BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sirosis merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sirosis merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sirosis merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distrosi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Etiologi dari sirosis hepatitis di negara barat yang tersering akibat alkoholik sedangkan di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B dan C. Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar %, dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% penyebab tidak diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B dan C. Beberapa negara Asia dan Afrika, penyebab utama dari sirosis adalah hepatitis kronis. Lebih dari 40% pasien sirosis hepatis asimtomatis, pada keadaan ini sirosis ditemukan waktu pemeriksaan rutin kesehatan atau pada waktu autopsi (WHO, 2007). Berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia (WHO, 2007), pada tahun 2006 sekitar 170 juta umat manusia terinfeksi sirosis hepatis. Angka ini meliputi sekitar 3% dari seluruh populasi manusia didunia dan setiap tahunnya infeksi baru sirosis hepatis bertambah 3-4 juta. Sirosis hepatis merupakan penyakit yang sering dijumpai diseluruh dunia termasuk di Indonesia, kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki dibandingkan kaum wanita dengan perbandingan 2-4:1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan tahun dengan puncaknya sekitar tahun (Hadi, 2008).

2 Menurut Waluyo (2007), angka kasus penyakit hati menahun di Indonesia sangat tinggi. Jika tidak segera diobati, penyakit itu dapat berkembang menjadi sirosis atau kanker hati, sekitar 20 juta penduduk Indonesia terserang penyakit hati menahun. Angka ini merupakan perhitungan dari prevalensi penderita dengan infeksi hepatitis B di Indonesia yang berkisar 5-10 persen dan hepatitis C sekitar 2-3 persen. Dalam perjalanan penyakitnya, persen dari jumlah penderita penyakit hati menahun itu akan menjadi sirosis hati dalam waktu sekitar 15 tahun, tergantung sudah berapa lama seseorang menderita hepatitis menahun itu. Melihat kondisi diatas maka penulis beranggapan bahwa angka kejadian penyakit sirosis hepatis di dunia maupun jumlah penderita hepatitis di Indonesia sangatlah besar dan jika angka kejadian tersebut tidak ditekan dan masalah tidak segera ditangani maka akan timbul masalah-masalah meliputi peningkatan jumlah penderita sirosis hepatis yang akhirnya akan menambah angka kematian. Untuk itu perawat sebagai tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk menangani pasien sirosis hepatis. Berdasarkan data kejadian penyakit sirosis hepatis di PKU Muhammadiyah Gombong dalam 1 tahun terakhir berjumlah 7 orang. Penulis tertarik untuk mengambil judul Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman Nyeri Akut pada Ny. S dengan Sirosis Hepatis Di Ruang Innayah PKU Muhammadiyah Gombong. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum

3 Mahasiswa mampu melakukan melakukan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman Nyeri Akut pada Ny. S dengan Sirosis Hepatis Di Ruang Innayah PKU Muhammadiyah Gombong. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman Nyeri Akut Sirosis Hepatis Di Ruang Innayah PKU Muhammadiyah Gombong. b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman Nyeri Akut Sirosis Hepatis Di Ruang Innayah PKU Muhammadiyah Gombong. c. Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan yang tepat sesuai dengan diagnosa keperawatan pada klien dengan Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman Nyeri Akut Sirosis Hepatis Di Ruang Innayah PKU Muhammadiyah Gombong. d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanan Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman Nyeri Akut Sirosis Hepatis Di Ruang Innayah PKU Muhammadiyah Gombong. e. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman Nyeri Akut Sirosis Hepatis Di Ruang Innayah PKU Muhammadiyah Gombong. f. Mahasiswa mampu membuat dokumentasi keperawatan pada klien dengan Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman Nyeri akut Sirosis Hepatis Di Ruang Innayah PKU Muhammadiyah Gombong.

4 C. PENGUMPULAN DATA Adapun cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data guna dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Penulis melakukan pengamatan dan turut serta dalam melakukan tindakan pelayanan keperawatan. 2. Interview Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara anamnesa atau wawancara dengan klien dan keluarga. 3. Studi Dokumentasi Mencari dan mempelajari data mengenai hal-hal yang resmi, pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan diagnostik yang berhubungan dengan pasien untuk mendukung pelaksanaan studi kasus.

5 BAB II KONSEP DASAR A. Sirosis Hepatis 1. Definisi Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari struktur hepar dan pembentukan nodules regenerate ( Waluyo, 2007). Sirosis merupakan cidera parenkim dan fibrosis yang terjadi bersifat difus, meluas keseluruh hati cidera fekal yang disertai jaringan parut ( Robbins, 2007). Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulator normal ( Price, 2006).

6 Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik dan terjadi regenerasi noduler serta proliferasi jaringan ikat yang difus. 2. Etiologi Penyebab yang pasti terjadi dari serosis hepatis sampai sekarang belum jelas tetapi diantaranya : a. Faktor Malnutrisi Faktor kurang nutrisi terutama kekurangan prot menjadi penyebab timbulnya sirosis hepatis. b. Hepatitis Virus Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari sirosis Hepatitis. Secara klinis telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis bila dibandingkan dengan hepatitis virus A. Penderita dengan hepatitis aktif kronik banyak yang menjadi sirosis karena banyak menjadi kerusakan hati yang kronis. Sebagaimana kita ketahui bahwa sekitar 10% penderita hepatitis virus B akut akan menjadi kronis. Apalagi bila pada pemeriksaan laboratorium ditemukan HBsAg positif (Adanya HBsAg bahwa penderita menularkan HBV ( Virus hepatitis B) ke orang lain dan menginfeksi mereka) dan menetap antigen lebih

7 dari 10 minggu disertai tetap meningginya kadar asam empedu puasa lebih dari 6 bulan, maka mempunyai prognosis kurang baik (Hadi, 2008). c. Zat hepatoktoksik Beberapa obat- obatan dan zat kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi sel hati secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak. Sedangkan kerusakan kronik akan berupa Sirosis hepatis. Pemberian bermacam obat obatan hepatoktoksik secara berulang kali dan terus menerus. Mula mula akan terjadi kerusakan setempat, kemudian terjadi kerusakan hati yang merata, akhirnya dapat terjadi sirosis hepatitis. Zat hepatoktoksik yang disebut adalah alkohol. Efek yang nyata dari etil-alkohol adalah penimbunan lemak dalam hati (Hadi, 2008). d. Penyakit Wilson Suatu penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada orangorang muda dengan ditandai sirosis hepatis, degenerasi ganglia basalis dari otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser Fleiscer Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defisiensi bawaan dan sitoplasmin. e. Hemokromatosis Ada 2 kemungkinan timbulnya Hemokromatosis, yaitu : 1. Sejak dilahirkan, penderita mengalami kenaikan absorpsi dari Fe. 2. Kemungkinan didapat setelah lahir misalnya dijumpai pada penderita penyakit hati alkoholik. Kenaikan absorpsi dari Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hepatis.

8 f. Sebab sebab lain 1. Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak. 2. Sebagai akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. 3. Penyebab sirosis hepatis yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis kriptogenik. Belum ada klasifikasi etiologi yang memuaskan untuk sirosis, kecuali spesifikasi etiologi yang diperkirakan mendasari, yang bervariasi. Secara geografi dan social. Perkiraan frekuensi kategori etiologi didunia barat. a. Penyakit hati alkoholik 60% sampai 70% b. Hepatitis Virus 10% c. Penyakit empedu 5% d. Hemokromatosis herediter 5% e. Penyakit Wilson, tetap jarang f. Serosis kriptogenik 10% ( Robbin, 2007). 3. Patofisiologi Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1500 gr. Kuadran kanan dan didominasi oleh hati serta seluruh empedu, dan kandungan empedu. Hati terketak dipersimpangan antara saluran cerna dan bagian tubuh lainya,

9 mengemban tugas yang sangat berat untuk mempertahankan homeostastik metabolik tubuh. Tugas utama hati adalah menbentuk dan mensekresikan empedu. Hati mengekskresi empedu sekitar ml empedu setiap hari. Hati berperan penting dalam metabolisme tiga makronutrien yang dihantarkan oleh vena pasca absorpsi di usus. Bahan makanan tersebut mencakup karbohidrat, lemak, protein. Fungsi metabolisme hati yang lain adalah metabolism lemak. Tiga metabolism patologik utama yang berkombinasi untuk menjadi serosis adalah kematian sel hati, regenerasi dan fibrosis progresif. Regenerasi adalah respon normal pejamu. Dalam kaitannya dengan fibrosis, hati normal mengandung kolagen interstisium disaluran porta dan sekitar vena sentralis dan kadang-kadang di parenkim. Diruang antara sel endotel sinusoid dan hepatosit terdapat rangka retikulen halus kolagen. Pada sirosis kolagen tipe I dan III serta komponen lain matriks ekstrasel mengendap di semua bagian lobules dan sel endotel sinusoid kehilangan konsentrasi. Proses ini pada dasarnya mengubah sinusoid dari saluran endotel yang berlubang lubang dengan pertukaran bebas antara plasma dan hepatosid menjadi saluran vaskuler tekanan tinggi beraliran cepat tanpa pertukaran zat terlarut. Secara khusus, perpindahan protein (albumin, faktor pembekuan, lipoprotein). Antara hepatosid dan plasma sangat terganggu (Robbins, 2007). 4. Manifestasi Klinis Gambaran klinis semua bentuk sirosis mungkin tidak tampak secara klinis jika timbul gejala sirosis bersifat non spesifik anoreksia, penurunan berat badan, tubuh lemah, dan pada penyakit tahap lanjut, dibilitas yang nyata. Manifestasi yang

10 timbul dari gagal hati yang baru timbul atau telah nyata manifestasi hepatoseluler adalah ikterus, edema perifer, kecenderungan perdarahan, eritema palmary (telapak tangan merah). Biasanya dipicu oleh timbulnya beban metabolik pada hati, misalnya akibat infeksi sistemik atau perdarahan saluran cerna. Mekanisme akhir yang menyebabkan kematian pada sebagian besar pasien dengan sirosis adalah gagal hati progresif komplikasi yang terkait dengan hipertensi porta, atau timbulnya karsinoma hepatoseluler (Robbins, 2007). 5. Penatalaksanaan Terapi ditujukan mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan- bahan yang bisa menambahkan kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi. Bila tidak ada koma hepalik diberikan diet yang menganduk protein 1 g/kg BB dan kalori sebanyak kkal/hari. Tata laksana pasien sirosis yang masih kompensata ditujukan untuk mengurangi progresi kerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologi, diantaranya : alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencedrakan hati. Pemberian asetaminofen, kalkisin, dan obat herbal bisa menghambat kolagenik. Pada hepatitis auto imun bisa diberikan steroid atau imunosupresif. Pada hemokromatosis flebotorni setiap minggu sampai konsentrasi besi normal dan diulang sesuai kebutuhan pada penyakit hati non alkoholik : menurunkan berat badan akan mencegah terjadinya sirosis. Pada hepatitis B, interferon alfa dan lamivudin (analog nekleosida) merupakan terapi utama. Lamivudin sebagai terapi pertama diberikan 100 ml g secara oral setiap hari selama 1 tahun.

11 Pengobatan sirosis dekompensata asites : tirah baring dan diawali rendah garam, konsumsi garam sebanyak 2-5 gr atau 90 mmol per hari. Diet rendah garam di kombinasi dengan obat - obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis mg sekali sehari. Respon diuretic bias dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg per hari, tanpa adanya edema kaki. Bila mana pemberian pironolakton tidak adekuat bias dikombinasi dengan furosemid dengan dosis mg/ hari. Pemberian Furosemid bisa ditambah dosisnya bila tidak ada respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari. Pengeluaran asites bias hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin. 6. Pemeriksaan penunjang Laboratorium a. Urin Dalam urin terdapat urobainogen, juga terdapat bilirubin bila penderita ada ikterus. Pada penderita dengan asites, maka ekskresi urin berkurang. b. Tinja Mungkin terdapat kenaikan ster kobilinogen. Pada penderita ikterus ekskresi pigmen empedu rendah. c. Darah Dijumpai leukopeni (leukosit dalam darah rendah) bersama trombositopeni (trombosit dalam darah rendah). Penurunan hemoglobin dalam darah.

12 3. Pathway Peningkatan kadar gula darah karena set hati tidak mampu mengubah menjadi glikogen. d. Tes faal hati Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih-lebih lagi bagi penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Hal ini tampak jelas menurunnya kadar serum albumin < 3,0% sebanyak 85,92%, terdapat peninggian serum transaminase SGOT (Serum Glutama Oksaloacetik Transaminase), SGPT (serum glutama pirivat transaminase) >40 U/I sebanyak 60,1%. Menurut kadar tersebut diatas adalah sejalan dengan hasil pengamatan jasmani, ditemukan asites 85,79%. Virus hepatitis Zat hepatoktoksik Faktormalnutrisi Defisiensi protein berat Parental,oral,fecal oral, parental Metabolismeprotein Mencidrai hepatoseluler Kerusakan hati albumin Nyeri akut Proses peradangan hepar Peradangan hati yg kronis Sirosis hepatis Perpindahan cairandari intrasel keintersisial Cairan dirongga peritoneum Nekrosis jaringan penurunan fungsi hepar hepar Asites Enzim keluar dari Ekskresi bilirubin

13 darah SGPT, SGOT Ikterik Menekan diafragma Kelebihan volume cairan Perangsang di MO Mual, muntah anoreksia Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan perubahan pigmentasi Kerusakan integritas kulit, Pola nafas, ketidak efektifan (Robbins, 2007) B. Asuhan Keperawatan 1. Fokus Pengkajian Pola pengkajian fungsional menurut Virginiah Henderson a. Aktivitas/ Istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan Tanda : takikardia, takipnea/hiperventilasi (respons terhadap aktivitas). b. Sirkulasi Gejala: 1) hipotensi (termasuk postural) 2) takikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia ) 3) kelemahan/nadi perifer lemah 4) pengisian kapiler lambar/perlahan ( vasokonstriksi) 5) warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)

14 6) kelemahan kulit/membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik) Tanda: Bradikardi, (hiperbilirubinemia berat). Ikterik pada sclera,kulit dan membrane mukosa. c. Eliminasi Gejala : Urin gelap, diare/konstipasi: feces warna kecoklatan. d. Makan dan cairan Gejala : Anoreksia, mual, muntah. Tanda : Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis). e. Nyeri/Kenyamanan Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Tanda: Otot tegang, gelisah. f. Keamanan Gejala : alergi terhadap obat/sensitif. Tanda: peningkatan suhu, eritema (menunjukkan sirosis / hipertensi portal). 2. Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan metabolism tubuh. c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

15 d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake in adekuat. e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi. 3. Intervensi keperawatan Perencanaan merupakan langkah untuk melakukan tindakan selanjutnya setelah mengetahui dari data yang telah terkumpul dalam pengkajian, perencanaan dilakukan untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang muncul. a. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan ansietas Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pernafasan yang efektif teratasi dengan kriteria hasil NOC: 1) Tanda-tanda vital dalam batas normal terutama respirasi. 2) Tidak ada penggunaan otot bantu. 3) Bunyi nafas tambahan tidak ada. 4) Napas pendek tidak ada. Intervensi Keperawatan NIC: 1) Observasi kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi. Rasionalnya mengetahui ketidak efektifan pola nafas, pernafasan dangkal, mungkin ada hubungannya dengan akumulasi cairan diabdomen. 2) Pantau tanda-tanda vital.

16 Rasionalnya untuk mengetahui kecepatan nadi, pernafasa, tekanan darah, suhu supaya mudah untuk melakukan tindakan keperawatan selanjutnya. 3) Ajarkan teknik nafas dalam. Rasionalnya membantu melatih pernafasan agar ekspansi dada bias optimal. 4) Berikan posisi semifowler. Rasionalnya memudahkan pernafasan dengan penurunan tekanan pada diafragma. 5) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator. Rasionalnya pernafasannya longgar. (NANDA, 2011). b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan metabolism tubuh. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil NOC: 1) Keseimbangan cairan tidak terganggu. 2) Tanda-tanda vital dalam batas normal. 3) Tidak ada asites. 4) Berat jenis urin dalam batas normal. Intervensi Keperawatan NIC: 1) Kaji intake dan output

17 Rasionalnya untuk mengetahui banyaknya cairan yang masuk dan cairan yang keluar. 2) Tanda-tanda vital dalam batas normal. Rasionalnya untuk mengetahui kecepatan nadi, pernafasa, tekanan darah, suhu supaya mudah untuk melakukan tindakan keperawatan selanjutnya. 3) Ukur pitting edema dan asites. Rasionalnya mengetahui retensi cairan. 4) Pantau hasil laboratorium (BUN, HMT, osmolaritas urin) Rasionalnya untuk mengetahui apakah klien mengalami defiensi protein,untuk mengetahui jumlah dan kandungan elektrolit dalam tubuh. 5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik dan pemasangan urin kateter. Rasionalnya untuk mengurangi pengeluaran cairan. c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil NOC: 1) Mampu mengenal nyeri (skala,intensitas frekuensi dan tanda nyeri). 2) klien mengungkapkan secara verbal nyeri berkurang/hilang. 3) Skala nyeri berkurang 4) Kontrol nyeri 5) TTV dalam batas normal. 6) Ekspresi wajah lebih rileks 7) Tingkat kenyamanan

18 Intervensi Keperawatan NIC: 1) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi skala, lokasi, durasi, frekuensi, factor yang mengurangi dan memperberat nyeri. Rasionalnya membantu evaluasi derajat ketidak nyamanan dan ketidakefektifan terjadinya komplikasi. 2) Pantau respon non verbal klien. Rasionalnya untuk mengetahui keadaan klien 3) Berikan posisi yang nyaman Rasionalnya dengan memberikan posisi tersebut dapat mengurangi ketegangan abdomen sehingga nyeri berkurang. 4) Lakukan masase daerah nyeri Rasionalnya melancarkan peredaran darah. 5) Pantau tanda- tanda vital. Rasionalnya respon auto imun meliputi: tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu menjadi tanda keluhan nyeri. 6) Ajarkan klien teknik distraksi relaksasi. Rasionalnya memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan. 7) Kolaborasi pemberian analgesic. Rasionalnya menghilangkan reflek spasme atau kontraksi usus halus dan membantu dalam manajemen nyeri. d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

19 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kurang volume cairan teratasi dengan kriteria hasil NOC: 1) Mual muntah berkurang 2) Nafsu makan meningkat 3) Mengungkapkan secara verbal keinginan untuk makan 4) Mampu menghabiskan porsi diet yang disediakan rumah sakit 5) Berat badan seimbang. Intervensi Keperawatan NIC:. 1) Monitor kalori dan intake nutrisi. Rasionalnya supaya kalori dan intake seimbang. 2) Monitoring mual- muntah, timbang berat badan tiap hari. Rasionalnya mengetahui peningkatan atau penurunan berat badan. 3) Anjurkan klien makan dalam porsi sedikit tapi sering. Rasionalnya makan yang banyak akan menambahkan rasa yang sebah karena asites. 4) Ajarkan pasien untuk oral hygine sebelum makan. Rasionalnya untuk meningkatkan nafsu makan. 5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. Rasionalnya protein akan menghasilkan albumin sedangkan garam sifatnya menarik air sehingga diit yang tepat tinggi protein dan rendah garam dapat mengurangi edem dan asites. e. Kerusakan integritas kulit resiko berhubungan dengan perubahan pigmentasi.

20 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kerusakan integritas kulit teratasi dengan kriteria hasil NOC: 1) Menunjukkan perfusi jaringan yang baik. 2) Tidak ada luka atau lesi pada kulit. 3) Integritas kulit yang baik bias di pertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,hidrasi, pigmentasi). Intervensi Keperawatan NIC: 1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar. Rasionalnya supaya tidak terjadi penekanan. 2) Pantau warna kulit. Rasionalnya untuk mengetahui warna kulit sianosis atau tidak. 3) Pantau aktivitas dan mobilisasi pasien. Rasionalnya mencegah adanya luka dan memudahkan cairan berpindah. BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukakan oleh Joko Wiratno pada hari senin tanggal 23 juli 2012 pukul 10.00WIB di Ruang Inayah PKU Muhammadiyah Gombong.

21 1. Identitas Pasien Ny S, umur 56 tahun, Jenis kelamin perempuan, agama Islam, status kawin, suku Jawa, bangsa Indonesia, pekerjaan petani, pasien bertempat tinggal di Tegalretno, Petanahan, diagnosa medis sirosis hepatis, Nomor Rekam Medis: tanggal masuk rumah sakit 20 Juli 2012 jam WIB. 2. Riwayat Keperawatan Pasien datang ke IGD RSU PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 20 Juli 2012 Jam WIB dengan keluhan sudah satu bulan perutnya sakit, perutnya asites, kencang, lingkar perut 84 cm, BABnya tidak lancar sudah satu minggu, BAB keras dan kering, berwarna kehitaman, mual, kentutnya jarang. Pada saat dikaji di bangsal Inayah ruang 26 RSU PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 23 Juli 2012 Jam WIB dengan keluhan utama perutnya sakit. Dilakukan pemeriksaan fisik pada saat pengkajian didapatkan data, kesadaran composmentis : TD: 140/90mmHg, N: 100 x / menit, S: 37,5 C, RR: 20 x / menit. Bentuk mata simetris, fungsi pendengaran baik, mukosa bibir kering, lingkar perut 84cm. Dari riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang dan belum pernah dirawat di RS. Dari riwayat kesehatan keluarga, pasien mengatakan dalam keluarganya ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita oleh pasien yaitu dari ibu pasien. 3. Fokus Pengkajian

22 Dalam fokus pengkajian yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Juli 2012 pukul WIB berdasarkan komponen kesehatan menutut Virginia Henderson penulis hanya mencantumkan data-data yang mendukung diagnosa yaitu pola kenyamanan pasien mengatakan nyeri dengan skala 7 nyeri seperti ditusuk-tusuk, pola nutrisi pasien mengatakan makan 2-4 sendok dari porsi yang disediakan dari rumah sakit, minum air putih 2 gelas per hari, tidak nafsu makan, tidak tertarik untuk makan. Pola belajar pasien mengatakan belum tahu tentang penyakitnya. Data lain yang mendukung tentang kondisi pasien yaitu keadaan umum pasien lemah, perut asites, terdapat nyeri tekan pada uluh hati. Sebelum sakit pasien dapat bergerak bebas tanpa ada gangguan dan dapat melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain, saat dikaji pasien dapat bergerak tetapi lemas dan aktivitas ke kamar mandi, menggunakan baju dibantu oleh keluarga. Pada ekstremitas atas terpasang Infus D5 20 tetes per menit di tangan kanan. Dari pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 juli 2012, didapatkan hasil darah lengkap dan yang hasilnya di bawah nilai normal yaitu Albumin 2.0 mg/dl, (nilai normal ), HbsAg positif. Dari pemeriksaan hasil USG Deskripsi Hepar pada tanggal 22 Juli 2012 diperoleh data yaitu ukuran dan echostruktur meningkat, parenkim kasar, tidak tampak lesi hypo-iso-hyperechoic. Tampak lesi anechoic di fossa hepatorenteral. Selain itu pasien juga diberikan terapi rantin 2x50mg, bactesin 2x0,75mg, Alinamin-F2x25mg, kalnex 3x30mg, infuse ring D5 20tpm, fucohelix 1x1 tablet, hepamox 3x500mg, letonal 1x100 mg.

23 B. Analisa Data Dari hasil pengkajian pada hari senin, 23 Juli 2012 pukul WIB didapatkan data sebagai berikut: Pertama, data subjektif: pasien mengatakan nyeri dengan skala 7, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri kadang-kadang timbul 5 menit sekali. Data objektif: pasien terlihat menahan nyeri, pasien merintih kesakitan. Dari data kedua tersebut diangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (Sirosis hepatis). Kedua, data objektif: perut pasien asites, lingkar perut 84 cm. Dari data tersebut diangkat diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan metabolism tubuh. Ketiga, data subjektif: pasien mengatakan nafsu makan berkurang, pasien mengatakan mual, muntah. Data objektif: pasien terlihat hanya menghabiskan makan /4 1 dari porsi rumah sakit. Dari data kedua tersebut diangkat diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Keempat, data subjektif: pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dialaminya. Data objektif: BB sebelum sakit: 55kg, BB saat dikaji : 48kg, pasien tampak kebingungan ketika ditanya tentang penyakitnya, pasien bertanya kapan saya sembuh. Dari data kedua tersebut diangkat diagnosa kurang pengetahuan tentang sirosis hepatis berhubungan dengan kurang informasi. Prioritas masalah berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow didapatkan prioritas masalah sebagai berikut: 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (Sirosis hepatis).

24 2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan metabolisme tubuh. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. 4. Kurang pengetahuan tentang sirosis hepatis berhubungan dengan kurangnya informasi. C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (Sirosis hepatis) Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil nyeri dapat berkurang dengan kriteria evaluasi nyeri dari skala 7 menjadi skala 3 (nyeri seperti perih atau mules), pasien tampak rilek. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah kaji PQRST, kaji TTV, ajarkan teknik distraksi relaksasi, kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi analgesik. Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 24 Juli 2012 jam WIB mengkaji PQRST dengan hasil P: pasien mengatakan nyeri bertambah jika bergerak dan berkurang saat istirahat, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri didaerah perut, S: skala nyeri 7, T: nyeri kadang-kadang timbul 5 menit, mengkaji tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 140/90 mmhg, Nadi: 100 x/menit, Suhu: 37,5 C, RR: 20 x /menit, mengajarkan teknik distraksi relaksasi dengan hasil pasien tampak kooperatif atau mengikuti apa yang diajarkan perawat, berkolaborasi pemberian program terapi dengan hasil pasien mendapat injeksi analgesik.

25 Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 25 Juli 2012 jam WIB mengkaji PQRST dengan hasil P: pasien mengatakan nyeri bertambah jika bergerak dan berkurang saat istirahat, Q: nyeri sudah berkurang, R: nyeri didaerah perut, S: skala nyeri 3, T: nyeri kadang-kadang timbul 10 menit, mengkaji tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 130/90 mmhg, Nadi: 95 x/menit, Suhu: 37 C, RR: 22 x /menit, mengajarkan teknik distraksi relaksasi dengan hasil pasien tampak kooperatif atau mengikuti apa yang diajarkan perawat, berkolaborasi pemberian program terapi dengan hasil pasien mendapat injeksi. Evaluasi pada tanggal 25 Juli 2012 jam WIB diperoleh data subjektif: pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi skala 3, data objektif: pasien tampak tenang dan nyaman, tekanan darah 130/90 mmhg, Nadi: 95 x/menit, Suhu: 37 C, RR: 22 x /menit,dapat disimpulkan bahwa masalah belum teratasi. Intervensi selanjutnya yaitu anjurkan pasien distraksi relaksasi bila nyeri, anjurkan pasien minum obat secara teratur. 2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan metabolisme tubuh. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kreteria hasil keseimbangan cairan tidak terganggu, tanda-tanda vital dalam batas normal, Tidak ada asites, berat jenis urin dalam batas normal. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah kaji intake dan output, tanda-tanda vital batas normal, ukur piting edema dan asites, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian deuretik.

26 Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 24 Juli 2012 jam WIB mengkaji intake dan output dengan hasil pasien mau makan sedikit, minum 4 gelas, BAK 7 kali/24 jam, BAB 1kali/hari, mengkaji tanda-tanda vital dengan hasil TD: 140/90 mmhg, Nadi: 100 x/menit, Suhu: 37,5 C, RR: 22 x /menit, mengukur piting edema dan asites dengan hasil lingkar perut 84 cm. Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 25 Juli 2012 jam WIB mengkaji intake dan output dengan hasil pasien mau makan sedikit, minum 4 gelas, BAK 7 kali/24 jam, BAB 1kali/hari, mengkaji tanda-tanda vital dengan hasil TD: 130/90 mmhg, Nadi: 95 x/menit, Suhu: 37 C, RR: 22 x /menit, mengukur piting edema dan asites dengan hasil kembalinya kulit > 2 detik atau lambat dan lingkar perut 84 cm. Evaluasi pada tanggal 25 Juli 2012 jam WIB diperoleh data objektif : pasien mau makan sedikit, minum 4 gelas, BAK 7 kal/24 jam, BAB 1kali/hari, mengkaji tanda-tanda vital dengan hasil TD: 130/90 mmhg, Nadi: 95 x/menit, Suhu: 37 C, RR: 22 x /menit, mengukur piting edema dan asites dengan hasil lingkar perut 84 cm. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kreteria hasil nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terpenuhi dengan kreteria evaluasi berat badan dalam batas normal, tidak ada tandatanda mual muntah.

27 Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah kaji timbang berat badan, observasi dan catat kejadian mual muntah, anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit. Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 24 Juli 2012 jam WIB mengkaji timbang berat badan dengan hasil sebelum sakit 55 kg dan 48 kg saat dikaji, observasi dan catat kejadian mual muntah 6 kali dengan hasil mual berkurang menjadi 3 kali, anjurkan pasien makan sedikit tapi sering dengan hasil pasien tidak nafsu makan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit dengan hasil pasien menerima diit. Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 25 Juli 2012 jam WIB mengkaji observasi dan catat kejadian mual muntah dengan hasil mual berkurang, anjurkan pasien makan sedikit tapi sering dengan hasil pasien tidak nafsu makan. Evaluasi pada tanggal 25 Juli 2012 jam WIB diperoleh data subjektif: pasien mengatakn belum nafsu makan. Data objektif: pasien terlihat hanya menghabiskan /4 porsi dari rumah sakit, dapat disimpulkan bahwa masalah belum 1 teratasi. Intervensi selanjutnya yaitu anjurkan pasien makan sedikit tapi sering. 4. Kurang pengetahuan tentang sirosis hepatis berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 1X30 menit diharapkan pasien dan keluarga mengerti proses penyakit, prosedur diagnostik dan

28 rencana pengobatan, mengidentifikasi faktor penyebab, melakukan tindakan yang perlu atau perubahan pola hidup. Rencana tindakan yang dilakukan adalah kaji tingkat pengetahuan dan kemampuan pasien dalam menangkap informasi, libatkan keluarga dan pasien dalam pengobatan, berikan informasi tentang sirosis hepatis, diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya sirosis hepatis. Tindakan yang dilakukan pada tanggal 24 Juli pukul WIB mengkaji tingkat pengetahuan dan kemampuan pasien dan keluarga dalam menangkap informasi dengan hasil pasien dan keluarga mengatakan belum tahu tentang penyakit sirosis hepatis dan cara pengobatannya, pukul WIB dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit sirosis hepatis dan cara pengobatannya. Catatan keperawatan yang didapat pada tanggal 25 Juli 2012 pukul WIB didapat data pasien dan keluarga mengatakan mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara pencegahan dan cara pengobatan sirosis hepatis. Pasien dan keluarga kooperatif sehingga mampu menjawab pertanyaan yang diberikan. Kemudian dari evaluasi data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah kurang pengetahuan dapat teratasi. Rencana tindak lanjutnya adalah motivasi pasien dan keluarga supaya mandiri.

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis Oleh Rosiana Putri, 0806334413, Kelas A Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal 17-07-2012 jam 10.00 WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG 1. Identitas Pasien Nama Nn. S, umur 25 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sirosis merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

SIROSIS HEPATIS R E J O

SIROSIS HEPATIS R E J O SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

Sirosis Hepatis. Etiologi Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas.

Sirosis Hepatis. Etiologi Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas. Sirosis Hepatis Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya

Lebih terperinci

Etiologi Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering

Etiologi Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering ASKEP HEPATITIS TINJAUAN TEORITIS Defenisi Hepatitis merupakan suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang memiliki peran dalam proses penyimpanan energi, pembentukan protein, pembentukan asam empedu, pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan meliputi kemandirian atau kolaboratif dalam merawat individu, keluarga, kelompok dan komunitas, baik sakit atau sehat dengan segala kondisi yang meliputinya.

Lebih terperinci

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat) . KOMPLIKASI Ensefalopai hepaic terjadi pada kegagalan hai berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopai hepaik. Kerusakan jaringan paremkin hai

Lebih terperinci

DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya

DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya ASKEP CA. HEPAR DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya sebagian besar fungsi hepar. Kanker

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea 38 BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. A post operasi sectio caesarea dengan indikasi fetal distres di bangsal Annisa RS PKU Muhammadyah Surakarta, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post BAB V PENUTUP Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post ovarektomi dextra atas indikasi kista ovarium yang merupakan hasil pengamatan langsung pada klien yang dirawat di ruang Bougenvile

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatoma ( karsinoma hepatoseluler ) merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu di Asia dan Afrika

Lebih terperinci

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas (Baughman, 2000). Hepatitis merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA OLEH : MEYRIA SINTANI NIM : 2012.C.04a.0314 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN Pada bab ini penulis melakukan pengkajian pada tanggal 14 Mei 2007 jam 09.00 WIB dan memperoleh data 3 dari catatan keperawatan dan catatan medis, serta wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur

Lebih terperinci

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Ibu masuk memeriksakan diri ke poli pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 09.00 WIB. Ibu mengatakan

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 1 BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 mmhg,yang terjadi pada seseoang paling sedikit tiga waktu terakhir yang berbeda (who 1978,komisi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan secara langsung kepada pasien yang dirawat dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik di ruang C3 Lt.2 RSDK Semarang. Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu kondisi dimana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY. S DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI IRNA C3 LT. 1 RSDK SEMARANG

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY. S DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI IRNA C3 LT. 1 RSDK SEMARANG BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY. S DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI IRNA C3 LT. 1 RSDK SEMARANG A. Pengkajian Pengkajian dilakukan tanggal 12 Mei 2009 pukul 09.00 WIB di ruang C3Lt1 (penyakit

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN HPP

ASUHAN KEPERAWATAN HPP 1. Pengertian Haemoragik Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi.hpp diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, hati merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan keperawatan pada Ny. F dengan diagnosa medis post sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini di ruang Bougenville

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 11 Mei 2007 sedangkan pasien masuk RSU Dr. Kariadi tanggal 8 Mei 2007 1. Biodata Biodata pasien Ny. S, 25 tahun, jenis

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang 27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif

Lebih terperinci

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA A. Rencana Asuhan Gizi NAMA PASIEN : An. Jacinda Widya USIA : 3 th 6 bl MRS : 8/5/2013 AHLI GIZI : Bu.Widyaningsih PENGKAJIAN DATA

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009). BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas asuhan kebidanan pada bayi S dengan ikterik di RSUD Sunan Kalijaga Demak menggunakan manajemen asuhan kebidanan varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirosis Hati 2.1.1 Definisi Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis, disorganisasi dari lobus dan arsitektur vaskular, dan regenerasi nodul

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. yang dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 7-8 juni Dengan urutan asuhan

BAB IV PEMBAHASAN. yang dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 7-8 juni Dengan urutan asuhan BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan pengelolaan kasus Hiperglikemia pada penderita Diabetus Mellitus yang dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 7-8 juni 2014. Dengan urutan asuhan keperawatan yang dimulai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post partum spontan di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung Semarang pada tanggal 14 sampai dengan

Lebih terperinci

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

KONSEP TEORI. 1. Pengertian KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan memaparkan Asuhan keperawatan pada klien Tn. P dengan Fraktur Femur di ruang Bedah laki-laki (A 3 ) RSUP Dr. Kariadi Semarang. Adapun data diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan melaporkan asuhan keperawatan pada klien Ny. S. dengan mioma uteri di ruang B-3 Gynekologi RSP Kariadi Semarang. Adapun data yang di peroleh dari wawancara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Dalam tinjauan kasus ini meliputi : A. Pengkajian Pengumpulan Data 1. Biodata a. Identitas Pasien Nama Tn. A, umur 27 th, jenis kelamin laki-laki, suku/bangsa jasa/ Indonesia, agama

Lebih terperinci

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab : E. Analisa data NO DATA MASALAH PENYEBAB DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. DO : Kelebihan volume Penurunan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan - Terlihat edema derajat I pada kedua kaki cairan haluaran

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB.

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB. BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam 10.30 WIB. 1. Biodata a. Identitas Pasien Nama Klien Ny. S, umur 35 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat Kalisegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Dengan meningkatnya kesibukan

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 11 BAB II RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 Januari 20007 jam 07.30 WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 1. Biodata. a. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Hepatitis D

Asuhan Keperawatan Hepatitis D Asuhan Keperawatan Hepatitis D Hepatitis D (sering disebut Hepatitis Delta) adalah suatu peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus Hepatitis D (HDV) adalah virus

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post SC di Ruang Fatimah RS Roemani dari tanggal 14 sampai dengan 16 Februari 2008. dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A Pengkajian 1 Biodata a Identitas Pasien Pasien bernama Nn. L, umur 14 tahun, jenis kelamin perempuan, suku bangsa jawa indonesia, agama Islam, pendidikan SMP kelas 2, alamat Demak,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. RSUD dr. H. Soewondo Kendal pada tanggal 15 sampai dengan 18 April 2011.

BAB III TINJAUAN KASUS. RSUD dr. H. Soewondo Kendal pada tanggal 15 sampai dengan 18 April 2011. BAB III TINJAUAN KASUS Asuhan keperawatan dilakukan terhadap Tn. S dari pengkajian thypoid di RSUD dr. H. Soewondo Kendal pada tanggal 15 sampai dengan 18 April 2011. A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN CA.LAMBUNG

ASUHAN KEPERAWATAN CA.LAMBUNG ASUHAN KEPERAWATAN CA.LAMBUNG DEFINISI Kanker lambung merupakan neoplasma maligna yang di temukan di lambung, biasanya adenokarsinoma,atau gangguan sel gaster yang dalam waktu lama terjadi mutasi sel gaster,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. BIODATA 1. Identitas Pasien. Nama Umur Jenis kelamin Suku/Bangsa Agama : An. F : 3 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Islam Status pernikahan : - Pekerjaan : - Alamat : Kedung

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci