Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas. (Studi Kasus di Berau, Kaltim)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas. (Studi Kasus di Berau, Kaltim)"

Transkripsi

1 Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas (Studi Kasus di Berau, Kaltim) A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember Rehabilitasi tanaman kakao dengan tenik sambung samping dan sambung pucuk sudah diterapkan oleh petani maupun pekebun kakao di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas tanaman tua atau tidak produktif. Pendampingan rehabilitasi kakao yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia bekerjasama dengan PT. Berau Coal kepada kelompok tani di Kecamatan Sambaling, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur berhasil meningkatkan produktivitas kakao hingga mencapai 2,1 ton/ha saat umur sambungan sekitar 30 bulan. Rehabilitasi tersebut menggunakan klon-klon unggul seperti Sulawesi 01 dan Sulawesi 02. Cara rehabilitasi tersebut juga mulai diterapkan di negaranegara produsen kakao lainnya seperti di Afrika Barat dan Amerika Tengah. Psederhana dan sudah sangat menyatakan bahwa 30% populasi tanaman memberikan kontribusi produksi hanya 50%. Hal itu berarti lebih dari 50% populasi tanaman hasil perbanyakan dengan benih, kurang produktif. Masalah lain yang akhir-akhir ini merebak adalah serangan penyakit VSD (Vascular Streakerbanyakan tanaman kakao menggunakan benih hibrida F 1 merupakan metode yang paling lazim diterapkan para pekebun. Tanamannya cepat tumbuh dan pada umur 3-4 tahun sudah mulai berbuah. Hasil buah terus meningkat dan puncak produksi sekitar kg/ha (populasi sekitar pohon/ ha) dapat dicapai pada umur tahun. Mengingat tanaman kakao kebanyakan bersifat menyerbuk silang, maka keturunannya akan mengalami segregasi. Keragaman sifat antarindividu tanaman dapat dalam bentuk buah, warna, dan ukuran buah, daya hasil dan mutu biji, serta dayatahan terhadap hama dan penyakit. Adanya keragaman dayahasil pernah dinyatakan oleh Arasu & Phang cit. Shamsudin et al. (1994) bahwa sekitar 60% hasil biji diperoleh hanya dari 30% populasi tanaman. Lee (1978) juga Produktivitas kakao meningkat setelah direhabilitasi 11 <<

2 dieback). Penyakit yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae ini sulit dikendalikan dan sangat merugikan karena berpotensi membuat tanaman yang terserang mati terlebih tanaman kakao muda. Rekomendasi pengendalian dengan pangkasan sanitasi, membuat pertumbuhan tanaman muda terhambat dan capaian produksi rendah. Penggunaan fungisida spesifik yang aplikasinya pada tunas-tunas muda (flush) cukup mahal, mengingat kakao bertunas setiap 6-7 minggu. Metode pengendalian yang efektif hanyalah menggunakan bahan tanam tahan atau toleran. Dewasa ini sudah ditemukan bahan tanam tahan VSD dan produksi tinggi, antara lain Sulawesi 01, Sulawesi 03, ICCRI 03, yang memiliki potensi produksi di atas 2 ton/ha. Terhadap tanaman yang kurang produktif dan rentan penyakit tersebut, dewasa ini dapat dibuat menjadi produktif dan tahan penyakit dengan melakukan rehabilitasi. Rehabilitasi tanaman kakao merupakan teknik perbaikan tanaman dari sifat-sifat yang kurang baik menjadi lebih baik. Rehabilitasi dilakukan pada tanaman tua yang kurang produktif namun belakangan juga diterapkan pada tanaman muda untuk meningkatkan produktivitas. Pelaksanaan Rehabilitasi Ada dua metode rehabilitasi tanaman kakao yaitu sambung samping dan sambung pucuk. Sambung samping (side grafting) artinya rehabilitasi dilakukan pada batang/cabang tanaman, dan sambung pucuk (top grafting) artinya rehabilitasi (penyambungan) dilakukan pada tunas air yang sengaja dipelihara. Metode sambung pucuk hanya disarankan manakala sambung samping sulit dilakukan karena pelaksanaan rehabilitasi tidak dapat dilakukan serentak mengingat pertumbuhan tunas air belum dapat dikendalikan. Entres Kualitas entres menjadi faktor penentu capaian tujuan pokok dari rehabilitasi. Entres harus diambil dari tanaman yang jelas identitasnya, klonklon unggul yang memiliki produksi tinggi, mutu biji dan tahan terhadap hama/penyakit. Entres berupa cabang plagiotrop, sehat, diameter sekitar 1 cm. Ukuran entres yang cukup besar ini penting karena terkait dengan cadangan nutrisi dan hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan awal. Entres berwarna hijau namun sudah menua dan satu Kondisi tanaman sebelum direhabilitasi >> 12

3 Sumber entres cabang plagiotrop untuk rehabilitasi bagian di bawahnya (semi hardwood), lebih baik daripada entres yang berwarna cokelat. Entres bagian ujung tersebut berumur sekitar 75 hari sudah berkayu sehingga mampu menahan kehilangan lengas yang berlebihan. Kenampakan warna hijau pada entres ini juga menandakan adanya parenkim asimilasi (klorenkim) yang juga berperan aktif dalam fotosintesis (Tohari & Soedaroedjian, 1992). Entres diambil pagi hari, seluruh tangkai daun dipotong, dikemas yang baik untuk dihindarkan dari dehidrasi dan kerusakan fisik. Menjelang digunakan, entres dipotong-potong panjang cm dan tiap potongan membawa 3-5 mata tunas. Entres yang terserang penyakit VSD yang ditandai dengan berkas xilem berwarna hitam, tidak digunakan. Batang bawah Salah satu kunci keberhasilan rehabilitasi khususnya dengan metode sambung samping adalah batang bawah (rootstock) sehat, tumbuh aktif sehingga kulit batang tidak lengket. Kulit batang yang mudah dibuka merupakan indikator bahwa kambium tumbuh aktif. Kambium merupakan jaringan sentral tempat terbentuknya pertautan (graf union). Sel-sel jaringan kambium membelah membentuk jaringan meristem atau kalus yang selanjutnya terdiferensiasi membentuk kambium baru dan berkas xilem serta floem. Terhubungnya berkas pengangkut pada entres dengan batang bawah merupakan indikator seluler terbentuknya pertautan. Oleh sebab itu apabila kulit batang bawah lengket dan tidak dapat dibuka, maka disarankan untuk menyehatkan tanaman terlebih 13 << dahulu. Penyehatan tersebut dapat ditempuh dengan melakukan pengolahan tanah dan aplikasi pupuk, jika perlu melakukan pengairan, pemangkasan tanaman, dan pengendalian hama serta penyakit. Menjelang proses penyambungan, dibuat dua torehan vertikal sampai bagian kayu pada kulit batang bawah, jarak antartorehan seukuran diameter entres. Bagian atas kedua torehan tersebut dihubungkan dengan torehan horisontal dan kulit batang diungkit untuk duiji apakah kulit dapat dibuka. Pembukaan kulit selanjutnya bersamaan dengan penyisipan entres. Apabila kulit batang lengket, maka proses penyambungan tidak dilanjutkan. Penyiapan entres Menjelang disisipkan ke bukaan kulit batang bawah, pangkal entres disayat miring, panjang sayatan 2-3 cm. Luka sayatan harus cukup lebar, rata dan dihindarkan dari kotoran dan dehidrasi. Luas bidang sayatan menjadi salah satu penentu cepat lambat dan kuat tidaknya pertautan. Luka sayatan entres dan bukaan kulit batang bawah tidak boleh terbuka terlalu lama (lebih dari dua menit) karena akan terjadi oksidasi senyawa fenol yang akan membentuk senyawa melanin. Senyawa baru yang berwarna kuning kecokelatan ini menjadi barrier (penghambat) terbentuknya pertautan. Oksidasi senyawa fenol berlangsung lebih cepat seiring dengan peningkatan suhu udara (Tohari & Soedaroedjian, 1992). Entres yang sudah disayat segera disisipkan di bukaan kulit batang bawah, bagian yang disayat menempel pada kambium batang bawah. Lidah

4 kulit batang bawah ditutupkan kembali dan entres segera disungkup plastik dan diikat. Pengikatan harus erat karena keeratan kontak antara kambium entres dan batang bawah menentukan kecepatan pembentukan jaringan kalus oleh sel-sel parenkim kedua bagian batang (Philip, 1976). Prinsip dasar perbanyakan sambung samping adalah terbentuknya pertautan kambium dari entres dengan kambium batang bawah. Dengan dibuatnya luka pada batang, jaringan kambium yang sedang aktif akan membentuk jaringan parenkim. Di dalam jaringan parenkim atau kalus tersebut selanjutnya terjadi diferensiasi membentuk jaringan kambium baru yang kompatibel (serasi) kemudian kambium baru membentuk berkas pengangkut xilem dan floem yang akan menghubungkan berkas pengangkut pada entres dan batang bawah. Tenggat waktu terbentuknya pertautan dari kajian anatomis sebagai berikut (Villalobos & Aquilar, 1991): - 5 hari dari penyambungan terjadi pembelahan sel-sel periklinal hari terbentuk kalus pada pertautan hari terbentuk berkas pengangkut baru yang menghubungkan batang bawah dengan batang atas hari terbentuk pertautan yang sempurna. Waktu Penyambungan dilakukan pada awal musim hujan pada pagi hari ketika cuaca tidak hujan. Kondisi iklim mikro yang optimum untuk pertumbuhan kalus dan diferensiasi ke kambium dan berkas pengangkut adalah rerata suhu harian 27,7 O C, RH 76,23% serta intensitas penyinaran matahari 49,2% terhadap penyinaran langsung. Bila suhu udara lebih dari 29,5 O C atau kurang dari 21 O C, menghambat perkembangan kalus (Hartmann & Kester, 1983). Letak sambungan Letak sambungan sekitar cm di atas permukaan tanah. Hal tersebut disebabkan sebagian besar areal pendampingan di Kabupaten Berau merrupakan daerah banjir dan berada di tepi aliran sungai. Sambungan dihindarkan dari penyinaran matahari langsung sehingga kelembaban dalam sungkup dapat dipertahankan. Di selatan katulistiwa, letak sambungan di sisi timur dan selatan cenderung lebih baik daripada di sisi lainnya. Sambungan di sisi timur lebih banyak menerima radiasi pagi yang efeknya terhadap peningkatan suhu udara khususnya di dalam sungkup entres, lebih rendah dibandingkan energi pada sore hari. Dengan demikian entres mempunyai kesempatan tetap segar lebih lama dan peluang hidup lebih besar. Suhu yang tinggi yang dapat disebabkan oleh intensitas penyinaran yang tinggi menyebabkan terhentinya pembelahan dan pembesaran sel (Heddy, 1987). Sambungan hidup (%) Barat Timur Utara Selatan Arah penyambungan Catatan: Histogram + deviasi standar Pengaruh arah penyambungan terhadap jumlah sambungan hidup Penutup entres Entres yang sudah disisipkan harus dilindungi dari air hujan dan dehidrasi. Oleh sebab itu, entres harus ditutup dengan kantung plastik atau lembaran plastik. Plastik penutup warna merah menunjukkan keberhasilan sambung samping paling tinggi meskipun tidak nyata dengan plastik transparan dan hijau. Di lain pihak penggunaan plastik biru menunjukkan hasil sambungan jadi paling rendah. Sambungan jadi (%) Transparan Hijau M erah Biru Warna plastik penutup entres Catatan: Histogram + deviasi standar Pengaruh warna plastik penutup entres terhadap keberhasilan sambung samping >> 14

5 1. Penyayatan batang pokok 2. Penyiapan entres 3. Penyisipan entres 4. Ketinggian sambungan 5. Penyungkupan entres 6. Penyobekan sungkup 7. Pemotongan batang pokok Tahapan sambung samping 15 <<

6 Plastik merah meloloskan radiasi warna merah dengan panjang gelombang ma, dan radiasi merah berperan penting terhadap aktifnya fitokrom yang akan mengendalikan proses fotomorfogenesis pada tumbuhan tingkat tinggi (Zaubin et al., 1994). Selain itu, radiasi merah merangsang aktivitas kambium untuk membentuk kalus sehingga pertautan akan cepat terbentuk. Cahaya merah juga dilaporkan memacu sintesis giberelin (Zaubin et al., 1994) yakni hormon yang berperan pada pemanjangan sel yang ekspresinya antara lain tampak dari pemanjangan tunas. Di lain pihak, cahaya biru dilaporkan lebih berperan dalam proses fototropisme yakni gerakan batang atau daun (Harjadi, 1983). Pengamatan Setelah sambungan berumur 3-4 minggu, pada sambungan yang jadi ditandai dengan mulai bertunasnya entres. Sambungan yang gagal ditandai dengan entres kering, membusuk dan berwarna hitam. Setelah tunas entres mencapai panjang 3-5 cm, plastik penutup entres dirobek sehingga pertumbuhan tunas baru tidak terhambat. Mulai saat ini tunas baru harus dilindungi intensif dari serangan hama dan penyakit. Tali pengikat pertautan baru dibuka setelah sambungan berumur 5-6 bulan. Sambungan yang gagal dapat diulang pada sisi yang lain. Pengulangan sambungan dapat dilakukan beberapa kali, tergantung pada umur dan kesehatan batang bawah. Pemeliharaan a) Mengikat tunas baru ke batang pokok agar arah pertumbuhannya ke atas. b) Melakukan siwingan (pemotong cabang) bertahap percabangan yang menaungi tunas baru. c) Melakukan pemotongan batang pokok pada batas 1 m di atas pertautan setelah tunas sambungan tumbuh kuat. d) Melakukan pangkas bentuk tunas sambungan agar tumbuh kuat dan sebaran pertumbuhan cabang merata ke segala arah. e) Melakukan pemupukan, pengendalian hama/ penyakit sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur). Apabila pertumbuhan tunas sambungan normal, maka tunas baru akan mulai berbuah setelah berumur bulan dan pada umur bulan, potensi produksi klon yang disambungkan sudah dapat tercapai. Risiko Setelah batang bawah dipotong dan sambungan sudah berumur lebih dari lima tahun, ada risiko bekas potongan mulai menunjukkan gejala lapuk dan keropos. Fenomena tersebut merupakan gejala alami mengingat kemampuan yang rendah tanaman kakao untuk menutup luka (dibandingkan kopi). Makin besar diameter batang yang dipotong, risiko terjadi lapuk dan keropos makin besar karena proporsi diameter jaringan kayu yang secara fisiologis merupakan jaringan mati, makin lebar. Berbagai upaya untuk mencegah laju lapuknya bagian batang/cabang yang dipotong tersebut telah diupayakan, antara lain dengan menutupnya menggunakan obat penutup luka (TB 192, ter), membungkus bekas potongan menggunakan kantong plastik, tetapi tidak selalu membawa Pengaruh pemotongan dan penyiwingan batang bawah terhadap jumlah bekas potongan/siwingan yang lapuk dan keropos, enam tahun setelah penyambungan Kriteria Batang bawah dipotong Batang bawah disiwing Tidak Lapuk, % 65,88 90,53 Lapuk Ringan, % 17,01 6,55 Lapuk Sedang, % 11,86 2,65 Lapuk Berat, % 5,26 0,28 Total contoh, pohon Keterangan: Lapuk ringan = kurang dari 10% panjang bagian yang lapuk; lapuk sedang = panjang bagian lapuk 10-50%; lapuk berat = panjang bagian lapuk >50%. >> 16

7 hasil yang memuaskan. Secara fisiologis, laju kematian jaringan yang gejalanya terlihat dari lapuk dan keropos tersebut dapat dihambat oleh adanya jaringan yang hidup. Jaringan hidup dalam praktek diperoleh dari sambungan pada dua sisi yang berlawanan, batang bawah tidak dipotong melainkan cukup dilakukan siwingan, atau batang bawah dipotong tetapi terus menerus mempertahankan tunas air yang tumbuh di sekitar tempat potongan. Tunas air tersebut tidak diwiwil melainkan secara periodik dipotong agar tidak tumbuh meninggi tetapi juga tidak mati. Produktivitas Apabila semua syarat yang sudah diuraikan tersebut terpenuhi, maka tanaman baru yang dihasilkan akan jauh lebih produktif daripada tanaman induk. Apabila digunakan klon Sulawesi 01 dan Sulawesi 02, tingkat produktivitas di atas kg/ha sudah dapat dicapai setelah berumur 30 bulanan. Sebagai contoh, adalah hasil pendampingan Puslitkoka bekerjasama dengan PT. Berau Coal untuk kegiatan Peningkatan Produktivitas Kakao Rakyat di areal sekitar tambang batubara PT. Berau Coal. Kegiatan berupa pendampingan kelompok tani kakao dengan kegiatan utama rehabilitasi tanaman. Terdapat enam kelompok tani dan di setiap lokasi dibangun demoplot sebagai percontohan bagi anggota kelompok. Teknologi yang diterapkan di demoplot secara bertahap diadopsi oleh para anggota. PT. Berau Coal menyediakan sarana dan prasarana produksi bagi seluruh anggota kelompok, meliputi entres, bahan untuk pelaksanaan rehabilitasi, upah enaga pelaksana rehabilitasi, pupuk, pestisida, alat pangkas tanaman, pondok pertemuan. Di setiap desa dampingan, ditugaskan seorang LCO (Local Coordinator Officer) yang tinggal di desa bertugas mendampingi petani. Sampai akhir 2012 tercatat data sebagai berikut: Jumlah kelompok tani = 6 (enam) Jumlah anggota = 169 petani Areal = 171,35 ha Jumlah tanaman kakao = pohon Jumlah tanaman sudah direhab = %, rerata 68%. Salah satu contoh hasil pendampingan yang sudah berhasil baik adalah di Desa Suaran, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau. Demoplot rehabilitasi tanaman di kebun Bapak Nikolaus Jamin dengan data sebagai berikut: Jumlah tanaman = 475 pohon Tahun tanam = 2005 Jarak tanam = 4 x 3 m Asal bahan tanam = lokal Hasil sebelum direhab = 30 kg Pelaksanaan rehabilitasi = Oktober-November 2009 Entres = klon Sulawesi 01 dan Sulawesi 02 Pada tahun 2012 sudah tercatat produktivitas kg per 450 tanaman atau sekitar kg per hektar. Kesimpulan, rehabilitasi tanaman kakao menggunakan klon unggul, meningkatkan produktivitas 40 kali lipat dan dicapai setelah berlangsung sekitar 30 bulan. Rehabilitasi Tanaman Kakao Tua Kegiatan dilaksanakan di desa Meraang Kecamatan Teluk Bayur Kabupaten Berau. Kekhususan rehabilitasi kakao yang dilaksanakan di kampung ini adalah umur batang bawah sekitar 20 tahun, diamater batang sekitar 25 cm, tinggi tanaman 4-5 m, dan kulit batang tebal. Proses sambung samping menggunakan pisau khusus yang tebal dan terbuat dari baja. Keberhasilan sambungan cukup rendah, setiap batang diperlukan 4-5 kali proses penyambungan. Rehabilitasi kakao di lokasi ini baru intensif pada tahun 2011 dengan melakukan pemotongan Contoh sebaran produksi kakao tahun 2012 di areal pendampingan Desa Suaran Nama anggota Populasi (ph) Data Produksi th. 2012, kg Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des Total Nikolaus Jamin Maximus Medany <<

8 Biji kering, kg , Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sebaran panen kakao di Meraang tahun 2012 Keragaan tanaman 35 bulan setelah direhabilitasi batang pokok dan sulaman sambungan yang mati. Pada tahun 2012, produktivitas kakao tertinggi dari kelompok dampingan di Nasding masih sebesar 778,5 kg/ha dengan sebaran panen. Akan tetapi capaian produksi periode Januari-Mei tahun 2013 sebesar 83% terhadap produksi periode yang sama tahun 2012 sehingga diprediksi produktivitas tahun 2013 dapat di atas kg/ha. Daya Tahan Tanaman Hasil Rehabilitasi Banyak pertanyaan diajukan sampai seberapa lama tanaman hasil rehabilitasi dapat bertahan. Puslitkoka melakukan kajian rehabilitasi kakao tahun 1994 pada tanaman asal benih umur 10 tahun. Sambung samping dilakukan pada dua sisi, menggunakan klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, KW 165, KKM 22, dan ICS 13. Pemeliharaan tanaman cukup standar. Kondisi pertanaman sampai tahun 2013 (umur 19 tahun) masih sehat, produktif, dan tidak ada gejala sambungan yang lemah. Disimpulkan bahwa keraguan pada tanaman hasil rehabilitasi yang tidak berumur panjang, tidak benar, asalkan perawatan sesuai standar teknis. Pemupukan menjadi faktor penting mengingat penggunaan klon-klon unggul biasanya menyebabkan pembuahan yang lebat sehingga tanaman juga harus diberi nutrisi yang seimbang dengan laju pengurasan hara dari dalam tanah. >> 18

9 Penutup Rehabilitasi tanaman kakao merupakan metode yang efektif untuk menyelesaikan persoalan produktivitas yang rendah serta serangan penyakit VSD. Beberapa kunci untuk keberhasilannya adalah entres dari klon unggul yang jelas identitasnya, batang bawah masih sehat, perawatan khususnya pemotongan batang bawah, pemupukan dan pengendalian hama/penyakit dilakukan sesuai standar teknis. Awal berbuah dicapai setelah berumur bulan dan potensi produksi klon yang disambungkan sudah kelihatan setelah sambungan berumur 30-an bulan. Sampai batas tertentu rehabilitasi dapat dilakukan pada tanaman dewasa yang cenderung tua. Tanaman hasil rehabilitasi dapat berumur panjang selama dipelihara sesuai dengan standar yang baku. K o p er a s i K a rya w a n " SE K AR " P u s a t Penel i t i a n K o pi d a n K a ka o I n d o n e s i a J l. P B. S ud i r m a n 9 0 J e m b e r T e l p , <<

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

Ketersediaan klon kakao tahan VSD Alternatif Pengendalian Penyakit VSD (vascular-streak dieback) Melalui Penggantian Tajuk Tanaman Teguh Iman Santoso 1), Sudarsianto 1), dan A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanaman kakao lindak di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK Media Litbang Sulteng IV (1) : 01 07, Juni 2011 ISSN : 1979-5971 PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO Oleh : Nyoman Mertade 1) dan Zainuddin Basri 2) ABSTRAK

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 07 14, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO Oleh : Zainuddin Basri 1) ABSTRAK Kemampuan produksi dan kualitas hasil tanaman sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Keberadaan hama penggerek buah

Lebih terperinci

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono A. Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) Oleh : PH Padang,SP PBT. BBPPTP Surabaya PENDAHULUAN Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman perkebunan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH Oleh: Dr. Desi Hernita BPTP Jambi Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji. Rasa

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT Mochamat Bintoro 1 dan Yuslaili Ningsih 2 1 Produksi Pertanian, 2 Jurusan Bahasa, Komunikasi dan Pariwisata, Politeknik Negeri Jember 1 mochamatb17@gmail.com, 2 yuslaili74@gmail.com

Lebih terperinci

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP GRAFTING atau ent, istilah asing yang sering didengar itu, pengertiannya ialah menggambungkan batang bawah dan batang atas dari

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP REKOMENDASI PENGENDALIAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO (Theobromae cocoa) di PT. PERKEBUNAN HASFARM SUKOKULON KEBUN BETINGA ESTATE KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA Christina

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2005 sampai Pebruari 2006. Tempat penelitian di Kebun Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat Kajian

Lebih terperinci

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118 Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur Dwi Suci Rahayu 1) dan Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118 Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk

Lebih terperinci

ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING)

ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING) ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiakan dengan cara vegetatif adalah pembiakan yang menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks Klon BPM 1 dan PB 260 KLON Jumlah Pembuluh Lateks Diameter Pembuluh Lateks 22.00 22.19 24.00 24.09 20.00 20.29 7.00 27.76 9.00 24.13 5.00 25.94 8.00 28.00

Lebih terperinci

KAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI

KAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI KAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI Yuldanto Larekeng 1, Sakka Samudin dan Hendry Barus ² yuldantolarekeng@gmail.com Mahasiswa

Lebih terperinci

SMA NEGERI 2 KABUPATEN TEBO

SMA NEGERI 2 KABUPATEN TEBO LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENGARUH WAKTU PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN BAWANG MERAH Disusun oleh : 1. Muhammad Ikhlas 2. Rahmat Raharjo 3. Fitri Harum Sari 4. Rosma Sari Andani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative)

KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative) KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative) A. PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN STEK Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetative buatan dengan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu Retno Hulupi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Wilayah Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN...2 A. Latar belakang...2

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

PENYAKIT BIDANG SADAP

PENYAKIT BIDANG SADAP PENYAKIT BIDANG SADAP KERING ALUR SADAP (KAS) Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang relative terselubung, karena secara morfologis tanaman tampak sehat, malah seringkali menampakkan pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

Penaung. TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia,

Penaung. TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia, Managemen Tanaman Penaung TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, 15-26 September 2014 PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Jl. PB Sudirman No. 90 Jember 68118 Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,

Lebih terperinci

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam iptek hortikultura Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam Buah pepaya telah menjadi buah trend setter sejak beredarnya beberapa varietas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik Agri Gardina 45 merupakan mangga hibrid yang terdaftar sebagai varietas unggul baru melalui SK Mentan No: 125/Kpts /SR.120/D.2.7/3/2014. Mangga ini dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman PEMANGKASAN TUJUAN PEMANGKASAN Membentuk tajuk tanaman yang ideal. Membuang cabang-cabang tidak produktif, cabang sakit, tunas air, dan cabang kering. Menumbuhkan cabang-cabang produktif dalam jumlah cukup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2014 di kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2014 di kebun III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2014 di kebun rakyat di Desa Way Laga Kecamatan Panjang Bandar Lampung. Kebun yang diteliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

PERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA

PERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA iptek hortikultura PERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA Tanaman mangga termasuk tanaman menyerbuk silang (yang umumnya konstitusi genetiknya heterozigous), apalagi berdasarkan sejarah tanaman ini telah

Lebih terperinci

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) A. PENDAHULUAN Tanaman kakao/coklat termasuk dalam genus

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Lamp. : 1 eks Administratur Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX di Getas Dengan ini disampaikan dengan hormat laporan hasil kunjungan staf peneliti

Lebih terperinci

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI DAN Cara perbanyakannya Macam2 BENIH berdasarkan asal tetuanya : 1. Benih LEGITIM : hasil persilangan buatan 2. Benih PROPELEGITIM : biklonal / poliklonal Propelegitim

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

Pengkajian Penggunaan Bahan Tanaman Unggul Menunjang Program Rehabilitasi Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan.

Pengkajian Penggunaan Bahan Tanaman Unggul Menunjang Program Rehabilitasi Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan. Pengkajian Penggunaan Bahan Tanaman Unggul Menunjang Program Rehabilitasi Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan. Jermia Limbongan, Syafruddin Kadir, Dharmawida Amiruddin, Basir Nappu, dan Paulus Sanggola ABSTRAK

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK TEKNIS NOMOR : 26/1801.013/011/B/JUKNIS/2013

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha Tani PT JORO merupakan sebuah perusahaan agribisnis hortikultura yang meliputi budidaya, sarana budidaya, distributor benih, produsen pupuk dan konsultan pertanian..

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING)

PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING) PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING) SUWANDI Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta I. PENDAHULUAN Perbanyakan tanaman banyak dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000) STUDI KELAYAKAN PT. PERKEBUNAN GLENMORE SEBAGAI PRODUSEN BENIH KAKAO Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan - Surabaya I. Pendahuluan PT. Perkebunan Glenmore

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci