BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 18 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Pengambilan Data Suhu Udara Terdapat tiga lokasi taman yang dipilih dalam kawasan Menteng ini yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Tiga lokasi taman dibedakan atas tipe vegetasi yang ada serta kondisi sosial lingkungan taman Taman Menteng Kondisi eksisting Taman Menteng saat ini merupakan hasil sayembara Dinas Pertamanan yang kemudian dilakukan penyesuaian, baik penyesuaian anggaran maupun kondisi lapang. Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola hal ini dikarenakan permintaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menginginkan penambahan jumlah vegetasi di dalam taman. Kondisi vegetasi yang ada merupakan vegetasi yang baru ditanam sejak pembuatan taman pada Vegetasi yang ada saat ini adalah berupa pohon peneduh, pohon pengarah, semak, serta rumput. Vegetasi yang ditanam dipilih berdasarkan dari kemampuan menyerap polutan, karakter taman, serta nilai kelangkaan. Menurut DPU (2008), kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pertamanan adalah (1) karakteristik tanaman: tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat (2) jenis ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang dan (3) kecepatan tumbuh cepat dan jarak tanam sesuai dengan jenis tanaman. Desain penanaman pada Taman Menteng telah memenuhi standar perancangan penanaman pada taman publik yaitu, 1. Terdapat hamparan rumput. Meskipun pada kenyataan hamparan rumput yang cukup luas hanya ditemui pada lokasi eks-lapangan bola, secara keseluruhan daerah nonperkerasan pada taman terdapat rumput yang tumbuh dengan baik. Pada beberapa lokasi yang terdapat kerapatan pohon cukup tinggi, rumput tumbuh kurang baik karena kurang mendapat cahaya matahari dan terlalu lembab.

2 19 2. Terdapat tanaman penaung yang cukup. Jumlah tanaman penaung di Taman Menteng cukup banyak dan ditanam dengan jarak penanaman yang sesuai sehingga membentuk kanopi antarpohon yang rindang sesuai dengan rencana tapak. Namun saat pengamatan banyak ditemui tanaman yang seharusnya tidak ditanam sehingga dikhawatirkan nantinya akan mempengaruhi kondisi fisik tanaman ketika dewasa. 3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal. Banyak sekali semak berbunga yang indah yang ditanam di Taman Menteng. Semak berbunga banyak ditanam sebagai batas psikologis jalan setapak/areal perkerasan dengan areal rumput. 4. Terdapat penanaman yang memberikan focal point. Beberapa lokasi dalam taman terdapat pola penanaman yang menarik seperti pada plaza air mancur di bagian utara dan areal duduk-duduk dekat gedung parkir. Pemilihan softscape dan hardscape secara keseluruhan sesuai dengan ikon Taman Menteng sebagai taman kota yang mampu mengakomodasi kebutuhan warga kota Jakarta. Gambar 9 Salah satu focal point dalam Taman Menteng Fasilitas yang terdapat di Taman Menteng yaitu bangku taman, lampu taman, tempat sampah, sarana olahraga, taman bermain anak-anak, jalan setapak/jogging track, kolam air mancur, instalasi sprinkler, bangunan rumah kaca, monumen kenangan Persija, bangunan koramil, kantor pengelola, tempat parkir, musala dan

3 20 toilet. Seluruh fasilitas berada dalam kondisi yang cukup baik. Kegiatan yang umum dilakukan di Taman Menteng antara lain berolah raga (basket, futsal, voli, sepak bola), duduk-duduk, dan bermain (di taman bermain anak-anak). Setiap minggu lapangan olahraga yang ada selalu ramai oleh aktivitas olahraga yang penggunaanya dikelola oleh pihak pengelola taman. (a) Gambar 10 Contoh hardscape Taman Menteng: (a) rumah kaca dan (b) plaza (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) (b) Berdasarkan hasil pengamatan, Taman Menteng memiliki banyak jenis pohon peneduh antara lain menteng (Baccaurea racemosa Muell.), bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana), dan ki hujan (Samanea saman). Desain penanaman Taman Menteng banyak menggunakan tanaman berbunga serta tanaman dengan warna daun menarik seperti bunga kana (Canna hybrida), bawang brojol (Zephyranthes sp.), pucuk merah (Syzygium oleana), daun telo (Ipomoea batatas), soka (Ixora sp.), serta mawar (Rossa sp.). Dari pengamatan diketahui bahwa populasi damar (Agathis alba Foxw.) cukup banyak dan rapat ditanam pada bagian timur taman. Diameter kanopi pohon damar saat pengamatan yaitu sekitar 1 meter karena kondisi pohon yang belum dewasa. Bentuk tajuknya yang kolumnar serta ditanam dengan jarak tanam sekitar 3 meter diduga akan membuat kerapatan tajuk pohon pada saat pohon mencapai usia dewasa.

4 21 Tabel 2 Beberapa jenis vegetasi di Taman Menteng Kelompok Tanaman Tanaman Peneduh (pohon) Nama Tanaman Nama Latin Lingkar Batang Asam kranji Pithecellobium dulce 45 cm Menteng Baccaurea racemosa 45 cm Biola cantik Ficus lyrata 50 cm Bunga kupu-kupu Bauhinia blakeana 25 cm Bintaro Cerbera manghas 30 cm Dadap merah Erythrina cristagali 30 cm Kayu manis Cinnamomum burmanii 35 cm Sawo kecik Manilkara kauki 25 cm Tabebuia Tabebuia chrysanta 20 cm Kelapa sawit Elaeis guinensis 200 cm Mindi Melia azedarach 25 cm Damar Agathis alba 20 cm Jatimas Cordia sebestana 30 cm Trembesi Samanea saman 50 cm Jumlah Tanaman 4 btg 12 btg 35 btg 35 btg 19 btg 31 btg 27 btg 30 btg 34 btg 20 btg 10 btg 200 btg 45 btg 28 btg Tanaman Hias Pakis haji Cycas rumphii 24 btg Bunga tasbih Canna hybrida plb Kamboja kuburan Plumeria rubra 38 btg Bawang brojol Zephyranthes sp m 2 Lili paris Chlorophytum sp m 2 Pandan wangi Pandanus amaryllifolius m 2 Pucuk merah Syzygium oleana 62 btg Krimbosa Tabernaemontana sp. 292 btg Sambang darah Excoecaria cochinchinensis 434 btg Hanjuang Cordyline sp btg Ubi hias Ipomoea batatas m 2 Tanaman Penutup Tanah Rumput gajah Axonopus compressus m 2 Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010) Sawo kecik (Manilkara kauki Dubard) yang merupakan tanaman khas Jakarta ditanam di sepanjang jalan setapak taman sebagai pengarah. Bentuk tajuknya yang piramidal berfungsi sebagai pengarah dalam taman. Di beberapa bagian dibuat planter box yang ditanami beringin karet (Ficus elastica Roxb.) dan kamboja kuburan (Plumeria rubra) sebagai aksen. Tanaman menteng (Baccaurea racemosa) sebagai asal mula nama kawasan Menteng, merupakan tergolong tanaman yang cukup jarang ditemui. Tanaman ini dapat dijumpai di sisi timur taman. Di sisi utara dan barat taman terdapat tabebuia (Tabebuia chrysanta) yang memiliki bunga berwarna kuning serta bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana) yang memiliki bunga berwarna ungu.

5 22 Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola, pemilihan jenis tanaman yang cukup beragam didasarkan pada keinginan untuk menjadikan Taman Menteng sebagai ruang publik Jakarta yang kaya akan jenis tanaman. Pengunjung taman diharapkan dapat menikmati suasana asri taman serta aneka jenis tanaman baik yang umum ditemui maupun langka. (a) (b) Gambar 11 Penggunaan semak berbunga dan berdaun menarik di tiap sudut Taman Menteng: (a) bunga tasbih (Canna hybrida) dan Excoecaria cochinchinensis Gambar 12 Peta Taman Menteng berdasarkan citra Google Earth 2010

6 Taman Suropati Taman Suropati merupakan taman bergaya formal yang memiliki jenis vegetasi peneduh yang usianya sudah tua. Lebar kanopi pepohonan yang ada rata-rata berukuran 8 meter atau lebih. Desain penanaman yang ada telah memenuhi standar perancangan penanaman pada taman publik yaitu, 1. Terdapat hamparan rumput. Pada tapak terdapat hamparan rumput yang cukup luas. Pola taman yang berbentuk geometrik membentuk ruang-ruang yang cukup untuk ditanami hamparan rumput dan dapat dimanfaatkan untuk ruang aktivitas pengunjung. 2. Terdapat tanaman penaung yang cukup. Jumlah tanaman penaung di Taman Suropati cukup banyak dan ditanam dengan jarak penanaman yang sesuai sehingga membentuk kanopi antarpohon yang rindang. 3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal. Untuk menciptakan nilai estetik taman, terdapat beberapa jenis tanaman groundcover yang ditanam massal pada planter box seperti jenis Marantha sp. dan Alpinia zerumbet. 4. Terdapat penanaman yang memberikan vocal point. Pada jejeran mahoni di tepi jalan raya terdapat Scindapsus aureus yang merambat sehingga menguatkan kesan asri pada Taman Suropati. Fasilitas yang terdapat di Taman Suropati antara lain bangku taman, lampu taman, kolam air mancur, jalan setapak/ jogging track, kandang burung dan ayam, tempat sampah, pos polisi Taman Suropati, dan toilet umum. Areal parkir memanfaatkan Jalan Taman Suropati yang berbatasan langsung dengan taman. Kegiatan yang umum dilakukan di taman ini antara lain duduk-duduk, berolah raga (jogging), mengamati satwa, dan bermain alat musik. Taman Suropati didominasi oleh mahoni (Swietenia mahagoni) yang memberikan ciri khas pada taman ini. Pohon mahoni yang ada memiliki tajuk yang besar dan bersinggungan sehingga menimbulkan kesan asri pada taman. Taman ini mengalami sedikit perubahan desain pada awal 2010 yaitu berupa perkerasan pada plaza, planter box, lampu taman, bangku taman, dan penambahan batu refleksi.

7 24 Penambahan planter box dilakukan pada axis taman yang diisi oleh tanaman berupa marantha (Marantha sp.). Selain itu di sisi barat dan timur ditambahkan planter box yang menyatu dengan bangku taman. Planter box yang menyatu dengan bangku taman diisi oleh alpinia (Alpinia zerumbet) dan sambang darah (Excoecaria cochinchinensis Lour.). Hamparan rumput berupa rumput gajah (Axonopus compressus Beauv.) ditanami pada area nonperkerasan. Tabel 3 Beberapa jenis vegetasi di Taman Suropati Kelompok Tanaman Nama Tanaman Nama Latin Lingkar Batang Jumlah Tanaman Tanaman Mahoni Swietenia mahagoni 120 cm 125 btg Peneduh Ketapang Terminalia catappa 80 cm 2 btg Kelapa Cocos nucifera 50 cm 9 btg Sawo Kecik Manilkara kauki 50 cm 5 btg Tanaman Sirih gading Scindapsus aureus 60 m 2 Hias Marantha Marantha sp. 60 m 2 Alpinia Alpinia zerumbet 36 m 2 Lili paris Chlorophytum comosum 10 m 2 Sambang darah Excoecaria cochinchinensis 36 m 2 Tanaman Penutup Tanah Rumput gajah Axonopus compressus Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010) m 2 Gambar 13 Pemilihan pohon penaung, desain formal, dan hamparan rumput yang luas menjadi ciri dari Taman Suropati

8 25 Gambar 14 Peta Taman Suropati berdasarkan citra Google Earth Taman Situ Lembang Taman Situ Lembang memiliki danau kecil/situ yang airnya berasal dari mata air. Badan air berupa situ memiliki luas 8600 m 2 atau sekitar 58% dari total luas taman yang memiliki luas m 2. Lanskap taman yang berada tepat di tengah permukiman membuat kondisi taman cukup tenang karena relatif jauh dari sumber kebisingan. Hal ini menimbulkan kesan taman yang agak tertutup dari jalan raya sehingga membatasi akses langsung taman dari jalan raya. Lanskap sekitar taman diisi oleh hunian yang melingkari Jalan Lembang. Desain penanaman pada Taman Situ Lembang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Kondisi hamparan rumput terbatas di sekeliling situ. Keberadaan situ yang terletak di tengah taman menyebabkan hamparan rumput yang ditanam pada taman menjadi terbatas. Situ juga memengaruhi aspek kenyamanan karena air sebagai softscape memberikan efek menenangkan. Jalur sirkulasi pengunjung dalam taman memakai perkerasan yang melingkari situ. 2. Tanaman penaung terdapat di batas terluar dan beberapa di dekat situ. Jumlah tanaman penaung di Taman Situ Lembang relatif cukup untuk membentuk kanopi

9 26 pohon yang bersinggungan dengan pohon lain dan menjadikan daerah di bawah kanopi nyaman sebagai tempat aktivitas duduk-duduk dan bermain. 3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal pada beberapa titik. Groundcover yang ditanam di taman ini yaitu rumput gajah serta ubi hias. Luasan groundcover yang ada tidak begitu banyak karena adanya badan air di tengah taman. Pada Taman Situ Lembang ini ditanam nusa indah dan spider lily sebagai semak. Selain untuk fungsi keindahan, semak juga berguna untuk fungsi batas psikologis yang membatasi taman dengan lingkungan luar. 4. Terdapat sejumlah planter box di tepi taman yang ditanami beberapa jenis tanaman seperti lili paris, bugenvil, dan palem phoenix sebagai penambah nilai estetika taman. Tabel 4 Beberapa jenis vegetasi di Taman Situ Lembang Kelompok Tanaman Nama Tanaman Nama Latin Lingkar Batang Jumlah Tanaman Tanaman Mahoni Swietenia mahagoni 200 cm 58 btg Peneduh Ketapang Terminalia catappa 150 cm 1 btg Tabebuia Beringin Tabebuia chrysanta Ficus benjamina 20 cm 300 cm 15 btg 2 btg Tanaman Hias Kamboja kuburan Nusa indah Spider lily Pisang hias Bugenvil Ubi hias Plumeria rubra Mussaenda sp. Hymenocallis speciosa Heliconia psittacorum Bougainvillea sp. Ipomoea batatas 6 btg 40 btg 20 m 2 20 m 2 10 plb 10 m 2 Tanaman Air Teratai Nymphaea lotus 18 m 2 Tanaman Penutup Tanah Rumput gajah Axonopus compressus m 2 Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010)

10 27 Fasilitas yang terdapat di Taman Situ Lembang antara lain bangku taman, areal memancing, jalan setapak/jogging track, tempat sampah, tempat bermain anakanak, dan toilet. Seluruh fasilitas berada dalam kondisi yang baik dan terawat. Di taman ini tidak terdapat areal parkir sehingga areal parkir memanfaatkan Jalan Lembang. Hal ini tidak begitu mengganggu kondisi jalan karena jalan umumnya selalu dalam keadaan sepi. Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung adalah dudukduduk, memancing, berolahraga (jogging), bermain, dan melihat-lihat. Taman ini ramai dikunjungi pada saat istirahat siang hingga menjelang sore. Gambar 15 Taman Situ Lembang dengan elemen air sebagai focal point serta vegetasi penaung di sekeliling situ Gambar 16 Peta Taman Situ Lembang berdasarkan citra Google Earth 2010

11 28 Pepohonan di Taman Situ Lembang terutama menyebar di area pinggir situ. Rata-rata usia pohon yang ada relatif tua seperti pohon mahoni (Swietenia mahagoni), ketapang (Terminalia catappa), dan beringin (Ficus benjamina). Terdapat pula tanaman baru yang ditanam seperti glodogan tiang (Polyalthia longifolia), dan tabebuia (Tabebuia chrysanta). Kanopi pohon mahoni, ketapang, dan beringin cukup luas dan saling bersinggungan sehingga di beberapa titik dalam taman menjadi teduh. 5.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas jenis kelamin, usia, pendidikan, tempat tinggal, tujuan, dan motivasi. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner di tiga taman telah didapat 90 orang responden dengan masingmasing taman sebanyak 30 orang. Diharapkan dengan mengetahui karakteristik responden akan dapat diketahui hubungan tiap karakteristik dengan jawaban responden terhadap kenyamanan taman. Kuisioner dibagikan kepada pengunjung taman bersamaan dengan waktu pengambilan data suhu udara dan kelembaban yaitu pada pukul Dari hasil penyebaran kuisioner di tiga taman didapatkan pengunjung taman adalah 67,8% laki-laki dan 32,2% perempuan. Responden didominasi oleh kelompok umur tahun dengan persentase sebesar 63,3%. Kelompok umur tahun merupakan kelompok responden paling sedikit dengan 7,7%. Pendidikan terakhir rata-rata pengunjung adalah SMA sebesar 45,5%. Responden yang berasal dari luar wilayah Kecamatan Menteng sebesar 90% dengan tujuan rekreasi (75,5%). Daya tarik pengunjung datang ke taman adalah suasana taman/lanskap taman (66,8%). Secara umum tampak bahwa jenis kelamin laki-laki mendominasi responden taman sebanyak 67,8 %. Pada waktu siang hari kebanyakan pekerja yang umumnya laki-laki mengunjungi taman untuk beristirahat sejenak. Selain pekerja, pelajar SMA juga banyak mengunjungi taman. Kelompok umur tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak mengunjungi taman. Fasilitas olahraga yang cukup lengkap di Taman Menteng diduga meningkatkan minat pengunjung terutama kelompok usia remaja (15-25 tahun). Sebanyak 90% responden ketiga taman berasal dari luar

12 29 wilayah Menteng. Lokasi Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang yang termasuk wilayah Jakarta Pusat sebagai pusat pemerintahan memudahkan aksesibilitas menuju ketiga taman. Rekreasi merupakan tujuan utama pengunjung sebesar 75,5%. Sebagai pusat pemerintahan, wilayah Kecamatan Menteng umumnya didominasi oleh struktur bangunan. Lanskap masing-masing taman yang cukup menarik dengan dominasi vegetasi penaung dan suasana yang asri diduga memengaruhi jawaban responden sebanyak 66,8% bahwa lanskap taman sebagai daya tarik utama. 5.3 Analisis Iklim Mikro di Tiga Lokasi Penelitian Kawasan Menteng termasuk ke dalam tipe iklim tropis. Dari data BPS (2009) didapat bahwa suhu udara tertinggi mencapai 33,4 C pada bulan Oktober dan suhu udara terendah 24 C pada bulan Februari. Rata-rata suhu udara selama tahun 2008 di Kota Administrasi Jakarta Pusat adalah 25,2 C. Curah hujan rata-rata adalah 159,1 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan bulan Februari sebesar 677,6 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 9,5 mm dengan kelembaban rata-rata 68%-79%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 5,3 km/jam (BPS, 2009). Ketiga lokasi memiliki karakteristik iklim mikro yang relatif sama. Pada Taman Menteng, penutupan vegetasi penaung belum memiliki tutupan kanopi pohon yang cukup masif karena kondisi fisik tanaman yang masih muda dan belum mencapai ukuran optimal. Kondisi vegetasi penaung pada Taman Suropati memiliki penutupan vegetasi yang cukup masif hampir meliputi seluruh taman karena usia pepohonan yang relatif tua, sementara di Taman Situ Lembang kondisi pohon masif hanya pada batas terluar taman dan didominasi oleh badan air. Hal inilah yang akan diamati bagaimana pengaruh tutupan vegetasi terhadap kenyamanan iklim mikro taman. Berdasarkan hasil pengukuran di tiga lokasi diperoleh nilai rata-rata suhu udara dan kelembaban (Tabel 5).

13 30 Tabel 5 Rata-rata suhu udara dan kelembaban Taman Menteng, Suropati, dan Situ Lembang P I P II P III Rata-rata Taman Menteng Suhu udara ( C) 34,0 34,2 33,6 34,0 Kelembaban (%) 51, ,2 51,6 Taman Suropati Suhu udara ( C) 33,9 33,3 33,6 33,6 Kelembaban (%) 53,2 54,5 48,9 52,2 Taman Situ Lembang Suhu udara ( C) 34,5 34,3 34,3 34,4 Kelembaban (%) 48,8 46,6 48,0 47,8 Kelembaban udara yang diamati pada tiap taman merupakan kelembaban nisbi (relatif) yaitu membandingkan kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air (Handoko, 1994). Kelembaban udara di Taman Suropati merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan Taman Menteng (51%) dan Taman Situ Lembang (48%) yakni sebesar (52%). Jarak tanam antar pohon yang tepat, pemilihan pohon penaung yang sesuai, serta kondisi kanopi yang saling bersinggungan sehingga menciptakan keteduhan berperan meningkatkan nilai kelembaban udara dalam taman Iklim Mikro pada Taman Menteng Nilai suhu udara rata-rata Taman Menteng berada di antara nilai suhu udara rata-rata Taman Suropati (33,6 C) dan Taman Situ Lembang (34,4 C) yaitu 33,9 C. Faktor-faktor yang memengaruhi kenyamanan tidak hanya berasal dari suhu udara tetapi juga dari kelembaban, intensitas penyinaran matahari, serta pergerakan udara (angin). Adanya perkerasan membuat suhu udara di beberapa titik di Taman Menteng menjadi lebih panas. Areal bermain basket, futsal, voli, jalan setapak, plaza, bangunan pengelola, serta display rumah kaca merupakan bagian dari hardscape Taman Menteng. Sementara itu bagian taman yang tidak mengalami perkerasan seperti areal bermain anak dan hamparan rumput merupakan bagian dari softscape.

14 31 Gambar 17 Lokasi titik pengambilan data suhu udara dan kelembaban pada Taman Menteng Dengan luas total taman m 2 (Dinas Pertamanan DKI Jakarta 2008), Taman Menteng memiliki luas tutupan kanopi pohon sebesar m 2. Luas tutupan kanopi tiap grid diperoleh dari citra satelit Google Earth Luas tutupan kanopi tiap grid dihitung dengan cara digitasi dari citra. Dari pemetaan tapak taman dengan grid 20 x 20 meter didapat 61 titik pengambilan data suhu udara dan kelembaban. Gambar 17 menunjukkan pembagian grid di Taman Menteng. Dari tiga kali pengamatan, didapatkan persamaan regresi linier. Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon dengan fungsi y = -0,004x + 34,86 dan R 2 = 0,775; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,026x + 46,44 dan R 2 = 0,885. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,005x + 35,18 dan R 2 = 0,727; untuk faktor kelembaban didapat y

15 32 = 0,025x +39,38 dan R 2 = 0,809. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = 0,002x + 34,11 dan R 2 = 0,757; untuk faktor kelembaban y = 0,026x + 53,23 dan R 2 = 0,848. Perbedaan koefisien x disetiap pengukuran terjadi karena saat pengambilan data suhu udara dan kelembaban, faktor klimatik lain seperti angin dan radiasi matahari turut memengaruhi nilai yang didapat. Koefisien x untuk setiap persamaan menunjukkan bahwa dengan menambah 1 m 2 luas tutupan kanopi pohon dalam taman akan memengaruhi faktor suhu udara atau kelembaban. Nilai R 2 menunjukkan koefisien determinasi, yaitu seberapa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap perubahan nilai suhu udara maupun kelembaban dalam taman. Grafik hubungan suhu udara dan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng serta data pengambilan suhu udara dan kelembaban disajikan dalam gambar lampiran 1 6 serta tabel lampiran 4 9. Setiap hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon maupun hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon menghasilkan persamaan regresi linier dan nilai R 2. Suhu ( C) 35,0 34,8 34,6 34,4 34,2 34,0 33,8 33,6 33,4 33,2 33,0 32,8 y = -0,004x + 34,72 R² = 0, Luas Tutupan (m 2 ) Gambar 18 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng selama tiga kali pengamatan

16 33 Kelembaban (%) 58,0 56,0 54,0 52,0 50,0 48,0 46,0 y = 0,025x + 46,55 R² = 0,864 44, Luas Tutupan (m2) Gambar 19 Hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng selama tiga kali pengamatan Gambar 18 dan 19 menunjukkan tiga kali pengamatan suhu udara dan kelembaban dalam Taman Menteng. Dari hasil perhitungan rata-rata tiga kali ulangan, didapatkan bahwa persamaan regresi linier hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = -0,004x + 34,72 dengan R 2 = 0,801. Persamaan regresi linier hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = 0,025x + 46,55 dengan R 2 = 0,864. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebesar 80% penurunan suhu udara dipengaruhi oleh luas tutupan kanopi pohon, dan 86% peningkatan kelembaban dalam taman dipengaruhi oleh luas tutupan pohon. Selain faktor suhu udara dan kelembaban, faktor angin dan radiasi matahari juga berperan. Angin seringkali berhembus cukup kencang dan terkadang matahari tertutup awan sehingga memengaruhi data.

17 34 a. b. Gambar 20 Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Menteng

18 35 Penutupan vegetasi dalam Taman Menteng memengaruhi distribusi suhu udara maupun kelembaban. Gambar 20 menunjukkan pola persebaran suhu udara (a) dan kelembaban (b) dalam Taman Menteng. Pada area yang kurang terdapat tutupan kanopi pepohonan, suhu udara cenderung lebih tinggi dan kelembaban lebih rendah. Sebaliknya pada daerah yang banyak terdapat kanopi pepohonan suhu udara cenderung lebih rendah dan kelembaban menjadi lebih tinggi. Fluktuasi suhu udara dalam tapak cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh unsur cuaca lain seperti lama penyinaran matahari dan angin. Kondisi kanopi pohonpohon penaung yang ada belum cukup dewasa sehingga kerapatan yang kurang menyebabkan polusi yang terkonsentrasi di jalan yang berbatasan dengan taman turut memengaruhi iklim mikro Taman Menteng. Selain unsur cuaca dan kanopi pohon, lanskap di sekitar taman juga turut memengaruhi suhu udara dalam taman. Berdasarkan pengamatan lapang, bagian taman yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin merupakan bagian dari koridor biru Kali Gresik (Gambar 21). Pohon yang digunakan di areal yang berbatasan langsung dengan jalan adalah pohon tabebuia (Tabebuia chrysanta) yang kondisi tajuknya kurang masif. Pada bagian daerah milik jalan (damija) telah ada pohon eksisting berupa beringin (Ficus benjamina) dan menjadikan pedestrian yang ada menjadi nyaman. Formasi pohon beringin juga membantu mengurangi polusi asap serta bising dari kendaraan yang melintas. Gambar 21 Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan Prof. Moh. Yamin

19 36 Grid yang berada di bagian yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin ini yaitu grid nomor Suhu udara rata-rata tertinggi berada pada grid ke-61. Grid ini merupakan grid yang dekat dengan persimpangan Jalan HOS Cokroaminoto dengan Jalan Prof. Moh Yamin sehingga suhu udara menjadi lebih tinggi. Areal ini didominasi perkerasan dan merupakan welcome area yang menuju axis Taman Menteng. Nilai kelembaban untuk bagian ini berkisar dari 40 60%. Pada bagian yang mendapat kanopi beringin nilai kelembaban menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak. Pada bagian welcome area yaitu grid ke-61, nilai kelembaban kecil karena tidak adanya kanopi pohon yang cukup masif untuk meningkatkan kelembaban. Area menjadi lebih silau karena tidak ada groundcover. Selain itu, terdapat bangunan display rumah kaca di grid yang berbatasan yang turut memengaruhi iklim mikro bagian ini. Gambar 22 Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan HOS Cokroaminoto Bagian taman yang berbatasan langsung dengan Jalan HOS Cokroaminoto (Gambar 22) sama halnya dengan bagian yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin yang dipengaruhi oleh lanskap jalan. Bagian ini juga berhadapan dengan area pelayanan yaitu pertokoan dan hotel. Vegetasi yang digunakan pada bagian ini yaitu pucuk merah (Syzygium oleana), tabebuia (Tabebuia chrysanta), mahoni (Swietenia mahagoni), kamboja kuburan (Plumeria rubra), dan palem raja (Roystonea regia). Pucuk merah yang termasuk jenis semak ini ditanam sebagai aksen atau penambah estetika. Pucuk merah ditanam bersama dengan kamboja

20 37 kuburan. Kamboja kuburan juga memberikan nilai estetika. Begitu pula tabebuia yang ada memiliki tajuk yang tidak masif dan ditanam berjauhan sehingga tanaman ini hanya berfungsi sebagai aksen. Palem raja ditanam sejajar dengan trotoar sebagai pengarah. Mahoni yang ada belum mencapai ukuran dewasa. Dengan lebar tajuk sekitar 1,5 meter dan tinggi 2,5 meter, mahoni ini belum mampu memberikan naungan dan tajuk yang masif. Keberadaan groundcover di bagian ini seperti rumput gajah (Axonopus compressus), pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), dan ubi hias (Ipomoea batatas) membantu mengurangi silau serta melembutkan struktur dari dominasi penggunaan elemen keras. Nilai suhu udara di bagian ini cukup bervariasi. Pada area yang dekat dengan pintu masuk gedung parkir taman memiliki nilai suhu udara tertinggi. Area ini hampir seluruhnya adalah perkerasan dan tidak terdapat vegetasi penaung. Hanya terdapat groundcover yang menjadi batasan jalan masuk parkir dengan taman yaitu Suhu udara terendah terdapat di area yang terdapat pohon trembesi dan mahoni. Kelembaban di bagian ini tertinggi berada di grid yang memiliki suhu udara terendah yaitu di grid ke-45. Adanya vegetasi penaung cukup mampu menurunkan suhu udara serta meningkatkan nilai kelembaban. Area olahraga merupakan area dengan perkerasan terluas di Taman Menteng. Di area ini terdapat lapangan basket, voli, dan futsal. Grid yang merupakan bagian dari area olahraga yaitu grid ke-2, 8, 11, 20, 23, 36, 39, dan 52. Bentuk lapangan yang berorientasi utara-selatan menjadikan area permainan tidak terganggu oleh sinar matahari ketika pagi dan sore hari. Saat siang hari yang terik pantulan sinar dari perkerasan cukup mengurangi kenyamanan, namun dengan adanya barisan pepohonan peneduh di sekitarnya mampu meningkatkan kualitas visual, kenyamanan, serta mengontrol angin. Jenis yang ditanam di sekitar area tersebut yaitu trembesi (Samanea saman), kamboja kuburan (Plumeria rubra), bintaro (Cerbera manghas), dadap merah (Erythrina cristagalli), biola cantik (Ficus lyrata), dan damar (Agathis alba). Trembesi mendominasi area disekitar lapangan. Dengan adanya trembesi, luas tajuk trembesi yang cukup luas dan bersifat menaungi mampu memengaruhi kenyamanan di sekitar lapangan.

21 38 Pada bagian yang berbatasan dengan Jalan Kediri ditanami vegetasi penaung seperti menteng (Baccaurea racemosa), damar (Agathis alba), trembesi (Samanea saman), dan kelapa sawit (Elaeis guinensis). Pohon menteng ditanam sebagai batas terluar taman dengan Jalan Kediri. Damar ditanam secara massal dengan jarak tanam sekitar 1,5 meter. Diantara tanaman damar terdapat beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam sejajar. Trembesi ditanam sejajar pada bagian yang dekat dengan area lapangan. Untuk groundcover digunakan rumput gajah. Kanopi yang ada belum mencapai ukuran maksimal namun sudah cukup membuat naungan yang memberikan kenyamanan di bagian ini. Suhu udara di bagian ini lebih rendah sekitar 1-2 C dibandingkan dengan areal lapangan olahraga. Meskipun berbatasan dengan Jalan Kediri, bagian ini tetap nyaman karena Jalan Kediri merupakan jalan lingkungan kompleks perumahan yang rendah intensitas kendaraannya. Hal ini berbeda dengan bagian yang berbatasan dengan Jalan Prof. Moh. Yamin dan Jalan HOS Cokroaminoto yang memiliki intensitas kendaraan tinggi. Axis yang berupa jalur sirkulasi di Taman Menteng ini memiliki tanaman pengarah yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) yang ditanam berkesinambungan. Selain berfungsi sebagai pengarah, dari segi fungsi penanaman tanaman ini juga dapat berfungsi sebagai peneduh karena bentuk tajuk V dari sawo kecik mampu memberikan naungan. Saat pengamatan ukuran sawo kecik belum mencapai maksimal sehingga saat siang hari yang terik area axis terasa kurang nyaman. Selain sawo kecik, terdapat pula beringin karet (Ficus elastica) sebagai penaung serta beberapa jenis groundcover. Pada bagian axis terdapat tiga buah kolam air mancur. Keberadaan elemen air ini dapat mengurangi kesan kaku dari dominasi perkerasan axis. Jalur sirkulasi yang ada dalam Taman Menteng cukup banyak. Setiap jalur sirkulasi selalu memadukan jenis vegetasi penaung, pengarah, semak rendah, maupun groundcover yang menarik. Ruang-ruang yang terbentuk dengan adanya jalur sirkulasi ditanamai dengan berbagai jenis pohon peneduh seperti khaya (Khaya senegalensis), matoa (Pometia pinnata Forst.), kayu manis (Cinnamomum burmanii Bl.), biola cantik (Ficus lyrata), asam kranji (Pithecellobium dulce Benth), damar

22 39 (Agathis alba), dan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.). Pada bagian tengah taman terdapat lapangan rumput mini football. Dengan adanya tegakan pohon akan menciptakan semakin banyak naungan sehingga suhu udara menjadi lebih rendah serta mengontrol nilai kelembaban Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Menteng Dari hasil kuisioner, jumlah pengunjung Taman Menteng berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 53% dan pengunjung jenis kelamin perempuan sebesar 47%. Pengunjung Taman Menteng didominasi oleh usia remaja (15-25 tahun) sebanyak 70%, usia tahun sebesar 13%, usia tahun sebesar 7%, dan usia > 46 tahun sebesar 10%. Latar belakang pendidikan terakhir pengunjung adalah SMA 60%, SMP 27%, dan Perguruan Tinggi 13%. Tujuan berekreasi pengunjung sebesar 73%. Pengunjung usia remaja mengunjungi Taman Menteng saat istirahat sekolah maupun hari libur. Kegiatan yang umum dilakukan adalah berolahraga dan bersantai. Saat dilakukan pengisian kuisioner, sebagian besar responden melakukan pengisian pada tempat yang relatif teduh, seperti di bawah kanopi pohon. Kondisi ini cukup memengaruhi jawaban responden terhadap kenyamanan iklim mikro Taman Menteng. Saat pengumpulan data kuisioner, kondisi cuaca saat siang hari (pukul ) sangat panas sehingga pengunjung Taman Menteng umumnya banyak berkumpul di area yang relatif teduh seperti di tepi lapangan olahraga, bangku taman yang ternaungi pohon, serta area dekat gedung pengelola Taman Menteng Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Untuk mengetahui apakah jenis kelamin memengaruhi respon kenyamanan di Taman Menteng digunakan uji chi-square. Untuk mengetahui kaitan antara respon kenyamanan dengan data diri responden, digunakan hipotesis sebagai berikut: H o : Kenyamanan taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan taman dengan faktor jenis kelamin Dari hasil perhitungan nilai harapan (Tabel 17) didapatkan nilai probabilitas = 0,54; chi-tabel = 3,84; chi-hitung = 0,36. Karena Chi-hitung (0,36) < Chi-tabel (3,84)

23 40 maka tidak ada hubungan antara kenyamanan di Taman Menteng dengan faktor jenis kelamin pengunjung (terima H o ). Tabel 6 Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin No. Pilihan Jawaban Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 7 Nilai harapan Jenis Kelamin No. Pilihan Jawaban Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Nyaman 11,73 10, Tidak Nyaman 4,27 3,73 8 Jumlah Tabel 6 menunjukkan bahwa 73% responden (22 orang) merasa nyaman dengan iklim mikro Taman Menteng, diikuti oleh 27% responden (8 orang) menyatakan tidak nyaman. Proporsi persepsi kenyamanan ditinjau dari jenis kelamin cukup sebanding. Aktivitas yang banyak terjadi di Taman Menteng umumnya merupakan aktivitas olahraga yang banyak dilakukan oleh pengunjung usia remaja. Selain aktivitas olahraga, aktivitas bermain dan duduk-duduk umum dilakukan oleh pengunjung. Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase pendapat rasa nyaman oleh responden laki-laki (68%) lebih kecil dari responden perempuan (78%). Aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki umumnya banyak dan lebih aktif sehingga produksi perspirasi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Fasilitas olahraga di taman ini umumnya digunakan oleh pengunjung laki-laki dibandingkan perempuan. Saat melakukan pengisian kuisioner maka pendapat pribadi tentunya akan juga memengaruhi jawaban dari responden laki-laki.

24 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor usia responden di Taman Menteng adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor jenis kelamin Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 0,36 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Tabel 8 Respon kenyamanan berdasarkan usia No. Pilihan Jawaban Usia (tahun) Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 9 Nilai Harapan No. Pilihan Jawaban Usia (tahun) Jumlah 1. Nyaman 16,86 2,2 0,73 2, Tidak Nyaman 6,13 0,8 0,27 0,8 8 Jumlah Adanya fasilitas berupa lapangan futsal, voli, dan basket serta latar belakang Taman Menteng yang awal mulanya merupakan Stadion Persija diduga memengaruhi dominasi pengunjung berusia remaja. Tabel 8 menunjukkan bahwa Taman menteng didominasi oleh responden berusia remaja (15-25 tahun). Pada hari libur sering diadakan turnamen olahraga serta berbagai acara komunitas sosial. Pengunjung umumnya menyukai tempat tempat di bawah naungan pohon seperti di sekitar areal lapangan dan daerah di sekitar axis taman. Sistem keamanan yang baik, penerangan yang cukup, serta bukaan taman yang memudahkan akses keluar-masuk taman menjadikan Taman Menteng selalu ramai dikunjungi setiap hari.

25 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor pendidikan responden adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor pendidikan H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor pendidikan Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,29 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Dari perhitungan chi-square diketahui bahwa tidak ada hubungan antara faktor pendidikan responden terhadap persepsi kenyaman di Taman Menteng. Responden sebagian besar berpendidikan SMA, diikuti oleh SMP, dan Perguruan Tinggi. Tabel 10 Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan No. Pilihan Jawaban Pendidikan SMP SMA Akad PT Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 11 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Pendidikan SMP SMA Akad PT Jumlah 1. Nyaman 6,6 12,46-2, Tidak Nyaman 24 4,53-1,06 8 Jumlah Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor tempat tinggal responden adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor tempat tinggal H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor tempat tinggal

26 43 Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,29 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Dari perhitungan diketahui bahwa tempat tinggal responden tidak berhubungan dengan kenyamanan dalam Taman Menteng. Tabel 12 Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal No. Pilihan Jawaban Tempat Tinggal Kec. Menteng Luar Kec. Jumlah Menteng 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 13 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Tempat Tinggal Kec. Menteng Luar Kec. Jumlah Menteng 1. Nyaman 5,13 16, Tidak Nyaman 1,89 6,13 8 Jumlah Tujuan dan Motivasi Responden Taman Menteng Sebanyak 22 responden (73%) menyatakan memiliki tujuan untuk berekreasi di Taman Menteng dan 8 responden (27%) memiliki tujuan di luar rekreasi. Taman kota sejatinya merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi untuk berelaksasi dari rutinitas kota. Hal yang menarik responden untuk datang (motivasi) ke Taman Menteng adalah suasana Taman Menteng (60%), lokasi yang mudah dicapai (20%), tidak dipungut biaya (13%), dan fasilitas taman (7%). Dapat dikatakan bahwa faktor lanskap taman menjadi hal utama yang menarik responden datang ke Taman Menteng.

27 Iklim Mikro pada Taman Suropati Taman Suropati memiliki luas taman m 2 dengan tutupan kanopi sebesar 3.944,2 m 2 dan dibuat grid sebanyak 13 titik pengambilan data (Gambar 23). Luas kanopi pohon di taman ini adalah 3.944,2 m 2. Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon yaitu y = -0,003x + 34,99 dan R 2 = 0,769; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,037x + 42,00 dan R 2 = 0,821. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,003x + 34,23 dan R 2 = 0,88; untuk faktor kelembaban didapat y = 0,029x + 45,64 dan R 2 = 0,872. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,002x + 34,36 dan R 2 = 0,846; untuk faktor kelembaban y = 0,032x + 39,02 dan R 2 = 0,871. Gambar 23 Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati Gambar 24 dan 25 merupakan suhu udara dan kelembaban dari tiga kali pengamatan di Taman Suropati. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap penurunan suhu udara sekitar 96%, dan besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap peningkatan kelembaban sekitar

28 45 90%. Faktor angin hendaknya dipertimbangkan untuk mengatur suhu udara dan kelembaban dalam taman yang cukup tinggi. 34,00 33,90 33,80 Suhu ( C) 33,70 33,60 33,50 33,40 33,30 y = -0,003x + 34,53 R² = 0,962 33, Luas Tutupan (m 2 ) Gambar 24 Hubungan suhu udara rata-rata dari tiga kali pengamatan dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati 58,0 57,0 56,0 Kelembaban (%) 55,0 54,0 53,0 52,0 51,0 50,0 49,0 48,0 y = 0,032x + 42,21 R² = 0, Luas Tutupan (m 2 ) Gambar 25 Hubungan kelembaban rata-rata dari tiga kali pengamatan dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati

29 46 a. b. Gambar 26 Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Suropati Lanskap Taman Suropati dan sekitarnya terdapat banyak pohon dengan kanopi cukup rapat sehingga sirkulasi udara kurang. Dengan pemangkasan yang tepat

30 47 maka sirkulasi udara (angin) dan sinar matahari akan mampu menyeimbangkan iklim mikro taman. Dari hasil rata-rata tiga kali ulangan, didapatkan persamaan regresi linier hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Suropati adalah y = -0,003x + 34,53 dengan R 2 = 0,962. Persamaan regresi linier hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = 0,032x + 42,21 dengan R 2 = 0,901. Gambar 26 menunjukkan pola persebaran suhu udara dan kelembaban di dalam Taman Suropati. Taman Suropati secara umum memiliki perbedaan suhu udara antartitik yang tidak terlalu jauh. Pada area yang terbuka tanpa kanopi pohon, terjadi sedikit perbedaan suhu udara. Kelembaban di dalam taman ini juga relatif sama. Pada bagian yang tidak mendapat kanopi pohon nilai kelembaban menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian yang mendapat naungan pohon. Rataan suhu udara udara di Taman Suropati dari hasil pengamatan adalah 33,6 C dan rataan kelembaban 52%. Lanskap di sekitar Taman Suropati berupa perumahan serta jalan raya (Jalan Diponegoro). Perumahan tersusun rapi dengan pohon peneduh berkanopi cukup besar. Pada bagian selatan taman berbatasan dengan pulau jalan (traffic island) Diponegoro. Pulau jalan Diponegoro menghubungkan jalan arteri Jalan Diponegoro Jalan Imam Bonjol serta beberapa jaringan jalan kolektor dari kompleks perumahan. Mahoni (Swietenia mahagoni), yang merupakan vegetasi khas dari Taman Suropati, memiliki kanopi pohon cukup besar. Tajuk antarpohon yang saling bersinggungan dengan jarak tanam yang sesuai menimbulkan naungan yang memberikan kenyamanan termal. Selain mahoni, terdapat pula pohon kelapa (Cocos nucifera), ketapang (Terminalia catappa), serta sawo kecik (Manilkara kauki). Hamparan rumput gajah yang ada berperan dalam mengurangi silau serta menambah kelembaban dalam taman. Pada beberapa pohon terdapat tanaman memanjat seperti sirih belanda (Scindapsus aureus), monstera (Monstera deliciosa), dan beberapa jenis philodendron. Rataan nilai suhu udara untuk Taman Suropati berkisar dari 33,1 34,4 C serta rataan nilai kelembaban berkisar dari %.

31 48 Taman Suropati mengalami sedikit perubahan desain taman, yaitu penambahan planter box, bangku taman, serta area batu terapi. Planter box dibuat pada bagian axis taman dan diisi dengan hamparan marantha dan sirih gading sebagai groundcover. Silau matahari yang masuk dapat direduksi dengan adanya hamparan groundcover. Di sisi timur dan barat taman juga ditambah dengan planter box yang diisi lili paris, sambang darah, serta alpinia. Meskipun groundcover yang ada tidak memberikan naungan, penggunaan groundcover juga berfungsi mengisi ruang axis taman, membentuk massa, serta menjadi focal point taman. Di Taman Suropati tidak terdapat vegetasi berbunga, hanya ada groundcover berwarna daun menarik yang ditampilkan oleh marantha, sambang darah, dan alpinia. Penggunaan elemen air berupa dua bolah kolam air mancur di sisi timur dan barat taman juga membantu memberikan kesan nyaman dalam taman (Gambar 27). Lanskap taman yang nyaman juga dibantu dengan adanya vegetasi penaung lain di luar taman. Vegetasi tersebut berasal dari permukiman di sekitar Jalan Taman Suropati dari jenis beringin dan mahoni. Pohon-pohon tersebut memiliki diameter tajuk yang besar dan bersinggungan dengan pohon dari Taman Suropati. (a) (b) Gambar 27 Salah satu sudut di Taman Suropati: (a) area kolam air mancur dan (b) planter box di bagian axis taman

32 Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Suropati Sebanyak 25 orang responden menyatakan iklim mikro Taman Suropati tergolong nyaman, 5 orang responden menyatakan tidak nyaman. Responden yang didapat dari Taman Suropati sebagian besar adalah laki-laki sebesar 83%, dan sisanya sebesar 17% adalah perempuan. Pengunjung Taman Suropati 53% merupakan usia tahun, 16% berusia tahun, 16% berusia tahun, dan 15% berusia > 46 tahun. Latar belakang pendidikan terakhir pengunjung taman 57% adalah SMA, 27% Perguruan Tinggi, 13% SMP, dan 3% Akademi. Sebanyak 63% pengunjung memiliki tujuan datang ke Taman Suropati untuk berekreasi dan 37% bertujuan untuk studi Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor jenis kelamin responden di Taman Suropati adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor jenis kelamin Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 0,048 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Dari perhitungan diketahui bahwa kenyamanan dalam Taman Suropati tidak berhubungan dengan jenis kelamin pengunjung. Tabel 14 Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin No. Pilihan Jawaban Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman

33 50 Tabel 15 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Nyaman 16,67 8, Tidak Nyaman 3,33 1, Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden.Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor usia responden di Taman Suropati adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor usia H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor usia Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,42 Tabel 16 Respon atas kenyamanan berdasarkan usia No. Pilihan Jawaban Usia (tahun) Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 17 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Usia (tahun) Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Dari perhitungan diketahui bahwa kenyamanan Taman Suropati tidak berhubungan dengan faktor usia.

34 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor pendidikan responden di Taman Suropati adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor pendidikan H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor pendidikan Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 4,48 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Dari perhitungan diketahui bahwa kenyamanan Taman Suropati tidak berhubungan dengan faktor latar belakang pendidikan pengunjung. Tabel 18 Respon atas kenyamanan berdasarkan pendidikan No. Pilihan Jawaban Pendidikan SMP SMA Akad PT Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 19 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Pendidikan SMP SMA Akad PT Jumlah 1. Nyaman 6,6 12,47-2, Tidak Nyaman 2,4 4,53-1,06 8 Jumlah Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor tempat tinggal H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor tempat tinggal Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 7,87

35 52 Didapatkan chi-hitung > Chi-tabel terima H 1 Tabel 20 Respon atas kenyamanan berdasarkan tempat tinggal No. Pilihan Jawaban Tempat Tinggal Kec. Menteng Luar Kec. Menteng Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 21 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Tempat Tinggal Kec. Menteng Luar Kec. Jumlah Menteng 1. Nyaman 5,13 16, Tidak Nyaman 1,86 6,13 8 Jumlah Dari perhitungan diketahui bahwa jawaban kenyamanan terhadap Taman Suropati memiliki hubungan dengan faktor tempat tinggal responden. Responden yang berasal dari wilayah Menteng (7 responden) seluruhnya menyatakan bahwa Taman Suropati tergolong nyaman. Lingkungan tempat tinggal cukup memengaruhi persepsi mengenai kenyamanan iklim mikro taman Tujuan dan Motivasi Responden Taman Suropati Sebanyak 19 responden (63%) Taman Suropati memiliki tujuan untuk berekreasi, sisanya sebanyak 11 responden (37%) menyatakan memiliki tujuan selain berekreasi, salah satunya yaitu belajar bermain alat musik. Motivasi responden untuk datang ke taman ini adalah suasana taman (70%), diikuti dengan aksesibilitas (17%), tidak dipungut biaya (10%), dan nilai sejarah (3%). Meskipun bernilai historis tinggi, tidak terlalu banyak responden yang memerhatikan aspek sejarah taman. Banyaknya pengunjung yang berasal dari luar Kecamatan Menteng diduga karena lokasi taman yang berada pada jalur arteri Jalan Diponegoro Jalan Imam

36 53 Bonjol. Umumnya mereka datang ke Taman Suropati untuk beristirahat. Pada harihari tertentu beberapa komunitas seni budaya rutin berkumpul di taman ini. Rekreasi yang umum dilakukan antara lain duduk-duduk dan jogging. Kegiatan pendidikan di taman ini yaitu bermain alat musik dan perkumpulan komunitas seni budaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pos polisi Taman Suropati, taman ini selalu ramai dikunjungi dari siang hingga larut malam. Pengunjung mulai ramai pada sore hari sekitar pukul Pada hari Sabtu/Minggu banyak pula pengunjung yang menghabiskan waktu berkumpul. Sistem keamanan yang baik, lampu penerangan taman yang cukup, serta bukaan taman yang luas diduga menjadi faktor penting yang menjadikan Taman Suropati selalu dikunjungi setiap hari Iklim Mikro pada Taman Situ Lembang Taman Situ Lembang (Gambar 28) dengan luas m 2 dibagi menjadi 8 titik pengambilan data. Luas tutupan vegetasi sebesar 1.074,5 m 2. Luas tutupan yang dibentuk dari tajuk pepohonan pada Taman Situ Lembang dibentuk oleh formasi mahoni (Swietenia mahagoni), ketapang (Terminalia catappa), dan beringin (Ficus benjamina) pada area sekitar badan air (situ). Gambar 28 Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban udara di Taman Situ Lembang

37 54 Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon yaitu y = -0,003x + 34,87 dan R 2 = 0,901; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,027x + 45,05 dan R 2 = 0,897. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,002x + 34,63 dan R 2 = 0,918; untuk faktor kelembaban didapat y = 0,025x + 43,22 dan R 2 = 0,897. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara degnan luas tutupan kanopi pohon y = -0,002x + 34,36 dan R 2 = 0,817; untuk faktor kelembaban y = 0,029x + 44,01 dan R 2 = 0,817. Regresi rata-rata suhu udara di Taman Situ Lembang adalah y = -0,002x + 34,7 dan R 2 = 0,936; regresi rata-rata kelembaban y = 0,027x + 44,09 dan R 2 = 0,891 (Gambar 34). Saat pengamatan, sinar matahari cukup terik memantul di permukaan badan air. Menurut Brown dan Gillespie (1995) untuk mengurangi silau akibat pantulan badan air dapat menggunakan semak yang penempatannya disesuaikan pada penggunaan tapak. Taman Situ Lembang menjadikan keberadaan badan air (situ) sebagai focal point taman sehingga tidak ada batas tanaman dari tepi air ke dalam area taman. Suhu udara di Taman Situ Lembang berkisar antara 34,3 35 C dengan kelembaban berkisar antara %. Elemen air cukup memengaruhi kenyamanan dalam taman. Menurut Todd dalam Margareta (2007), posisi suatu tapak terhadap elemen air memengaruhi efek penyejukan air terhadap iklim mikro tapak. Pergerakan air yang terjadi serta adanya air muncrat di tengah danau menambah kesan nyaman dari Taman Situ Lembang. Pengaruh badan air dalam Taman Situ Lembang cukup memengaruhi distribusi suhu udara dan kelembaban. Badan air (situ) merupakan area yang memiliki suhu udara tertinggi dengan kelembaban lebih rendah jika dibandingkan dengan area yang tertutup dengan kanopi pepohonan. Badan air menerima sinar matahari langsung sehingga suhu udara area air cukup tinggi. Perbedaan suhu udara permukaan yang tinggi dengan area terluar tapak yang memiliki suhu udara rendah menimbulkan terjadinya pergerakan udara (angin). Dengan adanya angin yang sering

38 55 bertiup keluar-masuk tapak, kondisi iklim mikro yang secara aktual tidak nyaman menjadi lebih nyaman (Gambar 29 dan 30). 34,8 34,7 Suhu ( C) 34,6 34,5 34,4 y = -0,002x + 34,70 R² = 0,936 34,3 34,2 34, Luas Tutupan (m 2 ) Gambar 29 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Situ Lembang selama tiga kali pengamatan 51,0 50,0 49,0 Kelembaban (%) 48,0 47,0 46,0 45,0 44,0 43,0 y = 0,027x + 44,09 R² = 0, Luas Tutupan (m 2 ) Gambar 30 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Situ Lembang selama tiga kali pengamatan

39 56 Gambar 29 dan 30 menunjukkan bahwa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap suhu udara sebesar 93% dan 89% terhadap kelembaban. Meskipun Taman Situ Lembang memiliki badan air yang cukup luas, namun suhu udara dalam taman tetap tinggi. a. b. Gambar 31 Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Situ Lembang Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Situ Lembang Pengunjung Taman Situ Lembang sebagian besar adalah laki-laki sebesar 83%, dan sisanya sebesar 17% adalah perempuan. Pengunjung Taman Suropati 67% merupakan usia tahun, 17% berusia tahun, dan 17% berusia tahun. Latar belakang pendidikan terakhir pengunjung taman 47% adalah SMP, 23% Perguruan Tinggi, SMP 20%, dan 10% Akademi. Sebanyak 90% pengunjung memiliki tujuan datang ke Taman Situ Lembang untuk berekreasi dan 10% bertujuan untuk studi Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor jenis kelamin responden di Taman Situ Lembang adalah sebagai berikut:

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) 11 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan tak lepas dari aspek kesejarahan yang mewarnai berbagai lokasi di dalamnya.

Lebih terperinci

EVALUASI KENYAMANAN PADA BEBERAPA TAMAN KOTA DI JAKARTA PUSAT PRIAMBUDI TRIE PUTRA

EVALUASI KENYAMANAN PADA BEBERAPA TAMAN KOTA DI JAKARTA PUSAT PRIAMBUDI TRIE PUTRA EVALUASI KENYAMANAN PADA BEBERAPA TAMAN KOTA DI JAKARTA PUSAT PRIAMBUDI TRIE PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang Rizki Alfian (1), Irawan Setyabudi (2), Rofinus Seri Uran (3) (1)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi pohon kota dilakukan pada tiga jalur jalan arteri di Kota Jakarta Pusat. Jalur arteri tersebut yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan P. Diponegoro, dan Jalan Angkasa. Berdasarkan

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Lokasi yang dipilih adalah taman yang berada di Kecamatan Menteng Kota Jakarta Pusat yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Waktu

Lebih terperinci

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978)

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978) 57 Analisis Fungsi Ekologi RTH Peredam Kebisingan Bukit Golf Hijau (BGH) adalah salah satu cluster di Sentul City dimana penghuninya sudah cukup banyak yang menempati rumah-rumah disini. Mayoritas penghuninya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin 27 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis 5.1.1 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin Analisis ini dilakukan pada empat area CBD di Sentul City, yakni Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel

Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel LAMPIRAN 126 127 Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel No Judul Gambar Keterangan 1 Guard House Gambar 41 2 Desain pada Gazebo Gambar 54 3 Desain

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT

KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT LAMPIRAN 120 121 Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT Studi ini bertujuan untuk membuat perencanaan lanskap

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut : BENTUK DAN FUNGSI HUTAN KOTA 1. Bentuk Hutan Kota Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG MATA KULIAH ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN UNTUK UJIAN VERIFIKASI HASIL KONVERSI KURIKULUM DOSEN : Ir. NuzuliarRachmah, MT DISUSUN OLEH : MARIA MAGDALENA SARI A. 052. 09. 045

Lebih terperinci

ANALISIS. Dominansi dan Keragaman

ANALISIS. Dominansi dan Keragaman 30 ANALISIS Dominansi dan Keragaman Dominansi Tanaman Dari hasil perhitungan dominansi tanaman pada lokasi studi, didapatkan bahwa spesies dengan nilai dominansi tertinggi pada sebagian besar area studi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYgreen 5.4 Proses analisis dibagi menjadi analisis enam belas rumah sampel. Keenam belas rumah ini berasal dari dua kecamatan dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1. Deskripsi Lokasi Perumahan Taman Nirwana terletak di pinggir kota Klaten. Untuk mencapai lokasi dapat dilalui dengan kendaraan bermotor sedang,

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

Konsep Penataan Massa

Konsep Penataan Massa 5.2.1. Konsep Penataan Massa Pembagian Zona dan perletakan massa Vegetasi dan dinding masif berfungsi untuk menghalangi kebisingan dari jalan raya. Mebatasi antara rumah warga dan komplek pesantren Memberikan

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City 21 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1 Site Plan Taman Terapi Berdasarkan konsep tata ruang yang dibuat, ruang pada tapak dibagi ke dalam dua ruang, yaitu ruang terapi dan ruang non terapi. Ruang terapi

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Area Taman Ayodia, Jalan Barito, Jakarta Selatan. Gambaran umum terhadap wilayah studi pada awalnya akan dipaparkan gambaran

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kota Bogor Tahun 2011 Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley 1961 dalam LO 1996). Peta penutupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang baik berupa jalur maupun mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi-vegetasi,

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

VIII. RANCANGAN TAPAK

VIII. RANCANGAN TAPAK VIII. RANCANGAN TAPAK Perancangan adalah tahapan terakhir dari proses studi penelitian ini. Perancangan merupakan pengembangan dari konsep dan perencanaan dari tahapan sebelumnya. Perancangan pada tapak

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP Tata Ruang Luar ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP Program Studi Arsitektur Universitas Gunadarma Vinny Nazalita Elemen Lunak Aspek Arsitektural Aspek Artistik Visual Aspek Hortikultural Aspek Pengendali

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di Perumahan Bukit Sejahtera Palembang Tutur Lussetyowati Laboratorium Kota dan Permukiman, Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Evaluasi dan Analisis 5.1.1. Evaluasi dan Analisis Fungsi Pohon Proses penilaian fungsi pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon meliputi 9 aspek,

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam perancangaan Hotel Resort ini saya menggunakan kosep dasar adalah Arsitektur Hijau dimana bangunan ini hemat energi, minim menimbulkan dampak negatif

Lebih terperinci

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA Muhimmatul Khoiroh 3310

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST.,MT. Multimedia

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan)

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan) LAMPIRAN 106 Lampiran 1 Kuesioner untuk Survey Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan) Responden yang terhormat. Perkenalkan, nama saya Rachma Kania. Saya sebagai mahasiswa Institut Pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen BAB II ANALISIS TAPAK Tujuan kegiatan dari survei yaitu mengumpulkan Data dan Fakta, maka pada metode selanjutnya yang kami lakukan yaitu analisa. Metode yang berlanjut dan berkesinambungan inilah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data LAMPIRAN 0 1 0 Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian LAMPIRAN No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni 1 3 4 1 3 4 1 3 3 1 3 4 1 3 4 1. Penyusunan Proposal. Persiapan 3. Inventarisasi Data 4. Analisis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci