkan dampak lingkungan yang terjadi. Sistem jaringan perpipaan di Kota Semarang ini pelayanan dan pengelolaannya dilakukan oleh PDAM dengan cakupan pelayanan 15 kecamatan dari 16 kecamatan yang ada di Kota Semarang. Daya saing ketersediaan air besih akan semakin membaik dengan selesainya pembangunan waduk Jatibarang. Tabel 2.58 Aspek Daya Saing dalam Bidang Ketersediaan Air Bersih Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Persentase RT menggunakan air 33,08 32,01 32,74 31,52 29,05 bersih - Pemakaian Air Bersih RT RT berlangganan PDAM Jumlah RT Sumber : Data Olahan Kantor PDAM Kota Semarang, 2010 d. Fasilitas listrik dan telepon Perkembangan jaringan telekomunikasi beberapa tahun terakhir cukup menggembirakan, terlihat dengan banyaknya satuan sambungan yang dipasarkan kepada masyarakat. Jika dilihat dari sebaran tiap kecamatan yang ada, maka jaringan telepon telah menjangkaunya seluruh kelurahan yang ada di tiap-tiap kecamatan. Ketersediaan daya listrik sangat memungkinkan bagi pengembangan investasi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 76

102 Tabel 2.59 Aspek Daya Saing dalam Bidang Fasilitas Listrik dan Telepon Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Rasio ketersediaan daya listrik - Daya listrik terpasang (semua gol tarif) 789,384, ,093, ,034, *) *) - Kebutuhan Prosentase RT yang menggunakan listrik 85% 85% 86% 81% 73% - RT yang menggunakan listrik 290, , , *) *) - Jumlah RT 341, , , , ,806 Prosentase penduduk yang menggunakan HP/Telpon - 58,12/56,10 64,79/35,11 74,65/31,93 - Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2009, BPS Kota Semarang e. Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Tersedianya fasilitas hotel dan restoran merupakan capaian kinerja daya saing bidang perdagangan dan jasa. Pertumbuhan Hotel darn Restoran baru yang terjadi selama ini merupakan salah satu bahwa pertanda bahwa potensi ekonomi masyarakat masih akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Tabel 2.60 Aspek Daya Saing dalam Bidang Ketersediaan Perdagangan dan Jasa Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun Restoran Rumah Makan Cafe Hotel Berbintang Hotel non Berbintang Pasar Tradisional Pasar Kota Pasar Wilayah Pasar Lingkungan Pasar Modern Mall/ Plaza Swalayan/Supermarket/Toserba Pasar Grosir Sumber : Data Olahan Bappeda Kota Semarang, Fasilitas Iklim Berinvestasi Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar yang berpengaruh terhadap kegiatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 77

103 investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antar lain fasilitas keamanan dan ketertiban wilayah, kemudahan proses perjinan, dan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing. Dilihat peringkat daya saing investasi, sebagaimana berikut. Tabel 2.61 Aspek Daya Saing Investasi dalam Bidang Peringkat Penghargaan Investasi Daerah Kota Semarang Tahun Nama Prestasi Tahun Pro Investasi se-jawa Tengah Peringkat 3 - Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 6 2. Kemudahan Investasi Kota Besar Indonesia Peringkat Sertifikasi ISO Perijinan Sumber BPPT Kota Semarang a. Keamanan dan Ketertiban Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban sampai dengan tahun 2009 relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitass, unjuk rasa dan mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh apratur pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya. Tabel 2.62 Aspek Daya Saing bidang Iklim Berinvestasi Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Angka Kriminalitas - Jumlah Kriminalitas Pertikaian antar warga Jumlah Demo - Unjuk rasa (politik & ekonomi) Mogok kerja Sumber : 8 Kel. Data Pengembangan SIPD, BPS Kota Semarang 2010 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 78

104 b. Kemudahan Perijinan Faktor pendukung yang sangat erat kaitannya dalam melakukan investasi adalah prosedur dan tata cara perolehan ijin atau pengurusan ijin untuk berinvestasi. Proses perijinan dalam berinvestasi dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu (One Stop Services), melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang. Kepastian prosedur, waktu dan keamanan perijinan merupakan kinerja utama pelayanan investasi. Tabel 2.63 Aspek Daya Saing dalam Bidang Kemudahan Perijinanan Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Lama proses perijinan - Jumlah ijin Jumlah hari (x) (x) sesuai SPP sesuai SPP sesuai SPP Catatan : (x) Data tidak tersedia Sumber : Data Olahan SPP-BPPT Kota Semarang, 2010 Dengan rangka memberikan kemudahan Pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah Kota telah melaksanakan pelayanan perijinan sesuai dengan SPP (Standar Pelayanan Publik) dengan menjalankan OSS (one Stop Service) secara konsisten, sehingga tercipta citra yang positif mengenai iklim investasi. c. Pengenaan Pajak Daerah Penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) salah satunya berasal dari Pos Pajak Daerah yang pelaksanaannya mendasarkan pada Peraturan perundangudangan yang berlaku. Perkembangan penerimaan pajak selama tahun 2005 sampai dengan 2009 mengalami pertumbuhan yang meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 22% per tahun. Pada tahun 2005 penerimaan pajak daerah sebanyak Rp ,- sampai dengan tahun 2009 menjadi sebesar Rp ,-. Sedangkan jenis dan klasifikasi pengenaan pajak daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Semarang No. 10 Tahun 2007 tentang Biaya Pemungutan Pajak Daerah. Upaya penyesuaian terhadap regulasi yang baru mutlak segera dilakukan agar daya saing di bidang pajak mampu segera diakomodasi. Secara rinci penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) kota Semarang selama kurun waktu lima tahun sebagaimana tabel berikut. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 79

105 Tabel 2.64 Aspek Daya Saing bidang Pengenaan Pajak Daerah Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Pajak Daerah - Pajak daerah Pajak Restoran Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian C Pajak Parkir Pajak Hiburan Retribusi Daerah - Rtribusi dari Dinas Pendidikan Retribusi dari Dinas Kesehatan Retribusi RSUD Retribusi DPU Retribusi DTKP Retribusi Dinas Kebakaran Retribusi Pertamanan Retribusi BLH Retribusi Kebersihan Retribusi Dispenduk Capil Retribusi Dinas Budaya Pariwisata Retribusi Dinas Pasar Retribusi Dinas Perhubungan - Tempat Khusus Parkir Tempat Terminal Tempat Pengujian Kendaraan Parkir tepi jalan umum Retribusi Sekda Retribusi Disospora Retribusi PSDA Retribusi Bina Marga Retribusi PJPR Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak - PBB BPHTB PPH OPDN & Pasal PPH Ps 25/ SDA BahanBakar Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor Bagi Hasil P2AP Sumber : Data Olahan DPKAD Kota Semarang, Sumber Daya Manusia Jumlah penduduk suatu daerah bisa jadi merupakan asset manakala kualitas tenaga kerja yang tersedia sama dengan lapangan kerja yang tersedia. Struktur dan Komposisi penduduk berdasarkan rasio ketergantungan penduduk semarang masih sangat ideal. Sedangkan dari sisi kualitas sumber daya manusia, dengan banyaknya perguruan tinggi dan lembaga-lembaga ketrampilan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 80

106 yang ada, akan mampu menopang kebutuhan pasar. Secara umum daya saing sumber daya manusia dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 2.65 Aspek Daya Saing dalam Bidang Sumber Daya Manusia Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Penduduk < 15 dan > 64 tahun 370, , , , , Penduduk tahun 1,050,184 1,061,001 1,075,885 1,095,661 1,114,359 Rasio Ketergantungan 35.25% 35.16% 35.20% 35.23% 35.23% sumber : Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang Th Aspek daya saing PTN/PTS merupakan daya tarik yang strategis yang dapat berfungsi sebagai multiplier effect pada kawasan pinggiran yang pertumbuhannya stagnan atau belum berkembang, sehingga dapat meningkatkan investasi dan sebagai upaya pemerataan pertumbuhan wilayah pinggiran. Tabel 2.66 Aspek Daya Saing dalam Jumlah PTN/ PTS di Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Perguruan Tinggi Negeri Perguruan Tinggi Swasta sumber : Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang Th Dilihat dari tabel diatas dari tahun 2005 sampai dengan 2009 jumlah PTS di Kota Semarang menunjukkan peningkatan yang cukup baik, hal ini dimungkinkan karena kondisi Kota Semarang yang kondusif dan aman, sehingga menjadi salah satu faktor daya tarik orang tua untuk menyekolahkan anaknya di Kota Semarang. Semakin berkembangnya sarana prasarana kesehatan yang lebih lengkap dan modern di Kota Semarang, diharapkan dapat menjadikan Kota Semarang sebagai kota destinasi bagi masyarakat luar untuk datang dengan tujuan memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik. Dilain pihak dengan semakin adanya kemudahan dalam berinvestasi dan didukung dengan infrastruktur Kota yang memadai diharapkan Semarang juga Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 81

107 menjadi tujuan investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk pelayanan kesehatan. Tabel 2.67 Aspek Daya Saing dalam Jumlah Sarana Prasarana Rumah Sakit di Kota Semarang Tahun No. Uraian Tahun Rumah Sakit Umum Type A Type B Type C Type D Type E Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Paru-paru Rumah Sakit Kusta Rumah Sakit OP Rumah Sakit Bedah Plastik Rumah Sakit Bersalin Rumah Sakit Ibu & Anak (RSIA) Rumah Bersalin/ Pondok Bersalin Puskesmas - Puskesmas Perawatan Puskesmas non Perawatan Puskesmas Pembantu Puskesling Kelurahan PKMD Posyandu yang ada Posyandu yang aktif Kader Kesehatan yang ada Kader Kesehatan yang aktif Apotik Pedagang Besar Farmasi Industri Farmasi Laboratorium Klinik Swasta sumber : Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang Th Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun II - 82

108 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menetapkan dan mengatur pembagian kewenangan dan pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab sesuai dengan azas kepatutan dan rasa keadilan. Pemerintah Kota Semarang dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 jo. Pemendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan secara spesifik pengelolaan keuangan Daerah Kota Semarang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan instrumen yang menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah. Struktur APBD Kota Semarang terdiri dari (1) Penerimaan Daerah yang didalamnya terdapat pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah; (2) Pengeluaran Daerah yang didalamnya terdapat Belanja Daerah dan (3) Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-1

109 Pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah, sehingga analisis pengelolaan keuangan daerah menjelaskan tentang aspek kebijakan keuangan daerah, yang berkaitan dengan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah guna mewujudkan visi dan misi. Selama lima tahun terakhir ( ) kebijakan pengelolaan keuangan daerah meliputi kebijakan penerimaan keuangan daerah dan pengeluaran keuangan daerah seperti yang digambarkan pada Tabel berikut : Tabel 3.1 Realisasi Pengelolaan Keuangan Kota Semarang Tahun Realisasi Tahun (Rp.) Uraian a. Pendapatan b. Belanja Langsung c. Penerimaan Pembiayaan d. Pengeluaran Pembiayaan Sumber data : Buku APBD Kota Semarang, Tahun PENDAPATAN DAERAH Pendapatan daerah merupakan penerimaan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan di daerah yang diperoleh dari sumbersumber penerimaan daerah antara lain Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan Lain-lain pendapatan yang sah. Kapasitas keuangan Daerah akan menentukan kemampuan pemerintah Daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan masyarakat. Analisis kemampuan Pemerintah dapat diukur dari penerimaan pendapatan daerah selama 5 tahun terakhir ( ) yang terus menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun dengan rata-rata peningkatan pendapatan daerah pertahun sebesar 18,54%, secara rinci seperti terlihat pada tabel dibawah ini : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-2

110 Tabel 3.2 Rata-rata Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi Pendapatan Daerah Kota Semarang Tahun No Uraian Periode (dalam Rp ) Pertmbh Proporsi rata2 Rata2 1 PENDAPATAN ,54% 1.1 Pendapatan Asli Daerah ,79% 20,92% Pajak Daerah ,72% Retribusi Daerah ,31% Hasil Pengelolaan Keuangan daerah yg dipisahkan ,59% Lain-lain PAD Yg Sah ,82% 1.2 Dana Perimbangan ,47% 68,30% Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak ,67% DAU ,12% DAK ,59% 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yg Sah ,52% 10,78% Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya ,75% Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya ,99% Sumber: DPKAD Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-3

111 Berdasarkan tabel rata-rata realisasi pertumbuhan dan kontribusi rata-rata selama 5 tahun terakhir ( ) sebesar 18,54 % per tahun dan kontribusi pertumbuhan rata-rata per-obyek pendapatan terhadap total pendapatan daerah dominasi paling besar adalah dana perimbangan dengan persentase sebesar 68,30% dari Total Pendapatan, sedangkan PAD sebesar 20,92% dan Lain-lain pendapatan yang sah sebesar 10,78%. Perkembangan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun (tahun ) sebesar 12,79% per tahun, hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan daerah telah berhasil melampaui target yang direncanakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang tahun yang ditargetkan sebesar 12,5% per tahun. Pencapaian target tersebut merupakan wujud keseriusan Pemerintah Kota Semarang dalam menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD). Kebijakan pemerintah Kota Semarang dalam upaya meningkatkan PAD dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber PAD yaitu dengan melakukan langkah-langkah identifikasi sumber-sumber pendapatan potensial maupun penyesuaian tarif retribusi/ pajak daerah yang sudah tidak relevan dengan perkembangan kondisi dengan tidak membebani masyarakat. Namun demikian jika dilihat dari kontribusi PAD terhadap penerimaan pendapatan daerah masih relatif kecil, ketergantungan Pemerintah Kota Semarang terhadap Pemerintah Pusat dan Provinsi masih cukup tinggi. Kontribusi penerimaan yang berasal dari dana perimbangan sebesar 68,30%, PAD sebesar 20,92%, dan lain-lain penerimaan pendapatan daerah yang sah sebesar 10,78%, hal tersebut dapat diartikan bahwa kemandirian Keuangan Daerah Kota Semarang dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masih bergantung pada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi. Perkembangan realisasi Penerimaan Daerah dari Dana Perimbangan juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 16,47% per tahun, dengan kontribusi terbesar pada pos Dana Alokasi Umum (DAU) yang mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 22,12% per tahun. Kenaikan Penerimaan Dana Perimbangan tersebut menggambarkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-4

112 dalam menggali potensi pada pos-pos Dana Perimbangan menunjukkan hasil yang positif. Pos Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah juga mengalami pertumbuhan yang meningkat, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan. Penerimaan pada Pos ini berumbser dari Bantuan Keuangan Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kota untuk mendanai program/kegiatan pembantuan yang ada di Kota Semarang. Berdasarkan kinerja pertumbuhan dan kontribusi pendapatan daerah rata-rata selama 5 tahun terakhir, untuk pemenuhan pendanaan pembangunan dalam RPJMD Kota Semarang Tahun kebijakan pengelolaan keuangan daerah diarahkan pada peningkatan kemandirian keuangan daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan melalui upaya intensifikasi dan ektensifikasi pendapatan daerah, optimalisasi aset dan kekayaan pemerintah kota termasuk mengembangkan BUMD baru dengan menganut prinsip-prinsip; (1) Potensial, lebih menitikberatkan pada potensi daripada jumlah atau jenis pungutan yang banyak; (2) Tidak memberatkan masyarakat; (3) Tidak merusak lingkungan; (4) Mudah diterapkan dan dilaksanakan; dan (5) Penyesuaian pendapatan baik mengenai tarif maupun materinya. Sedangkan asumsi target penerimaan pendapatan daerah adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan Asli daerah (PAD). Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada RPJMD Kota Semarang Tahun diproyeksikan sebesar 11,25% per tahun, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. Realisasi penerimaan PAD selama kurun waktu lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 12,79%; b. Kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pusat tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang diserahkan Pemerintah daerah pada tahun 2011 dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang direncanakan akan diserahkan ke Pemerintah Daerah pada tahun 2013; serta c. Upaya serius dari pemerintah Kota Semarang dalam menggali potensi sumbersumber pendapatan asli daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-5

113 Pada penerimaan PAD yang menjadi unggulan dan memiliki kontribusi besar dalam menyokong penerimaan PAD adalah Pajak Daerah sebesar 64,49 % yang meliputi Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU), BPHTB, serta pajak daerah yang lain. Retribusi Daerah sebesar 19,72% yang meliputi retribusi parkir, dan penerimaan lain PAD yang sah sebesar 14,39%. 2. Dana Perimbangan Proyeksi penerimaan dari Dana Perimbangan pada RPJMD Kota Semarang Tahun sebesar 11,25%, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. Realisasi penerimaan Dana Perimbangan selama kurun waktu lima tahun terakhir yang mengalami kenaikan rata-rata sebesar 16,47%. b. Bekurangnya penerimaan Dana Perimbangan yang berasal dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). c. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan pos yang memiliki Kontribusi terbesar dalam menyokong penerimaan Dana Perimbangan yakni sebesar 75,12%. Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, DAU diberikan berdasarkan celah fiskal/keuangan dan alokasi dasar. Celah fiskal/keuangan merupakan kebutuhan daerah yang dikurangi dengan kapasitas fiskal/keuangan daerah. Kebutuhan daerah merupakan variable-variable yang ditetapkan undang-undang antara lain penduduk, luas wilayah,penduduk miskin dan indeks harga, perhitungan kapasitas keuangan didasarkan atas PAD dan Dana Bagi Hasil yang diterima daerah, sedangkan alokasi dasar merupakan pemenuhan gaji PNS. Kebutuhan fiskal Kota Semarang ditahun-tahun mendatang akan mengalami peningkatan seiring dengan Penduduk Kota Semarang mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,43% per tahun, luas wilayah daratan mengalami peningkatan (akibat reklamasi pantai), penduduk miskin relatif sebesar 21,11% dan pengadaan CPNS Kota Semarang dengan pemenuhan akan gaji PNS daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-6

114 3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Penerimaan pada pos ini juga diproyeksikan mengalami peningkatan sebesar 11,25% per tahun. Kontribusi terbesar pada pos Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah daerah lainnya sebesar 59,18%, Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal & Percepatan sebesar 27,91%, dan Bantuan Keuangan dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya sebesar 12,91%. Dalam upaya optimalisasi penerimaan pendapatan, maka Pemerintah Kota Semarang harus secara intensif melakukan koordinasi menggali potensi penerimaan Lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan Pemerintah Pusat, Provinsi maupun pemerintah daerah lainnya. Penerimaan pendapatan daerah pada RPJMD Kota Semarang Tahun yang terdiri dari penerimaan Pendapatan Asli daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Penerimaan Daerah yang sah diproyeksikan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 11,25% per tahun. Secara rinci sebagaimana tabel dibawah ini : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-7

115 Tabel 3.3 Proyeksi Perkiraan Pendapatan Daerah Kota Semarang pada Tahun Sumber: DPKAD Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-8

116 3.2. BELANJA DAERAH Pengelolaan belanja daerah dilaksanakan berlandaskan pada anggaran Kinerja (Performance budget) pencapaian hasil atau kinerja. yaitu belanja daerah yang berorientasi pada Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, yang berarti belanja daerah harus berorientasi pada kepentingan publik. Oleh karena itu arah pengelolaan belanja daerah harus digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik terutama masyarakat miskin dan kurang beruntung (pro-poor), pertumbuhan ekonomi (pro-growth) dan perluasan lapangan kerja (pro-job). Gambaran Proporsi Realisasi Belanja terhadap Anggaran Belanja Daerah kota Semarang selama 3 tahun terakhir ( ) sebagaimana tabel dibawah ini : Tabel 3.4 Proporsi Realisasi Belanja terhadap ABD Kota Semarang Tahun Sumber: DPKAD Kota Semarang Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa selama 3 tahun terakhir (tahun ) proporsi rata-rata penggunaan anggaran Belanja Tidak Langsung terhadap jumlah Anggaran Belanja sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai dengan proporsi rata-rata 46,04%, sedangkan proporsi rata-rata Belanja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-9

117 Langsung terbesar digunakan untuk Belanja Barang dan Jasa sebesar 26,94% dan belanja Modal sebesar 13,41%, sedangkan belanja pegawai hanya 5,68%. Gambaran proporsi anggaran Belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Kota Semarang selama 3 tahun terakhir ( ) sebagaimana tabel dibawah ini : Tabel 3.5 Proporsi Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Semarang Tahun NO URAIAN Proporsi Pertmb rata2 A. Belanja Tidak Langsung 87,00% 86,28% 85,83% 86,37% 1 Belanja Gaji dan Tunjangan 74,33% 73,42% 74,35% 74,03% 2 Belanja Tambahan Penghasilan *) 10,33% 10,45% 9,26% 10,01% 3 Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan 0,62% 0,45% 0,41% 0,49% DPRD serta Operasional KDH / WKDH 4 Belanja Pemungutan Pajak Daerah *) 1,72% 1,96% 1,81% 1,83% B. Belanja Langsung 13,00% 13,72% 14,17% 13,63% 1 Belanja Honorarium PNS *) 4,39% 4,07% 5,13% 4,53% 2 Belanja Uang Lembur *) 0,32% 0,37% 0,52% 0,40% 3 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 0,02% 0,92% 0,02% 0,32% 4 Belanja Kursus,Pelatihan,Sosialisasi dan 1,02% 0,04% 0,78% 0,61% Bintek PNS *) 5 Belanja Premi Asuransi Kesehatan 0,04% 0,05% 0,10% 0,06% 6 Belanja Makanan dan Minuman Pegawai *) 1,26% 1,47% 2,38% 1,70% 7 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya *) 0,01% 0,80% 0,09% 0,30% 8 Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari tertentu *) 0,47% 0,05% 0,69% 0,40% 9 Belanja Perjalanan Dinas *) 4,49% 4,92% 3,24% 4,22% 10 Belanja Perjalanan Pindah Tugas 0,98% 0,49% 1,20% 0,89% 11 Belanja Pemulangan Pegawai - 0,54% 0,02% 0,28% TOTAL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Sumber: DPKAD Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-10

118 Tabel 3.6 Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur terhadap Total Pengeluaran Kota Semarang Tahun Sumber: DPKAD Kota Semarang Dari tabel diatas menunjukkan bahwa belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terbesar dipergunakan untuk Belanja Gaji dan Tunjangan dengan pertumbuhan rata-rata selama 3 tahun terakhir adalah 21,27%. Sedangkan jika dilihat dari total pengeluaran belanja, maka pengeluaran belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur selama tiga tahun terakhir tahun secara berturut-turut sebesar 42,94%; 48,22%; dan 47,16% Gambaran Pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama, tahun sebagaimana tabel berikut : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-11

119 NO Tabel 3.7 Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Semarang Tahun URAIAN Jumlah Rupiah (Rp) Rata-Rata Pertumbuhan Rp. Rp. Rp. % A. Belanja Tidak Langsung ,38% 1 Belanja Gaji dan Tunjangan ,44% 2 Belanja penerimaan anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH ,59% 3 Belanja Bunga ,13% 4 Belanja bagi hasil B. Belanja Langsung ,51% 1 Belanja honorarium PNS khusus untuk guru dan tenaga medis 2 Belanja beasiswa pendidikan PNS Belanja jasa kantor (khusus tagihan ,29% bulanan kantor seperti listrik, air, telepon dan sejenisnya) 4 Belanja sewa gedung kantor (yang telah ada kontrak jangka panjangnya) Belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor (yang telah ada kontrak jangka panjangnya) C. Pembiayaan Pengeluaran ,26% 1 Pembentukan dana cadangan Pembayaran pokok hutang ,26% Total (A+B+C) Sumber: DPKAD Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-12

120 Tabel 3.8 Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Semarang Tahun Prosentase NO URAIAN Rp. % Rp. % Rp. % A. Belanja Tidak Langsung ,67% ,24% ,79% 1 Belanja Gaji dan Tunjangan (PNS pada Dinas Pendidika ,38% ,38% ,61% 2 Belanja Gaji dan Tunjangan (Tng Kependidikan) ,38% ,38% ,61% 3 Belanja Tambahan Penghasilan (Tng Kependidikan) ,91% ,47% ,81% 4 Belanja Bantuan Keuangan (Pelaksnan. Fungsi Kependi Belanja Hibah (Pelaksanaan Fungsi Kependidikan) ,59% 6 Belanja Bant. Sosial (Pelaksanaan Fungsi Pendidikan) ,73% ,17% B. Belanja Langsung ,27% ,97% ,84% 1 Belanja Kegiatan (pd Dinas Pendidikan) ,18% ,47% ,68% 2 Belanja Kegiatan (pelaksanaan fungsi pendidikan) ,18% ,47% ,68% 3 Belanja Anggaran (pelaksanaan fungsi Pendidikan ,91% ,03% ,48% termasuk Gaji Pendidik) Total Belanja Daerah Fungsi Pendidikan (A+B) ,94% ,21% ,63% Total Belanja Daerah (C) ,94% ,21% ,63% Sumber: DPKAD Kota Semarang Dari tabel diatas menujukkan bahwa belanja periodik yang wajib dibayar dan tidak dapat ditunda pembayarannya adalah anggaran pelaksanaan fungsi pendidikan yang dibiayai dari belanja langsung pada belanja anggaran pelaksanaan fungsi pendidikan termasuk gaji pendidik, yang masih cukup memadai yakni proporsi rata-rata selama 3 tahun terakhir sebesar 31,43 % Dengan memperoleh gambaran kebutuhan belanja tidak langsung dan pengeluaran pembiayaan yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas utama sebagaimana tabel diatas, maka dapat diproyeksikan anggaran belanja selama 5 tahun kedepan ( ) untuk menghitung kerangka pendanaan pembangunan sebagaimana tabel berikut : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-13

121 Tabel 3.9 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Semarang pada Tahun Sumber: DPKAD Kota Semarang Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa belanja yang wajib dan mengikat serta prioritas utama yang harus dikeluarkan Pemerintah Kota Semarang selama periode tahun mengalami peningkatan. Sedangkan untuk Belanja daerah tidak mengikat yang dipergunakan untuk mendanai program/kegiatan pembangunan baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung sebagaimana tabel berikut : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-14

122 Tabel 3.10 Proyeksi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Tidak Mengikat RPJMD Kota Semarang Tahun Sumber: DPKAD Kota Semarang Belanja tidak langsung yang tidak wajib dan tidak mengikat yang terdiri dari belanja hibah, bantuan sosial, belanja bunga dan belanja tidak terduga yang direncanakan digunakan untuk : 1. Belanja Hibah Belanja Hibah dipergunakan untuk mendorong lembaga/badan/organisasi untuk berperan aktif dalam pembangunan. Belanja ini direncanakan akan diberikan secara hibah kepada lembaga/badan/organisasi yang ada di Kota Semarang antara lain : - KONI Kota Semarang; - Organisasi Pramuka; - Organisasi KNPI - Organisasi Pemberdayaan Kesehatan Keluarga (PKK); - Organisasi Korp Pegawai Republik Indonesia (KORPRI); - Organisasi Dharma Wanita Kota Semarang; - Kegiatan Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD); - Organisasi Dewan Pendidikan Kota Semarng; - GOP TKI; - Organisasi DP2K; - Organisasi lainnya yang aktif di Kota Semarang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-15

123 2. Belanja Bantuan Sosial Belanja bantuan sosial direncanakan untuk mendukung program-program Pemerintah Kota Semarang dalam upaya peningkatan kehidupan sosial masyarakat, antara lain : - Belanja bantuan sosial kepada LSM dan Organisasi Masyarakat; - Santunan; - Bantuan Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap baik Swasta, Non Dinas Pendidikan, maupun Negeri; - Bantuan rehab Sekolah, tempat ibadah, dan Sarana prasana wilayah ; - Bantuan Penyandang Cacat, pemulangan orang terlantar dan korban bencana; - Bantuan operasional panti sosial dan panti asuhan, serta pendidikan non formal ; - Bantuan operasional tempat ibadah/kegiatan keagamaan dan penyelenggaraan kegiatan keagamaan; - Bantuan stimulan kepada UKM Peserta Pameran Promosi; - Fasilitasi Usaha produktif bagi anak jalanan ; - dan bantuan lainnya. 3. Belanja Tidak Terduga Belanja ini dperuntukan bagi kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan pengaruh pemerintah Kota Semarang serta kegiatan yang tidak biasa/tanggap darurat. Untuk belanja langsung yang tidak wajib dan tidak mengikat digunakan untuk berbagai program/ kegiatan dengan tetap mengedepankan program/ kegiatan prioritas. Prioritas program/kegiatan tersebut dipisahkan menjadi prioritas I, prioritas II dan prioritas III, dimana prioritas I mendapatkan prioritas pertama sebelum prioritas II. Demikian selanjutnya Prioritas III mendapatkan alokasi anggaran setelah prioritas I dan II terpenuhi kebutuhan pendanaannya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-16

124 Prioritas I merupakan program pembangunan daerah dengan Visi dan Misi atau program unggulan/ dedicated Kepala Daerah yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada periode lima tahun mendatang. Program prioritas I berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Di samping itu, prioritas I juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Program Prioritas II merupakan program prioritas di tingkat SKPD yang merupakan penjabaran per urusan yang berhubungan dengan program/kegiatan unggulan SKPD yang paling berdampak luas pada masing-masing segementasi masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan yang berhubungan dengan itu. Prioritas III merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanjabelanja tidak langsung seperti: tambahan penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, dan belanja tidak terduga. Secara keseluruhan belanja wajib/mengikat dan belanja tidak mengikat pada RPJMD Kota Semarang Tahun adalah sebagai berikut : Tabel Rekapitulasi Belanja Wajib/ Mengikat dan Belanja Tidak Mengikat RPJMD Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Jumlah Rupiah(Rp ) Dasar Belanja Wajib/ Mengikat Belanja Tidak Mengikat Jumlah PEMBIAYAAN DAERAH Pembiayaan adalah transaksi keuangan dearah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah, ketika terjadi defisit anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari Sisa Lebih perhitungan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-17

125 anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana cadangan, maupun hasil Penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan Pengeluaran dalam pembiayaan itu sendiri adalah angsuran hutang, bantuan modal dan transfer ke dana Cadangan. Gambaran Pembiayaan Riil Daerah selama 3 tahun terakhir ( ) adalah sebagai berikut : NO Tabel 3.12 Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Semarang Tahun Realisasi Pendapatan Daerah Dikurangi Realisasi : URAIAN P e r i o d e (Thn.) 2 Belanja Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah A. Surplus/Defisit Riil Ditutup oleh realisasi : penerimaan pembiayaan : 4 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yg dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberiaan Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah B. Total Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Tahun Berkenaan ( A-B ) Sumber: DPKAD Kota Semarang Pada tabel penutup defisit riil diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2007 Realisasi Belanja Daerah masih dibawah (lebih kecil) dari pada realisasi pendapatan, yang berarti tidak terjadi defisit anggaran atau surplus sebesar Rp , sehingga tidak diperlukan anggaran penutup defisit riil pada tahun 2007, oleh karena itu SiLPA tahun sebelumnya (tahun 2006) tidak dialokasikan guna menutup defisit melainkan dialokasi sepenuhnya sebagai penerimaan pembiayaaan pada tahun berkenaan (tahun 2007) dan akan menambah SiLPA tahun berkenaan (tahun 2007) yang selanjutnya akan menjadi bagian sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya pada tahun anggaran Demikian pula untuk tahun 2008 dan tahun 2009 terjadi kondisi yang sama yaitu Surplus Anggaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-18

126 Gambaran komposisi penutup defisit anggaran seluruhnya berasal dari Sisa Lebih Perhitungan (SiLPA) sebagamana tabel dibawah ini : Tabel 3.13 Komposisi Penutup Defisit Anggaran Seluruhnya Berasal dari Sisa Lebih Perhitungan (SiLPA) Kota Semarang Tahun NO 1 URAIAN Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran Sebelumnya Proporsi dari total defisit riil % Pencairan Dana Cadangan 0% Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 0% Penerimaan Pinjaman Daerah 0% Penerimaan, Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 0% Penerimaan Piutang Daerah 0% Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun berkenaan 0% - - Sumber: DPKAD Kota Semarang Tabel 3.14 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan Kota Semarang Tahun NO URAIAN (Rp) (Rp) (Rp) Pertmb rata2 (%) 1 Saldo Kas Neraca Daerah ,78% 2 Dikurangi : Kewajiban kpd pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan Kegiatan lanjutan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (1-2-3) ,78% Sumber: DPKAD Kota Semarang Berdasarkan gambaran sisa lebih riil perhitungan anggaran. Maka dapt dihitung proyeksi kapasitas penerimaan pembiayaan daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan ( ), sebagaimana tabel berikut: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-19

127 Tabel 3.15 Proyeksi Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Kota Semarang Tahun NO URAIAN Tahun Dasar 2010 Pertmbh Rata2 Proyeksi (Rp) Saldo Kas Neraca Daerah - 7,78% Dikurangi : 2 Kewajiban kpd pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan - % Kegiatan lanjutan - % Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran % Sumber: DPKAD Kota Semarang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-20

128 3.4. NERACA DAERAH Neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan pemerintah daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Analisis neraca daerah sekurang-kurangnya dilakukan untuk hal-hal sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas Ratio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Data Rasio Likuiditas selama 3 (tiga) tahun terakhir tahun sebagaimana tebel berikut: Tabel 3.16 Rasio Likuiditas Kota Semarang Tahun RATIO RUMUS Aset Lancar Rasio Lancar Kewajiban Jangka Pendek Aset Lancar - Persediaan Rasio Quick (quick ratio) Kewajiban Jk. Pendek Total hutang Rasio total hutang terhadap total aset Total Aset ,0045 0,0032 0,0040 Total Hutang Rasio Hutang Terhadap Modal Totak Ekuitas ,0045 0,0032 0,0040 Rata-rata umur piutang 365 / perputaran piutang Rata-rata umur persediaan Sumber: DPKAD Kota Semarang b. Rasio Solvabilitas 365 / perputaran persediaan Ratio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang. Rasio Solvabilitas selama 3 (tiga) tahun terakhir tahun sebagaimana pada tabel berikut : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-21

129 Tabel 3.17 Rasio Solvabilitas Kota Semarang Tahun RASIO a. Rasio Kewajiban terhadap Aset n-3 n-2 n-1 Rumus Kewajiban / Aset 0, , , b.rasio Kewajiban terhadap Ekuitas Kewajiban / Ekuitas 0, , , Sumber: DPKAD Kota Semarang c. Debt Service Coverage Ratio (DSCR); Debt Service Covarege Ratio (DSCR) merupakan komponen untuk mengukur kemampuan keuangan daerah dalam melakukan kebijakan hutang/pinjaman kepada lembaga pemberi pinjaman. Ketentuan tentang Pemerintah Daerah dalam melakukan pinjaman daerah, adalah sebagai berikut : - DSCR > 2,5 %, boleh melakukan pinjaman daerah - DSCR = 2,5 %, boleh melakukan pinjaman dengan catatan - DSRC < 2,5%, tidak boleh melakukan pinjaman daerah Tabel 3.18 Debt Service Covarage Ratio (DSCR) RPJMD Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun (Rp) A. PENDAPATAN 1. PAD Bagian Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak DAU Lain Pendapatan yang sah JUMLAH A B. BELANJA WAJIB 1. Belanja Pegawai Belanja pada SKPD Angsuran Hutang & Belanja Bunga dan beban lainnya JUMLAH B Selisih Angsuran pinjaman/hutang DSCR Sumber : Bappeda, data diolah 14380% 18404% 859% 974% 1108% 1232% Berdasarkan penghitungan DSCR diatas, dapat diketahui bahwa DSCR pada tahun 2010 sebesar %, pada tahun 2011 Pemerintah Kota Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-22

130 Semarang melakukan kebijakan pinjaman daerah sebesar Rp ,-, dengan DSCR sebesar 323%, pada tahun 2012 DSCR mengalami penurunan, menjadi sebesar 859%, dan berturut-turut tahun DSCR mengalami peningkatan 974%, 1.108% dan 1.232%. Penurunan DSCR pada tahun disebabkan adanya kewajiban membayar angsuran pinjaman daerah yang dilakukan pada tahun KERANGKA PENDANAAN Kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan. Berdasarkan proyeksi penerimaan daerah dan belanja serta pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama serta belanja tidak mengikat, maka dapat diproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah yang akan digunakan untuk membiayai program/kegiatan selama 5 tahun kedepan ( ) dalam Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJMD) kota Semarang sebagaimana tabel berikut : Tabel 3.19 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kota Semarang Tahun Sumber: DPKAD Kota Semarang Berdasarkan tabel diatas dapat dihitung rencana penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah untuk memenuhi kebutuhan anggaran belanja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-23

131 langsung dan tidak langsung dalam rangka pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) sebagaimana tabel dibawah ini : Tabel 3.20 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kota Semarang Tahun Sumber: DPKAD Kota Semarang Berdasarkan tabel diatas bahwa dari Rencana Kapasitas Riil kemampuan keuangan setelah dikurangi belanja periodik yang wajib dan mengikat serta prioritas utama, pada tahun 2011 terjadi surplus anggaran sebesar Rp. 99,484 Milyar. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun III-24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2010 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN

Lebih terperinci

Tabel 2-21 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang Tahun II-43 Tabel 2.22 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pekerjaan

Tabel 2-21 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang Tahun II-43 Tabel 2.22 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pekerjaan DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Ketinggian Tempat di Kota Semarang... II-4 Tabel 2.2 Penyebaran Jenis Tanah dan Lokasinya di Kota Semarang... II-6 Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Sawah di Kota Semarang Dirinci Tiap

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJENE TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANAA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2009-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2005-2010 Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 158TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 158TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 158TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PESISIR SELATAN BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SALATIGA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA CIREBON TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KOTA BOGOR TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KOTA BOGOR TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 13 TAHUN 2011

BUPATI SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 13 TAHUN 2011 SALINAN BUPATI SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, - 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MADIUN TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 15

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 15 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 No. 9, 2008-1 - LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN SALINAN GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN PENYUSUNAN RPJMD KABUPATEN KABUPATEN KOLAKA KOLAKA TIMUR TIMUR 2016-2021 1. PENDAHULUAN Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kolaka Timur lahir dari semangat juang yang tinggi segenap rakyat Kolaka

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

QANUN KOTA SABANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN KOTA SABANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG QANUN KOTA SABANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA SABANG TAHUN 2013-2017 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2017.. TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

20. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

20. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PASURUAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017-2022 DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN SALINAN GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BATANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BATANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BATANG TAHUN 2007-2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG ` BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 6 Tahun 2014 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2015-2019 Diundangkan dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BALANGAN TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 8 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2005-2025 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01 LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci