BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN"

Transkripsi

1 BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan KPBS Pangalengan Pemeliharaan sapi perah di Pangalengan sebenarnya telah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Peternakan sapi perah yang ada dikelola oleh perusahaan Belanda, perusahaan tersebut antara lain: De Friesche Terp, Almanak, Van Der Els, Big Man. Untuk pemasaran hasil produksinya, perusahaan tersebut mendirikan BMC (Bandungche Melk Center). Sewaktu pendudukan Jepang, perusahaan tersebut dihancurkan dan sapinya dipelihara oleh penduduk sekitar sebagai usaha keluarga. Dengan kondisi alam yang mendukung, perkembangan pemeliharaan sapi perah di Pangalengan cukup pesat yang akhirnya menimbulkan keinginan para peternak sapi perah untuk membentuk wadah koperasi. Untuk meningkatkan populasi sapi perah serta meningkatkan pendapatannya, pada bulan November 1949 didirikan koperasi dengan nama GAPPSIP (Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan). Mulai tahun 1961, GAPPSIP tidak mampu menghadapi labilnya perekonomian Indonesia, sehingga tata niaga persusuan sebagian besar diambil alih oleh kolektor (tengkulak). Dengan kondisi demikian, peternak mengalami kerugian karena harga susu yang diterima sangat rendah bahkan tidak sedikit jerih payah peternak tidak dibayar. Akhirnya pada tahun 1963 GAPPSIP tidak mampu melakukan kegiatannya. Menyadari keadaan tersebut, atas prakarsa beberapa tokoh masyarakat yang disepakati oleh peternak pada tanggal 22 Maret 1969 didirikanlah koperasi yang diberi nama Koperasi Peternakan Bandung Selatan, atau disingkat KPBS. Pada tanggal 1 April 1969 KPBS diberi Badan Hukum No. 4353/BH/18-18 yang kemudian pada tanggal 30 November 1988 Badan Hukum tersebut diperbaharui menjadi Badan Hukum No. 4353/B/BH/KWK-10/12 dan tanggal tersebut merupakan hari jadi KPBS Pangalengan. Sejak saat itu, KPBS Pangalengan mulai mendapat pembinaan dari berbagai pihak seperti: Pemerintah Kabupaten DT II Bandung, Gubernur Jawa Barat, Dirjen Peternakan, unsur perguruan tinggi, badan-badan usaha, mitra usaha, pakar, serta beberapa tokoh baik tokoh peternak maupun tokoh koperasi. KPBS Pangalengan bahkan juga mendapat bantuan dari UNICEF. 30

2 Tahun 1988 pemerintah memberikan perhatian dan bantuan kredit sapi perah dari New Zealand, Australia, dan Amerika. Kredit sapi perah tersebut direncanakan akan selesai dalam jangka waktu tujuh tahun namun dapat dilunasi dalam waktu 5 tahun. Dalam rangka peningkatan mutu genetik dan skala kepemilikan, pada tahun 1994 KPBS Pangalengan mendatangkan sapi dari New Zealand secara mandiri sebanyak ekor dara bunting dan satu ekor pejantan unggul. Pada tahun 1997 KPBS Pangalengan merintis pemasaran ke konsumen langsung berupa susu pasteurisasi dalam kemasan cup dan prepack dengan merk KPBS Pangalengan. Perkembangan selanjutnya, tahun 2009 dalam pelayanan dan usahanya KPBS Pangalengan menerapkan pola Agribisnis dan Agro-industri dengan tahapan pra-budidaya, proses budidaya, pemasaran hasil budidaya, dan penunjang usaha. Beberapa penghargaan yang berhasil diraih oleh Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, antara lain: 1) Pada tahun 1976 dari Menteri Pertanian sebagai Unit Usaha di Sektor Pertanian Bidang Peternakan; 2) Pada tahun 1981 dari Menteri Muda Urusan Koperasi sebagai Koperasi Yang Sukses Menangani Bidang Peternakan, serta dari Menteri Perdagangan dan Koperasi sebagai Koperasi Terbaik 1. 3) Pada tahun 1982 dari Menteri Perdagangan dan Koperasi sebagai Koperasi Teladan Nasional; 4) Pada tahun 1984 dan 1985 dari Menteri Koperasi sebagai Koperasi/KUD Teladan Nasional; 5) Pada tahun 1988 dari Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil sebagai Koperasi Mandiri; 6) Pada tahun 1997 menerima Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama dari Presiden Republik Indonesia; 7) Tahun 2004 dari Bupati Bandung sebagai Koperasi berprestasi Bidang Produsen dan Koperasi Berprestasi Kelompok Produsen. 8) Pada tahun 2007 menerima Award dari Menteri Koperasi dan UKM, serta penghargaan sebagai Koperasi Berprestasi dari Menteri Negara. 31

3 5.2. Visi, Misi, dan Tujuan KPBS Pangalengan KPBS Pangalengan dengan wilayah kerja yang cukup luas mampu dengan konsistensi tinggi mewujudkan Visi, Misi, dan Pilar yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama sehingga anggota merasakan manfaat yang nyata beternak sapi perah dalam wadah KPBS Pangalengan. Visi Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan adalah: Menjadi Koperasi yang Amaliah, Modern, Sehat Organisasi, Sehat Usaha dan Sehat Mental serta Unggul di Tingkat Regional dan Nasional. Adapun Misi-nya adalah sebagai berikut: 1) Taat dan patuh terhadap Pancasila, UUD 1945, Undang-Undang Perkoperasian serta Peraturan Pelaksanaannya dan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku, serta melaksanakan amanah keputusan Rapat Anggota. 2) Memotivasi anggota secara mandiri untuk meningkatkan harkat derajat sendiri, sekaligus mengangkat citra perkoperasian. 3) Meningkatkan kompetensi sumberdaya koperasi. Sama halnya dengan misi pada point dua misi ini KPBS coba aktualisasikan dengan penetapan bonus serta pemberian penghargaan bagi anggota terbaik yang dinilai dari aktifasi anggota baik dalam hal produksi susu maupun dalam hal keorganisasian 4) Melaksanakan tata kelola operasional dengan baik, efektif dan efisien. 5) Menjadi laboratorium koperasi persusuan. Lima tahun terakhir KPBS mulai aktif melakukan penelitian untuk mengetahui kualitas susu yang dihasilkan anggotanya dengan membuat laboratorium khusus di pabrik MT-KPBS Pangalengan. 6) Mengimplementasikan inovasi, ilmu pengetahuan, teknologi tepat guna yang ramah lingkungan. Tujuan dari Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS Pangalengan) itu sendiri adalah: 1) Mengajak, memotivasi dan mendidik anggota untuk bekerja dan hidup berkoperasi; 2) Meningkatkan pelayanan dan usaha sehingga anggota menjadi tata tengtrem kerta raharja, salieuk beh ; 32

4 3) Memenuhi kebutuhan ternak dan anggotanya; 4) Meningkatkan skala kepemilikan sapi induk produktif dengan jumlah produksi yang memenuhi skala ekonomis; 5) Memperbaiki genetik sapi perah; 6) Memelihara kelestarian dan mencegah pencemaran lingkungan wilayah kerja dan daerah sekitarnya; 7) Berperan aktif membangun kehidupan beragama, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya di wilayah kerja dan sekitarnya serta aktif dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Ke-tujuh tujuan yang hendak dicapai tersebut didukung oleh pilar-pilar sebagai berikut: 1) Berdoa dan mensyukuri. 2) Menjaga dan meningkatkan kepercayaan anggota. 3) Menjaga dan meningkatkan silaturahmi serta kebersamaan. 4) Memberikan harga susu/ imbalan yang wajar. 5) Terpenuhinya kebutuhan ternak dan anggota. 6) Berpihak kepada keadilan, keseimbangan dan kebenaran. 7) Menjadikan koperasi sebagai rumah bersama Lokasi dan Tata Letak Kantor dan Pabrik KPBS Pangalengan Kantor KPBS Pangalengan terletak di Jalan Raya Pangalengan No 340, sementara Pabrik Milk Treatment (MT) KPBS Pangalengan terletak di Jalan Koperasi No 1 Desa Pangalengan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Jarak pemukiman penduduk dengan pabrik MT KPBS Pangalengan sekitar 25 m dari arah Barat dan 50 m dan dari arah Selatan. Lokasi KPBS Pangalengan berada di dataran tinggi Bukit Priangan yang dikelilingi oleh tiga gunung yaitu Gunung Papandayan, Gunung Malabar, dan Gunung Tilu. Baik kantor maupun pabrik MT berada pada daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut dengan suhu udara sekitar 12ºC-28ºC, dengan tingkat curah hujan mm/tahun (Data Statistik Desa Pangalengan, 2007). Pabrik MT KPBS Pangalengan berdiri di atas tanah seluas m 2 yang terdiri dari luas bangunan sekitar 680,65 m 2 untuk bangunan 33

5 instalasi dan 304,37 m 2 untuk bangunan pabrik. Ruang instalasi terdiri dari pos satpam, ruang administrasi, gudang, bengkel dan mushola. Bangunan pabrik terdiri dari ruang penerimaan susu, ruang pengolahan, laboratorium, instansi pendinginan, dan instansi mesin. Tata letak alat di dalam pabrik MT disusun berdasarkan urutan proses serta fungsi dan luas ruangan pabrik yang tersedia. Hal ini bertujuan agar selama proses pengolahan susu, dapat berjalan secara efisien dan efektif. Denah pabrik MT KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Wilayah kerja KPBS Pangalengan terdiri dari tiga kecamatan, yaitu: Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Pacet, dan Kecamatan Kertasari. Secara administratif wilayah kerja KPBS Pangalengan berbatasan dengan Kabupaten Garut, dan Kecamatan Paseh sebelah utara dan timur, Kabupaten Pasir Jambu di sebelah barat, dan Kabupaten Garut di sebelah selatan. Dalam melaksanakan kegiatannya untuk memperlancar pelaksanaan usaha, wilayah kerja KPBS Pangalengan dibagi menjadi 35 Komisariat Daerah (KOMDA). Satu KOMDA bisa terdiri dari 3-10 kelompok peternak dan satu kelompok peternak terdiri dari orang peternak. Peta wilayah kerja KPBS Pangalengan dapat dilihat Pada Lampiran Unit Usaha KPBS Pangalengan Dalam pelayanan dan usahanya KPBS Pangalengan menerapkan pola Agribisnis dan Agro-industri dengan tahapan pra-budidaya, proses budidaya, pemasaran hasil budidaya, dan penunjang usaha yang diaktualisasikan dengan membuat unit-unit usaha. Hingga saat ini unit usaha yang ada di KPBS Pangalengan berjumlah delapan unit. Unit-unit ini didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di sekitar Pangalengan, khususnya bagi para anggota KPBS Pangalengan. Setiap unit usaha dikelola oleh seorang manajer yang dipilih oleh pengurus dan tetap berada di bawah pengawasan pengurus. Berikut dipaparkan tentang tahapan pola agribisnis dan agroindustri 34

6 yang diterapkan KPBS Pangalengan serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh berbagai unit pelayanan dan unit usaha dari masing-masing tahapan. 1) Pra-Budidaya, merupakan Pelayanan dan Usaha Koperasi dan/atau kerja sama dengan pihak ketiga yang meliputi: penyediaan bibit, penyediaan pakan ternak, penyediaan peralatan serta penyediaan obat-obatan. Unit usaha yang masuk ke dalam kegiatan Prabudidaya antara lain: a) Unit Pelayanan Barang Anggota dan Pakan Ternak. Unit usaha ini telah ada sejak berdirinya KPBS Pangalengan. Unit usaha ini memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan pokok anggota dan ternaknya. Kebutuhan anggota yang utama disediakan adalah beras, sedangkan kebutuhan ternak yang disediakan adalah pakan konsentrat, vaselin, milkcan, dan sarana peternakan lainnya. Kegiatan unit usaha ini meliputi pelayanan kebutuhan ternak dan anggota mulai dari penyediaan, pendistribusian, penentuan harga, hinga penagihan pembayaran. b) Unit Pelayanan Pabrik Makanan Ternak (PMT) Cirebon. Unit usaha PMT KPBS Pangalengan berada di wilayah Cirebon. Awalnya PMT ini adalah milik Gabungan Koperasi Susu Indonesian(GKSI) yang didirikan pada tahun Karena permintaan pakan konsentrat yang tinggi di daerah Pangalengan maka KPBS merasa perlu memiliki PMT sendiri guna memenuhi kebutuhan anggota dan perluasan usaha. Pakan konsentrat RC yang diproduksi oleh PMT-KPBS lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak anggota KPBS Pangalengan. Apabila kebutuhan ternak anggota sudah terpenuhi dan mengalami kelebihan produksi maka dilakukan penjualan kepada pihak lain yang membutuhkan. Produk pakan konsentrat PMT-KPBS dikenal dengan nama RC-120 dan dikemas dalam karung dengan berat tiap karung 40 kg. Tahun 2009 rata-rata produksi RC di PMT-KPBS mencapai kg/bulan. Di tahun 2010 unit usaha ini memilki target untuk meningkatkan produksi dengan memodifikasi mesin proses produksi yang telah ada serta mengusahakan 35

7 penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan bahan baku dan perbaikan sarana lingkungan. c) Unit Pelayanan Pembibitan Sapi dan Hijauan Makanan Ternak. Unit usaha ini dimulai sejak tahun Tujuan utama unit ini adalah membantu dan memenuhi keinginan anggota untuk menambah jumlah ternak sapi yang dimiliki atau untuk mengganti ternak sapi yang sudah afkir dengan nilai kredit yang lebih murah serta kualitas sapi yang lebih baik. Tahun 2009 unit usaha ini telah melaksanakan program pengguliran sapi mandiri sebanyak 43 ekor, dan bekerjasama dengan pihak lain sebanyak 45 ekor. Unit usaha ini juga telah melaksanakan kerjasama dengan PTPN VIII Kebun Pasir Malang untuk menanam rumput pada lahan seluas 33 hektar guna menjamin ketersediaan hijauan untuk ternak milik anggota. Tahun 2010 mereka menargetkan untuk menjalin kerjasama yang lebih luas dengan perusahan swasta untuk melakukan penanaman lahan-lahan kritis agar mampu menopang kebutuhan hijauan makanan ternak anggota, serta mengusahakan pembinaan dan penyuluhan mengenai pengawetan hijauan makanan ternak dan silase sebagai alternatif pakan pada musim kemarau. Lebih jauh lagi tahun 2010 mereka akan mengusahakan kerjasama dengan PT Agropangan Putera Mandiri untuk melaksanakan program pembesaran pedet sebagai replacement stock. 2) Proses Budidaya, merupakan usaha anggota dan koperasi yang meliputi: manajemen koperasi, penyediaan hijauan, manajemen beternak sapi perah, penyetoran susu ke TPK terdekat, pelaporan sapi sakit atau birahi, kelahiran, mutasi, penampungan susu, angkutan susu, serta pengolahan susu. Unit usaha yang termasuk ke dalam kegiatan proses budidaya antara lain: a) Unit Pelayanan produksi dan pengolahan. Unit usaha produksi dan pengolahan merupakan salah-satu unit yang ada di Pabrik MT yang dikelola sejak KPBS Pangalengan beroperasi. Kegiatan unit usaha ini mencakup semua hal yang terkait langsung dengan produksi 36

8 susu yang disetor oleh anggota ke KPBS. Dimulai dari penerimaan susu di Tempat Pengumpulan Koperasi (TPK), pengujian standarisasi susu yang diterima, proses produksi susu di MT, hingga penentuan harga susu bagi anggota berdasarkan kualitas susu yang diterima. Pada tahun 2009 unit usaha ini berhasil meningkatkan produksi susu sebesar 14,28 persen dengan rata-rata produksi susu sebesar ,2 liter/hari. Peningkatan produksi ini diimbangi dengan peningkatan populasi serta kesediaan hijauan. Tahun 2010, unit usaha ini memiliki target untuk meningkatkan produksi susu yang diterima hingga mencapai 150 ton/hari atau setara dengan ,1 liter/hari. b) Unit Pelayanan Kesehatan Hewan dan Anggota. Unit usaha ini berperan dalam menjaga kesehatan serta meminimalkan risiko terkena penyakit baik bagi ternak maupun keluarga anggota. KPBS Pangalengan menyediakan balai pengobatan di klinik MA-Ageung sebagai sarana untuk pelayanan kesehatan bagi seluruh anggota keluarga peternak. Pusat pelayanan ini juga bekerja sama dengan puskesmas serta dokter umum yang ada di wilayah kerja KPBS. Pelayanan kesehatan hewan serta inseminasi buatan (IB) dibagi menjadi VIII rayon yang masing-masing dipimpin oleh mantri atau dokter hewan dan dikoordinir oleh seorang koordinator yang bertanggung jawab terhadap data populasi ternak. Tahun 2009 dan 2010 unit usaha ini berfokus pada pencegahan beberapa penyakit yang menyebabkan kematian ternak. Langkah yang telah ditempuh antara lain dengan menyediakan tiga unit alat pemotong kuku sapi untuk meminimalisir kematian ternak akibat penyakit kuku seperti Abcess dan Paralisa. 3) Pemasaran Hasil Budidaya, merupakan usaha koperasi atau kerja sama dengan pihak ketiga yang meliputi: pemasaran ke Industri Pengolahan Susu, pemasaran non-ips dan Angkutan. Unit usaha yang termasuk ke dalam kegiatan pemasaran hasil budidaya antara lain: 37

9 a) Unit Pelayanan Angkutan dan Pemasaran. Unit usaha ini dikelola oleh unit produksi sejak tahun 1969 namun, sejak tahun 1990 mulai dikelola sebagai unit usaha sendiri. Tugas utama unit usaha angkutan dan pemasaran adalah bertanggung jawab terhadap pengangkutan susu segar dari TPK menuju pabrik MT KPBS, dan dari Pabrik MT KPBS ke IPS. Kegiatan pengangkutan susu dari TPK ke Pabrik MT dilakukan dua kali sehari. Sementara kegiatan pengangkutan susu dari Pabrik MT ke IPS dilakukan satu kali sehari. Pada tahun 2009 unit usaha ini telah melakukan penambahan dua unit kendaraan untuk angkutan TPK ke MT, dan satu unit untuk pengiriman susu ke IPS. Jumlah kendaraan untuk angkutan susu dari TPK ke MT sebanyak 16 unit, sedangkan jumlah kendaraan untuk pengiriman susu dari MT ke IPS sebanyak 12 unit. Perbedaan kendaran TPK dan IPS ini terletak pada tangki yang digunakan untuk mengangkut. Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut susu dari TPK ke MT ukurannya tangkinya lebih kecil dengan kapasitas tangki antara liter, selain itu tangki yang digunakan pun hanya memiliki satu lapisan. Sementara kendaraan yang digunakan untuk mengangkut susu dari Pabrik MT ke IPS memiliki ukuran yang lebih besar dengan kapasitas tangki sebesar liter, dan memiliki dua lapisan untuk menjaga kualitas susu selama diperjalanan. Pemasaran susu lebih dari 90 persen dalam bentuk susu dingin kepada IPS, dan kurang dari 10 persen dipasarkan ke distributor dalam bentuk susu pasteurisasi. Untuk tahun 2010 unit usaha ini memiliki target untuk melakukan peremajaan kendaran serta meningkatkan penjualan susu pasteurisasi baik prepack maupun cup langsung ke konsumen sampai dengan 10 persen. 4) Penunjang Usaha, merupakan pelayanan dan usaha koperasi atau kerja sama dengan pihak ketiga, meliputi: pendidikan dan latihan, penyuluhan dan pendampingan, pelayanan dan usaha kebutuhan anggota, dan Bank 38

10 Perkreditan Rakyat (BPR). Unit Usaha yang termasuk pada kegiatan Penunjang Usaha ini antara lain: a) Unit Pelayanan Pembinaan, Pengembangan dan Pendampingan Kelompok. Unit usaha ini merupakan unit usaha yang baru dikembangkan beberapa tahun belakangan. Kegiatannya meliputi motivasi, pendidikan, serta pembinaan bagi para anggota dalam aspek pembibitan, makanan dan manajemen sapi perah, aspek teknologi persusuan, aspek teknologi pakan, aspek pemanfaatan limbah, aspek manfaat dampak dan perkembangan koperasi, aspek hukum dan aspek lainnya. Tahun 2009 unit usaha ini telah berhasil membina para peternak untuk melakukan pemilihan ketua kelompok guna menjaga dinamisme kelompok. Unit usaha ini juga telah mengadakan beberapa pelatihan pada peternak tentang teknis peternakan dan penanganan susu secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak lain seperti Dinas Peternakan atau Dinas Koperasi. Di tahun 2010 unit usaha ini memiliki target untuk membuat kandang percontohan (demo farm) sebagai pusat pelayanan penyuluhan. b) Unit Usaha PT. Bank Perkreditan Rakyat Bandung Kidul. Unit usaha ini mulai dikelola sejak tahun Unit usaha ini merupakan unit otonom yang berperan sebagai lembaga keuangan bagi anggota KPBS dan masyarakat di wilayah kerja KPBS Pangalengan. Pada tanggal 3 Januari 1994 unit usaha simpanpinjam berubah menjadi sebuah bank yang bernama PT Bank Perkreditan Rakyat Bandung Kidul yang pada saat itu melayani kegiatan simpan pinjam dan perkreditan bagi masyarakat di sekitar wilayah kerja KPBS. Gedung pusat unit usaha ini terletak di dekat kantor utama KPBS Pangalengan. PT BPR Bandung Kidul lebih memfokuskan kegiatannya untuk melayani kebutuhan anggota KPBS, seperti jasa penyimpanan dan jasa pemberian kredit. Jasa penyimpanan yang disediakan pada unit ini adalah tabungan dan 39

11 deposito sementara jasa pinjaman yang disediakan berupa modal kerja, investasi, serta gabungan keduanya. Secara sederhana pengelompokan unit-unit usaha di KPBS Pangalengan ke dalam kegiatan agribisnis dan agroindustri dapat dilihat pada Gambar 4. Pra-Budidaya 1.Unit Pelayanan Barang dan Pakan Ternak 2.Unit Pelayanan Pabrik Makanan Ternak 3.Unit Pelayanan Pembibitan Sapi & Hijauan Makanan Proses Budidaya 1.Unit Pelayanan Produksi & Pengolahan 2.Unit Pelayanan Kesehatan Hewan & Anggota Pemasaran Hasil Budidaya 1.Unit Pelayanan Angkutan & Pemasaran Penunjang Usaha 1. Unit Pelayanan Kesehatan Hewan & Anggota 2. Unit Pelayanan Pembinaan, Pengembangan, & Pendampingan Kelompok 3. Unit Usaha PT. Bank Perkreditan Rakyat Bandung Kidul Gambar 4. Pengelompokan Unit-Unit Usaha di KPBS Pangalengan ke dalam Sistem Agribisnis & Agroindustri 5.6. Organisasi KPBS Pangalengan Sebagai sebuah koperasi yang memiliki beberapa unit usaha dalam upaya untuk mencapai sasaran dan juga untuk menjalankan roda organisasi serta usaha koperasi, maka KPBS Pangalengan membentuk struktur organisasi yang dapat menjamin mekanisme kerja yang efektif dan efisien. Struktur organisasi menunjukkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unsur yang ada dalam struktur organisasi tersebut. Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pada pasal 21, disebutkan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari: 40

12 1. Rapat Anggota, 2. Pengurus dan 3. Pengawas. Secara umum Struktur organisasi KPBS mengikuti UU tersebut, kekuasaan tertinggi ada pada rapat anggota. Bagan Struktur organisasi KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut ini akan diuraikan mekanisme organisasi KPBS Pangalengan yang sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Rapat Anggota KPBS Pangalengan dengan rutin mengadakan rapat anggota tiap tahunnya. Minimal rapat anggota dilaksanakan satu kali dalam setahun akan tetapi, dalam kondisi tertentu pengurus dapat melaksanakan rapat anggota di luar rapat anggota tahunan (RAT). Tanggal 10 Maret 2010 KPBS Pangalengan baru menyelesaikan rapat anggota tahunan untuk tahun buku 2009 (RAT yang ke 41). RAT dilaksanakan selama kurang lebih dua minggu. Untuk menjaga keefektifan RAT, KPBS memilih untuk membagi harian rapat berdasarkan pembagian rayon. Dengan demikian diharapkan jumlah anggota yang hadir dari tiap kelompok tersebar dan terwakili dengan rata, serta materi RAT dapat tersampaikan dan diterima dengan baik oleh para peserta rapat. Adapun yang ditetapkan dalam rapat anggota di KPBS antara lain: anggaran dasar; kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi; pemilihan, pengangkatan serta pemberhentian pengurus dan pengawas; rencana kerja, rencana anggaran pendapatan, dan belanja koperasi, serta pengesahan laporan keuangan selama periode tertentu; pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya; pembagian sisa hasil usaha (SHU); penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi Pengurus KPBS Pangalengan Pengurus koperasi merupakan personifikasi badan hukum koperasi. Menurut pasal 29 Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992, pengurus koperasi adalah orang-orang yang dipilih dari dan oleh anggota 41

13 koperasi dalam rapat anggota serta diberi mandat untuk mengelola kegiatan usaha dan organisasi koperasi. Apabila suatu saat rapat anggota tidak berhasil memilih pengurus, maka rapat anggota mengangkat orang ketiga sebagai pengurus dengan maksimum tidak lebih dari sepertiga anggota. Pada KPBS pengurus ditetapkan dalam forum rapat anggota tahunan, di mana masa kerja pengurus berlangsung selama lima tahun terhitung sejak rapat pemilihan sampai rapat pemilihan pengurus baru dilaksanakan. Pengurus KPBS Pangalengan berjumlah tujuh orang yang terdiri dari Ketua Umum, Ketua I (Bidang Pra Budidaya dan Penunjang Pelayanan dan Usaha), Ketua II (Bidang Proses Budidaya dan Pemasaran Hasil Budidaya), Ketua III (Bidang Produksi Makanan Ternak), Ketua IV (Bidang Sarana dan Prasarana), Sekretaris, dan Bendahara. Pengurus KPBS Pangalengan mempunyai masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali setelah masa jabatannya habis. Pengurus yang dipilih tersebut mempunyai tugas dan kewajiban yang berbeda-beda tetapi saling menunjang untuk bersama-sama menjalankan roda kegiatan koperasi. Susunan kepengurusan untuk tahun baru akan dipilih sekitar bulan April-Mei Pengawas KPBS Pangalegan Secara umum pengawas bertujuan untuk membantu anggota mengawasi organisasi koperasi agar berjalan efektif. Sedangkan secara khusus, pengawas bertujuan antara lain untuk mengamankan asset, mengecek akurasi, mempromosikan efisiensi operasi dan usaha, serta menyempurnakan kebijakankebijakan organisasi (Kusnadi, 2005). Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh anggota dalam Rapat Anggota Tahunan. Badan Pengawas bertanggung jawab terhadap rapat anggota dan harus merahasiakan hasil-hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga. Di KPBS Pangalengan sendiri pengawas bertugas antara lain: 1) Melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi, termasuk organisasi usaha-usaha dan pelaksanaan kebijakan pengurus; 2) Membuat laporan tertulis tentang hasil pemeriksaan. Sedangkan wewenang yang dimiliki oleh Pengawas antara lain: 1) Meneliti catatan yang ada pada koperasi; 42

14 2) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan Manajemen KPBS Pangalengan Dalam rangka menciptakan koperasi yang sehat, perlu dilaksanakan manajemen guna mengoptimalkan organisasi perusahaan. Koperasi sebagai salah satu badan usaha memiliki aturan manajemen yang berbeda dengan badan usaha lainnya. Perbedaannya terletak pada hakekat koperasi yang mencerminkan falsafah demokrasi (dari, oleh dan untuk anggota) dalam kegiatan usahanya yang bersumber dari Pancasila Baga (2009). Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 32, dinyatakan bahwa pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha. Hal tersebut juga diterapkan KPBS Pangalengan dalam mengelola dan menjalankan usahanya KPBS menunjuk orang-orang khusus di luar anggota (lebih diutamakan anggota) yang memang kompeten pada bidangnya. Susunan manajemen KPBS Pangalengan untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut: Manajer dan Kepala Bagian Setiap manajer bertangung jawab terhadap semua kegitan dari suatu unit usaha yang mereka pimpin sementara kepala bagian memiliki kewajiban pada bidang pekerjaan yang mereka pimpin. Ada sekitar tujuh jabatan manajemen yang ditempatkan untuk memimpin unit-unit usaha di KPBS Pangalengan yaitu Manajer Operasional Bidang Proses Budidaya dan Pemasaran Hasil Budidaya; Manajer Pelayanan Produksi dan Pengolahan; Manajer Pelayanan Angkutan dan Pemasaran; Manajer Pelayanan Barang dan Pakan Ternak; Manajer Pelayanan PMT Cirebon; Manajer Pelayanan Pembibitan dan Hijauan; Manajer Pelayanan Keswan dan Anggota. Ketujuh jabatan manajemen ini dipegang oleh orang yang berbeda kecuali untuk jabatan manajer operasional bidang proses budidaya dan pemasaran hasil budidaya serta manajer pelayanan produksi dan pengolahan yang dipegang oleh satu orang karena lingkup kerja serta wilayah kerja yang memang berdekatan. 43

15 KPBS Pangalengan juga memiliki sekitar tiga jabatan kepala bagian antara lain Kepala Bagian Personalia dan Pembukuan; Kepala Bagian Pembinaan, Pengembangan dan Pendampingan Kelompok; Kepala Bagian Administrasi Kesekretariatan dan Humas. Masing-masing kepala bagian tersebut ditempatkan untuk memimpin kegiatan operasional KPBS di luar kegiatan yang dilakukan oleh unit usaha yang dimiliki KPBS Pangalengan kecuali kepala bagian pembinaan, pengembangan dan pendampingan kelompok yang ditunjuk untuk memimpin salah satu unit baru yang dibangun KPBS Pangalengan Koordinator Tempat Pengumpulan Koperasi (TPK) Tugas dari koordinator TPK antara lain mengawasi dan mencatat penerimaan susu dari anggota, menampung keluhan-keluhan anggota, serta mencatat dan mengatur pembagian logistik untuk anggota di masing-masing Rayon. Setiap Koordinator TPK membawahi KOMDA yang merupakan ujung dari rantai organisasi KPBS Pangalengan yang berhubungan langsung dengan peternak sapi setiap harinya. Untuk memudahkan koordinasi serta pengaturan kerja KPBS Pangalengan membagi TPK yang ada ke dalam VIII Rayon yang dikepalai oleh kordinator TPK. Pembagian TPK ke dalam rayon didasarkan pada letak TPK yang berdekatan. Pembagian TPK tersebut adalah sebagai berikut: 1. Rayon I : (Kebon Jambu, Pulosari, Warnasari, Cipangisikan) 2. Rayon II : (Lebaksaat, Bojong Waru, Pangkalan, Pangalengan) 3. Rayon III : (Babakan Kiara, Cisangkuy, Citere, Sukamenak) 4. Rayon IV : (Cipanas, Los Cimaung I, Los Cimaung II) 5. Rayon V : (Pintu, Gunung Cupu, Wates) 6. Rayon VI : (Wanasuka, Cisabuk, Citawa) 7. Rayon VII : (Kertasari, Lodaya, Lembangsari, Cikembang) 8. Rayon VIII: (Goha, Cibeureum, Sukapura, Cihawuk) 5.7. Keangotaan KPBS Pangalengan Peran serta anggota sangat esensial dalam membangun koperasi sebagai suatu organisasi ekonomi rakyat sebagaimana tercantum dalam undang-undang koperasi. Dalam organisasi koperasi dituntut adanya partisipasi dari anggotanya 44

16 agar kehidupan koperasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Kusnadi (2005) partisipasi yang diberikan anggota kepada koperasi dapat berupa partisipasi insentif dan partisipasi kontributif. Partisipasi insentif adalah partisipasi anggota dalam memanfaatkan koperasi sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan partisipasi kontributif adalah partisipasi anggota dalam bentuk penyerahan sebagian hartanya untuk dijadikan modal baik berupa simpanan pokok, simpanan wajib, maupun simpanan sukarela. Menjadi anggota dari suatu lembaga berbadan hukum seperti koperasi tentulah memiliki prosedur tersendiri, berikut akan dipaparkan persyaratan menjadi anggota, hak dan kewajiban anggota serta perkembangan anggota KPBS Pangalengan selama lima tahun terakhir Prosedur Menjadi Anggota KPBS Pangalengan Beberapa tahun terakhir, KPBS Pangalengan sudah tidak menerima pendaftaran anggota baru. Jika pun ada masyarakat yang berminat menjadi anggota maka yang diberlakukan adalah pemindahan nama atau pembelian keangotaan pada anggota lama yang tercatat sebagai anggota tidak aktif. Untuk dapat menjadi anggota KPBS Pangalengan seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Tercatat sebagai warga yang berdomisili di wilayah kerja KPBS Pangalengan (Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Pacet, dan Kecamatan Kertasari) yang ditunjukan dengan KTP dan Kartu Keluarga. 2) Mendaftarkan diri ke kantor pusat KPBS untuk penggatian nama anggota kemudian melengkapi berkas dan membayar uang administrasi pertama anggota sebesar Rp yang nantinya digunakan untuk pembuatan kartu anggota sebesar Rp , dan sisanya sebesar Rp digunakan untuk simpanan pokok MT (PMT), simpanan Rp 10-, dan simpanan Rp 15-,. 3) Memiliki sapi yang menghasilkan susu (bukan pedet) dengan jumlah minimal yang tidak ditentukan. Setelah melakukan pendaftaran dan tercatat secara resmi sebagai anggota KPBS Pangalengan (ditunjukan dengan keluarnya kartu anggota) maka yang 45

17 bersangkutan baru bisa mulai menyetor hasil susunya secara resmi pada bulan berikutnya Kewajiban dan Hak Anggota KPBS Pangalengan Setiap anggota KPBS Pangalengan mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Kewajiban serta hak yang harus dijalankan oleh anggota KPBS Pangalengan antara lain: 1) Taat pada peraturan baik peraturan kenegaraan seperti undang-undang koperasi maupun peraturan khusus yang disepakati oleh anggota KPBS Pangalengan. Di KPBS Pangalengan penyusunaan serta perbaikan peraturan merupakan salah-satu agenda yang selalu dibahas disetiap RAT. Di dalam rapat anggota (RA), setiap anggota KPBS Pangalengan memiliki hak yang sama untuk mengusulkan perbaikan atau pembentukan peraturan baru demi kepentingan bersama. Kehadiran tiap anggota dalam RA (paling tidak rapat tahunan) juga merupakan salah-satu kewajiban bagi anggota KPBS Pangalengan. Memberi masukan, kritik, sangahan atau penolakan pada hasil pertangungjawaban pengurus atau pengawas dalam rapat anggota merupakan hak bagi seluruh anggota KPBS Pangalengan. Selain itu setiap anggota KPBS Pangalengan juga berhak untuk memilih dan dipilih dalam rapat anggota untuk menjadi pengurus KPBS Pangalengan 2) Menyetor simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan anggota menentukan kepemilikan dan penyetaraan modal penyetaraan partisipasi anggota baru secara langsung atau dikompensasikan dengan hasil penyetoran susu. 3) Melaksanakan usaha ternak sapi perah sesuai dengan SOP, meliputi: a) Menjaga kebersihan kandang dan ternaknya, b) Melaksanakan pemerahan sapi dua kali sehari minimal satu jam sebelum jadwal penerimaan susu di TPK, dengan jeda waktu antar pemerasan jam. c) Menjaga dan meningkatkan kualitas dan kuantitas susu; 46

18 d) Menyetorkan susu sesuai dengan standar yang ditentukan koperasi ke TPK dengan menggunakan Milk Can alumunium atau stainles steel dan sesuai dengan jadwal penerimaan susu di TPK; e) Menyediakan hijauan kebutuhan ternak yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan ternak harian sekurang-kurangnya 10 persen dari berat badan ternak; Imbalan atas pelaksanaan kewajiban ini adalah bayaran yang diperoleh oleh masing-masing anggota atas susu yang disetorkannya. Semakin baik anggota menjalankan kewajibannya untuk menjaga dan memelihara ternak sesuai dengan SOP, maka akan semakin besar pula imbalan yang mereka terima. Karena SOP pemeliharaan ternak berkorelasi positif dengan kualitas susu yang dihasilkan ternak. 4) Setiap anggota KPBS Pangalengan berkewajiban untuk melaporkan mutasi anggota, mutasi ternak, penjualan maupun pembelian ternak, ternak sakit, birahi, kering kandung, mati dan lahir. Pelaporan ini sangat penting karena akan berpengaruh terhadap perhitungan hak dari anggota tersebut. Misalnya ternak anggota yang mati berhak mendapatkan biaya pergantian dari KPBS jika anggota tersebut melapor paling lambat satu minggu dari kematian ternak, akan tetapi jika peraturan ini diabaikan maka anggota akan kehilangan haknya tersebut. 5) Setiap anggota KPBS Pangalengan berkewajiban membeli kebutuhan ternak, serta kebutuhan anggota dari koperasi sesuai ketentuan dan kemampuan anggota, serta berhak mendapat keringanan pembayaran dengan sistem kredit yang diambil dari setoran susu anggota. 6) Membayar dana kesejahteraan ternak dan anggota (DKT/A) senilai empat persen dari jumlah produksi susu yang disetorkan ke koperasi. Dan berhak mendapatkan fasilitas kesehatan baik bagi ternak maupun bagi peternak dan anggota keluarganya. Kewajiban serta hak dari masing-masing anggota KPBS Pangalengan ini sama untuk semua anggota dan tidak tergantung pada lamanya masa keanggotaan ataupun jumlah ternak yang diusahakan. 47

19 Perkembangan Anggota KPBS Pangalengan Selama Lima Tahun Terakhir Anggota koperasi merupakan perseorangan individu yang bekerja pada KPBS Pangalengan. Anggota berperan sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna atas barang dan jasa dalam organisasi koperasi. Pada Tabel 2 dapat dilihat perkembangan jumlah anggota KPBS Pangalengan dari tahun Tabel 2. Perkembangan Jumlah Anggota serta Ternak Milik Anggota KPBS Pangalengan Keterangan 2005 (orang) 2006 (orang) Tahun 2007 (orang) 2008 (orang) 2009 (orang) Anggota Aktif 4,588 4,710 4,838 5,285 5,568 Tidak Aktif 2,568 1,703 2,213 1,720 1,405 Aktif Kembali/Pindah Nama Diberhentikan Jumlah 7,156 7,100 7,051 7,034 6,937 Jumlah Ternak 15,196 15,991 16,098 17,644 19,553 Sumber: Laporan RAT KPBS Pangalengan Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa anggota KPBS Pangalengan dalam kurun waktu berkurang karena ada anggota yang keluar atau meninggal. Untuk anggota yang ganti nama biasanya melanjutkan keanggotaan pendahulunya agar tidak kehilangan hak keanggotaannya. Sementara untuk jumlah ternak milik anggota dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya program kredit berguling sehingga para peternak memiliki kesempatan untuk memperbanyak jumlah sapi miliknya walaupun tidak memiliki modal, serta semakin gencarnya pihak KPBS dalam menangani penyebab-penyebab kematian sapi pada tahun tahun sebelumnya. Keanggotaan KPBS Pangalengan dapat berakhir jika: 1) Meninggal dunia, dan tidak ada ahli waris atau kerabat yang mendaftarkan diri untuk meneruskan keangotaan; 48

20 2) Koperasi bubar dengan sebab membubarkan diri atau dibubarkan pemerintah; 3) Mengundurkan diri; 4) Diberhentikan oleh pengurus disebabkan tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota koperasi dan atau melanggar kewajiban sebagai anggota Milk Treatment (MT) KPBS Pangalengan Kegiatan produksi yang dilakukan oleh MT KPBS Pangalengan merupakan basis kegiatan utama dari KPBS Pangalengan itu sendiri. Berikut akan dijelaskan mengenai profil, ketenagakerjaan, peralatan, serta proses produksi di MT KPBS Pangalengan Profil dan Sejarah Singkat MT KPBS Pangalengan Pada tahun , KPBS Pangalengan mendapat tantangan yang sangat berat, hal tersebut disebabkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Penerimaan susu oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) hanya pada hari-hari kerja; 2) Permintaan pabrik susu adalah produksi susu yang telah diproses dengan pendinginan/pasteurisasi; 3) Pemasaran susu ke konsumen secara langsung cukup sulit disebabkan kualitas susu tidak terjamin serta adanya pemalsuan susu oleh pengecer; 4) Tingkat kerusakan susu di koperasi dan di peternak cukup tinggi. Untuk mengatasi situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, RAT 1976 dan 1977 memutuskan untuk mendirikan MT. Didasari keputusan RAT tersebut KPBS Pangalengan menjalin kemitraan dengan PT. Ultra Jaya untuk membangun MT dengan jangka waktu pembayaran lima tahun dengan angsuran saham anggota sebesar Rp. 25,00/liter. Pada tanggal 1 Januari 1979 dimulai pembangunannya dan diresmikan pada tanggal 16 Juli 1979 oleh Menteri Muda Urusan Koperasi. Pada November 1982 disaksikan Menteri Koperasi dan Wakil Gubernur Propinsi Jawa Barat dilaksanakan penandatanganan peralihan manajemen dari PT. Ultra Jaya dan pada Juli 1983 angsuran dapat dilunasi. 49

21 MT KPBS Pangalengan mengolah susu segar menjadi beberapa alternatif produk yang siap dipasarkan baik langsung kepada konsumen maupun kepada IPS. Ada dua produk utama yang dihasilkan oleh MT KPBS Pangalengan yaitu: 1) Susu Chilled yaitu susu sapi segar yang telah mengalami proses pendinginan pada suhu 2-4ºC. Susu ini dipasarkan ke IPS seperti PT. Friesche Flag dan PT Ultra Jaya serta home industry di sekitar Pangalengan yang menggunakan susu sebagai bahan baku utama produknya seperti Milk Caramels TK, Harry s Farm, dan Barokah. 2) Susu pasteurisasi yaitu susu segar yang telah mengalami pemanasan pada suhu kurang lebih 72ºC selama beberapa detik, kemudian didinginkan hingga suhunya mencapai 4-8ºC dan mengalami proses homogenesis yaitu proses memecah lemak menjadi partikel yang lebih kecil untuk menjaga kestabilan lemak agar tidak mengumpal dan menjaga keseimbangan rasa susu yang dihasilkan. Susu pasteurisasi ini dibagi menjadi dua jenis: a) Susu pasteurisasi tanpa rasa (kemasan prepack) b) Susu pasteurisasi rasa (kemasan cup) Struktur Operasional dan Ketenagakerjaan di MT KPBS Pangalengan Struktur organisasi pabrik MT-KPBS Pangalengan berada di bawah adminstrasi dari organisasi KPBS Pangalengan. Seluruh aktivitas yang terdapat pada MT-KPBS Pangalengan berada di bawah dua kendali manajer yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh beberapa kepala bagian dan administrasi umum. Masing-masing kepala bagian dibantu oleh tenaga-tenaga pelaksana sesuai dengan kedudukan dan kemampuan kerja. Manajer bertugas memimpin dan mengatur segala permasalahan baik ke luar maupun ke dalam organisasi demi kemajuan MT KPBS Pangalengan. Administrasi umum bertugas untuk mengelola segala kegiatan administrasi MT, mengatasi masalah kepegawaian dan keuangan pabrik, dan bertanggung jawab terhadap arsip serta laporan tertulis mengenai operasional MT. Bagan struktur operasional MT KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran 4. 50

22 KPBS Pangalengan memiliki sistem penerimaan tenaga kerja yang sedikit berbeda karena lebih mengutamakan anggota. Sebagian besar karyawan KPBS Pangalengan merupakan anggota atau keluarga anggota KPBS. Untuk Pabrik MT sendiri ada sekitar 84 karyawan yang terdiri dari bagian produksi, administarsi, kendaraan, serta satpam. Pengaturan jam kerja yang berlaku di MT KPBS Pangalengan mengalami pembagian berdasarkan pembidangannya. Karyawan yang bekerja pada bagian administrasi jam kerja dimulai pada pukul WIB dengan waktu istirahat 30 menit untuk hari Senin sampai Jum at, sedangkan untuk hari Sabtu dari pukul WIB dengan waktu istirahat yang sama yaitu 30 menit. Pada bagian laboratorium proses dan penerimaan, waktu kerja dibagi menjadi dua shift. Shift pertama dimulai pukul WIB sementara shift kedua dimulai pukul WIB. Bagian pengemasan, gudang, dan bengkel hanya dibagi menjadi satu waktu yaitu pukul WIB, sedangkan bagian rumah tangga juga hanya dibagi menjadi satu waktu yaitu pukul WIB. Bagian keamanan dibagi menjadi tiga waktu yaitu pagi WIB, waktu siang yaitu WIB, dan waktu malam yaitu WIB. Pengolahan susu di MT KPBS Pangalengan berjalan selama satu minggu penuh termasuk libur nasional. Setiap karyawan diberikan libur satu hari dalam seminggu dengan waktu yang bergiliran Peralatan Produksi di MT KPBS Pangalengan Peralatan Pengolahan Susu 1) Milk Reception Scale (Timbangan) Milk Reception Scale digunakan untuk menimbang susu segar yang dialirkan dari mobil tangki. Alat ini mengunakan cara perhitungan digital yang dilengkapi dengan komputer sebagai pencatat hasil penimbangan. Pengukuran berat susu menggunakan sensor yang kemudian diubah menjadi tampilan angka secara digital. Alat ini terbuat dari stainless steel dengan kapasitas 500 kg atau setara dengan 488 liter. Penyedotan susu dari tangki mobil pengangkut ke bak timbangan menggunakan pompa sentrifugal dengan kecepatan 500 liter per menit atau setara dengan 513 kg 51

23 per menit. Pada ujung bak penampung terdapat pipa tempat mengalirnya susu dari mobil tangki menuju bak timbangan yang dilengkapi dengan saringan nilon. Fungsi dari saringan tersebut adalah untuk menyaring kotoran pada susu yang berasal dari tangki mobil pengangkut. Kecepatan aliran susu dari timbangan menuju ke bak penampung adalah 500 kg/40 detik. 2) Milk Reception Vat (Bak Penampung) Bak penampungan berfungsi sebagai tempat penampungan susu sementara. Setelah susu ditimbang dan sebelum susu dialirkan ke lempengan pendingin sehingga laju alir susu menjadi lebih teratur. Kapasitas susu yang dapat ditampung kurang lebih sebanyak 750 kg atau setara dengan 731 liter. Alat ini dilengkapi pompa sentrifugal dengan kecepatan 8500 liter/jam dan di atasnya ditutupi saringan nilon untuk mencegah masuknya kotoran ke dalam susu. 3) Plate Cooler (Lempengan Pendingin) Lempeng pendingin adalah alat yang digunakan untuk mendinginkan susu. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip pindah panas. Pindah panas terjadi antara susu dengan air dingin dari ice bank, melalui perantara plat logam yang terdapat di dalamnya. Di antara plat-plat tersebut terdapat rongga. Rongga ini akan berisi air dingin dan susu secara berselang-seling. Dalam perjalanannya air dingin menyerap panas dari susu sehingga susu kehilangan panasnya dan menjadi dingin. Susu yang ke luar dari lempeng pendingin suhunya dapat mencapai 2-4ºC. Kapasitas plate cooler yaitu sebesar 8000 liter/jam atau 8208 kg/jam. Bahan plate cooler terbuat dari stainless steel food grade. 4) Plate Heater (Lempengan Pemanas) Fungsi dari lempeng pemanas adalah memanaskan susu hingga suhu tertentu untuk melarutkan bahan tambahan. Lempeng pemanas ini digunakan untuk produksi susu pasteurisasi rasa. Prinsip kerja dari lempeng pemanas ini sama dengan prinsip kerja pada lempeng pendingin, yang membedakannya adalah jenis air yang digunakan adalah air panas yang berasal dari uap yang dihasilkan boiler. 52

24 5) Storege Tank (Tangki Penampung Susu Sementara) Storage tank digunakan untuk menampung susu yang telah didinginkan dan menampung susu yang telah dipasteurisasikan. Penggunaan tangki penyimpanan ini dimaksudkan untuk mempertahankan suhu susu sekaligus mencegah susu terkontaminasi dengan udara luar. Terdapat beberapa jenis tangki penampung susu di MT KPBS Pangalengan yang dibedakan berdasarkan jenis susu yang disimpan dan ukuran tangki tersebut. Untuk menampung susu dingin berkapasitas liter berjumlah dua buah, sedangkan untuk menampung susu pasteurisasi prepack, pasteurisasi cup cokelat, dan pasteurisasi cup strawberry masing-masing mempunyai kapasitas liter, liter, dan liter. Tangki ini terdiri dari tiga lapisan yaitu stainless steel dalam, styrofoam atau busa dan stainless steel luar. 6) Mixing Tank (Tangki Pencampuran) Mixing tank biasa digunakan dalam memproduksi susu pasteurisasi cup baik cokelat maupun strawberry yang berfungsi untuk mencampur susu dengan gula dan bahan tambahan lainnya. Untuk susu pasteurisasi prepack, mixing tank berfungsi sebagai penampung sementara dan mengukur jumlah susu yang akan diproduksi. Mixing tank terbuat dari stainless steel dengan kapasitas 2000 liter dan dilengkapi dengan agitator dengan kecepatan 30 rpm, shower CIP, dan skala ukur. MT KPBS Pangalengan memiliki dua buah mixing tank. 7) Balance Tank (Tangki Keseimbangan) Tangki keseimbangan digunakan untuk mengatur keseimbangan aliran dan tekanan susu yang akan dipasteurisasikan sehingga tercipta keseimbangan antara aliran susu yang masuk dengan susu yang ke luar. Dengan adanya tangki ini proses pasteurisasi dapat dilakukan secara bertahap namun kontinu. Prinsip kerja alat ini berdasarkan tinggi rendahnya pelampung yang berada di tengah tangki. Pelampung ini berfungsi untuk mengatur secara otomatis jumlah susu yang masuk ke dalam tangki terkendali. Tangki ini berkapasitas 100 liter, dan dilengkapi dengan pompa, thermometer, dan barometer. 53

25 8) Plate Heat Exchanger/PHE (Mesin Pasteurisasi dengan Prinsip Pertukaran Panas) Lempeng penukar panas atau plate heat exchanger adalah alat yang digunakan untuk proses pasteurisasi susu. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip pindah panas. Pindah panas terjadi antara uap panas dengan susu dingin yang berasal dari balance tank kemudian antara susu hasil pasteurisasi dengan air dingin bersuhu 0ºC-2ºC. 9) Homogenizer (Mesin Penyeragaman) Homogenizer berfungsi untuk memperkecil dan menyeragamkan glukoba lemak pada susu sehingga menjadi butiran lemak yang lebih kecil dan homogen sehingga emulsi lemak susu menjadi lebih stabil serta rasa dari susu pasteurisasi lebih menyatu. Alat ini memiliki kapasitas 3000 liter perjam. 10) Holding Tube Holding tube berfungsi mensirkulasikan susu pada tahap pasteurisasi dalam suhu ± 72-75ºC selama 15 detik. Holding tube berbentuk pipa stainless steel berdiameter ± 3,5 cm dan berbentuk panjang dan berkelok-kelok. 11) Flow Diversion Valve Flow Diversion Valve adalah katup yang berfungsi sebagai pengatur keluaran dari holding tube. Prinsip kerjanya adalah susu yang sudah melewati holding tube diharuskan memiliki suhu 72-75ºC namun jika kurang dari itu maka Flow Diversion Valve tidak akan membiarkan masuk ke proses pendinginan susu di PHE. Susu yang tidak mencapai 72-75ºC akan dikirim ke Homogenizer untuk dipanaskan kembali dalam PHE. 12) Auto Sealing Machine (Mesin Pengemas Otomatis) Terdapat dua jenis mesin pengemas produk di MT KPBS Pangalengan, yaitu mesin pengemasan prepack otomatis dan aotu sealing cup machine. Mesin pengemas prepack bekerja secara kontinu dengan kecepatan produksi 1200 prepack/jam. Alat ini juga dilengkapi dengan lampu ultraviolet yang berfungsi untuk mensterilkan kemasan plastik. Prinsip kerja alat ini berdasarkan tekanan piston yang diatur oleh roda 54

26 sehingga susu masuk tepat ke dalam kemasan sebanyak 500 ml dan mengunakan elemen panas untuk merekatkan bagian tegah kemasan dan memotong seal atas kemasan. Begitu pula dengan pemberian tanda expired date pada kemasan dilakukan menggunakan elemen panas. Mesin pengemas lainnya adalah Auto Sealing Cup Machine. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama dengan fungsi berbeda, diantaranya filling machine, automatic sealing machine dan conveyor. Filling machine berfungsi untuk memasukkan susu ke dalam cup sebanyak 160 ml. sedangkan automatic sealing machine berfungsi untuk menutup kemasan yang telah terisi susu dengan penutup kemasan melalui gaya hidrolik, dan panas yang dihasilkan. Konveyor sendiri berfungsi sebagai penyalur dari auto sealing cup machine agar tidak menumpuk di bagian ujung alat. Alat ini dilengkapi dengan sinar ultraviolet untuk mensterilkan kemasan cup. Kapasitas produk yang dapat dihasilkan oleh mesin ini sebanyak 6720 cup/jam. Gambaran peralatan serta mesin-mesin yang digunakan untuk produksi susu di MT KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran Sarana Penunjang Produksi 1) Sumber Air Air merupakan salah satu bahan yang sangat penting di MT KPBS Pangalengan. Air digunakan dalam proses produksi seperti pencucian, sanitasi, dan lain sebagainya. Sumber air di MT KPBS Pangalengan berasal dari sumur bor (pompa) yang telah mengalami proses pelunakan dan proses klorinisasi. Selanjutnya air ditampung dalam suatu penampungan air bersih. Jumlah air bersih yang digunakan MT KPBS Pangalengan mencapai 10 m 3 perhari. 2) Sumber Listrik MT KPBS Pangalengan memperoleh energi untuk memenuhi kebutuhan listrik dari PLN dengan dengan kapasitas tegangan terpasang W. Tegangan ini diperlukan untuk menggerakan peralatan produksi dan penerangan. Selain dari PLN, sumber listrik juga berasal dari dua unit 55

27 generator dengan kapasitas hingga W, yang digunakan jika terjadi pemadaman aliran listrik oleh PLN. 3) Bengkel Dalam pendistribusian susu baik dari TPK ke MT, maupun dari MT ke IPS dan Konsumen KPBS Pangalengan menggunakan alat transportasi berupa truk tangki. Dalam proses pemeliharaannya truk-truk tersebut mendapatkan perawatan di bengkel khusus yang terdapat di dalam kawasan pabrik MT KPBS Pangalengan. Bengkel MT KPBS Pangalengan berfungsi sebagai tempat untuk memperbaiki dan memelihara mesin dan komponen truk pengangkut susu tersebut. 4) Gudang MT KPBS Pangalengan memiliki beberapa gudang yang digunakan untuk menyimpan bahan baku penunjang dan kemasan. Sistem penyimpanan di gudang MT KPBS Pangalengan mengunakan sistem First in First Out (FIFO) dimana bahan baku yang lebih dahulu masuk ke gudang akan diproses terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penumpukan dan mencegah kerusakan bahan baku. Gudang pertama digunakan untuk menyimpan cup, gula rafinasi, dan cokelat bubuk dengan luas ± 40 m 2. Gudang kedua digunakan untuk menyimpan kemasan prepack dan kemasan cup dengan luas ± 20 m 2. Gudang ketiga atau gudang kimia yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan kimia seperti alkohol, kaporit, dan lain sebagainya dengan luas ± 12 m 2. Gudang keempat yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan untuk TPK seperti gun tester, BJ meter, dengan luas ± 12 m 2. Gambaran sarana penunjang produksi susu di MT KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran 6. 56

Lampiran 1. Denah Pabrik MT KPBS Pangalengan

Lampiran 1. Denah Pabrik MT KPBS Pangalengan Lampiran 1. Denah Pabrik MT KPBS Pangalengan 140 Lanjutan Lampiran 1. Keterangan: 1. Milk Reception Scale 2. Milk Reception Vat 3. Prepack Machine 4. Auto Cup Sealling Machine 5. Lempeng Penukar Panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Koperasi Peternakan Bandung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Koperasi Peternakan Bandung Selatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Koperasi Peternakan Bandung Selatan 1.1.1 Berawal Dari Idealisme Sejak zaman penjajahan Belanda di Pangalengan sudah dikenal peternakan sapi perah yang dikelola oleh perusahaan

Lebih terperinci

ANDRI NOVANDI JABATAN : MANAJER HR, KESEKRETARIAN, & ADM UMUM

ANDRI NOVANDI JABATAN : MANAJER HR, KESEKRETARIAN, & ADM UMUM www.kpbs.co.id ANDRI NOVANDI JABATAN : MANAJER HR, KESEKRETARIAN, & ADM UMUM HP/WA : 081322 17 18 99 Tweeter : @andrinovandi1 email : andri.novandi@kpbs.co.id andrinovandi@gmail.com Koperasi Peternakan

Lebih terperinci

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN PERAH KUD 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan 7.1.1 Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan Dalam menjalankan usahanya manajemen

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Sejarah Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Hal yang melatarbelakangi pembentukan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) adalah adanya permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 53 BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 4.1 Sejarah Perkembangan KPSBU Jabar Bangsa Belanda mulai memperkenalkan sapi perah kepada masyarakat Lembang sekitar tahun 1800-an. Seiring dengan berjalannya waktu,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I. PENDAHULUAN.  [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini berdiri pada tahun 2001 dengan pengusahaan pada berbagai komoditi pertanian seperti budidaya ikan, budidaya manggis, budidaya pepaya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000- IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Wilayah kerja KPBS dikelilingi oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Mitra Manis Sentosa merupakan produsen makanan ringan yang didirikan pada tahun 1986. Bentuk badan hukum dari perusahaan ini adalah perseroan terbatas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Perusahaan Terbatas Amico mulai didirikan tahun 2000 oleh Bapak Krisman. Pada awal berdiri, perusahaan bergerak sebagai distributor produk

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut Peraturan

Lebih terperinci

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN 128 BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini akan diambil dari berbagai sumber yang ada, diantaranya adalah : Literatur : buku, serta

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN. Koperasi Karya Mandiri Air Molek merupakan koperasi serba usaha (KSU) yang didirikan

BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN. Koperasi Karya Mandiri Air Molek merupakan koperasi serba usaha (KSU) yang didirikan BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN A. Sejarah berdirinya Koperasi Karya Mandiri Air Molek Koperasi Karya Mandiri Air Molek merupakan koperasi serba usaha (KSU) yang didirikan untuk membangun dunia usaha melalui

Lebih terperinci

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila No.6, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB II KPBS SEBAGAI PENGHASIL SUSU MURNI YANG SEHAT DAN SEGAR. 2.1 Profil Koperasi Peternak Bandung Selatan

BAB II KPBS SEBAGAI PENGHASIL SUSU MURNI YANG SEHAT DAN SEGAR. 2.1 Profil Koperasi Peternak Bandung Selatan BAB II KPBS SEBAGAI PENGHASIL SUSU MURNI YANG SEHAT DAN SEGAR 2.1 Profil Koperasi Peternak Bandung Selatan Koperasi Peternak Bandung Selatan selanjutnya disebut KPBS ini berdiri pada tanggal 22 Maret 1969,

Lebih terperinci

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA PADI Menimbang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan Permata Hijau Group (PHG) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau Group

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

.000 WALIKOTA BANJARBARU

.000 WALIKOTA BANJARBARU SALINAN.000 WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA BANJARBARU DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Metoda Percobaan Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), desain faktorialnya 4 x 4 dengan tiga kali ulangan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong Keberadaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan cerminan performa Dinas Peternakan dalam pembangunan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Rinadya Yoghurt Rinadya Yoghurt merupakan usaha rumahtangga yang bergerak dalam bidang pengolahan susu segar yaitu memproduksi yoghurt. Usaha ini

Lebih terperinci

BAB VIII ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB VIII ORGANISASI PERUSAHAAN BAB VIII ORGANISASI PERUSAHAAN A. Bentuk Perusahaan Salah satu tujuan utama didirikannya sebuah pabrik adalah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk mencapai tujuan dan efisiensi perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beserta analisisnya untuk mengukur laba yang diperloeh oleh perusahaan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. beserta analisisnya untuk mengukur laba yang diperloeh oleh perusahaan. Dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha di Indonesia yang semakin kompetitif menuntut setiap perusahaan untuk bisa mengolah dan melaksanakan manajemennya menjadi lebih

Lebih terperinci

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar; PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN AREA PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Deskripsi Lokasi Lokasi usaha peternakan sapi perah PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos terletak di Jalan Veteran 3 Kp. Tapos Desa Citapen Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

S A L I N A N Nomor 17/D 2002.

S A L I N A N Nomor 17/D 2002. S A L I N A N Nomor 17/D 2002. PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (PD. RPH) KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN KOPERASI PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN SUKAMARA

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Wawancara dengan Informan Kunci. 2. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan ini? percontohan pertanian terpadu

Wawancara dengan Informan Kunci. 2. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan ini? percontohan pertanian terpadu Lampiran 1 : Foto Lampiran 2 : hasil Wawancara Wawancara dengan Informan Kunci 1. Sejak kapan perusahaan ini berdiri? Sejak Tahun 2006 2. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan ini? Perusahaan ini

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 SKPD No Misi dan kebijakan : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Program yang direncanakan CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 Indikator Program

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BENGKAYANG, bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui pengaruh penambahan DHA terhadap ketahanan susu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui pengaruh penambahan DHA terhadap ketahanan susu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Metode Penelitian 3. 1. 1 Rancangan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh penambahan DHA terhadap ketahanan susu pasteurisasi rasa cokelat diperlukan rancangan penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SAPI PERAH KUD GIRI TANI

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SAPI PERAH KUD GIRI TANI BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SAPI PERAH KUD GIRI TANI 5.1. Segmenting, Targeting, dan Positioning Susu sapi Perah KUD Giri Tani Penetapan segmenting, targeting, dan positioning yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm CV. Anugrah Farm terletak di Simpang Curug RT.02/04 Kampung Baru, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016 BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BLORA DENGAN

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Dalam skripsi ini penulis memperoleh data tentang PT Trijaya Tirta Dharma Bandar Lampung dengan menerapkan metode inquires of client, observasi, dan memeriksa dokumen yang

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Berbadan Hukum No. 013/ BH/ KDK / IV/ Tanggal ( PAD ) : 09 April

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Berbadan Hukum No. 013/ BH/ KDK / IV/ Tanggal ( PAD ) : 09 April BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Koperasi Tani Koperasi Tani Sumber Manis Kota Mojokerto berdiri pada tahun 2007 yang Berbadan Hukum No. 013/ BH/ KDK. 13.32/ IV/ 1999. Tanggal ( PAD ) : 09 April

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN 112 MANAJEMEN PERUSAHAAN 5.1 Bentuk Perusahaan Pabrik nitrobenzen yang akan didirikan, direncanakan mempunyai: Bentuk Lapangan Usaha Kapasitas produksi Status perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) : Industri

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN KEPADA CAMAT

BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN KEPADA CAMAT BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang : a. bahwa tugas umum

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG, BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran-1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Kerja pada PT. Sejati Coconut Industri Adapun tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN. PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENYIMPANAN SUSU KAMBING MURNI DI PT. BONCAH UTAMA KABUPATEN TANAH DATAR

MANAJEMEN PENYIMPANAN SUSU KAMBING MURNI DI PT. BONCAH UTAMA KABUPATEN TANAH DATAR MANAJEMEN PENYIMPANAN SUSU KAMBING MURNI DI PT. BONCAH UTAMA KABUPATEN TANAH DATAR Wiwi Nesla Sari 1 Indria Ukrita 2 Abstrak Setiap usaha dari yang paling kecil sekalipun membutuhkan manajemen yang baik.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Yogyakarta terletak antara 110⁰ ⁰28 53 bujur Timur

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Yogyakarta terletak antara 110⁰ ⁰28 53 bujur Timur IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Keadaan Umum Kota Yogyakarta A. Keadaan Fisik Wilayah Kota Yogyakarta terletak antara 110⁰24 19-110⁰28 53 bujur Timur dan antara 07⁰49 26-07⁰15 24 lintang Selatan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Perusahaan a. Sejarah KPSBU Jawa Barat KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang berdiri sejak 8 Agustus

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN A. Bentuk Perusahaan Perusahaan adalah suatu unit kegiatan ekonomi yang diorganisasikan dan dioperasikan untuk menyediakan barang dan jasa bagi konsumen

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU 1 PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA (BUMdes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PERTANIAN KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi, Populasi, dan Sampel

METODE PENELITIAN. Lokasi, Populasi, dan Sampel METODE PENELITIAN Lokasi, Populasi, dan Sampel Lokasi Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni sampai dengan Agustus 007 berlokasi di Kecamatan Tutur Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 113 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA PEKANBARU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 24 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Berdirinya UD. Ponimin pada tahun 1998, UD. Ponimin merupakan industri rumah tangga yang memproduksi tahu. UD. Ponimin ini milik Bapak Ponimin. Awalnya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Koperasi merupakan lembaga bisnis dan suatu wadah yang cocok bagi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Koperasi merupakan lembaga bisnis dan suatu wadah yang cocok bagi BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Koperasi Koperasi merupakan lembaga bisnis dan suatu wadah yang cocok bagi masyarakat ekonomi golongan lemah dalam meningkatkan usaha mereka sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang proses dan pembekuan untuk hasil perikanan laut, yang merupakan milik Bapak H.Yusdin

Lebih terperinci