HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Pertanaman Bawang Merah Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Secara umum tiga desa tersebut berada pada ketinggian 1458 di atas permukaan laut (dpl) dengan curah hujan 2634 mm/tahun dan suhu udara C, jenis tanah Andosol, dengan ph tanah 4-5. Pada umumnya lahan pertanian di ketiga desa tersebut ditanami bawang merah, kubis, cabe, tomat, bawang daun wortel, buncis dan kentang. Tanaman lain yang juga ditanam oleh masyarakat setempat adalah padi sawah, tebu, kopi, casiavera dan jahe. Karakteristik Petani Bawang Merah di Kecamatan Lembah Gumanti Berdasarkan hasil wawancara terhadap 60 petani bawang merah di ketiga desa tersebut, sebagian besar petani responden pernah mendapatkan pendidikan formal. Petani dengan pendidikan Sekolah Dasar dan tidak tamat Sekolah Dasar hampir mencapai 60 %, sedangkan yang pernah/ lulus Sekolah Menengah Pertama 22%, Sekolah Menengah Atas 17 %, Perguruan Tinggi 5%. Hal ini menunjukan semakin merata dan membaiknya pendidikan petani. Rata-rata umur petani responden (80%) berkisar tahun. Hal ini menggambarkan bahwa rata-rata usia petani responden masih tergolong usia produktif. Sukirno (1981) menyatakan umur antara tahun merupakan umur produktif di negara berkembang. Gambar 1 Tingkat pendidikan dan umur petani bawang merah di Kecamatan Lembah Gumanti

2 17 Bertani merupakan pekerjaan utama penduduk Kecamatan Lembah Gumanti yaitusebanyak 89%. Potensi lahan yang baik untuk usahatani hortikultura khususnya tanaman bawang merah merupakan faktor pendorong untuk tetap bertani. Hal ini terlihat juga dari pengalaman usahatani bawang merah sebagian besar petani yang cukup lama yaitu lebih 15 tahun. Selain petani, PNS dan wiraswasta banyak juga yang tertarik berinfestasi di sektor pertanian. Gambar 2 Pekerjaan dan pengalaman usaha bawang merah petani responden Berdasarkan survei diketahui bahwa sebanyak 90% petani responden sebagai pemilik lahan sendiri. Lahan yang ada merupakan warisan dari keluarga secara turun temurun dan hasil dari membeli dari petani lain. Luas lahan pada umumnya kurang dari 0.5 ha. Namun dewasa ini perkembangan usaha menjadi terhambat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ketersedian lahan yang terbatas baik karena usahatani sendiri maupun karena konversi lahan pertanian menjadi perumahan. Sehingga kemungkinan persentase petani yang menyewa lahan (8%) dan penggarap (2%) akan bertambah. Gambar 3 Status kepemilikan lahan dan luas lahan yang dikelola petani

3 18 Sebanyak 53,3% petani responden yang melakukan pola tanam rotasi. Petani melakukan rotasi tanaman dengan tanaman lain bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik dan merupakan alternatif untuk mengurangi resiko kegagalan panen menjadi lebih rendah. Sebanyak 45% petani responden melakukan pola tanam secara terus menerus sepanjang musim, bahkan petani tetap menanam bawang merah pada musim yang kurang baik untuk budidaya tanaman. Hal ini tidak menjadi pembatas bagi petani, terutama bagi petani yang dapat mengelola tanaman bawang dengan baik. Sebanyak 5% responden melakukan pola tanam secara tumpang sari antara tanaman bawang merah dengan cabe, bawang merah dengan salada dan bawang daun. Gambar 4 Pola tanam bawang merah di Kecamatan Lembah Gumanti Budidaya Tanaman Bawang Merah Bibit Petani di Desa Sungai Nanam (95%) dan Salimpat (85%) umumnya memperoleh bibit bawang merah dengan cara membibitkan sendiri. Sedangkan petani Desa Alahan Panjang sebagian besar petani membeli bibit dari petani lain (45%). Hal ini karena bibit yang dibeli mempunyai kualitas yang baik dan bisa langsung ditanam di lahan tanpa harus mengeringkan terlebih dahulu. Jenis varietas bawang merah yang digunakan adalah varietas lokal, antara lain Singkia medan, Singkia cirebon, Singkia gajah, Birma dan Thailand. Diantara varietas tersebut yang relatif tahan terhadap penyakit menurut petani adalah varietas Thailand, tetapi harga jualnya lebih rendah dibanding varietas yang lain. Varietas yang banyak dibudidayakan adalah varietas singkia medan dan

4 19 singkia Cirebon karena memiliki umur yang pendek (70 hari), dan memiliki kesesuaian dengan kondisi lahan setempat. Gambar 5 Asal bibit bawang merah yang digunakan petani responden Gambar 6 Varietas bawang merah yang digunakan petani responden Pengolahan tanah dan pemupukan Pengolahan tanah dilakukan dengan 3 tahap yaitu: penguludan, pemberian pupuk, dan pemasangan mulsa plastik. Guludan berukuran tinggi cm, lebar 120 cm serta panjang disesuaikan berdasarkan luas lahan. Sebelum ditutupi dengan mulsa plastik, mulsa plastik dilubangi dengan teratur sesuai jarak tanam umumnya yaitu 15 x 20 cm dan 15 x 30 cm. Hampir semua petani menggunakan Pupuk an-organik untuk pertanaman bawang merah. Salah satu pupuk an-organik

5 20 yang banyak digunakan adalah pupuk NPK (NPK cap kuda, NPK mutiara dan NPK PONSKA) dan aplikasinya umumnya dicampur dengan jenis pupuk yang lain (gambar 7). Pupuk organik atau pupuk kandang yang digunakan adalah berasal dari kotoran ayam, kotoran sapi dan kompos. Sebagian besar petani responden menggunakan pupuk organik. Hal ini menunjukan kesadaran petani akan pentingnya penggunaan pupuk organik cukup baik, sehingga dapat memperbaiki struktur tanah yang berdampak negatif karena penggunaan pupuk an-organik secara terus-menerus. Gambar 7 Penggunaan pupuk an-organik oleh petani responden Gambar 8 Penggunaan pupuk organik oleh petani responden

6 21 Pengendalian gulma Pengendalian gulma dilakukan secara mekanik dengan mencabut langsung gulma menggunakan tangan, dan secara kimia menggunaan herbisida, serta penggunaan mulsa plastik hitam perak. Umumnya petani melakukan kombinasi ketiga metode pengendalian tersebut. Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak Umumnya petani sudah menggunakan mulsa plastik untuk budidaya bawang merah. Sebanyak 85% petani menggunakan mulsa sebagai salah satu cara untuk mengendalikan gulma. Pertimbangan petani menggunakan mulsa, karena mulsa dapat digunakan 3 sampai 5 kali musim tanam, sehingga petani dapat menghemat biaya penyiangan dan penggunaan pupuk. Selain itu diyakini oleh petani penggunaan mulsa plastik dapat mengurangi pencucian hara, meningkatkan kualitas produk, menekan gulma, meningkatkan kelembaban tanah dan meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi. Pemanfaatan mulsa juga diharapkan dapat membantu menurunkan laju penguapan dan porositas (penyerapan) air dalam tanah (Lamont, 1993; Zulkarnain, 1997). Penggunaan mulsa plastik di Kecamatan Lembah Gumanti mengalami peningkatan cukup tinggi dalam 10 tahun terakhir. Gambar 9 Petani yang menggunakan mulsa plastik

7 22 Gambar 10 Pengalaman petani menggunakan mulsa plastik Permasalahan dalam usahatani Menurut petani masalah yang sering dihadapi dalam proses budidaya bawang adalah gangguan hama maupun penyakit dan cuaca atau kabut (gambar 11). Sebagian besar petani beranggapan yang menjadi penyebab kerusakan tanaman adalah dari kabut, karena setelah kabut terjadi tanaman bawang merah mengalami kerusakan pada bagian daun. Daun terlihat melengkung, menguning serta perkembangan tanaman bawang merah menjadi terhambat sehingga terjadi gagal panen. Petani di Desa Alahan Panjang dan Salimpat (29%) mengalami kesulitan mendapatkan air pada musim kemarau untuk budidaya karena irigasi kurang baik dan sebagian hanya mengandalkan hujan. Semenjak berkembangnya mulsa plastik, produktivitas hasil pertanian menjadi meningkat sehingga mendorong petani mengolah lahan mereka sendiri dari pada bekerja di lahan petani lain. Hal ini menyebabkan jumlah tenaga kerja berkurang dan semakin banyak lahan-lahan yang pada awalnya lahan tidur telah dimanfaatkan petani untuk bertanam bawang merah.

8 23 Gambar 11 Permasalahan yang sering dihadapi petani Kecamatan Lembah Gumanti Pengamatan Hama dan Penyakit Bawang Merah Hama bawang merah Hama yang banyak ditemukan di lahan pertanaman bawang merah adalah lalat pengorok daun Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae) dan ulat grayak Spodotera exigua (Lepidoptera: Noctuidae). Pengorok daun Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae) Serangan hama Liriomyza sp. ditemukan hampir di setiap lahan pengamatan. Serangan awal dapat terjadi pada saat tanaman berumur masih muda antara 2-3 minggu setelah tanam (MST). Perkembangan populasi Liriomyza sp. sangat cepat sehingga kerusakan yang ditimbulkan terlihat dalam waktu 3 hari. Serangan dimulai saat imago menusukan ovipositornya pada daun bawang, terlihat seperti ada totol-totol putih kecil pada daun. Kemudian larva yang sudah menetas langsung mengorok bagian jaringan mesofil daun. Kerusakan yang terlihat pada bawang menyebabkan umbi membusuk dan daun menjadi kering seperti terbakar. Pada serangan yang berat seluruh areal pertanaman bawang akan mengalami busuk kering.

9 24. (a) (b) Gambar 12 Imago Liriomyza sp. (a) dan gejala serangannya (b) Tabel 1 Tingkat serangan Liriomyza sp. pada tanaman bawang merah di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat. Desa Intensitas Kerusakan (%) P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 Sungai Nanam Alahan Panjang Salimpat P) Pengamatan mingguan Intensitas kerusakan berkisar antara 2-45%. Intensitas kerusakan oleh Liriomyza sp. tertinggi terdapat di Desa Alahan Panjang yaitu 45% dan yang terendah di Desa Salimpat sebesar 2%. Tabel 1 dapat dilihat tingkat kerusakan hama ini di Desa Alahan Panjang cenderung meningkat tinggi pada tiap pengamatan.

10 25 Tabel 2 Rata-rata tingkat serangan Liriomyza sp. pada tanaman bawang merah di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat. Desa Intensitas Kerusakan Rataan±Sd P-value Sungai Nanam ± Alahan Panjang 25.3 ± Sungai Nanam ± Salimpat 13.3 ± 8.78 Alahan Panjang 25.3 ± Salimpat 13.3 ± 8.78 Rata-rata intensitas kerusakan oleh Liriomyza sp. tertinggi terdapat di Desa Alahan Panjang yaitu 25,3% berbeda nyata dengan di Desa Salimpat sebesar 13.3 %. Hal ini diduga karena musim kemarau di Desa Alahan Panjang lebih lama dibandingkan dengan di Desa Salimpat sehingga kondisi tersebut dapat meningkatkan populasi hama, selain itu sebagian lahan yang diamati dan lahan disekitarnya banyak ditumbuhi oleh gulma, salada, buncis, yang merupakan tanaman inang Liriomyza sp, sehingga diduga Liriomyza sp dapat berpindah kepada lahan yang diamati, kemungkinan yang lain pestisida yang digunakan petani kurang efektif dalam mengendalikan hama tersebut. Ulat grayak Spodotera exigua (Lepidoptera: Noctuidae) Serangan hama S. exigua menyebabkan hilangnya bagian daun dari tanaman yang ditandai dengan adanya telur dan larva pada bagian daun yang terserang. Kerusakan pada daun oleh ulat S. exigua ditunjukan adanya bercak-bercak putih yang makin lama makin meluas, sehingga daun berubah menjadi membran putih transparan atau lubang masuk (windowing). Bila populasi sangat tinggi larva S. exigua dapat merusak sampai ke umbi.

11 26 (a) (b) Gambar 13 Larva S. exigua (a) dan gejala seranganya (b) Tabel 3 Tingkat serangan S. exigua pada tanaman bawang merah di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat. Desa Intensitas Kerusakan (%) P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 Sungai Nanam Alahan Panjang Salimpat P) Pengamatan mingguan Intensitas kerusakan oleh S. exigua disetiap pengamatan tergolong rendah yaitu berkisar 0-5%. Serangan hama ini di Desa Salimpat ditemukan pada pengamatan 1 dan 2 dan pada beberapa pengamatan selanjutnya tingkat kerusakan tidak ada. Dari pengamatan langsung dapat terlihat bahwa sanitasi lahan dan penggunaaan pestisida di desa ini cukup baik sehingga dapat menekan perkembangan hama tersebut.

12 27 Tabel 4 Rata-rata tingkat serangan S. exigua pada tanaman bawang merah di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat. Desa Intensitas Kerusakan Rataan±Stedev P-value Sungai Nanam 2.02 ± Alahan Panjang 2.34 ± 5.29 Sungai Nanam 2.02 ± Salimpat 0.4 ± 0.85 Alahan Panjang 2.34 ± Salimpat 0.4 ± 0.85 Secara umum rata-rata intensitas kerusakan oleh S. exigua tergolong rendah yaitu berkisar %. Berdasarkan uji t menunjukan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5% di ketiga desa yang diamati. Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat serangan yang rendah adalah penggunaan pestisida yang intensif, sanitasi lahan dan irigasi yang baik diduga dapat menekan perkembangan hama ulat grayak. Pada umumnya petani menggunakan insektisida berbahan aktif klorofukonazol karena menurut petani sangat efektif dalam menekan populasi hama tersebut. Penyakit bawang merah Becak ungu Altenaria porri Serangan A. porri mulai terlihat pada pengamatan minggu ke empat dan ke lima. Pergantian musim dari musim kemarau ke musim hujan diduga menjadi salah satu penyebab munculnya serangan A. porri. Menurut (Veloso, 2007) Keadaan udara yang lembab, suhu udara C, cuaca mendung dan hujan rintik-rintik dapat mendorong perkembangan penyakit yang disebabkan oleh A. porri.

13 28 (a) (b) Gambar 14 Konidia A. porri (a) dan gejala penyakit bercak ungu (b) Tabel 5 Intensitas dan kejadian penyakit bercak ungu A. porri pada tanaman bawang merah di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat Desa Intensitas Serangan (%) Kejadian Penyakit (%) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Sungai Nanam Alahan Panjang Salimpat P) Pengamatan mingguan Gejala serangan A. porri tidak ditemukan diawal pengamatan. Serangan A. porri di ketiga desa mulai terlihat pada pengamatan 4 dan 5. Intensitas penyakit berkisar 16-32% dengan kejadian penyakit berkisar 51-94%. Serangan A. porri di Desa Salimpat ditemukan lebih awal yaitu pada pengamatan ke-4. Berdasarkan pengamatan di lapang musim hujan di desa ini mulai terjadi sebelum ditemukan gejala penyakit pada pengamatan ke 4. Hal ini diduga dapat menyebabkan gejala awal penyakit bercak ungu di desa ini.

14 29 Tabel 6 Rata-rata intensitas dan kejadian penyakit bercak ungu A.porri pada tanaman bawang merah di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat. Desa Intensitas Penyakit Kejadian Penyakit Rataan±Sd P-value Rataan ± Sd P-value Sungai Nanam ± ± Alahan Panjang 5.57 ± ± Sungai Nanam ± ± Salimpat ± ± Alahan Panjang 5.57 ± ± Salimpat ± ± Intensitas serangan A. porri di ketiga desa tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Serangan penyakit dapat ditekan oleh petani dengan penggunaan fungisida, drainase yang baik dan pengaruh musim kemarau. Berdasarkan pengamatan langsung di lapang musim hujan lebih cepat terjadi di Desa Salimpat dibandingkan kedua desa yang lain, sehingga menyebabkan meningkatnya perkembangan penyakit ini di Desa Salimpat. Menurut (Semangun, 2007) infeksi penyakit terjadi selain oleh kelembaban yang tinggi, juga diperlukan adanya lapisan air dipermukaan daun paling sedikit selama 4 jam. Hama dan penyakit lain yang ditemukan Ulat tanah Agrotis ipsilon (Lepidoptera : Noctuidae) Hama A. ipsilon tidak ditemukan pada lahan yang diamati, tetapi ditemukan pada lahan yang bersebelahan dengan lahan yang diamati, khususnya di Desa Sungai Nanam dengan intensitas kerusakan 4,8 %. Secara umum hama ini sulit ditemukan pada lahan petani, hal ini diduga karena pengaruh penggunaan pestisida secara intensif yang dilakukan oleh petani. Pestisida yang digunakan petani umumnya bersifat kontak dan sistemik. Insektisida sistemik diserap oleh organ tanaman, sehingga dapat masuk ke dalam organ pencernaan A. ipsilon melalui bagian tanaman yang dimakan dan insektisida kontak masuk ke dalam

15 30 tubuh serangga ini lewat kulit (bersinggungan langsung) sehingga dapat menekan perkembangan hama ini. Penyakit busuk daun atau embun bulu (Peronospora sp.) Serangan Peronospora sp. hanya ditemukan pada salah satu lahan di Desa Sungai Nanam, tetapi tidak pada tanaman contoh. Hal ini diduga kerena intensitas hujan sangat tinggi pada waktu pengamatan tersebut. Menurut ( Semangun, 2007) perkembangan penyakit embun bulu meningkat pada musim hujan bila udara sangat lembab dan suhu malam hari rendah. Pengendalian OPT Pengendalian hama secara non kimiawi dilakukan oleh petani dengan cara memungut hama maupun tanaman yang terserang penyakit yang ada di lahan pada waktu pengamatan namun hanya sedikit petani yang melakukannya (8%). Hampir semua petani menggunakan pestisida untuk pencegahan atau pengendalian hama dan penyakit. Rata-rata petani melakukan penyemprotan 2-3 kali seminggu. Pengendalian kimiawi banyak dilakukan oleh petani disebabkan karena dianggap ampuh (80%), mudah dan praktis dalam aplikasinya. Seringkali pestisida yang digunakan tidak selalu mampu untuk mengendalikan OPT, sehingga petani sering mengganti dengan pestisida jenis baru. Gambar 15 Metode pengendalian OPT di Kecamatan Lembah Gumanti

16 31 Gambar 16 Alasan pengendalian kimia di Kecamatan Lembah Gumanti Prediksi kehilangan hasil produksi bawang merah oleh organisme pengganggu tanaman (OPT) berdasarkan pengalaman petani dapat mencapai > 80% dari jumlah produksi normal. Kehilangan hasil terjadi akibat tingginya serangan OPT, dan seringkali menyebabkan kegagalan panen. Pestisida yang biasanya menjadi andalah petani seringkali tidak bisa mengendalikan OPT tersebut, sehingga sebagian besar petani merasa cukup kesulitan dalam mengendalikan OPT bawang merah. Gambar 17 Prediksi petani terhadap kehilangan hasil yang disebabkan OPT pada tanaman bawang merah

17 32 Petani responden yang pernah mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yaitu di Desa Sungai Nanam (15%) dan di Desa Alahan Panjang (20%), sedangkan petani responden di Desa Salimpat tidak ada yang pernah mengikuti SLPHT. Oleh karena itu pengelolaan tanaman yang dilakukan petani pada umumnya cenderung ke pola konvensional yang lebih mengedepankan pestisida sebagai metode pengendalian OPT. Keputusan dalam pengendalian OPT yang dominan dilakukan petani di ketiga desa rata-rata tergantung cuaca (35%). Petani umumnya kesulitan dalam memprediksi cuaca (kabut), karena sering terjadi pada dini hari. Jika kabut terjadi petani akan menyemprot tanaman lebih intensif. Penyemprotan terjadwal (35%-43%) dilakukan petani untuk pencegahan serangan OPT terutama dalam mencegah serangan penyakit dengan menggunakan fungisida. Grafik 18 Petani yang pernah mengikuti SLPHT Gambar 19 Sikap petani dalam mengambil keputusan pengendalian OPT bawang merah

18 33 Sikap petani terhadap penggunaan pestisida beragam, khususnya terhadap pestisida yang tidak ampuh dalam mengendalikan OPT. Petani akan meningkatkan konsentrasi/dosis pestisida berkisar (28-50%) atau mengganti dengan pestisida baru berkisar (29-46%), karena sebagian besar tidak mau mengambil resiko kerugian akibat serangan OPT. Gambar 20 Sikap petani pada penggunaan pestisida dalam mengendalikan OPT bawang merah Analisis Efesiensi Usahatani Gambar 21 Rasio R/C usahatani bawang merah Desa Sungai Nanam, Alahan panjang dan Salimpat

19 34 Berdasarkan nilai rasio R/C usahatani bawang merah di ketiga desa tersebut diperoleh angka dengan kisaran Gambar 21 menunjukkan bahwa sebanyak 55-75% nilai rasio R/C lebih kecil dari satu. Keuntungan usahatani dapat diperoleh apabila rasio R/C lebih besar dari satu, sedangkan keuntungan normal (normal profit) diperoleh apabila nilai R/C sama dengan satu. Hal ini menunjukkan bahwa hasil usahatani mengalami kerugian pada tingkat harga jual bawang merah Rp 7000/kg (harga saat dilaksanakan penelitian). Nilai rasio R/C lebih besar dari satu petani di Desa Sungai Nanam lebih tinggi dibandingkan kedua desa yang lain. Hal ini menunjukan pengelolaan usahatani bawang merah di Desa Sungai Nanam lebih baik. Rendahnya keuntungan petani disebabkan karena besarnya biaya produksi yang digunakan dan fluktuatif harga yang terjadi saat petani panen. Hal tersebut terjadi antara lain karena ketergantungan petani dengan pestisida dalam pengendalian OPT, besarnya biaya tenaga kerja, tingginya harga pupuk dan penggunaan mulsa plastik, serta adanya saingan bawang merah yang berasal dari luar daerah khususnya dari jawa.

PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH

PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH (Allium ascolonicum Linn.) DI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT YOKI DAIKHWA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH

PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH (Allium ascolonicum Linn.) DI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT YOKI DAIKHWA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Penentuan lahan pengamatan dan petak contoh Pengamatan hama

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Penentuan lahan pengamatan dan petak contoh Pengamatan hama BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lahan petani di Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang dan Salimpat, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Identifikasi

Lebih terperinci

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA 38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lahan Kecamatan Pangalengan berada pada ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut (dpl). Keadaan iklim di lokasi ini adalah sebagai berikut meliputi curah hujan rata-rata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

BALITSA & WUR the Netherlands,

BALITSA & WUR the Netherlands, BALITSA & WUR the Netherlands, 2014 1 PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA KENTANG SECARA PREVENTIF Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan penyakit berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Bawang putih (allium sativum) termasuk genus afflum dan termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun

Lebih terperinci

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Pendahuluan Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi Oleh : Ika Ratmawati, SP,

Lebih terperinci

Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat

Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Salah satu sentra komoditas hortikultura, khususnya bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) yang cukup besar di

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Lahan pertanian yang dijadikan objek penelitian berlokasi di daerah lahan pertanian DAS Citarum Hulu, Desa Sukapura, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Bandung dan sebagai

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110 12 34 sampai 110 31 08 Bujur Timur dan antara 7 44 04 sampai 8 00 27 Lintang Selatan. Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT BAWANG MERAH Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

PERBAIKAN TEKNOLOGI PRODUKSI TSS (TRUE SHALLOT SEED) UNTUK MENINGKATKAN PEMBUNGAAN DAN PEMBIJIAN BAWANG MERAH

PERBAIKAN TEKNOLOGI PRODUKSI TSS (TRUE SHALLOT SEED) UNTUK MENINGKATKAN PEMBUNGAAN DAN PEMBIJIAN BAWANG MERAH PERBAIKAN TEKNOLOGI PRODUKSI TSS (TRUE SHALLOT SEED) UNTUK MENINGKATKAN PEMBUNGAAN DAN PEMBIJIAN BAWANG MERAH NANI SUMARNI SUWANDI NENI GUNAENI SARTONO PUTRASAMEJA PENDAHULUAN. Selain dengan umbi bibit,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

Created By  Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY Created By www.penyuluhthl.wordpress.com Pesan bibit cabe kopay. Hub. 081274664892 SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY I. PENGOLAHAN LAHAN Pengolahan lahan Pengolahan lahan yang sempurna merupakan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR LATAR BELAKANG Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak

Lebih terperinci

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6.

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah A. DEMOGRAFI A1. Nama Responden : A. Umur : tahun A3. Jenis Kelamin : 1. Laki laki. Perempuan A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah () SD Tidak Tamat

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

Cara Menanam atau Budidaya Gambas Terbaru

Cara Menanam atau Budidaya Gambas Terbaru Cara Menanam atau Budidaya Gambas Terbaru. Gambas dalam bahasa latin Gambas memiliki nama Luffa acutangula di malaysia dikenal dengan nama Ketola sedangkan di filipina dikenal dengan nama Patola. Gambas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Galur adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Galur terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Brosot, Desa Kranggan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, 51 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, penggunaan luas lahan, dan jumlah tanggungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Mengapa harus mengenal OPT yang menyerang? Keberhasilan pengendalian OPT sangat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci