Dalam keberlangsungannya,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dalam keberlangsungannya,"

Transkripsi

1 Pada dasarnya pembangunan merupakan upaya yang ber- sifat perbailcan dan peningkatan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dalam keberlangsungannya, partisipasi masyarakat merupakan syarat dan sekaligus menjadi sasaran pelaksanaannya. Berpartisipasi dalam pembangunan berarti mengarnbil bagian atau berperanserta dalam pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberikan masukan berupa pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal, dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (Wardojo, 1992a:48; Sastropoetro, 1988:56; Slamet, 1992:2; Cohen dan Uphoff, 1977:5-6; Susanto, 1984:47). Dengan masukan yang dibaikmnya itu, pelaku partisipasi berhak ikut menikrnati hasil pembangunan serta irnbalan-imbalan lainnya. Imbalan yang diterima sangat tergantung pada besar dan mutu masukannya, sedangkan besar dan mutu masukan sangat tergantung pada besarnya kemarnpuan dan kesempatan yang mereka miliki. Partisipasi dalam proses pembangunan baik secara individual ataupun secara kolektif, bisa saja secara parsial, dan dapat pula secara prosesional, yang meliputi; (1) partisipasi dalam

2 perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, (3) partisipasi dalarn pemanfaatan hasil-hasil pembangunan, dan (4) partisipasi dalam penilaian hasil-hasil pembangunan. Galjart (Contreras, 1980: 113) mengemukakan proposisi: ada tiga faktor yang menentukan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian di negara berkembang, yaitu: (1) ketidaktahum, (2) ketidakinginan, dan (3) ketidalanampuan. Ketidaktahuan: yakni kurang pengetahuan: petani tidak tahu bahwa ada inovasi. Ketidakinginan: bukan berarti tidak tahu atau tidak merniliki kemarnpuan untuk inovasi, namun terdapat nilai-nilai dan perilaku yang mencegah masuknya inovasi. Jika faktor ketidaktahuan rnembutuhkan informasi, faktor ketidakinginan lebih ke arah halangan kebudayaan terhadap pembangunan. Ketidalanampuan: pada tingkat individual hal ini berarti petani tidak mampu untuk berubah walaupun mereka mengetahui hal-ha1 yang dapat dan ingin dilakukannya, karena hambatan situasi. Perspektif tersebut menunjdckan bahwa unsur tabu, mau, dan mampu merupakan unsur penting yang menumbuhkan partisipasi. Partisipasi baru akan dapat terwujud sebagai suatu kegi-

3 atan nyata, jika seseorang memiliki cukup kemauan dan kemam- puan, serta terbuka kesempatan baginya untuk berperanserta. Kine ja kemauan, kemampuan, dan kesempatan merupa- kan hasil interaksi faktor-faktor dalam diri individu dan faktor- faktor lingkungan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Keterkaitan hubungan faktor-faktor tersebut sangat kompleks sifatnya. Namun, dapat diperkirakan melalui pendekat- an dengan menelusuri faktor-faktor tertentu yang mendukungnya, yang dalam penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang erat keterkaitannya dengan proses pembangunan pertanian. Kemauan merupakan situasi mental yang menyangkut emo- si atau perasaan. Kine rjanya ditentukan oleh banyak faktor (ter- masuk faktor lingkungan), terutama faktor yang bersifat psiko- logis individu, seperti: motif, harapan, kebutuhan, dan irnbalan. Dorongan seseorang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan sangat tergantu~lg pada besamya harapan akan ter- capainya tujuan itu. Harapan mendapatkan manfaat atau imbal- an tertentu, terutama dalam kaitannya dengan pemenuhan kebu- tuhan hidup, merupakan sumber motivasi bagi seseorang untuk berperanserta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan. Makin ba-, nyak manfaat yang diduga atau diperhitungkan akan diperoleh dalam kegiatan pembangunan, maka semakin kuat keterlibatan

4 seseorang dalam kegiatan pembangunan. Di samping itu, tingkat penguasm informasi merupakan pula faktor yang sangat menentukan timbulnya kemauan seseorang untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Informasi sangat bernilai bagi para petani, karena hampir semua aktivitas penting dalam proses pembangunan pertanian terkait atau bergantung pada informasi, clan jenis infonnasi pertama yang dibutuhkan para petani dalam proses pembangunan pertanian adalah informasi yang berkaitan dengan telkologi pertanian (McAnany, 1980:5; Contreras, 1980: 124; Kasryno dan Togar, 1991:9). Petani sebagai produsen harus memutuskan waktu, tempat, jumlah, dan jenis produk yang harus diproduksi, serta macarn teknologi yang harus digunakan. Dalarn memutuskan hal tersebut petani sangat memerlukan adanya informasi. Demikian pula, petani sangat membutuhkan infonnasi mengenai pasar, perkreditan, kebijakan harga, serta kebijakan-kebijakan pembangunan pertanian lainnya. Oleh sebab itu, tingkat penguasaan informasi akan sangat mempengaruhi aktivitas petani dalam penyelenggaraan usahatani, yang berarti akan mempengaruhi tingkat partisipasinya dalam proses pembangunan pertanian.

5 Kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembanvan pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama: faktor pendidikan (formal maupun non formal), faktor pengalaman usahatani, dan faktor permodalan usahatani. Untuk dapat berpartisipasi dalam bentuk memberikan sumbangan pemikiran diperlukan sejumlah pengetahuan tertentu. dan hal ini erat kaitannya dengan tingkat pendidikan tertentu, baik pendidh formal maupun non formal. Oleh karena itu, pendidikan yang merupakan upaya untuk menghasilkai pem- bahan-perubahan pada perilaku manusia (kawasan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental) akan menentukan tingkat kemampuan partisipasi masyarakat dalarn pembangunan. Pendidikan yang baikltinggi yang dialami seseorang akan memungkinkan orang tersebut untuk berpartisipasi lebih baik dalarn proses pembangunan. Untuk dapat berpartisipasi dalam menge rjakan peke jaan tertentu diperlukan keterampilan atau keahlian tertentu, baik keterampilan fisik maupun keterampilan manajerial. Keterampilan seseorang di samping mempunyai kaitan yang erat dengan faktor pendidikan, ditentukan pula oleh faktor pengalaman ke ja yang pernah dilaluinya. Seseorang yang memiliki pengalaman usahatani ymg luas akan memungkinkan lebih terampil meng-

6 kelola dan menjalankan usahatani, sehingga memungkinkan da- pat berpartisipasi lebih baik dalam pembangunan pertanian. Untuk dapat berpartisipasi dalam memberikan sumbangan material, melakukan kegiatan produksi, dan aktivitas-aktivitas lain dalam proses pembangunan yang memerlukan dana, diperlu- kan adanya kemarnpuan ekonomi dalam bentuk modal. Dalam ha1 ini kemarnpuan permodalan akan ditentukan oleh tingkat pendapatan rurnahtangga, serta fasilitas kredit produksi yang ter- jangkau oleh masyarakat. Rumahtangga petani yang memiliki ke- mampuan permodalan yang lebih tinggi akan memungkinkannya berpartisipasi lebih baik dalam pembangunan pertanian. Propo- sisi Tjondronegoro (1984:234) menunjukkan, bahwa kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan tidak akan terbuka bagi sub- yek pembangunan yang terasing dari asset, modal, dan keuntung- an pembangunan. Studi Rogers (1983:251) tentang "adopter categories" mem- beri wawasan kepada kita, bahwa kemampuan ekonorni mem- pengaruhi adopsi inovasi di kalangan masyarakat; tingkat hidup dan tingkat pendapatan golongan "early adopter" (pengadopsi awal) ternyata lebih tinggi daripada "late adopter" (pengadopsi. larnbat).

7 Kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dipengaruhi oleh banyak faktor, terutarna: ketersediaan sarana dan prasarana fisik, kelembagaan (formal dan low), kepemimpinan (formal dan lokal), struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal (norrna, tradisi, adat-istiadat), serta pengaturan dan pelayanan pertanian yang dilakukan pemerintah. Tersedianya sarana dm prasarana fisik seperti sarana produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida), peralatan pertanian, jaringan irigasi, fasilitas-fasilitas pengolahan dan penyirnpanan hasil pertanian, serta fasilitas pemasaran hasil usahatani, membuka kesempatan-kesempatan bagi masyarakat tani untuk ber- partisipasi dalarn proses pembangunan pertanian. Teknologi menciptakan gugus kesempatan bagi pelaku pembangunan. Kesempatan-kesempatan itu akan dimanfaatkan oleh masyarakat apabila sesuai dengan kebutuhan mereka, serta ditunjang oleh kemampuan din dan kemampuan ekonomi yang dimilikinya. Sumberdaya dam, teknologi, modal, dan sumberdaya manusia merupakan "necessary condition" (syarat keharusan) tmtuk pembangunan, tetapi belurn memenuhi "s-cient condition" (syarat kecukupan). Tersedianya perangkat kelembagaan merupakan. syarat kecukupan, karena kelembagm diperlukan untuk mengatur keterkaitan antar individu maupun kelompok individu dalarn

8 masyarakat, serta mengalokasikan dan memobilisasikan sumberdaya secara optimum. Kelembagaan ini bisa formal seperti: koperasi, perbankan, balai penyuluhan, pos kesehatan khewan, dan bisa informal seperti kelompok pengajian, kelompok "kandang kolektif' (peternak), dan kelompok-kelompok tani lainnya. Kelcmbagaan lokal (kelompok lokal) merupakan tempat masuknya inovasi pembangunan yang datang dari luar, dan oleh karenanya dapat mempercepat jalannya proses difusi inovasi di kalangan masyarakat. Kelembagaan lokal dapat menghubungkan masyarakat dengan birola-asi pemerintah, dapat untuk memobilisasi sumberdaya dan mengorganisasikan pelaksanaan pembangunan, dan merupakan wahana yang efektif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, karena sudah dikenal dan sejak lama berfungsi sebagai wahana komunikasi yang aktab bagi warga masyarakat se- tempat (Schramm & d., 1976: 141; Khan, 1976:71; Freeman a al., 1989:4; Esman dan Uphoff, 1988:29; Nasution, 1991:16; Nasution, 1988:103). Dalam setiap kelompok sosial selalu terdapat pemimpin, (orang yang lebih berpengaruh) yang akan menjalanh Mgsi kepemirnpinan, yaitu mempengaruhi orang lain (pengikut) melalui

9 proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Hubeis (1988: 368) mengatakan, bahwa para pemirnpin itu tidak hanya bertindak sebagai pemrakarsa dan penggerak, akan tetapi juga sekaligus sebagai pengesah. Kepemimpinan ini biasanya dibedakan atas kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan, sedangkan kepemimpinan informal adalah kepemimpinan sebagai hasil dari pengakuan warga masyarakat atas kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Rasa percaya dan yakin pada pemimpin akan mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan, karena rasa percaya dan yakin pada pemimpin baik pemirnpin formal ataupun pemimpin informal akan menumbuhkan ke rjasama, mau mematuhi dan mengikuti kata-kata pemimpin. Masyarakat pedesaan pada umumnya menaruh kepercayaan yang tinggi pada pemirnpin informal (tokoh masyarakat setempat). Kondisi seperti ini akan merupakan faktor pendorong dalam meningkatkan partisipasi masyarakat ddam proses pembangunan pertanian. Pengaturan dan pelayanan pemerintah akan mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sering terjadi parti-

10 sipasi masyarakat dalam pembangunan tidak muncul karena mereka merasa tidak diberi kesempatan, atau atas kebijakan tertentu tidak dibenmkan untuk berpartisipasi dalam tahap-tahap tertentu dalam proses pembangunan. Pendekatan pembangunan yang bersifat "top-down" akan sangat memungkinkan keadaan itu tejadi, khususnya dalam tahap perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan. Pendekatan pembangunan yang bersifat "bottom-up" ataupun gabungan kedua pendekatan tersebut, akan lebih memb&a ke- sempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalarn proses pem- bangunan. Merujuk Stigler (1977), Pakpahan (1990:30) mengatakan, bahwa pemerintah dengan kekuasaannya dapat melakukan ba- nyak hal dalam proses pembangunan. Melalui kebijakannya pe- merintah dapat menentukan pendekatan tertentu berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat, dengan mempertimbangkan as- pek teknis dm finansial yang dimiliki. Struktur dan stratifisi sosial, akan mempengaruhi pola hubungan masyarakat dalam kehidupan bersama, termasuk dalam kegiatan pembangunan. Pola hubungan "patron-client" di. masyarakat pertanian akan menentukan corak partisipasi yang berbeda antara keduanya.

11 Sistem pelapisan masyarakat menyebabkan adanya pengelompokan tertentu atas individu-individu dalam masyarakat, se- perti: kaya - miskin; tuan tanah - buruh tani; terpelajar - awam; pernimpin - pengikut, petani luas - petani sempit. Stratifikasi sosial seperti ini memberi corak pada perilaku partisipasi ma- syarakat dalam proses pembangunan. Petani kaya akan lebih mempunyai peluang untuk berpartisipasi dalam proses pemba- ngunan pertanian dibandingkan dengan petani miskin, tuan tanah lebih berpeluang daripada petani gurem, karena perbedam kemampuan permodalan dan penguasaan asset produksi. Demi- kian pula antara petani yang berpengetahuan luas dengan petani yang berwawasan sempit. Hasil studi Tjondronegoro (199 1 :8) memberikan wawasan, bahwa petani lapisan atas lebih tertarik pada teknologi baru pertanian daripada petani lapisan bawah. Demikian pula studi Chambers (1987:40-41) di India, bahwa petani lapisan atas lebih diuntungkan oleh R~M~us~ Hijau. Fenomena tersebut menggam- barkan perbedaan tingkat partisipasi berbagai lapisan masyarakat dalam pembangunan pertanian. Di sarnping f Wr modal usaha- tani yang dapat menjadi penyebabnya, ha1 tersebut dapat pula disebabkan oleh faktor pola hubungan di antara berbagai lapisan masyarakat tersebut.

12 Budaya lokal (norma, tradisi, adat-istiadat) yang dianut ma- syarakat akan mengatur interaksi masyarakat dalarn pola kehi- dupannya, baik yang bersifat mengikat maupun yang tidak mengikat. Adanya nilai-nilai dasar yang dianut bersarna oleh warga masyarakat akan menentukan pola perilaku mereka, dan hal ini akan memberi wama pada perilaku partisipasi mereka dalam proses pembangunan. Secara skematis, keterkaitan hubungan faktor-faktor yang menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian dapat dilihat pada Gambar 2.

13 KEMAUAN KEMAMPUAN Ketexan~an: PDF'l'N USHTN = Pendapatan Usahatani Gambar 2. Keterkaitan Hubungan Faktor-faktor Penggerak Partisipasi dalam Pembangunan Pertanian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia PENDAHULUAN Latar Belakang Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia yang sering dipandang sebagai subyek maupun obyek pembangunan. Titik tolak dari falsafah pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. dari interaksi mereka sehari-hari dengan pengikut. Sebagian perilaku pemimpin

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. dari interaksi mereka sehari-hari dengan pengikut. Sebagian perilaku pemimpin KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesim~ulan Umum 1. Pemimpin informal di pedesaan masih menunjukkan perilaku kepemimpinan, tercermin dari interaksi mereka sehari-hari dengan pengikut. Sebagian perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah dan rakyat Indonesia saat ini dalam proses pembangunan, bertujuan untuk mencapai cita- cita dan tujuan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pada dasarnya pembangunan nasional suatu bangaa selalu. dm umumnya sangat diharapkan dari pembangunan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pada dasarnya pembangunan nasional suatu bangaa selalu. dm umumnya sangat diharapkan dari pembangunan PENDAHULUAN Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan nasional suatu bangaa selalu bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan seluruh warga masyarakatnya, dm umumnya sangat diharapkan dari pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pelaksanaan pembangunan, dalam jangka menengah dan panjang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola hubungan kerja dan stuktur

Lebih terperinci

HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL PEUBAH. Penelitian ini bermaksud melakukan verifikasi, sehingga dalam prosesnya dimulai

HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL PEUBAH. Penelitian ini bermaksud melakukan verifikasi, sehingga dalam prosesnya dimulai HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL PEUBAH Penelitian ini bermaksud melakukan verifikasi, sehingga dalam prosesnya dimulai dari mengidentifikasi masalah, menetapkan peubah penelitian serta menganalisis

Lebih terperinci

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan ACARA 3. KELEMBAGAAN!! Instruksi Kerja : a. Setiap praktikan mengidentifikasi kelembagaan pertanian yang ada di wilayah praktek lapang yang telah ditentukan. b. Praktikan mencari jurnal mengenai kelembagaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan, transparasi, kesetaraan

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keterbatasan modal merupakan permasalahan yang paling umum terjadi dalam usaha, terutama bagi usaha kecil seperti usahatani. Ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan secara seragam

I. PENDAHULUAN. banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan secara seragam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu pembangunan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, lebih banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT Latar Belakang POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT 1. Sekitar 60 70 % penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan, maka Pembangunan Perdesaan harus mendapat prioritas yang tinggi

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kelembagaan Pertanian Kelembagaan merupakan terjemahan langsung dari istilah socialinstitution. Dimana banyak pula yang menggunakan istilah pranata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya PENDAHULUAN Latar Belakang Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya secara individu maupun kelompok bila berhadapan dengan penyakit atau kematian, kebingungan dan ketidaktahuan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental

Lebih terperinci

di kawasan Asia Pasifik melalui Asia Pacific Economic

di kawasan Asia Pasifik melalui Asia Pacific Economic PENDAHULUAN Latar Belakang Bersamaan dengan diawalinya PJP I1 pada tahun 1994, perubahan lingkungan global telah memasuki tahap operasional. Dengan diterapkannya General Agreement on Tariffs and Trade

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN. Oleh: Drs. Suyoto, M.Si

ARTIKEL ILMIAH UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN. Oleh: Drs. Suyoto, M.Si ARTIKEL ILMIAH UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN Oleh: Drs. Suyoto, M.Si PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO JUNI, 2002 UPAYA PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas pertanian tertentu, seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu, usahatani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam

Lebih terperinci

belajar yaitu dengan sistem belajar modul

belajar yaitu dengan sistem belajar modul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Mahasiswa Universitas Terbuka Sejak berdirinya Universitas Terbuka sebagai lembaga pendidikan tinggi negeri yang -ke-45 di Indonesia, dalam perjalanannya

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

PERANAN TOKOH MASYARAKAT DALAM

PERANAN TOKOH MASYARAKAT DALAM -41 PERANAN TOKOH MASYARAKAT DALAM KEBERHASiLAN PELAKSANAAN TRANSMlGRASl Suatu Kasus Di Proyek Transmigrasi Koya Timur, lrian Jaya oleh AWOESYIRWAM MOEIMS FAKULTAS PASCA SARJWNA INSTITUT PERTANIAN BQGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Arti pembangunan masyarakat yang sebenarnya adalah pembangunan masyarakat dari bawah (bottom up), di mana masyarakat sebagai subyek pembangunan memiliki hak untuk berperan serta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENYULUHAN PARTISIPATIF DALAM RANGKA PENINGKATAN SDM PETANI. Oleh: SUGIYANTO

PENGEMBANGAN PENYULUHAN PARTISIPATIF DALAM RANGKA PENINGKATAN SDM PETANI. Oleh: SUGIYANTO PENGEMBANGAN PENYULUHAN PARTISIPATIF DALAM RANGKA PENINGKATAN SDM PETANI Oleh: SUGIYANTO ARTI PENYULUHAN PERTANIAN Penyuluhan adalah merupakan sistem pendidikan nonformal tanpa paksaan, menjadikan seseorang

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

VI. PEMSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT SECARA PARTISPATIF

VI. PEMSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT SECARA PARTISPATIF VI. PEMSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT SECARA PARTISPATIF 6.1. Latar Belakang Rancangan Program Kondisi dan tingkat partisipasi yang dapat dilihat dari para anggota kelompok tani Saluyu di Desa Pangadegan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian integral bidang pertanian, bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani pada umumnya dengan melalui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak (individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya. komunikasi merupakan penyampaian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 16 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Definisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah definisi yang telah ditetapkan oleh Peserikatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang

Lebih terperinci

STRATEGI TAHUN

STRATEGI TAHUN STRATEGI TAHUN 2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2024 A. EKONOMI DAN SDA A. EKONOMI DAN SDA A. EKONOMI DAN SDA A. EKONOMI DAN SDA 1 Penyediaan kawasan perkebunan kopi dengan sistem bagi hasil (2.500 Ha)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Sessi 3 MK PIP Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Agribisnis dalam arti sempit (tradisional) hanya merujuk pada produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian Agribisnis dalam

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Efektivitas Kelompok tani Kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria atau wanita maupun petani

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir. kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir. kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam 28 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah adanya peningkatan kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam pembangunan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Suatu kelembagaan merupakan suatu sistem kompleks yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses, dan peran masing-masing

Lebih terperinci

PENGARUN SEKTOR INFORMAL TERHADAP STATUS SOSlAE WANlTA 4 K~JUS Wanita Pekerja Di Desa Tarikolot. Kec. Citeureup

PENGARUN SEKTOR INFORMAL TERHADAP STATUS SOSlAE WANlTA 4 K~JUS Wanita Pekerja Di Desa Tarikolot. Kec. Citeureup PENGARUN SEKTOR INFORMAL TERHADAP STATUS SOSlAE WANlTA 4 K~JUS Wanita Pekerja Di Desa Tarikolot. Kec. Citeureup Kab. Bogor. Propinsi Jawa Barat ) O l e h SITTI BULKIS FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir 49 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kemampuan masyarakat (peternak) untuk berpartisipasi dalam pembangunan harus didahului oleh suatu proses belajar untuk memperoleh dan memahami informasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Petani Peternak Sapi Petani peternak merupakan orang yang melakukan kegiatan mengembangbiakkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

PERANAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN PERTANIAN. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian dan berbagai kelembagaan penunjang pertanian

PERANAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN PERTANIAN. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian dan berbagai kelembagaan penunjang pertanian PERANAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN PERTANIAN Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian dan berbagai kelembagaan penunjang pertanian Kelembaga (institution) Kelembagaan : a.sebagai Aturan main,

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA Bambang Irawan dan Sri Hastuti Suhartini PENDAHULUAN Kelembagaan memiliki pengertian yang sangat luas. Kelembagaan dapat diartikan sebagai aturan main yang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk 43 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang dibangun pada penelitian ini didasari adanya anggapan bahwa rendahnya produktivitas yang dicapai petani tomat dan kentang diduga

Lebih terperinci

Latar Belakang nasalah

Latar Belakang nasalah Latar Belakang nasalah Pembangunan desa pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan di dalam masyarakat pedesaan yang diarahkan pada terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ,5 Ha (62.4%) pertanaman lada di Kalimantan Timur terdapat d~ Kabupaten Kutai

PENDAHULUAN ,5 Ha (62.4%) pertanaman lada di Kalimantan Timur terdapat d~ Kabupaten Kutai PENDAHULUAN Lada merupakan komoditas andalan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Seluas 6.732,5 Ha (62.4%) pertanaman lada di Kalimantan Timur terdapat d~ Kabupaten Kutai Kartanegara dengan produksi sebesar

Lebih terperinci

pemuda untuk memberikan respon yang tepat pada perubhan yang

pemuda untuk memberikan respon yang tepat pada perubhan yang PENDAHULUAN Latar Belakang Para pemuda tani perlu mengembangkan kompetensi yang memadai, untuk memcahkan masalah-masalah sehari-hari dan kelangsungan hidup selanjutnya. Kompetensi yang memadai adalah perilaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

(miskin) sedangkan propinsi Riau termasuk sebagai salah satu propinsi dengan PDRB tertinggi (kaya). Namun, suatu wilayah yang kaya mempunyai

(miskin) sedangkan propinsi Riau termasuk sebagai salah satu propinsi dengan PDRB tertinggi (kaya). Namun, suatu wilayah yang kaya mempunyai BAB V KESIMPULAN Dari hasil-hasil pembahasan yang telah disajikan pada bab-bab sebelumnya dapat dipahami bahwa permasalahan kemiskinan merupakan suatu permasidahan yang komplek, karena kemiskinan dapat

Lebih terperinci

BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN A. RAGAM MATERI PENYULUHAN Materi penyuluhan kehutanan, pada hakekatnya merupakan segala pesan-pesan mengenai pengelolaan hutan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang partisipasi, tradisi dan peraktek budaya, sumbangan uang dan barang.

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang partisipasi, tradisi dan peraktek budaya, sumbangan uang dan barang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang asaalah Pembangunan adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang, dan berubah secara sadar dan terencana dalam semua segi

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta kawasan Kasepuhan Citorek di kawasan TNGHS.

Gambar 2 Peta kawasan Kasepuhan Citorek di kawasan TNGHS. 6 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012. Pengumpulan data sosial masyarakat dilaksanakan di Kasepuhan Citorek Kecamatan Cibeber Kabupaten

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Kelembagaan merupakan suatu sistem yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses dan peran masing-masing komponen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang dilalui garis khatulistiwa, sehingga memiliki iklim tropis. Kondisi ini menyebabkan iklim

Lebih terperinci

PROSES ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN DR. IR HJ. KHODIJAH, M.SI

PROSES ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN DR. IR HJ. KHODIJAH, M.SI PROSES ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN DR. IR HJ. KHODIJAH, M.SI PROSES ADOPSI INOVASI KONSEP ADOPSI BAHLEN Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, kepuasan konsumen, dan persaingan yang terjadi antar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, kepuasan konsumen, dan persaingan yang terjadi antar perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang dialami perusahaan untuk mencapai tujuannya semakin lama dirasa semakin kompleks. Permasalahan tersebut disebabkan oleh adanya bermacam-macam faktor,

Lebih terperinci

REKAYASA KELEMBAGAAN DAN KOMUNIKASI UNTUK MENGEM- BANGKAN PARTISIPASI PETANI DALAM INVESTASI INFRASTRUKTUR PERTANIAN

REKAYASA KELEMBAGAAN DAN KOMUNIKASI UNTUK MENGEM- BANGKAN PARTISIPASI PETANI DALAM INVESTASI INFRASTRUKTUR PERTANIAN REKAYASA KELEMBAGAAN DAN KOMUNIKASI UNTUK MENGEM- BANGKAN PARTISIPASI PETANI DALAM INVESTASI INFRASTRUKTUR PERTANIAN (Pelajaran dari Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi di Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

Napitupulu (1980: 8) mengemukakan bahwa penduduk di

Napitupulu (1980: 8) mengemukakan bahwa penduduk di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sasaran umum Pembangunan Lima Tahun Keenam menurut GBHN 1993 adalah tumbuhnya sikap kemandirian dalam diri manusia dan masyarakat Indonesia melalui peningkatan

Lebih terperinci

Praktikum Perilaku Konsumen

Praktikum Perilaku Konsumen Modul ke: Praktikum Perilaku Konsumen Difusi dan Inovasi Konsumen Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ade Permata Surya, S.Gz., MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Inovasi dan Difusi Inovasi

Lebih terperinci

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan Pengertian Adopsi - Proses yg melibatkan dimensi Waktu - Berkaitan dengan pengambilan keputusan Adopsi :Proses /Peristiwa diterimanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu. dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu. dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan daerah mengandung dua dimensi, yaitu tujuan dan proses. Tujuan pembangunan sudah pasti kondisi kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang diinginkan oleh

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh 11 II.TINJAUAN PUSTAKA Setelah merumuskan latar belakang masalah yang menjadi alasan dalam mengambil masalah penelitian, pada bab ini penulis akan merumuskan konsepkonsep yang akan berkaitan dengan objek

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan untuk sumber pangan, pakan ternak, sampai untuk bahan baku berbagai industri manufaktur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena akhir-akhir ini eksploitasi terhadap sumberdaya pesisir dan laut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK Penerapan program sistem integrasi tanaman-ternak yang dilakukan secara partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

Delapan puluh persen penduduk Indonesia, hidup di. ikut serta mengolah informasi guna berpartisipasi dalam

Delapan puluh persen penduduk Indonesia, hidup di. ikut serta mengolah informasi guna berpartisipasi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Penelitian Delapan puluh persen penduduk Indonesia, hidup di pedesaan. Pada umumnya mereka lambat dalam memahami dan ikut serta mengolah informasi guna berpartisipasi

Lebih terperinci