PENGERTIAN PENYULUHAN
|
|
- Dewi Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGERTIAN PENYULUHAN Istilah penyuluhan (extension) pertama-tama digunakan pada pertengahan abad ke-19 untuk menggambarkan program pendidikan bagi orang dewasa di Negara Inggris (Cambridge University dan Oxford University); program ini membantu mengembangkan atau memperluas cakupan kerja universitas baik di luar kampus dan masyarakat sekitar. Pada adad ke-20, istilah ini kemudian digunakan di Amerika Serikat, sedangkan Inggris telah digantikan dengan istilah "advisory service". Pada saat itu, di Amerika Serikat yang berperan menjadi penyuluh adalah tenaga di perguruan tinggi yang bertugas untuk mengembangkan dan menyampaikan program bidang pendidikan untuk membantu orang-orang di berbagai bidang seperti ekonomi, pembangunan manusia, kepemimpinan, issue keluarga, pertanian, dan lingkungan. Di Indonesia sendiri istilah penyuluhan tersebut telah diawali pada tahun 1876, dengan diberikannya mandat Kebun Raya Bogor untuk melaksanakan tiga fungsi yaitu penelitian, pendidikan, dan penyuluhan pertanian. Di samping membangun kebun percobaan dengan fungsi penelitian, maka Kebun Raya Bogor juga membangun kebun-kebun percontohan dan sekolah pertanian sebagai bagian dari fungsi pendidikan dan penyuluhan pertanian. Beberapa istilah yang hampir mirip dengan konsep penyuluhan dipergunakan di beberapa negara, seperti: 1. Arab : Al-Ershad ( bimbingan) 2. Belanda : Voorlichting ( menerangi jalur ) 3. Jerman : Beratung ( menasehati ) 4. Perancis : Vulgarisation ( penjelasan/pemberitahuan apa adanya ) 5. Spanish : Capacitacion ( pelatihan dalam membangun karakter ) 6. Thailand, Laos : Song-Suem ( promosi ) 7. Persia : Tarvij & Gostaresh ( melakukan promosi dan menyebarluaskan ) Menurut Mardikanto (2005), berbagai pemahaman yang terjadi di masyarakat dalam mengartikan penyuluhan, hanya sebatas kegiatan penyampaian informasi, perkunjungan, sosialisasi, tetapi dalam perspektif ilmu penyuluhan memiliki makna yang tidak sesederhana itu. Sebagai proses, maka kegiatan penyuluhan mencakup kegiatan edukasi, diseminasi/penyebarluasan informasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, serta monitoring dan evaluasi. Sedangkan tujuan penyuluhan juga tidak sekedar penyampaian informasi, melainkan sampai dengan terjadinya perubahan perilaku penerimanya. Perubahan tersebut tidak dilakukan melalui pemaksaan, melainkan proses belajar mengajar (Mardikanto, 2005). Menurut Undang-undang tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Nomor 16 Tahun 2006, pengertian penyuluhan dijelaskan pada Bab I Pasal 1 (1): Penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
2 dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dalam Marzuki (2008), pengertian penyuluhan adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan non formal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada dan untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Dari pengertian ini konsep-konsep penting yang terkait dengan penyuluhan adalah: 1. Proses pendidikan (pendidikan non formal dan pendidikan orang dewasa); 2. Proses perubahan (menuju perilaku yang baik, sesuai yang diiinginkan); 3. Proses pemberdayaan (memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baru). Dalam Sinar Tani (2010), maka penyuluhan (pertanian) adalah suatu sistem aktivitas manusia (human activities system) berupa proses pembelajaran secara nonformal dan kolaboratif (collaborative learning process) untuk petani dan keluarganya, sehingga mereka mengalami perubahan (progresif change), pola pikir (cognitif), pola sikap (afektif), dan pola tindak/kerja (psikomotor), mereka menjadi tahu, mau, dan mampu meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya. Dari pengertian itu penyuluhan harus dilihat sebagai suatu proses pembelajaran yang khas, lumintu, dan berorientasi jangka panjang, tidak disekat oleh kepentingan pembangunan tertentu. Dalam perkembangannya penyuluhan telah diartikan dengan berbagai pemahaman, yaitu (Mardikanto, 2005), sebagai berikut: (1) Penyuluhan sebagai penyebarluasan informasi/inovasi; (2) Penyuluhan sebagai proses penerangan; (3) Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku; (4) Penyuluhan sebagai proses pendidikan; (5) Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial; (6) Penyuluhan sebagai proses pemasaran sosial; (7) Penyuluhan sebagai proses perubahan sosial; (8) Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat (9) Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan. Selain itu, penyuluhan juga berperan sebagai proses penguatan kapasitas (capacity building). 1. Penyuluhan sebagai penyebarluasan informasi/inovasi Teknologi canggih yang memiliki sifat produktif dan inovatif, pada dasarnya teknologi baru yang selalu berubah dan berkembang. Di lain pihak, masyarakat sasaran yang menggunakan pada umumnya berada jauh dari jangkauan penemu teknologi baru tersebut. Oleh sebab itu, agar teknologi tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat penggunanya, maka diperlukan strategi khusus untuk mengkomunikasikannya/ menyebarluaskannya (Mardikanto, 1994). Sedangkan, informasi/inovasi disini berupa ide-ide, produk, gagasan-gagasan, metode, peralatan atau teknologi, baik yang didatangkan dari luar maupun inovasi yang dikembangkan melalui kajian, pengakuan atau pengembangan terhadap kebiasaan, nilai-nilai tradisi, kearifan lokal atau kearifan tradisional (Mardikanto, 2010). 2. Penyuluhan sebagai proses penerangan Menurut Ibrahim et al dalam Subejo (2010), menyatakan bahwa penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor atau pelita atau yang memberi terang. Dengan penyuluhan diharapkan terjadi
3 peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu; melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau, menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan. Menurut Subejo (2010) penyuluhan perlu dibedakan dengan penerangan. Penerangan hanya merupakan upaya penyampaian pesan (message) kepada masyarakat supaya mereka menjadi tahu dan sadar akan adanya sesuatu. Dalam prakteknya, penerangan dapat merupakan tahap awal penyuluhan, penyuluhan mempunyai tujuan lebih jauh yaitu: sampai dengan menimbulkan hasrat atau keinginan dari penerima pesan (sasaran) penyuluhan, yang dengan kesadarannya sendiri tanpa paksaan melakukan penilaian sehingga tumbuh keyakinan, kemudian mencoba dan selanjutnya menerapkan pesan atau informasi dan atau pengetahuan yang diterimanya (proses secara rinci akan dibahas pada bab tentang adopsi-inovasi). 3. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya. 4. Penyuluhan sebagai proses pendidikan Penyuluhan dapat dipandang sebagai proses pendidikan (Mardikanto dalam Subejo, 2010) dengan ciriciri : a. Penyuluhan adalah sistem pendidikan non-formal (di luar sistem sekolah) yang: (i) terprogram, (ii) dapat dilakukan dimana saja, (iii) tidak terikat waktu, (iv) disesuaikan dengan kebutuhan sasaran, (v) pendidik dapat berasal dari peserta didik. b. Penyuluhan adalah sistem pendidikan orang dewasa, sehingga: (i) metode; (ii) pendidikan lebih banyak bersifat saling mengisi dan berbagi pengalaman/information and knowledge sharing, (iii) keberhasilan bukan tergantung dari jumlah materi namun seberapa jauh tercipta dialog, (iii) sasaran utamanya adalah orang dewasa (baik dewasa dalam arti biologis maupun psikologis). Menurut Mardikanto (2010), keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari seberapa banyak ajaran yang disampaikan, tetapi seberapa jauh terjadinya proses belajar bersama yang dialogis, yang mampu menumbuhkan kesadaran (sikap), pengetahuan dan perilaku baru yang mampu mengubah perilaku kelompok sasarannya ke arah kegiatan dan kehidupan yang lebih menyejahterakan setiap individu, keluarga dan masyarakat. Jadi pendidikan dalam penyuluhan adalah proses belajar bersama. Proses belajar ini bukanlah proses menggurui, melainkan menumbukan semangat belajar bersama yang mandiri dan partisipatif. Sehingga keberhasilan penyuluhan bukan diukur dari seberapa jauh terjadi transfer pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku, tetapi seberapa jauh terjadi dialog, diskusi, dan pertukaran pengalaman. 5. Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial Rekayasa sosial dalam hal ini memiliki pengertian segala upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar mereka, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam sistem sistem sosialnya masing-masing, dengan tujuan yaitu terwujudnya proses
4 perubahan sosial demi terciptanya kondisi sosial yang diinginkan oleh perekayasa. Rekayasa sosial lebih berkonotasi untuk membentuk ( to do to ) atau menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang baru sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa. Pengambilan keputusan di tangan perekayasa (Mardikanto, 2010). 6. Penyuluhan sebagai proses pemasaran sosial Menurut Mardikanto (2010), pemasaran sosial memiliki pengertian menawarkan sesuatu ( to do for ); dimaksudkan untuk menawarkan diri sesuatu kepada masyarakat. Pengambilan keputusan di tangan masyarakat itu sendiri. Termasuk dalam pengertian penawaran di sini adalah penggunaan konsepkonsep pemasaran dalam upaya menumbuhkembangkan, menggerakkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan yang ditawarkan dan dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat yang bersangkutan. 7. Penyuluhan sebagai proses perubahan sosial Menurut Mardikanto (2010), yang dimaksud dengan perubahan sosial adalah tidak saja perubahan (perilaku) yang berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan hubungan antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur, nilai-nilai, dan pranata sosialnya, seperti: demokratisasi, transparansi, supremasi hukum, dan-lain. 8. Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan dalam hal ini (Tim Deleveri dalam Mardikanto, 2010) sebagai suatu proses yang bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya sendiri dengan menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat sebaik mungkin. Proses tersebut menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan (people or community centered development). Untuk itu, warga masyarakat didorong untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki secara optimal serta terlibat secara utuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologi (Mardikanto, 2010). 9. Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan Menurut Mardikanto (2010), komunikasi pembangunan adalah: a. Proses penyadaran masyarakat, tentang keberadaannya, dan pentingnya pemenuhan kebutuhan yang terus bertambah (ragam, jumlah dan mutunya) serta pentingnya pemecahan masalah-masalah yang sedang dan akan dihadapi, untuk memperbaiki mutu hidupnya; b. Proses penyampaian informasi kepada segenap warga masyarakat tentang adanya kegiatan pembangunan yang sedang dan akan diupayakan oleh pemerintah bersama-sama dengan atau oleh masyarakat; c. Proses penyadaran masyarakat tentang pentingnya kegiatan pembangunan bagi perbaikan mutu hidup mereka dan segenap warga masyarakat lainnya; d. Proses penyadaran untuk tumbuh, bergerak, berkembang dan terpeliharanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang sedang diupayakan oleh pemerintah bersama-sama dengan atau oleh masyarakat; e. Proses untuk mengajak dan mendidik warga masyarakat untuk siap melakukan perubahan-perubahan perilaku dan menerapkan teknologi/inovasi yang sudah terpilih, guna tercapainya perbaikan mutu hidup yang telah direncanakan/ditetapkan;
5 f. Proses untuk terus-menerus mengembangkan semangat belajar dari segenap masyarakat, agar senantiasa memahami keadaannya, masalah-masalah yang dihadapi, dan upaya-upaya pemecahan masalah tersebut, agar mereka dapat terus-menerus memperbaiki mutu hidup. g. Proses pemeliharaan dan pengembangan partisipasi masyarakat secara berkelanjutan, demi terus berkembangnya kegiatan pembangunan untuk mencapai mutu hidup yang lebih baik lagi di masa-masa mendatang. Menurut Mardikanto (1994), penyuluh sebagai unsur komunikasi dan komunikasi adalah salah pengubah antara dalam proses pembangunan. Berlo dalam Mardikanto (1994) mengungkapkan unsurunsur komunikasi yang terdiri atas sumber, pesan, media, atau saluran, dan penerima. Sehubungan dengan keempat unsur komunikasi tersebut, penyuluh sebagai agen pembaharuan (change agent) memiliki fungsi ganda baik sebagai guru, penasehat dan organisator (Mosher dalam Mardikanto, 1994). Oleh sebab itu, efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh kualifikasi penyuluh. Untuk itu hal-hal yang dipertimbangkan (Lionberger dan Gwin, 1989): 1. Kemampuan penyuluh untuk berkomunikasi; 2. Tersedianya suatu sistem (sarana) penunjang yang memungkinkan penyuluh dan kliennya melakukan sesuatu yang ingin mereka lakukan; 3. Adanya kebijakan pemerintah yang memungkinkan para penyuluh dan kliennya melakukan apa yang mereka ingin lakukan dalam upaya memperoleh suatu manfaat atau imbalan tertentu (baik yang sifatnya ekonomis maupun sosial). 10. Penyuluhan sebagai proses penguatan kapasitas (capacity building) Menurut Mardikanto (2010), penguatan kapasitas di sini, adalah penguatan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu (dalam masyarakat), kelembagaan, maupun sistem atau jejaring antar individu dan kelompok/ organisasi sosial, serta pihak lain di luar sistem masyarakatnya sampai di aras global. Penguatan kapasitas adalah proses peningkatan kemampuan individu, kelompok, organisasi dan kelembagaan yang lain untuk memahami dan melaksanakan pembangunan dalam arti luas secara berkelanjutan. Penguatan kapasitas untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat tersebut, mencakup penguatan kapasitas setiap individu (warga masyarakat), kapasitas kelembagaan (organisasi dan nilai-nilai perilaku), dan kapasitas jejaring (networking) dengan lembaga lain dan interaksi dengan sistem yang lebih luas. Sehingga dari berbagai pemahaman di atas, maka disimpulkan bahwa karena lingkup kegiatan penyuluhan mencakup banyak aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, maupun sosial budaya, maka penyuluhan dapat diartikan sebagai: proses perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, yang melibatkan semua stakeholders pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera dan berkelanjutan (Mardikanto, 2005).
5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya
5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan dimensi yang lebih luas dan dilakukan secara holistik, antara
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. perilaku petani peternak adalah sebuah komponen yang sangat penting. Peranan
LANDASAN TEORI Peran penyuluhan dalam meningkatkan produksi peternakan dan perubahan perilaku petani peternak adalah sebuah komponen yang sangat penting. Peranan penyuluhan pertanian adalah sebagai fasilitator,
Lebih terperinciPENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH
PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH Latar Belakang Berdasarkan Ketentuan Umum UU SP3K No.16 Tahun 2006 pasal 1 ayat (2) Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang selanjutnya disebut Penyuluhan
Lebih terperinci-Basic Theory of Extension-
2 nd Meeting -Basic Theory of Extension- -Anie Eka Kusumastutiemail: anieeka@ub.ac.id Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang Penyuluhan Voorlichting = memberi penerangan Extension Beratung
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa pakar percaya penyuluhan merupakan ujung tombak pembangunan pertanian dengan membantu petani dan masyarakat disekitarnya dalam meningkatkan sumberdaya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia.
Lebih terperinciSEBUAH PROSES PEMBERDAYAAN
SEBUAH PROSES PEMBERDAYAAN Proses Empowering Anggota Kelompok Masyarakat Kegiatan Belajar dalam Kelompok Masyarakat Manusia yang Responsif Terampil Kolaboratif Mampu untuk memperbaiki/ meningkatkan kedudukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat
Lebih terperinciPROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA
PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com
Lebih terperinciDASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN
DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN DEDY KUSNADI SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR 2011 Modul Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian 1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan penyuluhan pertanian di
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai
Lebih terperinciNANI NUR AENI ABSTRAK
STRATEGI PEMBERDAYAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI OLEH BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (BP3K) KECAMATAN CIJEUNGJING DI DESA CIHARALANG KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS NANI NUR AENI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BPPKP sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 52 Tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
361 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan, dan saran-saran yang diajukan sebagai temuan penelitian ini. A. Kesimpulan Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuan,
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan
Lebih terperinciRancang Bangun Sistem dan Metode Penyuluhan
Rancang Bangun Sistem dan Metode Penyuluhan Oleh : Agussalim, S.ST (Penyuluh Perikanan di Aceh Utara, Aceh) Sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan pertanian
Lebih terperinci2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da
No.124, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyuluhan Pertanian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/SM.200/1/2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENYULUHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengoptimalkan
Lebih terperinciPENYULUHAN PETERNAKAN Pengertian Penyuluhan. Disajikan oleh Suharyanto, S.Pt., M.Si (bahan dikompilasikan dari berbagai sumber)
PENYULUHAN PETERNAKAN Pengertian Penyuluhan Disajikan oleh Suharyanto, S.Pt., M.Si (bahan dikompilasikan dari berbagai sumber) SISTEM PENYULUHAN Sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Konvensional Pertanian Konvensional adalah sistem pertanian tradisional yang mengalami perkembangan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus-menerus oleh pemerintah bersama-sama segenap warga masyarakatnya atau dilaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembangunan Masyarakat Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang disengaja dan direncanakan. Lebih lengkap lagi, pembangunan diartikan sebagai perubahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciTABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciH., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembangunan nasional secara umum adalah membangun bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam alinea
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu, usahatani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan ketahanan pangan nasional, pembentukan
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan
PENGANTAR Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN -1- PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberlanjutan pembangunan didekati dengan tiga nilai utama (Todaro dan Smith,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberlanjutan pembangunan didekati dengan tiga nilai utama (Todaro dan Smith, 2009) yaitu sustainance, self esteem, and freedom. Pembangunan harus terencana dan berkelanjutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu masalah global yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara dunia ketiga pada saat ini adalah krisis pangan. Terkait dengan hal tersebut strategi ketahanan pangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 15 TAHUN : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan
BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya
Lebih terperinciMAKALAH DASAR - DASAR PENYULUHAN ( PENYULUHAN BERAZASKAN PARTISIPATIF ) DOSEN PENGAMPU: Drs. AKIMI. MM
MAKALAH DASAR - DASAR PENYULUHAN ( PENYULUHAN BERAZASKAN PARTISIPATIF ) DOSEN PENGAMPU: Drs. AKIMI. MM SEMESTER. I JUNAIDI PANGERAN SAPUTRA NIRM: 06.2.4.10.375 SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK
KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK Jakarta, Januari 2013 KATA PENGANTAR Pengembangan kelembagaan peternak merupakan
Lebih terperinciPERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU
15 PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU Kausar \ Cepriadi ^, Taufik Riaunika ^, Lena Marjelita^ Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciBAB III Visi dan Misi
BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTEKNIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SECARA PARTISIPATIF
1 TEKNIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SECARA PARTISIPATIF Disampaikan pada : Pelatihan Program Pengembangan Desa Binaan Bogor, 26 29 September 2002 Konsep Pemberdayaan Dekade 1970-an adalah awal kemunculan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dilaksanakan/diterapkan dalam rangka peningkatan produksi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang sesuatu yang belum diketahui dengan jelas untuk dilaksanakan/diterapkan
Lebih terperinciProgram Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan
Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode.
No.489, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/12/2009 TENTANG METODE PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN
Lebih terperinciSumber Daya Manusia. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
158 Profil Singkat BCA Laporan kepada Pemegang Saham Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Sumber Daya Manusia Filosofi BCA membina pemimpin masa depan tercermin dalam berbagai program pelatihan dan pengembangan
Lebih terperinciIII. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN
III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Idealnya, program-program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang menyelenggarakan proses pendidikan. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta
BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari
Lebih terperinciSTRATEGI PENDAMPINGAN SOSIAL DAN KEMITRAAN
STRATEGI PENDAMPINGAN SOSIAL DAN KEMITRAAN IK. RAI SETIABUDHI DENPASAR, 24 MEI 2017 Nawa Cita ketiga Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciINSTITUT PERTANIAN BOGOR LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PUSAT STUDI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PUSAT STUDI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN Mencerdaskan,Menswadayakan,Mensejahterakan, dan Melestarikan RENCANA STRATEGIS 2013-2017
Lebih terperinciMETODE PENYULUHAN PERTANIAN. Dedy Kusnadi, SP., M.Si.
METODE PENYULUHAN PERTANIAN Dedy Kusnadi, SP., M.Si. SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR 2011 1 I. PENDAHULUAN Untuk mensukseskan pembangunan nasional di sektor pertanian, pembangunan pertanian terdapat
Lebih terperinciPERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN
PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN Susy Edwina, Evy Maharani, Yusmini, Joko Saputra Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 87 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN SARANA DAN PRASARANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN
Lebih terperinciPerempuan dan Industri Rumahan
A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development
Lebih terperinciSAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto
// SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto PADA RAPAT KONSOLIDASI PEMERINTAHAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, {6 Mei 2001 Pendahuluan Setelah hampir 5 (lima) bulan sejak dicanangkannya
Lebih terperinciJENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN
JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan persepsi guru tentang efektivitas kepemimpinan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciPERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN. Dra. Ida Yustina, Msi
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN Dra. Ida Yustina, Msi Bagian Administrasi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Pengertian Perencanaan Program Penyuluhan Venugopal
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciPERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH
PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH Siwi Gayatri dan Dyah Mardiningsih Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang siwi_gayatri@yahoo.co.id
Lebih terperinciKEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU AKADEMIK INTERNAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU AKADEMIK INTERNAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional kita telah beberapa kali mengalami pembaharuan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1994 sampai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. ditengarai dengan perilaku guru dan murid sekolah yang tidak berwawasan
22 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan sekolah di satu sisi dapat menampilkan kondisi yang kontradiktif jika ditinjau dari sudut pelestarian lingkungan. Hal ini terutama ditengarai dengan
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciprogram yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi
Lebih terperinciTEMANGGUNG (25/11/2015)
2015/11/25 13:42 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PENYEBARLUASAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN MELALUI METODE DEMONSTRASI CARA/HASIL TEMANGGUNG (25/11/2015) www.pusluh.kkp.go.id Salah satu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Keluarga Melalui Pelatihan Life Skills. Perencanaan penyelenggaraan pelatihan life skills di Desa Pasirhuni
106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN 1. Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga Melalui Pelatihan Life Skills Perencanaan penyelenggaraan pelatihan life skills di Desa
Lebih terperinciSISTEM SOSIAL PERDESAAN
SISTEM SOSIAL PERDESAAN DEFISIENSI PETANI SEBAGAI MANAJER USAHATANI SUATU PENGANTAR DISKUSI Oleh Margono Slamet Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia - I.P.B. SISTEM
Lebih terperinciLATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN. HIDUP. Sumber Daya Alam. Perkebunan. Pengembangan. Pengolahan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciKISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH
Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk
Lebih terperinciBAB III Tahapan Pendampingan KTH
BAB III Tahapan Pendampingan KTH Teknik Pendampingan KTH 15 Pelaksanaan kegiatan pendampingan KTH sangat tergantung pada kondisi KTH, kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi oleh KTH dalam melaksanakan
Lebih terperinciKOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN 1. Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat/GBPP 2. Rencana Pembelajaran/SAP 3. Modul/Bahan Ajar 4. Copy Slides/OHT WIDA PRADIANA YOYON HARYANTO SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN
Lebih terperinciPeran Penyuluh Dalam Upaya Meningkatkan Produktifitas Padi Mendukung Swasembada Pangan
Dalam upaya swasembada pangan, Kementerian Pertanian menerapkan 4 startegi dalam meraih surplus beras 10 juta ton yaitu perbaikan manajemen, peningkatan produktifitas, perluasan areal, pengelolaan lahan,
Lebih terperinci