EVALUASI KENYAMANAN PADA BEBERAPA TAMAN KOTA DI JAKARTA PUSAT PRIAMBUDI TRIE PUTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KENYAMANAN PADA BEBERAPA TAMAN KOTA DI JAKARTA PUSAT PRIAMBUDI TRIE PUTRA"

Transkripsi

1 EVALUASI KENYAMANAN PADA BEBERAPA TAMAN KOTA DI JAKARTA PUSAT PRIAMBUDI TRIE PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi Evaluasi Kenyamanan pada Beberapa Taman Kota di Jakarta Pusat adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2011 Priambudi Trie Putra A

3 RINGKASAN PRIAMBUDI TRIE PUTRA. Evaluasi Kenyamanan pada Beberapa Taman Kota di Jakarta Pusat. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH. Keberadaan taman kota merupakan hal mutlak untuk menjamin kelangsungan ekologis kota serta menjadi ruang interaksi sosial bagi warga kota. Fungsi taman kota adalah untuk ameliorasi iklim serta merekayasa lingkungan. Fungsi ameliorasi iklim yaitu berupa menurunkan suhu dan memodifikasi kelembaban iklim mikro kota. Fungsi rekayasa lingkungan yaitu berupa mengurangi erosi, meningkatkan kualitas udara kota, menjadi tempat habitat satwa liar, dan mengurangi kebisingan. Kenyamanan merupakan hal yang ingin dicapai dengan adanya taman kota. Selain menyajikan kenyamanan, taman kota sebagai bagian dari ruang terbuka hijau (RTH) akan mampu meningkatkan kualitas kehidupan lingkungan perkotaan yang umumnya didominasi oleh struktur bangunan Kawasan Menteng di Jakarta Pusat merupakan kota taman pertama di Indonesia yang memiliki beberapa taman kota seperti Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Kawasan Menteng merupakan model dari kota taman yang mengharmonisasikan penggunaan ruang sehingga dapat menciptakan lanskap kota yang nyaman. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kenyamanan Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang berdasarkan pengambilan data langsung (suhu dan kelembaban) serta responden dari masingmasing taman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode grid berukuran 20 meter x 20 meter untuk mengetahui sebaran suhu dan kelembaban di masing-masing taman. Di tiap grid dilakukan pengambilan data suhu dan kelembaban aktual dengan tiga kali ulangan. Pengambilan data dilakukan pada siang hari terik pukul di bulan April-Mei Data berupa luas tutupan kanopi pohon dilakukan dengan melakukan digitasi citra taman menggunakan Google Earth Digitasi kanopi pohon menggunakan software AutoCAD Dari data luas tutupan kanopi pohon dicari hubungannya dengan data suhu dan kelembaban menggunakan persamaan regresi linier. Faktor pembentuk iklim mikro ada empat, yaitu suhu, kelembaban, pergerakan udara (angin), dan radiasi matahari. Temperature Humidity Index (THI) merupakan rumus untuk mengetahui tingkat kenyamanan lingkungan berdasarkan suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata. Berdasarkan standar kenyamanan THI yang ideal bagi manusia adalah pada kisaran 21 26, dengan suhu berkisar C dan kelembaban berkisar 40-75%. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa ketiga taman memiliki nilai THI di luar kisaran kenyamanan yaitu Taman Menteng 30,64, Taman Suropati 30,36, dan Taman Situ Lembang 30,76. Berdasarkan kuisioner, responden ketiga taman menyatakan bahwa ketiga taman tergolong nyaman. Faktor klimatik lain seperti angin diduga membantu memengaruhi kenyamanan sehingga kondisi aktual yang seharusnya tergolong tidak nyaman menjadi nyaman. Responden ketiga taman mayoritas menyatakan bahwa tujuan mereka datang ke taman adalah untuk berekreasi

4 dengan motivasi suasana taman. Beberapa faktor yang dianalisis dari responden seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, dan tempat tinggal sebagian besar menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara respon kenyamanan dengan faktorfaktor tersebut. Rekomendasi untuk meningkatkan kenyamanan iklim mikro di ketiga taman didasarkan pada hasil perhitungan persamaan regresi linier di masing-masing taman. Pada Taman Menteng, perlu adanya penambahan luas tutupan kanopi pohon. Penambahan luas tutupan kanopi pohon masih dimungkinkan karena Taman Menteng cukup luas. Pada Taman Suropati, perlu diperhatikan kondisi percabangan pohon penaung sehingga memudahkan sirkulasi angin. Pada Taman Situ Lembang, perlu dilakukan penambahan pohon penaung serta semak untuk mengurangi suhu yang tinggi dari penyinaran matahari. Kata kunci: Iklim Mikro, Kanopi Pohon, Metode Grid, Suhu dan Kelembaban,

5 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

6 EVALUASI KENYAMANAN PADA BEBERAPA TAMAN KOTA DI JAKARTA PUSAT PRIAMBUDI TRIE PUTRA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

7 Judul Penelitian : EVALUASI KENYAMANAN PADA BEBERAPA TAMAN KOTA DI JAKARTA PUSAT Nama : Priambudi Trie Putra NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr NIP Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal Lulus:

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Kenyamanan pada Beberapa Taman Kota di Jakarta Pusat. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dengan terselesaikannya penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak dan Mama, orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan moral dan doa kepada penulis serta kakak-kakak dan adik (Pratiwi Susanthy, Daisy Dwi Prianthy, dan Mohammad Ardhi Sofyanto). 2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini; 3. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr dan Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan perbaikan skripsi ini; 4. Ibu Fitriyah Nurul Hidayati Utami, ST., MT. selaku dosen pembimbing akademik penulis yang membantu penulis dalam kegiatan perkuliahan; 5. Dinas Pertamanan dan Permakaman Provinsi DKI Jakarta atas izin yang telah diberikan kepada penulis, 6. Bapak Kamil selaku pengawas Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang atas pengarahan dan masukan bagi penulis, serta Ibu Dwi Airin Ponangsera yang membantu penulis dalam pencarian data; 7. Esti Budiarti yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data; 8. E. Junatan Muakhor, Rina Dwica Desyana atas kebersamaan dan dorongan yang diberikan kepada penulis serta Nining Irianti dan Mahmud Haris teman satu bimbingan;

9 9. Silka Dwita atas dukungan dan semangatnya; 10. teman-teman ARL 43 Tenk-Tonk Family yang selalu kompak dan semangat, kakak kelas ARL 41 dan 42 serta adik kelas ARL 44 dan 45; 11. Teman-teman Wisma The Village: Anto yang selalu memberikan motivasi, Radit, Chandra, Yogi, Zul, Rizki, Budi, Adit, Fandi, Ical, Sahrul, Topan, dan Enhar atas kebersamaan dan semangatnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Kritik dan saran akan penulis terima dengan tangan terbuka. Bogor, Maret 2011 Penulis

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1988 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Sunaryo dan Sumiyati. Pendidikan penulis diawali dengan menyelesaikan Taman Kanak-kanak (TK) Islam Toledo pada tahun Pada tahun 2000 penulis lulus dari SDN Pekayon 07 Pagi Jakarta Timur. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada tahun 2003 di SLTPN 103 Cijantung, Jakarta Timur. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 39 Cijantung, Jakarta Timur. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Kegiatan di luar akademik yang pernah diikuti selama perkuliahan yaitu anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM-A) sebagai Komisi Keuangan periode 2007/2008, dan sekretaris umum periode 2008/2009. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di program Agroedutourism IPB pada tahun Kompetisi lomba yang pernah diikuti yaitu Sayembara Taman Pisang pada tahun 2009 dan Sayembara Taman Topi pada tahun Selain itu penulis juga menjadi asisten mata kuliah Desain Penanaman Lanskap pada Februari Juni 2010 serta asisten mata kuliah Tanaman dalam Lanskap pada Agustus 2010 Januari Penulis juga mengikuti berbagai kegiatan pelatihan dan seminar yang mendukung kegiatan akademik.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv I II III IV V PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Iklim Mikro Kenyamanan... 4 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian... 7 KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Letak, Luas, dan Batas Lokasi Keadaan Fisik Kawasan HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Pengambilan Data Suhu udara Taman Menteng Taman Suropati Taman Situ Lembang Karakteristik Responden Analisis Iklim Mikro di Tiga Lokasi Penelitian Iklim Mikro pada Taman Menteng Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Menteng Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden... 42

12 ii VI Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden Tujuan dan Motivasi Responden Taman Menteng Iklim Mikro pada Taman Suropati Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Suropati Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden Tujuan dan Motivasi Responden Taman Suropati Iklim Mikro pada Taman Situ Lembang Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Situ Lembang Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden Tujuan dan Motivasi Responden Taman Situ Lembang Analisis THI Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Rekomendasi untuk Meningkatkan Kenyamanan Iklim Mikro Taman Menteng Taman Suropati Taman Situ Lembang SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 70

13 iii DAFTAR TABEL No. Teks Halaman 1. Nama, luas, dan lokasi taman Beberapa jenis vegetasi di Taman Menteng Beberapa jenis vegetasi di Taman Suropati Beberapa jenis vegetasi di Taman Situ Lembang Rata-rata suhu udara dan kelembaban Taman Menteng, Suropati, dan Situ Lembang Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin Nilai harapan Respon kenyamanan berdasarkan usia Nilai harapan Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan Nilai harapan Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal Nilai harapan Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin Nilai harapan Respon kenyamanan berdasarkan usia Nilai harapan Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan Nilai harapan Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal Nilai harapan Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin Nilai harapan Respon kenyamanan berdasarkan usia Nilai harapan Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan Nilai harapan 59

14 iv 28. Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal Nilai harapan Nilai THI di masing-masing taman 61

15 v DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1. Peta DKI Jakarta dan Kota Jakarta Pusat 5 2. Peta lokasi Taman Menteng, Suropati, dan Situ Lembang 6 3. Metode grid untuk pengambilan data suhu udara dan kelembaban 8 4. Bagan alur penelitian Kawasan Menteng pada tahun Denah Taman Menteng Denah Taman Suropati Denah Taman Situ Lembang Salah satu focal point dalam Taman Menteng Contoh hardscape Taman Menteng: (a) rumah kaca dan (b) plaza Penggunaan semak berbunga dan berdaun menarik di tiap sudut Taman Menteng: (a) bunga tasbih (Canna hybrida) dan Excoecaria cochinchinensis Peta Taman Menteng berdasarkan citra Google Earth Pemilihan pohon penaung, desain formal, dan hamparan rumput yang luas menjadi ciri dari Taman Suropati Peta Taman Suropati berdasarkan citra Google Earth Taman Situ Lembang dengan elemen air sebagai focal point serta vegetasi penaung di sekeliling situ Peta Taman Situ Lembang berdasarkan citra Google Earth Lokasi titik pengambilan data suhu udara dan kelembaban pada Taman Menteng Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng selama tiga kali pengamatan Hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng selama tiga kali pengamatan Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Menteng Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan Prof.Moh. Yamin Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan HOS Cokroaminoto Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati 44

16 vi 24. Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Suropati selama tiga kali pengamatan Hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Suropati selama tiga kali pengamatan Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Suropati Salah satu sudut di Taman Suropati: (a) area kolam air mancur dan (b) planter box di bagian axis taman Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban di Taman Situ Lembang Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Situ Lembang selama tiga kali pengamatan Hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Situ Lembang selama tiga kali pengamatan Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Situ Lembang 56

17 vii DAFTAR LAMPIRAN No. Teks Halaman 1. Karakteristik responden Taman Menteng Karakteristik responden Taman Suropati Karakteristik responden Taman Situ Lembang Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Menteng (8 April 2010) Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Menteng (8 April 2010) Suhu udara Taman Menteng pada 8 April Kelembaban Taman Menteng pada 8 April Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Menteng (10 April 2010) Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Menteng (10 April 2010) Suhu udara Taman Menteng pada 10 April Kelembaban Taman Menteng pada 10 April Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Menteng (12 April 2010) Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Menteng (12 April 2010) Suhu udara Taman Menteng pada 12 April Kelembaban Taman Menteng pada 12 April Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati (8 April 2010) Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati (8 April 2010) Suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati pada 8 April Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati (14 April 2010) Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati (14 April 2010) Suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati pada 14 April

18 viii 22. Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati (20 April 2010) Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati (20 April 2010) Suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati pada 20 April Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Situ Lembang (20 April 2010) Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Situ Lembang (20 April 2010) Suhu udara dan kelembaban di Taman Situ Lembang pada 20 April Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Situ Lembang (28 April 2010) Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Situ Lembang (28 April 2010) Suhu udara dan kelembaban di Taman Situ Lembang pada 28 April Grafik hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Situ Lembang (6 Mei 2010) Grafik hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Situ Lembang (6 Mei 2010) Suhu udara dan kelembaban di Taman Situ Lembang pada 6 Mei Kuisioner 88

19 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan selain menghasilkan dampak positif ternyata juga menghasilkan dampak negatif, salah satunya adalah terhadap aspek lingkungan kota. Masalah lingkungan seperti pencemaran udara oleh material berbahaya yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor, asap pabrik, peningkatan suhu udara, dan polusi udara, adalah dampak negatif yang harus dialami oleh penduduk kota (Tursilowati, 2009). Perencana kota sudah seharusnya merencanakan ruang terbuka hijau (RTH) yang ideal bagi warga kota agar dapat memberikan kenyamanan dalam beraktivitas. Hal ini sudah diinstruksikan dalam bentuk UU RI No. 26 Tahun 2007 bahwa perbandingan luas RTH dengan ruang terbangun adalah 30% : 70%. Taman kota merupakan bagian dari bentuk RTH yang membantu meningkatkan kualitas ekologis dan lingkungan di sekitar taman itu berada. Sebagai bagian dari elemen pembentuk kota, taman kota memiliki banyak fungsi dalam kaitannya dengan kebutuhan jasmani dan rohani warga kota. Jakarta Pusat merupakan wilayah kota di Provinsi DKI Jakarta yang banyak memiliki taman kota. Beberapa contoh taman kota yang berada di wilayah Jakarta Pusat yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Keberadaan tiga taman kota tersebut memiliki peran penting sebagai penyeimbang lanskap kota dalam bentuk ruang terbuka hijau. Lokasi ketiga taman tersebut berada pada wilayah strategis yang merupakan area kota taman pertama di Indonesia yaitu Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kenyamanan pada Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan di taman kota tersebut.

20 2 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kenyamanan pada beberapa taman kota di Jakarta Pusat yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang; 2. menganalisis pengaruh iklim mikro terhadap kenyamanan pengunjung Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang; dan 3. menyusun rekomendasi untuk meningkatkan kenyamanan taman kota. 1.3 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dari keberadaan taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang pada khususnya dan rekomendasi bagi perencanaan perawatan maupun pembangunan taman kota di Provinsi DKI Jakarta pada umumnya sehingga dapat menciptakan taman kota yang memiliki iklim mikro yang nyaman bagi pengunjung taman kota.

21 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau merupakan elemen dari sebuah kota. Ruang Terbuka Hijau berperan penting dalam ekologi lingkungan kota. Menurut UU RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasikan menjadi bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan RTH non alami/binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, areal pemakaman). Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya, RTH diklasifikasikan menjadi RTH kawasan perdagangan, RTH kawasan perindustrian, RTH kawasan permukiman, RTH kawasan pertanian, dan RTH kawasan khusus (permakaman, hankam, olahraga, dan alamiah). Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi RTH publik yang berlokasi di lahan publik atau dimiliki pemerintah dan RTH privat yang berlokasi di lahan milik privat (DPU, 2008). RTH publik maupun privat memiliki fungsi ekologis sebagai fungsi utama. Ruang terbuka hijau kota yang ditata dengan tepat akan meningkatkan kualitas atmosfer kota, penyegaran udara, menurunkan suhu udara dan polusi, serta meredam kebisingan (Hakim dan Utomo, 2008) 2.2 Taman Kota Taman kota sebagai RTH publik berfungsi sebagai sarana warga bersosialisasi dan berekreasi warga kota yang bersangkutan (Arifin, Munandar, Arifin, Pramukanto, dan Damayanti, 2008). Taman kota dapat menjadi wahana rekreasi aktif maupun pasif, memberikan kebaikan bagi lingkungan, dan menjadi habitat bagi satwa liar (Solecki dan Welch, 1994). Atmosfer taman yang tenang dapat membangkitkan inspirasi, serta menyelaraskan jiwa seseorang dengan lingkungan (Chiesura, 2004).

22 4 Keberadaan vegetasi dalam sebuah taman kota juga berfungsi sebagai kontrol angin, kontrol erosi, konservasi energi, dan sebagai habitat satwa liar (Brooks, 1988). Taman kota melayani luasan setingkat kecamatan yang digunakan oleh warga kecamatan atau bagian kota lainnya yang menjadi tempat rekreasi, tempat olah raga, festival kota, dan sebagainya. 2.3 Iklim Mikro Keberadaan bukaan pada lanskap kota dalam bentuk Ruang Terbuka Hijau secara langsung akan memengaruhi iklim mikro pada lokasi di sekitar tapak itu berada. Pengertian iklim mikro sendiri adalah iklim disekitar ruang antara perakaran hingga sekitar pucuk tajuk tanaman (Handoko, 1993). Unsur-unsur iklim mikro terdiri dari suhu udara, kelembaban udara, angin, dan radiasi matahari. Unsur-unsur iklim tersebut akan mudah terpengaruh oleh perubahan pemanasan dan pendinginan permukaan tanah dan benda atau tumbuhan setempat. Dengan adanya tanaman, akan terbentuk iklim mikro dengan gejala penurunan suhu udara sekitar, kelembaban yang cukup, dan kadar oksigen yang bertambah. Hal ini terjadi karena adanya proses evapotranspirasi dari tanaman (Hakim dan Utomo, 2008). Kondisi iklim mikro taman dapat dimodifikasi salah satunya adalah dengan melakukan penempatan vegetasi yang memerhatikan arah angin dan cahaya matahari (Brooks, 1988). 2.4 Kenyamanan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), kenyamanan berarti suatu keadaan yang nyaman, sejuk, dan segar. Kenyamanan suatu taman kota ditunjukkan dengan kemampuan taman untuk dapat mengurangi pencemaran udara, menjaga kestabilan suhu udara kota, dan menjaga ketersediaan air (DPU, 2008). Dengan adanya taman kota diharapkan dapat membantu meningkatkan kenyamanan lingkungan kota dan mencegah kenaikan suhu udara kota (Frick dan Suskiyanto, 2007). Kenyamanan dapat dihadirkan dengan penggunaan jenis vegetasi seperti pohon sebagai pengontrol iklim mikro (Carpenter, Walker, dan Lanphear, 1975).

23 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Lokasi yang dipilih adalah taman yang berada di Kecamatan Menteng Kota Jakarta Pusat yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Waktu pengambilan data dimulai dari bulan April 2010 Mei Gambar 1 Peta DKI Jakarta dan Kota Jakarta Pusat

24 6 Taman Menteng Taman Situ Lembang Taman Suropati Gambar 2 Peta Lokasi Taman Menteng, Suropati, dan Situ Lembang. (Sumber: Mastra, 2009) 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa alat tulis dan peta lokasi tapak dari citra Google Earth Alat yang digunakan berupa alat ukur (meteran), termohigrometer digital, kamera digital merek Canon, dan software komputer Microsoft Word dan Excel 2007, AutoCAD 2007, serta Surfer versi 8.00 untuk pengolahan data.

25 7 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Mulgiati (2009). Skema dari metode penelitian disajikan dalam gambar 4 yaitu bagan alur penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan adalah: 1. Tahap Persiapan (Prasurvei) Tahap persiapan merupakan tahap awal untuk menentukan lokasi penelitian di Kota Jakarta Pusat. Dari tahap ini ditentukan lokasi penelitian yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang, Jakarta Pusat. Setelah ditentukan lokasi penelitian, peneliti selanjutnya melakukan proses perizinan kepada dinas yang berwenang yaitu Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. 2. Tahap Survei Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pengumpulan data suhu udara dan kelembaban secara langsung di lapang. Pengambilan data dilakukan saat siang hari ( ). Pengambilan data dilakukan dengan membuat grid dengan ukuran 20 meter x 20 meter. Titik pengambilan data berada di tengah grid, dengan jarak 10 meter ke kiri dan 10 meter ke kanan (Gambar 3). Pengambilan dilakukan 3 kali ulangan pada tiap titik di setiap taman dengan waktu sebagai berikut: pengambilan data untuk Taman Menteng dilakukan pada tanggal 8, 10, dan 14 April 2010; Taman Suropati dilakukan pada tanggal 1, 14, dan 20 April 2010; dan Taman Situ Lembang dilakukan pada 20 April, 28 April, dan 6 Mei Pengambilan data suhu udara dan kelembaban dilakukan hanya pada saat cuaca cerah. Untuk menghitung luas tutupan kanopi pohon digunakan peta citra dari Google Earth 2010 dan dilakukan digitasi menggunakan AutoCAD Dari digitasi tersebut dilakukan perhitungan luas kanopi pohon tiap grid. Pengambilan data sosial berupa persepsi pengunjung dilakukan dengan melakukan pembagian kuisioner kepada pengunjung taman. Waktu pengambilan kuesioner kepada responden bersamaan dengan pengambilan

26 8 data suhu udara dan kelembaban yaitu pada pukul Latar belakang yang ditanyakan responden mencakup jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan tempat tinggal. Selain itu ditanyakan pula tujuan dan motivasi data ke taman serta pendapat mengenai kenyamanan iklim mikro taman. Jumlah responden untuk setiap lokasi taman 30 responden sehingga total responden dari tiga taman yang diteliti yaitu 90 responden. Gambar 3 Metode grid untuk pengambilan data suhu udara dan kelembaban 3. Tahap Analisis Berdasarkan data suhu udara dan kelembaban rata-rata pengamatan, dilakukan analisis menggunakan persamaan regresi linier. Analisis regresi linier digunakan untuk menilai hubungan antara faktor suhu udara maupun faktor kelembaban dengan luas kanopi pohon tiap grid dalam taman yang menghasilkan persamaan y = ax + b serta R 2. Koefisien regresi yang dilambangkan dengan a, menunjukkan pengaruh luas tutupan kanopi pohon

27 9 terhadap perubahan nilai suhu udara atau kelembaban dalam taman. R 2 (koefisien determinasi) menunjukkan besarnya pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap perubahan suhu udara atau kelembaban dalam taman. Nilai suhu udara dan kelembaban yang didapat kemudian dianalisis dengan rumus Temperature Humidity Index (THI): THI = 0,8T + (RH x T)/500 RH = kelembaban rata-rata harian (%) T = suhu udara rata-rata harian ( C) Nilai THI yang didapat dari setiap taman kemudian dianalisis menggunakan standar dari Laurie (1990) yang menyatakan bahwa lingkungan ideal memiliki suhu udara C dan kelembaban 40 75%. Data suhu udara dan kelembaban dari tiap taman juga dispasialkan menjadi peta isoterm dan peta isohigro untuk memudahkan interpretasi mengenai sebaran titik suhu udara dan kelembaban dalam taman. Kuisioner yang dibagikan di masing-masing taman berisikan pertanyaan mengenai data diri responden secara umum (jenis kelamin, usia, pendidikan, tempat tinggal), tujuan, motivasi, serta persepsi responden mengenai kenyamanan iklim mikro taman. Analisis hasil kuisioner menggunakan chi-square untuk mengetahui hubungan jawaban persepsi kenyamanan iklim mikro taman responden dengan faktor jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan, serta usia responden. Jawaban mengenai tujuan dan motivasi responden di masing-masing taman dianalisis secara deskriptif. Hasil kuisioner dan hasil perhitungan dianalisis sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi kenyamanan serta diformulasikan cara-cara untuk meningkatkan kenyamanan iklim mikro di masing-masing taman.

28 10 4. Tahap Rekomendasi Pada tahap ini, hasil penelitian ini disampaikan kepada Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta sebagai bahan rekomendasi untuk meningkatkan kenyamanan iklim mikro pada masing-masing taman kota. Kota Jakarta Pusat Kecamatan Menteng 1) Taman Menteng 2) Taman Suropati 3) Taman Situ Lembang Data Suhu udara dan Kelembaban Data Penutupan Vegetasi Data Kuisioner Pengunjung Nilai THI - Persamaan regresi linear - Peta isoterm dan isohigro Rekomendasi berupa penambahan luas tutupan kanopi pohon Gambar 4 Bagan alur penelitian

29 11 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan tak lepas dari aspek kesejarahan yang mewarnai berbagai lokasi di dalamnya. Salah satu lokasi di Jakarta yang memiliki nilai sejarah itu adalah Menteng di Jakarta Pusat. Wilayah Menteng sekarang ini merupakan kota taman yang dirancang oleh arsitek Belanda PAJ Mooejen dan FJ Kubatz pada tahun Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) Taman Menteng dahulunya merupakan sebuah lapangan terbuka yang bersatu dengan Taman Suropati sekarang. Sebelum berdiri Taman Menteng, lokasi ini merupakan Lapangan Sepak Bola Persija dan dikenal dengan nama Voetbalbond Indiesche Omstreken atau Viosveld. Pada tahun 1961 lapangan tersebut berubah nama menjadi Stadion Persija atau Stadion Menteng. Selain untuk lapangan sepak bola, lapangan ini juga menjadi area ruang terbuka publik khususnya bagi warga Jakarta. Perubahan Stadion Menteng menjadi Taman Menteng menuai kontroversi dari berbagai pihak. Stadion Menteng yang berusia lebih dari lima puluh tahun itu akhirnya dibongkar dan disayembarakan untuk dijadikan sebagai taman kota. Pada

30 dimulai pengerjaan Taman Menteng hingga akhirnya diresmikan pada tahun yang sama. Taman Menteng merupakan taman yang relatif baru dibandingkan dengan Taman Suropati maupun Taman Situ Lembang. Taman Menteng berlokasi dekat dengan jalan arteri yaitu Jalan HOS Cokroaminoto yang memiliki akses dekat dengan kawasan perniagaan serta pusat kota (Gambar 6). Fasilitas yang terdapat di dalam taman antara lain sarana olahraga (lapangan futsal, basket, voli), jogging track, bangku taman, lampu taman, fasilitas bermain untuk anak-anak, kolam air mancur, areal parkir, kantor pengelola dan koramil, rumah kaca, serta monumen kenangan Persija. Pembuatan taman hasil sayembara ini memiliki konsep Dual Memory. Beberapa zona yang didesain dalam taman ini antara lain zona dengan intensitas tinggi di sisi Jalan HOS Cokroaminoto serta area olahraga, zona dengan intensitas sedang di bagian tengah taman (rumah kaca, hamparan rumput), dan zona dengan intensitas rendah di bagian timur taman yang berbatasan dengan Jalan Kediri. Lanskap di sekitar Taman Menteng yaitu di sebelah utara, timur, dan selatan berupa hunian sementara di sisi barat merupakan area servis/perdagangan berupa pertokoan. Taman Suropati merupakan salah satu pecahan dari Taman Menteng dan Taman Sunda Kelapa yang bernama Burgeermester Bischop Plein. Di Taman Suropati ini keseluruhan pohon yang ditanam merupakan pohon peninggalan zaman penjajahan Belanda. Konsep taman publik diterapkan pada taman ini sejak tahun Sebelumnya, Taman Suropati ini memiliki konsep sebatas penghijauan kota saja. Taman Suropati memiliki kondisi pohon yang umurnya relatif tua dengan ciri kanopi yang relatif rimbun. Beberapa jenis pohon yang terdapat di taman ini antara lain mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), kelapa (Cocos nucifera Linn.), sawo kecik (Manilkara kauki Dubard), dan ketapang (Terminalia catappa Linn.). Taman Situ Lembang awalnya merupakan suatu subsistem Kali Cideng yang dibangun oleh Belanda sekitar tahun 1926 sebagai penampungan dari beberapa mata air yang ada di sekitarnya. Nama Situ Lembang diambil karena terdapat waduk (situ) dan berada di Jalan Lembang. Taman ini cukup unik karena sejak dahulu dikenal sebagai lokasi pemancingan dan disediakan tempat untuk memancing.

31 Letak, Luas, dan Batas Lokasi Taman Menteng (Gambar 6) berada di Jalan HOS Cokroaminoto 87. Taman Menteng memiliki luas m 2 dibatasi Jalan Prof. Moh. Yamin di sebelah utara, Jalan Situbondo di sebelah selatan, Jalan Kediri di sebelah timur, dan Jalan HOS Cokroaminoto di sebelah barat. Aksesibilitas ke Taman Menteng dapat ditempuh dari berbagai arah seperti dari arah Monumen Selamat Datang melalui Jalan Sutan Syahrir, dan dari arah Salemba melalui Jalan Prof. Moh. Yamin. Taman Suropati (Gambar 7) yang berada di Jalan Taman Suropati ini memiliki luas m 2. Areal taman seluruhnya langsung berbatasan dengan Jalan Taman Suropati kecuali di sebelah selatan dengan Taman Diponegoro. Aksesibilitas ke Taman Suropati dapat ditempuh melalui Jalan Teuku Umar dari arah Monas, Jalan Imam Bonjol dari arah Bundaran HI, serta Jalan Diponegoro dari arah Salemba. Taman Situ Lembang (Gambar 8) berada dalam kompleks perumahan tepatnya di Jalan Lembang. Taman ini memiliki luas m 2 dengan batas langsung Jalan Lembang. Aksesibilitas menuju taman ini sama halnya dengan aksesibilitas yang menuju Taman Menteng maupun Suropati. Jam buka taman ini terbatas karena pada malam hari (pukul 22.00) akses ditutup untuk pengguna kendaraan. Tabel 1 Nama, luas, dan lokasi taman Taman Lokasi Luas Batas Lokasi Taman Menteng Jalan HOS Cokroaminoto m 2 Utara: Jalan Prof. Moh. Yamin Selatan: Jalan Situbondo Timur: Jalan Kediri Barat: Jalan HOS Cokroaminoto Taman Suropati Jalan Taman Suropati m 2 Utara: Jalan Teuku Umar Selatan: Taman Diponegoro Timur dan Barat: Jalan Taman Suropati Taman Situ Lembang Jalan Lembang m 2 Seluruh taman dikelilingi oleh Jalan Lembang

32 14. Jl HOS Cokroaminoto a. b. Jl Prof. Moh. Yamin U m Gambar 6 Denah Taman Menteng (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

33 15 U m Gambar 7 Denah Taman Suropati (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) Ketiga taman memiliki seorang penanggung jawab taman yang bertugas mengawasi taman serta hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan pemakaian maupun perizinan taman. Terdapat pos polisi di Taman Suropati yang bertugas menjaga keamanan serta mengatur lalu lintas kawasan Taman Suropati dan sekitarnya.

34 16 U m Gambar 8 Denah Taman Situ Lembang (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) 4.3 Keadaan Fisik Kawasan Kawasan Menteng merupakan kota taman pertama di Indonesia yang dirancang pada masa kolonial Belanda. Saat itu telah disadari pentingnya perencanaan kota taman dengan gaya tropis didasarkan pada kebutuhan permukiman yang nyaman dengan penataan jalan dan jalur hijau jalan, jalur biru bantaran kali, saluran drainase, ruang terbuka (RT) maupun ruang terbuka hijau (RTH) berupa taman kota, taman lingkungan, fasilitas olahraga, serta daerah tangkapan air yang tak

35 17 terpisahkan satu sama lain. Permukiman yang dibangun dengan konsep kota taman tropis bertujuan untuk menjaga nilai ekologis dan sosial kawasan. Setiap hunian maupun gedung yang ada memiliki area hijau yang ditanami berbagai jenis pohon, semak, maupun groundcover. Komposisi dari kawasan kota taman Menteng adalah hunian, gedung perkantoran, jalur hijau jalan, pedestrian serta taman baik skala taman kota maupun taman lingkungan. Luasan ruang terbuka hijau (RTH) yang ada saat ini lebih dari 30 persen untuk satu kawasan Menteng (Dinas Pertamanan DKI Jakarta, 2002). Hal ini merupakan konsep utama dari sebuah kota taman yang mampu mengakomodasi kebutuhan fisik bangunan serta kebutuhan akan ruang terbuka yang mampu menjaga nilai ekologis serta memenuhi fungsi sosial kawasan. Kawasan Menteng saat ini relatif terjaga dari perubahan tata guna lahan. Pembangunan areal komersil tidak begitu tampak dalam kawasan karena telah ada regulasi yang membatasi perubahan tata guna lahan maupun bangunan yang ada. Tata hijau yang digunakan dalam lanskap jalan kawasan Menteng menggunakan pohonpohon bertajuk cukup lebar seperti tanjung (Mimusoph elengi L.), mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), dan akasia (Acacia auriculiformis). Semak yang digunakan relatif seragam yaitu teh-tehan (Acalypha macrophylla), serta krimbosa (Tabernaemontana corymbosa Roxb.), perkecualian di median Jalan Diponegoro ditanami juga groundcover seperti ubi hias (Ipomoea batatas Poir.), ruellia (Ruellia malacosperma), dan bayam merah (Aerva sanguinolenta Bl.).

36 18 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Pengambilan Data Suhu Udara Terdapat tiga lokasi taman yang dipilih dalam kawasan Menteng ini yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Tiga lokasi taman dibedakan atas tipe vegetasi yang ada serta kondisi sosial lingkungan taman Taman Menteng Kondisi eksisting Taman Menteng saat ini merupakan hasil sayembara Dinas Pertamanan yang kemudian dilakukan penyesuaian, baik penyesuaian anggaran maupun kondisi lapang. Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola hal ini dikarenakan permintaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menginginkan penambahan jumlah vegetasi di dalam taman. Kondisi vegetasi yang ada merupakan vegetasi yang baru ditanam sejak pembuatan taman pada Vegetasi yang ada saat ini adalah berupa pohon peneduh, pohon pengarah, semak, serta rumput. Vegetasi yang ditanam dipilih berdasarkan dari kemampuan menyerap polutan, karakter taman, serta nilai kelangkaan. Menurut DPU (2008), kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pertamanan adalah (1) karakteristik tanaman: tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat (2) jenis ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang dan (3) kecepatan tumbuh cepat dan jarak tanam sesuai dengan jenis tanaman. Desain penanaman pada Taman Menteng telah memenuhi standar perancangan penanaman pada taman publik yaitu, 1. Terdapat hamparan rumput. Meskipun pada kenyataan hamparan rumput yang cukup luas hanya ditemui pada lokasi eks-lapangan bola, secara keseluruhan daerah nonperkerasan pada taman terdapat rumput yang tumbuh dengan baik. Pada beberapa lokasi yang terdapat kerapatan pohon cukup tinggi, rumput tumbuh kurang baik karena kurang mendapat cahaya matahari dan terlalu lembab.

37 19 2. Terdapat tanaman penaung yang cukup. Jumlah tanaman penaung di Taman Menteng cukup banyak dan ditanam dengan jarak penanaman yang sesuai sehingga membentuk kanopi antarpohon yang rindang sesuai dengan rencana tapak. Namun saat pengamatan banyak ditemui tanaman yang seharusnya tidak ditanam sehingga dikhawatirkan nantinya akan mempengaruhi kondisi fisik tanaman ketika dewasa. 3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal. Banyak sekali semak berbunga yang indah yang ditanam di Taman Menteng. Semak berbunga banyak ditanam sebagai batas psikologis jalan setapak/areal perkerasan dengan areal rumput. 4. Terdapat penanaman yang memberikan focal point. Beberapa lokasi dalam taman terdapat pola penanaman yang menarik seperti pada plaza air mancur di bagian utara dan areal duduk-duduk dekat gedung parkir. Pemilihan softscape dan hardscape secara keseluruhan sesuai dengan ikon Taman Menteng sebagai taman kota yang mampu mengakomodasi kebutuhan warga kota Jakarta. Gambar 9 Salah satu focal point dalam Taman Menteng Fasilitas yang terdapat di Taman Menteng yaitu bangku taman, lampu taman, tempat sampah, sarana olahraga, taman bermain anak-anak, jalan setapak/jogging track, kolam air mancur, instalasi sprinkler, bangunan rumah kaca, monumen kenangan Persija, bangunan koramil, kantor pengelola, tempat parkir, musala dan

38 20 toilet. Seluruh fasilitas berada dalam kondisi yang cukup baik. Kegiatan yang umum dilakukan di Taman Menteng antara lain berolah raga (basket, futsal, voli, sepak bola), duduk-duduk, dan bermain (di taman bermain anak-anak). Setiap minggu lapangan olahraga yang ada selalu ramai oleh aktivitas olahraga yang penggunaanya dikelola oleh pihak pengelola taman. (a) Gambar 10 Contoh hardscape Taman Menteng: (a) rumah kaca dan (b) plaza (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) (b) Berdasarkan hasil pengamatan, Taman Menteng memiliki banyak jenis pohon peneduh antara lain menteng (Baccaurea racemosa Muell.), bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana), dan ki hujan (Samanea saman). Desain penanaman Taman Menteng banyak menggunakan tanaman berbunga serta tanaman dengan warna daun menarik seperti bunga kana (Canna hybrida), bawang brojol (Zephyranthes sp.), pucuk merah (Syzygium oleana), daun telo (Ipomoea batatas), soka (Ixora sp.), serta mawar (Rossa sp.). Dari pengamatan diketahui bahwa populasi damar (Agathis alba Foxw.) cukup banyak dan rapat ditanam pada bagian timur taman. Diameter kanopi pohon damar saat pengamatan yaitu sekitar 1 meter karena kondisi pohon yang belum dewasa. Bentuk tajuknya yang kolumnar serta ditanam dengan jarak tanam sekitar 3 meter diduga akan membuat kerapatan tajuk pohon pada saat pohon mencapai usia dewasa.

39 21 Tabel 2 Beberapa jenis vegetasi di Taman Menteng Kelompok Tanaman Tanaman Peneduh (pohon) Nama Tanaman Nama Latin Lingkar Batang Asam kranji Pithecellobium dulce 45 cm Menteng Baccaurea racemosa 45 cm Biola cantik Ficus lyrata 50 cm Bunga kupu-kupu Bauhinia blakeana 25 cm Bintaro Cerbera manghas 30 cm Dadap merah Erythrina cristagali 30 cm Kayu manis Cinnamomum burmanii 35 cm Sawo kecik Manilkara kauki 25 cm Tabebuia Tabebuia chrysanta 20 cm Kelapa sawit Elaeis guinensis 200 cm Mindi Melia azedarach 25 cm Damar Agathis alba 20 cm Jatimas Cordia sebestana 30 cm Trembesi Samanea saman 50 cm Jumlah Tanaman 4 btg 12 btg 35 btg 35 btg 19 btg 31 btg 27 btg 30 btg 34 btg 20 btg 10 btg 200 btg 45 btg 28 btg Tanaman Hias Pakis haji Cycas rumphii 24 btg Bunga tasbih Canna hybrida plb Kamboja kuburan Plumeria rubra 38 btg Bawang brojol Zephyranthes sp m 2 Lili paris Chlorophytum sp m 2 Pandan wangi Pandanus amaryllifolius m 2 Pucuk merah Syzygium oleana 62 btg Krimbosa Tabernaemontana sp. 292 btg Sambang darah Excoecaria cochinchinensis 434 btg Hanjuang Cordyline sp btg Ubi hias Ipomoea batatas m 2 Tanaman Penutup Tanah Rumput gajah Axonopus compressus m 2 Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010) Sawo kecik (Manilkara kauki Dubard) yang merupakan tanaman khas Jakarta ditanam di sepanjang jalan setapak taman sebagai pengarah. Bentuk tajuknya yang piramidal berfungsi sebagai pengarah dalam taman. Di beberapa bagian dibuat planter box yang ditanami beringin karet (Ficus elastica Roxb.) dan kamboja kuburan (Plumeria rubra) sebagai aksen. Tanaman menteng (Baccaurea racemosa) sebagai asal mula nama kawasan Menteng, merupakan tergolong tanaman yang cukup jarang ditemui. Tanaman ini dapat dijumpai di sisi timur taman. Di sisi utara dan barat taman terdapat tabebuia (Tabebuia chrysanta) yang memiliki bunga berwarna kuning serta bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana) yang memiliki bunga berwarna ungu.

40 22 Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola, pemilihan jenis tanaman yang cukup beragam didasarkan pada keinginan untuk menjadikan Taman Menteng sebagai ruang publik Jakarta yang kaya akan jenis tanaman. Pengunjung taman diharapkan dapat menikmati suasana asri taman serta aneka jenis tanaman baik yang umum ditemui maupun langka. (a) (b) Gambar 11 Penggunaan semak berbunga dan berdaun menarik di tiap sudut Taman Menteng: (a) bunga tasbih (Canna hybrida) dan Excoecaria cochinchinensis Gambar 12 Peta Taman Menteng berdasarkan citra Google Earth 2010

41 Taman Suropati Taman Suropati merupakan taman bergaya formal yang memiliki jenis vegetasi peneduh yang usianya sudah tua. Lebar kanopi pepohonan yang ada rata-rata berukuran 8 meter atau lebih. Desain penanaman yang ada telah memenuhi standar perancangan penanaman pada taman publik yaitu, 1. Terdapat hamparan rumput. Pada tapak terdapat hamparan rumput yang cukup luas. Pola taman yang berbentuk geometrik membentuk ruang-ruang yang cukup untuk ditanami hamparan rumput dan dapat dimanfaatkan untuk ruang aktivitas pengunjung. 2. Terdapat tanaman penaung yang cukup. Jumlah tanaman penaung di Taman Suropati cukup banyak dan ditanam dengan jarak penanaman yang sesuai sehingga membentuk kanopi antarpohon yang rindang. 3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal. Untuk menciptakan nilai estetik taman, terdapat beberapa jenis tanaman groundcover yang ditanam massal pada planter box seperti jenis Marantha sp. dan Alpinia zerumbet. 4. Terdapat penanaman yang memberikan vocal point. Pada jejeran mahoni di tepi jalan raya terdapat Scindapsus aureus yang merambat sehingga menguatkan kesan asri pada Taman Suropati. Fasilitas yang terdapat di Taman Suropati antara lain bangku taman, lampu taman, kolam air mancur, jalan setapak/ jogging track, kandang burung dan ayam, tempat sampah, pos polisi Taman Suropati, dan toilet umum. Areal parkir memanfaatkan Jalan Taman Suropati yang berbatasan langsung dengan taman. Kegiatan yang umum dilakukan di taman ini antara lain duduk-duduk, berolah raga (jogging), mengamati satwa, dan bermain alat musik. Taman Suropati didominasi oleh mahoni (Swietenia mahagoni) yang memberikan ciri khas pada taman ini. Pohon mahoni yang ada memiliki tajuk yang besar dan bersinggungan sehingga menimbulkan kesan asri pada taman. Taman ini mengalami sedikit perubahan desain pada awal 2010 yaitu berupa perkerasan pada plaza, planter box, lampu taman, bangku taman, dan penambahan batu refleksi.

42 24 Penambahan planter box dilakukan pada axis taman yang diisi oleh tanaman berupa marantha (Marantha sp.). Selain itu di sisi barat dan timur ditambahkan planter box yang menyatu dengan bangku taman. Planter box yang menyatu dengan bangku taman diisi oleh alpinia (Alpinia zerumbet) dan sambang darah (Excoecaria cochinchinensis Lour.). Hamparan rumput berupa rumput gajah (Axonopus compressus Beauv.) ditanami pada area nonperkerasan. Tabel 3 Beberapa jenis vegetasi di Taman Suropati Kelompok Tanaman Nama Tanaman Nama Latin Lingkar Batang Jumlah Tanaman Tanaman Mahoni Swietenia mahagoni 120 cm 125 btg Peneduh Ketapang Terminalia catappa 80 cm 2 btg Kelapa Cocos nucifera 50 cm 9 btg Sawo Kecik Manilkara kauki 50 cm 5 btg Tanaman Sirih gading Scindapsus aureus 60 m 2 Hias Marantha Marantha sp. 60 m 2 Alpinia Alpinia zerumbet 36 m 2 Lili paris Chlorophytum comosum 10 m 2 Sambang darah Excoecaria cochinchinensis 36 m 2 Tanaman Penutup Tanah Rumput gajah Axonopus compressus Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010) m 2 Gambar 13 Pemilihan pohon penaung, desain formal, dan hamparan rumput yang luas menjadi ciri dari Taman Suropati

43 25 Gambar 14 Peta Taman Suropati berdasarkan citra Google Earth Taman Situ Lembang Taman Situ Lembang memiliki danau kecil/situ yang airnya berasal dari mata air. Badan air berupa situ memiliki luas 8600 m 2 atau sekitar 58% dari total luas taman yang memiliki luas m 2. Lanskap taman yang berada tepat di tengah permukiman membuat kondisi taman cukup tenang karena relatif jauh dari sumber kebisingan. Hal ini menimbulkan kesan taman yang agak tertutup dari jalan raya sehingga membatasi akses langsung taman dari jalan raya. Lanskap sekitar taman diisi oleh hunian yang melingkari Jalan Lembang. Desain penanaman pada Taman Situ Lembang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Kondisi hamparan rumput terbatas di sekeliling situ. Keberadaan situ yang terletak di tengah taman menyebabkan hamparan rumput yang ditanam pada taman menjadi terbatas. Situ juga memengaruhi aspek kenyamanan karena air sebagai softscape memberikan efek menenangkan. Jalur sirkulasi pengunjung dalam taman memakai perkerasan yang melingkari situ. 2. Tanaman penaung terdapat di batas terluar dan beberapa di dekat situ. Jumlah tanaman penaung di Taman Situ Lembang relatif cukup untuk membentuk kanopi

44 26 pohon yang bersinggungan dengan pohon lain dan menjadikan daerah di bawah kanopi nyaman sebagai tempat aktivitas duduk-duduk dan bermain. 3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal pada beberapa titik. Groundcover yang ditanam di taman ini yaitu rumput gajah serta ubi hias. Luasan groundcover yang ada tidak begitu banyak karena adanya badan air di tengah taman. Pada Taman Situ Lembang ini ditanam nusa indah dan spider lily sebagai semak. Selain untuk fungsi keindahan, semak juga berguna untuk fungsi batas psikologis yang membatasi taman dengan lingkungan luar. 4. Terdapat sejumlah planter box di tepi taman yang ditanami beberapa jenis tanaman seperti lili paris, bugenvil, dan palem phoenix sebagai penambah nilai estetika taman. Tabel 4 Beberapa jenis vegetasi di Taman Situ Lembang Kelompok Tanaman Nama Tanaman Nama Latin Lingkar Batang Jumlah Tanaman Tanaman Mahoni Swietenia mahagoni 200 cm 58 btg Peneduh Ketapang Terminalia catappa 150 cm 1 btg Tabebuia Beringin Tabebuia chrysanta Ficus benjamina 20 cm 300 cm 15 btg 2 btg Tanaman Hias Kamboja kuburan Nusa indah Spider lily Pisang hias Bugenvil Ubi hias Plumeria rubra Mussaenda sp. Hymenocallis speciosa Heliconia psittacorum Bougainvillea sp. Ipomoea batatas 6 btg 40 btg 20 m 2 20 m 2 10 plb 10 m 2 Tanaman Air Teratai Nymphaea lotus 18 m 2 Tanaman Penutup Tanah Rumput gajah Axonopus compressus m 2 Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010)

45 27 Fasilitas yang terdapat di Taman Situ Lembang antara lain bangku taman, areal memancing, jalan setapak/jogging track, tempat sampah, tempat bermain anakanak, dan toilet. Seluruh fasilitas berada dalam kondisi yang baik dan terawat. Di taman ini tidak terdapat areal parkir sehingga areal parkir memanfaatkan Jalan Lembang. Hal ini tidak begitu mengganggu kondisi jalan karena jalan umumnya selalu dalam keadaan sepi. Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung adalah dudukduduk, memancing, berolahraga (jogging), bermain, dan melihat-lihat. Taman ini ramai dikunjungi pada saat istirahat siang hingga menjelang sore. Gambar 15 Taman Situ Lembang dengan elemen air sebagai focal point serta vegetasi penaung di sekeliling situ Gambar 16 Peta Taman Situ Lembang berdasarkan citra Google Earth 2010

46 28 Pepohonan di Taman Situ Lembang terutama menyebar di area pinggir situ. Rata-rata usia pohon yang ada relatif tua seperti pohon mahoni (Swietenia mahagoni), ketapang (Terminalia catappa), dan beringin (Ficus benjamina). Terdapat pula tanaman baru yang ditanam seperti glodogan tiang (Polyalthia longifolia), dan tabebuia (Tabebuia chrysanta). Kanopi pohon mahoni, ketapang, dan beringin cukup luas dan saling bersinggungan sehingga di beberapa titik dalam taman menjadi teduh. 5.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas jenis kelamin, usia, pendidikan, tempat tinggal, tujuan, dan motivasi. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner di tiga taman telah didapat 90 orang responden dengan masingmasing taman sebanyak 30 orang. Diharapkan dengan mengetahui karakteristik responden akan dapat diketahui hubungan tiap karakteristik dengan jawaban responden terhadap kenyamanan taman. Kuisioner dibagikan kepada pengunjung taman bersamaan dengan waktu pengambilan data suhu udara dan kelembaban yaitu pada pukul Dari hasil penyebaran kuisioner di tiga taman didapatkan pengunjung taman adalah 67,8% laki-laki dan 32,2% perempuan. Responden didominasi oleh kelompok umur tahun dengan persentase sebesar 63,3%. Kelompok umur tahun merupakan kelompok responden paling sedikit dengan 7,7%. Pendidikan terakhir rata-rata pengunjung adalah SMA sebesar 45,5%. Responden yang berasal dari luar wilayah Kecamatan Menteng sebesar 90% dengan tujuan rekreasi (75,5%). Daya tarik pengunjung datang ke taman adalah suasana taman/lanskap taman (66,8%). Secara umum tampak bahwa jenis kelamin laki-laki mendominasi responden taman sebanyak 67,8 %. Pada waktu siang hari kebanyakan pekerja yang umumnya laki-laki mengunjungi taman untuk beristirahat sejenak. Selain pekerja, pelajar SMA juga banyak mengunjungi taman. Kelompok umur tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak mengunjungi taman. Fasilitas olahraga yang cukup lengkap di Taman Menteng diduga meningkatkan minat pengunjung terutama kelompok usia remaja (15-25 tahun). Sebanyak 90% responden ketiga taman berasal dari luar

47 29 wilayah Menteng. Lokasi Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang yang termasuk wilayah Jakarta Pusat sebagai pusat pemerintahan memudahkan aksesibilitas menuju ketiga taman. Rekreasi merupakan tujuan utama pengunjung sebesar 75,5%. Sebagai pusat pemerintahan, wilayah Kecamatan Menteng umumnya didominasi oleh struktur bangunan. Lanskap masing-masing taman yang cukup menarik dengan dominasi vegetasi penaung dan suasana yang asri diduga memengaruhi jawaban responden sebanyak 66,8% bahwa lanskap taman sebagai daya tarik utama. 5.3 Analisis Iklim Mikro di Tiga Lokasi Penelitian Kawasan Menteng termasuk ke dalam tipe iklim tropis. Dari data BPS (2009) didapat bahwa suhu udara tertinggi mencapai 33,4 C pada bulan Oktober dan suhu udara terendah 24 C pada bulan Februari. Rata-rata suhu udara selama tahun 2008 di Kota Administrasi Jakarta Pusat adalah 25,2 C. Curah hujan rata-rata adalah 159,1 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan bulan Februari sebesar 677,6 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 9,5 mm dengan kelembaban rata-rata 68%-79%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 5,3 km/jam (BPS, 2009). Ketiga lokasi memiliki karakteristik iklim mikro yang relatif sama. Pada Taman Menteng, penutupan vegetasi penaung belum memiliki tutupan kanopi pohon yang cukup masif karena kondisi fisik tanaman yang masih muda dan belum mencapai ukuran optimal. Kondisi vegetasi penaung pada Taman Suropati memiliki penutupan vegetasi yang cukup masif hampir meliputi seluruh taman karena usia pepohonan yang relatif tua, sementara di Taman Situ Lembang kondisi pohon masif hanya pada batas terluar taman dan didominasi oleh badan air. Hal inilah yang akan diamati bagaimana pengaruh tutupan vegetasi terhadap kenyamanan iklim mikro taman. Berdasarkan hasil pengukuran di tiga lokasi diperoleh nilai rata-rata suhu udara dan kelembaban (Tabel 5).

48 30 Tabel 5 Rata-rata suhu udara dan kelembaban Taman Menteng, Suropati, dan Situ Lembang P I P II P III Rata-rata Taman Menteng Suhu udara ( C) 34,0 34,2 33,6 34,0 Kelembaban (%) 51, ,2 51,6 Taman Suropati Suhu udara ( C) 33,9 33,3 33,6 33,6 Kelembaban (%) 53,2 54,5 48,9 52,2 Taman Situ Lembang Suhu udara ( C) 34,5 34,3 34,3 34,4 Kelembaban (%) 48,8 46,6 48,0 47,8 Kelembaban udara yang diamati pada tiap taman merupakan kelembaban nisbi (relatif) yaitu membandingkan kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air (Handoko, 1994). Kelembaban udara di Taman Suropati merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan Taman Menteng (51%) dan Taman Situ Lembang (48%) yakni sebesar (52%). Jarak tanam antar pohon yang tepat, pemilihan pohon penaung yang sesuai, serta kondisi kanopi yang saling bersinggungan sehingga menciptakan keteduhan berperan meningkatkan nilai kelembaban udara dalam taman Iklim Mikro pada Taman Menteng Nilai suhu udara rata-rata Taman Menteng berada di antara nilai suhu udara rata-rata Taman Suropati (33,6 C) dan Taman Situ Lembang (34,4 C) yaitu 33,9 C. Faktor-faktor yang memengaruhi kenyamanan tidak hanya berasal dari suhu udara tetapi juga dari kelembaban, intensitas penyinaran matahari, serta pergerakan udara (angin). Adanya perkerasan membuat suhu udara di beberapa titik di Taman Menteng menjadi lebih panas. Areal bermain basket, futsal, voli, jalan setapak, plaza, bangunan pengelola, serta display rumah kaca merupakan bagian dari hardscape Taman Menteng. Sementara itu bagian taman yang tidak mengalami perkerasan seperti areal bermain anak dan hamparan rumput merupakan bagian dari softscape.

49 31 Gambar 17 Lokasi titik pengambilan data suhu udara dan kelembaban pada Taman Menteng Dengan luas total taman m 2 (Dinas Pertamanan DKI Jakarta 2008), Taman Menteng memiliki luas tutupan kanopi pohon sebesar m 2. Luas tutupan kanopi tiap grid diperoleh dari citra satelit Google Earth Luas tutupan kanopi tiap grid dihitung dengan cara digitasi dari citra. Dari pemetaan tapak taman dengan grid 20 x 20 meter didapat 61 titik pengambilan data suhu udara dan kelembaban. Gambar 17 menunjukkan pembagian grid di Taman Menteng. Dari tiga kali pengamatan, didapatkan persamaan regresi linier. Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon dengan fungsi y = -0,004x + 34,86 dan R 2 = 0,775; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,026x + 46,44 dan R 2 = 0,885. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,005x + 35,18 dan R 2 = 0,727; untuk faktor kelembaban didapat y

50 32 = 0,025x +39,38 dan R 2 = 0,809. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = 0,002x + 34,11 dan R 2 = 0,757; untuk faktor kelembaban y = 0,026x + 53,23 dan R 2 = 0,848. Perbedaan koefisien x disetiap pengukuran terjadi karena saat pengambilan data suhu udara dan kelembaban, faktor klimatik lain seperti angin dan radiasi matahari turut memengaruhi nilai yang didapat. Koefisien x untuk setiap persamaan menunjukkan bahwa dengan menambah 1 m 2 luas tutupan kanopi pohon dalam taman akan memengaruhi faktor suhu udara atau kelembaban. Nilai R 2 menunjukkan koefisien determinasi, yaitu seberapa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap perubahan nilai suhu udara maupun kelembaban dalam taman. Grafik hubungan suhu udara dan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng serta data pengambilan suhu udara dan kelembaban disajikan dalam gambar lampiran 1 6 serta tabel lampiran 4 9. Setiap hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon maupun hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon menghasilkan persamaan regresi linier dan nilai R 2. Suhu ( C) 35,0 34,8 34,6 34,4 34,2 34,0 33,8 33,6 33,4 33,2 33,0 32,8 y = -0,004x + 34,72 R² = 0, Luas Tutupan (m 2 ) Gambar 18 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng selama tiga kali pengamatan

51 33 Kelembaban (%) 58,0 56,0 54,0 52,0 50,0 48,0 46,0 y = 0,025x + 46,55 R² = 0,864 44, Luas Tutupan (m2) Gambar 19 Hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng selama tiga kali pengamatan Gambar 18 dan 19 menunjukkan tiga kali pengamatan suhu udara dan kelembaban dalam Taman Menteng. Dari hasil perhitungan rata-rata tiga kali ulangan, didapatkan bahwa persamaan regresi linier hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = -0,004x + 34,72 dengan R 2 = 0,801. Persamaan regresi linier hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = 0,025x + 46,55 dengan R 2 = 0,864. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebesar 80% penurunan suhu udara dipengaruhi oleh luas tutupan kanopi pohon, dan 86% peningkatan kelembaban dalam taman dipengaruhi oleh luas tutupan pohon. Selain faktor suhu udara dan kelembaban, faktor angin dan radiasi matahari juga berperan. Angin seringkali berhembus cukup kencang dan terkadang matahari tertutup awan sehingga memengaruhi data.

52 34 a. b. Gambar 20 Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Menteng

53 35 Penutupan vegetasi dalam Taman Menteng memengaruhi distribusi suhu udara maupun kelembaban. Gambar 20 menunjukkan pola persebaran suhu udara (a) dan kelembaban (b) dalam Taman Menteng. Pada area yang kurang terdapat tutupan kanopi pepohonan, suhu udara cenderung lebih tinggi dan kelembaban lebih rendah. Sebaliknya pada daerah yang banyak terdapat kanopi pepohonan suhu udara cenderung lebih rendah dan kelembaban menjadi lebih tinggi. Fluktuasi suhu udara dalam tapak cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh unsur cuaca lain seperti lama penyinaran matahari dan angin. Kondisi kanopi pohonpohon penaung yang ada belum cukup dewasa sehingga kerapatan yang kurang menyebabkan polusi yang terkonsentrasi di jalan yang berbatasan dengan taman turut memengaruhi iklim mikro Taman Menteng. Selain unsur cuaca dan kanopi pohon, lanskap di sekitar taman juga turut memengaruhi suhu udara dalam taman. Berdasarkan pengamatan lapang, bagian taman yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin merupakan bagian dari koridor biru Kali Gresik (Gambar 21). Pohon yang digunakan di areal yang berbatasan langsung dengan jalan adalah pohon tabebuia (Tabebuia chrysanta) yang kondisi tajuknya kurang masif. Pada bagian daerah milik jalan (damija) telah ada pohon eksisting berupa beringin (Ficus benjamina) dan menjadikan pedestrian yang ada menjadi nyaman. Formasi pohon beringin juga membantu mengurangi polusi asap serta bising dari kendaraan yang melintas. Gambar 21 Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan Prof. Moh. Yamin

54 36 Grid yang berada di bagian yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin ini yaitu grid nomor Suhu udara rata-rata tertinggi berada pada grid ke-61. Grid ini merupakan grid yang dekat dengan persimpangan Jalan HOS Cokroaminoto dengan Jalan Prof. Moh Yamin sehingga suhu udara menjadi lebih tinggi. Areal ini didominasi perkerasan dan merupakan welcome area yang menuju axis Taman Menteng. Nilai kelembaban untuk bagian ini berkisar dari 40 60%. Pada bagian yang mendapat kanopi beringin nilai kelembaban menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak. Pada bagian welcome area yaitu grid ke-61, nilai kelembaban kecil karena tidak adanya kanopi pohon yang cukup masif untuk meningkatkan kelembaban. Area menjadi lebih silau karena tidak ada groundcover. Selain itu, terdapat bangunan display rumah kaca di grid yang berbatasan yang turut memengaruhi iklim mikro bagian ini. Gambar 22 Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan HOS Cokroaminoto Bagian taman yang berbatasan langsung dengan Jalan HOS Cokroaminoto (Gambar 22) sama halnya dengan bagian yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin yang dipengaruhi oleh lanskap jalan. Bagian ini juga berhadapan dengan area pelayanan yaitu pertokoan dan hotel. Vegetasi yang digunakan pada bagian ini yaitu pucuk merah (Syzygium oleana), tabebuia (Tabebuia chrysanta), mahoni (Swietenia mahagoni), kamboja kuburan (Plumeria rubra), dan palem raja (Roystonea regia). Pucuk merah yang termasuk jenis semak ini ditanam sebagai aksen atau penambah estetika. Pucuk merah ditanam bersama dengan kamboja

55 37 kuburan. Kamboja kuburan juga memberikan nilai estetika. Begitu pula tabebuia yang ada memiliki tajuk yang tidak masif dan ditanam berjauhan sehingga tanaman ini hanya berfungsi sebagai aksen. Palem raja ditanam sejajar dengan trotoar sebagai pengarah. Mahoni yang ada belum mencapai ukuran dewasa. Dengan lebar tajuk sekitar 1,5 meter dan tinggi 2,5 meter, mahoni ini belum mampu memberikan naungan dan tajuk yang masif. Keberadaan groundcover di bagian ini seperti rumput gajah (Axonopus compressus), pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), dan ubi hias (Ipomoea batatas) membantu mengurangi silau serta melembutkan struktur dari dominasi penggunaan elemen keras. Nilai suhu udara di bagian ini cukup bervariasi. Pada area yang dekat dengan pintu masuk gedung parkir taman memiliki nilai suhu udara tertinggi. Area ini hampir seluruhnya adalah perkerasan dan tidak terdapat vegetasi penaung. Hanya terdapat groundcover yang menjadi batasan jalan masuk parkir dengan taman yaitu Suhu udara terendah terdapat di area yang terdapat pohon trembesi dan mahoni. Kelembaban di bagian ini tertinggi berada di grid yang memiliki suhu udara terendah yaitu di grid ke-45. Adanya vegetasi penaung cukup mampu menurunkan suhu udara serta meningkatkan nilai kelembaban. Area olahraga merupakan area dengan perkerasan terluas di Taman Menteng. Di area ini terdapat lapangan basket, voli, dan futsal. Grid yang merupakan bagian dari area olahraga yaitu grid ke-2, 8, 11, 20, 23, 36, 39, dan 52. Bentuk lapangan yang berorientasi utara-selatan menjadikan area permainan tidak terganggu oleh sinar matahari ketika pagi dan sore hari. Saat siang hari yang terik pantulan sinar dari perkerasan cukup mengurangi kenyamanan, namun dengan adanya barisan pepohonan peneduh di sekitarnya mampu meningkatkan kualitas visual, kenyamanan, serta mengontrol angin. Jenis yang ditanam di sekitar area tersebut yaitu trembesi (Samanea saman), kamboja kuburan (Plumeria rubra), bintaro (Cerbera manghas), dadap merah (Erythrina cristagalli), biola cantik (Ficus lyrata), dan damar (Agathis alba). Trembesi mendominasi area disekitar lapangan. Dengan adanya trembesi, luas tajuk trembesi yang cukup luas dan bersifat menaungi mampu memengaruhi kenyamanan di sekitar lapangan.

56 38 Pada bagian yang berbatasan dengan Jalan Kediri ditanami vegetasi penaung seperti menteng (Baccaurea racemosa), damar (Agathis alba), trembesi (Samanea saman), dan kelapa sawit (Elaeis guinensis). Pohon menteng ditanam sebagai batas terluar taman dengan Jalan Kediri. Damar ditanam secara massal dengan jarak tanam sekitar 1,5 meter. Diantara tanaman damar terdapat beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam sejajar. Trembesi ditanam sejajar pada bagian yang dekat dengan area lapangan. Untuk groundcover digunakan rumput gajah. Kanopi yang ada belum mencapai ukuran maksimal namun sudah cukup membuat naungan yang memberikan kenyamanan di bagian ini. Suhu udara di bagian ini lebih rendah sekitar 1-2 C dibandingkan dengan areal lapangan olahraga. Meskipun berbatasan dengan Jalan Kediri, bagian ini tetap nyaman karena Jalan Kediri merupakan jalan lingkungan kompleks perumahan yang rendah intensitas kendaraannya. Hal ini berbeda dengan bagian yang berbatasan dengan Jalan Prof. Moh. Yamin dan Jalan HOS Cokroaminoto yang memiliki intensitas kendaraan tinggi. Axis yang berupa jalur sirkulasi di Taman Menteng ini memiliki tanaman pengarah yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) yang ditanam berkesinambungan. Selain berfungsi sebagai pengarah, dari segi fungsi penanaman tanaman ini juga dapat berfungsi sebagai peneduh karena bentuk tajuk V dari sawo kecik mampu memberikan naungan. Saat pengamatan ukuran sawo kecik belum mencapai maksimal sehingga saat siang hari yang terik area axis terasa kurang nyaman. Selain sawo kecik, terdapat pula beringin karet (Ficus elastica) sebagai penaung serta beberapa jenis groundcover. Pada bagian axis terdapat tiga buah kolam air mancur. Keberadaan elemen air ini dapat mengurangi kesan kaku dari dominasi perkerasan axis. Jalur sirkulasi yang ada dalam Taman Menteng cukup banyak. Setiap jalur sirkulasi selalu memadukan jenis vegetasi penaung, pengarah, semak rendah, maupun groundcover yang menarik. Ruang-ruang yang terbentuk dengan adanya jalur sirkulasi ditanamai dengan berbagai jenis pohon peneduh seperti khaya (Khaya senegalensis), matoa (Pometia pinnata Forst.), kayu manis (Cinnamomum burmanii Bl.), biola cantik (Ficus lyrata), asam kranji (Pithecellobium dulce Benth), damar

57 39 (Agathis alba), dan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.). Pada bagian tengah taman terdapat lapangan rumput mini football. Dengan adanya tegakan pohon akan menciptakan semakin banyak naungan sehingga suhu udara menjadi lebih rendah serta mengontrol nilai kelembaban Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Menteng Dari hasil kuisioner, jumlah pengunjung Taman Menteng berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 53% dan pengunjung jenis kelamin perempuan sebesar 47%. Pengunjung Taman Menteng didominasi oleh usia remaja (15-25 tahun) sebanyak 70%, usia tahun sebesar 13%, usia tahun sebesar 7%, dan usia > 46 tahun sebesar 10%. Latar belakang pendidikan terakhir pengunjung adalah SMA 60%, SMP 27%, dan Perguruan Tinggi 13%. Tujuan berekreasi pengunjung sebesar 73%. Pengunjung usia remaja mengunjungi Taman Menteng saat istirahat sekolah maupun hari libur. Kegiatan yang umum dilakukan adalah berolahraga dan bersantai. Saat dilakukan pengisian kuisioner, sebagian besar responden melakukan pengisian pada tempat yang relatif teduh, seperti di bawah kanopi pohon. Kondisi ini cukup memengaruhi jawaban responden terhadap kenyamanan iklim mikro Taman Menteng. Saat pengumpulan data kuisioner, kondisi cuaca saat siang hari (pukul ) sangat panas sehingga pengunjung Taman Menteng umumnya banyak berkumpul di area yang relatif teduh seperti di tepi lapangan olahraga, bangku taman yang ternaungi pohon, serta area dekat gedung pengelola Taman Menteng Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Untuk mengetahui apakah jenis kelamin memengaruhi respon kenyamanan di Taman Menteng digunakan uji chi-square. Untuk mengetahui kaitan antara respon kenyamanan dengan data diri responden, digunakan hipotesis sebagai berikut: H o : Kenyamanan taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan taman dengan faktor jenis kelamin Dari hasil perhitungan nilai harapan (Tabel 17) didapatkan nilai probabilitas = 0,54; chi-tabel = 3,84; chi-hitung = 0,36. Karena Chi-hitung (0,36) < Chi-tabel (3,84)

58 40 maka tidak ada hubungan antara kenyamanan di Taman Menteng dengan faktor jenis kelamin pengunjung (terima H o ). Tabel 6 Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin No. Pilihan Jawaban Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 7 Nilai harapan Jenis Kelamin No. Pilihan Jawaban Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Nyaman 11,73 10, Tidak Nyaman 4,27 3,73 8 Jumlah Tabel 6 menunjukkan bahwa 73% responden (22 orang) merasa nyaman dengan iklim mikro Taman Menteng, diikuti oleh 27% responden (8 orang) menyatakan tidak nyaman. Proporsi persepsi kenyamanan ditinjau dari jenis kelamin cukup sebanding. Aktivitas yang banyak terjadi di Taman Menteng umumnya merupakan aktivitas olahraga yang banyak dilakukan oleh pengunjung usia remaja. Selain aktivitas olahraga, aktivitas bermain dan duduk-duduk umum dilakukan oleh pengunjung. Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase pendapat rasa nyaman oleh responden laki-laki (68%) lebih kecil dari responden perempuan (78%). Aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki umumnya banyak dan lebih aktif sehingga produksi perspirasi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Fasilitas olahraga di taman ini umumnya digunakan oleh pengunjung laki-laki dibandingkan perempuan. Saat melakukan pengisian kuisioner maka pendapat pribadi tentunya akan juga memengaruhi jawaban dari responden laki-laki.

59 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor usia responden di Taman Menteng adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor jenis kelamin Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 0,36 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Tabel 8 Respon kenyamanan berdasarkan usia No. Pilihan Jawaban Usia (tahun) Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 9 Nilai Harapan No. Pilihan Jawaban Usia (tahun) Jumlah 1. Nyaman 16,86 2,2 0,73 2, Tidak Nyaman 6,13 0,8 0,27 0,8 8 Jumlah Adanya fasilitas berupa lapangan futsal, voli, dan basket serta latar belakang Taman Menteng yang awal mulanya merupakan Stadion Persija diduga memengaruhi dominasi pengunjung berusia remaja. Tabel 8 menunjukkan bahwa Taman menteng didominasi oleh responden berusia remaja (15-25 tahun). Pada hari libur sering diadakan turnamen olahraga serta berbagai acara komunitas sosial. Pengunjung umumnya menyukai tempat tempat di bawah naungan pohon seperti di sekitar areal lapangan dan daerah di sekitar axis taman. Sistem keamanan yang baik, penerangan yang cukup, serta bukaan taman yang memudahkan akses keluar-masuk taman menjadikan Taman Menteng selalu ramai dikunjungi setiap hari.

60 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor pendidikan responden adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor pendidikan H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor pendidikan Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,29 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Dari perhitungan chi-square diketahui bahwa tidak ada hubungan antara faktor pendidikan responden terhadap persepsi kenyaman di Taman Menteng. Responden sebagian besar berpendidikan SMA, diikuti oleh SMP, dan Perguruan Tinggi. Tabel 10 Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan No. Pilihan Jawaban Pendidikan SMP SMA Akad PT Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 11 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Pendidikan SMP SMA Akad PT Jumlah 1. Nyaman 6,6 12,46-2, Tidak Nyaman 24 4,53-1,06 8 Jumlah Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor tempat tinggal responden adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor tempat tinggal H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor tempat tinggal

61 43 Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,29 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Dari perhitungan diketahui bahwa tempat tinggal responden tidak berhubungan dengan kenyamanan dalam Taman Menteng. Tabel 12 Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal No. Pilihan Jawaban Tempat Tinggal Kec. Menteng Luar Kec. Jumlah Menteng 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 13 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Tempat Tinggal Kec. Menteng Luar Kec. Jumlah Menteng 1. Nyaman 5,13 16, Tidak Nyaman 1,89 6,13 8 Jumlah Tujuan dan Motivasi Responden Taman Menteng Sebanyak 22 responden (73%) menyatakan memiliki tujuan untuk berekreasi di Taman Menteng dan 8 responden (27%) memiliki tujuan di luar rekreasi. Taman kota sejatinya merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi untuk berelaksasi dari rutinitas kota. Hal yang menarik responden untuk datang (motivasi) ke Taman Menteng adalah suasana Taman Menteng (60%), lokasi yang mudah dicapai (20%), tidak dipungut biaya (13%), dan fasilitas taman (7%). Dapat dikatakan bahwa faktor lanskap taman menjadi hal utama yang menarik responden datang ke Taman Menteng.

62 Iklim Mikro pada Taman Suropati Taman Suropati memiliki luas taman m 2 dengan tutupan kanopi sebesar 3.944,2 m 2 dan dibuat grid sebanyak 13 titik pengambilan data (Gambar 23). Luas kanopi pohon di taman ini adalah 3.944,2 m 2. Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon yaitu y = -0,003x + 34,99 dan R 2 = 0,769; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,037x + 42,00 dan R 2 = 0,821. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,003x + 34,23 dan R 2 = 0,88; untuk faktor kelembaban didapat y = 0,029x + 45,64 dan R 2 = 0,872. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,002x + 34,36 dan R 2 = 0,846; untuk faktor kelembaban y = 0,032x + 39,02 dan R 2 = 0,871. Gambar 23 Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati Gambar 24 dan 25 merupakan suhu udara dan kelembaban dari tiga kali pengamatan di Taman Suropati. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap penurunan suhu udara sekitar 96%, dan besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap peningkatan kelembaban sekitar

63 45 90%. Faktor angin hendaknya dipertimbangkan untuk mengatur suhu udara dan kelembaban dalam taman yang cukup tinggi. 34,00 33,90 33,80 Suhu ( C) 33,70 33,60 33,50 33,40 33,30 y = -0,003x + 34,53 R² = 0,962 33, Luas Tutupan (m 2 ) Gambar 24 Hubungan suhu udara rata-rata dari tiga kali pengamatan dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati 58,0 57,0 56,0 Kelembaban (%) 55,0 54,0 53,0 52,0 51,0 50,0 49,0 48,0 y = 0,032x + 42,21 R² = 0, Luas Tutupan (m 2 ) Gambar 25 Hubungan kelembaban rata-rata dari tiga kali pengamatan dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati

64 46 a. b. Gambar 26 Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Suropati Lanskap Taman Suropati dan sekitarnya terdapat banyak pohon dengan kanopi cukup rapat sehingga sirkulasi udara kurang. Dengan pemangkasan yang tepat

65 47 maka sirkulasi udara (angin) dan sinar matahari akan mampu menyeimbangkan iklim mikro taman. Dari hasil rata-rata tiga kali ulangan, didapatkan persamaan regresi linier hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Suropati adalah y = -0,003x + 34,53 dengan R 2 = 0,962. Persamaan regresi linier hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = 0,032x + 42,21 dengan R 2 = 0,901. Gambar 26 menunjukkan pola persebaran suhu udara dan kelembaban di dalam Taman Suropati. Taman Suropati secara umum memiliki perbedaan suhu udara antartitik yang tidak terlalu jauh. Pada area yang terbuka tanpa kanopi pohon, terjadi sedikit perbedaan suhu udara. Kelembaban di dalam taman ini juga relatif sama. Pada bagian yang tidak mendapat kanopi pohon nilai kelembaban menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian yang mendapat naungan pohon. Rataan suhu udara udara di Taman Suropati dari hasil pengamatan adalah 33,6 C dan rataan kelembaban 52%. Lanskap di sekitar Taman Suropati berupa perumahan serta jalan raya (Jalan Diponegoro). Perumahan tersusun rapi dengan pohon peneduh berkanopi cukup besar. Pada bagian selatan taman berbatasan dengan pulau jalan (traffic island) Diponegoro. Pulau jalan Diponegoro menghubungkan jalan arteri Jalan Diponegoro Jalan Imam Bonjol serta beberapa jaringan jalan kolektor dari kompleks perumahan. Mahoni (Swietenia mahagoni), yang merupakan vegetasi khas dari Taman Suropati, memiliki kanopi pohon cukup besar. Tajuk antarpohon yang saling bersinggungan dengan jarak tanam yang sesuai menimbulkan naungan yang memberikan kenyamanan termal. Selain mahoni, terdapat pula pohon kelapa (Cocos nucifera), ketapang (Terminalia catappa), serta sawo kecik (Manilkara kauki). Hamparan rumput gajah yang ada berperan dalam mengurangi silau serta menambah kelembaban dalam taman. Pada beberapa pohon terdapat tanaman memanjat seperti sirih belanda (Scindapsus aureus), monstera (Monstera deliciosa), dan beberapa jenis philodendron. Rataan nilai suhu udara untuk Taman Suropati berkisar dari 33,1 34,4 C serta rataan nilai kelembaban berkisar dari %.

66 48 Taman Suropati mengalami sedikit perubahan desain taman, yaitu penambahan planter box, bangku taman, serta area batu terapi. Planter box dibuat pada bagian axis taman dan diisi dengan hamparan marantha dan sirih gading sebagai groundcover. Silau matahari yang masuk dapat direduksi dengan adanya hamparan groundcover. Di sisi timur dan barat taman juga ditambah dengan planter box yang diisi lili paris, sambang darah, serta alpinia. Meskipun groundcover yang ada tidak memberikan naungan, penggunaan groundcover juga berfungsi mengisi ruang axis taman, membentuk massa, serta menjadi focal point taman. Di Taman Suropati tidak terdapat vegetasi berbunga, hanya ada groundcover berwarna daun menarik yang ditampilkan oleh marantha, sambang darah, dan alpinia. Penggunaan elemen air berupa dua bolah kolam air mancur di sisi timur dan barat taman juga membantu memberikan kesan nyaman dalam taman (Gambar 27). Lanskap taman yang nyaman juga dibantu dengan adanya vegetasi penaung lain di luar taman. Vegetasi tersebut berasal dari permukiman di sekitar Jalan Taman Suropati dari jenis beringin dan mahoni. Pohon-pohon tersebut memiliki diameter tajuk yang besar dan bersinggungan dengan pohon dari Taman Suropati. (a) (b) Gambar 27 Salah satu sudut di Taman Suropati: (a) area kolam air mancur dan (b) planter box di bagian axis taman

67 Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Suropati Sebanyak 25 orang responden menyatakan iklim mikro Taman Suropati tergolong nyaman, 5 orang responden menyatakan tidak nyaman. Responden yang didapat dari Taman Suropati sebagian besar adalah laki-laki sebesar 83%, dan sisanya sebesar 17% adalah perempuan. Pengunjung Taman Suropati 53% merupakan usia tahun, 16% berusia tahun, 16% berusia tahun, dan 15% berusia > 46 tahun. Latar belakang pendidikan terakhir pengunjung taman 57% adalah SMA, 27% Perguruan Tinggi, 13% SMP, dan 3% Akademi. Sebanyak 63% pengunjung memiliki tujuan datang ke Taman Suropati untuk berekreasi dan 37% bertujuan untuk studi Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor jenis kelamin responden di Taman Suropati adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor jenis kelamin Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 0,048 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Dari perhitungan diketahui bahwa kenyamanan dalam Taman Suropati tidak berhubungan dengan jenis kelamin pengunjung. Tabel 14 Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin No. Pilihan Jawaban Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman

68 50 Tabel 15 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Nyaman 16,67 8, Tidak Nyaman 3,33 1, Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden.Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor usia responden di Taman Suropati adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor usia H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor usia Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,42 Tabel 16 Respon atas kenyamanan berdasarkan usia No. Pilihan Jawaban Usia (tahun) Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 17 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Usia (tahun) Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Dari perhitungan diketahui bahwa kenyamanan Taman Suropati tidak berhubungan dengan faktor usia.

69 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor pendidikan responden di Taman Suropati adalah sebagai berikut: H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor pendidikan H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor pendidikan Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 4,48 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H 0 Dari perhitungan diketahui bahwa kenyamanan Taman Suropati tidak berhubungan dengan faktor latar belakang pendidikan pengunjung. Tabel 18 Respon atas kenyamanan berdasarkan pendidikan No. Pilihan Jawaban Pendidikan SMP SMA Akad PT Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 19 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Pendidikan SMP SMA Akad PT Jumlah 1. Nyaman 6,6 12,47-2, Tidak Nyaman 2,4 4,53-1,06 8 Jumlah Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden H 0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor tempat tinggal H 1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor tempat tinggal Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 7,87

70 52 Didapatkan chi-hitung > Chi-tabel terima H 1 Tabel 20 Respon atas kenyamanan berdasarkan tempat tinggal No. Pilihan Jawaban Tempat Tinggal Kec. Menteng Luar Kec. Menteng Jumlah 1. Nyaman Tidak Nyaman Jumlah Tabel 21 Nilai harapan No. Pilihan Jawaban Tempat Tinggal Kec. Menteng Luar Kec. Jumlah Menteng 1. Nyaman 5,13 16, Tidak Nyaman 1,86 6,13 8 Jumlah Dari perhitungan diketahui bahwa jawaban kenyamanan terhadap Taman Suropati memiliki hubungan dengan faktor tempat tinggal responden. Responden yang berasal dari wilayah Menteng (7 responden) seluruhnya menyatakan bahwa Taman Suropati tergolong nyaman. Lingkungan tempat tinggal cukup memengaruhi persepsi mengenai kenyamanan iklim mikro taman Tujuan dan Motivasi Responden Taman Suropati Sebanyak 19 responden (63%) Taman Suropati memiliki tujuan untuk berekreasi, sisanya sebanyak 11 responden (37%) menyatakan memiliki tujuan selain berekreasi, salah satunya yaitu belajar bermain alat musik. Motivasi responden untuk datang ke taman ini adalah suasana taman (70%), diikuti dengan aksesibilitas (17%), tidak dipungut biaya (10%), dan nilai sejarah (3%). Meskipun bernilai historis tinggi, tidak terlalu banyak responden yang memerhatikan aspek sejarah taman. Banyaknya pengunjung yang berasal dari luar Kecamatan Menteng diduga karena lokasi taman yang berada pada jalur arteri Jalan Diponegoro Jalan Imam

71 53 Bonjol. Umumnya mereka datang ke Taman Suropati untuk beristirahat. Pada harihari tertentu beberapa komunitas seni budaya rutin berkumpul di taman ini. Rekreasi yang umum dilakukan antara lain duduk-duduk dan jogging. Kegiatan pendidikan di taman ini yaitu bermain alat musik dan perkumpulan komunitas seni budaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pos polisi Taman Suropati, taman ini selalu ramai dikunjungi dari siang hingga larut malam. Pengunjung mulai ramai pada sore hari sekitar pukul Pada hari Sabtu/Minggu banyak pula pengunjung yang menghabiskan waktu berkumpul. Sistem keamanan yang baik, lampu penerangan taman yang cukup, serta bukaan taman yang luas diduga menjadi faktor penting yang menjadikan Taman Suropati selalu dikunjungi setiap hari Iklim Mikro pada Taman Situ Lembang Taman Situ Lembang (Gambar 28) dengan luas m 2 dibagi menjadi 8 titik pengambilan data. Luas tutupan vegetasi sebesar 1.074,5 m 2. Luas tutupan yang dibentuk dari tajuk pepohonan pada Taman Situ Lembang dibentuk oleh formasi mahoni (Swietenia mahagoni), ketapang (Terminalia catappa), dan beringin (Ficus benjamina) pada area sekitar badan air (situ). Gambar 28 Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban udara di Taman Situ Lembang

72 54 Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon yaitu y = -0,003x + 34,87 dan R 2 = 0,901; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,027x + 45,05 dan R 2 = 0,897. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,002x + 34,63 dan R 2 = 0,918; untuk faktor kelembaban didapat y = 0,025x + 43,22 dan R 2 = 0,897. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara degnan luas tutupan kanopi pohon y = -0,002x + 34,36 dan R 2 = 0,817; untuk faktor kelembaban y = 0,029x + 44,01 dan R 2 = 0,817. Regresi rata-rata suhu udara di Taman Situ Lembang adalah y = -0,002x + 34,7 dan R 2 = 0,936; regresi rata-rata kelembaban y = 0,027x + 44,09 dan R 2 = 0,891 (Gambar 34). Saat pengamatan, sinar matahari cukup terik memantul di permukaan badan air. Menurut Brown dan Gillespie (1995) untuk mengurangi silau akibat pantulan badan air dapat menggunakan semak yang penempatannya disesuaikan pada penggunaan tapak. Taman Situ Lembang menjadikan keberadaan badan air (situ) sebagai focal point taman sehingga tidak ada batas tanaman dari tepi air ke dalam area taman. Suhu udara di Taman Situ Lembang berkisar antara 34,3 35 C dengan kelembaban berkisar antara %. Elemen air cukup memengaruhi kenyamanan dalam taman. Menurut Todd dalam Margareta (2007), posisi suatu tapak terhadap elemen air memengaruhi efek penyejukan air terhadap iklim mikro tapak. Pergerakan air yang terjadi serta adanya air muncrat di tengah danau menambah kesan nyaman dari Taman Situ Lembang. Pengaruh badan air dalam Taman Situ Lembang cukup memengaruhi distribusi suhu udara dan kelembaban. Badan air (situ) merupakan area yang memiliki suhu udara tertinggi dengan kelembaban lebih rendah jika dibandingkan dengan area yang tertutup dengan kanopi pepohonan. Badan air menerima sinar matahari langsung sehingga suhu udara area air cukup tinggi. Perbedaan suhu udara permukaan yang tinggi dengan area terluar tapak yang memiliki suhu udara rendah menimbulkan terjadinya pergerakan udara (angin). Dengan adanya angin yang sering

73 55 bertiup keluar-masuk tapak, kondisi iklim mikro yang secara aktual tidak nyaman menjadi lebih nyaman (Gambar 29 dan 30). 34,8 34,7 Suhu ( C) 34,6 34,5 34,4 y = -0,002x + 34,70 R² = 0,936 34,3 34,2 34, Luas Tutupan (m 2 ) Gambar 29 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Situ Lembang selama tiga kali pengamatan 51,0 50,0 49,0 Kelembaban (%) 48,0 47,0 46,0 45,0 44,0 43,0 y = 0,027x + 44,09 R² = 0, Luas Tutupan (m 2 ) Gambar 30 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Situ Lembang selama tiga kali pengamatan

74 56 Gambar 29 dan 30 menunjukkan bahwa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap suhu udara sebesar 93% dan 89% terhadap kelembaban. Meskipun Taman Situ Lembang memiliki badan air yang cukup luas, namun suhu udara dalam taman tetap tinggi. a. b. Gambar 31 Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Situ Lembang Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Situ Lembang Pengunjung Taman Situ Lembang sebagian besar adalah laki-laki sebesar 83%, dan sisanya sebesar 17% adalah perempuan. Pengunjung Taman Suropati 67% merupakan usia tahun, 17% berusia tahun, dan 17% berusia tahun. Latar belakang pendidikan terakhir pengunjung taman 47% adalah SMP, 23% Perguruan Tinggi, SMP 20%, dan 10% Akademi. Sebanyak 90% pengunjung memiliki tujuan datang ke Taman Situ Lembang untuk berekreasi dan 10% bertujuan untuk studi Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor jenis kelamin responden di Taman Situ Lembang adalah sebagai berikut:

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) 11 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan tak lepas dari aspek kesejarahan yang mewarnai berbagai lokasi di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Pengambilan Data Suhu Udara Terdapat tiga lokasi taman yang dipilih dalam kawasan Menteng ini yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Tiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Lokasi yang dipilih adalah taman yang berada di Kecamatan Menteng Kota Jakarta Pusat yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Waktu

Lebih terperinci

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang Rizki Alfian (1), Irawan Setyabudi (2), Rofinus Seri Uran (3) (1)

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG MATA KULIAH ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN UNTUK UJIAN VERIFIKASI HASIL KONVERSI KURIKULUM DOSEN : Ir. NuzuliarRachmah, MT DISUSUN OLEH : MARIA MAGDALENA SARI A. 052. 09. 045

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi pohon kota dilakukan pada tiga jalur jalan arteri di Kota Jakarta Pusat. Jalur arteri tersebut yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan P. Diponegoro, dan Jalan Angkasa. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978)

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978) 57 Analisis Fungsi Ekologi RTH Peredam Kebisingan Bukit Golf Hijau (BGH) adalah salah satu cluster di Sentul City dimana penghuninya sudah cukup banyak yang menempati rumah-rumah disini. Mayoritas penghuninya

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA ISYANI

EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA ISYANI EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA ISYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK ISYANI. Evaluasi Tanaman bagi Pengembangan Lanskap

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

4/AGIZ.200' PENGARUH TAMAN LINGKUNGAN TERHADAP SURU UDARA SEKIT ARNY A. CITRA INDA HARTl A

4/AGIZ.200' PENGARUH TAMAN LINGKUNGAN TERHADAP SURU UDARA SEKIT ARNY A. CITRA INDA HARTl A 4/AGIZ.200'-1 097 PENGARUH TAMAN LINGKUNGAN TERHADAP SURU UDARA SEKIT ARNY A CITRA INDA HARTl A02499033 DEPARTEMEN BUDI DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004 RINGKASAN CITRA INDA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin 27 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis 5.1.1 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin Analisis ini dilakukan pada empat area CBD di Sentul City, yakni Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan September 2011. Lokasi yang dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ===================================================== LEMBARAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2012 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang baik berupa jalur maupun mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi-vegetasi,

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu 19 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1. Deskripsi Lokasi Perumahan Taman Nirwana terletak di pinggir kota Klaten. Untuk mencapai lokasi dapat dilalui dengan kendaraan bermotor sedang,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST.,MT. Multimedia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 19 Tahun 2013 SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGHIJAUAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah TINJAUAN PUSTAKA 1. Lanskap Sekolah Menurut Eckbo (1964) lanskap adalah ruang di sekeliling manusia mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Menurut Hubbard dan Kimball (1917) dalam Laurie

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR Menimbang : a. bahwa seiring

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City 21 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 5 TAHUN 2010 Menimbang : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN BUNDARAN MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kota Bogor Tahun 2011 Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley 1961 dalam LO 1996). Peta penutupan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO (Studi Kasus Kebun Raya Cibodas, Cianjur) PIRKA SETIAWATI

PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO (Studi Kasus Kebun Raya Cibodas, Cianjur) PIRKA SETIAWATI i PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO (Studi Kasus Kebun Raya Cibodas, Cianjur) PIRKA SETIAWATI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ii PERNYATAAN

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI LOMBOK TIMUR, : a. bahwa seiring dengan laju pembangunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN KARTIKA NURHAYATI. Pemeliharaan Lanskap Padang

Lebih terperinci

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian 12 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada akhir bulan Maret 2011 hingga bulan Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Denah Lokasi Hutan Kota Sungkur Klaten terletak di Kelurahan Sungkur, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten. Bagian Utara Hutan Kota berbatasan dengan Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci