PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)"

Transkripsi

1 PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 Judul Nama NRP : Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin Terhadap Mutu Buah dan Pertumbuhan Trubus Baru Manggis (Garcinia mangostana L.) : Aslih Srilillah : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP Tanggal Lulus:

4 RINGKASAN ASLIH SRILILLAH. Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin Terhadap Mutu Buah dan Pertumbuhan Trubus Baru Manggis (Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh cara panen dan aplikasi giberelin (GA 3 ) serta interaksi keduanya terhadap kesegaran buah dan pertumbuhan pohon manggis. Penelitian dilakukan di Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat dan Laboratorium RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu cara panen dengan dua taraf yaitu cara panen tanpa menyertakan dua daun (P1) dan cara panen dengan menyertakan dua daun (P2). Faktor kedua adalah pemberian giberelin dengan 4 taraf yaitu kontrol/tanpa giberelin (G0), giberelin 100 ppm (G1), giberelin 200 ppm (G2) serta giberelin 400 ppm (G3). Untuk analisis buah, rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Percobaan diulang tiga kali, setiap ulangan terdiri dari jumlah buah yang berbeda-beda tergantung dari pengamatan. Buah yang dibutuhkan untuk pengamatan non destruktif (warna kulit buah, warna cupat, dan laju respirasi) sebanyak 120 buah, dan untuk pengamatan destruktif (kekerasan buah, total asam tertitrasi dan total padatan terlarut) sebanyak 336 buah. Sedangkan untuk pengamatan pertumbuhan trubus digunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Percobaan diulang empat kali, setiap ulangan terdiri dari lima trubus sehingga total trubus yang diamati adalah sebanyak 160 trubus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan mempengaruhi daya simpan buah manggis. Buah dengan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 0 ppm dan 200 ppm bertahan hingga 12 HSP (Hari Setelah Panen). Sedangkan buah dengan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm dan 400 ppm serta buah yang dipanen dengan menyertakan dua daun dan tanpa perlakuan pemberian giberelin serta dengan

5 pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm dapat mempertahankan daya simpan buah hingga 16 HSP. Kombinasi yang paling lama mempertahankan daya simpan buah manggis hingga 20 HSP adalah perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin pada konsentrasi 400 ppm. Cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin dapat mempertahankan kesegaran cupat buah manggis hingga 16 hari setelah panen (HSP) dan dapat mempertahankan warna merah keunguan kulit buah manggis hingga 12 HSP. Buah dengan perlakuan giberelin 200 ppm memiliki nilai padatan terlarut total (PTT) yang lebih tinggi daripada buah dengan perlakuan giberelin 100 ppm, 400 ppm dan kontrol (tanpa perlakuan giberelin). Buah dengan perlakuan giberelin 100 ppm memiliki nilai total asam tertitrasi (TAT) yang lebih tinggi dibandingkan buah dengan perlakuan giberelin 200 ppm, 400 ppm dan kontrol. Perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin tidak dapat meningkatkan pertumbuhan trubus manggis. Hal tersebut dapat diketahui dari panjang trubus, diameter trubus, panjang daun dan lebar daun yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol (cara panen dengan dua daun dan tanpa pemberian giberelin). Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pola respirasi buah manggis termasuk klimakterik. Puncak klimakterik tertinggi terjadi pada buah dengan perlakuan kombinasi cara panen tanpa menyertakan dua daun dan tanpa pemberian giberelin pada jam ke-18 sebesar mg CO 2 /kg/jam.

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purwakarta, Jawa Barat pada tanggal 04 Mei 1985 sebagai anak tunggal dari ayah Aang Suhendar, S.Sos dan Siti Rumilah. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri 1 Purwakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM-TPB) 2003/2004 dan Himpunan Mahasiswa Agronomi 2004/2005 serta pers kampus Gema Almamater 2004/2005. Selain itu, pada tahun 2008 penulis mendapat beasiswa pertukaran pelajar ke Syracuse University, New York, USA.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Mutu Buah dan Pertumbuhan Trubus Baru Manggis (Garcinia mangostana L.) ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc. dan Dewi Sukma, SP, MSi selaku Dosen Penguji atas kritik dan saran yang diberikan untuk memperbaiki skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Nurhayati Anshori Mattjik, MS. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi masukan dan dorongan selama studi di IPB. 4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, IPB atas pendanaan penelitian ini melalui Program Riset Unggulan Strategi Nasional (RUSNAS) untuk pengembangan buah-buahan tropika. 5. MITSHUBISHI Coop. atas beasiswa yang diberikan selama dua tahun berturut-turut. 6. Institute of International Education atas beasiswa yang telah diberikan sehingga penulis dapat menimba ilmu di Syracuse University, NY, USA. 7. Ade Sugema dan Adis Budiana yang telah memberikan kesempatan untuk dapat melakukan penelitian di kebun Wanayasa, Purwakarta. 8. Arief Pradana Erlangga. S.P, Anum Petalarifarrdhi dan Wati Anggraeni yang telah banyak memberikan bantuan selama penelitian baik moriil maupun materiil. 9. Papa dan Mama tercinta atas bantuannya selama penelitian, kasih sayang, kesabaran serta do`a sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.

8 Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam pengamatan di lapang sampai penulisan skripsi ini tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis haturkan terima kasih. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna namun demikian penulis berharap dalam hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pembaca sekalian. Bogor, April 2008 Penulis

9 DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang... Tujuan Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis... Syarat Tumbuh... Pemanenan... Giberelin... BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian... Bahan dan Alat... Metode Penelitian... Pelaksanaan Penelitian... Pengamatan... HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... Halaman

10 DAFTAR TABEL Nomor Teks Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Ketahanan Simpan Buah Manggis. Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Warna Cupat Buah Manggis... Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Warna Kulit Buah Manggis... Rasio antara Padatan Terlarut Total dan Total Asam Tertitrasi Buah Manggis... Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Panjang Trubus, Diameter Trubus, Panjang Daun dan Lebar Daun Manggis... Lampiran Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Laju Respirasi... Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Laju Respirasi... Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Kekerasan Buah Manggis... Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Kekerasan Buah Manggis... Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Manggis... Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Manggis... Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Total Asam Tertitrasi (TAT) Buah Manggis... Halaman

11 Pengaruh Perlakuan Cara Panen dan Pemberian Giberelin serta Interaksinya terhadap Total Asam Tertitrasi (TAT) Buah Manggis... Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Panjang Daun Manggis... Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Lebar Daun Manggis... Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Diameter Trubus Manggis... Sidik Ragam Pengaruh Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Panjang Trubus Manggis

12 DAFTAR GAMBAR Nomor 1. Halaman Teks Kondisi awal buah manggis yang dipanen Buah manggis terserang cendawan Botryodiplodia sp... Kondisi trubus manggis dorman... Kondisi akhir pengamatan buah manggis yang dipanen tanpa menyertakan dua daun... Kondisi akhir pengamatan buah manggis yang dipanen dengan menyertakan dua daun... Perubahan warna cupat buah manggis... Perubahan warna kulit buah manggis... Pengaruh pemberian giberelin terhadap laju respirasi buah manggis... Pengaruh cara panen ((a)panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap kekerasan buah manggis... Pengaruh cara panen ((a)panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap padatan terlarut total buah manggis... Hubungan antara padatan total terlarut dan kekerasan buah manggis... Pengaruh cara panen ((a)panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap total asam tertitrasi buah manggis

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis merupakan salah satu buah tropis eksotik yang dijadikan sebagai buah unggulan nasional. Buah ini memiliki rasa unik dan aroma yang khas sehingga menjadi daya jual tersendiri untuk dijadikan buah ekspor. Permintaan ekspor buah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Departemen Pertanian permintaan ekspor manggis terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 volume ekspor manggis tercatat sebanyak kg dan meningkat menjadi kg pada tahun 2005 (Deptan, 2006). Perkembangan ekspor manggis yang cukup tinggi harus diimbangi dengan peningkatan kualitas. Namun yang menjadi kendala dalam ekspor buah manggis adalah mutu buah yang dihasilkan kurang baik. Dari total produksi manggis yang dihasilkan oleh petani, hanya 50% yang layak ekspor. Hal tersebut sebagai akibat dari sistem budidaya dan penanganan panen serta pasca panen yang kurang baik (Suyanti et al, 1997). Beberapa syarat yang digunakan untuk menentukan mutu manggis ekspor ialah bobot buah, kesegaran cupat, warna cupat, dan jumlah cupat. Buah manggis kualitas ekspor harus mempunyai cupat buah segar, berwarna hijau, dan minimal jumlah cupat yang hilang hanya satu buah. Namun, seringkali pada saat panen kesegaran cupat menurun sehingga tidak layak ekspor. Hal tersebut salah satunya diakibatkan oleh cara panen dan cara pengangkutan yang salah. Untuk mendapatkan cupat buah manggis segar diperlukan cara panen dan penanganan pasca panen yang tepat (Suyanti et al, 1999). Pemanenan buah manggis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemetikan yang menyertakan tangkai buah dengan dua daun dan pemetikan tanpa menyertakan tangkai buah dengan dua daun. Pemetikan buah yang menyertakan tangkai buah dengan dua daun dapat mempertahankan kualitas buah manggis 2-3 minggu pada suhu kamar ( Kualitas buah manggis yang salah satunya ditunjukkan melalui kesegaran cupat juga dapat dipertahankan melalui aplikasi zat pengatur tumbuh yaitu penggunaan Giberelin (GA 3 ) pada

14 2 buah. Menurut Kays (1991) aplikasi Giberelin (GA 3 ) pada buah dapat menunda degradasi klorofil dan pelunakan pada buah sehingga aplikasinya pada buah manggis diharapkan dapat mempertahankan kesegarannya agar tetap hijau. Kendala lain yang menjadi hambatan dalam pengembangan buah manggis adalah pertumbuhan pohon yang lambat. Aplikasi Giberelin (GA 3 ) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan trubus baru. Wattimena (1988) mengemukakan bahwa Giberelin (GA 3 ) merupakan zat pengatur tumbuh yang mempunyai peranan fisiologis dalam pemanjangan batang (tunas) dan menekan proses penuaan serta perontokan organ tanaman. Melalui penggunaan GA 3 diharapkan pertumbuhan trubus baru dan daun baru yang terbentuk setelah panen mengalami peningkatan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara panen dan aplikasi giberelin (GA 3 ) serta interaksi keduanya terhadap kesegaran buah dan pertumbuhan trubus manggis. Hipotesis 1. Cara panen yang menyertakan tangkai buah dengan dua daun dapat mempertahankan kesegaran buah manggis lebih lama dan meningkatkan pertumbuhan trubus baru. 2. Penyemprotan GA 3 pada buah dan ranting manggis pada taraf tertentu dapat mempertahankan kesegaran buah manggis lebih lama dan meningkatkan pertumbuhan trubus baru. 3. Terdapat interaksi antara pengaruh cara panen dan penyemprotan GA 3 terhadap kesegaran buah manggis dan meningkatkan pertumbuhan trubus baru.

15 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Manggis merupakan tanaman yang berperawakan pohon dengan tinggi berkisar 6-25 m, berbatang lurus, bercabang-cabang simetris dan membentuk tajuk piramid beraturan. Semua bagian tanaman mengeluarkan gambogee (getah kuning) jika dilukai. Daunnya berhadapan berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 5-25 cm dan lebar sekitar 7 13 cm. Bunga-bunganya menyendiri atau berpasang-pasangan, berada di ujung ranting, bergagang pendek dan tebal, berdiameter kira-kira 5.5 cm (Verheij, 1997). Menurut Nakasone dan Paul (1998) pembungaan ditunjukkan dengan pembengkakan ujung dan fase munculnya pucuk bunga sampai anthesis dalam waktu 25 hari. Buahnya bertipe buah buni yang bulat dan berkulit licin, berdiameter 4-7 cm, sewaktu matang berubah menjadi lembayung tua, dengan daun kelopak yang tetap menempel dan tetap dihiasi oleh cuping kepala putik; daging buah tebalnya kira-kira 0.9 cm, berwarna lembayung; 0-3 ruang berisi biji yang berkembang sempurna, terbungkus oleh aril yang berwarna putih (Verheij, 1997). Syarat Tumbuh Tanaman manggis merupakan tanaman yang cocok hidup di daerah tropik basah. Tanaman ini hidup dengan baik pada daerah panas dengan kelembapan tinggi. Menurut Verheij (1997) pohon manggis dapat tumbuh di dataran rendah sampai di ketinggian di bawah m d.p.l. Temperatur udara yang ideal bagi pertumbuhan pohon manggis adalah pada kisaran C. Curah hujan tahunan yang cocok bagi pertumbuhan manggis adalah sebesar mm/tahun dan merata sepanjang tahun (Ashari, 1995). Tanah yang paling baik untuk budidaya tanaman manggis adalah jenis tanah gembur yang kaya kandungan bahan organik dengan derajat keasaman tanah (ph tanah) ideal adalah 5-7.

16 4 Pemanenan Panen merupakan proses pemetikan buah yang siap panen atau sudah mencapai tingkat kematangan optimal sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan (Deptan, 2004). Pekerjaan ini melibatkan pengetahuan keadaan matangnya buah dan cara yang tepat untuk memetik buah, sehingga buah-buahan itu dapat mencapai pasar dalam keadaan yang memuaskan (Verheij, 1997). Kualitas buah yang dipanen sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan si pemetik untuk memilih buah yang tua dan cara memanen yang dilakukan. Buah dipanen pada saat tingkatan buah itu mencapai kematangan optimum yang akan memiliki sifat-sifat yang dapat diterima, misalnya warna, bau, aroma, tekstur, dan sifat-sifat lainnya dari jenis atau kultivar itu (Verheij, 1997). Menurut Nakasone dan Paull (1998), indeks panen buah manggis didasarkan pada perkembangan dari perikarp yang berwarna ungu seluruhnya. Buah manggis dipanen setelah berumur 104 hari setelah anthesis (HSA) dengan berat rata-rata gram dan diameter rata-rata mm. Umur panen dan ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut ini : a) Panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu b) Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25% c) Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50% d) Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75% e) Panen 114 hari: warna kulit ungu merah Untuk konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 HSA sedangkan untuk ekspor pada umur HSA (Prihatman, 2000). Pemanenan buah manggis pada umumnya masih dilaksanakan secara tradisional yaitu dengan menggunakan galah berkait. Namun, cara ini menyebabkan kulit buah memar dan pecah serta jumlah cupat manggis banyak berkurang dan rusak. Hal seperti ini sangat tidak dikehendaki oleh eksportir. Salah satu syarat buah manggis kualitas ekspor adalah jumlah cupat yang hilang maksimal hanya satu buah. Buah manggis yang cupatnya kurang dari tiga buah tidak dapat diekspor. Untuk meminimalisir kehilangan cupat, maka sebagian besar petani memanen buah manggis dengan cara dipetik tangan.

17 5 Cara panen memiliki pengaruh terhadap mutu buah pasca panen khususnya dalam kesegaran cupat buah. Pemetikan buah langsung dengan dengan mengikutsertakan tangkai buah dapat meningkatkan daya tahan buah manggis sampai 2-3 minggu setelah panen ( Berdasarkan penelitian Suyanti et al (1997) cara panen buah manggis langsung dipetik dengan tangan dapat memberikan hasil kesegaran kelopak buah terbaik dibandingkan dengan cara panen lainnya. Giberelin Giberelin ditemukan pertama kali oleh E. Kurosawa pada tahun 1926 dalam penelitiannya terhadap penyakit cendawan pada bibit padi. Dari hasil penelitiannya itu diketahui bahwa cendawan yang menyebabkan penyakit tersebut adalah Gibberella fujikuroi. Cendawan tersebut mengeluarkan suatu zat yang diberi nama giberelin A. Zat tersebut juga ternyata dapat menyebabkan perpanjangan pada berbagai tanaman (Wattimena, 1988). Giberelin (GA 3 ) merupakan zat pengatur tumbuh yang mempunyai peranan fisiologis dalam pemanjangan batang (tunas). Pengaruh GA terutama di dalam perpanjangan ruas tanaman berhubungan dengan bertambah besar dan jumlah sel-sel pada ruas-ruas tersebut. Selain perpanjangan batang, giberelin juga memperbesar luas daun dari berbagai jenis tanaman, jika disemprot dengan GA. Demikian juga terhadap besar bunga dan buah. Di samping mempengaruhi besarnya organ tanaman, GA juga mempengaruhi proses-proses fisiologis lainnya. Telah diselidiki juga bahwa proses dormansi dari beberapa biji dan mata tunas dapat dihilangkan dengan pemberian GA (Wattimena, 1988). Selain berhubungan dengan pertumbuhan tanaman, Giberelin (GA 3 ) mempengaruhi kesegaran tanaman. Wattimena (1988) mengemukakan bahwa di dalam tanaman selain terdapat hormon pemacu penuaan (etilen) dan perontokan organ tanaman (asam absisik) terdapat pula hormon-hormon yang menekan proses tersebut (auksin, giberelin, dan sitokinin). Hal tersebut senada dengan pernyataan Kays (1991) bahwa giberelin (GA 3 ) dapat menunda kehilangan klorofil, menunda meningkatnya karotenoid pada buah jeruk serta menunda pelunakan pada Prunus domestica L, dan aprikot.

18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 500 d.p.l. dengan suhu berkisar C. Sedangkan tempat analisis mutu buah manggis dilaksanakan di Laboratorium RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Desember 2006 sampai Oktober Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah pohon manggis asal biji dengan tinggi 2,5-3 m yang ditanam dengan jarak tanam 6x6m 2 dan buah manggis yang berumur 104 hari setelah anthesis (HSA) dengan indeks kematangan 2 yang artinya buah tersebut memiliki warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Bahan yang digunakan adalah giberelin (GA 3 ) SUN NEO 10%. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah pisau tajam, gunting pangkas, kontainer, sprayer, munsell color chart, cosmotector tipe xp-314, fruit hardness tester, refraktometer, jangka sorong dan alat-alat penunjang penelitian lainnya. Metode Penelitian Percobaan ini menggunakan rancangan faktorial dua faktor. Faktor perlakuan pada percobaan ini terdiri dari: I. Faktor Perlakuan Cara Panen: P 1 : Cara panen tanpa menyertakan dua daun P 2 : Cara panen dengan menyertakan dua daun II. Faktor Perlakuan Giberelin (GA 3 ): G 0 : Tanpa penyemprotan GA 3 (Kontrol) G 1 : Penyemprotan dengan GA 3 pada konsentrasi 100 ppm G 2 : Penyemprotan dengan GA 3 pada konsentrasi 200 ppm G 3 : Penyemprotan dengan GA 3 pada konsentrasi 400 ppm

19 7 Untuk analisis buah, rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari jumlah buah yang berbeda-beda tergantung dari pengamatan. Buah yang dibutuhkan untuk pengamatan non destruktif (warna kulit buah, warna cupat, dan laju respirasi) sebanyak 120 buah, dan untuk pengamatan destruktif (kekerasan buah, total asam tertitrasi dan total padatan terlarut) sebanyak 336 buah. Model statistik Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk = μ + α + β + ( αβ ) + ε i j ij ijk Sedangkan untuk pengamatan pertumbuhan trubus digunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan empat ulangan, setiap ulangan terdiri dari lima trubus sehingga total trubus yang diamati adalah sebanyak 160 trubus. Model statistik Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk = μ + α + β + ( αβ ) + ρ + ε i j Keterangan: Y ijk = nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang memperoleh taraf ke-i dari faktor cara panen dan taraf ke-j dari faktor giberelin μ = rataan umum α i = pengaruh cara panen pada taraf ke-i β j = pengaruh pemberian giberelin pada taraf ke-j (αβ) ij = pengaruh interaksi antara cara panen pada taraf ke-i dengan pemberian giberelin pada taraf ke-j ρ k = pengaruh kelompok ε ijk = galat percobaan Data analisa diuji dengan uji F dan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%. ij k ijk

20 8 Pelaksanaan Penelitian Persiapan Bahan Tanaman Penelitian diawali dengan pemilihan pohon manggis yang berada dalam kondisi baik di Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Pelabelan Pada bulan Desember 2006 dilakukan pelabelan terhadap bunga yang telah mekar dengan tujuan agar buah yang akan digunakan untuk penelitian dapat dipanen pada waktu yang bersamaan. Untuk ranting yang buahnya akan dipanen tanpa mengikutsertakan dua buah daun diberi label berwarna merah, sedangkan untuk ranting yang buahnya akan dipanen dengan mengikutsertakan dua buah daun diberi label warna kuning. Penyemprotan giberelin Penyemprotan dilakukan pada bagian daun, cupat, kulit buah dan ranting manggis yang masih berada pada pohon, satu minggu sebelum panen yaitu pada tanggal 20 Maret Konsentrasi GA 3 yang digunakan yaitu 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm dengan volume semprot 25 ml per buah. Panen Panen dilakukan secara serentak pada tanggal 27 Maret 2007 dengan dua perlakuan yaitu dipetik dengan menyertakan tangkai buah dengan dua daun dan dipetik tanpa menyertakan tangkai buah dengan dua daun. Buah yang dipanen memiliki umur yang sama yaitu 104 hari setelah anthesis (HSA). Kondisi lapangan pada saat itu cerah dan panen dapat dilakukan dengan baik. Panen dilaksanakan pada saat menjelang sore, hal tersebut dilakukan agar buah yang akan dianalisis di Bogor tetap terjaga kesegarannya.

21 9 Pengamatan Pengamatan dilakukan pada buah yang telah dipanen dan tanaman yang telah ditentukan di lahan percobaan. Untuk buah manggis, pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan fisik dan secara kimiawi. Pengamatan fisik terdiri atas kekerasan, warna kulit, dan warna cupat buah. Sedangkan pengamatan secara kimia yang dilakukan adalah total padatan terlarut dan total asam tertitrasi. Pengamatan non destruktif dilakukan pada hari ke-0 sampai hari ke-24 setelah panen, pengamatan destruktif dilakukan pada hari pada hari ke-0, 4, 8, 12, 16, 20, dan 24 setelah panen. Untuk trubus manggis, pengamatan dilakukan dari hari ke- 0 setelah panen hingga trubus baru dorman. Parameter yang diamati adalah panjang dan diameter trubus serta panjang dan lebar daun. A. Pengamatan Buah 1. Pengamatan Non Destruktif 1.1 Warna Kulit Buah dan Cupat Buah Warna kulit dan cupat buah diamati secara kualitatif dengan menggunakan munsell color chart. Klasifikasi warna dengan sistem munsell memakai tiga ciri yaitu: Hue (rona), Value (nilai) dan Chroma (kroma). Contoh: 2,5 GY 9/6 HUE VALUE CHROMA Hue menunjukkan warna dominan dari suatu objek yang diteliti apakah warna tersebut merah, hijau atau kuning. Value menunjukkan gelap terangnya warna. Nilai Value berada pada angka 0 hingga 10. Semakin tinggi nilai Value maka, warna semakin cerah. Chroma menunjukkan intensitas warna. Nilai Chroma berada pada angka 0 hingga 20. Semakin tinggi nilai Chroma maka, intensitas warna semakin gelap.

22 Laju Respirasi Laju respirasi diukur dengan menggunakan cosmotector tipe xp-314 dalam sistem tertutup. Pengamatan laju respirasi dilakukan mulai 0 HSP hingga buah manggis mengalami penurunan puncak klimakterik yaitu pada 8 HSP. 2. Pengamatan Destruktif 2.1 Kekerasan Kekerasan buah diukur dengan menggunakan fruit hardness tester. Bagian-bagian yang diukur adalah bagian ujung, tengah dan pangkal. Kekerasan buah dinyatakan dalam satuan Kg/detik. 2.2 Total Padatan Terlarut Total Padatan Terlarut diukur dengan menggunakan refraktometer. Daging buah yang diamati diambil dengan cara memisahkan daging buah dari biji lalu diambil sarinya dengan menggunakan kain atau kertas saring. Sari yang telah diperoleh diteteskan pada lensa refraktometer. Angka yang diperoleh dinyatakan dengan Brix. 2.3 Total Asam Tertitrasi Buah manggis diambil sarinya dengan cara diperas dan ditimbang sebanyak 5 gr. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan aquades sampai tanda tera, dikocok dan disaring, diambil 10 ml filtrat. Filtrat tersebut diberi indkator phenolphtalein, kemudian dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai muncul warna pink. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai TAT adalah: % TAT = mlnaoh NNaOH fp BE 100 BobotSampel Keterangan: Fp : faktor pengencer ( 100 ml / 10 ml) BE : bobot ekuivalen ( 64 ) ml NaOH : ml NaOH akhir ml NaOH awal N NaOH : molaritas NaOH

23 11 B. Pengamatan Trubus 1. Panjang Trubus Pengamatan panjang trubus dilakukan dengan cara mengukur bagian pangkal trubus hingga ujung trubus. 2. Diameter trubus Pengamatan diameter trubus dilakukan dengan cara mengukur lingkar batang trubus menggunakan jangka sorong. 3. Panjang daun Pengamatan panjang daun dilakukan dengan cara mengukur bagian pangkal daun hingga ujung daun. 4. Lebar daun Pengamatan lebar daun dilakukan dengan cara mengukur bagian terlebar dari daun.

24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pada awal panen keadaan buah manggis yang digunakan masih dalam kondisi segar dan dalam keadaan yang seragam yaitu memiliki indeks kematangan dua dimana buah tersebut memiliki warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata (Gambar 1). Selama penelitian berlangsung terdapat beberapa buah yang terserang penyakit busuk buah Botryodiplodia theobromae pada hari ke-16 setelah panen yang menyebabkan buah menjadi busuk dan menurunkan daya simpan manggis. Gambar 1. Kondisi awal buah manggis yang dipanen Gambar 2. Buah manggis terserang cendawan Botryodiplodia sp Kondisi lapangan pada saat pengamatan trubus mengalami sedikit kendala yaitu musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga munculnya trubus setelah panen membutuhkan waktu yang lama. Trubus Gambar 3. Kondisi trubus manggis dorman

25 13 Ketahanan Simpan Ketahanan simpan buah manggis pada penelitian ini berbeda-beda tergantung dengan perlakuan yang diberikan. Ciri akhir pengamatan dari buah manggis yang dianggap masih layak dikonsumsi adalah memiliki warna kulit buah ungu tua, warna cupat buah kecoklatan, buahnya masih dapat dibuka dengan tangan, daging buah berwarna putih dan tidak berbau alkohol serta masih dapat dikonsumsi. Tabel 1. Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Ketahanan Simpan Buah Manggis Ketahanan Simpan (HSP) pada Suhu Kamar Perlakuan Cara Panen Tanpa Menyertakan Cara Panen Dengan Menyertakan Dua Daun Dua Daun 0 ppm GA ppm GA ppm GA ppm GA Buah dengan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 0 ppm dan 200 ppm ketahanan simpannya hanya dapat bertahan hingga 12 HSP (Hari Setelah Panen). Sedangkan buah dengan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm dan 400 ppm dapat mempertahankan daya simpan buah hingga 16 HSP. Begitu juga dengan buah yang dipanen dengan menyertakan dua daun dan tanpa perlakuan pemberian giberelin serta dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm memiliki ketahanan simpan hingga 16 HSP. Kombinasi yang paling lama mempertahankan daya simpan buah manggis hingga 20 HSP adalah perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin pada konsentrasi 400 ppm (Gambar 5). Perlakuan giberelin 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm pada buah yang dipanen dengan menyertakan dua daun dapat meningkatkan ketahanan simpan buah manggis dari 16 HSP hingga 20 HSP, hal tersebut dikarenakan giberelin dapat menghambat kerusakan buah manggis yang secara alami diakibatkan oleh proses pemasakan (senescence) pada buah manggis itu sendiri. Proses pemasakan

26 14 yang dihambat oleh giberelin itu diantaranya adalah penundaan penuaan warna kulit buah manggis dan yellowing pada warna cupat manggis serta menunda proses mengerasnya buah manggis sehingga tidak dapat dibuka. Hal tersebut akan dibahas pada sub bab selanjutnya. Buah manggis yang dipanen dengan menyertakan dua daun pada umumnya memiliki ketahanan simpan yang lebih tinggi dibandingkan dengan buah manggis yang dipanen tanpa menyertakan dua daun. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang didapat dari (2006) bahwa pemetikan buah langsung dengan mengikutsertakan tangkai buah dapat meningkatkan daya tahan buah manggis sampai 2-3 minggu setelah panen. Daya tahan buah manggis selama penyimpanan juga dipengaruhi oleh cendawan penyebab busuk buah yaitu Botryodiplodia theobromae. Buah yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala kulit buah berwarna kehitaman dan mengkilat kemudian warna berubah menjadi hitam suram. Selanjutnya buah menjadi keras dan sulit dibuka. Jika dibuka, maka terlihat daging buah yang membusuk dan berwarna kehitaman serta melekat pada kulit buah. Berdasarkan laporan yang didapatkan dari Laboratorium Klinik Tanaman di Departemen Proteksi Tanaman IPB (2007) bahwa cendawan ini dapat menyebar melalui sisasisa tanaman yang sakit kemudian menyebar ke buah-buah yang lain. Sehingga kemungkinan terserangnya buah-buah manggis oleh cendawan Botryodiplodia theobromae dikarenakan cendawan penyebab bakteri ini terbawa pada saat panen melalui daun atau buah manggis itu sendiri. Hal tersebut juga ditunjang oleh kondisi ruang simpan yang cukup panas, lembab dan kurang ventilasi sehingga cendawan mudah berkembang.

27 15 Buah manggis dengan perlakuan GA 3 0 ppm Buah manggis dengan perlakuan GA ppm Buah manggis dengan perlakuan GA ppm Buah manggis dengan perlakuan GA ppm Gambar 4. Kondisi akhir pengamatan buah manggis yang dipanen tanpa menyertakan dua daun. Buah manggis dengan perlakuan GA 3 0 ppm Buah manggis dengan perlakuan GA ppm Buah manggis dengan perlakuan GA ppm Buah manggis dengan perlakuan GA ppm Gambar 5. Kondisi akhir pengamatan buah manggis yang dipanen dengan menyertakan dua daun

28 16 Warna Cupat Buah Pada awal penyimpanan semua cupat buah memiliki warna yang sama dikarenakan kondisi buah pada saat panen seragam yaitu warna hijau muda segar. Seiring dengan lamanya waktu penyimpanan, maka warna cupat buah manggis semakin berubah yaitu dari hijau muda segar (2.5GY 9/6), kemudian berubah menjadi hijau tua (10Y 7.5/10), hijau sedikit kecoklatan (10Y 7.5/13), hijau kecoklatan (7.5Y 7/11.5), coklat kehijauan (7.5Y/16) dan pada akhirnya cupat berwarna coklat keseluruhan (5Y / 7/11.5). Hijau muda (Hijau awal) Hijau sedikit kecoklatan (Hijau kecoklatan awal) Coklat kehijauan (Coklat awal) Hijau Tua (Hijau akhir) Hijau kecoklatan (Hijau kecoklatan akhir) Coklat keseluruhan dan keriput (Coklat akhir) Gambar 6. Perubahan warna cupat buah manggis Kombinasi perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dan tanpa pemberian giberelin memperlihatkan warna cupat manggis yaitu hijau muda hingga hijau kecoklatan hanya dapat bertahan sampai 8 HSP (Hari Setelah Panen). Demikian pula dengan buah manggis yang diberi perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dan dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 200 ppm hanya mampu mempertahankan warna hijau muda hingga hijau kecoklatan pada cupat manggis sampai 8 HSP. Mulai 10 HSP hingga 24 HSP warna berubah perlahan menjadi coklat kehijauan,coklat tua, keriput dan kering (Gambar 6).

29 17 Warna dan kesegaran cupat cepat menurun karena terjadinya transpirasi yang menyebabkan cupat mengering dan berwarna kecoklatan (Qanytah, 2004). Sedangkan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dan dengan pemberian giberelin 100 ppm dan 400 ppm ternyata mampu mempertahankan warna hijau cupat manggis hingga 12 HSP. Tabel 2. Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Warna Cupat Buah Manggis Hijau Hijau Kecoklatan Coklat Perlakuan Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir 2.5GY 9/6 10Y 7.5/10 10Y 7.5/13 7.5Y 7/11.5 Cara Panen Tanpa Menyertakan Dua Daun 7.5Y 7.5/16 5Y 7/ ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 12 HSP 12 HSP 100 ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 8 HSP 12 HSP 16 HSP 24 HSP 200 ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 12 HSP 20 HSP 400 ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 8 HSP 12 HSP 16 HSP 24 HSP Cara Panen Dengan Menyertakan Dua Daun 0 ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 8 HSP 12 HSP 16 HSP 24 HSP 100 ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 8 HSP 12 HSP 16 HSP 24 HSP 200 ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 8 HSP 12 HSP 16 HSP 24 HSP 400 ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 12 HSP 16 HSP 20 HSP 24 HSP Keterangan: GY : Hijau muda sampai hijau tua Y : Hijau tua sampai coklat Kombinasi terbaik yang dapat mempertahankan kesegaran dan warna cupat manggis lebih lama adalah kombinasi perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan dengan perlakuan giberelin 400 ppm karena warna hijau segar hingga hijau kecoklatan dapat dipertahankan hingga 16 HSP. Hal tersebut disebabkan giberelin mampu menunda kehilangan klorofil pada cupat buah manggis. Menurut Arteca (1996) pemberian giberelin dapat memperlambat degradasi klorofil di daun, tangkai daun, buah, dan kotiledon. Sedangkan untuk kombinasi perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun tanpa pemberian giberelin dan dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm dapat mempertahankan warna hijau cupat manggis sampai 12 HSP.

30 18 Cara panen dengan menyertakan dua daun dapat mempertahankan kesegaran cupat lebih lama. Hal tersebut dikarenakan daun berperan dalam kegiatan fotosintesis sehingga ketersediaan energi yang dibutuhkan tanaman untuk melangsungkan reaksi-reaksi metabolisme lebih banyak daripada buah yang disimpan tanpa menyertakan dua daun. Selain tempat berlangsungnya kegiatan fotosintesis, daun juga memiliki fungsi dalam sintesis zat-zat seperti asam-asam amino dan protein yang dapat menghambat degradasi klorofil. Poerwanto (2003) mengemukakan bahwa jika kandungan nitrogen pada tumbuhan berkurang maka sintesis klorofil akan terhambat sedangkan sintesis enzim yang merangsang senescence yaitu klorofillase terbentuk. Purwoko dan Santoso (1995) menjelaskan bahwa faktor utama yang bertanggungjawab terhadap degradasi klorofil salah satunya adalah adanya enzim chlorophyllase. Selain itu, di dalam daun terdapat hormon giberelin endogen yang dapat membantu meningkatkan sintesis klorofil dan memperlambat degradasi korofil. Warna Kulit Buah Manggis Warna kulit buah manggis pada awal penyimpanan seragam yaitu kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata karena buah dipanen pada umur berbunga yang sama yaitu 104 HSA (Hari Setelah Anthesis) dan dipilih yang seragam. Perubahan warna kulit buah manggis menjadi lebih gelap daripada semula dialami oleh buah manggis pada semua perlakuan seiring dengan lamanya waktu penyimpanan. Hal tersebut dapat dilihat dari menurunnya nilai value dan meningkatnya nilai chroma dari warna kulit buah manggis. Selama penyimpanan buah manggis mengalami perubahan warna. Pada awal pengamatan, buah manggis berwarna kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata (5R 5/11.5), kemudian berubah menjadi merah keunguan (6R 4/10), ungu kemerahan (6R 5/6.5), ungu tua (10R 4/6), ungu kehitaman (10R 3/8) dan akhirnya buah manggis berwarna ungu gelap (10R 2.3/2.5).

31 19 Kuning kemerahan (merah awal) Ungu kemerahan (ungu awal) Ungu kehitaman (ungu awal) Merah keunguan (merah akhir) Ungu tua (ungu akhir) Ungu gelap (ungu akhir) Gambar 7. Perubahan warna kulit buah manggis Kombinasi perlakuan cara panen dengan menyertakan dua daun dan pemberian giberelin 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm memiliki pengaruh yang baik dalam mempertahankan warna kulit buah manggis yaitu warna kuning kemerahan hingga ungu tua sampai 12 HSP (Gambar 7). Sedangkan untuk perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dan tanpa pemberian giberelin sudah memperlihatkan warna kulit buah manggis menjadi ungu tua pada 6 HSP. Perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun dan dengan pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm mampu mempertahankan warna ungu tua pada buah manggis hingga 8 HSP. Pigmen buah cenderung berubah selama perkembangan buah termasuk pigmen yang terdapat pada kulit buah manggis. Kader (2003) menyatakan bahwa kulit buah manggis terutama mengandung xanthonin, gartanin, 8-disoxygartanin dan normangostanin. Xantonin merupakan pigmen larut air yang disintesis di dalam vakuola. Pembentuk molekul xantonin adalah monosakarida dan disakarida (Poerwanto, 2003). Dengan diikutsertakannya dua daun dalam penyimpanan buah

32 20 manggis dapat mempertahankan pigmen xantonin lebih lama. Karena monosakarida dan disakarida yang dibutuhkan untuk sintesis xantonin dapat dipenuhi dari hasil fotosintesis yang dilakukan daun. Selain itu, pemberian giberelin dapat mempertahankan kandungan warna pada kulit buah manggis hingga waktu tertentu. Pantastico (1989) mengemukakan bahwa perlakuan giberelin dapat menunda perubahan warna pada buah manggis, tomat, jambu biji dan pisang. Tabel 3. Kombinasi Cara Panen dan Pemberian Giberelin terhadap Warna Kulit Buah Manggis Merah Ungu Ungu Kehitaman Perlakuan Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir 5R 5/11.5 6R 4/10 6R 5/6.5 10R 4/6 Cara Panen Tanpa Menyertakan Dua Daun 10R 3/8 10R 2.3/2.5 0 ppm GA 3 0 HSP 2 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP 100 ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 12 HSP 16 HSP 200 ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 12 HSP 16 HSP 400 ppm GA 3 0 HSP 4 HSP 6 HSP 8 HSP 12 HSP 16 HSP Cara Panen Dengan Menyertakan Dua Daun 0 ppm GA 3 0 HSP 6 HSP 8 HSP 10 HSP 12 HSP 16 HSP 100 ppm GA 3 0 HSP 8 HSP 10 HSP 12 HSP 12 HSP 20 HSP 200 ppm GA 3 0 HSP 8 HSP 10 HSP 12 HSP 12 HSP 20 HSP 400 ppm GA 3 0 HSP 8 HSP 10 HSP 12 HSP 12 HSP 20 HSP Laju Respirasi Pengaruh kombinasi cara panen dan pemberian giberelin tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi pada semua waktu pengamatan. Begitu juga dengan pengaruh cara panen tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi pada semua waktu pengamatan. Sedangkan pengaruh pemberian giberelin berpengaruh nyata terhadap laju respirasi pada jam ke-30 dan jam ke-138. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan uji lanjut Duncan, pengaruh pemberian giberelin pada konsentrasi 100 ppm berbeda nyata terhadap pengaruh pemberian giberelin pada

33 21 konsentrasi 200 ppm pada jam ke-30. Nilai laju repirasi tertinggi adalah pada buah manggis dengan perlakuan giberelin pada konsentrasi 100 ppm yaitu sebesar mg CO 2 /kg/jam. Sedangkan buah dengan perlakuan giberelin 200 ppm pada jam ke-30 memiliki nilai laju respirasi sebesar mg CO 2 /kg/jam (Gambar 8). Demikian pula dengan laju respirasi buah manggis pada jam ke-138 dengan perlakuan giberelin 100 ppm berbeda nyata terhadap pengaruh pemberian giberelin pada konsentrasi 400 ppm. Laju respirasi buah dengan perlakuan giberelin 100 ppm memiliki nilai laju respirasi sebesar mg CO 2 /kg/jam. Nilai ini lebih besar daripada nilai laju respirasi buah dengan perlakuan giberelin 400 ppm yaitu sebesar mg CO 2 /kg/jam. Menurut Pantastico (1986) perlakuan pasca panen dengan giberelin secara nyata menghambat pematangan beberapa jenis buah. Pengaruh terhadap kematangan terlihat dari penurunan laju respirasinya, terhambatnya klimakterik dan penundaan perubahan warna. 300,00 Laju Respirasi (mg CO2/kg/jam) 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 G0: GA3 0 ppm G1: GA3 100 ppm G2: GA3 200 ppm G3: GA3 400 ppm 0, Waktu Pengamatan (Jam ke-) Gambar 8. Pengaruh pemberian giberelin terhadap laju respirasi buah manggis. Secara umum laju respirasi buah manggis mengalami peningkatan sampai dengan jam ke-18 ( mg CO 2 /kg/jam) dan mengalami penurunan sampai hari terakhir pengamatan seperti ditunjukkan oleh buah klimakterik. Menurut Wills et al. (1989) buah klimakterik menunjukkan peningkatan yang besar dalam laju produksi CO 2 bersamaan dengan pemasakan. Sedangkan buah non klimakterik pada saat pemasakan memiliki laju produksi CO 2 yang rendah dibandingkan dengan buah klimakterik.

34 22 Kekerasan Kulit Buah Kombinasi cara panen dan pemberian giberelin berpengaruh sangat nyata terhadap kekerasan pada 20 HSP dan 24 HSP. Sedangkan perlakuan cara panen berpengaruh sangat nyata pada 12 HSP, 20 HSP dan 24 HSP. Demikian juga dengan pengaruh pemberian giberelin berpengaruh sangat nyata pada 20 HSP dan 12 HSP (Tabel Lampiran 4). Buah manggis yang tanpa diberi perlakuan giberelin memiliki nilai kekerasan yang terus meningkat dan lebih tinggi daripada buah manggis yang diberi perlakuan giberelin 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm (Gambar 9). Selain itu, buah manggis yang tanpa diberi perlakuan giberelin sudah tidak dapat dibuka lagi pada 24 HSP ketika penetrometer menunjukkan angka 0.95 kg/detik. Hal tersebut dikarenakan giberelin dapat menghambat pengerasan buah manggis. Menurut Arteca (1996) aplikasi GA 3 dapat menghambat proses kematangan. Dimana pengaruh terhadap kematangan pada buah manggis adalah terhambatnya pengerasan pada buah. Buah manggis yang dipanen dengan menyertakan dua daun sudah keras dan tidak dapat dibuka pada 20 HSP dan 24 HSP. Kerasnya buah mengindikasikan bahwa cara panen dengan menyertakan dua daun tidak dapat menghambat terjadinya pengerasan pada buah manggis. Nilai kekerasan kulit buah manggis terus mengalami peningkatan seiring dengan pemasakan buah. Hal tersebut berlawanan dengan yang terjadi pada buahbuahan lain pada saat mengalami pemasakan yaitu pelunakan jaringan. Pengerasan pada kulit buah manggis dipengaruhi oleh adanya enzim poligalakturonase (PG) yang berpengaruh terhadap degradasi dinding sel. Beberapa penelitian terbaru telah mengindikasikan bahwa kandungan PG menyebabkan pengerasan pada buah selama pemasakan (Murray et al.,1993 dalam Tucker, 1993). Poligalakturonase merupakan enzim yang disintesis dalam sitosol sel. Pada buah-buahan yang belum matang, PG sudah mulai muncul namun belum berfungsi, kemudian aktivitas PG baru terlihat hanya pada saat terjadi pemasakan dan meningkat secara dramatis selama pemasakan berlangsung (Tucker, 1993). Selama proses pemasakan enzim tersebut berperan dalam

35 23 pembelahan dan pemecahan selulosa dan hemiselulosa yang merupakan komponen penyusun dinding sel. Pengerasan pada kulit buah manggis juga didukung oleh dehidrasi yang tinggi di permukaan kulit akibat penguapan air yang berlebihan. Yektiningtyas (2004) mengungkapkan bahwa pemasakan buah manggis diikuti dengan hilangnya kemampuan mengikat air, sehingga manggis tersebut menjadi keras. Hilangnya kemampuan mengikat air menyebabkan cairan pada ruang-ruang antar sel menguap dan menyebabkan sel menciut. Akibatnya ruang antar sel menyatu dan zat pektin yang merupakan penyusun dinding sel menjadi saling berikatan. Sedangkan selulosa dan hemisellulosa yang juga merupakan penyusun dinding sel dipecah oleh enzim poligalakturonase sehingga kulit buah manggis menjadi keras. (a) 0,95 Kekerasan (Kg/detik) 0,90 0,85 0,80 0,75 G0: 0 ppm G1: GA3 100 ppm G2: GA3 200 ppm G3: GA3 400 ppm 0, Hari Setelah Panen (b) 0,95 Kekerasan (Kg/detik) 0,90 0,85 0,80 0,75 G0: 0 ppm G1: GA3 100 ppm G2: GA3 200 ppm G3: GA3 400 ppm 0, Hari Setelah Panen Gambar 9. Pengaruh cara panen ((a) panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap kekerasan kulit buah manggis.

36 24 Padatan Terlarut Total (PTT) Kandungan padatan terlarut total buah berkaitan dengan pemecahan polimer, karbohidrat, khususnya perubahan pati menjadi gula (Juanasari,2004). PTT dapat dijadikan indikator tingkat kemanisan pada buah manggis. Pengaruh kombinasi cara panen dan pemberian giberelin berpengaruh sangat nyata pada 24 HSP. Demikian pula dengan pengaruh cara penen berpengaruh sangat nyata pada 12, 20, dan 24 HSP. Sedangkan pengaruh giberelin berpengaruh sangat nyata pada 24 HSP (Tabel Lampiran 6). Secara umum PTT buah manggis semakin menurun selama penyimpanan. Penurunan PTT diakibatkan oleh terurainya gula menjadi alkohol dan CO 2 selama penyimpanan (Yektiningtyas, 2004). Semakin lama penyimpanan, komponen gula yang terurai semakin banyak sehingga gula yang merupakan komponen utama bahan padat terlarut semakin menurun. Hal itu berakibat pada nilai PTT yang semakin menurun seiring dengan lamanya waktu penyimpanan. (a) (b) 21,00 21,00 Padatan Terlarut Total ( Brix) 20,00 19,00 18,00 17,00 16,00 15,00 14,00 G0: 0 ppm G1: GA3 100 ppm G2: GA3 200 ppm G3: GA3 400 ppm Padatan Terlarut Total ( Brix) 20,00 19,00 18,00 17,00 16,00 15,00 14,00 G0: 0 ppm G1: GA3 100 ppm G2: GA3 200 ppm G3: GA3 400 ppm 13, , Waktu Pengamatan (HSP) Waktu Pengamatan (HSP) Gambar 10. Pengaruh cara panen ((a) panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap padatan terlarut total buah manggis. Buah manggis dengan perlakuan giberelin 200 ppm memiliki nilai PTT yang lebih tinggi daripada buah dengan tanpa perlakuan giberelin dan perlakuan giberelin 100 ppm dan 400 ppm (Gambar 10). Buah tanpa pemberian giberelin memiliki nilai PTT yang lebih rendah daripada buah dengan perlakuan giberelin 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian giberelin dapat menghambat terurainya gula selama penyimpanan.

37 25 Cara panen tanpa menyertakan dua daun lebih baik dalam mempertahankan kulitas buah manggis pada parameter padatan terlarut total daripada cara panen yang menyertakan dua daun. Buah dengan perlakuan cara panen yang menyertakan dua daun mengalami penurunan nilai PTT dari H-8 hingga hari terakhir penyimpanan. Sedangkan buah dengan perlakuan cara panen tanpa menyertakan dua daun baru mengalami penurunan nilai PTT mulai dari H- 12 dan H Padatan Total Terlarut ( Brix) Kekerasan Kulit Buah (Kg/detik) Gambar 11. Hubungan antara padatan total terlarut dan kekerasan kulit buah manggis Gambar 11 menunjukkan bahwa padatan total terlarut dan kekerasan kulit buah manggis tidak memiliki hubungan secara linier maupun kuadratik, sehingga tidak diperoleh persamaan garis dan koefisien determinannya. Namun, dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa pada saat buah manggis berada dalam puncak PTT yaitu pada nilai Brix, buah manggis tersebut memiliki kekerasan 0.84 Kg/detik (mudah dibuka) dan dalam keadaan warna ungu tua (10R 4/6) hingga ungu kehitaman (10R 3/8).

38 26 Total Asam Tertitrasi Kombinasi pengaruh cara panen dan pemberian giberelin tidak berpengaruh nyata terhadap total asam tertitrasi pada semua waktu pengamatan kecuali pada 24 HSP. Sedangkan perlakuan cara panen berpengaruh sangat nyata terhadap total asam tertitrasi buah manggis pada 12, 20 dan 24 HSP. Begitu juga dengan perlakuan pemberian giberelin berpengaruh nyata pada 12 HSP dan berpengaruh sangat nyata pada 24 HSP. Data dapat dilihat pada Tabel Lampiran 8. Pada 12 HSP buah manggis dengan perlakuan giberelin 100 ppm memiliki nilai TAT paling tinggi dibandingkan dengan buah manggis tanpa perlakuan giberelin dan buah manggis dengan perlakuan giberelin 200 ppm dan 400 ppm (Gambar 12). Namun nilai tersebut terus menurun seiring dengan lamanya waktu simpan. Menurut Pantastico (1989) total asam pada buah-buahan akan mencapai maksimum selama pertumbuhan dan perkembangan, kemudian menurun selama penyimpan. Namun, perlakuan giberelin 100 ppm ternyata dapat menghambat penurunan nilai total asam pada buah manggis. (a) Total Asam Tertitrasi (%) Hari Setelah Panen G0: Kontrol G1: GA3 100 ppm G2: GA3 200 ppm G3: GA3 400 ppm (b) Total Asam Tertitrasi (%) Hari Setelah Panen G0: Kontrol G1: GA3 100 ppm G2: GA3 200 ppm G3: GA3 400 ppm Gambar 12. Pengaruh cara panen ((a) panen tanpa menyertakan dua daun, (b) panen dengan menyertakan dua daun) dan pemberian giberelin terhadap total asam tertitrasi buah manggis.

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Buah yang digunakan untuk bahan penelitian berasal dari kebun petani sentra produksi manggis Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-April 2009

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN PELAPIS DAN PLASTIK KEMASAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh WATI ANGGRAENI A

PENGGUNAAN BAHAN PELAPIS DAN PLASTIK KEMASAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh WATI ANGGRAENI A PENGGUNAAN BAHAN PELAPIS DAN PLASTIK KEMASAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh WATI ANGGRAENI A34303004 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN RELA SARTIKA A24050014 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI Oleh : ANUM PETALARIFARRDHI A 34303057 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Darmaga Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl 2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Oleh : Mawardi A

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl 2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Oleh : Mawardi A PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl 2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Oleh : Mawardi A00499046 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PENGARUH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24... (Bar) Suhu 15 0 C 1.64 0.29 0.16 0.32 0.24b 0.32b 0.27b 0.29b 0.39b 0.76b

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) TK 2 (b) TK 3 (c) TK 4 Gambar 5. Manggis dengan tingkat kematangan berbeda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) TK 2 (b) TK 3 (c) TK 4 Gambar 5. Manggis dengan tingkat kematangan berbeda IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Kematangan Buah Manggis Tingkat kematangan manggis yang dianalisis dalam tahap ini ada 3 yaitu tingkat kematangan 2, 3, dan 4. Tingkat kematangan 2 terlihat dari warna

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di sentra produksi manggis di Desa Mulang Maya, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitian berlangsung pada akhir Bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Buah Naga Buah naga termasuk famili Cactaceae dengan biji berkeping dua (dikotil). Famili ini meliputi 120-200 genera yang terdiri atas 1 500-2 000 spesies yang ditemukan khususnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Keadaan Umum Penelitian ini dilaksanakan di kebun buah naga di Desa Bojongkoneng, Bukit Sentul. udara rata-rata bulanan kawasan permukiman Bukit Sentul berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga 3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam genus Lycopersicon, sub genus Eulycopersicon. Genus Lycopersicon merupakan genus sempit yang terdiri atas

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE TempatdanWaktu

MATERI DAN METODE TempatdanWaktu III. MATERI DAN METODE 3.1. TempatdanWaktu Penelitianinitelahdilaksanakan di LaboratoriumPemuliaandanGenetika, FakultasPertaniandanPeternakanUniversitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim Riau Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis Tanaman yang diberi kalsium menghasilkan skor getah kuning aril dan kulit buah yang lebih rendah daripada tanaman yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) The Effect of Dolomite Aplication on Gamboge in Mangosteen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BUAH STROBERI (Fragaria x ananassa Duch.)

PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BUAH STROBERI (Fragaria x ananassa Duch.) PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BUAH STROBERI (Fragaria x ananassa Duch.) Oleh : DOLYNA H. M. D. A00499045 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manggis

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manggis II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manggis Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah tanaman daerah tropika yang diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara. Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter. Buahnya disebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN PEMATANGAN BUAH & INDEKS KEMATANGAN Pemasakan Tahap akhir fase perkembangan buah,,yang meliputi pembesaran sel, akumulasi fotosintat, dan senyawa aromatik, serta penurunan kadar asam, dan posisi buah masih

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Laju Respirasi Respirasi merupakan proses metabolisme oksidatif yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisikokimia pada buah yang telah dipanen.

Lebih terperinci

t 74 STUDl MEMPERPANJANG DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN PELILINAN

t 74 STUDl MEMPERPANJANG DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN PELILINAN /+/hfi af@b t 74 STUDl MEMPERPANJANG DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN PELILINAN Oieh: Rizky Widiastuti A34302042 PROGRAM STUDl HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++)

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++) V. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Pola Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna (++) Aroma Khas jeruk Khas jeruk Khas jeruk - - (++) Tekstur (++) Berat (gram) 490 460 451 465,1 450

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai kajian semi-cutting dan pelilinan terhadap beberapa parameter mutu buah manggis (Garciana mangostana L.) selama penyimpanan dingin dilaksanakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada Oktober

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Kulit Manggis Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan mutu dari suatu produk hortikultura. Buah manggis merupakan salah satu buah yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO Oleh : SITI SYARA A34301027 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN USAHA TANAMAN HIAS CALLA LILY

BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN USAHA TANAMAN HIAS CALLA LILY BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN USAHA TANAMAN HIAS CALLA LILY (Zantedeschia sp.), KRISAN (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) DAN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosasinensis) DI PT MANDIRI JAYA FLORA INDONESIA Oleh:

Lebih terperinci

Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi

Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi Oleh : YOLIVIA ASTRIANIEZ SEESAR F14053159 2009 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci