KERANGKA PEMIKIRAN. Pembangunan Masyarakat Desa. Pengertian pembangunan masyarakat desa sebagai suatu proses di mana anggota-anggota

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA PEMIKIRAN. Pembangunan Masyarakat Desa. Pengertian pembangunan masyarakat desa sebagai suatu proses di mana anggota-anggota"

Transkripsi

1 KERANGKA PEMIKIRAN Pembangunan Masyarakat Desa Pengertian pembangunan masyarakat desa sebagai suatu proses di mana anggota-anggota masyarakat desa, pertama-tama mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama, untuk memenuhi keinginan mereka (Batten dalam S jadi, 1979), telah memberi arah yang jelas. Pengertian ini bermakna, pembangunan desa: (I) merupakan aktivitas yang sengaja dilakukan, (2) hams ada kegiatan bersama, (3) lebih menekankan swadaya dan meningkatkan kemampuan masyarakat, (4) meliputi semua aspek kehidupan, dan (5) bertujuan meningkatkan taraf hidup. Makna terpenting dalam pembangunan masyarakat desa bukan hanya sekedar membantu masymakat mengatasi masalah, tetapi juga perlu memandirikan mereka melalui upaya-upaya pemberdayaan. Pendekatan pembangunan desa, menunjukkan kontinum yang di satu titik terlet& "pembangunan dari atas" (top down) dan pada titik lain "pembangunan dari bawah" (bottom up). Dalam kerangka pemikiran berikut, konsep yang digunakan cenderung ke pendekatan bottom up, dan dalarn pelaksanaannya dilakukan secara berencana. (plunned development). Penyusunan rencana pembangunan lebih banyak dilakukan oleh warga desa bersama pemimpin, pihak luar hanya ikut membantu. Rencana yang disusun berisi upaya-upaya dalam memenuhi kebutuhan sesuai aspirasi warga. Pendekatan pembangunan desa seperti ini dimaksudkan antara lain agar masyarakat sendii yang mengelola dan mengorganisasikan sumber-sumber yang dimilikinya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemandirian (seljhelp) mereka. Strategi ini mempunyai asumsi bahwa tiap orang mengetahui kebutuhan dan kekurangan-

2 kekurangannya, serta tahu cara berbuat demi pemenuhan kebutuhan dan mengatasi kekurangan tersebut. Pengamatan empiris menunjukkan bahwa mereka sering belum mampu melaksanakan apa yang seharusnya mereka lakukan. Fenomena menunjukkan bahwa masyarakat belum siap untuk berperan-aktif dalam merumuskan masalah dan menentukan cara pensolusiannya. Dalam hubungan ini kelihatan betapa pentingnya peranan penyuluhan yang ditujukan kepada pemimpin dalam rangka meningkatkan kemampuan mereka menjalankan kepemimpinan untuk mendorong pengikut beraktivitas. 47 Penyuluhan dan Pembangunan Masyarakat Salah satu makna yang terdapat pada konsep pembangunan masyarakat desa bahwa kegiatan pembangunan bermaksud membantu masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalah mereka. Apabila kondisi seperti ini telah tercapai, rnaka peluang warga untuk meningkatkan taraf hidup menjadi lebih besar. Makna yang jauh lebih penting dan selalu mendapat penekanan dalarn konsep pembangunan masyarakat desa adalah perlunya membina kemandirian, sehingga pada tahaptahap pembangunan selanjutnya segala permasalahan yang ada di sekitar mereka dapat diselesaikan dan diatasi oleh mereka sendiri (Khairuddin, 1992). Sering dijurnpai bahwa masyarakat desa cenderung sukar mengubah kebiasaan, pola pikir, perbuatan dan sikap mentalnya sehingga menghambat terjadinya pembahan perilaku. Hambatan ini kemudian berakibat pada sukarnya terbentuk kemampuan serta keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan. Secara internal manusia cenderung mempertahankan pola perilaku yang telah dimiliki, cen-

3 derung mempertahankan kebiasaan-kebiasaan, dan akan mempertahankan adat-istiadat (Slamet dalam Vitayala, Tjitropranoto dan Ruwiyanto, ed., 1992). Selain perlu perubahan perilaku warga (faktor intern individual) yang menunjang pelaksanaan pembangunan, juga terdapat faktor lain yang dapat menambah atau memperbesar semangat mereka melakukan pembangunan. Faktor tersebut adalah kesadaran warga bahwa pembangunan yang dilakukan akan membawa manfaat bagi mereka. Kesadaran seperti ini secara psikologis menimbulkan tanggung jawab untuk ikut serta melaksanakan dan memelihara hasil pembangunan. Kesadaran warga akan adanya manfaat pembangunan, juga dapat menimbulkan tekad untuk maju dan membangun. Untuk mewwujudkan tekad seperrti ini dibutuhkan dua unsur, yakni: (1) suatu bayangan hari depan, dan (2) kemampuan mereka mengorganisasikan diri guna keperluan pembangunan (Soedjatmoko, 1983). Bayangan masa depan hams dilandasi optimisme dan ha1 itu hanya munglun jika para pemimpin juga mempunyai optimisme yang besar. Pada pihak lain kemampuan mengorganisasikan diri banyak tergantung pada pemimpin masyarakat, termasuk pemimpin informal. Secara konseptual perubahan perilaku seseorang dapat terjadi antara lain dengan memanipulasi lingkungan sekitarnya (fisik maupun sosial) sedemikian rupa sehingga: (1) menimbulkan rasa ingin tahu, dan (2) menjadi sumber informasi atau pengetahuan. Dengan perkataan lain upaya memanipulasi lingkungan dapat menjadi sumber belajar bagi warga desa. Cara belajar seperti ini dilakukan dalam penyuluhan dan karenanya darpat mengubah perilaku khalayak sasaran. Penyuluhan yang bejalan sesuai dengan prinsip-prinsip belajar orang dewasa, mempunyai kontribusi dalam meningkatkan kemampuan warga. Pada saat bersamaan, selain penyuluh berupaya mengubah perilaku warga sehingga menunjang ter- 48

4 capainya peningkatan pendapatan- mereka (aspek ekonomi), penyuluhan juga mendorong peningkatan peranserta yang intensif dari warga desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pembangunan (Swanson, 1984). Upaya meningkatkan peranserta masyarakat dalam tahapan pembangunan telah menyentuh segi rekayasa sosial sebagai salah satu tujuan pembangunan. Satu syarat agar masyarakat mampu berperanserta, mereka harus berupaya memperkuat institusi atau kelompokkelompok di pedesaan. Selain itu, partisipasi warga perlu dilandasi oleh kepercayaan diri serta munculnya inisiatip lokal yang terutama diprakarsai oleh pemimpin informal yang berada di daerah tersebut. 49 Peranan Pemimpin Informal Dalam Menggerakkan Partisipasi Kedekatan pemimpin informal dengan pengikut menyebabkan mereka dapat memberi pengaruh. Pengaruh dari pemimpin ini sering sangat hat dan positip, se- hingga peranan sosialnya di masyarakat sangat besar (Stoner, 1986). Menampilkan sejumlah peranan bagi pemimpin informal, dan yang sesuai dengan harapan pengikut, tidaklah mudah. Para pemimpin hams memiliki sejumlah kualifikasi. Seorang pe- mimpin mampu menjalankan peranan, apabila dia memiliki kemampuan tertentu, ba- ik untuk keperluan mengidentifikasi peranan, maupun dalam menetapkan strategi me- ngubah sikap, pandangan clan pemahaman pengikut. Pemimpin informal yang demi- kian akan mudah mengajak pengikut melakukan pembaharuan yang membawa ke perbaikan hidup. Penelitian ini mencoba mengamati peranan pemimpin di desa, khususnya da-. lam menggerakkan partisipasi warga agar melaksanakan berbagai pembaharuan yang

5 50 pada gilirannya mampu meningkatkan pendapatan mereka. Jika dihubungkan dengan kepemimpinan di pedesaan, khususnya apabila dikaitkan dengan pelaksanaan pem- baharuan, pemimpin informal adalah orang-orang yang mempunyai otoritas tertentu, sehingga mereka mampu mempengaruhi pengikut. Melalui pembinaan interaksi yang intensic pemimpin informal dapat membangkitkan minat dan kemauan pengikut un- tuk melaksanakan apa yang dianjurkannya. Pemimpin informal menampilkan berbagai peranan dalam menyadarkan pe- ngikut tentang perlunya mengadakan pembaharuan sebagai satu aspek pembangun- an. Dengan demikian upaya untuk mengetahui dan mengukur derajat penampilan pe- ranan pemimpin informal, sama dengan mengukur partisipasi warga dalam melaku- kan pembangunan. Pengukuran ini lebih mudah dilakukan apabila diketahui motor penggerak yang mendorong warga untuk berpartisipasi. Sumber daya pendorong dapat dikategorikan ke dalam dua bagian, yakni (I) dari dalam diri warga desa, dan (2) dari luar, khususnya pemimpin dan kelompok lain yang telah mencapai kemajuan secara umum. Pemimpin informal dapat menjadi mo- tor penggerak apabila ia mempunyai kemampuan untuk itu. Kemampuan itu dapat di- peroleh melalui cara-cara: (1) rnendekatkan diri kepada penyuluh dalam arti pihak pe- nyuluh bempaya meningkatkan serta mengembangkan kepemimpinan pedesaan (Ro- gers, 1983), (2) pemberian dorongan dan bimbingan dari pejabat (suprastsuktur) ke- pada pemimpin, dan (3) mempergunakan informasi yang bersumber dari media massa dan karenanya mereka harus mengakses ke berbagai sumber informasi tersebut. Sejumlah sumber belajar yang dikemukakan di atas yang memunglunkan pe- mimpin informal memiliki kemampuan kepemimpinan, juga dapat meningkatkan pe- mahaman mereka tentang ide-ide pembaharuan dan implementasinya. Pemimpin in-

6 51 formal melahi cara-cara tersebut akan memiliki perilaku inovatip dan yang kemudian menjadi dasar baginya untuk mengajak pengikut berpartsipasi mengadopsi berbagai pembaharuan (inovasi). Melalui pemanfaatan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, pernimpin dapat menampilkan berbagai peranan, yang sifatnya selain meng- gandrungi upaya-upaya pembaharuan, juga dapat menggerakkan pengikutnya berpar- tisipasi dalam pembaharuan tersebut (Muhadjir, 1983). Selain melalui informasi yang bersumber dari media cetak atau elektronik, pe- mimpin informal juga dapat memperoleh pengetahuan atau pengaruh dari luar, seperti penyuluh, suprastruktur, petugas sosial, warga dari desa lain dan sebagainya. Dengan demikian kemampuan pemimpin dapat meningkat dalam menjalankan peranannya. Selain itu beberapa ciri atau karakteristik pribadi pemimpin informal, berpengaruh terhadap penampilan peranan mereka. Karakteristik pribadi tersebut tidak hanya mencakup usia dan pendidikan, akan tetapi juga lamanya ia menjadi pemimpin atau masa kepemimpinannya, kekosmopolitan, optimisme dan tingkat empati pemimpin terhadap pengikut dan warga desa. Seorang pemimpin hams mempunyai empati yang kuat terhadap pengikut. Rasa empati ini kemudian mendorong pemimpin menam- pilkan berbagai peranan yang bexorientasi pada upaya membantu pengikut melakukan pembaharuan yang dapat menunjang perbailcan hidup. Umur atau usia sebagai karakteristik pribadi bermakna bahwa makin tua umur pernimpin informal, makin bertambah pula kemampuan berpikirnya sehingga kebi- jakan-kebijakahnya semakin mantap. Melalui kebijakan seperti ini, keputusan-kepu- tusan atau konsep pernecahan masalah yang dikemukakan, lebih mudah dipahami dan diterima pengikut. Pemimpin yang demikian akan dihormati oleh pengikut; dengan kata lain pemimpin seperti ini akan berwibawa di mata pengikutnya.

7 Pendidikan sebagai karakteristik pribadi akan menjadi faktor penunjang dalam mengefektivkan penampilan peranan pemimpin informal dalam arti makin tinggi pendidikan seseorang, makin mampu ia berpikir secara rasional. Pertimbangan-pertimbangan yang diberikan, keputusan-keputusan yang diambil dalam berbagai hal, relatip lebih sesuai dengan kebenaran, dalam arti pertimbangan serta keputusannya cenderung tepat. Pemimpin harus sering memberi pertimbangan dan mengambil keputusan secara tepat. Pertimbangan dan keputusan seperti ini hams dapat memberi dampak positip bagi kelompokf'komunitasnya. Pemimpin yang berpendidikan dapat mempertimbangkan dan memutuskan apakah suatu pembaharuan layak atau tidak untuk diadopsi. Kemudian ia dapat menginformasikannya kepada warga dan bahkan memotivasi mereka agar melakukan pembaharuan. Pendidikan dapat berpengaruh terhadap kemampuan elit memaharni masalah-rnasalah pembangunan (Schoorl, 1980). Pengalaman atau masa kepemimpinan berpengaruh terhadap kemampuan pemimpin informal dalam menentukan tepat tidaknya suatu peranan untuk ditampilkan. Pengalaman pada masa-masa sebelumnya merupakan pelajaran berharga bagi pemimpin untuk memilih peranan yang lebih tepat dan sesuai. Pengalaman yang cukup lama sekaligus dapat menuntun pernimpin dalam menentukan bagaimana cara menarnpilkan peranan tersebut, sehingga memberi efek positip bagi pengikut. Kepemimpinan yang cukup lama membuat pemimpin informal mampu menemukan masalah-masaiah yang dihadapi desa serta warganya. Pengalaman elit dapat membantu mereka dalam mengidentifikasi dan memahami masalah-masalah pedesaan dan kemudian diteruskan kepada pengikut (Schoorl, 1980). Kekosmopolitan seorang pemimpin dapat membantu dalam memperoleh informasi di saat-saat awal suatu inovasi diperkenalkan (Rogers, 1983). Pribadi pemim- 52

8 pin informal yang selalu berorientasi kekotaan, membuatnya selalu mencari informasi yang berasal dari kota. Pada gilirannya cara berpikir dan berbuatnya akan bersifat ke kotaan yang sering diartikan sebagai cara berpikir dan berbuat yang modern. Sejumlah perilaku manusia modern akan muncul dari mereka. Cara berpikir dan berbuat yang berciri kekotaan mendorong seorang pemimpin banyak menyerap informasi, termasuk informasi tentang pembangunan. Informasi ini diteruskan ke pengikut dengan maksud memotivasi pengikut untuk mengadopsi suatu inovasi. Optimisme sebagai ciri pribadi pemimpin informal dapat memicu yang bersangkutan untuk mendorong pengikut melakukan pembaharuan yang berorientasi pembangunan. Optimisme muncul berkat kemampuan pemimpin melihat masa depan yang menjanjikan; ia mempunyai visi masa depan yang lebih baik. Seorang pemimpin hams mempunyai visi ke depan dan menentang keadaan status quo (Lau dan Shani, 1992). Rasa optimis akan bertambah besar apabila pemimpin mampu melihat potensi-potensi desa yang bisa dikembangkan, tidak hanya potensi alam tetapi juga potensi manusia sebagai sumberdaya. Empati yang besar dari pemimpin terhadap pengikut dapat menjadi pendorong untuk lebih memperhatikan keadaan pengikut. Pemahamannya terhadap kondisi pengikut, baik melalui kunjungan rumah (home visit) maupun melalui pembicaraan secara informal, dapat membantu pemimpin mengetahui kebutuhan-kebutuhan pengikut. Kemudian ia dapat menetapkan peranan yang perlu ditarnpilkan untuk membantu memenuhi kebutuhan pengikut yang berarti dapat meningkatkan pendapatan atau taraf hidup pengikut. Dalam mengidentifikasi peranan pemimpin informal di pedesaan, terutarna jika dihubungkan dengan upaya menggerakkan partisipasi masyarakat, ada tiga teori 53

9 54 yang dijadikan landasan dalam membangun kerangka pikir penelitian, yaitu: (1) ber- kenaan dengan metode menggerakkan masyarakat agar melakukan perubahan, (2) ta- hapan perubahan berencana, dan (3) langkah-langkah dalam mengambil keputusan inovasi. Pemimpin perlu menggerakkan pengikut dan warga desa melalui berbagai upaya. Gerakan pengikut dan warga atau masyarakat desa harus berorientasi pada pe- rubahan yang dilakukan secara berencana. Inti dari perubahan pada hakekatnya ada- lah pembaharuan (inovasi) dalam berbagai bidang kehidupan. Perubahan yang dilakukan dan disepakati oleh para ahli adalah perubahan yang direncanakan. Beberapa tahapan yang perlu dilalui dalam perubahan berencana meliputi: (1) memunculkan kebutuhan masyarakat untuk berubah dengan jalan mem- perlihatkan jarak antara apa yang telah mereka peroleh dengan yang sebenarnya bisa dicapai, (2) membangun hubungan antara orang yang berupaya untuk mengadakan perubahan dengan warga masyarakat, (3) mendiagnosis dan menjelaskan rnasalah nyata yang dihadapi warga, (4) mencari berbagai altematip yang dapat digunakan untuk mensolusikan masalah, (5) mengubah tekad yang sebelumnya telah terbentuk menjadi perbuatan nyata ke arah pencapaian tujuan (mensolusi masalah), (6) mem- perluas dan memantapkan perubahan berupa penyempurnaan perubahan tersebut dan pelembagaannya, sehingga berguna bagi masyarakat, dan (7) memandirikan masya- rakat melalui pemutusan hubungan perubahan dengan mereka (Lippitt, Watson dan Westley, 1958; Rogers, 1983). Menjalankan perubahan dalarn suatu kelompoli, digambarkan sebagai proses yang multi langkah, meliputi: (1) menyadari kebutuhan akan perubahan, (2) mencip- takan sebuah visi yang mendorong perubahan, clan (3) melembagakan perubahan-pe- rubahan (Tichy dan Devanna dalam Locke, 1997). Pemimpin informal di desa dapat

10 berperan dalam semua tahapan ini, baik secara sendiri artinya dengan inisiatif sendiri maupun melahi kerja sama dengan agen perubahan dari luar. Mengelola suatu peru- bahan tergolong sukar, karena itu pemimpin informal perlu bekerja sama dengan ber- bagai pihak, termasuk dengan penyuluh di pedesaan. Sebagai orang yang dekat dengan pengikutnya, pemimpin informal mampu menemukan strategi buat mengajak warga untuk menyadari masalah yang dihadapi. Pemimpin informal dapat menjelaskan seberapa jauh jarak antara apa yang diharap- kan dengan apa yang telah bisa dicapai. Pemimpin perlu mengajak pengikut agar me- nyadari ada empat langkah yang hams dilalui, yaitu: (1) mengambil keputusan atau bertekad untuk melakukan sesuatu, (2) merumuskan masalah yang dihadapi secara jelas, (3) mencari solusi yang potensial, dan (4) melaksanakan satu atau lebih solusi yang potensial itu (Havelock, 1982). Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah agar pada pengikut timbul motivasi untuk berbuat. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menggerakkan masyarakat agar berbuat sesuatu dalam konteks perubahan, tidak sederhana dan juga tidak mudah diwujudkan. Para pemimpin perlu menyadarkan warga tentang perlunya perubahan dan - kemudian mendorong mereka agar mau melakukan perubahan tersebut. Metode m- masyarakat agar melakukan perubahan adalah melalui proses atau ta- bapan: (1) inisiasi, yakni ditandai dengan munculnya orang dengan ide atau praktek baru (bisa saja pemimpin informal) yang dirasakan masyarakat lebih berguna, (2) legitimasi, yakm, upaya mendapatkan pengesahan tentang ide perubahan tersebut dari snulctur kckuassatl yaitu orang-orang yang berpengaruh dan berkuasa (bisa pemimpin informal) ddam rnenentukan ditolak atau diterimanya sesuatu ide, (3) difbsi, yakni penyeb8tluasa.n idaide pernbahaman kepsda masyarakat, (4) organisasi dan perenca- 55

11 naan, yakni upaya, mengorganisasikan orang-orang untuk mengalokasikan sumberda- ya dan menyusun rencana pelaksanaan, serta (5) aksi atau bergerak yakni tahapan pelaksanaan apa yang telah direncanakan sebelumnya yakni melakukan perubahan (Maunder, 1972; Slamet, et. al. 1986). Para pemimpin dapat berperan dalam mene- rapkan metode menggerakkan masyarakat seperti ini, sehingga te rjadi perubahan ke arah yang diharapkan. Perubahan dapat terjadi melalui upaya pembaharuan atau inovasi. Pemimpin informal dapat berperan mendorong dan mengajak pengikut untuk melakukan pemba- haruan. Peranan pemimpin adalah membantu pengikut agar dapat lebih cepat meng- ambil keputusan untuk mengadopsi inovasi. ~emimph terlebih dahulu harus sudah mengadopsi inovasi tersebut. Pemimpin yang sudah mengadopsi suatu inovasi dapat memberi informasi kepada pengikut, sehingga mereka mempunyai pengetahuan (ta- hap knowledge) tentang inovasi tersebut (lihat Gambar 3 hal. 34) Demikian juga ber- kat pemberian informasi dan motivasi oleh pemimpin, langkah kedua yakni persuasi (persuasion) dapat dicapai secara lebih cepat. Pemberian informasi, motivasi dan pe- ngarahan dalam implementasi suatu inovasi, dapat mempercepat te rjadinya pengam- bilan keputusan (decision) untuk mengadopsi inovasi oleh pengikut. Berdasarkan uraian di atas dan sesuai dengan keadaan pedesaan, beberapa pe- ranan pemimpin yang juga dapat disebut sebagai peranan pembangunan karena dapat mendorong pengikut untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan desa serta menjadi pusat perhatian utarna dalam penelitian ini, secara berturut-turut adalah: 1. Menvadarkan ~eneikut akan masalah. Peranan pertama yang periu ditampil- kan pemimpin informal adalah mengupayakan agar warga desa sebagai pengikut sadar akan masalah yang mereka hadapi secara bersama. Sebagai tindakan awal, 56

12 57 seorang pemimpin perlu menarik'perhatian pengikut terhadap kebutuhan-kebutuh- an yang secara nyata dirasakan. Seorang pemimpin yang dekat dengan pengikut, dapat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah melalui pengamatan dari hari ke hari. Pemimpin perlu berkunjung ke dusun-dusun (hta) di lingkungan desa. Ba- han-bahan yang dikumpulkan, baik melalui pengamatannya sendiri, dari keterang- an atau laporan pengikut, maupun dari sumber lain dapat dijadikan pemimpin se- bagai dasar mengidentifikasi masalah. Beberapa masalah perlu dipelajari atau di- bicarakan bersama pengikut untuk menetapkan prioritas pensolusiannya. Menemu kan dan merumuskan masalah secara nyata, merupakan langkah awal yang perlu dilalcukan oleh berbagai pihak yang berrnaksud menggerakkan partisipasi masya- rakat rnelakukan perubahan (Maunder, 1972; Slamet, 1986). 2. Memberi informasi. Pemberian informasi kepada pengikut merupakan peranan kedua yang perlu ditarnpilkan pemimpin informal. Warga desa sebagai pengdcut perlu diberi berbagai informasi, seperti kondisi desa, perbandingan antara keadaan desanya dengan desa di tempat lain, tentang inovasi dan sebagainya. Pemimpin merupakan pusat dari sistem komunikasi, karena kepadanya informasi memusat dm dari padanya akan menyebar ke pengikut (Nasution, 1990). Pemimpin infor- mal perlu menganjurkan agar informasi disebarkan kepada dan oleh ksama pengi lcut. Ahli kepemimpinan mengemukakan bahwa memberikan informasi merupa- kan satu h gsi dan peranan penting dari seorang pemimpin (Lau dan Shani, 1992 Mintzberg, 1973; Wofford, Gerloff dan Cumrnins, 1977). Sebelum seorang pemimpin informal mampu memberi informasi kepada pengikut, ia sendiri terlebih dahulu hams memiliki informasi yang banyak tentang berbagai hal. Untuk itu ia harus aktip mencari informasi dari berbagai sumber,

13 baik dari orang, media cetak maupun media elektronik. Pemimpin informal sebagai gatekeeper akan mencari informasi yang telah disaring, sebelum diserapnya sendiri. Seorang gatekeeper memegang posisi kunci yang strategis dalam suatu komunitas, dalam arti dia menentukan apakah informasi, ide serta praktek baru dapat masuk ke desanya atau tidak (Havelock, 1982). Karenanya ia akan menyeleksi dan menyaring informasi atau ide baru yang masuk ke desa. Dasar penyaringan yang dipergunakan biasanya berhubungan erat dengan keselamatan komunitasnya, nilai, norma dan kesesuaian informasi tersebut dengan kebutuhan masyarakat. Strategi dan cara pemimpin informal menyampaikan informasi kepada pengikut, akan menentukan berhasil tidaknya suatu informasi diterima dan diserap oleh pengikut. Melalui informasi yang diberikan pemimpin, para pengikut dapat didorong untuk lebih memperhatikan keadaannya dan kemudian mampu mengidentifikasi masalah yang mereka hadapi. Berkat bimbingan dan tuntunan pemimpin, para pengikut juga mampu memberi pendapat tentang masalah yang mereka hadapi. Warga desa yang telah mengetahui suatu informasi atau masalah, perlu didorong oleh pemimpin agar menyampaikan atau menyebarluaskannya kepada keluarga, tetangga, dan warga desa lain. Dengan dernikian penampilan peranan pemimpin informal dalam bentuk pemberian informasi tidak hanya terbatas pada penyampaian informasi kepada warga, akan tetapi perlu tindak lanjut berupa upaya menimbulkan kesediaan warga yang telah diberi informasi untuk menyebarkannya di kalangan sesama warga. Menjadi kebiasaan di pedesaan, setelah seseorang me - ngetahui sesuatu yang baru, setibanya di rumah, ia akan mengkomunikasikannya 58

14 kepada anggota keluarganya. Mungkin pula keesokan harinya para anggota keluarga mengkomunkasikannya kepada orang lain dalam bentuk obrolan di warung, sawah, gardu ronda (Effendy, 1990). 3. Memotivasi aen~ikut. Peranan pemimpin informal yang ketiga adalah memberi motivasi kepada pengikut dengan maksud mempengaruhi jiwa mereka, sehingga pemimpin lebih mudah mengarahkan clan mengajak pengikut untuk melakukan apa yang dipandang tepat oleh pemimpin. Pemimpin informal sebagai motivator harus "memasuki" tidak hanya kawasan persepsi dan sikap pengikut, akan tetapi juga harus dapat memasuki kawasan psikomotor yang berhubungan erat dengan aktivitas pengikut. Pemimpin dapat mempengaruhi dan mendorong pengikut agar melakukan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pembaharuan sehingga dapat meningkatkan kehidupan pengikut. Pemimpin informal sebagai pemimpin pendapat (opinion ledr) dapat menjadi tempat pengikut menanyakan sesuatu tentang pembaharuan yang berwujud pembangunan. Apabila seorang pemimpin menganjurkan dan mendorong warga untuk melakukan sesuatu, maka mereka akan mengikutinya. Dihubungkan dengan proses adopsi inovasi menurut Rogers (1983), perbuatan memotivasi diarahkan untuk menggugah pengikut agar mengambil keputusan mengadopsi inovasi. Banyak ahli mengakui bahwa memotivasi pengikut termasuk salah satu hngsi dari pemimpin (Robinson, 1974; Hicks dan Goullet, 1975 dm Koontz, 1980). Jika melalui pemberian informasi dan persuasi telah terjadi perubahan perilaku, maka ini berarti bahwa pengikut telah memikirkan cara untuk berubah dari keadaan sekarang. Ia berpikir dan memutuskan apa yang perlu dilakukan, apakah mengadopsi inovasi yang dibawa dari luar, atau menentukan sendiri apa yang per- 59

15 lu dilakukan bersama-sama dengan warga yang lain sehingga pada akhirnya me- reka mampu beraktivitas meningkatkan pendapatannya. Dalam memotivasi pengikut, pernimpin dapat membantu warga melakukan percobaan dalam skala kecil. Peranan pemimpin adalah mendorong munculnya ke- putusan pengikut untuk mengadopsi inovasi secara penuh. Selain itu pemimpin perlu membayangkan dan menjelaskan: (1) hasil yang mungkin dicapai, (2) man- faat pencapaian hasil, (3) kemampuan dalam mernpraktekkan, dan (4) kekuatan atau penunjang serta tersedianya fasilitas yang mungkm dimanfaatkan. 4. Men~arahkan kwiatan. Jika melalui pemberian motivasi, ternyata pengkut te lah menerapkan suatu inovasi dalam arti sudah ada kegiatan nyata seperti melaku- kan suatu pembaharuan, selanjutnya seorang pemimpin perlu mengarahkan kegiat an pengikut, sehingga pelaksanaan aktivitas yang mengacu ke pembaharuan ber- jalan sesuai dengan yang seharusnya. Peranan pemimpin dalam mengarahkan pe- ngikut untuk meningkatkan keefektivan kegiatan kelompok sangat penting (Hicks dan Goulllet, 1975; Fisher &Imn Syarnsu, Yusril dan Suwarto, 1991; Lau dan Sha ni, 1992, serta Nawawi dan Hadari, 1993). Pemberian pengarahan dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan tidak me- nyimpang dari rencana atau prosedur yang telah dibuat sebelumnya. Pembuatan rencana, terutama yang menyangkut pembangunan desa, dilalrukan di bawah ko- ordinasi pemimpin, tennasuk pemimpin informal. Dalam memberi pengarahan, para pemimpin mengajak dan mengingatkan pengikut agar melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, di tempat yang telah ditentukan serta dengan intensitas pelaksanaan yang sesuai. 60

16 Sasaran utama pengarahan adalah memajukan atau meningkatkan cara me- Iaksanakan kegiatan secara benar, sehingga diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Pemberian pengarahan dapat berhasil karena pemimpin merupakan orang tempat bertanya dari pengikut (warga desa), dia menjadi orang yang dipercaya oleh pengikut. Pada saat memberi pengarahan, pemimpin bisa bekerja sama atau meminta bantuan penyuluh. Pemimpin dapat meminta materi pengarahan kepada penyuluh untuk kemudian disampaikan kepada pengikut. Apabila pengikut telah memahami materi pengarahan, mereka juga dapat menyebarkannya kepada sesama pengikut atau warga desa yang lain. Dengan demikian melalui pengarahan, partisipasi pengikut dalam menyebarluaskan informasi dan berbagai kegiatan pembangunan dapat ditingkatkan. 5. Membina Keria Sama. Seorang pemimpin di desa juga perlu membina kerja sama, baik antara dirinya dengan pengikut, maupun di antara sesama pengikut. Sejak suatu program direncanakan, para pemimpin perlu mulai mendorong dan mengkoordinasikan terbentuknya kerja sama di antara sesama warga. Kerja sama yang lebih penting terjadi pada saat melaksanakan pembangnunan desa. Kerja sama secara umum memang telah merupakan ciri khas dari kehidupan sehari-hari di desa, seperti gotong-royong, arisan, saling membantu di saat musim tanandpanen, pada waktu terjadi musibah dan bahkan pada saat diadakan pesta adat. Ketika melaksanakan pembaharuan, jika terjadi saling memberi atau meminjamkan alat, modal usaha, penjelasan tentang implementasi suatu inovasi dan sebagainya, dapat digolongkan sebagai bentuk kerja sama. Melalui bentuk kerja sama seperti ini, berarti warga desa telah ikut berpartisipasi dalam pembangunan, dalam arti dia telah memberi andil berupa pemberian bantuan kepada sesarna. 61

17 Kerja sama yang dapat diciptakan pemimpin mampu meningkatkan kekompakan di antara sesama warga dan ini akan memberi pengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan desa. Pemimpin berperan sebagai pengawas hubungan antara anggota kelompok agar tidak terjadi perselisihan (Sunindhia Widiyanti, 1988). Jika seandainya telah te rjadi konflik, maka pemimpin hams dapat menyelesaikannya melalui pembinaan kerja sama. Ekses ketidakadilan dalam membagi tugas dan sejenisnya dapat dihindarkan melalui pembinaan kerja sama. 6. Memberi Ganiaran/Sanksi. Penarnpilan peranan pernimpin, mulai dari menyadarkan pengikut akan masalah, memberi informasi, memberi motivasi sampai pada memberi pengarahan, dapat menyadarkan pengikut tentang pentingnya upaya melakukan perubahan. Pengikut perlu didorong supaya melakukan berbagai kegiatan yang menunjang terjadinya perubahan yang mengacu pada peningkatan atau perbaikan usaha. Dalam melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada pembangunan, sebagian warga dapat melakukannya dengan baik, dalam arti cara menerapkannya sudah benar serta telah terdapat kerja sarna yang baik. Sebaliknya sebagian warga mungkin membuat kesalahan atau kekeliruan. Kesalahan yang terjadi bisa saja diakibatkan oleh kekurangmampuan, ada unsur kelalaian atau kesengajaan, sehingga mereka perlu mendapat perhatian pemimpin. Jika ada pengikut atau warga yang selalu melakukan kegiatan (pembangunan) secara baik dalam arti sesuai dengan arahan pemimpin, rnaka wajar bila ia mendapat ganjaran. Sebaliknya kalau ada warga yang selalu membuat kesalahan atau melanggar norma serta aturan yang telah disepakati dan kesalahan itu dilakukan secara sadar, maka warga yang bersangkutan patut mendapat sanksi sesuai 62

18 dengan kesalahan atau pelanggaran yang dilakukannya. Sanksi diberikan setelah terlebih dahulu diberi peringatan atau teguran. Selain melestarikan pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan, pemberian ganjaran juga diperlukan agar semua ketentuan dan instruksi yang di- berikan pemimpin dapat berjalan dan terpelihara. Pemberian ganjaradsanksi da- pat membuat warga sadar dan mematuhi disiplin yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Pemberian ganjaran akan mendorong warga beke rja sebagaimana mestinya dan pada gilirannya suatu ganjaran yang diperoleh dapat memberi kepuasan kepada yang bersangkutan. Ganjaran yang diberikan juga berguna dalam membina warga, dalam arti norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat dapat terpelihara. Memberi sanksi termasuk satu peranan penting dari seorang pemimpin yang sedang menjalankan kepemimpinan (Sunindhia dan Widiyanti, 1988; Gibson, Ivancevich dan Donnel- ly, 1987; serta Faisal, 198 1). 7. Penghubun~ antar-sistem. Selain program pembangunan yang berasal dari "atas" desa, masyarakat juga berinisiatip menyusun rencana atau program pem- bangunan desa. Pemimpin informal harusa aktif menghimpun opini warga sebagai masukan dalam menyusun program. Caranya adalah dengan mengadakan perte- muan resmi (rapat) atau tidak resmi dengan pengikut. Dalam pertemuan yang lebih bersifat diskusi, &pat dijaring masalah-masalah desa untuk kemudian dicari solusinya melalui pembangunan. Hasil diskusi dirumuskan secara tertulis untuk diteruskan ke "atas desa" (pemerintah atau pihak lain). Pada saat meneruskan opini dan program dari "bawah", pemimpin informal perlu ikut ambil bagian. Pengamatan empiris menunjukkan bahwa selama ini pe- 63

19 mimpin formal mengambil alih tugas penyarnpaian usul program pembangunan desa ke atas, khususnya dalam kedudukannya sebagai ketua LKMD. Di samping program pembangunan yang perlu dikomunikasikan ke atas, masyarakat juga sering memerlukan hubungan ke luar, khususnya dengan instansi atau lembaga yang mempunyai kaitan tugas dengan pembangunan desa. Banyak keperluan dan urusan warga masyarakat desa, baik keperluan pribadi (individual) maupun kelompok, memerlukan penyelesaian ke luar, khususnya dengan instansi pemerintah di "atas" desa. Selain lokasi tempat kantor instansi yang bersangkutan jauh dari desa, kendala lain yang menyebabkan warga desa kurang bersedia menemui pejabat adalah karena hambatan psikologis, dalam arti mereka merasa rendah atau kurang berani berhadapan dengan pejabat. Karena itu baik untuk kepentingan masyarakat, maupun untuk membantu warga desa yang berkepentingan, pemimpin informal sering tampil mewakili individu atau kelompok ketika berhubungan dengan pihak luar. Salah satu kngsi dan peranan dari pemimpin dari suatu komunitas adalah sebagai wakil dari komunitas atau kelompoknya ketika berhubungan ke luar (Sunindhia dan Widiyanti, 1988; Karjadi, 1983 dan Hicks dan Goullet, 1975). Peranan yang telah dikemukakan, yang dapat disebut sebagai peranan pembangunan, baik secara keseluruhan maupun secara satu persatu, perlu ditampilkan pemimpin informal untuk mendorong pengikut agar mau dan mampu berpartisipasi dalam pembangunan dew. Pada pihak lain, pengikut atau warga desa bisa mengambii prakarsa untuk melakukan interaksi dengan pernimpin. Pemimpin informal mempunyai kemampuan serta kelebihan-kelebihan tertentu, seperti dalam kebijakan berpikir, wawasan, kemampuan ekonomi, yang semuanya menjadi faktor penunjang ketika 64

20 mereka hams menampilkan peranan pembangunan. Melalui penampilan peranan pemimpin seperti ini, partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat meningkat. Perlu diingat bahwa pengikut juga dapat memperoleh pengaruh atau ajakan dari pihak-pihak lain, yang mampu menggerakkan mereka untuk melakukan kegiatan pembangunan desa. Partisipasi Masyarakat Desa Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang dalam suatu aktivitas dan tingkat keikutsertaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebagian dari faktor ini terdapat di dalam diri warga dan sebagian lagi datang dari lingkungannya. Kebanyakan faktor ini dapat dibentuk melalui interaksi antara warga dengan pemimpin, apalagi jika interaksi itu dapat berlangsung secara intensif. Penampilan berbagai peranan pemimpin dapat meningkatkan keberadaan faktor-faktor tersebut, khususnya faktor-fkktor luar. Melalui pemberian informasi serta upaya rnemotivasi yang dilakukan pemimpin, dapat terbentuk sikap positip dari pengdcut terhadap pembaharuan dan kemudian mereka tertarik untuk mengadopsinya. Pada gilirannya hal ini dapat mendorong pengikut untuk meningkatkan partisipasi dalam pembangunan. Banyak ahli yang mengemukakan jenis-jenis partisipasi diiihat dari proses yang dilalui. Jenis atau tahapan partisipasi itu meliputi: (1) menerima dan memberi informasi, (2) menyumbangkan pemikiran, (3) pengambilan keputusan atau merencanakan suatu kegiatan, (4) melaksanakan pekerjaan atau kegiatan, (5) menerima atau memanfaatkan hasil pembangunan, dan (6) partisipasi dalam menilai pembangunan (Yadov, 1980; Cohen dan Uphoe 1977; Ndraha, 1987; Madrie, 1986; Slamet, 1989).

21 Tahapan partisipasi yang secara persis dilalui oleh suatu masyarakat di wilayah tertentu, ditentukan oleh pemimpin melalui arahan dan petunjuknya. Biasanya tahap awal dari partisipasi didahului oleh keikutsertaan warga dalam memberi informasi. Pada saat pemimpin informal menampilkan peranan sebagai pemberi informasi, pengikut hams membuka diri menerima informasi tersebut. Melalui keterbukaan seperti ini, pengikut dapat memperoleh pemahaman tentang sesuatu yang disampaikan pemimpin, khususnya yang berkenaan dengan pembaharuan yang berwujud perubahan atau pembangunan. Sumber-sumber informasi lain juga dapat dipergunakan pengikut dalam membentuk persepsi tentang pembaharuan, asal saja dia bersedia menerima dan mencernanya secara sendiri atau bersama-sama dengan pemimpin. Sumber informasi seperti penyuluh, petugas dari berbagai instansi, media massa, baik media cetak maupun elektronik yang menjangkau sampai ke desa, dapat dimanfaatkan pengikut sehingga mereka dapat mengetahui berbagai masalah desa. Kesadaran ini mendorong pengikut mendiskusikannya, baik dengan pemimpin maupun dengan orang yang paling dekat dengannya yakni anggota keluarga atau tetangga. Apabila keadaan seperti ini terjadi, berarti warga yang bersangkutan telah berpartisipasi menyebarkan informasi kepada orang lain dengan siapa mereka berinteraksi. Tahap partisipasi berikut adalah menyumbangkan pemikiran, baik diminta maupun tidak. Pengikut seharusnya mampu memberi pendapat, setelah dia melewati tahap pertama, yakni menerima informasi dari berbagai sumber. Dalam pertemuan atau diskusi yang terjadi di desa, seharusnya mereka dapat berpartisipasi dalam memberi ide tentang sesuatu yang dibicarakan, termasuk tentang pembaharuan atau program-program pembangunan desa. Ide atau pendapat yang diberikan pengikut bisa 66

22 saja bersifat mendukung atau menolak ide orang lain. Untuk ini diperlukan kerelaan dan keberanian menyampaikan pikiran atau pendapat. Keberanian seperti ini sering memerlukan dukungan dari pemimpin, termasuk pemimpin informal. Partisipasi dalam mengambil keputusan atau merencanakan kegiatan, termasuk satu jenis atau tahapan partisipasi berikutnya. Partisipasi ini berhubungan dengan pengambilan keputusan, khususnya terhadap penerimaan atau penolakan suatu pembaharuan, atau program pembangunan desa, baik yang idenya dari luar maupun yang datang dari dalam komunitas itu sendiri. Untuk ini pengkut sebagai warga masyarakat dapat berdiskusi dengan keluarga, sesama warga atau pemimpin informal untuk merumuskan rencana kegiatan. Melalui rencana yang disusun, menjadi jelas jenis pembaharuan yang akan dilaksanakan serta prograrn-programnya. Merencanakan kegiatan merupakan proses menetapkan dan merumuskan tujuan, memilih alternatip serta merumuskan bagaimana strategi melakukan kegiatan tersebut. Keputusan untuk menerima suatu pembaharuan selalu bersifat individual, namun dampaknya sering menjangkau komunitas. Melalui keikutsertaan pengikut dalam pengambilan keputusan dan penyusunan rencana, baik secara individual maupun kelompok, berarti pengikut telah berpartisipasi dalam melakukan berbagai kegiatan pembangunan, termasuk mengadopsi inovasi. Apabila kondisi seperti ini telah tercapai, berarti peluang mereka untuk meningkatkan produlrtivitas semakin besar dan merupakan awal terjadinya perubahan kehidupan di desa. partisip& dalam melaksanakan kegiatan, merupakan tahap berikut dari rangkaian kegiatan partisipasi. Suatu rencana yang telah selesai disusun secara bersama, harus dilaksanakan oleh warga sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Apabila dalam suatu rencana telah dimasukkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya inovatip, ma- 67

23 ka warga hams melakukannya. Kekeliruan dalam implementasi inovasi, tidak hanya mengakibatkan tak tercapainya produksi rnaksirnum, tetapi sebaliknya dapat menurunkan produksi, bahkan menggagalkan pencapaian hasil. Pemimpin informal di pedesaan perlu menampilkan berbagai peranan dalam mengarahkan warga untuk beraktivitas. Semakin intensif pengarahan pemimpin, semakin lancar pelaksanaan kegiatan yang pada giliranmya dapat meningkatkan produksi atau pendapatan warga. Melalui pengarahan dan desakan yang diberikan, pemimpin dapat membangkitkan kesadaran pengikut tentang pentingnya saling tukar informasi dan pengalaman berusaha. Kebiasaan saling tukar informasi dan pengalaman yang tumbuh dan berkembang, dapat menunjang kelancaran implementasi suatu inovasi, dalam arti mengurangi pengaruh faktor penghambat. Apabila keadaan seperti ini terjadi, maka pada waktunya upaya pengikut meningkatkan produktivitas akan berhasil. Praktek saiing memberi dan menerima informasi serta pengalaman, dan yang kemudian berkembang menjadi ding membantu, dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi warga dalam pembangunan. Melalui saling membantu, berarti mereka telah berperan dalam mendorong warga yang lain untuk melaksanakan berbagai upaya pembaharuan. Partisipasi memanfaatkan hasil pembangunan, merupakan tahap akhir dari langkah-langkah dalam proses partisipasi. Pembangunan yang telah berjalan hampir memasuki Pelita ke tujuh telah banyak membuka kesempatan bagi masyarakat, termasuk pengikut untuk memanfaatkan berbagai hasil pembangunan. Berbagai prasarana, sarana serta lembaga-lembaga yang menyedialcan diri untuk membantu warga melakukan perubahan, semuanya merupakan hasil pembangunan terdahulu yang dapat sebesar-besarnya dimanfaatkan warga untuk memperbaiki kehidupan. Dalam bidang pertanian rnisalnya, telah dibangun berbagai sarana irigasi, baik berupa salur- 68

24 an primer maupun sekunder. Demikian juga melalui penelitian-penelitian di bidang pertanian telah ditemukan berbagai teknologi yang mampu memperbaiki dan meningkatkan cara-cara bertani yang pada gilirannya dapat meningkatkan produksi pertanian. Semua teknologi ini dapat dimanfaatkan petani dalam upaya meningkatkan hasil usahatani mereka. Hal yang sama dapat diterapkan dalam bidang-bidang yang lain yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sejak beberapa tahun belakangan, pembangunan bidang kesehatan termasuk keluarga berencana, juga sangat pesat. Warga desa dapat dan bahkan diharapkan agar memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan serta keluarga berencana semaksimal mungkin. Apabila tiap individu dapat memelihara kesehatannya antara lain dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia, maka produktivitas mereka akan meningkat. Hanya orang yang sehat jasmaninya yang dapat bekerja secara optimal dan kemudian dapat pula memperoleh hasil ke rja yang maksimal. Prasarana jalan dan jembatan yang dibangun selama beberapa dekade sehingga hubungan antara desa dengan kota menjadi lancar, dapat dimanfaatkan warga untuk berbagai keperluan. Selain sebagai sarana transportasi untuk berbagai keperluan, sarana jalan juga dapat dimanfaatkan sebagai penunjang dalam memulai atau meningkatkan usaha dagang dan sejenisnya. Kelancaran transportasi antara desa dengan kota juga dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang up to date yang datang atau dibawa orang dari kota. Di antara berbagai informasi yang beraneka ragam, tentu ada hal-ha1 yang berguna bagi masyarakat desa. Informasi semacam ini dapat dipergunakan sebagai penuntun atau masukan dalam upaya mengadakan perbaikan hidup sehari-hari. Selain itu sarana perhubungan yang memadai dapat mendorong didirikannya berbagai lem- 69

25 baga di desa, seperti bank, koperasi dan sejenisnya. Keberadaan lembaga-lembaga seperti ini dapat dimanfaatkan warga untuk mengembangkan usaha, seperti memanfaatkan bank untuk menambah modal usaha, mendirikan koperasi untuk memberi jaminan terpenuhinya persediaan barang-barang yang diperlukan dan sebagainya. Apabila warga dapat melihat semua kesempatan yang ada, khususnya dalam memanfaatkan hasil pembangunan yang telah dicapai, baik dalam bentuk implementasi suatu pembaharuan, maupun dalam melaksanakan kegiatan pembangunan lain, berarti mereka telah berpartisipasi memanfaatkan hasil pembangunan. Pemanfaatan dalam bentuk seperti ini pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan warga sehingga kehidupan yang lebih berkualitas dapat -dicapai. Dalam upaya mempergunakan kesempatan untuk memanfaatkan hasil pembangunan, baik oleh masing-masing individu maupun komunitas, peranan pemimpin informal sangat penting, baik sebagai gatekeeper maupun sebagai pendorong warga memanfaatkan hasi-hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini. 70 Hasil Pelaksanaan Pembangunan Pengikut dan warga desa yang telah ikut ambil bagian dalam semua tahapan partisipasi, berarti mereka mampu untuk ikutserta dalam mengadopsi berbagai pembaharuan dan melaksanakan kegiatan pembangunan. Bahkan bisa tejadi warga desa berinisiatip menemukan gagasan barn bagi pembangunan, sesuai dengan keperluan mereka. Keadaan ini dapat mendorong warga untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan, baik yang bermanfaat bagi individu dan keluarganya, maupun bagi masyarakat desa. Dengan dernikian pengikut dan atau warga desa bahkan dapat memperoleh hasil yang lebih banyak dan lebih baik dalam berbagai bentuk, sebagai imbalan

26 dari jerih payah yang dicurahkannya. Melalui hasil yang diperoleh, kehidupan mereka dapat berubah menuju ke keadaan yang lebih baik. Perolehan hasil akan lebih meningkat berkat adanya dukungan atau bantuan dari pihak luar, apakah dari perantau yang berasal dari desa atau daerah tersebut, dari "atas desa" atau suprastruktur, baik dalam bentuk material, fasilitas atau bentuk-bentuk lain. Bantuan yang lebih bersifat ide-ide baru serta cara menerapkannya bisa datang dari penyuluh, lembaga swadaya masyarakat atau dari sumber-sumber lain. Sering te qadi bahwa bantuan seperti ini bahkan dapat memancing kreativitas warga, sehingga mereka dapat merencanakan dan melaksanakan sendiri apa yang bermanfaat bagi pembangunan desa. Oleh karena ruang lingkup kegiatan pembangunan yang munglun dike rjakan warga, mencakup kawasan yang luas dan menjadi sasaran pengamatan dalam penelitian ini, maka hasil yang seharusnya dicapai pengikut juga meliputi peningkatan dan perbailcan dalam berbagai bidang kehidupan. Bidang-bidang tersebut antara lain meliputi: (1) perubahan kondisi fisik desa, (2) penambahan aset usaha serta perluasan usaha, khususnya di bidang pertanian, petemakan, perikanan dan perkebunan, (3) peningkatan aktivitas kemasyarakatan dan (4) aktivitas keagamaan. Perubahan atau perbaikan kondisi fisik desa dapat berwujud peningkatan kuantitas dan atau kualitas ja- Ian ke dan dari desa serta jalan-jalan di lingkungan desa, jembatan, saluran irigasi, berbagai bangunan untuk memberi pelayanan kesehatan, keluarga berencana, pendidikan, keagamaan dan sebagainya. Sebagai hasil pelaksanaan pembangunan, terbuka peluang terjadi peningkatan usaha warga dibidang pertanian, apakah dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, sarana produksi, sarana penunjang yang bersifat fisik dan lembaga-lembaga se- 71

27 perti KUD serta kelompok-kelompok tani dan sebagainya. Dengan demikian terbuka kemungkinan bagi pengikut untuk meningkatkan pendapatannya. Melalui peningkatan pendapatan, pengikut memiliki modal untuk meningkatkan usaha serta dapat mencukupi keperluan rumah tangga. Pendapatan yang meningkat juga memungkinkan terjadinya kegiatan menabung, peningkatan aktivitas kernasyarakatan, seperti memberi bantuan kepada keluarga atau orang yang memerlukan, mengunjungi perayaan atau pesta-pesta adat, kegiatan keagamaan, arisan dan sejenisnya yang dalam pelaksanaannya memerlukan biaya. Hasil pelaksanaan pembangunan juga dapat meningkatkan kemampuan warga dalam memperluas lapangan kerja di desa, sehingga berkurang jumlah penduduk yang berimigrasi, berkurangnya pengangguran atau setengah penganggwan, berkurangnya aktivitas warga yang tidak produktip, dan sejenisnya. Perolehan dan manfaat yang diterima warga dapat membuat mereka menjadi lebih kreatip dalam berpikir, baik secara individual maupun kelompok. Keadaan ini dapat mendorong mereka untuk mencoba berbagai usaha yang bary yang selama ini belwn ada di desa. Potensi yang tersedia di desa dapat mereka kembangkan, sehingga dapat memperluas lapangan kerja yang juga berarti menambah penghasilan. Para pemimpin di desa memegang perm penting dalam memberhasilkan pelaksanaan pembangunan. Apabila pemimpin berhasil mendorong warga agar menabung misalnya - karena dia sendiri telah mempeloporinya -maka warga desa akan mengikutinya sesuai dengan kedudukannya sebagai panutan. Selain sebagai panutan, pemimpin juga perlu menjelaskan manfaat dari kegiatan menabung, baik dalam konteks milcro maupun makro. Keberhasilan pemimpin meningkatkan jumlah warga yang menabung dari hari ke hari, akan menjadi indikator telah terjadi peningkatan penda- 72

28 patan warga. Jika peningkatan pendapatan pengikut terjadi berkat pengaruh pemberian motivasi dan arahan pemimpin informal- untuk melakukan pembaharuan, berarti penampilan peranan pemimpin relatip dapat meningkatkan hasil pelaksanaan pembangunan seperti yang diharapkan. Hal yang sama tentu dapat dilihat pada bidang-bidang kegiatan sehari-hari yang lain, seperti di bidang pertanian dalam arti luas, usaha kecil, dagang, kesehatan dan keluarga berencana, pendidikan, agama, keamanan, kebersihan dan lain-lain. Berkat dorongan dan ajakan dengan berbagai cara yang dilakukan para pemimpin, akhirnya warga desa mengikuti apa yang mereka anjurkan. Petani dapat meningkatkan usaha tani sehingga mampu meningkatkan pendapatan, termasuk dalam perikanan, peternakan atau perkebunan. Jika dalam semua bidang pembangunan desa telah kelihatan pengaruh dari penarnpilan peranan atau ajakan pemimpin, sehingga berhasil mendorong warga untuk melakukan pembaharuan, maka pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa. Kerangka pikir yang telah diuraikan bentuknya seperti pada Gambar 4. Tercantum tujuh peranan pemimpin informal, yang merupakan peubah bebas penelitian. 73 Melalui penampilan tujuh peranan tersebut, pemimpin mampu mengger- partisi- pasi masyarakat untuk melakukan pembaharuan yang berwujud pembangunan desa. Pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada terjadinya berbagai perubahan, khususnya melalui adopsi inovasi, dapat menunjang berbagai upaya yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan warga yang pada gilirannya dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat. Satu perubahan sering terjadi melalui penerapan inovasi di berbagai sektor kehidupan. Karena itu peranan pemimpin yang dicoba diidentifikasi, banyak berhubung

29 I Gambar 4. Model Teoretis Peranan Pemimpin Informal dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat untuk Pembangunan Desa

30 an dengan tahapan atau kegiatan yang dilalui dalam introduksi suatu inovasi dalam arti seberapa jauh para pemimpin tahu dan ikut mendorong pengikut agar melaksanakan tahapan-tahapan pengambilan keputusan inovasi. Di bawah desakan serta pengaruh pemimpin informal, dan bila perlu melalui pemberian ganjaranlsanksi, warga masyarakat didorong agar merubah tekad menjadi perbuatan (action). Dalam gambar kelihatan ada kotak yang berisi karakteristik pribadi pemimpin (pemimpin informal) yang merupakan peubah bebas terhadap masing-masing peranan yang ditampilkan pemimpin. Karakteristik pribadi pemimpin informal meliputi: (1) umur atau usia, (2) pendidikan pemimpin, (3) lama menjadi pemimpin atau masa kepemimpinan, (4) kekosmopolitan pemimpin, (5) optimisme pemimpin, terutarna jika dihubungkan dengan masa depan desa, dan (6) empati pemimpin terhadap pengikut yang diperkirakan berpengaruh terhadap penampilan peranan pemimpin. Jika diteliti pengaruh karakteristik pribadi pemimpin informal (enarn karakteristik) terhadap masing-masing peranan pemimpin, maka dalam hubungan ini peranan pemimpin merupakan peubah respon. Untuk mengetahui nyata atau tidaknya hubungan pengaruh seperti ini hanya dapat ditentukan dengan mempergunakan teknik analisis regresi linier ganda, karena peubah bebas (karakteristik pribadi pemimpin) lebih dari satu (ganda). Pengaruh karakteristik pribadi pemimpin informal terhadap penampilan peranan menyadarkan pengikut akan masalah (XI) misalnya, dalam arti untuk mengetahui apakah pengaruh itu nyata atau tidak, dapat diketahui dengan analisis regresi linier ganda yang dilanjutkan dengan analisis lintasan. Dernikian juga de- 75 ngan peranan memberi informasi (Xz), memotivasi dan seterusnya sampai ke peranan penghubung antar-sistem (X7).

HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL PEUBAH. Penelitian ini bermaksud melakukan verifikasi, sehingga dalam prosesnya dimulai

HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL PEUBAH. Penelitian ini bermaksud melakukan verifikasi, sehingga dalam prosesnya dimulai HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL PEUBAH Penelitian ini bermaksud melakukan verifikasi, sehingga dalam prosesnya dimulai dari mengidentifikasi masalah, menetapkan peubah penelitian serta menganalisis

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. dari interaksi mereka sehari-hari dengan pengikut. Sebagian perilaku pemimpin

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. dari interaksi mereka sehari-hari dengan pengikut. Sebagian perilaku pemimpin KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesim~ulan Umum 1. Pemimpin informal di pedesaan masih menunjukkan perilaku kepemimpinan, tercermin dari interaksi mereka sehari-hari dengan pengikut. Sebagian perilaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia PENDAHULUAN Latar Belakang Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia yang sering dipandang sebagai subyek maupun obyek pembangunan. Titik tolak dari falsafah pembangunan

Lebih terperinci

Dalam keberlangsungannya,

Dalam keberlangsungannya, Pada dasarnya pembangunan merupakan upaya yang ber- sifat perbailcan dan peningkatan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dalam keberlangsungannya, partisipasi masyarakat merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

belajar yaitu dengan sistem belajar modul

belajar yaitu dengan sistem belajar modul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Mahasiswa Universitas Terbuka Sejak berdirinya Universitas Terbuka sebagai lembaga pendidikan tinggi negeri yang -ke-45 di Indonesia, dalam perjalanannya

Lebih terperinci

MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2

MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2 MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2 Tulisan ini bermaksud memahami pentingnya institusi masyarakat pedesaan terutama kelompok dan organisasi masyarakat sebagai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan persepsi guru tentang efektivitas kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Idealnya, program-program

Lebih terperinci

-- PEMBANGUNAN KOPERASI -- SUATU METODE PERINTISAN DAN PENGORGANISASIAN KOPERASI PERTANIAN DI NEGARA BERKEMBANG Folke Dubell

-- PEMBANGUNAN KOPERASI -- SUATU METODE PERINTISAN DAN PENGORGANISASIAN KOPERASI PERTANIAN DI NEGARA BERKEMBANG Folke Dubell -- PEMBANGUNAN KOPERASI -- SUATU METODE PERINTISAN DAN PENGORGANISASIAN KOPERASI PERTANIAN DI NEGARA BERKEMBANG Folke Dubell 1. PENDAHULUAN Jika anda seorang petugas koperasi yang bekerja pada koperasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan PEMBAHASAN Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan pemimpin kelompok sangat dirasakan manfaatnya terutama dalam memotivasi

Lebih terperinci

di kawasan Asia Pasifik melalui Asia Pacific Economic

di kawasan Asia Pasifik melalui Asia Pacific Economic PENDAHULUAN Latar Belakang Bersamaan dengan diawalinya PJP I1 pada tahun 1994, perubahan lingkungan global telah memasuki tahap operasional. Dengan diterapkannya General Agreement on Tariffs and Trade

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

Latar Belakang nasalah

Latar Belakang nasalah Latar Belakang nasalah Pembangunan desa pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan di dalam masyarakat pedesaan yang diarahkan pada terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Sintang merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara lain, yaitu Malaysia khususnya Negara Bagian Sarawak. Kondisi ini

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENYULUHAN PARTISIPATIF DALAM RANGKA PENINGKATAN SDM PETANI. Oleh: SUGIYANTO

PENGEMBANGAN PENYULUHAN PARTISIPATIF DALAM RANGKA PENINGKATAN SDM PETANI. Oleh: SUGIYANTO PENGEMBANGAN PENYULUHAN PARTISIPATIF DALAM RANGKA PENINGKATAN SDM PETANI Oleh: SUGIYANTO ARTI PENYULUHAN PERTANIAN Penyuluhan adalah merupakan sistem pendidikan nonformal tanpa paksaan, menjadikan seseorang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan

Lebih terperinci

PENGERTIAN PENYULUHAN

PENGERTIAN PENYULUHAN PENGERTIAN PENYULUHAN Istilah penyuluhan (extension) pertama-tama digunakan pada pertengahan abad ke-19 untuk menggambarkan program pendidikan bagi orang dewasa di Negara Inggris (Cambridge University

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung

Lebih terperinci

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan Dari uraian-uraian dan analisis data di atas, pe nelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang Pancasila yang diberikan mela

Lebih terperinci

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) Tentang: KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang masih sangat membutuhkan pembangunan. Tanpa adanya pembangunan suatu bangsa tidak akan pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bahwasannya desa secara formal diakui dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

SISTEM SOSIAL PERDESAAN

SISTEM SOSIAL PERDESAAN SISTEM SOSIAL PERDESAAN DEFISIENSI PETANI SEBAGAI MANAJER USAHATANI SUATU PENGANTAR DISKUSI Oleh Margono Slamet Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia - I.P.B. SISTEM

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

No.2 Tahun 1989 yang kemudian disusul oleh beberapa Peraturan

No.2 Tahun 1989 yang kemudian disusul oleh beberapa Peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar sebagaimana dinyatakan dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 9 ayat 1. Selanjutnya dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Efektivitas 1. Definisi Efektivitas Menurut Islami (1997: 7) e fektivitas implementasi kebijakan bisa berarti diperolehnya hasil ( output) sebagai bentuk dampak

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan andal sebagai usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pada masa pembangunan seperti ini, Pemerintah sangat memperhatikan pendidikan bagi petani. Pendidikan yang cocok bagi mereka adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan

Lebih terperinci

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU 15 PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU Kausar \ Cepriadi ^, Taufik Riaunika ^, Lena Marjelita^ Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang

BAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang saling mendukung dan tidak bisa dipisahkan. Secara konseptual, komunikasi dan pembangunan memandang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TENTANG KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun 2016-2021 Terwujudnya Ketahanan Pangan bagi Masyarakat Kabupaten Kediri yang Religius, Cerdas, Sehat, Sejahtera, Kreatif, dan Berkeadilan, yang didukung oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transmigrasi merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

*9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN *9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

Bab IV tampak belajar kelompok mempunyai tujuan, gram dan target yang jelas. Mahasiswa terlebih dahulu

Bab IV tampak belajar kelompok mempunyai tujuan, gram dan target yang jelas. Mahasiswa terlebih dahulu BAB V PENEMUAN DAN DISKUSI Dari hasil analisis data yang dikemukakan dalam Bab IV tampak belajar kelompok mempunyai tujuan, pro gram dan target yang jelas. Mahasiswa terlebih dahulu merumuskan program

Lebih terperinci

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan. EKO HANDOYO MEMBANGUN KADER PEMIMPIN BERJIWA ENTREPRENEURSHIP DAN BERWAWASAN KEBANGSAAN 12-12 2012 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas Dalam penelitian kualitatif, analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mengaktualisasikan kepentingannya guna menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mengaktualisasikan kepentingannya guna menjawab kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa sebagai salah satu pemerintahan terendah dengan jumlah penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah yang merupakan kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, lembaga keuangan berperan aktif dalam membantu pertumbuhan ekonomi. Salah satu hal yang menunjukkan bahwa sebuah Negara telah memiliki kemajuan

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Individual Anggota Masyarakat dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan

Hubungan Karakteristik Individual Anggota Masyarakat dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDUAL DAN SOSIAL EKONOMI ANGGOTA MASYARAKAT SERTA DUKUNGAN PEMIMPIN, PROGRAM DAN KELEMBAGAAN NON FORMAL DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN HUTAN Kajian hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan semakin ketat. Di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di lain

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Transmigrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah dan rakyat Indonesia saat ini dalam proses pembangunan, bertujuan untuk mencapai cita- cita dan tujuan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen penting pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21 merupakan abad pengetahuan karena pengetahuan menjadi landasan utama disegala aspek kehidupan. Pengetahuan diperoleh melalui proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan

Lebih terperinci

Modul ke: Opinion Leader. Fakultas ILKOM. Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan.

Modul ke: Opinion Leader. Fakultas ILKOM. Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan. Modul ke: Opinion Leader Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Opinion leader atau pemimpin opini sebagai pihak-pihak yang memiliki peran besar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transmigrasi merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing

BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan hasil penelitian, dan selanjutnya dirumuskan implikasi penelitian berupa kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era otonomi daerah telah didengungkan keseluruh penjuru pelosok Tanah Air Indonesia. Semua wilayah mulai berbenah diri dan bahu membahu memperbaiki pemerintahan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas pertanian tertentu, seperti

Lebih terperinci

ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH. Oleh. Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK

ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH. Oleh. Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK 1 ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH Oleh Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK Tujuan penelitian adalah sebagai bahan kajian dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah dilakukan pengolahan data dan penganalisisan hasil pengolahan data maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Dimana kesimpulan ini dibuat berdasarkan masing-masing

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

1, Latar Belakang, Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

1, Latar Belakang, Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian I, PENDAHULUAN 1, Latar Belakang, Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian Di dalam Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Kope- rasi dalam PELITA IV dinyatakan, bahwa sampai dengan akhir PELITA I11

Lebih terperinci

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN 68 BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT Latar Belakang POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT 1. Sekitar 60 70 % penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan, maka Pembangunan Perdesaan harus mendapat prioritas yang tinggi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan 1. Pengertian kepemimpinan Kepemimpinan memiliki arti yang lebih dalam daripada sekedar label atau jabatan yang

Lebih terperinci

Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas

Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat Menggunakan/ memanfaatkan fasilitas yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

DEFINISI OPERASIONAL, INDIKATOR DAN PENGUKURAN PEUBAH PENELITIAN PEUBAH DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PENGUKURAN *)

DEFINISI OPERASIONAL, INDIKATOR DAN PENGUKURAN PEUBAH PENELITIAN PEUBAH DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PENGUKURAN *) 176 Lampiran 1 DEFINISI OPERASIONAL, INDIKATOR DAN PENGUKURAN PEUBAH PENELITIAN PEUBAH DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PENGUKURAN *) FAKTOR INTERNAL (X 1) : Umur (X1.1) Tingkat Pendidikan (formal dan non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lipat pada tahun Upaya pencapaian terget membutuhkan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. lipat pada tahun Upaya pencapaian terget membutuhkan dukungan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prediksi peningkatan populasi di Asia pada tahun 2025 sekitar 4,2 milyar. Menurut International Policy Research Institute, prediksi tersebut berdampak pada peningkatan

Lebih terperinci

MAKALAH KEPEMIMPINAN KONSEP KEPEMIMPINAN

MAKALAH KEPEMIMPINAN KONSEP KEPEMIMPINAN MAKALAH KEPEMIMPINAN KONSEP KEPEMIMPINAN Disusun Oleh : Kelompok 1 TRI OKTAWALDIANA (135030201111055) SHONIA RAHMA AUSRI (135030201111150) NOOR RIKA DINATA INBAR (135030201111152) TRI DEWI EINDRIAS (135030201111166)

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd KEPEMIMPINAN OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd Apa itu Kepemimpinan? Suatu kemampuan untuk berproses dari seseorang untuk dapat membawakan tujuan dari kelompok yang dipimpinnya. Profil Pemimpin Tanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Kerja 1. Kepatuhan Kepatuhan adalah suatu sikap sejauh mana seseorang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan secara profesional. 13 Sikap sendiri merupakan respon

Lebih terperinci

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000 LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000 KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK

Lebih terperinci

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI Modul ke: 01Fakultas FASILKOM KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM Matsani, S.E, M.M Program Studi SISTEM INFORMASI DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN Menurut Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 16 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Definisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah definisi yang telah ditetapkan oleh Peserikatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, serta bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara materil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 telah meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia, dari 25,9 juta (17,7%) pada tahun 1993 menjadi 129,6 juta atau 66,3% dari

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir 49 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kemampuan masyarakat (peternak) untuk berpartisipasi dalam pembangunan harus didahului oleh suatu proses belajar untuk memperoleh dan memahami informasi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan secara seragam

I. PENDAHULUAN. banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan secara seragam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu pembangunan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, lebih banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan

Lebih terperinci

II. T1NJAUAN PUSTAKA. untuk berkembang. Partisipasi menurut Santoso Sastro Putro:1986, adalah keterlibatan mental

II. T1NJAUAN PUSTAKA. untuk berkembang. Partisipasi menurut Santoso Sastro Putro:1986, adalah keterlibatan mental II. T1NJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Partisipasi Dalam pembangunan dengan sistem swadaya, partisipasi merupakan syarat utama untuk memperlancar pembangunan, tanpa adanya partisipasi dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci