BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradaban kehidupan di era globalisasi semakin berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut telah dirasakan oleh seluruh umat manusia, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad 21 memunculkan dinamika di berbagai aspek kehidupan. Sejalan dengan tantangan dan persaingan kehidupan yang semakin nyata, maka sangat dibutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar dapat tetap survive, bahkan lebih dari pada sekedar bertahan hidup, yaitu unggul dalam setiap kompetisi kehidupan. Persaingan yang terjadi dalam era globalisasi harus dihadapi dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, yaitu sumber daya yang memiliki kemampuan dalam berpikir, kemampuan dalam bekerja, kemampuan dalam berkomunikasi dan kemampuan penguasaan informasi dan teknologi untuk bekerja. Menurut pendapat Sadia (2008), kehidupan dalam era globalisasi dipenuhi oleh kompetisi-kompetisi yang sangat ketat. Keunggulan dalam berkompetisi terletak pada kemampuan dalam mencari dan menggunakan informasi, kemampuan analitis-kritis, keakuratan dalam pengambilan keputusan, dan tindakan yang proaktif dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Dunia pendidikan berperan penting dan strategis dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang andal. Pendidikan yang sesuai dengan perkembangan abad 21 adalah pendidikan yang lebih menitikberatkan pada pembelajaran yang mampu mengembangkan keterampilan yang meliputi, keterampilan berpikir, keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan berkomunikasi yang mendukung optimalisasi pada proses pencapaian pendidikan. Keberhasilan pendidikan dapat terlihat melalui kompetensi lulusannya. Permen No. 54 Tahun 2013 mengenai Standar Kompetensi Lulusan ditetapkan bahwa Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C pada 1

2 2 dimensi sikap memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Pada dimensi pengetahuan diharapkan memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. Pada dimensi keterampilan para lulusan memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri. Sejalan dengan tersebut,maka melalui proses belajarnya, para peserta didik diharapkan memiliki kemampuan memecahkan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan kreatif. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan yang paling penting dari semua sektor pendidikan (Phillips & Bond, 2004: 277). Pentingnya kemampuan berpikir kritis juga diungkapkan oleh Bhisma (2012) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan penting untuk keberhasilan studi, bekerja dan hidup di era informasi dan teknologi abad ke-21 karena berpikir kritis memungkinkan memanfaatkan potensi dalam melihat masalah, memecahkan masalah, menciptakan dan menyadari diri. Pendapat tersebut diperkuat oleh Lipman dalam Redhana (2012: 3) yang menyatakan orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis adalah orang yang mampu mengambil keputusan secara tepat, cepat, dan bertanggung jawab, dan mampu menghindarkan diri dari penipuan, indokrinasi, dan pencucian otak. Penelitian Triwahyuni (2015) di Malang mengungkapkan pada siswa kelas X SMA Pawyatan Daha Malang data yang diperoleh pada siklus I adalah rata-rata nilai hasil tes evaluasi kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 39,9 dan aktivitas belajar siswa sebesar 45% dari hasil pengamatan saat proses pembelajaran siswa masih kurang aktif dan sudah terbiasa dengan pembelajaran yang konvensional atau metode ceramah. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Afrizon (2012) di Padang mengungkapkan rendahnya kemampuan berpikir kritis

3 3 siswa kelas IX MTsN Model Padang berdasarkan hasil tes Eksplorasi Kemampuan Awal Siswa (EKAS). Penelitian Sadia (2008) juga menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa SMA kelas X di sembilan kabupaten yang ada di Bali, memiliki keterampilan berpikir kritis berkualifikasi rendah, dengan skor rata-rata 49,38 dan simpangan baku 16,92 (skor standar 100). Hasil observasi di SMA Negeri 5 Surakarta juga menunjukkan siswa kesulitan berpikir kritis. Hal tersebut ditunjukkan dengan rendahnya hasil belajar siswa terutama ketika dituntut menyelesaikan soal-soal yang membutuhkan proses berpikir lebih rumit. Hasil analisis kebutuhan yang dilakukan dengan memberikan tes kemampuan berpikir kritis berdasarkan pengembangan soal yang merujuk aspek-aspek kemampuan berpikir kritis yang diungkapkan Facione (2011) pada siswa kelas XI MIPA dengan materi yang telah mereka pelajari, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) aspek interpretasi sebesar 58,47 dengan kriteria cukup, 2) aspek analisis sebesar 58,18 dengan kriteria cukup, 3) aspek evaluasi sebesar 61,67 dengan kriteria cukup, 4) aspek kesimpulan sebesar 42,17 dengan kriteria sangat kurang, 5) aspek penjelasan sebesar 44,23 dengan kriteria sangat kurang, 6) aspek pengaturan diri sebesar 25,77 dengan kriteria sangat kurang. Analisis juga dilakukan pada pemenuhan 8 Standar Nasional Pendidikan, meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Khususnya pada standar proses menunjukkan adanya gap yang cukup tinggi yaitu sebesar 4,17 dari skor ideal. Aspek yang dianalisis pada standar 2 meliputi proses pembelajaran, pemantauan dan sumber belajar. Adanya gap tersebut mengindikasikan masih terdapat kekurangan pada proses pembelajaran yang mengimbas pada perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Rendahnya standar proses dipengaruhi oleh kurang optimalnya proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa proses pembelajaran siswa cenderung menyerap berbagai informasi dengan cara menghafal, sehingga siswa kurang mengeksplorasi membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar dan hanya belajar

4 4 berdasarkan buku materi dan LKS, bahkan ketika diberi kesempatan untuk berdiskusi belum semua siswa mau berperan serta aktif. Hal tersebut memerlukan tindakan yang sesuai agar permasalahan yang ada dapat di atasi. Salah satunya melalui perencanaan proses pembelajaran yang lebih baik. Relevan dengan hasil penelitian Evi (2011), bahwa sebagian besar guru belum merancang pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, oleh karena itu pembelajaran sebaiknya perlu membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Keberhasilan pembelajaran juga membutuhkan dukungan dari sarana prasarana yang erat kaitannya dengan ketersediaan sumber belajar. Menurut Toharudin (2011: 187) Secara sederhana, sumber belajar dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberi kemudahan kepada siswa dalam upaya memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Ini menunjukkan bahwa keberadaan sumber belajar sangat erat kaitannya dengan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. sumber belajar dapat dapat berupa buku teks, modul, media dan lain sebagainya. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang memiliki peran strategis dan dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis. Namun faktanya modul dan bahan ajar lain yang digunakan di sekolah belum dapat memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil analisis bahan ajar yang digunakan di sekolah dengan menggunakan penilaian dalam matriks yang disusun berdasarkan indikatorindikator kemampuan berpikir kritis pada materi sistem pernapasan mengacu pada Facione (2011), pada bahan ajar 1 diperoleh pemenuhan aspek berpikir kritis sebagai berikut: 1) aspek interpretasi 50% dengan kriteria kurang, 2) aspek analisis 63,45% dengan kriteria cukup, 3) aspek penjelasan 48,07% dengan kriteria sangat kurang, 4) aspek kesimpulan 40,90% dengan kriteria sangat kurang, 5) aspek evaluasi 44,44% dengan kriteria sangat kurang dan 6) aspek pengaturan diri 3,85% dengan kriteria sangat kurang. Pada bahan ajar 2 diperoleh pemenuhan aspek berpikir kritis sebagai berikut: 1) aspek interpretasi 52,50%

5 5 dengan kriteria kurang, 2) aspek analisis 57,68% dengan kriteria cukup, 3) aspek penjelasan 44,22% dengan kriteria sangat kurang, 4) aspek kesimpulan 38,63% dengan kriteria sangat kurang, 5) aspek evaluasi 11,11% dengan kriteria sangat kurang dan 6) aspek pengaturan diri 0% dengan kriteria sangat kurang. Materi Sistem Pernapasan merupakan salah satu materi yang masuk dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Ujian Nasional. Berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa di SMA Negeri 5 Surakarta, menunjukkan bahwa hasil UN pada materi Sistem Pernapasan masih di bawah KKM, yaitu pada tahun 2012/2013 adalah 62,70, sedangkan pada tahun 2013/2014 adalah 53,24 (BSNP, 2014). Materi Sistem Pernapasan merupakan materi yang berhubungan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari, namun banyak memiliki konsep-konsep yang abstrak. Oleh karena itu dalam pembelajarannya harus dimulai dari faktafakta terkait yang sering dihadapi oleh siswa. Dengan memperhatikan berbagai kondisi tersebut, maka model Guided Discovery merupakan salah satu model yang cocok untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Model Guided Discovery melatih siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep dengan memberikan permasalahan yang harus dipecahkan siswa melalui proses berpikir kritis analitis. Menurut Veermans (2006) Guided Discovery merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menekankan pada pemahaman diri yang dicapai melalui penyelidikan aktif. Model Guided Discovery lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Mengaplikasikan model Guided Discovery guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kelebihan model Guided Discovery Learning yaitu dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dan proses kognitif, pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan menguatkan pengertian siswa serta dapat menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil menemukan konsep. Menurut Alfieri, dkk (2011), Guided Discovery akan membuat pembelajaran lebih bermakna,

6 6 karena dalam pembelajaran siswa berupaya memahami informasi yang relevan, mengorganisasi informasi dan mengintegrasikan dengan pengetahuan yang sudah didapat. Menurut Syah (2004) sintak Guided Discovery adalah Stimulation (pemberian rangsangan), Problem Statement ( pernyataan/ identifikasi masalah), Data Collection (pengumpulan data), Data Processing (Pengolahan data), Verification (pembuktian) dan Generalization (menarik kesimpulan /generalisasi). Melalui sintak tersebut membuat siswa dapat memiliki pengalaman belajar yang menumbuhkan sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, tanggungjawab, berpikir kritis dan logis. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis yang memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar yang lebih spesifik (Daryanto 2013). Modul memiliki karakteristik self instruction, self contained, stand alone, adaptif dan user friendly. Kelebihan modul yaitu berfokus pada kemampuan individual siswa, memberdayakan kemandirian dalam belajar, mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajarnya, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing. Materi Sistem Pernapasan yang disajikan dalam bentuk modul berbasis Guided Discovery diharapkan dapat mendorong siswa belajar melalui permasalahan praktis berdasarkan fakta dalam kehidupan sehari-hari, yang berhubungan dengan materi pelajaran sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Siswa yang terbiasa terlibat dalam kegiatan memecahkan masalah menjadi terasah kemampuan berpikir kritisnya. Siswa dilatihkan untuk mengidentifikasi masalah sampai dengan mencari solusi dari permasalahan berdasarkan pemahaman mereka sendiri, sehingga dalam hal ini siswa berlatih untuk membangun kemampuan berpikirnya secara mandiri, berpikir kritis dalam mencari data dan sumber informasi yang dibutuhkan dalam rangka memecahkan permasalahan dan menemukan solusi pada permasalahan tersebut. Pembelajaran menggunakan

7 7 modul memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar secara optimal, sesuai dengan tingkat kemampuan dan kemajuan yang diperolehnya selama proses belajar. Menurut Prastowo (2011) pembelajaran dengan modul memungkinkan siswa memiliki kecepatan lebih tinggi dalam menyelesaikan kompetensi dasar. Berdasarkan latar belakang yang terjadi di SMA Negeri 5 Surakarta perlu dilakukan penelitian dengan judul Pengembangan Modul Berbasis Guided Discovery pada Materi Sistem Pernapasan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik modul berbasis guided discovery pada materi Sistem Pernapasan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta? 2. Bagaimana kelayakan modul berbasis guided discovery pada materi Sistem Pernapasan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta? 3. Bagaimana keefektivan modul berbasis guided discovery pada materi Sistem Pernapasan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta? C. Tujuan Pengembangan Berdasarkan rumusan masalah dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengembangkan modul dengan karakteristik guided discovery pada materi Sistem Pernapasan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta. 2. Menguji kelayakan produk modul berbasis guided discovery pada materi Sistem Pernapasan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta.

8 8 3. Menguji keefektivan modul berbasis guided discovery pada materi Sistem Pernapasan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta. D. Spesifikasi Produk Pengembangan Pengembangan modul berbasis guided discovery pada materi Sistem Pernapasan terdiri dari modul siswa dan modul guru. Kedua produk yang dikembangkan berupa media cetak berisi materi pokok Sistem Pernapasan kelas XI SMA/MA. Modul disusun sesuai karakteristik yang dikemukakan Daryanto (2013) yang mencakup petunjuk mandiri (self instruction), kesatuan isi (self contained), berdiri sendiri (stand alone), adaptif (adaptive) dan bersahabat/akrab dengan pengguna (user friendly). Modul dikembangkan dengan mengadaptasi model pembelajaran model pembelajaran guided discovery menurut Kemendikbud (2014) terdiri dari 6 sintaks dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (1) stimulasi; (2) identifikasi masalah; (3) mengumpulkan data; (4) mengolah data; (5) verifikasi; (6) menyimpulkan sebagai dasar pengembangan tujuan, materi, soal evaluasi, dan kegiatan modul. Tujuan, materi, soal evaluasi, dan kegiatan dalam modul guided discovery juga dikembangkan dengan memperhatikan aspek kemampuan berpikir kritis. Kegiatan dalam modul dikemas dalam kegiatan stimulasi, pemberian fenomena, pemberian masalah, perencanaan kegiatan, presentasi dan latihanlatihan terstruktur terkait dengan materi yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Spesifikasi modul siswa dan modul guru secara rinci dijelaskan sebagai berikut: a. Spesifikasi Modul Siswa Desain modul siswa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, isi, dan penutup. Bagian awal terdiri atas: 1) judul modul; 2) lembar identitas modul (memuat penulis, konsultan ahli, dan validator); 3) kata pengantar; 4) daftar isi; 5) sekilas isi modul; 6) petunjuk penggunaan modul; 7) alur aktivitas; 8) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar; 9) aturan pembelajaran dan penilaian yang divisualisasikan pada bagian perbekalan; dan 10) glosarium. Bagian isi

9 9 terdiri atas empat sub materi yaitu: 1) organ pernapasan pada manusia; 2) mekanisme pernapasan pada manusia; 3) kelainan dan gangguan pada sistem pernapasan manusia; dan 4) sistem pernapasan pada hewan yang masingmasing berisi: a) identitas mata pelajaran yaitu indikator pencapaian, peta konsep, kata kunci; b) aktivitas siswa; c) uraian materi, info tambahan dan d) tes akhir. Bagian penutup berisi kunci jawaban dan daftar pustaka. b. Spesifikasi Modul Guru Desain modul guru terdiri dari tiga bagian seperti modul siswa yaitu bagian awal, isi, dan penutup. Bagian awal terdiri atas: 1) judul modul; 2) lembar identitas modul (memuat penulis, konsultan ahli, dan validator); 3) kata pengantar; 4) daftar isi; 5) sekilas isi modul; 6) petunjuk penggunaan modul; 7) alur aktivitas; 8) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar; 9) aturan pembelajaran dan penilaian yang divisualisasikan pada bagian perbekalan; 10) glosarium dan 11) pengantar untuk guru tentang model pembelajaran guided discovery, kemampuan berpikir kritis, potensi modul berbasis guided discovery, aturan pembelajaran dan penilaian yang divisualisasikan pada bagian perbekalan. Bagian isi terdiri atas empat sub materi yaitu: 1) organ pernapasan pada manusia; 2) mekanisme pernapasan pada manusia; 3) kelainan dan gangguan pada sistem pernapasan manusia; dan 4). sistem pernapasan pada hewan yang masing-masing berisi: a) identitas mata pelajaran yaitu indikator pencapaian, peta konsep, kata kunci; b) rekomendasi skenario pembelajaran; c) konfirmasi aktivitas siswa; d) uraian materi, info tambahan; e) instrumen penilaian sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan, serta f) tes akhir. Bagian penutup berisi kunci jawaban dan daftar pustaka. E. Asumsi dan Keterbatasan Produk Pengembangan Penelitian pengembangan modul berbasis guided discovery pada materi Sistem Pernapasan ini memiliki asumsi dan keterbatasan sebagai berikut: 1. Asumsi Penelitian Asumsi dalam penelitian yaitu:

10 10 a) Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan pengembangan modul berbasis guided discovery pada materi Sistem Pernapasan yang dirancang sesuai dengan indikator dan karakteristik siswa. b) Instrumen pembelajaran yang telah divalidasi pada penelitian dan pengembangan ini mampu mengukur data secara tepat dan benar. 2. Keterbatasan Produk Pengembangan Keterbatasan pada produk pengembangan ini yaitu: a) Penelitian hanya dibatasi pada tingkat SMA kelas XI MIPA Semester 2. b) Materi yang dikembangkan pada modul berbasis guided discovery terbatas pada materi Sistem Pernapasan. c) Penggunaan modul guided discovery hanya terbatas untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. d) Pelatihan kemampuan berpikir kritis menggunakan modul diakomodasi lewat aktivitas model pembelajaran guided discovery. F. Pentingnya Pengembangan Modul Pengembangan modul berbasis guided discovery pada materi Sistem Pernapasan diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi siswa, dapat digunakan sebagai bahan belajar secara mandiri dan melatih kemampuan berpikir kritis. 2. Bagi guru, sebagai referensi pilihan modul yang dapat mengakomodasi kemampuan berpikir dan merupakan sarana mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah. 3. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal berharga dalam merancang modul pembelajaran yang baik bagi siswa. 4. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai informasi serta bahan acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

11 11 G. Definisi Istilah 1. Modul Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara spesifik dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. 2. Model Guided Discovery Model guided discovery memiliki sintak guided discovery adalah stimulation (stimulasi), problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah), data collection (mengumpulkan data), data processing (mengolah data), verification (verifikasi) dan generalization (menyimpulkan /generalisasi). 3. Modul berbasis Guided Discovery Modul berbasis guided discovery merupakan modul yang dikembangkan berdasarkan sintaks model pembelajaran guided discovery pada kegiatan pembelajarannya untuk membangun konsep secara mandiri dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Langkah pembelajaran dalam modul disesuaikan dengan sintaks guided discovery meliputi pemberian stimulasi, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah data, verifikasi dan menyimpulkan. 4. Kemampuan berpikir kritis Kemampuan berpikir kritis adalah sebuah kemampuan untuk melakukan proses pemecahan masalah. Proses-proses tersebut mencakup: Pemfokusan dan observasi pada sebuah pertanyaan atau masalah, penilaian dan pemahaman situasi masalah, analisis masalah, membuat dan mengevaluasi keputusan-keputusan atau solusi-solusi dan memutuskan satu tindakan. Kemampuan berpikir kritis meliputi aspek 1) interpretasi (interpretation), 2) analisis (analysis), 3) evaluasi (evaluation), 4) kesimpulan (inference), 5) penjelasan (explanation), 6) pengaturan diri (self regulation) (Facione, 2011)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development) yang bertujuan untuk mengembangkan modul biologi berbasis model

Lebih terperinci

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS GUIDED DISCOVERY PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 SURAKARTA Nina Teja Suryani 1, Baskoro Adi Prayitno 2,,Yudi

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kecakapan abad 21 menjadi perhatian pemerhati dan praktisi pendidikan. The North Central Regional Education Laboratory (NCREL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan harus dapat mengarahkan peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan manusia terdidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 menuntut siswa untuk memiliki kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan yaitu: (1) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat. Hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia dalam kehidupannya, dikarenakan melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah di beberapa negara mengajukan salah satu cara untuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Sekolah/Satuan Pendidikan : SMA 64 Jakarta

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Sekolah/Satuan Pendidikan : SMA 64 Jakarta RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah/Satuan Pendidikan : SMA 64 Jakarta Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/1 Materi Pokok : Vektor Alokasi Waktu : 6 Jam Pelajaran x 45 menit I. TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN. Lampiran A: Perangkat Pembelajaran. Lampiran B: Instrumen Penelitian. Lampiran C: Data Hasil Uji Coba Instrumen

LAMPIRAN LAMPIRAN. Lampiran A: Perangkat Pembelajaran. Lampiran B: Instrumen Penelitian. Lampiran C: Data Hasil Uji Coba Instrumen LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran A: Perangkat Pembelajaran Lampiran B: Instrumen Penelitian Lampiran C: Data Hasil Uji Coba Instrumen Lampiran D: Data Hasil Penelitian Lampiran E: Hasil Pengumpulan Data Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Peminatan Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA : Fisika : X / Dua : MIA : Optik : 2 x 45 Menit (pertemuan III) A. Kompetensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan sehingga dibutuhkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Biologi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk dalam rumpun mata pelajaran IPA dan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalau kita cermati saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan yang diinginkan, apalagi harapan yang dituangkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Palembang Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : VII/1 Materi : Aritmatika Sosial Alokasi Waktu : 1 10 menit Pertemuan : ke-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dirancang

BAB I PENDAHULUAN. berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dirancang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dirancang untuk dapat melatih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bermuara pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Bukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam rangka menghadapi era kompetisi yang mengacu pada penguasaan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA/MA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/1 Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit Pertemuan : Kedua A. Kompetensi Inti (KI) KI 1 : Menghayati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembicaraan di kalangan akademisi maupun masyarakat umum saat ini terfokus kepada peningkatan kualitas pendidikan, karena hal tersebut merupakan tuntutan akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir merupakan salah satu kebutuhan vital untuk menyelesaikan permasalahan di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3b MODEL DISCOVERY LEARNING 2 Discovery Learning Belajar diskoveri memberi penekanan pada keakifan siswa, berpusat pada siswa dimana siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari pembangunan dan juga berperan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan jantung dari keseluruhan proses pendidikan formal, karena melalui sebuah proses pembelajaran terjadi transfer ilmu dari guru ke siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006 dalam standar isi menegaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mencakup berbagai perkembangan aspek/dimensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : X / 1 (satu) : Matematika : Umum : Matriks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh seluruh komponen pendidikan yang saling terkait dan terpadu, serta bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia dapat mengembangkan potensi dirinya dengan pendidikan. Pendidikan merupakan pilar dalam usaha menciptakan manusia yang berkualitas sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013

Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013 Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SEKOLAH JENJANG SMP Langkah Kegiatan Pengantar (15 ) Curah Pendapat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XII / 5 (lima) : Matematika : Peminatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah

Lebih terperinci

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA Eka Trisianawati 1, Handy Darmawan 2 Program Studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI Pontianak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Penelitian pengembangan modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach yang dilakukan meliputi tahapan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan era globalisasi saat ini, menuntut sumber daya manusia memiliki kualitas yang baik agar mampu bersaing dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XI / 3 (tiga) : Matematika : Umum : Program

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (Lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Transformasi

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang penting karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara pada kurikulum. Kurikulum dikatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta, yang terdiri dari 30 kelas, yakni kelas X MIPA berjumlah 5 dan X IPS berjumlah 5 kelas, kelas XI

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 3 (tiga) Mata Pelajaran : Matematika Program : MIPA Materi Pokok : Lingkaran 2 Alokasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 6 (enam) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Trigonometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya era globalisasi, pelaksanaan pembelajaran saat ini perlu didukung dengan adanya media pembelajaran yang berbasis teknologi. Media berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dari aspek pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa SMA dalam Kurikulum 2013. Kemampuan

Lebih terperinci

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Mata Pelajaran RENCANA PROGRAM PENGAJARAN : Fisika Kelas / Semester : XI /I Peminatan Materi Pokok Alokasi Waktu : MIA : Momentum dan Impuls : 12 Jam Pelajaran KOMPETENSI INTI KI 1 KI 2 : Menghayati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini pendidikan memiliki peranan penting, yakni bagaimana suatu bangsa dapat bersaing dikancah internasional hal ini berkaitan dengan sumber

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XI / 3 (tiga) : Matematika : Wajib :

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 6 (enam) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Geometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah utama pembelajaran yang masih banyak ditemui adalah tentang rendahnya hasil belajar peserta didik. Berdasarkan kajian data, diketahui bahwa hasil

Lebih terperinci

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Mata Pelajaran RENCANA PROGRAM PENGAJARAN : Fisika Kelas / Semester : XI /I Peminatan Materi Pokok Alokasi Waktu : MIA : Momentum dan Impuls : 12 Jam Pelajaran KOMPETENSI INTI KI 1 KI 2 : Menghayati dan

Lebih terperinci

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Mata Pelajaran RENCANA PROGRAM PENGAJARAN : Fisika Kelas / Semester : XI /I Peminatan Materi Pokok Alokasi Waktu : MIA : Momentum dan Impuls : 12 Jam Pelajaran KOMPETENSI INTI KI 1 KI 2 : Menghayati dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : X/1 Mata Pelajaran : Matematika-Wajib Materi Pokok : Matriks Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) A. Kompetensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Discovery Learning Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Bruner berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 6 (enam) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Trigonometri

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Matriks

Lebih terperinci

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Mata Pelajaran RENCANA PROGRAM PENGAJARAN : Fisika Kelas / Semester : XI /I Peminatan Materi Pokok Alokasi Waktu : MIA : Momentum dan Impuls : 12 Jam Pelajaran KOMPETENSI INTI KI 1 KI 2 : Menghayati dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan di Indonesia selalu berkembang mengikuti

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XII / 5 (lima) : Matematika : Wajib :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan setiap manusia, pendidikan juga merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam rangka membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berasal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menuntut sumber daya manusia berkualitas yang memiliki pengetahuan, karakter dan keterampilan agar dapat beradaptasi dan menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai BAB II KAJIAN TEORI A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai bahan ajar. Dalam Prastowo (2015: 17), bahan ajar merupakan segala bahan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Matriks

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Wajib Pokok Bahasan : Matriks 3 Alokasi

Lebih terperinci

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Mata Pelajaran RENCANA PROGRAM PENGAJARAN : Fisika Kelas / Semester : XI /I Peminatan Materi Pokok Alokasi Waktu : MIA : Momentum dan Impuls : 12 Jam Pelajaran KOMPETENSI INTI KI 1 KI 2 : Menghayati dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : X / 2 (dua) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Trigonometri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi penting dalam menghadapi globalisasi, sehingga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi penting dalam menghadapi globalisasi, sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi penting dalam menghadapi globalisasi, sehingga pendidikan harus dapat menyiapkan generasi muda abad ke-21 yang unggul, berdaya saing tinggi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 4 (empat) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Integral 1 Alokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, perpustakaan memiliki peran sebagai wahana belajar untuk mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia

Lebih terperinci

RPP (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)

RPP (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN) RPP (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN) Satuan Pendidikan : SMK Negeri 2 Lubuk Basung Kelas / Semester : XI / 1 Mata Pelajaran : Rancang Bangun Jaringan Tema / Sub Tema : Pengalamatan IP dan Subnetmask

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 6 (enam) Mata Pelajaran : Matematika Program : Wajib Pokok Bahasan : Geometri Ruang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dalam belajar matematika, yang merupakan masalah bukanlah soal yang biasa dikerjakan oleh siswa atau biasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Cara Pengembangan Penelitian pengembangan modul Hidrosfer sebagai Sumber Kehidupan dengan pendekatan saintifik untuk pembelajaran geografi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XI / 1 (satu) : Matematika : Umum : Komposisi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : X / 2 (dua) : Matematika : Peminatan

Lebih terperinci

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Oleh : I Putu Agus Indrawan (1013031035) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) interferensi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) interferensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA... Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XI / Genap Materi Pokok : Gelombang Bunyi dan Cahaya Alokasi Waktu : 5 Minggu x 4 Jam Pelajaran @45 Menit

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, bab II pasal 3, menyatakan pendidikan memiliki fungsi dan tujuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 6 (enam) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Geometri

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XII / 5 (lima) : Matematika : Peminatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci