BAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK"

Transkripsi

1 60 BAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK 4.1 Karakteristik Infra Merah Untuk pengukuran, digunakan konversi intensitas dari fototransistor menjadi nilai tegangan yang kemudian dikonversi lagi menjadi data digital 10 bit (1023 maks) dengan nilai minimum di 0 dan maksimum di 5 volt. Konfigurasi peralatan yang saya buat untuk pengukuran ini adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Konfigurasi deteksi intensitas terhadap jarak Posisi infra led beam bersama dengan sensornya, yaitu fototransistor berada tegak lurus di depan objek datar. Pembacaan nilai pengukuran dilakukan secara bersamaan untuk tegangan keluaran fototransistor dan nilai konversi ADC untuk berbagai nilai jarak menggunakan objek-objek sebagai berikut :

2 Uji konversi ADC V Digital V Digital V Digital Uji konversi ADC y = 0,176x R² = 0,999 Nilai Digital Tegangan (mv) Gambar 4.2 Kurva linearitas nilai tegangan dan hasil konversi ADC Dari uji konversi tegangan oleh ADC di atas, didapat hubungan linearitas ADC berbentuk : Digital = 0,176 x V(r); Vadc = nilai digital : 0,176 (4.1) kemudian menggunakan hubungan tersebut, setiap nilai digital yang didapat melalui pengukuran kemudian di konversi menjadi tegangan menurut ADC dengan pembulatan (dikarenakan data digital tidak menampung nilai desimal) dan ditabelkan bersama-sama dengan tegangan terukur menjadi tabel berikut ini : 61

3 r (cm) Kertas HVS Kertas HVS Kardus Kertas Tembok Cermin V (r) V-adc V (r) V-adc V (r) V-adc V (r) V-adc V (r) V-adc V (r) V-adc 1, , , , , , , , , Keterangan : V(r)(mV) ±0,5 mv dan V-adc(mV) ± 3 mv (ket: 3 ½(1/0,176)). 62

4 6000 Hubungan r vs V(r) Tegangan (V(r)) (mv) y = 29765x -1,89 R² = 0,999 y = 47122x -1,77 R² = 0,997 y = 11973x -1,60 R² = 0,997 y = 15625x -1,58 R² = 0,997 y = 15379x -1,48 R² = 0,993 y = 8051,x -0,98 R² = 0, r (cm) Kertas HVS putih Kertas HVS Hijau Kardus biru tua Tembok Kertas abu-abu Cermin Gambar 4.3 Kurva hubungan jarak terukur dengan tegangan fototransistor Dari kedua grafik di atas, dapat disebutkan bahwa : 1. ADC bekerja linear dalam selang konversinya, yaitu mulai dari 0 hingga tegangan referensi sebesar 4,7 volt dari regulator 5 volt. 2. Dengan demikian, hubungan tegangan dan intensitas merupakan hubungan linear satu sama lain dengan persamaan Digital= 0,176 x V 3. Jarak yang diperbolehkan untuk pengukuran berada pada selang 2 cm hingga 12 cm untuk benda-benda dengan daya pantul sedang 4. Hasil regresi menunjukkan bahwa semakin besar daya pantul benda, maka koefisien pangkat untuk persamaan y = k.x -c memiliki c yang mendekati 2 63

5 dan untuk benda yang menyerap sempurna akan memberikan c yang mendekati Koefisien pantul dari benda kemudian ditentulan dari nilai konstanta c tersebut, dengan c=2 merupakan bidang pemantul sempurna dan c=0 merupakan bidang yang tidak memantulkan sinar infra merah. 6. Nilai k bervariasi untuk berbagai bidang pantul benda dan sangat dipengaruhi oleh intensitas infra merah ambien. Besar nilai k ini perlu dikalibrasi untuk tiap pengukuran 7. Bentuk persamaan hubungan jarak dengan V(r) untuk tiap objek kemudian didefinisikan sebagai : a. Cermin V(r) = r -1,89 b. Kertas HVS putih V(r) = r -1,77 c. Kardus biru tua V(r) = r -1,60 d. Kertas HVS hijau V(r) = r -1,58 e. Tembok V(r) = r -1,48 ; dan f. Kertas abu-abu V(r) = r -0,98 Berdasarkan hasil nomor 4 di atas, maka pendekatan jarak terukur menggunakan persamaan : r ˆ = k. I I 0 (4.2) 64

6 Tidak lagi tepat untuk dilakukan, karena rentang koefisien pangkat bergerak dari 1 untuk benda yang sangat menyerap infra merah hingga 2 untuk benda yang memantulkan secara sempurna sinar infra merah. Atau ditulis dalam persamaan : rˆ = k. I I 0 1 c ; I I 0 < 1 ; 1< c < 2 (4.3) Karena mikroprosessor yang digunakan tidak mampu menghitung akar pada rentang tersebut, maka pengolahan data selanjutnya harus dilakukan secara manual untuk didapatkan hasil yang lebih tepat. Persamaan-persamaan pada poin 7 di atas kemudian dibalik untuk mencari nilai r bersesuaian dengan jarak terukur melalui tabel berikut ini : Keterangan : - persamaan untuk kertas HVS putih - persamaan untuk kertas HVS hijau - persamaan untuk kardus boru tua - persamaan untuk kertas abu-abu - persamaan untuk tembok - persamaan untuk cermin V adc r ˆ = V adc r ˆ = V adc r ˆ = V adc r ˆ = 8051 V adc r ˆ = V adc r ˆ = ,77 1 1,58 1 1,6 1 0,98 1 1,48 1 1,89 65

7 r (cm) HVS Putih HVS Hijau Kardus Biru Tua Kertas Abu-abu Tembok Cermin V-adc rˆ V-adc rˆ V-adc rˆ V-adc rˆ V-adc rˆ V-adc rˆ 1, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,3 10, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

8 35,0 Hubungan r dan 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 HVS Putih HVS Hijau Kardus Biru Tua Kertas Abu-abu Tembok Cermin X=Y 0, r Gambar 4.4 Hubungan rˆ terukur dengan r sebenarnya Berdasarkan hasil no 5; maka sistem dapat digunakan untuk mencari koefisien pantul benda, dengan hubungan bahwa pemantul sempurna memiliki nilai c=2 dan bidang bukan pemantul memiliki nilai c=0 maka nilai koefisien pantul benda- benda dengan 2; sehingga didapat : benda yang disebutkan diatas dapat dicari dengan membagi nilai c masing-masing Koefisien pantul untuk cermin adalah 1,89 : 2 0,,95 Koefisien pantul untuk kertas HVS putih adalah 1,77 : 2 0,,885 Koefisien pantul untuk kertas HVS hijau adalah 1,60 : 2 0,,8 Koefisien pantul untuk kardus biru tua adalah 1,58 : 2 0,,79 Koefisien pantul untuk tembok adalah 1,48 : 2 0,,74 ; dan Koefisien pantul untuk kertas abu-abu adalah 0,98 : 2 0,,49 67

9 Berdasarkan hasil no. 6 di atas, nilai k akan menyesuaikan dengan keadaan ruangan tempat mengukur, tentu saja untuk pengukuran intensitas pantul secara langsung. Nilai k ini memiliki rentang terrendah sebesar nilai intensitas (digital) infra merah dari ambien-nya itu sendiri dan nilai maksimum di sekitar untuk benda yang bersifat pemantul sempurna. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa nilai k ini tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan sifat fisis benda di depan sistem, karena nilai k ini diambil sebagai nilai pendekatan termudah untuk mencari nilai c benda/objek. Sebesar apapun nilai k ini, maka seharusnya pada r mendekati tak hingga, akan menghasilkan ŕ yang sama besar dengan nilai ambien-nya, sementara persamaanpersamaan di atas tidak memenuhi syarat tersebut. Persamaan yang lebih tepat berbentuk : I = k. -C r + I amb (4.4) Deteksi di atas dilakukan pada bidang permukaan. Alat tidak dapat mendeteksi benda di depannya jika berukuran lebih kecil/lebih ramping dari diameter ballpoint umum. Sebaran sinyal infra merah sesuai dengan karakteristik LED secara umum, yaitu penyebaran optimal tidak lebih dari 10. Alat ini juga memerlukan suatu ruangan dengan intensitas infra merah ruangan tidak terlalu besar, misalnya didalam ruang beratap. Alat ini tidak dapat bekerja di luar ruangan saat matahari bersinar terik di siang hari, atau pada objek dengan suhu tinggi yang memberi radiasi terlalu besar pada detektor. 68

10 4.2 Karakteristik Ultrasonik Setelah hardware dan software berhasil dimanufaktur, alat kemudian diuji kemampuannya. Berikut ini saya sampaikan data-datanya. - Power supply diberikan lebih dari +11,7 volt, kemudian keluaran tegangan dari IC 78L09 sebesar 9,03 volt dan keluaran dari IC 7805 sebesar 5,04 volt. - Penguatan yang semula direncanakan sebesar 1000 kali, terbatas pada suatu tegangan keluaran maksimum sebesar 6,5 Vpp yang tampak di osiloskop, keadaan ini membuat alat menjadi aman untuk beroperasi, karena tidak ada nilai yang terlalu besar untuk diproses. Gambar 4.5 Sinyal deteksi yang ditangkap menggunakan osiloskop dengan skala 2 Volt/DIV - Tegangan yang dihasilkan setelah penyearahan menggunakan dioda dan kapasitor bernilai maksimum 7,2 volt, tegangan ini kemudian diperkecil sebelum dipotong di komparator, besar tegangan maksimum yang kemudian masuk ke komparator hanya sebesar 4,6 volt. 69

11 - Tegangan yang dipotong untuk keabsahan deteksi yaitu sebesar 3,8 volt, sehingga sinyal dengan tegangan lebih besar dari 3,8 volt saja yang boleh masuk untuk interupsi. Nilai ini tidak dapat diperkecil lagi, dikarenakan ada tegangan bias yang bekerja pada op Amp 385N sebesar 3,5 volt yang dapat menyebabkan semua nilai merupakan sinyal deteksi. - Tegangan keluaran dari komparator sebesar 7,2 volt yang kemudian diperkecil menggunakan hambatan pembagi tegangan menjadi sebesar 4,26 volt yang kemudian masuk ke rangkaian penjaga sinyal. - Frekuensi yang paling mendekati 40 khz yang bisa dihasilkan oleh PIC16F877 yang saya gunakan adalah sebesar 39,97 khz (diukur menggunakan multimeter sunwa). Besar frekuensi ini masih direspon dengan baik oleh modul transmitter dan receiver ultrasonik yang saya gunakan. Karakteristik dari sistem yang saya buat saya paparkan berikut ini. - Jarak terdekat yang dapat dibaca sejauh 22 cm (terbaca 27, diperbaiki secara software) - Jarak terjauh yang dapat dideteksi sejauh 3,52 m dengan objek yang diukur berupa karton dengan posisi benar-benar tegak lurus terhadap datangnya sinyal dengan sudut 0. Skemanya adalah sebagai berikut. 70

12 Gambar 4.6 Posisi sensor terhadap target di depannya - Posisi terjauh yang pernah diuji dan menghasilkan nilai tegangan terukur setelah dikuatkan adalah sekitar 5 m dengan besar tegangan 1Vpp (nilai ini tidak masuk kedalam batas nilai yang diperbolehkan sebagai sinyal deteksi). - Jarak terjauh yang sangat valid menjadi data sinyal adalah sejauh 1,52 cm di depan sensor, di jarak ini, sinyal yang diterima masih mencapai peak sinyal. Gambar 4.7 Sinyal untuk jarak kurang dari 1,5 meter Pada gambar di atas, dapat kita lihat bahwa sinyal no 1 adalah sinyal yang ditangkap oleh receiver tepat saat transmitter mengirim sinyal 40 khz, ini 71

13 terjadi karena posisi transmitter dan receiver berdekatan. Sinyal no 2, 3 dan 5 adalah sinyal tidak sah, yang berasal dari pantulan sinyal terhadap bendabenda yang tidak tepat di depan sensor. Sinyal no 4 merupakan sinyal yang sah yang terbaca dengan nilai di display 1,49 m. Puncak dari sinyal ini masih mencapai nilai maksimum setelah penguatan, sehingga nilainya masih sangat valid sebagai sinyal deteksi. - Untuk mendapatkan karakteristik sensor terhadap sudut deteksi saya menggunakan konfigurasi sebagai berikut. Gambar 4.8 Konfigurasi karakterisasi sudut 72

14 Pengukuran di sepanjang garis menghasilkan grafik berikut : Tegangan (V) Sebaran Intensitas Radian 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Sudut Deteksi (derajat) Gambar 4.9 Kurva respon sensor terhadap pergeseran pada arah radial sinyal sensor Dari grafik di atas, dapat dianalisis bahwa daerah deteksi ultrasonik terbagi menjadi 3 daerah, yaitu : o Sudut 0 hingga arc tan = 9/50 = 10,2 o Sudut 12 hingga 20,8 o Sudut 22 hingga 40,0 Daerah optimal untuk pengukuran adalah daerah pertama, yaitu dari -10 sampai

15 4.3 Analisis Infra Merah Fototransistor memiliki batas kemampuan deteksi maksimum, itu disebabkan karena batasan jumlah terjadinya pair production pada sambungan P-N nya yang sangat tergantung pada jumlah ikatan GaAs yang terdapat pada fototransistor serta tergantung juga pada besar beda potensial antara kolektor-emitter yang bisa diterima oleh fototransistor tersebut. Untuk penggunaan pada tegangan C-E sekitar 5 volt, beda potensial yang bisa dihasilkan oleh sistem yang telah dibuat akan selalu lebih kecil dari beda potensial C-E. Atau jika V CE setara dengan hasil konversi ADC sebesar 1023, maka nilai V keluaran tidak akan sampai pada nilai Setinggi apapun intensitas yang diterima oleh fototransistor akan menghasilkan nilai digital kurang dari 1023, seperti hasil yang saya peroleh dimana hasil maksimum tidak sampai pada angka Pada rentang hasil konversi ADC dengan nilai lebih dari 900, hasil terbaca sudah tidak sesuai lagi, oleh karena itu, jika hasil pengukuran memiliki nilai di atas 900, maka pengukuran jarak akan memiliki tingkat kesalahan yang lebih besar daripada nilai-nilai konversi dibawah 900. Dengan menyetel software sistem pada konversi intensitas ke nilai digital secara langsung, sistem ini dapat secara tidak langsung menjadi pengukur daya pantul bahan terhadap sinar infra merah. Koefisien pantul didpat dengan membagi koefisien pangkat pada regresi pangkat pada hubungan jarak dan intensitas dengan angka 2. Dengan sedikit modifikasi, yaitu dengan memisahkan detektor dan 74

16 transmitternya dan kemudian diletakkan saling berhadapan dibatasi oleh suatu objek, maka sistem juga dapat digunakan untuk menghitung daya serap bahan. Aplikasi daya serap bahan terhadap infra merah tersebut saat ini banyak digunakan untuk deteksi intensitas CO 2. Pengukuran jarak menggunakan metode ini sangat dipengaruhi oleh intensitas infra merah ambien. Intensitas sinar infra merah yang diterima oleh fototransistor merupakan hasil penjumlahan antara intensitas pantulan oleh objek di depan detektor yang sinarnya berasal dari LED disisi detektor dengan intensitas infra merah yang terdapat di lingkungan saat itu. Oleh karena itu, data yang diperlukan untuk perhitungan jarak didapatkan dengan cara mengurangkan nilai terukur dengan nilai intensitas ambien. I = I I t = I I amb I 0 max amb (4.5) I dan I 0 masing-masing merupakan intensitas pantulan dan intensitas transmisi; I t merupakan intensitas yang terbaca oleh fototransistor saat sinar LED dipantulkan ke fototransistor, sedangkan I amb merupakan intensitas ambien yang diukur saat LED dalam keadaan padam; I max merupakan intensitas transmisi maksimum yang diijinkan agar hasil pengukuran valid, dalam hal ini, besarnya antara 900 dan 1000, tepatnya 950. Nilai jarak terukur kemudian dihitung menggunakan persamaan : V rˆ = k 1 c (4.6) 75

17 Dengan V merupakan nilai V terukur oleh alat dan nilai k dan c nya disesuaikan dengan sifat pantul objek yang diukur dan intensitas ambiennya. Rentang jarak yang dapat terukur sangat tergantung pada selang intensitas yang diterima fototransistor antara intensitas ambien dan intensitas maksimum yang diperbolehkan sebesar 900. Kesalahan ukur terutama disebabkan oleh pembulatan yang dilakukan oleh ADC baik saat mengkonversi tegangan menjadi nilai digital maupun saat mengalikan nilai digital tersebut dengan konstanta ADC nya sendiri. Kesalahan lain yang mungkin muncul juga dapat disebabkan oleh dimensi benda yang diukur jaraknya. Semakin luas permukaan objek ukur yang menghadap alat, maka semakin dekat pada sistem akan mengakibatkan pengurangan intensitas ambien oleh objeknya itu sendiri dikarenakan penutupan muka deteksi. Perbaikan untuk alat ini agar dapat digunakan secara mobile adalah perbaikan hardware, yaitu dengan menambahkan suatu fungsi khusus untuk mengukur daya pantul benda dan secara software adalah pemasukan algoritma yang bisa menghitung akar secara dinamis dari 0 hingga akar pangkat 2. 76

18 4.4 Analisis Ultrasonik Gambar 4.10 Visualisasi sinyal Proses kerja sinyal digambarkan seperti gambar di atas. Sinyal dibaca pada 3 titik yaitu : (1) Sinyal pada kaki ke 1 IC 1 (op-amp LM833N) yaitu sinyal dari receiver setelah dikuatkan 1000 kali (2) Sinyal pada kaki ke 8 IC 3 (gerbang NAND 4011B), yaitu sinyal dari RA5 yang megatur fungsi RS-FF (3) Sinyal yang terbaca pada kaki ke 11 IC 3 (gerbang NAND 4011B), yaitu sinyal keluaran dari RS-FF yang masuk menuju CCP1 sebagai input penangkapan sinyal. 77

19 Karena lama waktu pembangkitan sinyal 40 khz pada transmiter adalah 0,5 milisekon (20 gelombang x 25 µs = 500 µs), maka kaki ke 8 di IC 3 haruslah di set-off lebih lama dari 0,5 milisekon dimulai dari awal pembangkitan sinyal. Dengan begitu, sinyal transmisi tidak langsung diterima sebagai sinyal deteksi. Setelah set-off tersebut, kaki ke 8 di IC 3 di set-on. Hanya sinyal yang cukup kuat yang dapat masuk sebagai sinyal baca, ini dimaksudkan untuk mencegah terhitungnya noise sebagai sinyal deteksi. Dengan menggunakan rangkaian RS- FF, nilai deteksi akan tetap dijaga H sampai kaki 8 IC3 si set-off kan lagi. Nilai yang menjadi rujukan untuk jarak yang terukur adalah lebar waktu propagasi/waktu senggang yang dicacah oleh TMR0. Lama set-off kaki 8 IC3 dimulai dari pembangkitan sinyal telah di set selama 1 milisekon, oleh karena itu, jarak terdekat yang mungkin terdeteksi adalah : v. t 343m / s.1ms d = = = 17, 15cm 2 2 (4.7) Namun, setelah diuji coba, jarak terdekat ini menjadi sebesar 22 cm. Kesalahan utama terletak pada lama jeda yang diprogram kedalam PIC. Jarak terjauh ditentukan oleh lama satu proses transmisi sinyal, atau sama dengan lama TMR0 bekerja satu putaran, yaitu 256 x 256 = proses, atau 65,5 milisekon, sehingga jarak terjauh yang mungkin terdeteksi adalah : 343m / s.65,535 ms d = = 11, 239 m 2 (4.8) 78

20 Namun, dikarenakan panjang sinyal hanya 0,5 milisekon, daya sinyal tidak mungkin mencapai jarak lebih dari 4 meter dan kembali dengan cukup kuat melewati komparator. Untuk mendapat jangkauan yang lebih jauh, maka panjang sinyal harus ditambah, namun akibat dari perubahan tersebut adalah ikut bertambahnya juga jarak terpendek yang boleh terukur. Kalibrasi terhadap temperatur perlu dilakukan karena kecepatan bunyi di udara berubah terhadap temperatur. Kalibrasi ini dengan mengatur resistor variabel yang menahan tegangan yang masuk ke RA0 sebagai ADC. Kalibrasi dilakukan dengan cara melihat nilai yang ditampilkan di display pada keadaan berbeda untuk jarak yang sama. Jika dibutuhkan, dapat juga ditambahkan thermistor, dengan perubahan pada software tentunya. Wilayah deteksi optimal dari sensor kurang dari 20, wilayah ini merupakan wilayah pusat dari 3 wilayah yang masih mungkin dideteksi oleh sistem ultrasonik yang saya rancang. Kemampuan deteksi di wilayah 2 berguna untuk sistem robot yang akan dibangun, karena bisa mendeteksi benda-benda yang bisa jadi tiba-tiba muncul dari sebelah kanan atau kiri dari robot. 79

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM DETEKSI JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM DETEKSI JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK 29 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM DETEKSI JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK 3.1 Sistem Deteksi Jarak Menggunakan Infra Merah 3.1.1 Sistem Deteksi Infra Merah Ada beberapa macam alat

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC A. TUJUAN 1) Mempelajari prinsip kerja dari ultrasonic ranging module HC-SR04. 2) Menguji ultrasonic ranging module HC-SR04 terhadap besaran fisis. 3) Menganalisis susunan rangkaian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deteksi lingkungan merupakan suatu hal yang penting bagi robot, yang hal paling

BAB I PENDAHULUAN. Deteksi lingkungan merupakan suatu hal yang penting bagi robot, yang hal paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Deteksi lingkungan merupakan suatu hal yang penting bagi robot, yang hal paling sederhananya adalah keberadaan benda-benda

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN diperkuat oleh rangkainan op-amp. Untuk op-amp digunakan IC LM-324. 3.3.2.2. Rangkaian Penggerak Motor (Driver Motor) Untuk menjalankan motor DC digunakan sebuah IC L293D. IC L293D dapat mengontrol dua

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. Perancangan alat penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut : Studi literatur, yaitu dengan mempelajari beberapa referensi yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi sistem, prosedur pengoperasian sistem dan evaluasi hasil pengujian

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi sistem, prosedur pengoperasian sistem dan evaluasi hasil pengujian BAB IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV dijelaskan tentang rencana implementasi dari sistem, spesifikasi sistem, prosedur pengoperasian sistem dan evaluasi hasil pengujian pada sistem.. Spesifikasi Sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 27 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Umum Didalam perancangan alat dirancang sebuah alat simulator penghitung orang masuk dan keluar gedung menggunakan Mikrokontroler Atmega 16. Inti dari cara

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

ini merupakan nilai asli yang didapat oleh mikrokontroler tanpa perkalian

ini merupakan nilai asli yang didapat oleh mikrokontroler tanpa perkalian BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada sistem pringatan dini bahaya banjir, terdapat beberapa pengujian yang telah dilakukan yaitu pengujian terhadap sensor Ultrasonik SRF02, sensor pembaca kecepatan air,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN 34 BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan sensor putaran berbasis serat optik dilakukan di Laboratorium Optik dan Fotonik serta Laboratorium Bengkel Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengukuran Catu Daya Pada pengujian catu daya dilakukan beberapa pengukuran terhadap IC regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L78012. Maka untuk regulator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI AREA PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16

SISTEM INFORMASI AREA PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 SISTEM INFORMASI AREA PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 Alfa Anindita. [1], Sudjadi [2], Darjat [2] Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN (TKF 2416) LAB. SENSOR & TELEKONTROL LAB. TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR LAB. ENERGI TERBARUKAN

MODUL PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN (TKF 2416) LAB. SENSOR & TELEKONTROL LAB. TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR LAB. ENERGI TERBARUKAN MODUL PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN (TKF 2416) LAB. SENSOR & TELEKONTROL LAB. TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR LAB. ENERGI TERBARUKAN JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian dan Analisis Pengujian ini bertujuan untuk mengukur fungsional hardware dan software dalam sistem yang akan dibangun. Pengujian ini untuk memeriksa fungsi dari

Lebih terperinci

ALAT UKUR JARAK PADA MOBIL BERBASIS SISTEM ULTRASONIK

ALAT UKUR JARAK PADA MOBIL BERBASIS SISTEM ULTRASONIK ISSN: 1693-6930 109 ALAT UKUR JARAK PADA MOBIL BERBASIS SISTEM ULTRASONIK Balza Achmad 1, Anton Yudhana 2, Mardi Sugama 3 1 Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada e-mail: balzach@t-fisika.ugm.ac.id

Lebih terperinci

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK Oleh; Hadziqul Abror NRP. 1109 100 704 Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini, M.T Ruang Sidang Fisika, 20 Maret 2012 Outline Pendahuluan Tinjauan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER Jefta Gani Hosea 1), Chairisni Lubis 2), Prawito Prajitno 3) 1) Sistem Komputer, FTI Universitas Tarumanagara email : Jefta.Hosea@gmail.com 2) Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Juli 2012 yang dilaksanakan di laboratorium Elektronika dan Robotika

Lebih terperinci

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot ACTION TOOLS OUTPUT INFORMATION MEKANIK MOTOR MOTOR DRIVER CPU SISTEM KENDALI SENSOR Gambar 1 Bagian-bagian Robot Gambar 1 menunjukkan bagian-bagian robot secara garis besar. Tidak seluruh bagian ada pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkahlangkah praktek,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Dasar Perancangan Sistem Perangkat keras yang akan dibangun adalah suatu aplikasi mikrokontroler untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. 44 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04 Fandhi Nugraha K D411 13 313 Teknik Elektro Makalah Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04 Universitas Hasanuddin Makassar 2015/2016 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan teknologi saat ini sangat

Lebih terperinci

rangkaian pemancar menggunakan IC pewaktu MCI 455 sebagai pembangkit

rangkaian pemancar menggunakan IC pewaktu MCI 455 sebagai pembangkit BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Komponen utama pencitraan bentuk benda yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rangkaian pemancar dan penerima ultrasonik, mikrokontroler MC68HC908GP32,

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Instrumentasi Medis Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Instrumentasi Medis Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, dan Laboratorium Instrumentasi Medis Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar. PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar Abstrak Penerapan teknologi otomatis dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 8 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Hasil Perancangan Berikut ini adalah hasil perancangan universal gas sensor menggunakan analog gas detector gas MQ-2 dan arduino uno r3 ditampilkan pada LCD 16x2. Gambar 4.1

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API

ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API 168 Jupii: ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API Keen Jupii 1), Ferry A.V. Toar 2) E-mail: te_02002@yahoo.com, toar@mail.wima.ac.id. ABSTRAK Pembuatan robot cerdas ini di latar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Dan Pengukuran Setelah pembuatan modul tugas akhir maka perlu diadakan pengujian dan pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran adalah untuk mengetahui ketepatan

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI NOMOR PERCOBAAN : 01 JUDUL PERCOBAAN : FIBER OPTIK SINYAL ANALOG KELAS / KELOMPOK : TT - 5A / KELOMPOK 4 NAMA PRAKTIKAN : 1. SOCRATES PUTRA NUSANTARA (1315030082) NAMA KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN DATA

BAB 4 ANALISIS DAN DATA BAB 4 ANALISIS DAN DATA 4.1 Pendahuluan Perangkat pengontrolan pelayangan magnetik dari hasil perancangan pada BAB 3 diintegrasikan seperti pada Gambar 4.1. Pada Gambar 4.1, tampak gambar lengkap perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian dan analisis alat peraga sistem kendali pendulum terbalik yang meliputi pengujian dimensi mekanik, pengujian dimensi dan massa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan dan pembuatan alat merupakan bagian yang terpenting dari seluruh pembuatan tugas akhir. Pada prinsipnya perancangan dan sistematik yang baik akan memberikan kemudahan-kemudahan

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply, 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 1.1 Hasil dan Pembahasan Secara umum, hasil pengujian ini untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan perancangan yang telah ditentukan. Pengujian

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa langkah untuk membuat alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan alat pendeteksi frekuensi detak

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Tujuan Pengujian Prototype Setelah kita melakukan perancangan alat, kita memasuki tahap yang selanjutnya yaitu pengujian dan analisa. Tahap pengujian alat merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB III ANALISA RANGKAIAN

BAB III ANALISA RANGKAIAN 36 BAB III ANALISA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Analisa rangkaian dilakukan melalui analisa pada diagram blok, seperti terlihat pada gambar 3.1. INPUT PEMANCAR MEDIA TRANSMISI PENERIMA BLOK I BLOK II

Lebih terperinci

Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi

Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi Saat ini telah beredar beberapa mikrokontroler yang sudah bulitin ADC ( analog to digital ) salah satunya adalah R5F21134 yang

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Pendahuluan Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pengisian batere dengan metode constant current constant voltage. Pada implementasinya mengunakan rangkaian konverter

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tempat penelitian yang saya lakukan adalah di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tempat penelitian yang saya lakukan adalah di Laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Adapun tempat penelitian yang saya lakukan adalah di Laboratorium Digital Universitas Medan Area. 3.2. Alat dan Bahan Dalam perancangan simulasi pengendalian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras sistem terdiri dari 3 bagian, yakni mekanik, modul sensor berat, dan modul sensor gas. Berikut dibahas bagian demi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi wajah animatronik berbasis mikrokontroler ini menggunakan beberapa metode rancang bangun yang pembuatannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada rancang bangun pengukur kecepatan kendaraan menggunakan sensor GMR adalah metode deskriftif dan eksperimen. Melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN ADC Program BASCOM AVR pada mikrokontroler: W=get ADC V=W/1023 V=V*4.25 V=V*10 Lcd V Tujuan dari program ini adalah untuk menguji tampilan hasil konversi dari tegangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengukuran Jarak Dengan Sensor Ultrasonik Pengujian dilakukan pada sensor ultrasonik PING))), untuk menentukan jarak sensor terhadap dinding. Data yang diambil merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA. Alat pengukur kecepatan aliran yang dibangun pada tugas akhir ini

BAB V PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA. Alat pengukur kecepatan aliran yang dibangun pada tugas akhir ini BAB V PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA 5.1 Desain Sistem Alat pengukur kecepatan aliran yang dibangun pada tugas akhir ini menggunakan beberapa bagian penting sehingga dapat digunakan untuk mengetahui waktu tempuh

Lebih terperinci

PENGONTROL VOLUME AIR DALAM TANGKI BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S52

PENGONTROL VOLUME AIR DALAM TANGKI BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S52 FX, Budi Rahardjo, Pengontrol Volume Air dalam Tangki Berbasis Mikrokontroller AT89s52 40 PENGONTROL VOLUME AIR DALAM TANGKI BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S52 FX. BUDI RAHARDJO Abstrak: Sepasang tranduser

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menjelaskan secara detil mengenai hasil-hasil pengukuran

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menjelaskan secara detil mengenai hasil-hasil pengukuran BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Bab ini akan menjelaskan secara detil mengenai hasil-hasil pengukuran penelitian ini. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan secara garis besar yaitu Pengukuran gedung parkir Universitas

Lebih terperinci

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik 9 Gambar 17. Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik BST yang sudah mengalami proses annealing dipasang kontak di atas permukaan substrat silikon dan di atas film tipis BST. Pembuatan kontak ini dilakukan

Lebih terperinci

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi 15 Program ini yang nantinya akan mengolah tegangan analog dari sensor menjadi sebuah kode-kode digital. Hasil pengolahan data dari ADC tersebut ditampilkan pada layar LCD untuk pengukuran suhu dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 48 BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1 Cara Konfigurasi dan Pemasangan Konfigurasi rangkaian yang telah dipasangkan pada sumber tegangan 8 Volt. Dengan mengatur potensiometer 10 KΩ, kita setel potensiometer dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam sebuah robot terdapat dua sistem yaitu sistem elektronis dan sistem mekanis, dimana sistem mekanis dikendalikan oleh sistem elektronis bisa berupa

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran sensor yang sudah diolah oleh arduino dan dibandingkan dengan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran sensor yang sudah diolah oleh arduino dan dibandingkan dengan 42 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian dilakukan untuk mengetahui nilai yang dihasilkan oleh pengukuran sensor yang sudah diolah oleh arduino dan dibandingkan dengan ketinggian air dan suhu air sebenarnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan penelitian. Langkah-langkah tersebut dilukiskan melalui bagan 3.1 berikut. Menentukan prinsip kerja sistem

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA A. TUJUAN PERCOBAAN : Setelah melakukan praktek, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Mengetahui konstruksi dasar dan karakteristik dari sebuah microphone dynamic

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian dan di Laboratorium

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR Nama Nim Semester Fakultas : Rizki : 20083124720650086 : III/pagi : Teknik Informatika Universitas Mpu Tantular Jakarta Timur MODUL I INSTRUMENTASI Teori: Pada praktikum

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT 1 Hilridya Sagita, 2 Eri Prasetyo dan 3 Arifin 1,2 Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Jakarta 3 STMIK Bidakara,

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Alat Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output pin kaki masing-masing

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA 4.1 Desain Sistem Sistem yang dibangun pada tugas akhir ini bertujuan untuk membangun robot beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN Pada bab IV pengujian alat dan pembahasan akan mengulas hasil pengamatan serta analisis untuk mengetahui kinerja dari rangkaian dan alat. Rangkaian di analisis untuk

Lebih terperinci

Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya

Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya Indar Sugiarto, Dharmawan Anugrah, Hany Ferdinando Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra Email: indi@petra.ac.id,

Lebih terperinci

Dalam kondisi normal receiver yang sudah aktif akan mendeteksi sinyal dari transmitter. Karena ada transmisi sinyal dari transmitter maka output dari

Dalam kondisi normal receiver yang sudah aktif akan mendeteksi sinyal dari transmitter. Karena ada transmisi sinyal dari transmitter maka output dari BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM 3.1 Perancangan Diagram Blok Dalam pembuatan sistem diagram blok yang perlu dipahami adalah cara kerja dari sistem yang akan dibuat. Sistem sensor gas akan bekerja

Lebih terperinci