HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lahan Kecamatan Pangalengan berada pada ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut (dpl). Keadaan iklim di lokasi ini adalah sebagai berikut meliputi curah hujan rata-rata 166,67 mm/bulan dan 12,5 mm/hari, suhu udara rata-rata maksimal 30 C, suhu udara rata-rata minimal 20 C, suhu udara harian rata-rata C, suhu tanah rata-rata C, kelembaban udara maksimal 78% dan kelembapan minimal 35%. Daerah ini memiliki tekstur tanah lempung berpasir dengan kemiringan lereng 15-25%. Tanah pada lokasi tersebut merupakan tanah andosol (inceptisol) (Fajar 2003). Karakteristik Petani Kentang Sekitar separuh (53%) dari seluruh responden memiliki pengalaman berusaha tani lebih dari 5 tahun dan sisanya, sebesar 47%, memiliki pengalaman berusaha tani kentang kurang dari 5 tahun (lihat Gambar 1). Petani yang memiliki pengalaman berusaha tani lebih dari 5 tahun masing-masing 23% (5 10 tahun) dan 30% (pengalaman lebih dari 10 tahun). Namun, diantara petani yang memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun, lebih dari separuhnya (76,67%) merupakan petani yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun (Gambar 1). Ini menandakan bahwa umumnya petani kentang di Desa Pangalengan sudah sangat berpengalaman dalam budidaya tanaman kentang. Gambar 1. Distribusi pengalaman berusaha tani petani kentang

2 Pada gambar 2, sebagian besar (97%) petani kentang berusaha tani dengan luas kebun lebih dari 0,5 h. Selebihnya, sisanya (3%) dari keseluruhan petani yang memiliki lahan di bawah 0,5 h. Dari seluruh petani yang memiliki lahan lebih dari 1 h, 59% diantaranya banyak petani yang mengusahakan lahan sekitar 1 h hingga 2 h. Itu menunjukkan kebanyakan petani kentang di Pangalengan cenderung memiliki lahan yang cukup luas. Hal ini disebabkan karena pada daerah sentra kentang ini, petani sudah memiliki permintaan konsumen yang cukup besar. Gambar 2. Persentase luas kebun kentang Pelatihan yang diikuti oleh petani umumnya adalah pelatihan budidaya dan pelatihan pengendalian hama dan penyakit. Pelatihan pengendalian hama dan penyakit (43%) lebih banyak daripada pelatihan budidaya tanaman kentang (17%). Ini disebabkan kesulitan yang dialami para petani dalam kebutuhan informasi sehingga petani memerlukan banyaknya informasi yang baru dari institusi lembaga penyuluh tentang pengendalian hama penyakit seperti SLPHT (sekolah lapang pengendalian hama terpadu) oleh PPL yang ditempatkan di desadesa. Tetapi, sebagian kecil (10%) petani mengakui bahwa mereka belum pernah mengikuti pelatihan. Pelatihan-pelatihan ini diperlukan agar OPT pada komoditas kentang tersebut dapat ditangani, karena banyak OPT yang cepat berkembang pada iklim yang mendukung seperti di daerah Pangalengan (lihat Gambar 3).

3 Gambar 3. Persentase jenis pelatihan yang diikuti oleh petani Masalah OPT dan Tindakan Pengendalian Hama Hama yang ditemukan di pertamanan adalah tungau kuning (Acarina: Tarsonematidae) dan lalat pengorok (Diptera: Agromyzidae), sedangkan hama yang diperoleh dari hasil wawancara adalah yaitu anjing tanah (Orthoptera: Gryllotalpidae), kutu daun (Hemiptera: Aphididae), trips (Thysanoptera: Thripidae), dan penggerek umbi (Lepidoptera: Gelechiidae). a. Lalat pengorok daun ( Liriomyza huidobrensis) Lalat pengorok daun merupakan hama yang cukup merugikan bagi proses fotosintesis kentang. Hama ini menyerang tanaman mulai dari tanaman berumur antara 2 MST (minggu setelah tanam) hingga 3 MST. Menurut Rauf (1995), pada kepadatan populasi yang tinggi pada lahan petani memperlihatkan beberapa liang korokan menyatu dan menyebabkan daun-daun kentang mengering dan menyerupai atau mirip gejala serangan Phytophthora infestans. b. Tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus) Tungau menyerang tanaman saat berumur 30 HST (hari setelah tanam). Hama ini tidak terlalu merugikan dan tidak terlalu banyak di lapangan, sekitar 10% dari seluruh pertanaman responden diserang oleh tungau ini. Tungau kuning ini sering disebut broad mite atau tropical mite (istilah di daerah Amerika Selatan) atau disebut juga dengan yellow jute mite di daerah Bangladesh (Anonim 2007). Gejala yang disebabkan oleh serangga ini adalah daun menjadi membentuk seperti

4 mangkok atau sendok, atau pembentukan distorsi daun lainnya seperti membelah dan rapuh membentuk celah pada daun.serangga ini menyebabkan gagalnya pertumbuhan tunas (buds), gugurnya bunga, penurunan produktifitas, kerusakan pada buah dan kematian tanaman hampir di seluruh tanaman inang (Waterhouse & Norris 1987). c. Anjing Tanah (Gryllotalpa sp) Anjing tanah bersifat perusak bagian tanaman yang berada di dalam tanah. Serangga ini dapat merusak perakaran tanaman kentang dan dapat mengganggu pertumbuhan umbi kentang karena sistem perakaran kentang terganggu. d. Kutu daun (Myzus persicae) Kutu daun menghisap bagian daun tanaman dan mengganggu sistem fotosintesis pada tanaman yang terserang organisme pengganggu ini. Organisme pengganggu ini menyerang hampir di setiap umur tanaman. e. Penggerek Umbi (Phthorimaea opercullela) Larva Phthorimaea opercullela masuk dari ujung batang, menggerek daun dan merusak bagian umbi kentang dengan melubangi umbi. Larva merusak umbi pada bagian atas tanaman seperti batang dan daun tanaman, kemudian akhirnya bagian umbi. Organisme ini merusak saat umbi sudah terbentuk dan berukuran besar. Organisme pengganggu yang paling banyak mendominasi adalah tungau dan lalat pengorok daun. Lalat pengorok daun menempati urutan kedua (28%) yang paling banyak menyerang lahan pertanaman, dan tungau menempati urutan ketiga menyerang sebesar 10% kebun petani yang ada di Desa Pangalengan. Penyakit Beberapa penyakit yang ditemukan di lapangan adalah busuk daun Phytophthora infestans atau lodoh daun, layu bakteri Ralstonia solanacearum, dan beberapa penyakit yang tidak diketahui.

5 a. Busuk Daun Penyakit ini ditemukan pada Desa Pangalengan di hampir setiap fase pertumbuhan tanaman kentang, baik pada bibit umur 15 hari hingga 100 HST. Di lapangan ditemukan bahwa penyakit ini cukup merugikan dan dapat menyebabkan kerugian hasil sekitar 85%. Penyakit busuk daun atau juga disebut dengan penyakit lodoh ini disebabkan oleh serangan cendawan Phytophthora infestans yang dapat menurunkan produksi kentang hingga 90% dari total produksi kentang dalam waktu yang amat singkat (Purwantisari et al 2008). Gejala pada tanaman yang terinfeksi adalah daun berwarna coklat sampai hitam dan akhirnya menjadi kering dan busuk. Di bawah permukaan daun yang terinfeksi biasanya tampak serbuk putih yang mengandung banyak spora. Bercakbercak pada daun dapat berkembang ke tangkai daun dan batang. Menurut Agrios (1997), busuk daun dapat menyebabkan kehancuran total semua tanaman di lapangan dalam waktu satu atau dua minggu ketika cuaca dingin dan basah. Bahkan ketika kerugian di lapangan kecil, kentang mungkin terinfeksi selama panen dan mungkin akan membusuk di gudang. Gambar 4. Gejala penyakit lodoh pada daun kentang b. Layu Bakteri Pada saat pengamatan di lapangan, penyakit layu bakteri ditemukan menyerang tanaman kentang saat berumur 80 HST. Penyakit layu bakteri cukup merugikan karena dapat menyebabkan kematian pada tanaman kentang. Layu bakteri (bacterial wilt) yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum, pada saat ini merupakan salah satu penyakit bakteri terpenting pada tanaman kentang. Bakteri ini memiliki lebih dari 200 inang dan biasanya menyebar pada daerah yang tropis

6 dan subtropis. Penyakit layu bakteri ini menyerang pembuluh vaskuler dan memproduksi banyak polisakarida ekstraseluler (extracellular polysaccharides) pada tanaman inangnya (Sigee 1993). Tanaman yang terserang R. solanacearum biasanya gejala pada waktu tanaman berumur 2 minggu dengan gejala tampak tiba-tiba layu tetapi daun masih hijau atau daunnya seperti tersiram air panas. Pada tanaman muda, biasanya akan mati dan apabila masih hidup tidak sampai menghasilkan umbi. Namun, pada tanaman dewasa pembentukan bunga dan umbi terhambat, dan umbi kecil dan tumbuhan merana. Pada daerah yang intensitas penyakitnya rendah dan tanaman tahan, maka kelayuan hanya sebagian dan bisa sembuh kembali (Yusriadi 1998 dalam Anik 2001). Gambar 5. Gejala tanaman kentang yang terserang layu bakteri c. Penyakit lainnya Di lapangan, ditemukan beberapa tanaman yang terserang virus namun tidak diketahui jenis virus tersebut, karena tidak dilakukan uji laboratorium atau diidentifikasi (tampak pada gambar 6). Pada saat di lapangan, tanaman kentang diamati memiliki gangguan fisiologis seperti mengkerut dan menguning, dan pada tanaman sekitar nya tidak memperlihatkan gejala yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh benih yang terserang virus atau terbawa vektor. Gambar 6. Gejala tanaman yang mungkin terserang virus

7 Pada lahan pertanaman kentang, ditemukan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kentang, seperti serangga yang menyerang umbi, daun atau batang tanaman. Berdasarkan wawancara terhadap 30 petani di desa Pangalengan, penyakit yang menjadi urutan pertama dalam hal serangan pada pertanaman kentang adalah serangan P. infestans. Patogen tersebut sekitar 40% menyerang hampir seluruh pertanaman kentang dan merugikan petani dalam hasil produksi. Serangan yang disebabkan oleh P. infestans yaitu patogen mampu menyebar pada pertanaman kentang karena patogen dapat menyerang seluruh stadia tanaman dan kondisi pada daerah yang berudara dingin serta berkabut. Gambar 7. Persentase organisme penganggu tanaman kentang penting menurut petani Dalam komoditas kentang, OPT kentang yang paling banyak menyerang adalah penyakit busuk daun (P. infestans). Pada gambar 10, sekitar 93 % petani berpendapat bahwa OPT yang penting adalah busuk daun. Anjing tanah (Gryllotalpa sp) dan lalat pengorok daun (Liriomyza sp) memilki persentase yang sama 3,33 %. TindakanPengendalian Sebagian besar (63%) petani lebih melakukan pengendalian OPT dengan pengendalian kimiawi daripada pengendalian yang lebih ramah lingkungan (biologi atau kultur teknis). Namun, beberapa petani (37%) melakukan perpaduan pengendalian non kimiawi dan kimiawi untuk mengendalikan OPT kentang (Gambar 8). Pengendalian non kimiawi mencakup pengendalian mekanis atau fisik dan pengendalian kultur teknis. Pengendalian mekanis yang banyak digunakan seperti mencabut gulma dari gundukan tanaman di bagian bawah dan

8 membuang tanaman yang terkontaminasi penyakit sedangkan kultur teknis mencakup pengaturan jarak tanam dan pola tanam tumpangsari dengan menanam cabe sebagai tanaman sela diantara lajur tanaman.. Gambar 8. Persentase tindakan pengendalian OPT yang dilakukan Petani memiliki beragam alasan untuk menggunakan pestisida sintetik sebagai cara mengendalikan OPT di lahan pertanaman kentang. Alasan alasan tersebut antara lain adalah mencegah OPT berkembang cepat, panen yang maksimal, dan lebih efisien dan efektif dalam waktu. Pengendalian kimiawi banyak dipilih petani karena dapat mencegah hama dan penyakit secara praktis dalam menangani perkembangan OPT tersebut di lahan. Pada pertanaman yang sudah terserang OPT, bahan kimia berfungsi menghambat perkembangan OPT atau tingkat keparahan yang disebabkan organisme pengganggu tersebut pada tanaman kentang. Fungsi tersebut mempengaruhi 53% petani bahwa pengendalian kimiawi dapat mencegah OPT berkembang lebih cepat. Sebanyak 34% petani beralasan bahwa pengendalian kimiawi dapat menyebabkan panen yang maksimal. Pada hasil panen produksi kentang yang maksimal tidak disebabkan langsung oleh bahan kimia tersebut, namun bahan kimia tersebut berperan dalam membantu pertumbuhan kentang dari hambatan eksternal seperti serangga, bakteri, dan organisme penganggu lainnya. Pengendalian kimiawi juga dinilai lebih efisien dan efektif dalam waktu untuk mengendalikan organisme pengganggu pada lahan pertanaman. Sisanya, sebanyak 13% petani berpendapat bahwa pengendalian kimiawi lebih menguntungkan dalam menghemat waktu untuk melakukan tindakan pengendalian OPT.

9 Gambar 9. Alasan petani memilih kimiawi sebagai upaya utama pengendalian OPT Lebih dari separuh (53,33%) petani menyatakan bahwa serangan OPT dapat mengakibatkan kehilangan hasil sebesar 60-80%. Pada posisi berikutnya, sebanyak 30% petani menyatakan kehilangan hasil akibat serangan OPT tersebut adalah sebesar 40-60% (Gambar 10). Sebagian besar petani di Desa Pangalengan menyatakan bahwa adanya serangan hama dan penyakit pada pertanamannya dapat menyebabkan kehilangan hasil paling sedikit sebesar 40%. Persentase Responden Kehilangan Hasil Gambar 10. Distribusi kehilangan hasil akibat serangan OPT Hubungan Karakteristik Petani dengan Tindakan Pengendalian OPT 1. Pengalaman Berusahatani Sebagian kecil (31,25%) petani yang sudah bertanam kentang lebih dari 5 tahun memilih untuk menggunakan kombinasi metode pengendalian kimiawi dan non kimiawi sebagai tindakan pengendalian yang utama dalam menangani serangan OPT. Sementara itu, sebagian besar (68,75%) petani yang sama memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun menggunakan metode pengendalian

10 kimiawi. Tampak bahwa petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih dari 5 tahun yang lebih sadar lingkungan untuk memilih kombinasi kedua pengendalian tersebut walaupun pengendalian kimiawi dinilai cukup menguntungkan dalam menghemat waktu dan tenaga (tampak pada Gambar 11). Persentase Responden Pengalaman Berusaha Tani Gambar 11. Hubungan pengalaman berusaha tani dengan tindakan pengendalian OPT yang dilakukan 2. Luas lahan Hubungan antara luas lahan dengan tindakan pengendalian OPT memperlihatkan suatu kecenderungan yang bertentangan dengan pola yang diperkirakan sebelumnya, yaitu petani yang memiliki lahan lebih luas cenderung untuk lebih memilih pengendalian kimiawi daripada non kimiawi. Hasil survei menunjukkan bahwa persentase petani yang menggunakan hanya pestisida sintetik cenderung menurun dengan semakin besarnya luas lahan, sementara yang menggunakan cara lain selain pestisida semakin meningkat dengan semakin besarnya luas lahan. Ini dimungkinkan karena sebagian besar responden sudah berpengalaman ( 5 tahun) dalam berusahatani sehingga mengendalikan OPT dengan cara yang ramah lingkungan dan juga dimungkinkan karena biaya pestisida yang mahal apabila luas lahan semakin luas maka akan semakin besar biaya yang diperlukan untuk melakukan pengendalian kimiawi dengan menggunakan pestisida sintetik atau bahan kimia lainnya.

11 Gambar 12. Hubungan luas lahan dengan tindakan pengendalian OPT yang dilakukan 3. Jenis Pelatihan Petani Jenis pelatihan yang pernah diikuti petani cenderung mempengaruhi cara petani dalam melakukan tindakan pengendalian OPT. Hal ini tampak pada gambar 13 yang memperlihatkan persentase petani yang menggunakan cara pengendalian kombinasi kimiawi dan non kimiawi lebih tinggi pada petani yang pernah mengikuti pelatihan OPT 61,53% dibandingkan dengan petani yang pernah mengikuti pelatihan budidaya 29,41%. Sebaliknya, persentase petani yang hanya menggunakan pestisida sintetik lebih tinggi pada petani yang mengikuti pelatihan budidaya 70,58% daripada petani yang mengikuti pelatihan OPT sebanyak 38,46%. Persentase Responden Persentase Responden Luas Lahan (ha) Jenis Pelatihan Gambar 13. Hubungan jenis pelatihan yang diikuti petani dengan tindakan OPT yang dilakukan

12 Analisis Ekonomi Pengendalian OPT Pada Gambar 14, sekitar lebih dari separuh seluruh petani (64%) membutuhkan biaya pembelian pestisida kurang dari Rp ,- dan selebihnya sebanyak 36 % petani mengeluarkan biaya pembelian pestisida di atas Rp ,-. Biaya pestisida yang dikeluarkan oleh petani sangat tergantung oleh kondisi lingkungan dan ketahanan tanaman pada OPT yang menyerang. Biasanya pada umur tanaman 20 hingga 50 hari, banyak hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman kentang karena pada umur tersebut tanaman kentang sensitif terhadap gangguan OPT dan kemampuan antibiosis terhadap patogenesitas juga masih tergolong rendah. Pada umur tanaman antara hari setelah tanaman, tanaman lebih banyak memerlukan kebutuhan pemeliharaan seperti naiknya kebutuhan pestisida. Gambar 14. Persentase perkiraan biaya pestisida petani per hektar per musim tanam (ribu rupiah) Rasio manfaat-biaya pada serangan yang ringan tidak memiliki perbedaan nilai yang cukup jauh baik pada metode kimiawi maupun campuran metode kimiawi dan non kimiawi. Pada saat OPT menyerang tanaman kentang, hasil rasio manfaat-biaya pada pengendalian secara kimiawi mendekati angka nol Itu menunjukan pada keadaan serangan cukup besar atau dapat dikatakan berat. Bahkan pada serangan yang berat, pengendalian dengan kombinasi non kimiawi dan kimiawi mencapai nilai minus yaitu -1,07, menunjukkan pengendalian non kimiawi pada saat serangan berat kurang efisien. Kombinasi pengendalian secara non kimiawi dan kimiawi maupun bagi pengendalian kimiawi sama-sama tidak layak mampu menangani bila serangan OPT berat (tampak pada Gambar 15).

13 Rasio manfaat-biaya Tindakan Pengendalian Gambar 15. Perbandingan rasio manfaat-biaya antara dua teknik pengendalian pada kondisi serangan OPT yang berbeda Dalam menggunakan metode kimiawi, biaya produksi rata-rata dan pendapatan rata-rata tidak berbeda jauh. Ini dimungkinkan dengan adanya resistensi OPT terhadap penggunaan bahan kimia. Karena pada serangan yang cukup berat biasanya kebiasaan petani di Pangalengan sering melakukan penyemprotan pestisida dua atau tiga hari sekali. Namun, dengan cara ramah lingkungan secara langsung tidak memungkinkan apabila serangan OPT cukup berat seperti mencabut tanaman yang tertular penyakit atau patogen maupun membunuh serangga secara mekanis. Pada Gambar 17, tampak bahwa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan kombinasi metode kimiawi dan non kimiawi lebih besar daripada yang diperoleh dengan menggunakan metode kimiawi saja. Rupiah per Hektar Jenis Pengendalian OPT Gambar 16. Rata-rata biaya produksi dan pendapatan dalam kondisi serangan OPT berat Pada pengendalian kimiawi, pendapatan petani mampu menghasilkan sekitar Rp ,- per hektar di atas pendapatan rata-rata yang diperoleh dengan menggunakan kombinasi dua pengendalian (non kimiawi dan kimiawi). Pada

14 kondisi serangan yang ringan, biaya yang diperlukan cukup rendah dan pemasukan yang dapat diperoleh lumayan jauh lebih besar. Pada pengendalian kimiawi, keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh dari kombinasi kedua pengendalian (tampak Gambar 17). Rupiah per Hektar Jenis Pengendalian OPT Gambar 17. Rata-rata biaya produksi dan pendapatan dalam kondisi serangan OPT ringan Pada produksi panen, metode kimiawi mampu menghasilkan panen yang lebih besar daripada panen yang menggunakan kombinasi pengendalian non kimiawi dan kimiawi dengan hasil masing-masing 22,18 ton dan 21,32 ton per hektar nya (lihat Gambar 18). Ini dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah, lingkungan yang mendukung dan OPT dalam kondisi stabil atau ringan.. Dalam keadaan untung maupun rugi, metode pengendalian kimiawi maupun gabungan non kimiawi dan kimiawi tidak menunjukan hasil panen yang terlalu berbeda. Seperti pada hasil panen, metode kimiawi memiliki perbedaan hampir satu ton dengan hasil panen metode gabungan kimiawi dan non kimiawi. Produksi Panen ( ton per hektar) Tindakan Pengendalian OPT Gambar 18. Hasil produksi panen pada tindakan pengendalian OPT

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PADA BUDIDAYA KENTANG DI KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG, DAN NILAI EKONOMINYA CHRISTINE ESLITA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PADA BUDIDAYA KENTANG DI KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG, DAN NILAI EKONOMINYA CHRISTINE ESLITA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PADA BUDIDAYA KENTANG DI KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG, DAN NILAI EKONOMINYA CHRISTINE ESLITA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Pertanaman Bawang Merah Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Secara

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit layu bakteri dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase pembibitan. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum, PENDAHULUAN Latar Belakang Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum, jagung, dan beras. Di banyak negara, kentang berfungsi sebagai makanan pokok karena gizi yang sangat baik

Lebih terperinci

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati SERANGGA HAMA Di lapang Di gudang Menyerang benih dengan kadar air masih tinggi Mampu menyerang benih berkadar air rendah Serangga hama di penyimpanan dibedakan

Lebih terperinci

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Pendahuluan Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi Oleh : Ika Ratmawati, SP,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN : KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :978-979-8304-70-5 ISBN : 978-979-8304-70-5 Modul Pelatihan Budidaya Kentang Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Modul 1 : Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mendapatkan perhatian serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kentang merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi. Sebagai sumber karbohidrat, kentang merupakan sumber bahan pangan yang dapat

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA disusun oleh: Lutfi Afifah A34070039 Vishora Satyani A34070024 Johan A34070034 Listika Minarti A34070071 Dosen Pengajar:

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primernya tersebut adalah makanan

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kedelai di Indonesia merupakan tanaman pangan penting setelah padi dan jagung. Kedelai termasuk bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 Kentang merupakan unggulan kelima besar dari komoditas sayuran utama yang dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah 18 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah gandum, jagung dan padi. Di Indonesia kentang merupakan komoditas hortikultura yang

Lebih terperinci

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang penting dalam pertanian di Indonesia karena memiliki berbagai manfaat, baik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT ISSN 1411939 PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT Trias Novita Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

No. 03 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

No. 03 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010 No. 03 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010 Perakitan Varietas Kentang Berdaya Hasil Tinggi (> 30 ton/ha), Kualitas Olahan (Specific Gravity > 1.067), Adaptif di Dataran Medium (500 m dpl), dan Toleran

Lebih terperinci

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 1. Benih Kentang terdiri dari : (a) Benih dari biji (TPS) (b) Stek mikro (dalam botol kultur) (c) Umbi mikro (umbi kecil dalam botol kultur) (d) Stek

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit 45 PEMBAHASAN Hikmah Farm Hikmah Farm merupakan perusahaan yang dikelola oleh keluarga dimana jabatan-jabatan penting di perusahaan dipegang oleh anggota keluarga. Anggota keluarga tersebut memegang jabatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae termasuk penyakit utama yang menyerang tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA) PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA) I. PENDAHULUAN Budidaya tanaman cabe merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan Masalah Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat berpotensi dalam perdagangan buah tropik yang menempati urutan kedua terbesar setelah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik. Buahnya dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk DAFTAR ISI DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL.... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.... ix PRAKATA... xi KATA PENGANTAR... xiii I. PENDAHULUAN... 1 II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI... 5 Iklim... 5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Duku (Lansium domesticum Corr.) sebagai buah unggulan Provinsi Jambi,

I. PENDAHULUAN. Duku (Lansium domesticum Corr.) sebagai buah unggulan Provinsi Jambi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Duku (Lansium domesticum Corr.) sebagai buah unggulan Provinsi Jambi, memerlukan tempat tumbuh yang baik yaitu terletak di daerah beriklim basah sampai agak basah, dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang mempunyai peran dan sumbangan besar bagi penduduk dunia. Di Indonesia, tanaman kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

MENGENAL PENYAKIT PENTING TANAMAN TEMBAKAU

MENGENAL PENYAKIT PENTING TANAMAN TEMBAKAU MENGENAL PENYAKIT PENTING TANAMAN TEMBAKAU Oleh : RUDY TRISNADI. K. SP Penyakit penting tanaman tembakau yang selalu muncul pada setiap musim tanam tembakau dan menyebabkan kerugian petani tidak sedikit,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Mengapa harus mengenal OPT yang menyerang? Keberhasilan pengendalian OPT sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan bagian penting dalam sektor pertanian, karena kebutuhan apel di Indonesia memiliki permintaan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS Eva L. Baideng Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sam Ratulangi Email : eva.baideng@yahoo.co.id;eva.baideng@unsrat.ac.id

Lebih terperinci

Ralstonia solanacearum

Ralstonia solanacearum NAMA : Zuah Eko Mursyid Bangun NIM : 6030066 KELAS : AET-2A Ralstonia solanacearum (Bakteri penyebab penyakit layu). Klasifikasi Kingdom : Prokaryotae Divisi : Gracilicutes Subdivisi : Proteobacteria Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Stroberi merupakan tanaman buah herba dan ditemukan pertama kali di Chili, Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah menyebar ke berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN LITERATUR Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumicophyta

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, hal ini disebabkan cakupan komoditi hortikultura yang luas serta didukung oleh faktor alam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan. Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat

Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Salah satu sentra komoditas hortikultura, khususnya bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) yang cukup besar di

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. Oleh: Tim Dosen HPT. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2013

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. Oleh: Tim Dosen HPT. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2013 DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Oleh: Tim Dosen HPT Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2013 1 Abiotik Biotik PENYEBAB ABIOTIK Kekurangan air Udara terlalu kering

Lebih terperinci

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet) Karet memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas ini merupakan salah satu penghasil devisa utama dari sektor perkebunan dengan nilai ekspor sekitar US$ 11.8 milyar pada tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan Kabupaten Probolinggo

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN ACARA 1 PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA HUTAN DISUSUN OLEH : NAMA NIM SIFT CO.ASS : SIWI PURWANINGSIH : 10/301241/KT/06729 : Rabu,15.30 : Hudiya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai rawit ( Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu dari beberapa tanaman holtikultura yang potensial untuk dikembangkan. Buah cabai rawit berubah warnanya

Lebih terperinci

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Bawang putih (allium sativum) termasuk genus afflum dan termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp. TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Eucalyptus spp Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman Eucalyptus spp. antara lain: 1. Penyakit pada akar a. Busuk akar Phytophthora Penyakit ini disebabkan

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci