BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN"

Transkripsi

1 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Selain itu, bab ini juga berisikan saran, baik saran metodologis maupun saran praktis untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 5.1 Simpulan Berdasarkan pada analisa yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan pengetahuan tentang pasangan pada emerging adult di Jakarta. Berdasarkan hasil yang sudah ditemukan, maka hipotesis alternatif diterima dan hipotesis null ditolak. Sehingga, semakin positif sikap terhadap pernikahan pada emerging adult maka akan semakin tinggi pula pengetahuan tentang pasangannya, dan sebaliknya semakin tinggi pengetahuan tentang pasangan, semakin positif sikap terhadap pernikahan. Hal ini berarti semakin tinggi keyakinan individu bahwa pernikahannya akan sukses dan bahagia, semakin tinggi pula kemampuan atau keterampilannya dalam mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pasangannya, seperti mengetahui tanggal lahir, makanan kesukaan, harapan dan cita-cita pasangannya. Begitupun sebaliknya, semakin tinggi kemampuan individu dalam memperoleh pengetahuan mengenai pasangannya semakin tinggi pula keyakinan individu bahwa pernikahannya akan sukses dan bahagia. Selanjutnya, berdasarkan gambaran umum persebaran skor total sikap terhadap pernikahan dan pengetahuan tentang pasangan, didapatkan hasil bahwa mayoritas memiliki total skor di atas rata-rata untuk sikap terhadap pernikahan. Artinya, sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki keyakinan bahwa pernikahannya kelak akan sukses dan bahagia. Sementara itu, pada pengetahuan tentang pasangan, mayoritas partisipan memiliki total skor di bawah rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas partisipan memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam mendeskripsikan pasangannya secara tepat dibanding kelompok yang memiliki skor pengetahuan tentang pasangan di atas skor rata-rata. 53

2 Diskusi Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap pernikahan dan pengetahuan tentang pasangan pada emerging adult di Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan pengetahuan tentang pasangan pada emerging adult di Jakarta. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hipotesis yang telah peneliti buat sebelumnya yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel. Artinya adalah semakin positif sikap terhadap pernikahan pada diri individu, maka akan semakin tinggi pula pengetahuan tentang pasangannya, dan sebaliknya. Hal ini sejalan dengan penelitian Johnson (2009) bahwa sikap terhadap pernikahan memiliki hubungan dengan relationship skills seseorang. Sikap terhadap pernikahan yang berisikan kepercayaan mengenai pernikahan adalah hal yang nantinya akan membuat seseorang memiliki keterampilan untuk mempertahankan pernikahan yang sukses. Dalam penelitian ini, salah satu keterampilan tersebut adalah pengetahuan tentang pasangan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Crissey (2005, dalam Willoughby, 2009) yang menyatakan bahwa sikap terhadap pernikahan merupakan variabel kunci dalam memahami perilaku berpacaran pada remaja dan dewasa muda. Konsep mengenai pernikahan memiliki kaitan dengan perilaku di dalam hubungan romantis. Dalam penelitian ini, perilaku tersebut adalah keterampilan pengetahuan tentang pasangan. Menurut Riggio dan Weiser (2008, dalam Park, 2012) individu yang memiliki sikap positif terhadap pernikahan melihat pernikahannya saat ini dan masa depan akan bahagia dan sukses, sementara individu dengan sikap negatif terhadap pernikahan memiliki ekspektasi yang kurang positif terhadap pernikahan. Adanya sikap terhadap pernikahan pada seseorang ini akan mempengaruhi pola perilakunya dalam hubungan romantis. Lebih lanjut, Riggio dan Weiser (2008) menyatakan bahwa sikap positif terhadap pernikahan adalah hal yang mengarahkan perilaku seseorang dalam berhubungan dengan pasangannya. Hal ini terlihat dari tindakan individu dalam berjuang untuk mempertahankan hubungan dengan cara menghindari perpecahan dan memelihara kualitas hubungannya. Individu dengan sikap positif terhadap pernikahan cenderung lebih banyak berkorban dan berusaha untuk bisa mewujudkan cita-cita dan harapan bersama pasangannya. Salah satu wujud usaha tersebut adalah dengan

3 55 mengetahui cara bersenang-senang dengan pasangan, mengetahui preferensi dari pasangan, dan peduli dengan cita-cita atau harapan pasangan (Epstein, 2005). Sementara itu, individu dengan kurangnya sikap positif terhadap pernikahan atau dengan kata lain individu dengan sikap negatif terhadap pernikahan memiliki komitmen yang sedikit dan cenderung untuk mengabaikan konflik, dimana kedua hal tersebut berkaitan dengan kurangnya keinginan untuk mempertahankan sebuah hubungan (Riggio & Weiser, 2008). Hal tersebut dikarenakan individu dengan sikap negatif terhadap pernikahan memiliki keyakinan bahwa dalam pernikahan merupakan hal siasia sehingga tidak perlu banyak berkorban di dalam pernikahan (Braaten & Rosen, 1998). Dengan kata lain, sikap negatif terhadap pernikahan merupakan hal yang akan membuat individu menarik diri dari sebuah hubungan romantis karena adanya keraguraguan dan ketakutan terhadap hubungan romantis, dimana hal tersebut akan mengurangi keterampilannya untuk mengetahui lebih jauh hal-hal tentang pasangannya. Dari hasil penelitian Riggio dan Weiser (2008) didapatkan hasil bahwa sikap terhadap pernikahan dapat mempengaruhi kualitas hubungan romantis. Hasil tersebut juga didukung oleh pernyataan Esmaeilpour, Mahdavi, dan Khajeh (2009), bahwa kepercayaan terhadap pernikahan dan hubungan romatis akan berdampak pada kepuasaan dalam hubungan dan pernikahan. Hal tersebut dapat terjadi karena sikap terhadap pernikahan merupakan pandangan global mengenai keputusan untuk menikah, perasaan yang ditimbulkan terhadap pernikahan, kepuasan dalam hubungan pernikahan, dan kelanggengan pernikahan (Klein, 2005). Jika dihubungkan dengan hasil penelitian ini, yaitu terdapat hubungan antara sikap terhadap pernikahan dan pengetahuan tentang pasangan, maka peneliti berasumsi sebelum adanya kepuasan dalam hubungan dan pernikahan, ada hal lain yang harus dilewati terlebih dahulu yaitu memiliki keterampilan pengetahuan tentang pasangan. Menurut Epstein (2013), Pengetahuan tentang pasangan merupakan salah satu prediktor yang paling berpengaruh dalam memprediksi kestabilan dan kepuasan suatu hubungan. Hal tersebut dikarenakan kompetensi pengetahuan tentang pasangan diduga lebih mudah dipelajari dan dikuasai oleh orang-orang dibanding dengan kompetensi-kompetensi yang lain. Semakin sering kompetensi pengetahuan tentang pasangan ini dilatih maka akan semakin memberikan pengaruh baik dalam hubungan karena kompetensi ini relatif mudah dan pertukaran informasinya lebih mudah. Pernyataan tersebut sekaligus melengkapi saran dalam jurnal

4 56 Riggio dan Weiser (2008) mengenai pengaruh sikap terhadap pernikahan terhadap kualitas hubungan. Jurnal tersebut menyarankan untuk meneliti perilaku dalam hubungan romantis yang berhubungan dengan sikap terhadap pernikahan dan dapat berkontribusi terhadap kualitas suatu hubungan. Dari hasil penelitian ini, perilaku dalam hubungan romantis tersebut adalah pengetahuan tentang pasangan. Adanya hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel dapat terjadi dikarenakan banyaknya partisipan yang berasal dari keluarga utuh. Sebanyak 213 orang (85,2%) menyatakan bahwa orang tua mereka berstatus menikah. Hal ini sejalan dengan penelitian Riggio dan Weiser (2008) bahwa keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pernikahan. Kondisi keluarga seperti, kebahagiaan, intensitas konflik, dan interaksi orang tua sehari-hari akan mempengaruhi pandangan anak dalam melihat suatu pernikahan. Tinggi atau rendahnya konflik pada orang tua dan status pernikahan orang tua menghasilkan sikap negatif ataupun positif terhadap pernikahan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Larson et al (1998) menyatakan bahwa dewasa muda yang berasal dari keluarga yang tidak berkonflik memiliki sikap yang lebih positif terhadap pernikahan dibanding anak-anak yang berasal dari keluarga yang berkonflik. Sementara itu, anak-anak dari orang tua bercerai memiliki sikap perkawinan yang lebih negatif daripada anak-anak dari keluarga utuh. Selain itu, kualitas perkawinan orang tua telah ditemukan memiliki hubungan dengan banyak jenis sikap relasional pada orang dewasa muda, termasuk sikap terhadap pernikahan (Amato & Booth, dalam Willoughby, 2010). Lebih lanjut, Shurts dan Myers (2012) mengungkapkan bahwa individu mengembangkan sikap berdasarkan pemodelan dalam pesan yang diterima dari keluarga asal mereka. Pemodelan dalam keluarga, terutama pemodelan orang tua di dalam pernikahan akan mempengaruhi sikap anak terhadap pernikahan itu sendiri. Synder, Velasques, dan Clarck (dalam DeGenova, 2008) yang menyatakan bahwa sikap terhadap pernikahan dan peran yang ada dalam pernikahan seseorang berhubungan erat dengan sikap terhadap pernikahan dan peran-peran dalam pernikahan orang tuanya. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap positif terhadap pernikahan pada penelitian ini didapat karena banyaknya partisipan yang berasal dari keluarga utuh dan sikap inilah yang menghasilkan hubungan positif dengan

5 57 pengetahuan tentang pasangan. Untuk lebih memperdalam hasil penelitian, peneliti membuat analisa tambahan untuk melihat keterkaitan antara usia dan sikap terhadap pernikahan. Dari hasil analisa didapat bahwa untuk usia tahun dengan jumlah partisipan sebanyak 117 orang, sebagian besar memiliki sikap terhadap pernikahan yang tinggi. Hal tersebut berarti bahwa pada fase exploring (22-25 tahun), mayoritas memiliki sikap positif yang lebih tinggi mengenai pernikahan dibanding fase launching (19-21 tahun) dan fase landing (26-29 tahun). Hal itu dapat terjadi karena pada usia tahun merupakan usia yang sudah mementingkan pernikahan sebagai salah satu tujuan hidup mereka sehingga sikap terhadap pernikahan sudah terbentuk dan cenderung stabil, baik positif maupun negatif (Carol et al, 2007). Sementara menurut Arnett (2013), dalam percintaan, ini merupakan fase untuk lebih serius dalam hubungan. Usia tahun atau dalam fase exploring lebih mencari pada intimasi dan keabadian. Mereka sekarang mencari belahan jiwa dimana orang spesial tersebut terlihat tepat dan membuat prospek pernikahan yang bahagia dan menyenangkan. Adanya pemikiran bahwa pernikahan adalah hal penting dan keinginan untuk memiliki hubungan yang serius serta keinginan untuk memiliki pernikahan yang bahagia dan menyenangkan inilah yang membuat sikap terhadap pernikahan pada fase exploring lebih tinggi dibanding fase-fase usia yang lain. Selanjutnya, pada penelitian ini, peneliti juga membuat keterkaitan antara usia dan pengetahuan tentang pasangan. Dari hasil analisa diketahui bahwa semua fase usia, baik launching, exploring, dan landing memiliki pengetahuan tentang pasangan yang berada pada kategori rendah. Hasil tersebut memperlihatkan walaupun pada masa emerging adult seseorang identik dengan memiliki hubungan intim dan mengeksplorasi diri dan pasangan (Arnett, 2013), dari hasil analisa tambahan pada penelitian ini terlihat bahwa ternyata emerging adult belum begitu memiliki pengetahuan yang dalam mengenai pasangannya. Menurut Fincham, Stanley, dan Rhoades (2010), emerging adulthood adalah masa dimana seseorang baru mulai belajar hal-hal mengenai hubungan romantis. Dari pernyataan tersebut, peneliti berasumsi bahwa pada masa ini seseorang baru mulai memiliki hubungan romantis dengan pasangannya sehingga kemampuan yang dimiliki dalam mengetahui berbagai hal mengenai pasangannya belum begitu baik. Hal tersebutlah yang menyebabkan pengetahuan tentang pasangan terkait usia dalam penelitian ini memperlihatkan lebih banyak partisipan yang memiliki

6 58 pengetahuan tentang pasangan yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata kelompok. Namun, jika dikaitkan dengan lamanya waktu menjalani hubungan pacaran yang ada pada data demografis, didapat hal menarik, yaitu secara keseluruhan partisipan dalam penelitian ini memiliki hubungan yang sudah lebih dari 6 bulan. Hasil analisa menyatakan bahwa lamanya menjalani hubungan, baik dari waktu 6 bulan 1 tahun, 1 3 tahun, ataupun lama menjalani pacaran lebih dari 3 tahun, semua berada dalam kategori rendah dalam pengetahuan tentang pasangannya. Sedangkan, Menurut Putranto (2012), waktu 6 bulan dikatakan sudah cukup untuk memiliki pengetahuan mengenai pasangannya, baik mengenal karakteristik kepribadian masing-masing maupun latar belakang dan karakter keluarga pasangannya. Sehingga, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hasil analisa tambahan mengenai keterkaitan antara lama menjalani hubungan pacaran dan pengetahuan tentang pasangan pada penelitian ini. Adanya ketidaksesuain tersebut belum bisa peneliti jabarkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih memperdalam mengenai keterkaitan antara lama menjalani hubungan pacaran dan pengetahuan tentang pasangan pada emerging adult. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Braaten dan Rosen (1999) mengenai sikap terhadap pernikahan dan juga menggunakan alat ukur yang sama yaitu Marital Attitude Scale, penelitian ini memilki nilai koefisien korelasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,864. Hal tersebut mungkin dapat terjadi karena adanya pengalihan dan pengadaptasian bahasa yang lebih sesuai dengan sampel pada penelitian ini dan adanya penambahan jumlah item. Penambahan item tersebut peneliti buat berdasarkan hasil survey online mengenai sikap terhadap pernikahan. Survey online tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka mengenai pandangan emerging adult terhadap pernikahan. Peneliti juga menanyakan mengenai apa saja keuntungan dan kerugian dari sebuah pernikahan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti ajukan kepada 30 orang emerging adult usia tahun yang telah memiliki pasangan di Jakarta. Adapun kelebihan penelitian ini dibanding penelitian sebelumnya di Indonesia mengenai sikap terhadap pernikahan adalah lebih banyaknya partisipan dalam penelitian ini, karena pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fotineri (2013), partisipan hanya berjumlah kurang dari 100 orang. Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa

7 59 sikap terhadap pernikahan memiliki korelasi positif dan signifikan dengan kesiapan menikah. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan informasi kepada pembaca bahwa sikap terhadap pernikahan memiliki hubungan dengan pengetahuan tentang pasangan, dimana semakin positif sikap seseorang maka akan semakin tinggi pula pengetahuan tentang pasangannya, begitupun sebaliknya. Selain memiliki kelebihan, penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, kurang menyebarnya partisipan pada lima wilayah di Jakarta, karena persebaran data lebih banyak di daerah Jakarta Selatan yaitu sebesar 53,2% dan persebaran data pada usia kurang merata, terutama pada usia 26 sampai 29 tahun. Kedua, alat ukur Marital Attitude Scale yang digunakan dalam penelitian dibuat tahun 1998, sehingga bahasa yang digunakan masih terlalu baku dan agak sukar dimengerti. Ketiga, terlalu sempitnya waktu yang digunakan untuk pengambilan data penelitian. Keempat, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk kuesioner online, sehingga peneliti merasa kurang mengontrol keseriusan partisipan ketika mengisi kuesioner. 5.3 Saran Pada bagian ini akan dijelaskan terkait saran mengenai metodologis penelitian dan saran praktis bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini maupun yang akan melakukan penelitian serupa Saran Metodologis Berikut adalah saran teoritis dari penelitian ini. 1. Penelitian ini melibatkan 250 partisipan dari lima wilayah di Jakarta. Akan lebih baik apabila penelitian ini lebih merata dalam persebaran data dan melibatkan lebih banyak partisipan dari berbagai macam Universitas dan kantor-kantor, maupun lembaga-lembaga formal maupun informal agar lebih representatif pada populasi. 2. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti dapat memilih berbagai variabel yang berkaitan dengan sikap terhadap pernikahan dan pengetahuan tentang pasangan serta tidak hanya melihat hubungan antara variabel tetapi juga melihat pengaruhnya. Peneliti menyarankan untuk melihat hubungan antara sikap

8 60 terhadap pernikahan dan pengetahuan tentang pasangan dalam memprediksi kepuasan dalam hubungan. 3. Peneliti menyarankan adanya penelitian yang membahas lebih dalam mengenai topik sikap terhadap pernikahan terutama sikap positif terhadap pernikahan dan jenis relationship skills lainnya, seperti resolusi konflik dan komunikasi. 4. Penelitian selanjutnya juga disarankan dapat menggali informasi lebih dalam berkaitan dengan topik pengetahuan tentang pasangan dengan melakukan wawancara guna keperluan penambahan item alat ukur pengetahuan tentang pasangan. 5. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk membahas lebih dalam mengenai keterkaitan antara usia dan sikap terhadap pernikahan, keterkaitan antara usia dan pengetahuan tentang pasangan, dan keterkatitan antara lama menjalani hubungan pacaran dan pengetahuan tentang pasangan Saran Praktis Berikut adalah saran praktis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. 1. Bagi para psikolog, konselor pranikah, dan relationship educators diharapkan memperhatikan sikap terhadap pernikahan pada individu yang akan memasuki jenjang pernikahan. Hal tersebut dikarenakan sikap terhadap pernikahan memiliki hubungan dengan relationship skills, khususnya pada keterampilan seseorang dalam mengetahui berbagai hal mengenai pasangannya. 2. Bagi konselor di BKKBN atau pihak-pihak yang terkait dalam usaha mengurangi pernikahan dini, ada baiknya memberikan penyuluhan mengenai sikap terhadap pernikahan. Pihak-pihak tersebut diharapkan dapat menekankan sikap positif terhadap pernikahan, khususnya pada emerging adult yang sedang berada pada masa membentuk sikap terhadap pernikahan. 3. Bagi konselor di BKKBN dan lembaga yang terkait, peneliti menyarankan untuk memberikan pelatihan relationship skills kepada emerging adult karena dari hasil penelitian ini relationship skill pengetahuan tentang pasangan memiliki hubungan positif dengan sikap terhadap pernikahan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisa hasil yang sudah dijabarkan pada bab sebelumnya, secara keseluruhan, hanya faktor conflict properties pada persepsi konflik interparental

Lebih terperinci

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai simpulan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan keluarga. Setiap pasangan yang mengikrarkan diri dalam sebuah ikatan pernikahan tentu memiliki harapan agar pernikahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini salah satu fenomena yang semakin sering muncul di Jakarta adalah perceraian. Fakta yang ada tidak semua pernikahan berjalan dengan lancar, tidak sedikit

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian berdasarkan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan hasil

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan hasil BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada sub-bab pertama akan dijabarkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pernikahan merupakan komitmen yang disetujui oleh dua pihak secara resmi yang dimana kedua pihak tersebut bersedia untuk berbagi keitiman emosional & fisik, bersedia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat seseorang memutuskan untuk menikah, maka ia akan memiliki harapan-harapan yang tinggi atas pernikahannya (Baron & Byrne, 2000). Pernikahan merupakan awal terbentuknya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan penelitian yang berisikan jawaban dari masalah penelitian bedasarkan analisis data yang telah dilakukan. Peneliti juga mengemukakan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), Self-Esteem merupakan bentuk evaluasi dari sikap yang di dasarkan pada perasaan menghargai diri

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Resolusi Konflik Setiap orang memiliki pemikiran atau pengertian serta tujuan yang berbeda-beda dan itu salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu hubungan kedekatan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dijabarkan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi mengenai hasil-hasil yang didapat dalam penelitian, serta beberapa saran oleh penulis

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran terkait metodologis dan praktis. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dari uji statistik yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesiapan Menikah Pada latar belakang, penulis telah menjelaskan seberapa penting kesiapan menikah untuk individu memasuki jenjang pernikahan. Hal ini dijelaskan oleh Olson dan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan waktu perubahan dramatis dalam hubungan personal. Hal tersebut dikarenakan banyaknya perubahan yang terjadi pada individu di masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial membuat manusia bertemu dan berhubungan dengan berbagai macam orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 83 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab Pendahuluan telah dijelaskan bahwa peneleitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengambilan keputusan untuk bekerja pada penderita SLE lakilaki. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan salah satu proses yang biasanya dijalani individu sebelum akhirnya memutuskan menikah dengan pasangan. Pada masa pacaran, individu saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan orang lain. Setiap manusia, selalu berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pacaran adalah istilah yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat dapat melihat atau menjadi subjek dalam fenomena pacaran ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesiapan Menikah Individu dapat dikatakan telah siap menikah ketika ia telah mampu menyandang peranperan barunya yaitu sebagai suami atau istri, kemudian berusaha untuk terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan menjadi hal yang paling penting dalam fase kehidupan manusia. Tahapan ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow,

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemburuan merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan antarindividu. Afeksi yang terlibat dalam hubungan tersebut membuat individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

Bab 5. Simpulan, Diskusi, dan Saran. Berdasarkan uji hipotesa dengan analisa regresi berganda dihasilkan bahwa

Bab 5. Simpulan, Diskusi, dan Saran. Berdasarkan uji hipotesa dengan analisa regresi berganda dihasilkan bahwa Bab 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan uji hipotesa dengan analisa regresi berganda dihasilkan bahwa H 01 ditolak, berarti ada pengaruh waktu luang bersama pasangan dan inisiasi berhubungan

Lebih terperinci

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini, antara lain pengetahuan tentang pasangan, kesiapan menikah,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan disajikan tabel-tabel yang menggambarkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan disajikan tabel-tabel yang menggambarkan 58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN 4.1.1. Gambaran responden Pada bagian ini akan disajikan tabel-tabel yang menggambarkan responden penelitian. Tabel 4.1. tabel persentase responden

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan atas hasil dan analisa terhadap hasil penelitian yang diuraikan pada BAB 4. Bab ini pun berisi diskusi yang berkaitan dengan hasil dan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Subjective Well Being Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan eudaimonic dan kebahagiaan hedonis. Istilah eudaimonic berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Penyusun: Umaira Fotineri. Pembimbing: Dr. Adriana Soekandar, M. Sc. Program Studi S1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Penyusun: Umaira Fotineri. Pembimbing: Dr. Adriana Soekandar, M. Sc. Program Studi S1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Hubungan antara Sikap Terhadap Pernikahan dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dari Keluarga Bercerai (Correlation Between Attitudes Toward Marriage and Readiness for Marriage in Young Adult Whose Parents

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti saat masih menjadi teman dekat atau pacar sangat penting dilakukan agar pernikahan bertahan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI USIA PERNIKAHAN DI BAWAH 5 TAHUN ( Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Penyelesaian Konflik Di Usia Pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan permulaan dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati masa remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Secara sosial, perkembangan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Perkembangan hidup pada manusia akan membawa seorang manusia menuju sebuah usia yang memiliki tugas untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup, menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan juga memerlukan penyesuaian secara terus-menerus. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan juga memerlukan penyesuaian secara terus-menerus. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Perkawinan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu kehidupan, dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Seringnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ABSTRAK... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR BAGAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ABSTRAK... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR BAGAN... ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan Kepuasan Pernikahan pada istri yang telah menikah selama 3-4 tahun berdasarkan Attachment Style di Gereja X Bandung. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU PASANGAN DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU PASANGAN DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU PASANGAN DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN RIMA AMALINA RAHMAH Langgersari Elsari Novianti, S.Psi., M.Psi. 1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN Nama : Eka Fitri Nuraeni NPM : 12512404 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, S.Psi., M.Si Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam. seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam. seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan adalah komitmen yang bersifat

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh : FAJAR TRI UTAMI F 100 040 114 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA ADULT ATTACHMENT STYLE DENGAN KOMITMEN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL Binti Khumairoh

Lebih terperinci

Bab V Simpulan, Disuksi dan Saran

Bab V Simpulan, Disuksi dan Saran Bab V Simpulan, Disuksi dan Saran 5.1 Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa kelas I dan II SMA Santo Lukas Penginjil I memiliki konsep diri yang dalam tingkatan dikatakan sedang (71%)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting mempengaruhi kesehatan psikologis suatu individu. Ketika individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting mempengaruhi kesehatan psikologis suatu individu. Ketika individu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Descutner dan Thelen (1991) mengatakan bahwa keintiman merupakan kebutuhan manusia dalam menjalankan kehidupan sosial dan merupakan faktor penting mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA 18-25 TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN Eka Riyanti Purboningsih, S.Psi., M.Psi. 1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

Triangulasi Cinta, Keharmonisan Keluarga dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Berpacaran

Triangulasi Cinta, Keharmonisan Keluarga dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Berpacaran Triangulasi Cinta, Keharmonisan Keluarga dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Berpacaran (Triangulation of Love, Family Harmony, and Marriage Readiness among Young Adult Who are Dating) Ifonny Pasongli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan manusia pada masa dewasa. Pernikahan idealnya dimulai ketika individu berada pada rentang usia dewasa awal.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam kehidupan modern saat ini, mewujudkan penyesuaian diri dalam perkawinan tampaknya semakin sulit, apalagi bila usia individu yang menikah masih tergolong muda sehingga belum cukup matang atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 53 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian. Selain itu, dalam bab ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Menurut Reber (dalam Fatimah, 2008,h.143) kemandirian adalah

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Menurut Reber (dalam Fatimah, 2008,h.143) kemandirian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia dalam menjalani kehidupannya tidak dapat menjalani hidup sendiri sebab kehidupan harus ditempuh melalui proses secara bertahap dan setiap manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas beberapa teori yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti pada penelitian ini. 2.1 Pernikahan Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH II.1 Pengertian Harga diri (Self-Esteem (SE)) II.1.1 Definisi Harga diri (Self-Esteem) Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA PASANGAN BERUSIA TAHUN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA PASANGAN BERUSIA TAHUN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA PASANGAN BERUSIA 18-25 TAHUN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP Renata Ratnasari Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Dibimbing Oleh : Dr. Hj. Hendriati Agustiani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak penelitian yang mencoba memahami fenomena ini (Milletich et. al, 2010; O Keefe, 2005; Capaldi et. al,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalani suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi individu untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian Kemampuan Memecahkan Masalah sosial dan rasa Humor, faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, terutama kebutuhan interpersonal dan emosional. Selain bertumbuh secara

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, terutama kebutuhan interpersonal dan emosional. Selain bertumbuh secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan sesamanya dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, terutama kebutuhan interpersonal dan emosional. Selain bertumbuh secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari berbagai sosial media chating, calling, hingga video call membuat beberapa pasangan kekasih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membina hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan Antara Penyesuaian Perkawinan dengan Kepuasan Perkawinan. B. Identifikasi Variabel Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci