BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI PRASIKLUS Penelitian dilaksanakan di kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Observasi yang dilakukan pada tanggal 17, 21, dan 24 November 2014 menunjukkan peserta didik kurang terlatih dalam bertanya, berpendapat, menjelaskan, dan mempertimbangkan sumber relevan. Data menunjukkan peserta didik bertanya 32,14%, peserta didik berpendapat 14,29%, peserta didik menjelaskan 17,86%, dan peserta didik mempertimbangkan sumber relevan 39,29%. Afrizon, Ratnawulan, Fauzi (2012) menjelaskan bahwa sedikitnya peserta didik yang bertanya, berpendapat, berkomentar, menjelaskan, dan mempertimbangkan sumber relevan menunjukkan kemampuan berpikir kritis yang kurang terlatih. Rendahnya kemampuan berpikir kritis yang dimiliki peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 pada pembelajaran Biologi diperkuat dengan hasil tes berpikir kritis prasiklus. Hasil tes berpikir kritis prasiklus disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Persentase Capaian Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Prasiklus No. Aspek Capaian (%) Kategori 1. Interpretation (menginterpretasi) 43,97 Cukup 2. Analysis (menganalisis) 29,31 Kurang 3. Evaluation (mengevaluasi) 32,76 Kurang 4. Inference (menyimpulkan) 43,10 Kurang 5. Explanation (menjelaskan) 53,45 Cukup 6. Self-regulation (pengaturan diri) 52,59 Cukup Jumlah 255,17 Rata- rata 42,53 Kurang Tabel 4.1. menunjukkan persentase kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta berkisar antara 29,31% sampai 53,45% dengan kategori kurang sampai cukup. Persentase terendah berada pada aspek menganalisis sebesar 29,31%. Persentase tertinggi berada pada aspek 29

2 30 menjelaskan sebesar 53,45%. Secara keseluruhan didapatkan persentase rata-rata capaian kelas sebesar 42,53% dengan kategori kurang. Capaian skor prasiklus menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta berada pada kategori kurang dan perlu ditingkatkan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dilaksanakan melalui penerapan model PBL yang diimplementasikan dalam bentuk siklus siklus pembelajaran. Siklus dilakukan secara berlanjut sampai mencapai target yang telah ditentukan. B. DESKRIPSI HASIL TINDAKAN TIAP SIKLUS 1. Siklus I Siklus I terdiri dari empat kegiatan yaitu kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Rincian kegiatan pada siklus I diuraikan sebagai berikut. a. Perencanaan Siklus I Perencanaan dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru dan pembimbing. Kegiatan dalam perencanaan meliputi identifikasi masalah, perumusan masalah dan analisis penyebab masalah, menetapkan altenatif pemecahan masalah, penentuan topik bahasan, serta penyusunan perangkat pembelajaran dan penelitian. Rincian kegiatan perencanaan Siklus I disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Perencanaan Tindakan Siklus I Kegiatan Keterangan Identifikasi masalah Kolaborasi antara peneliti, guru, dan pembimbing untuk melakukan identifikasi masalah melalui observasi, kajian dokumen, dan tes. Perumusan masalah Kolaborasi antara peneliti, guru, dan pembimbing untuk dan analisis menentukan masalah yang mendesak untuk dipecahkan penyebab masalah yaitu rendahnya kemampuan berpikir kritis. Rendahnya kemampuan berpikir kritis di kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta disebabkan pembelajaran yang kurang melatihkan commit to peserta user didik untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis.

3 Lanjutan Tabel 4.2. Kegiatan Menetapkan alternatif pemecahan maslah Menentukan pokok bahasan Menyusun perangkat pembelajaran dan penelitian Keterangan Kolaborasi antara peneliti, guru, dan pembimbing untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang sesuai untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yaitu model PBL. Kolaborasi antara peneliti, guru, dan pembimbing untuk menentukan materi yang sesuai dengan karakteristik PBL yaitu KD 3.10 Menganalisis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan- perubahan tersebut bagi kehidupan. Pokok bahasan pada Siklus I adalah pencemaran air dan tanah. Kolaborasi antara peneliti, guru, dan pembimbing untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bersama guru berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar tugas pengamatan fenomena, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Penyusunan perangkat penelitian meliputi Lembar Observasi keterlaksanaan sintaks PBL dan soal tes kemampuan berpikir kritis. 31 b. Pelaksanaan Siklus I 1) Pertemuan pertama Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 6 Mei 2015 jam ke 1-2 dengan alokasi waktu 2x45 menit. Tahap PBL yang dilaksanakan pada pertemuan pertama adalah meeting the problem, problem analysis and learning issues, dan discovery and reporting. Awal pembelajaran guru meminta peserta didik mengamati toples berisi berbagai jenis ikan dan memasukkan deterjen ke dalam toples. Demonstrasi yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk mengarahkan peserta didik untuk mengetahui materi yang akan dipelajari. Guru mengarahkan peserta didik menentukan materi pembelajaran melalui pertanyaan pertanyaan hingga peserta didik menyebutkan materi pembelajaran yang akan dibahas adalah pencemaran. Guru meminta peserta didik menyebutkan macam- macam pencemaran yang ada di lingkungan sekitar dan membatasi topik pembelajaran yang akan dibahas adalah pencemaran air dan tanah. Guru meminta peserta didik untuk mengamati fenomena pencemaran air dan tanah di sekitar lingkungan sekolah. Peserta didik dibagi dalam empat kelompok untuk memudahkan pengawasan. Kelompok 1 dan 2 mengamati fenomena pencemaran air di sungai sebelah selatan sekolah. Kelompok 3 dan 4

4 32 mengamati tempat pembuangan sampah di sebelah utara sekolah. Peserta didik mengidentifikasi fakta hasil pengamatan fenomena pencemaran air dan pencemaran tanah. Guru meminta peserta didik merumuskan masalah berdasarkan hasil pengamatan fenomena. Beberapa peserta didik mengalami kesulitan dalam membuat rumusan masalah karena belum paham mengenai cara pembuatan rumusan masalah. Rumusan masalah yang telah dibuat oleh masing masing peserta didik kemudian dituliskan di papan tulis oleh perwakilan kelompoknya. Setiap perwakilan kelompok diberikan kesempatan untuk menuliskan di papan tulis rumusan masalah yang dipilih. Masing masing kelompok diberikan LKS dan diberikan waktu sampai jam pelajaran selesai untuk membuat hipotesis, membuat rancangan penyelidikan dan melakukan penyelidikan untuk mendapatkan solusi dan informasi mengenai permasalahan yang telah dipilih. Solusi dan informasi diperoleh melalui internet. Tahap pemilihan rumusan masalah belum berjalan sesuai RPP. Seharusnya semua rumusan masalah yang dibuat peserta didik ditampung terlebih dahulu sebelum dipilih. Pemilihan rumusan masalah seharusnya juga dilakukan bersama antara guru dan peserta didik. Pertemuan kedua dilaksanakan 11 Mei 2015 jam ke 7-8 dengan alokasi waktu 2x45 menit. Tahap PBL yang dilaksanakan pada pertemuan pertama adalah solution presentation and reflection dan overview, integration and evaluation. Kelompok 1 diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi mengenai subtopik pencemaran air. Presentasi dilanjutkan oleh kelompok 3 dengan subtopik pencemaran tanah. Guru meminta kelompok 2 dan 4 untuk menanggapi kelompok yang presentasi. Kelompok 2 menambahkan presentasi kelompok 1 sedangkan kelompok 4 menambahkan presentasi kelompok 3. Tahap presentasi belum sesuai RPP karena tidak semua kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan solusi permasalahan yang ditemukan. Guru memberikan soal tes yang telah dibuat berdasarkan aspek kemampuan berpikir kritis dengan materi pencemaran air dan tanah. Peserta didik diberikan waktu 30 menit untuk mengerjakan soal tes. Sebelum guru menutup pembelajaran, peserta didik diberikan tugas rumah untuk

5 mengamati pasar, terminal, atau jalan raya di sekitar tempat tinggal masing masing. Tugas yang diberikan sebagai bahan pertemuan selanjutnya. 33 c. Observasi Tindakan Siklus I Observasi terhadap pelaksanaan tindakan Siklus I dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis yang dilakukan di akhir Siklus I. Tes disusun berdasarkan aspek- aspek kemampuan berpikir kritis. Hasil capaian per aspek kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta menggunakan model PBL pada siklus pertama disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Persentase Capaian Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I No. Aspek Capaian (%) Kategori 1. Interpretation (menginterpretasi) 73,28 Baik 2. Analysis (menganalisis) 75,86 Baik 3. Evaluation (mengevaluasi) 75,86 Baik 4. Inference (menyimpulkan) 62,07 Cukup 5. Explanation (menjelaskan) 63,79 Baik 6. Self-regulation (pengaturan diri) 74,14 Baik Jumlah 425,00 Rata- rata 70,83 Baik Berdasarkan Tabel 4.3. didapatkan persentase kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta pada Siklus I berkisar antara 62,07% sampai 75,86% dengan kategori cukup sampai baik. Persentase terendah berada pada aspek menyimpulkan sebesar 62,07%. Persentase tertinggi berada pada aspek menganalisis dan mengevaluasi sebesar 75,86%. Secara keseluruhan didapatkan persentase rata-rata capaian kelas sebesar 70,83% dengan kategori baik. Tindakan siklus I memberikan dampak positif terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik. Kemampuan berpikir kritis peserta didik pada siklus I meningkat secara signifikan dibanding pada kegiatan prasiklus.

6 34 d. Tahap Analisis dan Refleksi Tahap analisis dan refleksi Siklus I berisi kegiatan analisis hasil dan ulasan terhadap kendala yang ditemui pada pelaksanaan Siklus I. Pelaksanaan tindakan pada Siklus I mengalami beberapa kendala dan terdapat aspek yang belum memenuhi target pencapaian. Hasil pada tahap refleksi 1 menemukan beberapa hal yang disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Temuan dan Solusi Siklus I Temuan 1. Guru kurang jelas dalam memberikan instruksi untuk membuat hipotesis, merencanakan, dan melakukan penyelidikan 2. Rumusan masalah dipilih langsung oleh kelompok 3. Peserta didik yang presentasi hanya 2 kelompok 4. Waktu berdiskusi untuk merencanakan dan melakukan penyelidikan kurang dan terkesan terburu- buru 5. Peserta didik kurang terkontrol saat diskusi dan presentasi 6. Guru kurang maksimal membimbing peserta didik dalam mencari sumber referensi yang diperlukan Solusi 1. Guru lebih jelas dalam memberikan instruksi untuk membuat hipotesis, merencanakan, dan melakukan penyelidikan 2. Guru mengakomodasi semua rumusan masalah yang dibuat peserta diidik dan bersama peserta didik memilih rumusan masalah yang relevan 3. Guru memberikan kesempatan semua kelompok untuk presentasi 4. Guru memberikan waktu lebih lama kepada peserta didik untuk menyelesaikan perencanaan dan penyelidikan 5. Guru memantau dan memberikan arahan kepada peserta didik untuk berdiskusi dan memperhatikan teman yang presentasi 6. Guru memberikan arahan kepada peserta didik untuk mencari sumber dari internet, jurnal penelitian, atau buku lain selain buku pegangan untuk menambah pengetahuan Refleksi dan analisis siklus I menghasilkan kesimpulan bahwa tindakan berupa penerapan model pembelajaran PBL yang dilakukan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik meskipun belum mencapai target yang diharapkan, sehingga tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

7 Hasil refleksi siklus I berdasarkan Tabel 4.4 dijadikan panduan untuk membuat perencanaan tindakan pada siklus II Siklus II Hasil refleksi dari siklus I menunjukkan bahwa target penelitian belum tercapai sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Siklus II terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Rincian kegiatan pada siklus II diuraikan sebagai berikut. a. Perencanaan siklus II Perencanaan dilaksanakan berkolaborasi dengan guru dan pembimbing berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Hasil refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran masih ditemukan kelemahan- kelemahan sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II. Hasil refleksi dari siklus I sebagai dasar langkah perbaikan untuk siklus II. Rincian kegiatan perencanaan Siklus II disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Perencanaan Tindakan Siklus II Kegiatan Menentukan pokok bahasan Menyusun perangkat pembelajaran siklus II Menyususn perangkat penelitian Keterangan Kolaborasi peneliti, guru, dan pembimbing untuk menentukan pokok bahasan. Pokok bahasan pada Siklus II adalah pencemaran udara dan suara. Kolaborasi peneliti, guru, dan pembimbing untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar tugas pengamatan fenomena, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Kolaborasi peneliti, guru, dan pembimbing untuk menyusun perangkat penelitian meliputi Lembar Observasi keterlaksanaan sintaks PBL dan soal tes kemampuan berpikir kritis. b. Pelaksanaan Siklus I 1) Pertemuan pertama Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 13 Mei 2015 jam ke 1-2 dengan alokasi waktu 2x45 menit. Tahap PBL yang dilaksanakan pada pertemuan pertama adalah meeting the problem, problem analysis and learning issues, dan

8 36 discovery and reporting. Awal pembelajaran guru mengarahkan peserta didik menentukan materi pembelajaran melalui pertanyaan pertanyaan hingga peserta didik menyebutkan materi pembelajaran yang akan dibahas adalah pencemaran udara dan suara. Guru meminta peserta didik mengidentifikasi fakta hasil pengamatan fenomena pencemaran udara dan suara yang telah ditugaskan. Guru meminta peserta didik membuat rumuskan masalah berdasarkan hasil pengamatan fenomena. Guru menunjuk peserta didik secara acak untuk menuliskan rumusan masalah di papan tulis. Tahap ini belum berjalan sesuai yang diharapkan karena ada beberapa anak yang tidak mendapatkan kesempatan untuk menuliskan rumusan masalah yang telah dibuat. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk memilih rumusan masalah yang ingin diselesaikan. Kelompok 1 dan 2 memilih subtopik pencemaran udara. Kelompok 3 dan 4 memilih subtopik pencemaran suara. Masing masing kelompok diberikan LKS dan diberikan waktu sampai jam pelajaran berakhir untuk menyususn hipotesis sesuai rumusan masalah yang diterima, membuat rancangan penyelidikan dan melakukan penyelidikan untuk mendapatkan solusi dan informasi melalui berbagai sumber. 2) Pertemuan kedua Pertemuan kedua dilaksanakan 18 Mei 2015 jam ke 7-8 dengan alokasi waktu 2x45 menit. Tahap PBL yang dilaksanakan pada pertemuan pertama adalah solution presentation and reflection dan overview, integration and evaluation. Kelompok 1 diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya mengenai subtopik pencemaran udara. Presentasi dilanjutkan oleh kelompok 2 dengan subtopik pencemaran udara. Presentator ketiga adalah kelompok 3 dengan subtopik pencemaran suara. Presentasi dilanjutkan oleh kelompok 4 dengan subtopik pencemaran suara. Guru meminta peserta didik membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari dan membimbing peserta didik untuk mereview materi pencemaran udara dan suara. Guru memberikan soal tes yang telah dibuat berdasarkan aspek kemampuan berpikir kritis dengan materi pencemaran udara dan suara. Peserta didik diberikan waktu 30 menit untuk menyelesaikan soal tes.

9 37 c. Observasi Tindakan Siklus II Observasi terhadap pelaksanaan tindakan Siklus II dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis yang dilakukan di akhir Siklus II. Tes disusun berdasarkan aspek- aspek kemampuan berpikir kritis. Hasil capaian per aspek kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta menggunakan model PBL pada siklus II disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Persentase Capaian Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II No. Aspek Capaian (%) Kategori 1. Interpretation (menginterpretasi) 81,90 Sangat baik 2. Analysis (menganalisis) 75,86 Baik 3. Evaluation (mengevaluasi) 75,86 Baik 4. Inference (menyimpulkan) 62,07 Cukup 5. Explanation (menjelaskan) 75,86 Baik 6. Self-regulation (pengaturan diri) 78,45 Baik Jumlah 450,00 Rata- rata 75,00 Baik Tabel 4.6. menunjukkan persentase kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta pada Siklus II berkisar antara 62,07% sampai 81,90% dengan kategori cukup sampai sangat baik. Persentase terendah berada pada aspek menyimpulkan sebesar 62,07%. Persentase tertinggi berada pada aspek menginterpretasi sebesar 81,90%. Secara keseluruhan didapatkan persentase rata-rata capaian kelas sebesar 75,00% dengan kategori baik. d. Tahap Analisis dan Refleksi Hasil observasi tindakan pada siklus II menunjukkan target penelitian sudah tercapai sehingga penelitian dihentikan pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Hasil observasi sudah menunjukkan peningkatan 18,34% pada setiap aspek kemampuan berpikir kritis.

10 38 C. PERBANDINGAN ANTAR SIKLUS Perbandingan pencapaian persentase kemampuan berpikir kritis masing masing aspek pada prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.1. CAPAIAN (%) 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 81,90 75,86 75,86 73,28 75,86 75,86 75,86 78,45 62,07 74,14 62,07 63,79 53,45 52,59 43,97 43,10 32,76 29,31 PRA SIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS 2 ASPEK BERPIKIR KRITIS Gambar 4.1. Diagram Capaian Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siklus Berdasarkan gambar 4.1 terlihat persentase capaian yang berbeda untuk setiap aspek kemampuan berpikir kritis peserta didik dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Persentase capaian aspek kemampuan berpikir kritis pada prasiklus yaitu aspek interpretation (menginterpretasi) sebesar 43,97%, analysis (menganalisis) sebesar 29,31%, evaluation (mengevaluasi) sebesar 32,76%, inference (menyimpulkan) sebesar 43,10%, explanation (menjelaskan) sebesar 53,45%, dan self-regulation (pengaturan diri) sebesar 52,59%. Persentase capaian aspek kemampuan berpikir kritis pada siklus I yaitu aspek interpretation (menginterpretasi) sebesar 73,28%, analysis (menganalisis) sebesar 75,86%, evaluation (mengevaluasi) sebesar 75,86%, inference (menyimpulkan) sebesar 62,07%, explanation (menjelaskan) sebesar 63,79%, dan self-regulation (pengaturan diri) sebesar 74,14%. Persentase capaian aspek kemampuan berpikir kritis pada siklus II yaitu aspek interpretation (menginterpretasi) sebesar 81,90%, analysis (menganalisis) sebesar 75,86%, evaluation (mengevaluasi) sebesar 75,86%, inference (menyimpulkan) sebesar 62,07%, explanation (menjelaskan)

11 39 sebesar 75,86%, dan self-regulation (pengaturan diri) sebesar 78,45%. Kenaikan persentase capaian aspek kemampuan berpikir kritis dari prasiklus ke siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Kenaikan Persentase Capaian Aspek Kemampuan Berpikir Kritis dari No prasiklus ke siklus I Aspek Interpretation (menginterpretasi) Analysis (menganalisis) Evaluation (mengevaluasi) Inference (menyimpulkan) Explanation (menjelaskan) Self-regulation (pengaturan diri) Prasiklus (%) Siklus I (%) Peningkatan Target Ket. 43,97 73,28 29,31 18,34 Tercapai 29,31 75,86 46,55 18,34 Tercapai 32,76 75,86 43,10 18,34 Tercapai 43,10 62,07 18,97 18,34 Tercapai 53,45 63,79 10,34 18,34 Belum tercapai 52,59 74,14 21,55 18,34 Tercapai Berdasarkan Tabel 4.7. terlihat peningkatan persentase capaian yang berbeda untuk setiap aspek kemampuan berpikir kritis dari prasiklus ke siklus I. Aspek menginterpretasi sebesar 29,31%, aspek menganalisis sebesar 46,55%, aspek mengevaluasi sebesar 43,10%, aspek menyimpulkan sebesar 18,97%, aspek menjelaskan sebesar 10,34%, dan aspek pengaturan diri sebesar 21,55%. Aspek yang mengalami peningkatan tertinggi adalah aspek menganalisis. Aspek yang mengalami peningkatan terendah adalah aspek menjelaskan. Data persentase capaian dari prasiklus ke siklus I menunjukkan semua aspek kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan. Namun, terdapat aspek yang belum memenuhi target penelitian yaitu aspek menjelaskan. Sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Kenaikan persentase capaian aspek kemampuan berpikir kritis dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.8.

12 Tabel 4.8. Kenaikan Persentase Capaian Aspek Kemampuan Berpikir Kritis dari No Siklus I ke siklus II Aspek Interpretation (menginterpretasi) Analysis (menganalisis) Evaluation (mengevaluasi) Inference (menyimpulkan) Explanation (menjelaskan) Self-regulation (pengaturan diri) Siklus I (%) Siklus II (%) Peningkatan 73,28 81,90 8,62 75,86 75, ,86 75, ,07 62, ,79 75,86 12,07 74,14 78,45 4,31 40 Tabel 4.8. menunjukkan peningkatan aspek menginterpretasi dari siklus I sampai siklus II sebesar 8,62%, aspek menganalisis sebesar 0%, aspek mengevaluasi sebesar 0%, aspek menyimpulkan sebesar 0%, aspek menjelaskan sebesar 12,07%, dan aspek pengaturan diri sebesar 4,31%. Aspek yang mengalami peningkatan tertinggi adalah aspek menjelaskan. Aspek yang mengalami peningkatan terendah adalah aspek pengaturan diri. Aspek yang tidak mengalami peningkatan adalah aspek menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan. Total peningkatan dari prasiklus sampai siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Total Kenaikan Persentase Capaian Aspek Kemampuan Berpikir Kritis No Aspek Interpretation (menginterpretasi) Analysis (menganalisis) Evaluation (mengevaluasi) Inference (menyimpulkan) Explanation (menjelaskan) Self-regulation (pengaturan diri) Siklus I (%) Siklus II (%) Total peningkatan Target Ket. 29,31 8,62 37,93 18,34 Tercapai 46, ,55 18,34 Tercapai 43, ,10 18,34 Tercapai 18, ,97 18,34 Tercapai 10,34 12,07 22,41 18,34 Tercapai 21,55 4,31 25,86 18,34 Tercapai

13 41 Tabel 4.9. menunjukkan total peningkatan aspek menginterpretasi sebesar 37,93%, aspek menganalisis sebesar 46,55%, aspek mengevaluasi sebesar 43,10%, aspek menyimpulkan sebesar 18,97%, aspek menjelaskan sebesar 22,41%, dan aspek pengaturan diri sebesar 25,86%. Aspek yang mengalami peningkatan tertinggi adalah aspek menganalisis. Aspek yang mengalami peningkatan terendah adalah aspek menyimpulkan. Data total peningkatan capaian aspek kemampuan berpikir kritis peserta didik dari prasiklus hingga siklus II menunjukkan semua aspek kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan sesuai target yang telah ditentukan yaitu 18,34%. Capaian rata- rata kelas juga mengalami peningkatan dari prasiklus sampai siklus II seperti pada Gambar 4.2. RATA- RATA CAPAIAN (%) 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 70,83 75,00 42,53 prasiklus siklus 1 siklus 2 TAHAPAN Gambar 4.2. Capaian Rata- Rata Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Tiap Siklus Berdasarkan gambar 4.2. terlihat peningkatan capaian rata- rata kelas aspek kemampuan berpikir kritis peserta didik dari prasiklus hingga siklus II. Capaian rata rata kelas pada prasiklus sebesar 42,53%. Capaian rata rata kelas pada siklus I sebesar 70,83% (meningkat 28,30%). Capaian rata rata kelas pada siklus II sebesar 75,00% (meningkat 4,17%). Sehingga dari prasiklus hingga siklus II didapatkan peningkatan total capaian rata rata kelas sebesar 32,47%. Data perbandingan capaian rata- rata kemampuan berpikir kritis kelas menunjukkan bahwa dengan penerapan commit to model user pembelajaran PBL, kemampuan

14 42 berpikir kritis peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta mengalami peningkatan. Kemampuan berpikir kritis peserta didik dianalisis lebih dalam berdasarkan persentase perolehan skor yang diperoleh masing masing peserta didik. Perbadingan kemampuan berpikir kritis masing-masing peserta didik pada prasiklus, siklus I, dan siklus II seperti Gambar ,00 90,00 80,00 CAPAIAN (%) 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20, PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II NOMOR PRESENSI Gambar 4.3. Perbadingan Kemampuan Berpikir Kritis Masing-Masing Peserta Didik pada Prasiklus, Siklus I, Dan Siklus II Berdasarkan Gambar 4.3. menunjukkan capaian kemampuan berpikir kritis peserta didik yang berbeda pada masing masing siklus. Kemampuan berpikir kritis masing masing peserta didik pada prasiklus berkisar antara 29,17 66,67%. Kemampuan berpikir kritis masing masing peserta didik pada siklus I berkisar antara 37,50 91,67%. Kemampuan berpikir kritis masing masing peserta didik pada siklus II berkisar antara 58,33 95,83%. Secara kesuluruhan terdapat 9 data yang menonjol yaitu ditunjukkan oleh nomor presensi 1, 9, 13, 19, 21, 22, 24, 27, dan 29. Data menunjukkan adanya penurunan pada siklus II. Data kemampuan berpikir kritis masing- masing peserta didik didukung dengan nilai kognitif masing- masing peserta didik seperti Tabel 4.10.

15 43 Tabel 4.10 Perbadingan Nilai Kognitif Masing-Masing Peserta Didik pada Prasiklus, Siklus I, Dan Siklus II No. Nama Nilai Kognitif Prasiklus Siklus I Siklus II 1 Ainayya Firda Alhayya Alfira Maulana Ana Aniza K Almira Munika Anisa Nur Hidayah Anisa Tri Mukti Arina Fitri Hidayati Bagas Huda Nur Wibawa Cintiya Leadislamiwati Cytra Meiliana S. D Dewi Marbawani Elvira Astrid Kusuma Fikri Rasyadi Rahman Fita Fathya Iriana Mahmud Fauzi Muhammad Ilham Alghazali Muhammad Selfiro Rizky Margo Namira Raihan Amir Nuharrifa Prama As Syifa Putri Lutffiah Islamiyati Rani Wijayanti Rosidha Kusumawardhani Safira Dyah Ayu Pitaloka Shania Sheila Sekar Mahadani Sutini Tsitmara Givando Ulva Kusuma Putri Pramayuning Utsman Arifin Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan capaian nilai kognitif peserta didik yang berbeda pada masing masing siklus. Secara kesuluruhan terdapat 9 data yang menonjol yaitu ditunjukkan oleh nomor presensi 1, 9, 13, 19, 21, 22, 24, 27, dan 29. Data menunjukkan adanya penurunan capaian nilai kognitif pada siklus II.

16 44 D. PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan di kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil observasi menunjukkan peserta didik kurang terlatih dalam bertanya, berpendapat, menjelaskan, dan mempertimbangkan sumber relevan. Data menunjukkan peserta didik bertanya 32,14%, peserta didik berpendapat 14,29%, peserta didik menjelaskan 17,86%, dan peserta didik mempertimbangkan sumber relevan 39,29%. Afrizon, Ratnawulan, Fauzi (2012) menjelaskan bahwa sedikitnya peserta didik yang bertanya, berpendapat, berkomentar, menjelaskan, dan mempertimbangkan sumber relevan menunjukkan kemampuan berpikir kritis yang kurang terlatih. Rendahnya kemampuan berpikir kritis yang dimiliki peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 pada pembelajaran Biologi diperkuat dengan hasil tes berpikir kritis prasiklus. Persentase capaian aspek kemampuan berpikir kritis pada prasiklus yaitu aspek interpretation (menginterpretasi) sebesar 43,97%, analysis (menganalisis) sebesar 29,31%, evaluation (mengevaluasi) sebesar 32,76%, inference (menyimpulkan) sebesar 43,10%, explanation (menjelaskan) sebesar 53,45%, dan self-regulation (pengaturan diri) sebesar 52,59%. Secara keseluruhan didapatkan skor capaian rata- rata kelas sebesar 42,53%. Kemampuan berpikir kritis dengan persentase 25 43,75% termasuk dalam kategori kurang (Indarti, Soekamo, Soelistijo, 2013). Sehingga berdasarkan hasil observasi terfokus didapatkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta perlu ditingkatkan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dilakukan melalui penerapan model pembelajaran PBL. Semua aspek kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan menggunakan model pembelajaran PBL. Tahapan yang terdapat dalam model pembelajaran PBL meliputi meeting the problem, problem analysis and learning issues, discovery and reporting, solution presentation and reflection, dan overview, integration and evaluation. Meeting the problem merupakan tahap penghadiran fenomena yang mengarahkan pada tujuan pembelajaran. Fenomena yang dihadirkan harus fenomena nyata. Peserta didik diharuskan melakukan identifikasi dan membuat

17 45 rumusan masalah berdasarkan fenomena yang telah diamati. Problem analysis and learning issues merupakan tahap pemilihan masalah yang relevan. Pemilihan masalah didasarkan pada kesesuaian dengan materi dan kemungkinan untuk diselesaikan. Discovery and reporting merupakan tahap penyelidikan dan pencarian solusi permasalahan. Sebelum dilakukan proses pencarian solusi permasalahan, peserta didik dikoordinasikan dalam kelompok kelompok. Setiap kelompok bertanggung jawab dalam mencari solusi dari permasalahan yang didapat. Solution presentation and reflection merupakan tahap presentasi solusi permasalahan yang telah ditemukan. Setiap kelompok memiliki kesempatan untuk mempresentasikan solusi permasalahan yang didapat sedangkan kelompok lain memiliki kesempatan untuk bertanya atau menanggapi. Pada tahap overview, integration, and evaluation peserta didik mengevaluasi proses pencarian solusi permasalahan dan guru membantu membuat ringkasan terkait materi yang dipelajari (Tan, 2003). Tahap meeting the problem dapat melatihkan kemampuan analisis melalui proses identifikasi fenomena dan dapat meningkatkan kemampuan interpretasi melalui proses penyusunan rumusan masalah. Tahap problem analysis and learning issues memberdayakan kemampuan menyimpulkan melalui proses pemilihan rumusan masalah yang relevan. Tahap discovery and reporting memberdayakan kemampuan menyimpulkan melalui proses penyusunan rencana penyelidikan dan melatihkan kemampuan interpretasi melalui proses penyelidikan. Tahap solution presentation and reflection melatihkan kemampuan menjelaskan melalui presentasi solusi permasalahan. Sedangkan tahap overview, integration, and evaluation melatihkan kemampuan evaluasi dan pengaturan diri melalui kegiatan evaluasi proses pencarian solusi (Zane, 2013). Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan berpikir kritis peserta didik meningkat pada siklus I dan siklus II dengan pencapaian yang berbeda beda. Aspek pertama yaitu menginterpretasi. Interpretation (Interpretasi) merupakan kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa, keputusan, konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria (Facione, commit 2015). to user Aspek interpretasi pada prasiklus

18 46 memiliki presentase sebesar 43,97% dengan kategori cukup. Pada siklus I menjadi 73,28% (meningkat 29,31%) dengan kategori baik. Peningkatan sudah mencapai target penelitian yang telah ditentukan pada siklus I. Peningkatan terjadi karena peserta didik dituntut untuk menggunakan kemampuan interpretasi dalam proses pembelajaran, khususnya dalam proses penyelidikan untuk mencari solusi permasalahan. Proses penyelidikan merupakan subskill dari interpretasi (Zane, 2013) sehingga dengan membiasakan peserta didik untuk melakukan penyelidikan dapat meningkatkan kemampuan interpretasi. Pada siklus II persentase capaian menjadi 81,90% (meningkat 8,62%) dengan kategori sangat baik. Peningkatan terjadi karena peserta didik mulai terlatih menggunakan kemampuan interpretasi dalam pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Snyder Snyder (2008) yang menjelaskan bahwa latihan merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan berpikir kritis. Total peningkatan dari prasiklus hingga siklus II sebesar 37,93%. Aspek kedua yaitu menganalisis. Analysis (Analisis) merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan yang benar di dalam hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk pernyataaan yang diharapkan untuk menyatakan kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat (Facione, 2015). Aspek analisis pada prasiklus memiliki presentase sebesar 29,31% dengan kategori kurang. Pada siklus I menjadi 75,86% (meningkat 46,55%) dengan kategori baik. Peningkatan sudah mencapai target penelitian yang telah ditentukan pada siklus I. Peningkatan terjadi karena peserta didik terlatih menggunakan kemampuan analisis dalam proses identifikasi fenomena pencemaran. Proses identifikasi merupakan subskill dari analisis (Zane, 2013) sehingga dengan membiasakan peserta didik untuk melakukan identifikasi fenomena dapat meningkatkan kemampuan analisis. Pada siklus II persentase capaian sebesar 75,86% dengan kategori baik. Persentase capaian dari prasiklus ke siklus II memang meningkat sesuai target tetapi dari siklus I ke siklus II tidak mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan waktu penelitian yang kurang lama mengingat bahwa aspek analisis merupakan salah satu aspek yang dianggap kompleks. Seseorang perlu memahami isi suatu informasi terlebih dahulu sebelum mengaitkan dengan materi sehingga perlu

19 47 waktu lebih lama untuk melihat peningkatan yang lebih signifikan. Masek Yamin (2011) menjelaskan bahwa PBL akan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis apabila diterapkan dalam waktu yang lebih lama. Proses pengamatan fenomena siklus II dijadikan tugas rumah sehingga beberapa peserta didik mengerjakan di sekolah sebelum jam pelajaran tanpa melakukan pengamatan terlebih dahulu. Afrizon, Ratnawulan, Fauzi (2012) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis perlu dilatih sedini dan sesering mungkin sehingga tanpa adanya latihan kemampuan berpikir kritis tidak akan berkembang. Selain dikarenakan faktor faktor yang telah dijelaskan, diduga capaian maksimal kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk aspek menganalisis di kelas X MIA 3 adalah sebesar 75,86% sehingga meskipun sudah ada perbaikan treatment hasil yang diperoleh tetap. Aspek ketiga yaitu mengevaluasi. Evaluation (Evaluasi) merupakan kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau penyajian lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang, pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan dan menilai kekuatan logika dari hubungan inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial yang aktual diantara pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk bentuk representasi yang lain (Facione, 2015). Aspek evaluasi pada prasiklus memiliki presentase sebesar 32,76% dengan kategori kurang. Pada siklus I menjadi 75,86% (meningkat 43,10%) dengan kategori baik. Peningkatan sudah mencapai target penelitian yang telah ditentukan pada siklus I. Peningkatan terjadi karena pembelajaran mulai memfasilitasi peserta didik untuk memberdayakan kemampuan evaluasi peserta didik melalui proses evaluasi proses pencarian solusi masalah. Sebagaimana dijelaskan oleh Afrizon, Ratnawulan, Fauzi (2012) bahwa kemampuan berpikir kritis dipengaruhi oleh faktor nurture atau lingkungan yang memfasilitasi pengembangan dan pengungkapan pikiran. Pada siklus II persentase capaian sebesar 75,86% dengan kategori baik. Persentase capaian dari prasiklus ke siklus II memang meningkat sesuai target tetapi dari siklus I ke siklus II tidak mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan aspek evaluasi merupakan salah satu aspek yang dianggap kompleks. Seseorang perlu mengerti teori terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian sehingga perlu waktu

20 48 lebih lama untuk melihat peningkatan yang lebih signifikan. Masek Yamin (2011) menjelaskan bahwa PBL akan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis apabila diterapkan dalam waktu yang lebih lama. Lembar observasi keterlaksanaan sintaks menujukkan bahwa evaluasi proses pencarian solusi masalah tidak terlaksana sehingga peserta didik tidak terlatih untuk melakukan evaluasi pada siklus II. Kemampuan berpikir kritis tidak dapat meningkat tanpa adanya adanya latihan. Sejalan dengan pendapat Snyder Snyder (2008) yang menjelaskan bahwa latihan merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan berpikir kritis. Selain dikarenakan faktor faktor yang telah dijelaskan, diduga capaian maksimal kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk aspek mengevaluasi di kelas X MIA 3 adalah sebesar 75,86% sehingga meskipun sudah ada perbaikan treatment hasil yang diperoleh tetap. Aspek keempat yaitu menyimpulkan. Inference (Kesimpulan) merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi yang relevan; dan mengurangi konsekuensi yang ditimbulkan dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pernyataan, atau bentuk-bentuk representasi lainnya (Facione, 2015). Aspek menyimpulkan pada prasiklus memiliki presentase sebesar 43,10% dengan kategori kurang. Pada siklus I menjadi 62,07% (meningkat 18,97%) dengan kategori cukup. Peningkatan sudah mencapai target penelitian yang telah ditentukan pada siklus I. Peningkatan terjadi karena peserta didik terlatih menggunakan kemampuan menyimpulkan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam kegiatan perencanaan proses penyelidikan. Perencanaan merupakan subskill dari menyimpulkan (Zane, 2013) sehingga dengan membiasakan peserta didik untuk melakukan perencanaan dapat meningkatkan kemampuan menyimpulkan. Pada siklus II persentase capaian sebesar 62,07% dengan kategori cukup. Persentase capaian dari prasiklus ke siklus II memang meningkat sesuai target tetapi dari siklus I ke siklus II tidak mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan aspek menyimpulkan merupakan salah satu aspek yang dianggap kompleks. Seseorang perlu merangkum suatu informasi terlebih dahulu sebelum

21 49 menyimpulkan sehingga perlu waktu lebih lama untuk melihat peningkatan yang lebih signifikan. Masek Yamin (2011) menjelaskan bahwa PBL akan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis apabila diterapkan dalam waktu yang lebih lama. Selain dikarenakan faktor waktu, diduga capaian maksimal kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk aspek menyimpulkan di kelas X MIA 3 adalah sebesar 62,07% sehingga meskipun sudah ada perbaikan treatment hasil yang diperoleh tetap. Aspek kelima yaitu menjelaskan. Explanation (Penjelasan) merupakan kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning seseorang, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar bukti, konsep, metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang masuk akal, dan kemampuan untuk mempresentasikan alasan seseorang berupa argumentasi yang meyakinkan (Facione, 2015). Aspek menjelaskan pada prasiklus memiliki presentase sebesar 53,45% dengan kategori cukup. Pada siklus I sebesar 63,79% (meningkat 10,34%) dengan kategori baik. Peningkatan yang terjadi belum mencapai target yang telah ditentukan. Aspek menjelaskan belum mencapai target karena pembelajaran belum berjalan seperti yang diharapkan khususnya pada tahap discovery and reporting dan solution presentation and reflection. Tahap discovery and reporting belum sesuai yang diharapkan karena hanya peserta didik tertentu saja yang aktif berdiskusi sehingga peserta didik yang lain belum terlatih untuk memberdayakan kemampuan menjelaskan. Tahap solution presentation and reflection belum berjalan sesuai yang diharapkan karena hanya dua kelompok yang diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya sehingga hanya beberapa peserta didik yang terlatih untuk memberdayakan kemampuan menjelaskannya. Kemampuan berpikir kritis tidak dapat berkembang maksimal tanpa adanya latihan. Sejalan dengan pendapat Afrizon, Ratnawulan, Fauzi (2012) yang menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis perlu dilatih sedini dan sesering mungkin. Pada siklus II aspek menjelaskan menjadi 75,86% (meningkat 12,07%) dengan kategori baik. Peningkatan terjadi karena guru lebih mengontrol kegiatan discovery and reporting setiap kelompok sehingga setiap peserta didik dalam kelompok lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Setiap peserta didik lebih

22 50 menunjukkan interaksi saling menjelaskan dan saling bertukar ide. Setiap kelompok juga diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya sehingga lebih banyak perta didik yang lebih terlatih menjelaskan dibandingkan siklus I. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat terjadi apabila lingkungan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan pikiran. Sebagaimana dijelaskan oleh Afrizon, Ratnawulan, Fauzi (2012) bahwa kemampuan berpikir kritis dipengaruhi oleh faktor nurture atau lingkungan yang memfasilitasi pengembangan dan pengungkapan pikiran. Total peningkatan dari prasiklus hingga siklus II sebesar 22,41%. Aspek keenam yaitu pengaturan diri. Self-regulation (Pengaturan diri) merupakan kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi dirinya, elemen elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil yang dikembangkan, khususnya dengan mengaplikasikan ketrampilan dalam menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam mengambil kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi (Facione, 2015). Aspek pengaturan diri pada prasiklus memiliki presentase sebesar 52,59% dengan kategori cukup. Pada siklus I menjadi 74,14% (meningkat 21,55%) dengan kategori baik. Peningkatan sudah mencapai target pada siklus I. Pada siklus II persentase capaian menjadi 78,45% (meningkat 4,31%) dengan kategori baik. Total peningkatan dari prasiklus hingga siklus II sebesar 25,86%. Peningkatan terus terjadi dikarenakan proses pembelajaran dengan model PBL berjalan semakin optimal ditinjau dari segi persiapan maupun pelaksanaaan. Kemampuan berpikir kritis akan meningkat apabila lingkungan mendukung dan memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis (Afrizon et al., 2012). Data kemampuan berpikir kritis 9 peserta didik yang mengalami penurunan pada siklus II ditunjukkan oleh peserta didik nomor presensi 1, 9, 13, 19, 21, 22, 24, 27, dan 29. Penurunan terjadi dikarenakan pada siklus II peserta didik yang bersangkutan kurang terlibat aktif dalam masing masing tahap pembelajaran. Peserta didik yang bersangkutan mengerjakan aktivitas lain seperti mengerjakan tugas selain biologi dan membicarakan hal diluar pelajaran. Setiap tahap dari PBL memfasilitasi peserta didik untuk memberdayakan masing-

23 51 masing aspek kemampuan berpikir ktitis. Kurangnya keterlibatan dalam setiap tahapan PBL membuat peserta didik kurang maksimal dalam melatihkan setiap aspek kemampuan berpikir kritis sehingga capaian kemampuan berpikir kritis yang diperoleh menurun. Sejalan dengan pendapat Philips, McNaught, Kennedy (2010) yang menjelaskan bahwa berpikir kritis merupakan learning outcome yang dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Hasil kemampuan berpikir kritis diperkuat dengan nilai kognitif masing-masing peserta didik. Nilai kognitif peserta didik nomor presensi 1, 9, 13, 19, 21, 22, 24, 27, dan 29 mengalami penurunan pada siklus II. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis mempengaruhi nilai kognitif. Sejalan dengan pendapat Afandi, Sugiyarto, Sunarno (2012) yang menjelaskan bahwa berpikir kritis merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar yang tinggi karena berpikir kritis berperan dalam membangun kognisi seseorang. Secara keseluruhan persentase capaian aspek kemampuan berpikir kritis pada siklus I dan II sudah meningkat dibandingkan prasiklus karena masalah dalam PBL memberdayakan kemampuan berpikir peserta didik dalam mencari solusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhson (2009) yang menjelaskan bahwa masalah yang dihadirkan dalam pembelajaran dapat memberdayakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peseta didik dalam mengatasi masalah sehingga kemampuan berpikir peserta didik akan meningkat pada level yang lebih tinggi. Semua aspek kemampuan berpikir kritis meningkat sesuai target pada siklus II sehingga penelitian dihentikan pada siklus II. Target tercapai pada siklus II karena peserta didik sudah mulai terbiasa menggunakan kemampuan berpikir kritisnya dalam pembelajaran yang dibuktikan dengan kelancaran dalam membuat rumusan masalah. Peserta didik juga tidak kesulitan dalam merencanakan dan melakukan proses penyelidikan. Tahap presentasi juga berjalan lancar, setiap kelompok mendapat kesempatan mempresentasikan solusi permasalahan yang ditemukan. Peserta didik tidak kesulitan dalam membuat kesimpulan. Guru juga

24 52 sudah mulai terbiasa menerapkan sintaks PBL yang ditandai dengan meningkatnya capaian keterlaksanaan sintaks. Secara keseluruhan terlihat bahwa proses pembelajaran berjalan semakin matang ditinjau dari kegiatan peserta didik dan guru. Hal ini didukung oleh pendapat Ahmad (2009) menjelaskan bahwa keberhasilan PTK selain tergantung pada peserta didik juga tergantung pada penguasaan guru dalam menerapkan PTK. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Biologi dengan menerapkan model PBL pada kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Surakarta mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi Pencemaran Lingkungan. Hasil ini sesuai dengan pendapat Shahin Tork (2013) yang menyatakan bahwa model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI Volume 7, Nomor 3 Oktober 2015 Halaman 70-77

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI Volume 7, Nomor 3 Oktober 2015 Halaman 70-77 JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI Volume 7, Nomor 3 Oktober 2015 Halaman 70-77 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra-Siklus

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra-Siklus 25 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra-Siklus Observasi Pra-Siklus dilaksanakan tanggal 17 Maret 2015 di kelas X IIS 4 pada sub materi invertebrata dalam satu kali pertemuan selama 3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta, yang terdiri dari 30 kelas, yakni kelas X MIPA berjumlah 5 dan X IPS berjumlah 5 kelas, kelas XI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XI MIA 6 (Imersi) SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. SMA Negeri 1 Karanganyar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Juli 15 Maret 16 Juni 15 Mei 15 April 15 Maret 15 Pebruari 15 Januari 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempet Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA MTA Surakarta dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan observasi, perkenalan, dan wawancara kepada guru kelas III MI. Wawancara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Kegiatan pratindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal objek penelitian sebelum diberi tindakan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X IPA Semester II SMA Negeri di Surakarta. SMA ini terletak di Jalan Muhamad Yamin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mangkuyudan No.2. Lokasi sekolah berada di jalan Samanhudi No.32 Kelurahan Purwosari,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Pelaksanaan Penelitian ini, mengambil kelas V SD Negeri 3 Metro Pusat tahun pelajaran 2012/2013. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap hasil belajar siswa kelas 5 SDN Karangduren 04 sebelum dilaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan langkah-langkah

Lebih terperinci

menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus yang berjumlah 20 siswa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN Karanggondang 01, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester 2 Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Instrumen Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan soal tes akhir siklus. Seluruh instrumen

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Pelaksanaan Pra Siklus Pada pra siklus, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI IPS 3 di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Sebagaimana diuraikan pada bab III, tindakan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan uraian masing-masing siklus, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Prasiklus Kondisi prasiklus merupakan titik awal munculnya penelitian tindakan kelas ini. Dalam pembelajaran awal pada mata pelajaran PKn tentang globalisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1 Dalam Siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Pada siklus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Boyolali,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pra Tindakan Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan observasi awal MI Negeri Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data 1. Pra Siklus Hasil dokumentasi peneliti pada tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika di MI AN-NUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan sanggat tergantung pada proses pembelajaran di dalam kelas. Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan classroom action research atau sering disebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan classroom action research atau sering disebut BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan classroom action research atau sering disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Suatu metode penelitian yang terpadu dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri, dan tindakan terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognisi siswa kelas III

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di kelas 5 SD Negeri Sukorejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Jumlah siswa di kelas 5 sebanyak 19 terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Sekolah Dasar Negeri Clapar terletak di Desa Clapar, wilayah Kecamatan Karanggayam bagian utara. Berjarak

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradaban kehidupan di era globalisasi semakin berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut telah dirasakan oleh seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Paparan Data Pra Tindakan Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 April 2016 sampai dengan 2 Mei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang minat belajar IPA setelah pembelajaran IPA selesai. Akan tetapi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang minat belajar IPA setelah pembelajaran IPA selesai. Akan tetapi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pra Siklus Pada tahap pra siklus dilakukan kegiatan pengambilan data tentang kondisi awal siswa. Hal ini dilakukan dengan meminta siswa mengisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu 50 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Siklus I 1. Implementasi Siklus I Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu pada tanggal 16 September 2014. Pembelajaran pada siklus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Metode penelitian adalah suatu cara untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PTK. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PTK. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan peneliti sebagai observer dan berkolaborasi dengan guru sebagai pengajar dalam penelitian. Sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian dari pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II. Berikut ini akan diuraikan tentang perencanaan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil observasi dan hasil tes, baik tes lesan maupun tes tertulis dapat disimpulkan dan dianalisa bahwa pembelajaran dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN a. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalaam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB III METODE PENELITIAN a. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalaam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). BAB III METODE PENELITIAN a. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalaam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan merupakan upaya untuk meningktakan kinerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Kondisi Awal Sebelum penelitian dilakukan perlu diketahui kondisi pembelajaran Matematika di kelas 3 dalam materi operasi hitung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Boyolali yang terletak di Jln. Kates No. 8, Siswodipuran Boyolali Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian di SMK Negeri 2 Surakarta yang terletak di Jalan Lu Adisucipto No 33 Manahan pada kelas XI TKRD. 2. Waktu

Lebih terperinci

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret   ABSTRAK C027 PENINGKATAN MINAT BELAJAR BIOLOGI SISWA MELALUI Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) BERBANTUAN MODUL PADA SISWA KELAS VII-D SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Evin

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Peneltian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data dan Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Data sekolah dan deskripsi kelas tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah merosotnya moral siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah merosotnya moral siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MIN Teluk Dalam Banjarmasin. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Setting Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Setting Penelitian menjelaskan tentang lokasi berlangsungnya penelitian, pada

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW

Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MELALUI METODE JIGSAW SISWA KELAS XI MIA 6 SMA NEGERI 1 SALATIGA PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017 Suharni 1 1 SMA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang berbasis kelas dan bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Penelitian ini menerapkan konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitan Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Menurut Arikunto (2008: 3). PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Siklus I Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 2 September 2014 dilaksanakan observasi awal dan tanggal 4 September

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Kondisi awal hasil observasi penelitian diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Batiombo 02 masih rendah. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27 39 BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Aek Kuasan dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi Pedosfer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai pembelajaran matematika di kelas IV A SDN 2 Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan media grafis. Melalui penelitian tindakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

III. METODE PENELITIAN. adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas XI IS 2 SMA Negeri 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016, yang beralamat di

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X G SMAN 8 MUARO JAMBI Mona Erliza 1), Astalini 2), Darmaji 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran berbasis scientific approach adalah proses transfer ilmu dua arah antara guru dan siswa dengan metode tertentu yang melibatkan proses sains. Menurut

Lebih terperinci

Peningkatan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Ekosistem Melalui Penerapan Model Inkuiri Terbimbing

Peningkatan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Ekosistem Melalui Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Peningkatan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Ekosistem Melalui Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Increasing Learning Motivation and Student s Critical Thinking Skills On

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan guru mata pelajaran Matematika terkait dengan strategi dan metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan guru mata pelajaran Matematika terkait dengan strategi dan metode BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Metode Inquiry 1. Pra PTK Pelaksanaan kegiatan pra siklus dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa pembelajaran pemahaman membaca dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini menghadirkan suatu perkembangan bidang penelitian tindakan yang mengarahkan mengidentifikasian karakteristik kebutuhan pragmatisndari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh adalah berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning dan pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Pra Siklus Tahap pra siklus adalah tahap dimana belum diterapkannya model pembelajaran yang baru. Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Konsep pokok penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini akan menguraikan antara lain: (1) kondisi awal, (2) siklus I, (3) siklus II, dan (4) pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanan dan observasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu action research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas (Wardhani, 2007:1.3).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan peneliti adalah jenis kualitatif yaitu penelitian tindakan kelas. Adapun model PTK yang akan peneliti adopsi pada penelitian

Lebih terperinci

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN 2442-9805 Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN 2086-4701 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: 2407-1269 Halaman 263-268 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C pada Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di SMP Muhammadiyah

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : ULLY FAKHRUNI NIM : F15111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Volume XIV September 2016

Volume XIV September 2016 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJAJARAN IPA KELAS V SD YPK KEYEN SARA KAMBU S.Pd Guru Madya SD YPK Keyen Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan hasil belajar kelas I SD Negeri 4 Boloh pada awal semester 2 Tahun pelajaran 2011 / 2012, banyak siswa yang kurang aktif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reklektif terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. 16 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C MTs Ma arif NU 1 Jatilawang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 42 siswa, terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan penulis untuk mulai mengadakan penelitian sampai menyelesaikannya adalah selama satu bulan, mulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014. Subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 / 2010 Skripsi Oleh: DWITYA NADIA FATMAWATI K 4306022

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum PTK dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 2 SD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah hasil penelitian selama menerapkan metode resitasi dengan model PBL dalam memahami bangun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan rancangan penelitian model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas (PTK) ini diuraikan tentang kondisi awal, siklus I, siklus II dan pembahasan antar siklus. Setiap siklus terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tindakan Kelas ini adalah mulai bulan November Negeri 1 Pajerukan. Desa Pajerukan, Kecamatan Kalibagor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tindakan Kelas ini adalah mulai bulan November Negeri 1 Pajerukan. Desa Pajerukan, Kecamatan Kalibagor. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan

Lebih terperinci