PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan
|
|
- Hadian Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMBAHASAN Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan pemimpin kelompok sangat dirasakan manfaatnya terutama dalam memotivasi anggota kelompok dalam berusaha. Pemimpin kelompok swadaya masyarakat yang dibina di bawah Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) memiliki peran untuk merekrut anggota kelompok sesuai dengan ketentuan yang digariskan oleh P2KP. Kondisi di lapangan keanggotaan suatu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) cenderung kerena memiliki berbagai kesamaan misalnya jenis usaha, letak tempat usaha, dan hubungan kekeluargaan. Perekrutan anggota dengan cara ini akan memudahkan pengendalian dari pemimpin kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Sebelum bergabung dalam KSM pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) masing-masing individu telah memiliki jenis usaha sendiri-sendiri dan interaksi sesama individu sebelum terbentuk kelompok relatif sangat rendah. Setelah adanya kelompok yang di dalam ditentukan seorang pemimipin oleh masing-masing anggota kelompok untuk menjalankan beberapa peran untuk kelancaran dalam berkelompok. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Rogers (1983), yang menyatakan apabila seorang pemimpin menganjurkan atau mendorong warga untuk melaksanakan sesuatu maka mereka akan mengikutinya, perbuatan memotivasi diarahkan untuk mengajak pengikutnya agar mengambil keputusan. 67
2 Peran pemimpin kelompok memotivasi anggota dalam berusaha jelas telah ada disaat adanya ajakan untuk dapat meningkatkan usaha mereka dengan bergabung dalam kelompok dibawah binaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Selanjutnya pemimpin kelompok juga mendorong anggota untuk mengunakan bantuan modal usaha untuk pengembangan usaha anggota kelompok sesuai dengan harapan pengelola P2KP. Peran pemimpin berikutnya dirasakan juga oleh anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah membangun kekompakan kelompok dalam berusaha. Hal ini sangat dirasakan oleh anggota kelompok setelah bergabung dengan kelompok baik dalam bentuk pertemuan-pertemuan untuk diskusi atau aktivitas lain dalam berusaha yang sering dimotori oleh pemimpin kelompok dalam membahas pemecahan masalah yang dihadapi dan pengembangan usaha mereka. Apabila terjadi ketidak harmonisan hubungan antara anggota kelompok maka pemimpin sering mengambil inisiatif untuk menyelesaikan masalah sesama anggota. Peran pemimpin sebagai pengawas hubungan antar anggota agar tidak terjadi perselisihan menjadi penting dalam menjaga kekompakan kelompok. Hasil wawancara di lapangan pada saat pengajuan modal usaha pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) sampai adanya realisasi bantuan, peran pemimpin kelompok membuat kesepakatan-kesepakatan sesama anggota kelompok yang menjadi pengikat atau aturan yang harus ditaati dalam mencapai tujuan kelompok. Peran ini diakui oleh anggota kelompok menjadi perekat yang baik dalam membangun kekompakan dalam kelompok bila anggota dihadapkan kepada adanya konflik sesama anggota kelompok. 68
3 Peran pemimpin dalam membangun kekompakan anggota kelompok bukan hanya dalam hal pengembangan usaha saja tetapi kekompakan sesama anggota kelompok juga ada di saat memecahkan masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok di luar kegiatan usaha. Peran ini sangat kelihatan pada kelompok-kelompok yang transparan dalam pengelolaan bantuan modal usaha serta kesamaan nasib yang dijalani oleh sesama anggota kelompok misalnya pada kelompok swadaya masyarakat daur ulang sampah. Peran pemimpin kelompok yang juga dirasakan oleh sebagian besar anggota kelompok adalah mengembangkan ketrampilan dalam berusaha. peran mengembangkan ketrampilan anggota oleh pemimpin kelompok menjadi mutlak pentingnya mengingat anggota kelompok masih sangat rendah ketrampilan dalam berusaha, baik ketrampilan teknis, ketrampilan pembukuan usaha maupun ketrampilan-ketrampilan yang lain yang mendukung usaha mereka. Peran ini lebih dominan dilakukan oleh pemimpin di saat peran tenaga pendamping pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dalam meningkatkan ketrampilan anggota kelompok sangat rendah. Kondisi ini juga sangat erat hubungannya dengan sedikitnya pelatihan-pelatihan peningkatan ketrampilan kerja yang di peruntukkan untuk anggota kelompok dalam usaha pengembangan usaha oleh P2KP. Pada beberapa kelompok tuntutan peran mengembangkan ketrampilan anggota menjadi peran mutlak yang harus dilakukan oleh pemimpin kelompok untuk mendapatkan hasil produksi anggota kelompok yang sesuai dengan permintaan pasar, misalnya pada kelompok industri kerajinan rumah tanggga pembuatan hiasan dinding spon dan kerajinan tas, banyak anggota kelompok terlebih dahulu mendapatkan ketrampilan langsung dari pemimpin kelompok yang siap menampung kembali hasil kerja mereka untuk dipasarkan oleh kelompok kepada konsumen dari hasil produksi mereka. 69
4 Ketrampilan yang diberikan oleh pemimpin kelompok tidak terbatas pada hal- hal teknis produksi. Masalah administrasi usaha berupa pembukuan yang lebih tertib juga didapatkan oleh anggota kelompok. Hal ini sesuai dengan persyaratan dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang merupakan lembaga lebih tinggi dari KSM pada P2KP untuk dapat melaporkan kemajuan usaha dan tututan ini menjadi bahan pertimbangan Pengurus BKM yang berkedudukan di setiap kelurahan untuk mengucurkan kembali bantuan modal usaha kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Kondisi ini mendorong pemimpin kelompok untuk memberikan ketrampilan-ketrampilan kepada anggota dalam pengembangan usaha anggota kelompok. Peran sebagai penghubung dalam berinteraksi dengan pihak P2KP oleh pemimpin kelompok juga dirasakan manfaatnya oleh anggota kelompok mulai dari pengajuan permohonan bantuan modal usaha individu yang dominan berhubungan dengan pihak Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah pemimpin masing-masing kelompok. Hal lain yang juga dirasakan manfaat oleh anggota kelompok dari peran pemimpin kelompok mereka berinteraksi dengan pihak pengelola P2KP adalah lancarnya aliran informasi yang didapatkan anggota dari pihak P2KP. Peran sebagi penghubung dalam berinteraksi dengan pihak P2KP dilakukan oleh pemimpin kelompok melalui keikutsertaan dalam pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh pengelola Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dan hasil pertemuan disampaikan kepada seluruh anggota serta kunjungan-kunjungan untuk mendiskusikan pemecahan masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok dalam pengembangan usaha. 70
5 Pemimpin kelompok kelompok juga mempunyai peran sebagai penghubung dengan pihak-pihak lain kelancaran usaha. Selama ini peran pengelola P2KP hanya terbatas pemberian bantuan modal usaha. Pada beberapa kasus di lapangan pemimpin kelompok juga melakukan hubungan-hubungan dengan pihak lain untuk kelancaran usaha misalnya dengan pihak penyedia bahan baku untuk keberlanjutan aktivitas produksi. Hal sama juga dirasakan pada pemasaran hasil produksi peran pemimpin kelompok dalam berhubungan dengan pihak pasar hasil produksi lebih besar di bandingkan oleh anggota kelompok. Pada beberapa kelompok hubungan pemimpin kelompok dengan pihak di luar P2KP lebih dominan. Hal ini sejalan dengan Rata.G (1999:57) salah satu fungsi atau peranan pemimpi dari suatu komunitas atau kelompok adalah sebagai wakil dari komunitas ketika berhubungan dengan pihak luar kelompok. Peran ini menjadi penting karena tidak terlepas oleh keterbatasan yang gerak P2KP baik dalam besarnya bantuan modal uasaha maupun kemampuan kebutuhan-kebutuhan untuk kelancaran usaha anggota kelompok yang di bina oleh P2KP sendiri. Kondisi ini menuntut pemimpin kelompok melakukan peran sebagai penghubung anggota kelompok dengan pihak lain untuk kelancaran usaha yang mereka tekuni. Peran pemimpin kelompok menjabarkan ide-ide pengembangan usaha menempati urutan berikutnya. Sedikitnya sumber-sumber informasi dan pelatihan tentang pengembangan usaha yang tersedia pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dan lingkungan usaha menjadikan peran pemimpin tempat bertanya anggota kelompok, hal ini sejalan dengan pendapat Rogers (1983) tokoh masyarakat menjadi tempat bertanya dan tempat warga meminta nasehat dan sering memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sikap dan prilaku orang lain dengan cara yang sesuai 71
6 dan relatif sering. Menjabarkan ide-ide pengembangn usaha yang dilakukan oleh pemimpin kelompok lebih dalam hal meningkatkan efektifitas dan efesiensi usaha dalam mencapai tujuan kelompok. Tuntutan ini juga di pengaruhi oleh untuk menjaga keberlangsungan aktivitas produksi dalam kelompok dan mendapatkan bantuan modal usaha secara berkelanjutan dari P2KP. Penjabaran ide-ide pengembangan usaha yang relatif dominan terjadi dalam kelompok adalah bagaimana mengembangkan usaha anggota kelompok agar dapat memgembalikan cicilan bantuan modal usaha kepada pihak pengelola Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) tepat waktu. Contoh kondisi di lapangan yang dapat dilihat dari peran ini adanya ide-ide untuk memfaatkan anggota keluarga untuk membantu dalam menjalankan usaha, hal ini akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masing-masing anggota kelompok dan masih banyak dari peran ini misalnya adanya ide-ide untuk pasar hasil produksi lebih luas lagi serta menjanjikan yang akhirnya mendorong anggota lebih giat mengembangkan usaha mereka dalam kelompok. Peran pemimpin kelompok berikutnya adalah membantu anggota kelompok dalam memasarkan hasil produksi. Manfaat peran ini diakui oleh beberapa kelompok pada saat wawancara dilapangan di mana setelah bergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di bawah binaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) pemasaran beberapa jenis hasil usaha dari anggota kelompok menjadi sangat baik. Hal ini tidak terlepas dari peran pemimpin kelompok dalam mencari pasar hasil produksi bahkan menyerap hasil produksi serta mengkoordinir pemasaran dari berbagi hasil usaha yang diproduksi oleh anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang dipimpinnya. 72
7 Banyak anggota kelompok yang terlibat langsung dalam memasarkan hasil produksi mereka, tetapi sebahgian anggota kelompok dalam pemasaran hasil usaha ditangani langsung oleh pemimpin kelompok. Hal ini jelas sangat membantu anggota kelompok dalan berusaha dan kepastian akan pasar dari hasil produksi dari usaha anggota kelompok. Peringkat terakhir dari peran pemimpin kelompok adalah mengembangkan wawasan anggota kelompok, peran ini memang tidak bisa langsung dirasakan oleh anggota kelompok, namun demikian dari hasil temuan dilapangan melalui pemimpin kelompok telah dapat meningkatkan wawasan anggota dalam berusaha dengan berbagai macam cara sehingga telah dapat mengubah beberapa kebiasaan yang kurang baik anggota kelompok misalnya budaya hidup boros (tidak hemat). Peran ini hanya menonjol pada beberapa kelompok saja yang dominan peranan pemimpin kelompok sebagai tempat bergantung anggota kelompok baik dalam peyediaan bahan baku produksi sampai kepada pemasaran hasil produksi di mana tanggung jawab dan komunikasi antara anggota kelompok dan pemimpin mereka lebih intensif sehingga adanya peluang untuk meningkatkan wawasan anggota kelompok dalam menjalani usahanya. Pada kelompok yang interaksi antara anggota kelompok dengan pemimpin hanya ada sebatas tuntutan administrasi kelompok maka peran ini tidak begitu menonjol. Hubungan Karakteristik Anggota Kelompok Dengan Persepsi Mereka Tentang Peranan Pemimpin Kelompok Terdapat hubungan yang erat antara ketiga kelompok umur yang ditampilkan pada Tabel 14 dalam menentukan jenjang persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok. Dari rataan indikator peranan pemimpin kelompok ada kecenderungan kelompok umur yamh lebih muda mempunyai persepsi yang lebih tinggi. Hal ini sejalan 73
8 dengan Soekartawi (1988: 91) yang menyatakan petani yang lebih muda umumnya lebih terbuka dan responsif terhadap inovasi. Walaupun ada perbedaan penyusunan jenjang persepsi mereka akan tetapi ketiga kelompok umur responden mempunyai kesepakatan yang kuat dalam menentukan peringkat peranan pemimpin kelompok. Pada Tabel 15 menunjukan adanya kesepakatan antara ketiga kelompok pendidikan formal anggota kelompok dalam menentukan jenjang persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki responden ada kecenderungan semakin tinggi juga persepsi anggota kelompok terhadap peranan pemimpin kelompok. Hal ini dapat dilihat pada rataan masing-masing kelompok pendidikan formal anggota kelompok. Kemampuan seseorang dalam menyerap informasi itu berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan (Thoha 2001:282). Perbedaan hanya terletak pada penyusunan jenjang persepsi mereka, akan tetapi ketiga kelompok pendidikan formal mempunyai kesepakatan yang sangat kuat dalam menentukan peringkat peranan pemimpin kelompok. Hasil penelitian yang tergambarkan pada Tabel 16 menunjukan tidak adanya kesepakatan kedua kelompok pendidikan non formal anggota kelompok dalam menentukan jenjang persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok. Anggota kelompok yang jumlah sangat sedikit persentasenya yang telah mengikuti pelatihan belum memliki kemampuan yang lebih dalam berusaha, sehingga kedua kelompok penididkan non formal belum sejalan dalam menyusun jenjang persepsi terhadap peranan pemimpin kelompok. Pelatihan yang dirasakan oleh sebagian kecil anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) belum 74
9 sesuai dengan kebutuhan anggota kelompok, karena materi latihan hanya sebatas bagaimana proses pengusulan bantuan modal usaha, admistrasi usaha serta hal-hal lain yang tidak aplikasi menurut pengakuan responden, sehingga manfaat dari adanya pelatihan sangat kurang dirasakan oleh anggota kelompok pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Tabel 17 menggambarkan hubungan yang sangat erat antara ketiga kelompok lamanya pengalaman usaha dalam menyusun jenjang persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok. Anggota kelompok yang memiliki pengalaman usaha lebih banyak dalam berusaha ada kecenderungan mempunyai persepsi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok pengalaman sedang dan sedikit terhadap peranan pemimpin kelompok. Walaupun adanya perbedaan dalam menyusun tingkatan peranan pemimpin kelompok, tapi ketiga kelompok pengalaman anggota kelompok yang berbeda terdapat kesepakatan yang sangat kuat dalam menentukan peringkat peranan pemimpin kelompok. Terdapat hubungan yang nyata antara anggota kolompok dalam menyusun jenjang persepsi. Tabel 18 menunjukkan hubungan yang nyata yang berbeda aset usaha yang dimiliki dalam menetapkan jenjang persepsi mereka terhadap peranan pemimpin kelompok. Tampak adanya perbedaan dari rataan skor persepsi yang bersifat positif. Hal ini berarti anggota kelompok yang mempunyai aset usaha lebih banyak mempunyai persepsi yang lebih baik juga terhapap peranan pemimpin kelompok. Walaupun adanya variasi dalam penetapan tingkat persepsi ketiga kelompok ini, namun perbedaan tersebut tidak mempengaruhi kesepakatan mereka dalam menentukan jenjang persepsi mereka terhadap peranan pemimpin kelompok. 75
10 Pada Tabel 19 memperlihatkan tentang adanya hubungan yang sangat kuat antara ketiga kelompok kekosmopolitan yang dimiliki oleh anggota kelompok dalam menyusun jenjang persepsi mereka mengenai peranan pemimpin kelompok. Dari rataan skor persepsi terlihat adanya kecenderungan bahwa kelompok yang tinggi tingkat kekosmopolitannya mempunyai persepsi yang lebih baik terhadap peranan pemimpin kelompok. Walaupun adanya variasi dalam penyusunan jenjang persepsi mereka akan tetapi ketiga kelompok kekosmopolitan anggota kelompok mempunyai kesepakatan yang kuat dalam menentukan peringkat peranan pemimpin kelompok. Kekosmopilitan anggota kelompok yang dilihat dari keterbukaan mareka terhadap berbagai informasi yang berkaitan dengan pengembangan usaha yang dikelola ini sangat terbatas pada pada brosur-brosur dan buku panduan serta pemfaatan media massa berupa koran lokal. Komposisi rubrik yang diminati oleh anggota kelompok terbatas pada berita dan hiburan sangat minim dibandingkan rubrik tentang pengembangan usaha. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan keterbukaan responden terhadap media elektronik baik radio maupun televisi. Pengakuan dari beberapa responden kurangnya intensitas anggota kelompok memanfaatkan rubrik pengembangan usaha juga dipengaruhi sedikitnya kolom atau jenis acara tentang pengembangan usaha ditambah lagi pengemasan yang kurang bisa menarik minat anggota kelompok untuk mengkomsusinya. Kekosmopolitan pemimpin kelompok akan membantu anggota kelompok dalam hal mendapatkan informasi tentang hal-hal yang baru dalam pengembangan usaha. Hal ini sejalan dengan Rogers (1983) yang menyatakan kekosmopolitan seorang pemimpin dapat membantu dalam memperoleh informasi disaat awal-awal inovasi di perkenalkan. Kondisi ini relatif sering ada pada kelompok-kelompok yang pemimpinnya aktif dalam mengakses informasi-informasi yang berkaitan dengan pengembangan usaha mereka. 76
11 Hubungan yang nyata terlihat pada Tabel 20 antara ketiga kelompok responden dalam penyusunan penjenjangan persepsi mereka mengenai peranan pemimpin kelompok. Dari hasil rataan terlihat kecenderungan anggota kelompok yang memiliki persepsi lebih baik terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) maka persepsi terhapat peranan pemimpin kelompok juga cenderung tinggi. Perbedaan jumlah rataan skor tingkat persepsi antara ketiga kelompok tidak mempengaruhi keeratan mereka dalam penetapan jenjang persepsi terhadap peranan pemimpin kelompok. Tabel 21 menunjukkan adanya kesepakatan yang kuat antara ketiga kelompok anggota dalam penyusunan penjenjangan persepsi mereka mengenai peranan pemimpin kelompok juga adanya perbedaan dari rataan skor persepsi yang bersifat positif. Kondisi ini bermakna anggota kelompok yang mempunyai tingkat ketersediaan dan kemudahan mengakses modal usaha lebih tinggi maka mereka juga mempunyai persepsi yang lebih baik juga terhadap peranan pemimpin kelompok. Perbedaan hanya terletak pada penyusunan jenjang persepsi mereka, akan tetapi ketiga kelompok ketersediaan dan kemudahan mengakses modal usaha anggota kelompok mempunyai kesepakatan yang sangat kuat dalam menentukan peringkat peranan pemimpin kelompok. Hubungan instensitas pendampingan anggota kelompok dengan persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok pada Tabel 22 menunjukkan tidak adanya kesepakatan kuat antara ketiga kelompok responden tersebut. Walaupun jumlah rataan cukup tinggi, persepsi yang dimiliki oleh ketiga kelompok tersebut masih rendah. Bagi anggota kelompok keberadaan anggota pendamping kelompok belum dirasakan manfaat yang efektif sesuai dengan kebutuhan mereka dalam pengembangan usaha. Hal ini mempengaruhi persepsi anggota kelompok terhadap peranan pemimpin 77
12 kelompok. Peran pendamping menonjol hanya pada saat awal-awal pembuatan proposal pengusulan bantuan modal usaha itupun terbatas dengan pemimpin kelompok pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Setelah itu peran pedampingan untuk pengembangan usaha sangat minim dirasakan oleh anggota kelompok, kondisi ini juga sejalan dengan temuan Henrykus (2004: 169) tidak sedikit anggota kelompok yang tidak kenal dengan pedamping kelompok. Hal ini disebabkan oleh rekrutmen tenaga pendamping tidak berasal dari unsur masyarakat setempat. Dalam perjalanan P2KP, peran pendamping sudah berjalan semestinya bahkan di beberapa kelurahan tenaga pendamping menjadi penagih tunggakan kredit modal usaha pada setiap kelompok. Tabel 23 mengambarkan adanya kesepakatan yang sangat kuat antara ketiga kelompok pendapatan anggota dalam menyusun jenjang persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok. Semakin tinggi pendapatan anggota kelompok maka semakin tinggi pula peranan peranan pemimpin kelompok, sehingga ada kecenderungan semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula rataan skor persepsi mereka terhadap peranan pemimpin kelompok. Walaupun rataan ketiga kelompok pendapatan anggota ada sedikit variasi, tetapi perbedaaan tersebut tidak mempengaruhi keeratan mereka dalam menetapkan jenjang persepsi terhadap peranan pemimpin kelompok.. 78
METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota di Kecamatan Bogor Timur yang berada di bawah pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan
Lebih terperinciI. FAKTOR INTERNAL RESPONDEN
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Perkenankan kami mengajukan beberapa pertanyaann di bawah ini sebagai bahan untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kekuatan yang dimiliki oleh kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di desa Hambapraing, sehingga dapat bertahan sampai sekarang adalah, kekompakan kelompok, suasana
Lebih terperinciBAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN
49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP
VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah
BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah
Lebih terperinciPertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?
Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI
Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA
Lebih terperinciPendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM
Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di
Lebih terperinciBAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang dapat menghasilkan susu dan daging. Ternak tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi
Lebih terperinciMATERI PENGUATAN KSM SOSIAL
PP MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL Topik Tujuan Kegiatan belajar Waktu Acuan Penguatan Pendampingan KSM dalam Kegiatan Sosial 1. Peserta memahami tentang pentingnya penguatan modal sosial di dalam KSM 2. PANCASUTRA,tanggung
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI
Lebih terperinciBAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan
Lebih terperinciA. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM
A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
161 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pelaksanaan pendidikan di SMK
Lebih terperinciBAB IV. A. Tinjauan Terhadap Praktik Pelaksanaan Program P2KP. desa atau kelurahan yang miskin. Dan didalamnya merupakan perkumpulan
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) DI DESA KEDUNGTURI KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO A. Tinjauan Terhadap Praktik Pelaksanaan Program
Lebih terperinciSelamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1
Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 PELATIHAN : DAFTAR MODUL Mandor Pembesian / Penulangan Beton NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian
Lebih terperinciV. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN
44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI KAJIAN
BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada desa yang mendapat pendampingan dari Program Pemberdayaan Desa (PPD), dan pelaksanaannya didampingi oleh fasilitator
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH
60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMBUAT PRODUK DAUR ULANG SAMPAH DI KELURAHAN BALEARJOSARI
PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMBUAT PRODUK DAUR ULANG SAMPAH DI KELURAHAN BALEARJOSARI Candra Wahyu Hidayat Universitas Kanjuruhan Malang hidayatcandra76@yahoo.com Ida Nuryana Universitas Kanjuruhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR
BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN 1. Pengertian 1 2. Pengelola Bergulir 2 3. Penerima Manfaat Bergulir 2 4. Ketentuan
Lebih terperinciPEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR
PERATURAN DESA BATUJAJAR BARAT NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) TAHUN 2017 PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT
Lebih terperinciRANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI
RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009
LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan
Lebih terperinciAKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015
AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG
Lebih terperinciPanduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)
BUKU 2 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan
Lebih terperinciBAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN
88 BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN Perubahan pola pikir dalam masyarakat menjadi suatu trend utama dalam suatu pendampingan. Upaya-upaya yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 telah meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia, dari 25,9 juta (17,7%) pada tahun 1993 menjadi 129,6 juta atau 66,3% dari
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012
PERATURAN MENTERI NOMOR 38 TAHUN 212 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan aparatur negara yang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BUPATI CIREBON Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai analisis sebagai hasil dari penelitian ini yaitu peran agent of change pada komunitas masyarakat sadar lingkungan (My Darling) dalam
Lebih terperinciKUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG
KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUWU LIMPAS,
Lebih terperinci2012, No BAB I PENDAHULUAN
2012, No.750 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciAde Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN KEGIATAN EKONOMI DARI PINJAMAN DANA BERGULIR (Studi Kasus : Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Kelurahan Pancoran
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Bagian ini menjelaskan mengenai kesimpulan dalam penelitian, berdasar pada pertanyaan penelitian serta pembahasan penelitian. Berikut hasil penelitian yang dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya
BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan Menuju efektifitas kelompok usaha bersama berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM) memang tidak mudah namun juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi sehingga cara pemecahannya diperlukan suatu strategi komprehensif, terpadu, dan terarah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kemiskinan melalui kelembagaan lokal, sehingga keberdaan lembaga ini tidak murni
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan BKM Mandiri muncul sebagai tangan panjang pemerintah dalam mengatasi kemiskinan melalui kelembagaan lokal, sehingga keberdaan lembaga ini tidak murni dari ide masyarakat sendiri.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG MUSYAWARAH DESA BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI
Lebih terperinciMETODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian
III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian Lapangan dilaksanakan di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB, yang dimulai sejak Praktek Lapangan I (dilaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciSiklus PNPM Mandiri - Perkotaan
BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Anggota KUB Gendis Manis 1. Umur Kinerja anggota dalam mengelola gula semut dipengaruhi oleh karakteristik umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah organisasi apapun bentuknya membutuhkan pegawai yang paling ideal untuk mendukung terciptanya pencapaian tujuan organisasi. Pegawai sebagai Man Power
Lebih terperinciBUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA
BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia
112 Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM 113 114 115 116 117 118 119 Lampiran 2. Contoh Kuitansi Penerimaan Angsuran 120 Lampiran 3. Laporan Perhitungan Tingkat Pengembalian dan
Lebih terperinciBUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA TORAJA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kemampuan mengelola
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan potensi-potensi siswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dalam proses pembelajaran. Aqib (2013: 66) menjelaskan, proses belajar mengajar (pembelajaran)
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung
Lebih terperinciKEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM
KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).
Lebih terperinciIDENTITAS RESPONDEN. Nama : ( Boleh tidak diisi ) Mohon Bapak/ Ibu periksa kembali semua jawaban agar jangan sampai ada
IDENTITAS RESPONDEN Nama : ( Boleh tidak diisi ) Umur : tahun Jenis Kelamin : P / L Pendidikan Terakhir : Jabatan di Perusahaan : Departemen/ Bagian/ Fungsi : Lama kerja di perusahaan : tahun Lama menjabat
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.
BAB III GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. A. Profil Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan 1.
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PROGRAM DAERAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PDPM), STUDI TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KELURAHAN MAMBORO KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU
EFEKTIVITAS PROGRAM DAERAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PDPM), STUDI TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KELURAHAN MAMBORO KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU Jans Wilianto Nasila Dosen Administrasi Negara Fakultas
Lebih terperinciBUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG
. BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG
Lebih terperinciV. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN
V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN 5.1 Karakteristik Responden Karyawan Harian Jurnal Bogor yang menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 35 orang. Dari 35 orang tersebut,
Lebih terperinciIdentifikasi Proyek. Menanggapi KebutuhanResponding to a need
Bagian 1 Identifikasi Proyek TELAAH ALKITAB Penilaian Kebutuhan Menanggapi KebutuhanResponding to a need Baca Nehemia 1 Nehemia adalah seorang Yahudi dalam pembuangan di negeri asing. Sebagaian orang Yahudi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebutan Millenium Development Goals (MDGs) yang memuat 8 program
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konferensi Tingkat Tinggi (K TT) di New York tahun 2000 yang dihadiri para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara anggota PBB, telah disepakati sebuah kesepakatan
Lebih terperinciTahapan Pemetaan Swadaya
Langkah Satu : Persiapan Agar proses Pemetaan Swadaya memperoleh hasil yang optimal, dan memperkecil resiko kegagalan, serta mempermudah pelaksanaan di lapangan, maka perlu persiapan yang baik. Di bawah
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian ini yang ingin menggambarkan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan berbasis komunitas dan menjelaskan kebermanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinciBAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN
BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN 5.1. Deskripsi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) 5.1.1. Prinsip Pengelolaan Raskin Prinsip pengelolaan Beras untuk Rumah Tangga Miskin
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung
Lebih terperinciProgram Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
i ii PEDOMAN SELEKSI DAN PENETAPAN LOKASI PPMK Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal
Lebih terperinciNo Pertanyaan Pemilik Istri Kesimpulan
I. Tahap Persiapan a. Jawaban Pertanyaan Pemilik dan Istri No Pertanyaan Pemilik Istri Kesimpulan 1 Menurut anda, sejauh apa pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh calon suksesor A,B dan C? Calon
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan
56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan
Lebih terperinciBAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP
BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.
Lebih terperinci5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya
5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG
PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciI. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Petani Peternak Sapi Petani peternak merupakan orang yang melakukan kegiatan mengembangbiakkan
Lebih terperinciGambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM
A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi
Lebih terperinciVII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG
78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada
22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan
Lebih terperinci2 Ruang lingkup Penyelenggara Pelayanan Publik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dijabarkan agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penerap
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di
63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas
Lebih terperinciPepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK
PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah
Lebih terperinciSALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2014 LEMBARAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan
Lebih terperinci