PENDAHULUAN Latar Belakang Umumnya lahan kering di Indonesia didominasi oleh tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol). Masalah utama yang dihadapi pada t

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Latar Belakang Umumnya lahan kering di Indonesia didominasi oleh tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol). Masalah utama yang dihadapi pada t"

Transkripsi

1 TOLERANSI SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM DI LARUTAN HARA Abstrak Percobaan mengenai tanggap toleransi sorgum terhadap cekaman aluminium di larutan hara telah dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB kebun Cikabayan Bogor dari bulan Juli hingga Agustus Percobaan bertujuan untuk mempelajari tingkat toleransi genotipe sorgum terhadap toksisitas Al di larutan hara, melalui respon fisiologis terhadap hambatan pertumbuhan akar tanaman dan hubungannya dengan pembentukan biomassa tanaman. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah genotipe sorgum yaitu Numbu (T1), ZH (T2), B-69 (P1) dan B-75 (P2). Faktor kedua adalah konsentrasi larutan Al, terdiri dari kontrol (C0), 74 M Al (C1), 148 M Al (C2) dan 222 M Al (C3). Data kuantitatif yang diperoleh di analisis menggunakan analisis ragam. Perbedaan nilai tengah antar perlakuan diuji menggunakan kontras orthogonal dan polynomial pada taraf nyata 5% atau 1%. Hasil percobaan menunjukkan, varietas Numbu memiliki tingkat ketahanan yang paling tinggi terhadap cekaman Al yang ditunjukkan dari semua peubah yang diamati, sedangkan tingkat toleransi yang paling rendah didapatkan pada genotipe B-75. Penurunan nilai pertumbuhan tanaman pada semua peubah sudah terlihat pada konsentrasi Al 74 M. Semakin tinggi konsentrasi Al yang diberikan, semakin menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kata-kata kunci: sorgum, toksisitas Al, larutan hara, pertumbuhan akar Abstract A study on response of sweet sorghum to aluminum toxicity was conducted to evaluate tolerance of sweet sorghum genotypes to aluminum toxicity in nutrient solution. The study evaluate the inhibition of root growth due to Al toxicity and its relation to biomass accumulation. The study was conducted in the greenhouse of the University Farm, Bogor Agricultural University from July to August The experiment was carried out as a Factorial experiment in a Completely Randomized Design with three replications. The first factor was sorghum genotypes consisted of Numbu (Tolerant), ZH (Tolerant), B-69 (sensitive) and B-75 (sensitive) and the second factor was Al concentration consisted of control (C0), 74 M Al (C1), 148 M Al (C2) dan 222 M Al (C3). Differential response of sorghum genotypes to Al toxicity was observed at 74 M Al (C1) and 148 M Al (C2). At higher Al concentration (222 M Al) all genotype were severely affected. Sorghum variety Numbu showed the highest tolerance to Al toxicity and was able to maintain root and shoot growth under Al toxicity. The sensitive genotypes, B-75, showed reduction in root and shoot growth under Al toxicity. Keywords: sorghum, Al toxicity, nutrient solution, root growth

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Umumnya lahan kering di Indonesia didominasi oleh tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol). Masalah utama yang dihadapi pada tanah ini adalah keracunan Aluminium (Al) dan kaitannya dengan kekurangan hara yang menghambat pertumbuhan sehingga menurunkan produksi tanaman (Schaffert et al., 2000). Kelarutan Al yang tinggi berpengaruh langsung terhadap prosesproses fisiologis dan metabolisme tanaman, dan berpengaruh tidak langsung terhadap ketersediaan unsur hara sehingga dapat menekan pertumbuhan tanaman. Secara umum pengaruh Al adalah 1) mengurangi kation bervalensi dua yang diserap akar, 2) menghambat fungsi-fungsi sel pada jaringan meristem akar melalui penetrasi Al ke dalam protoplasma akar dan menghasilkan morfologi akar yang tidak normal, dan 3) menurunkan jerapan anion oleh akar karena meningkatnya jerapan positif pada rizosfir dan apoplas akar (Alam et al 1999). Cekaman Al terhadap tanaman mula-mula akan menekan pertumbuhan akar, akar menjadi pendek, tebal dan rapuh. Terhambatnya pertumbuhan akar diakibatkan karena Al menghentikan proses pembelahan sel meristem apikal (Pellet et al. 1995). Daerah yang paling peka terhadap keracunan Al terutama pada bagian ujung akar (tudung akar, meristem, dan zona pemanjangan) sekitar 2 mm. Hal ini dikarenakan bagian tersebut mengakumulasi Al lebih banyak (Delhaize dan Ryan 1995). Sasaran utama cekaman Al pada akar adalah tudung akar. Rusaknya tudung akar akan mengakibatkan berkurangnya sekresi mucilage. Keracunan Al dapat menghambat pertumbuhan tajuk dengan cara menghambat pasokan hara, air dan sitokinin dari akar karena buruknya penetrasi akar ke sub-soil atau kondisi hidrolik akar rendah (Marschner 1995). Dalam keadaan tertentu tanaman dapat membatasi serapan aluminium, sehingga terhindar dari keracunan aluminium. Tanaman dapat membentuk dinding tebal pada akar rambut dengan ujung akar yang membengkak menyerupai kail. Aluminium yang terdapat dalam akar tidak menghalangi pengambilan Ca, Mg dan K pada varietas toleran terhadap Al, tetapi pada varietas yang peka terjadi sebaliknya. Varietas yang toleran akarnya dapat berkembang baik, ujung-ujung

3 47 akar dan akar lateral tidak menunjukkan kerusakan akibat keracunan Al pada tanah masam. Beberapa varietas yang toleran terhadap Al akan meningkatkan ph di daerah perakaran, sedangkan yang peka akan menurunkan ph di media tanah masam. Foy (1996) dan Taylor (1991) mengemukakan bahwa toleransi Al pada tanaman terjadi karena dua mekanisme toleransi yaitu exclusion (penolakan Al) dan inclusion. Mekanisme toleransi exclusion Al meliputi : (1) immobilisasi Al pada dinding sel, (2) selektivitas pada membran plasma, (3) alkalisasi rhizosfir, (4) pengeluaran ligan pengkelat, dan (5) efflux Al. Mekanisme toleransi inclusion terjadi melalui (1) kelatisasi Al dalam sitosol, (2) kompartementasi Al dalam vakuola, (3) sintesis protein spesifik pengikat Al, (4) evolusi enzim terhadap toleransi Al dan (5) meningkatkan aktivitas enzim tersebut. Aluminium dapat mempengaruhi morfologi, fisiologi dan ekspresi gen tanaman. Gejala yang umum dijumpai akibat cekaman Al adalah terjadinya klorosis, defisiensi nutrisi, dan tanaman menjadi kerdil (Taiz dan Zeiger 2002). Respon morfologi nyata akibat cekaman Al adalah terjadinya penebalan pada ujung akar dan akar cabang. Respon fisiologi berupa pembentukan kompleks Alasam organik dan peningkatan kandungan asam organik pada akar tanaman dengan cara mengaktivasi kerja enzim yang berperan dalam biosintesis asam organik, serta adanya asam organik yang ditransportasikan dari batang menuju akar (Matsumoto et al. 2003). Tanaman yang toleran terhadap keracunan Al mempunyai kriteria antara lain: akar tidak rusak dan sanggup terus berkembang, mampu meningkatkan ph tanah di sekitar perakaran, sebagian besar Al ditahan di akar dan sedikit ditranslokasikan ke bagian atas tanaman, dan ion Al tidak dapat menghambat serapan dan translokasi Ca, Mg, K dan P (Kochian 2005). Hasil penelitian Yamamoto et al., (1992) menunjukkan bahwa toksisitas Al selain mengakibatkan tanaman kekurangan hara juga dapat mengubah struktur dan fungsi membran plasma serta menghalangi pembelahan sel pada ujung-ujung akar (MacDiarmid dan Gardner, 1996).

4 48 Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat toleransi genotipe sorgum terhadap toksisitas Al di larutan hara, melalui respon fisiologi terhadap hambatan pertumbuhan akar tanaman dan hubungannya dengan pembentukan biomassa tanaman. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan University Farm, IPB Cikabayan dari bulan Juli Agustus Bahan tanaman yang digunakan dalam percobaan ini merupakan hasil seleksi Sungkono (2007) di tanah masam Lampung, yaitu dua genotipe sorgum toleran tanah masam (Numbu dan ZH ) serta dua genotipe peka (B-69 dan B-75). Bahan-bahan lainnya adalah larutan AlCl 3, larutan hara dengan komposisi: 0.24 mm NH 4 NO 3 ; 0.03 mm (NH 4 ) 2 SO 4 ; mm K 2 HPO 4 ; mm K 2 SO 4 ; 0.38 mm KNO 3 ; 1.27 mm Ca(NO 3 ) 2.4H 2 O; 0.27 mm Mg(NO 3 ) 2.4H 2 O; 0.14 mm NaCl; 6.6 M H 3 BO 3 ; 5.1 M MnSO 4.4H 2 O; 0.61 M ZnSO 4.7H 2 O; 0.16 M CuSO 4.5H 2 O; 0.1 M Na 2 Mo 7 O 9.7H 2 O; 45 M FeSO 4.7H 2 O-EDTA (Ohki 1987), aquades, NaOH 1 M serta HCl 1 M, busa lunak dan stryofoam. Pot pertumbuhan berdiameter 15 cm, serta alat pendukung lainnya. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah genotipe sorgum yaitu Numbu (T1), ZH (T2), B-69 (P1) dan B-75 (P2), dan faktor kedua adalah konsentrasi larutan Al, terdiri dari kontrol (C0), 74 M Al (C1), 148 M Al (C2) dan 222 M Al (C3). Data kuantitatif diperoleh melalui analisis ragam. Untuk membedakan nilai tengah antar perlakuan, dilakukan uji lanjut menggunakan kontras ortogonal dan polinomial pada taraf nyata 5% atau 1%. Kecambah normal berumur satu minggu dengan panjang akar yang seragam diambil sebanyak 5 tanaman untuk masing-masing perlakuan kemudian dipindahkan ke dalam pot pertumbuhan. Batang kecambah dibalut dengan gabus busa lunak kemudian dimasukkan ke lubang stryofoam dan diapungkan dalam pot yang berisi larutan hara sebanyak 2 liter/pot. Perlakuan konsentrasi Al ditambahkan pada larutan hara setelah proses pengapungan dalam larutan hara berlangsung dua hari. Larutan diatur pada ph 4.0±0.1 dengan penambahan NaOH

5 49 1M atau HCl 1M. Larutan hara diberi aerasi menggunakan aerator supaya Al dan hara tidak mengendap. Air yang hilang akibat transpirasi diganti dengan menambahkan aquades setiap hari dengan ph tetap dipertahankan sekitar 4.0. Tanaman di pelihara sampai berumur 14 hari. Peubah yang diamati yaitu panjang tajuk tanaman (cm), panjang akar (cm), bobot kering akar (g), bobot kering tajuk (g), nisbah tajuk-akar, panjang akar relatif (%), bobot akar relatif (%), dan bobot tajuk relatif (%). Data kuantitatif yang diperoleh di analisis menggunakan analisis ragam. Perbedaan nilai tengah antar perlakuan di uji menggunakan uji Duncan, kontras orthogonal dan polynomial pada taraf nyata 5 % dan 1 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap kondisi umum tanaman menunjukkan bahwa kecambah sorgum toleran dan peka yang ditanam pada larutan tanpa Al tidak menunjukkan gejala keracunan sampai akhir percobaan. Sorgum varietas Numbu dan ZH masih tidak menunjukkan gejala keracunan sampai minggu pertama pada larutan Al rendah (74 M), akan tetapi memasuki minggu kedua, genotipe ZH mulai menampakkan gejala keracunan berupa penebalan ujung akar dan perubahan warna akar menjadi coklat kehitaman. Genotipe peka B-69 dan B-75 sudah menunjukkan gejala penghambatan pertumbuhan sejak minggu pertama di larutan hara bercekaman Al rendah, dan pengaruh cekaman Al semakin nyata dengan bertambahnya waktu dan tingkat cekaman. Menurut Sopandie (2006), pengaruh cekaman sangat dipengaruhi oleh besar dan lamanya tanaman terpapar cekaman. Semakin lama dan semakin besar tingkat cekaman yang diberikan, maka penurunan nilai pertumbuhan akan semakin besar. Faktor perlakuan genotipe sorgum dan konsentrasi Al berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan sorgum pada fase bibit kecuali terhadap nisbah tajuk akar. Pengaruh interaksi genotipe dan konsentrasi Al sangat nyata terhadap panjang tajuk, panjang akar, bobot kering tajuk, panjang akar relatif, dan bobot akar relatif ( Tabel 2.1). Pengaruh nyata perbedaan konsentrasi dan macam genotipe terhadap pertumbuhan ini menunjukkan besarnya pengaruh konsentrasi Al terhadap penghambatan pertumbuhan dan juga mempengaruhi tingkat toleransi tanaman dalam menghadapi cekaman.

6 50 Tabel 2.1. Rekapitulasi nilai analisis ragam pengaruh genotipe, konsentrasi Al dan pengaruh interaksi antara genotipe dan konsentrasi Al terhadap pertumbuhan sorgum di larutan hara Peubah Konsentrasi Al Genotipe Interaksi KT KT KT Panjang tajuk ** ** 38.37** Panjang akar ** ** 44.00** Bobot kering tajuk 0.04** 0.18** 0.01** Bobot kering akar 0.01** 0.2** 0.01* Panjang akar relatif ** ** ** Bobot akar relatif ** ** ** Bobot tajuk relatif ** ** 86.83* Nisbah tajuk akar ** KT = Kuadrat Tengah * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh nyata pada taraf 1%, Gambar 2.1 dan 2.2 memperlihatkan penampilan tanaman yang beragam setelah diuji selama 14 hari pada larutan hara bercekaman Al. Tanaman toleran Numbu (T1) dan ZH (T2) memperlihatkan penampilan panjang akar dan panjang tajuk yang lebih panjang dibanding tanaman peka B-69 (P1) dan B-75 (P2). Numbu menunjukkan pertumbuhan akar dan tajuk lebih baik dibandingkan ZH Hal ini terlihat secara visual hambatan pertumbuhan yang mulai mempengaruhi perpanjangan akar dan tajuk pada konsentrasi Al 148 M, sedangkan pada ZH sudah mulai terjadi hambatan pada konsentrasi 74 M Al. Tanaman peka memperlihatkan gejala penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sangat nyata akibat pengaruh Al, seperti terlihat pada genotipe B-69 dan B-75. Pada ujung akar tanaman peka terlihat menebal, terdapat bagian yang menghitam, serta sedikit berlendir dan mengalami pembusukan. Akibat membusuknya akar, maka secara keseluruhan pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga akan terhambat. Hal ini sejalan dengan pendapat Marschner (1995), gejala pertama yang terlihat akibat pengaruh toksik Al adalah terhambatnya perkembangan sistem perakaran akibat penghambatan perpanjangan sel. Al yang terakumulasi dalam sel akan berikatan dengan senyawa fosfolipid yang terdapat dalam membran sel, sehingga mengganggu permeabilitas membran dan pompa proton (Rengel 1997).

7 51 Pada perlakuan kontrol didapatkan perbedaan panjang akar antara Numbu dengan genotipe peka B-69 dan B-75. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa perlakuan Al pun genotipe peka memang secara genetis memiliki panjang akar yang lebih pendek daripada genotipe toleran (Gambar 2.1). (A) (B) Gambar 2.1. Respon genotipe sorgum terhadap cekaman Al di larutan hara (A) kontrol ( tanpa Al) dan (B) 222 M Al, dari kiri ke kanan: Numbu, ZH , B-69 dan B-75 (A) (B) Gambar 2.2. Respon genotipe tanaman terhadap berbagai tingkat konsentrasi Al (A) Numbu/ toleran dan (B) B-75/peka, dari kiri ke kanan: tanpa Al, 74 M Al, 148 MAl, dan 222 M Al.

8 52 Pemberian Al mulai taraf 74 M sudah menunjukkan perbedaan nyata pada semua peubah yang diamati kecuali nisbah tajuk-akar. Hasil ini berbeda dengan hasil percobaan Ohki (1987), yang mendapatkan perbedaan respon sorgum pada konsentrasi 148 M Al. Pertumbuhan akar dan tajuk genotipe sorgum memiliki perbedaan tingkat toleransi terhadap cekaman Al. Nilai tengah panjang akar dan panjang tajuk tertinggi tetap dijumpai pada Numbu yang menunjukkan toleransi lebih tinggi terhadap cekaman Al dibandingkan genotipe lainnya (Tabel 2.2). Tidak terdapat perbedaan nyata panjang akar dan panjang tajuk sorgum di antara sesama genotipe toleran dan sesama peka pada perlakuan kontrol (Tabel 2.3). Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing genotipe tumbuh secara normal meskipun nilai rata-rata panjang akar dan panjang tajuk di antara rata-rata genotipe toleran dan peka berbeda sangat nyata. Diduga hal ini akibat pengaruh genetik masing-masing genotipe. Hasil ini sejalan dengan penelitian keragaan sorgum di lapangan, genotipe toleran menunjukkan rata-rata bobot kering tajuk lebih tinggi daripada genotipe peka (Tabel 1.3). Genotipe ZH mulai mengalami gangguan pertumbuhan dan tidak mampu mempertahankan panjang akar dan panjang tajuknya nya pada konsentrasi Al 74 M dan berbeda dengan Numbu (Tabel 2.3). Hal ini menunjukkan bahwa secara fisiologis telah terjadi hambatan pertumbuhan akar dan tajuk akibat cekaman Al pada konsentrasi Al 74 M terhadap genotipe ZH Peningkatan konsentrasi Al hingga 148 M didapatkan panjang akar ZH yang tidak berbeda dengan Numbu. Hal ini berarti bahwa perakaran Numbu juga sudah mulai mengalami hambatan pertumbuhan pada konsentrasi Al 148 M. Tabel 2.2. Respon genotipe sorgum pada berbagai konsentrasi cekaman Al terhadap panjang akar dan panjang tajuk di larutan hara Genotipe Panjang akar (cm) Panjang tajuk (cm) Konsentrasi Al ( M) Konsentrasi Al ( M) 0 (C0) 74 (C1) 148 (C2) 222 (C3) 0 (C0) 74 (C1) 148 (C2) 222 (C3) Numbu (T1) ZH (T2) B-69 (P1) B-75 (P2)

9 53 Tabel 2.3. Respon antar genotipe sorgum pada berbagai konsentrasi cekaman Al di larutan hara Perbandingan panjang akar (cm) Selisih nilai tengah panjang tajuk (cm) Tanpa Al Numbu,ZH vs B-69, B ** 6.44** Numbu vs ZH tn 1.36tn B-69 vs B tn 0.24tn 74 M Al Numbu,ZH vs B-69, B ** 11.40** Numbu vs ZH ** 20.57** B-69 vs B tn 5.24** 148 M Al Numbu,ZH vs B-69, B ** 11.09** Numbu vs ZH tn 16.38** B-69 vs B tn 2.52tn 222 M Al Numbu,ZH vs B-69, B tn 4.73** Numbu vs ZH tn 8.72** B-69 vs B tn 0.06tn Keterangan: tn= berbeda tidak nyata, *= berbeda nyata pada taraf 5% **= berbeda nyata pada taraf 1%, Genotipe peka B-75 dan B-69 mulai mengalami hambatan pertumbuhan akar dan tajuk pada konsentrasi Al 74 M (Tabel 2.3), tetapi genotipe B-75 lebih mampu mempertahankan pertumbuhan panjang tajuknya dan beradaptasi terhadap cekaman Al dibandingkan \genotipe B-69. Tabel 2.4. Respon genotipe ZH dan B-75 terhadap panjang akar dan panjang tajuk pada berbagai konsentrasi cekaman Al di larutan hara Peubah Selisih nilai tengah ZH vs B-75 Kontrol 74 M Al 148 M Al 222 M Al Panjang akar 7.78** 9.04** 3.02tn 0.97tn Panjang tajuk 7.88** 3.73tn 4.16tn 0.34tn Keterangan: tn= berbeda tidak nyata, **= berbeda nyata pada taraf 1%, Konsentrasi Al 148 M nyata menekan pertumbuhan akar pada genotipe toleran ZH dan tidak berbeda dengan B-75 (Tabel 2.4). Genotipe ZH ternyata memiliki tingkat toleransi yang tidak berbeda dengan genotipe peka B-75 dalam kondisi tercekam Al pada konsentrasi 148 M. Hal ini

10 54 menunjukkan bahwa genotipe ZH tergolong genotipe yang moderat dalam beradaptasi terhadap cekaman Al. Konsentrasi Al 74 M memperlihatkan tingkat cekaman yang sudah cukup berat bagi genotipe sorgum baik toleran maupun peka dan berbeda nyata dibandingkan kontrol (Tabel 2.5 dan Gambar 2.3). Tabel 2.5. Respon genotipe sorgum terhadap panjang akar pada berbagai konsentrasi cekaman Al Genotipe Panjang akar (cm) Konsentrasi Al kontrol 74 M 148 M 222 M Numbu 41.55a 30.31c 16.02de 5.50ghi ZH b 19.25d 12.25ef 4.94hi B c 9.20fgh 7.55fghi 4.33hi B bc 10.21fg 9.23fgh 3.91i Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% DMRT Numbu : y= x R 2 = ZH : y= 2.17x x R 2 = B-69: y= 4.493x x R 2 = B-75: y= 3.983x x R 2 = Gambar 2.3. Panjang akar sorgum fase bibit pada berbagai konsentrasi Al di larutan hara

11 55 Genotipe peka sudah mulai mengalami kerusakan akar secara fisiologis mulai konsentrasi 74 M, sedangkan pengaruh buruk Al pada genotipe toleran baru terlihat pada konsentrasi 148 M. Peningkatan konsentrasi Al diikuti dengan menebal dan memendeknya akar. Pemberian Al pada konsentrasi 74 M sudah mampu menurunkan panjang tajuk sorgum baik pada genotipe toleran maupun peka (Tabel 2.6). Respon pembentukan tajuk ini pada berbagai cekaman konsentrasi Al terlihat sangat nyata pada Gambar 2.4. Penambahan konsentrasi Al mulai 74 hingga 222 M mampu menekan pertumbuhan tajuk sorgum dengan penurunan bervariasi. Tabel 2.6. Respon genotipe sorgum terhadap panjang tajuk pada berbagai konsentrasi cekaman Al Genotipe Panjang tajuk (cm) pada berbagai konsentrasi Al kontrol 74 M 148 M 222 M Numbu 53.07a 44.61b 36.37c 23.73de ZH b 24.04de 19.99efg 15.01h B b 25.55d 18.35fgh 14.61h B b 20.31ef 15.83gh 14.67h Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% DMRT Numbu: y = x R 2 = ZH : y = 4.673x R 2 = B-69: y = 3.698x x R 2 = B-75: y = 5.590x x R 2 = Gambar 2.4. Panjang tajuk sorgum fase bibit pada berbagai konsentrasi Al di larutan hara

12 56 Gambar 2.4 di atas menunjukkan jarak yang cukup besar antara Numbu dan ZH pada peubah panjang tajuk meskipun sama-sama teridentifikasi sebagai genotipe toleran di tanah masam. Hasil ini memperlihatkan bahwa genotipe ZH yang diidentifikasi sebagai genotipe toleran di tanah masam ternyata memiliki kemampuan adaptasi rendah terhadap cekaman Al di larutan hara dan tidak berbeda dengan genotipe peka B-75. Bobot kering akar dan tajuk semakin menurun dengan semakin tingginya konsentrasi Al yang diberikan (Tabel 2.7). Kelarutan Al yang tinggi berpengaruh langsung terhadap proses-proses fisiologis dan metabolisme tanaman, dan berpengaruh tidak langsung terhadap ketersediaan unsur hara sehingga dapat menekan pertumbuhan tanaman. Tabel 2.7. Bobot kering akar dan bobot kering tajuk sorgum fase bibit pada berbagai konsentrasi cekaman Al di larutan hara Genotipe Bobot kering akar (mg) Bobot kering tajuk (mg) Konsentrasi Al ( M) Konsentrasi Al ( M) Numbu ZH B B Pertumbuhan akar maupun tajuk yang tercermin dari nilai bobot keringnya menunjukkan perbedaan tidak nyata di antara genotipe toleran maupun peka pada kontrol (tanpa Al). Pemberian cekaman Al pada konsentrasi 74 M menunjukkan perbedaan di antara sorgum toleran, tetapi tidak terjadi pada genotipe peka (Tabel 2.8). Kedua genotipe peka baik B-69 maupun B-75 mengalami penurunan bobot kering akar yang hampir sama besarnya, sementara hal ini tidak terjadi pada genotipe toleran. Hal ini menunjukkan lebih besarnya hambatan pertumbuhan yang terjadi pada genotipe ZH akibat cekaman Al dibandingkan Numbu. Bobot kering akar ZH menurun sebesar 70.8% pada cekaman Al 74 M, lebih besar dari pada genotipe peka B-69 (65.45%) dan genotipe B-75 (67.29%). Sedangkan Numbu hanya mengalami penurunan bobot kering akar sebesar 23.53%.

13 57 Tabel 2.8. Respon antar genotipe sorgum pada berbagai konsentrasi cekaman Al di larutan hara Perbandingan Bobot kering akar (mg) Selisih nilai tengah Bobot kering tajuk (mg) Tanpa Al Numbu,ZH vs B-69, B ** ** Numbu vs ZH tn 9.00tn B-69 vs B tn 9.00tn 74 M Al Numbu,ZH vs B-69, B ** ** Numbu vs ZH ** ** B-69 vs B tn 17.00tn 148 M Al Numbu,ZH vs B-69, B ** 64.00** Numbu vs ZH ** 84.00** B-69 vs B tn 10.00tn 222 M Al Numbu,ZH vs B-69, B ** 26.00** Numbu vs ZH ** 21.00** B-69 vs B tn 10.00tn Keterangan: tn= berbeda tidak nyata, *= berbeda nyata pada taraf 5% **= berbeda nyata pada taraf 1%, Perlakuan cekaman Al 74 M menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan kontrol terhadap bobot kering akar dan tajuk pada semua genotipe (Tabel 2.9 dan 2.10). Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi 74 M adalah konsentrasi yang menghambat pertumbuhan untuk tanaman sorgum di larutan hara. Peningkatan konsentrasi cekaman Al menjadi 148 M dan 222 M sudah menunjukkan hambatan pertumbuhan yang sama dengan konsentrasi 74 M pada genotipe ZH , B-69 dan B-75, kecuali pada Numbu. Tabel 2.9. Respon genotipe sorgum terhadap bobot kering akar pada berbagai konsentrasi cekaman Al Genotipe Bobot kering akar (mg) pada berbagai konsentrasi Al kontrol 74 M 148 M 222 M Numbu 0.17a 0.13b 0.08c 0.04de ZH b 0.05d 0.04de 0.03de B b 0.04de 0.03de 0.02e B c 0.03de 0.03de 0.02e Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% DMRT

14 58 Tabel Respon genotipe sorgum terhadap bobot kering tajuk pada berbagai konsentrasi cekaman Al Genotipe Bobot kering tajuk (mg) pada berbagai konsentrasi Al kontrol 74 M 148 M 222 M Numbu 0.45a 0.28c 0.19d 0.10fgh ZH b 0.16de 0.10fg 0.07gh B c 0.12ef 0.09fgh 0.06h B c 0.11fg 0.08gh 0.06h Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% DMRT Hal ini semakin memperjelas bahwa genotipe ZH memiliki tingkat adaptasi yang rendah terhadap cekaman Al di larutan hara. Hasil pada pengujian di larutan hara ini sejalan dengan hasil pada pengujian di tanah masam untuk genotipe ZH Pola penurunan bobot kering akar menunjukkan bahwa genotipe toleran ZH memiliki pola penurunan yang sama dengan pola genotipe peka B- 69 dan B-75. Sementara Numbu memiliki pola penurunan yang linier (Gambar 2.5). Penurunan nilai bobot kering pada Numbu cukup besar mulai dari peningkatan konsentrasi Al 148 M hingga 222 M. Numbu: y = x R 2 = ZH : y = x x R 2 = B-69: y = x x R 2 = B-75: y = x x R 2 = Gambar 2.5. Bobot kering akar sorgum fase bibit pada berbagai konsentrasi Al di larutan hara

15 59 Meskipun demikian, Numbu masih memiliki nilai bobot kering akar dan tajuk yang tetap lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya, sehingga sangat potensial dikembangkan di tanah masam. Numbu: y = x x R 2 = ZH : y = x x R 2 = B-69: y = x x R 2 = B-75: y = x x R 2 = Gambar 2.6. Bobot kering tajuk sorgum fase bibit pada berbagai konsentrasi Al di larutan hara Secara umum pengaruh Al adalah 1) mengurangi kation bervalensi dua yang diserap akar, 2) menghambat fungsi-fungsi sel pada jaringan meristem akar melalui penetrasi Al ke dalam protoplasma akar dan menghasilkan morfologi akar yang tidak normal, dan 3) menurunkan jerapan anion karena meningkatnya situs jerapan positif pada rizosfir dan apoplas akar (Alam et al 1999). Menurut Delhaize dan Ryan (1995) gejala keracunan Al yang paling mudah dilihat adalah pada penghambatan pertumbuhan akar, yang akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tajuk. Oleh karena itu karakter panjang akar, panjang akar relatif, bobot akar relatif dan bobot tajuk relatif sering digunakan untuk menilai toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium. Hasil penelitian ini menunjukkan, cekaman Al lebih mereduksi pertumbuhan panjang akar dibandingkan pertumbuhan tajuk. Hal ini terlihat dari lebih rendahnya PAR dibandingkan BTR pada konsentrasi 222 M (Tabel 2.11). Tanaman yang keracunan Al akan terhambat pembelahan selnya terutama sel akar yang disebabkan oleh ikatan Al dengan DNA dan menghentikan proses pembelahan sel meristem apikal (Polle dan Konzak 1990).

16 60 Tabel Nilai rataan pengaruh genotipe dan konsentrasi cekaman Al terhadap panjang akar relatif dan Bobot tajuk relatif sorgum pada fase bibit Genotipe Panjang akar relatif (PAR) Kontrol 74 M 148 M 222 M Numbu ZH B B Genotipe Bobot tajuk relatif (BTR) Kontrol 74 M 148 M 222 M Numbu ZH B B *Angka rataan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Tabel 2.11 di atas menunjukkan nilai relatif panjang akar yang diberi perlakuan pada berbagai konsentrasi dibandingkan dengan akar tanaman yang tidak diberi cekaman Al. Semakin tinggi konsentrasi Al yang diberikan semakin rendah persentase panjang akar dibandingkan dengan panjang akar yang tidak tercekam Al. Keracunan Al akan menghambat pertumbuhan akar primer dan menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar, ujung akar menebal, berwarna coklat seperti busuk dan mengering sehingga menghasilkan sistem perakaran tanaman yang kerdil dan pendek, karena terjadi penekanan terhadap perkembangan jaringan meristem akar ( Kochian et al. 2005). Umumnya tiga peubah untuk melihat toksisitas Al atau resistensi tanaman terhadap Al, yaitu; 1) mengetahui konsentrasi Al di ujung (tip) akar yang dapat menunjukkan hubungan positif terhadap toksisitas Al, 2) induksi pembentukan callose di apikal akar sebagai suatu indikator sensitif terhadap kepekaan tanaman terhadap Al, dan 3) perpanjangan akar yang diukur secara langsung pengaruhnya terhadap Al pada pembentukan akar. Hasil uji korelasi pengaruh konsentrasi Al menunjukkan nilai korelasi tinggi pada semua peubah yang diamati (Tabel 2.12).

17 61 Tabel Nilai korelasi antar peubah panjang akar, Bobot kering tajuk, panjang tajuk dan bobot kering akar Peubah Panjang akar Bobot kering tajuk Panjang tajuk Bobot kering akar Panjang akar Bobot kering tajuk 0.972** Panjang tajuk 0.955** 0.962** - - Bobot kering akar 0.958** 0.978** 0.969** - ** = berkorelasi nyata pada taraf 1 % uji korelasi Pearson Analisis korelasi di antara variabel menunjukkan bahwa panjang akar pada kondisi tercekam Al berkorelasi tinggi dengan bobot kering akar, panjang tajuk, dan bobot kering tajuk (Tabel 2.12). Hal ini menunjukkan bahwa penghambatan pertumbuhan akar akan diikuti oleh penurunan akumulasi biomassa sorgum pada fase bibit. Penurunan pada pertumbuhan akar akan diikuti penurunan panjang tajuk dan bobot kering tanaman. KESIMPULAN Faktor konsentrasi dan genotipe tanaman menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap semua peubah yang diamati. Penurunan nilai pertumbuhan tanaman pada semua peubah sudah terlihat pada konsentrasi Al 74 M. Tanaman yang menunjukkan tingkat ketahanan yang paling tinggi terhadap cekaman Al berturut-turut adalah Numbu, diikuti ZH , B-69 dan B-75. Genotipe ZH yang teridentifikasi toleran di tanah masam menunjukkan respon moderat terhadap toksisitas Al di larutan hara. Semakin tinggi konsentrasi Al semakin besar hambatan pertumbuhan tanaman. Hambatan pertumbuhan akar berkorelasi tinggi dengan penurunan akumulasi biomassa yaitu penurunan panjang tajuk dan bobot kering sorgum pada fase bibit.

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh cekaman Al terhadap pertumbuhan tanaman, paling nyata terlihat pada perpanjangan dan pertumbuhan akar. Tingkat ker

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh cekaman Al terhadap pertumbuhan tanaman, paling nyata terlihat pada perpanjangan dan pertumbuhan akar. Tingkat ker ANALISIS ROOT REGROWTH AKAR SORGUM [Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM DI LARUTAN HARA Abstrak Penelitian dilaksanakan di rumah kaca kebun percobaan University Farm IPB, Cikabayan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Fosfat adalah unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dalam sel fosfat berada d

PENDAHULUAN Latar Belakang Fosfat adalah unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dalam sel fosfat berada d LAJU SERAPAN SPESIFIK FOSFOR PADA SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) DALAM KONDISI BERCEKAMAN ALUMINIUM DAN DEFISIENSI FOSFOR DI LARUTAN HARA Abstrak Fosfor merupakan faktor penting yang dapat membatasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Keracunan Al merupakan salah satu faktor utama yang membatasi pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah masam. Pengaruh yang pen

PENDAHULUAN Latar Belakang Keracunan Al merupakan salah satu faktor utama yang membatasi pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah masam. Pengaruh yang pen TANGGAP MORFO-FISIOLOGIS AKAR SORGUM (Sorghum Bicolor L. Moench) TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM DAN DEFISIENSI FOSFOR DI DALAM RHIZOTRON Abstrak Penelitian mengenai tanggap morfologi dan fisiologi sorgum terhadap

Lebih terperinci

124 tinggi yaitu sebesar 2.73 me/100 g (Tabel 1.1). Perbedaan kondisi cekaman ini menyebabkan perbedaan tingkat toleransi untuk genotipe ZH ,

124 tinggi yaitu sebesar 2.73 me/100 g (Tabel 1.1). Perbedaan kondisi cekaman ini menyebabkan perbedaan tingkat toleransi untuk genotipe ZH , PEMBAHASAN UMUM Di Indonesia, kondisi lahan untuk pengembangan tanaman sebagian besar merupakan lahan marjinal yang kering dan bersifat masam. Kendala utama pengembangan tanaman pada tanah masam adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dengan tujuan mencari metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran dan peka yang diamati secara visual menunjukkan bahwa dari 65

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN AKUMULASI ALUMINIUM PADA AKAR SORGUM (Sorghum bicolor (L) Moench) MELALUI UJI PEWARNAAN HEMATOKSILIN

DISTRIBUSI DAN AKUMULASI ALUMINIUM PADA AKAR SORGUM (Sorghum bicolor (L) Moench) MELALUI UJI PEWARNAAN HEMATOKSILIN DISTRIBUSI DAN AKUMULASI ALUMINIUM PADA AKAR SORGUM (Sorghum bicolor (L) Moench) MELALUI UJI PEWARNAAN HEMATOKSILIN Karlin Agustina 1, *, Didy Sopandie 2, Trikoesoemaningtyas 2, Desta Wirnas 2 dan Wiwik

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

Tanggap Fisiologi Akar Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap Cekaman Aluminium dan Defisiensi Fosfor di dalam Rhizotron

Tanggap Fisiologi Akar Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap Cekaman Aluminium dan Defisiensi Fosfor di dalam Rhizotron Tanggap Fisiologi Akar Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap Cekaman Aluminium dan Defisiensi Fosfor di dalam Rhizotron Roots Physiological Response of Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) to Aluminum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Cekaman Aluminium pada Lahan Respon Fisiologis Tanaman terhadap Cekaman Al

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Cekaman Aluminium pada Lahan Respon Fisiologis Tanaman terhadap Cekaman Al TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Cekaman Aluminium pada Lahan Pembukaan areal pertanian di luar Jawa, khususnya tanaman pangan di lahan kering ditujukan pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan luas areal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 m

BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 m 18 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium kultur jaringan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian ± 32 m di atas permukaan laut, pada bulan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Viabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan tolok ukur persentase daya berkecambah yang tinggi mengindikasikan bahwa benih yang digunakan masih berkualitas baik. Benih kedelai

Lebih terperinci

Peranan Fosfor dalam Meningkatkan Toleransi Tanaman Sorgum terhadap Cekaman Aluminium

Peranan Fosfor dalam Meningkatkan Toleransi Tanaman Sorgum terhadap Cekaman Aluminium ISSN 2085-2916 e-issn 2337-3652 Tersedia daring http://jai.ipb.ac.id Lestari et al. / J. Agron. Indonesia 45(1):43-48 J. Agron. Indonesia,, 45(1):43-48 DOI: https://dx.doi.org/10.24831/jai.v45i1.13814

Lebih terperinci

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh PEMBAHASAN UMUM Kebutuhan pangan berupa beras di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi di masa datang kemampuan pertanian di Indonesia untuk menyediakan beras

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophyta, dengan sub division Angiospermae, termasuk ke dalam kelas monocotyledoneae,

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan Media Peternakan, Agustus 24, hlm. 63-68 ISSN 126-472 Vol. 27 N. 2 Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Distribusi dan Botani Melastoma

TINJAUAN PUSTAKA Distribusi dan Botani Melastoma TINJAUAN PUSTAKA Distribusi dan Botani Melastoma Melastoma dikenal sebagai gulma di perkebunan teh dan karet. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1650 m dpl dan terdapat di daerah terbuka. Penyebaran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan di Lokasi Penanaman

V. PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan di Lokasi Penanaman V. PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan di Lokasi Penanaman a. Faktor pembatas Sesuai dengan hasil survei dan wawancara, kondisi lahan penelitian awalnya merupakan lahan perkebunan yang ditanami pohon karet dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO Delfi Trisnawati 1, Dr. Imam Mahadi M.Sc 2, Dra. Sri

Lebih terperinci

tanaman pada fase perkembangan reproduktif sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan dapat menyebabkan gugurnya

tanaman pada fase perkembangan reproduktif sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan dapat menyebabkan gugurnya 55 5 DISKUSI UMUM Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang menghambat aktivitas fotosintesis dan translokasi fotosintat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA). Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini terlihat dari areal pertanaman cabai yang menempati areal terluas diantara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia pada saat ini sedang menghadapi beberapa masalah dalam menjaga ketahanan pangan untuk masa yang akan datang. Seperti negara-negara lain di dunia, Indonesia sedang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

KARAKTER ROOT RE-GROWTH SEBAGAI PARAMETER TOLERANSI CEKAMAN ALUMINIUM PADA TANAMAN PADI. (Root Re-Growth as an Aluminum Tolerance Parameter in Rice)

KARAKTER ROOT RE-GROWTH SEBAGAI PARAMETER TOLERANSI CEKAMAN ALUMINIUM PADA TANAMAN PADI. (Root Re-Growth as an Aluminum Tolerance Parameter in Rice) KARAKTER ROOT RE-GROWTH SEBAGAI PARAMETER TOLERANSI CEKAMAN ALUMINIUM PADA TANAMAN PADI (Root Re-Growth as an Aluminum Tolerance Parameter in Rice) Abstrak Aluminium merupakan salah satu faktor utama yang

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

STUDI PEWARISAN SIFAT TOLERANSI ALUMINIUM TANAMAN SORGUM MANIS [Sorghum bicolor (L.) Moench] ISNAINI

STUDI PEWARISAN SIFAT TOLERANSI ALUMINIUM TANAMAN SORGUM MANIS [Sorghum bicolor (L.) Moench] ISNAINI STUDI PEWARISAN SIFAT TOLERANSI ALUMINIUM TANAMAN SORGUM MANIS [Sorghum bicolor (L.) Moench] ISNAINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

KEMASAMAN TANAH. Sri Rahayu Utami

KEMASAMAN TANAH. Sri Rahayu Utami KEMASAMAN TANAH Sri Rahayu Utami PENGELOLAAN TANAH H 2 O 2 H + + O -2 ph = - log [ H + ] H + OH - H + OH - H +OH - Acid ph = 6.0 Neutral ph = 7.0 Alkaline ph = 8.0 Acidity Neutrality Alkalinity Gambut

Lebih terperinci

The Role of Mycorrhyza, Rhizobium and Hurnic Acid on The Growth and Nutrient Content of Several Legrune Cover Crop Species

The Role of Mycorrhyza, Rhizobium and Hurnic Acid on The Growth and Nutrient Content of Several Legrune Cover Crop Species Bul. Agron. (31) (3) 94-99 (2003) Peranan Mikoriza VA, Rhizobium dan Asam Humat pada Pertumbuhan dan Kadar Hara Beberapa Spesies Legurn Penatup Tanah The Role of Mycorrhyza, Rhizobium and Hurnic Acid on

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis Tanaman yang diberi kalsium menghasilkan skor getah kuning aril dan kulit buah yang lebih rendah daripada tanaman yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 71 PENDAHULUAN Latar Belakang Sorgum manis [Sorghum bicolor (L.) Moench] merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia. Hal ini ditunjukkan oleh data mengenai luas areal tanam, produksi dan kegunaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO Imam Mahadi, Sri Wulandari dan Delfi Trisnawati Program

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium 2. Terdapat genotipe-genotipe padi yang toleran terhadap salinitas melalui pengujian metode yang terpilih. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan kebutuhan makanan yang bernilai gizi tinggi. Bahan makanan yang bernilai gizi tinggi

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hama Keong. memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat tingkat mortalitas, efikasi, dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hama Keong. memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat tingkat mortalitas, efikasi, dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hama Keong Hasil sidik ragam menunjukan bahwa konsentrasi larutan garam memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian hama keong

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peningkatan produksi bahan pangan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama makanan pokok terus meningkat sejalan dengan laju pembangunan dan pertambahan

Lebih terperinci

Mekanisme Serapan Hara oleh Akar: Transport Jarak Dekat AGH 322

Mekanisme Serapan Hara oleh Akar: Transport Jarak Dekat AGH 322 Mekanisme Serapan Hara oleh Akar: Transport Jarak Dekat AGH 322 Penyerapan Hara Dalam beberapa hari, dalam media: -Volume air berkurang diabsorpsi -K, P, NO 3-, konsentrasinya menurun diabsorpsi -Na +

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

RESPON FISIOLOGI BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN BESI A M N A L

RESPON FISIOLOGI BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN BESI A M N A L RESPON FISIOLOGI BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN BESI A M N A L SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops Nasih widya yuwono Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops element s kg/ha (soils) mg/kg (crops) soil/crop ratio Fe 56.000 2,0 28.000 Mn 2.200 0,5 4.400 Zn 110 0,3 366 Cu

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

BAB. III. PENGARUH KONSENTRASI BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN BESI DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI

BAB. III. PENGARUH KONSENTRASI BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN BESI DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI BAB. III. PENGARUH KONSENTRASI BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN BESI DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI Abstrak Keracunan besi pada padi merupakan kendala utama dalam produksi padi yang dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

FISIOLOGI ADAPTASI SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) TERHADAP TOKSISITAS ALUMINIUM DAN DEFISIENSI FOSFOR DI TANAH MASAM KARLIN AGUSTINA

FISIOLOGI ADAPTASI SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) TERHADAP TOKSISITAS ALUMINIUM DAN DEFISIENSI FOSFOR DI TANAH MASAM KARLIN AGUSTINA FISIOLOGI ADAPTASI SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) TERHADAP TOKSISITAS ALUMINIUM DAN DEFISIENSI FOSFOR DI TANAH MASAM KARLIN AGUSTINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x 144 PEMBAHASAN UMUM Penelitian introgresi segmen Pup1 ke dalam tetua Situ Bagendit dan Batur ini memiliki keunikan tersendiri. Kasalath dan NIL-C443 yang sebagai tetua sumber segmen Pup1 memiliki karakteristik

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Pengaruh media terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran pada sebelas aksesi jarak pagar

HASIL. Tabel 2 Pengaruh media terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran pada sebelas aksesi jarak pagar 3 HASIL Respon pertumbuhan tanaman terhadap Media berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot kering akar, panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, diameter akar primer tunggang,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitan Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitan Bahan dan Alat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitan Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan UPTD Lahan Kering, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Tenjo, Kabupaten Bogor. Pengujian laboratorium dan rumah kaca dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4,

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4, 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Magnetit Pembentukan magnetit diawali dengan reaksi reduksi oleh natrium sitrat terhadap FeCl 3 (Gambar 1). Ketika FeCl 3 ditambahkan air dan urea, larutan berwarna jingga.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe 23 hasil rimpang ini selain karena keterbatasan suplai air dari media, juga karena tanaman mulai memasuki akhir fase pertumbuhan vegetatif. Ketersediaan air dalam media mempengaruhi perkembangan luas daun

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PENAPISAN GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TOLERAN ALUMINIUM BERDASARKAN PERBEDAAN PANJANG AKAR PADA FASE VEGETATIF

PENAPISAN GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TOLERAN ALUMINIUM BERDASARKAN PERBEDAAN PANJANG AKAR PADA FASE VEGETATIF PENAPISAN GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TOLERAN ALUMINIUM BERDASARKAN PERBEDAAN PANJANG AKAR PADA FASE VEGETATIF Abstrak Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat kejenuhan Al untuk penapisan genotipe

Lebih terperinci