BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG

Transkripsi

1 BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 6 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 28 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Gangguan, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pengajuan Permohonan, Pemrosesan, dan Penerbitan Izin Gangguan. Mengingat : 1. Undang-Undang Gangguan (HO) Staatblats Nomor 226 Tahun 1926 Juncto Staatblats Nomor 14 dan Nomor 450 Tahun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 9) ; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501 ) ; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3689) ; 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ;

2 2 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1987 tentang Penertiban Pungutan-pungutan dan jangka Waktu Terhadap Pemberian Izin Undang-Undang Gangguan (HO) ; 11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisa mengenai Dampak Lingkungan ; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 28 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Gangguan. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN GANGGUAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah, adalah kabupaten Ngawi 2. Pemerintah Daerah, adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Ngawi. 3. Bupati, adalah Bupati Ngawi. 4. Kepala Dinas, adalah Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal Kabupaten Ngawi. 5. Tim Pertimbangan Perizinan, adalah Tim yang anggotanya terdiri dari petugas dinas teknis terkait yang dikoordinir oleh Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal. 6. Izin Gangguan, adalah izin tempat usaha atau kegiatan pada lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian serta gangguan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan, kecuali lokasi yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. 7. Lokasi Tertentu, adalah tempat yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan usaha yang diajukan dalam permohonan izin.

3 3 BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah : a. sebagai pedoman dan landasan operasional pelaksanaan izin gangguan ; dan b. menjaga kualitas fungsi lingkungan. Pasal 3 Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah : a. mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat ; dan b. tercapainya pengaturan tempat usaha atau kegiatan pada lokasi tertentu agar tidak menimbulkan bahaya, menimbulkan kerugian serta gangguan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan. BAB III KETENTUAN PERIZINAN Bagian Pertama Nama, Obyek dan Subyek Izin Pasal 4 (1) Diwajibkan izin atas kegiatan dan atau usaha yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan oleh orang pribadi atau badan dengan nama Izin Gangguan. (2) Obyek izin adalah suatu kegiatan dan atau usaha yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan. (3) Subyek izin adalah orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan dan atau usaha yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan. Pasal 5 (1) Gangguan, Bahaya dan Kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dikelompokkan dalam 3 (tiga) jenis gangguan, yaitu : a. gangguan kecil dengan Indeks gangguan sebesar 1 (satu) ; b. gangguan menengah dengan indeks gangguan sebesar 2 (dua) ; dan c. gangguan besar dengan indeks gangguan sebesar 3 (tiga). (2) Kategori indeks gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran Peraturan Bupati ini. Bagian Kedua Tata Cara Pengajuan Permohonan Izin Pasal 6 (1) Permohonan izin diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal dengan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan serta melampirkan persyaratan, sebagai berikut : a. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon yang masih berlaku ;

4 4 b. foto copy Akte Pendirian usaha bagi perusahaan berbadan hukum ; c. foto copy Sertifikat Tanah atau surat bukti pemilikan tanah lainnya ; d. surat Izin Peruntukan Penggunaan Tanah bagi perusahaan yang luasnya diatas 320 M2 ; e. denah / tata ruang bangunan lokasi tempat usaha ; f. surat keterangan dari Desa / Kelurahan tentang kegiatan usaha pemohon yang diketahui Camat ; g. surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga yang berbatasan langsung dengan calon lokasi usaha ; h. khusus lokasi usaha yang berdekatan dengan tempat Ibadah umum, Rumah sakit, tempat rawat tinggal, rumah bersalin dan tempat pendidikan minimal berjarak 200 meter ; i. surat pernyataan kesanggupan melakukan upaya penanganan terhadap akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan usahanya serta membuat sumur resapan ; j. dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) ; dan k. proposal bagi perusahaan yang mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup dan wajib diilengkapi dengan dokumen AMDAL. (2) Berkas permohonan selanjutnya disampaikan kepada petugas penerimaan Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal untuk didaftarkan. Pasal 7 (1) Apabila surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf f tidak terpenuhi, maka tidak menghalangi penerbitan izin sepanjang secara teknis memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. (2) Khusus bagi perusahaan atau industri yang berlokasi di wilayah kawasan Industri tidak diperlukan surat pernyataan tetangga maupun lingkungan. Bagian Ketiga Penerimaan Permohonan Izin Pasal 8 (1) Petugas penerimaan menerima dan meneliti permohonan izin yang diajukan oleh pemohon. (2) Berkas permohonan yang kurang lengkap dan atau salah dikembalikan kepada pemohon untuk segera disempurnakan, paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima. (3) Berkas permohonan yang sudah benar dan lengkap, setelah dicatat dalam buku register penerimaan selanjutnya diteruskan kepada seksi pemrosesan dan penerbitan, dan pemohon diberikan bukti pengajuan permohonan izin.

5 5 Bagian Keempat Pemrosesan dan Penerbitan Izin Pasal 9 (1) Petugas pemrosesan setelah meneliti dan mencatat berkas permohonan dalam register pemrosesan, selanjutnya menyiapkan bahan dan data permohonan izin, membuat undangan kepada Dinas / Instansi teknis terkait yang tergabung dalam Tim Pertimbangan Perizinan untuk mengadakan pemeriksaan lokasi usaha, pemberitahuan tentang jadwal pemeriksaan kepada pemohon dan Kepala Desa lokasi perusahaan. (2) Dalam pemeriksaan lapangan, setiap anggota Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang menandatangani Berita Acara Pemeriksaan dan melaporkan hasil pemeriksaannya kepada Koordinator Tim dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pemeriksaan lokasi. (3) Petugas pemrosesan dan penerbitan setelah menerima laporan hasil pemeriksaan dari koordinator Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2), selanjutnya menghitung dan menetapkan besarnya retribusi izin serta melengkapi rekomendasi yang diperlukan dari Dinas teknis terkait. (4) Berdasarkan kelengkapan bahan dan data permohonan, berita acara pemeriksaan, dan ketetapan retribusi serta rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Seksi Pemrosesan dan Penerbitan memutuskan : a. menyetujui permohonan izin ; atau b. menolak permohonan izin. Pasal 10 (1) Dalam hal permohonan izin disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) huruf a, Seksi Pemrosesan dan Penerbitan segera menyediakan naskah perizinan kepada Kepala Dinas melalui Kepala Bidang Pelayanan I untuk ditetapkan dan ditandatangani. (2) Seksi Pemrosesan dan Penerbitan, selanjutnya menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon untuk segera mengambil izin dan membayar retribusi izin. (3) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat pemberitahuan dikirim pemohon belum memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka resiko surat izin rusak atau hilang diluar tanggungjawab dinas. Pasal 11 (1) Dalam hal permohonan izin ditolak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) huruf b, seksi pemrosesan dan penerbitan segera menyediakan naskah surat penolakan kepada Kepala Dinas melalui Kepala Bidang Pelayanan I. (2) Setelah surat penolakan ditandatangani oleh Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal, Seksi Pemrosesan dan Penerbitan segera menyampaikannya kepada pemohon. (3) Alasan Penolakan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain karena : a. usaha atau kegiatannya secara teknis tidak layak untuk suatu kegiatan usaha ; b. lokasi usaha secara teknis tidak memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan usaha ;

6 6 c. ganggunan yang ditimbulkan berada di atas ambang batas yang telah ditentukan ; d. lokasi usaha berada dalam kawasan yang tidak sesuai dengan peruntukannya ; atau e. adanya pertimbangan pertimbangan khusus sesuai perkembangan yang terjadi. Pasal 12 Keberatan yang tidak dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan penolakan permohonan izin antara lain : a. adanya kekhawatiran terjadi persaingan usaha yang kurang sehat yang dikemukakan oleh pihak - pihak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan ; b. adanya kekhawatiran akan kerugian, gangguan, dan bahaya yang tidak dapat dipertanggungjawabkan ; atau c. adanya rasa khawatir akan kerugian, ganggunan dan bahaya yang secara teknis tidak berkaitan langsung dengan adanya bangunan dan atau tempat usaha yang dibangun. Bagian Kelima Waktu Pemrosesan Izin Pasal 13 Waktu pemrosesan izin paling lama 7 (tujuh) hari kerja, sejak permohonan izin diterima secara lengkap dan benar oleh petugas penerima Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal. Bagian Keenam Masa Berlakunya Izin Pasal 14 (1) Izin gangguan berlaku selama usaha dan atau kegiatan masih berjalan dan tidak mengalami perubahan. (2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. perubahan jenis usaha ; dan/atau b. perubahan bangunan tempat usaha. (3) Apabila terjadi perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemegang izin pada waktu mendaftar ulang izin, wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal. Bagian Ketujuh Daftar Ulang Izin Pasal 15 (1) Izin gangguan wajib diadakan pendaftaran ulang setiap 3 (tiga) tahun sekali. (2) Permohonan pendaftaran ulang izin disampaikan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal dalam waktu satu (1) bulan sebelum masa wajib daftar ulang berakhir, dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. foto copy Kartu Tanda Penduduk (K T P) yang masih berlaku ;

7 7 b. foto copy surat izin yang masih berlaku (bagi pemegang izin yang melakukan daftar ulang untuk pertama kalinya) ; c. foto copy surat izin dan foto copy surat tanda daftar ulang terakhir (bagi pemegang izin yang melakukan daftar ulang berikutnya) ; dan d. surat keterangan tentang kondisi kegiatan usahanya. (3) Berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai perkembangan yang terjadi Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal berhak dan berwenang menolak pendaftaran ulang izin. Pasal 16 (1) Pemrosesan daftar ulang selama 2 (dua) hari kerja, terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh petugas. (2) Dalam hal hal tertentu dapat diadakan peninjauan lapangan. (3) Dalam hal perlu diadakan pemeriksaan lapangan, pemrosesan daftar ulang paling lama 5 (lima) hari kerja, sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh petugas. Bagian Kedelapan Pencabutan Izin Pasal 17 (1) Izin dinyatakan tidak berlaku dan dapat dicabut apabila : a. pembangunan tempat usaha tidak dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerbitan izin ; b. pemegang izin menyerahkan kegiatan usahanya kepada pihak lain ; c. pemegang izin tidak melakukan pendaftaran ulang ; d. kegiatan usaha tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin ; e. pemegang izin tidak melaksanakan kewajiban yang tercantum dalam surat izin ; f. lokasi bangunan tempat usaha tidak sesuai dengan peruntukannya dalam Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten, Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan dan/atau yang berdampak besar terhadap lingkungan hidup ; dan/atau g. melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam hal hal tertentu untuk kepentingan negara dan atau kepentingan umum dan atau kelestarian lingkungan, Bupati melalui Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal dapat membatalkan sebagian atau seluruh izin yang telah diterbitkan. (3) Akibat pencabutan maupun pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pemegang izin tidak berhak menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun kepada Pemerintah Daerah.

8 8 BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 18 (1) Dalam hal surat izin hilang, rusak dan / atau tidak terbaca, maka pemegang izin wajib mengajukan permohonan penggantian salinan izin kepada Kepala Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan secara tertulis dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. foto copy KTP pemegang izin ; b. surat izin lama untuk izin rusak atau tidak terbaca ; dan / atau c. surat Kehilangan dari Kepolisian untuk izin yang hilang. (3) Waktu pemrosesan penggatian salinan surat izin selama 2 (dua) hari kerja, terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar. Pasal 19 (1) Dalam hal hal tertentu yang memerlukan legalisir izin gangguan, pemegang izin mengajukan permohonan legalisir izin secara tertulis kepada Dinas Pelayanan Masyarakat dan Penanaman Modal dengan melampirkan persyaratan, sebagai berikut : a. foto copy KTP pemegang izin ; b. foto copy izin gangguan dan menunjukan aslinya ; dan c. surat keterangan tentang keperluan legalisir izin gangguan. (2) Waktu pemrosesan legalisir selama 1 (satu) hari kerja, sejak permohonan diterima petugas penerima. BAB V PENUTUP Pasal 20 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Ngawi. Ditetapkan di Ngawi pada tanggal 1 Desember 2006 BUPATI NGAWI, Diundangkan di Ngawi pada tanggal 1 Desember 2006 HARSONO SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NGAWI, MAS AGOES NIRBITO MOENASI WASONO BERITA DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006 NOMOR 32

9 9 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 32 TAHUN 2006 TANGGAL : 1 Desember A. Gangguan Kecil KLASIFIKASI GANGGUAN DALAM KEGIATAN USAHA adalah gangguan yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan usaha pada lokasi tertentu tetapi tidak mempengaruhi aktifitas masyarakat dan atau tidak berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan. Termasuk dalam indeks gangguan kecil sebagai berikut : 1. perkantoran ; 2. jenis usaha pertokoan kecil atau kios dalam skala kecil ; 3. jenis usaha biro jasa ; 4. wartel ; 5. ruang promosi / pameran ; 6. jenis usaha pembibitan ; dan atau 7. kegiatan usaha lain yang termasuk dalam kriteria gangguan kecil. B. Gangguan Menengah adalah gangguan industri berupa polusi udara, getaran, suara, bau limbah atau lainnya yang dirasakan masyarakat pada lokasi tertentu tetapi tidak mempengaruhi aktifitas masyarakat dan atau tidak berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan. Termasuk dalam indeks gangguan menengah sebagai berikut : 1. kegiatan usaha dealer, cuci mobil dan sejenisnya ; 2. Kegiatan usaha peternakan ayam dengan kapasitas ternak dibawah (lima ribu) ekor ; 3. kegiatan usaha pengolahan kayu, plastik dan sejenisnya ; 4. Kegiatan usaha penampungan sampah ; 5. kegiatan usaha pembuatan jamu tradisional, minuman segar dan sejenisnya ; 6. Kegiatan usaha agen / pengecer minyak tanah ; 7. kegiatan usaha peternakan burung walet ; 8. Kegiatan usaha penjualan pupuk / obat pertanian ; 9. kegiatan usaha penginapan, hotel atau rumah makan ; 10. Kegiatan usaha pariwisata, arena permainan, rumah bilyard atau sejenisnya ; 11. kegiatan usaha oven tembakau, home industri rokok dan sejenisnya ; dan atau 12. kegiatan usaha lain yang termasuk dalam kriteria gangguan menengah. C. Gangguan Besar adalah gangguan industri berupa polusi udara, getaran, suara, bau limbah atau lainnya yang dirasakan masyarakat pada lokasi tertentu dan atau dapat berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan tetapi masih berada dibawah ambang batas baku mutu. Termasuk dalam indeks gangguan besar sebagai berikut : 1. Kegiatan usaha industri / pabrik dan atau pembuatan bahan kimia / pupuk ; 2. Kegiatan usaha penggilingan padi, perbengkelan, las, karoseri atau percroom ; 3. Kegiatan usaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum / Stasiun Pengisian Bahan Bakar gas ; 4. Kegiatan usaha pengolahan bahan galian golongan C (pasir dan atau batu) ; 5. Kegiatan usaha penggergajian kayu ; 6. Kegiatan usaha perbengkelan dengan menggunakan mesin bubut ; 7. Kegiatan usaha pembuatan tempe, tahu kecap dan sejenisnya ; 8. Kegiatan usaha rumah sakit, rumah bersalin, toko obat, apotik, pertokoan, plasa, supermarket atau sejenisnya ; 9. Pendirian Tower atau menara ; 10. Kegiatan usaha peternakan ayam dengan kapasitas diatas (lima ribu) ekor, peternakan babi atau peternakan sapi / kerbau / kambing dengan kapasitas diatas 50 (lima puluh) ekor ;

10 Kegiatan usaha penjualan daging segar dan tempat pemotongan hewan ; 12. Kegiatan usaha penambangan bahan galian golongan C ; 13. Pabrik gula, atau perusahaan rokok ; 14. Kegiatan usaha pergudangan bahan kimia dan atau bahan yang mudah meledak ; dan atau 15. kegiatan usaha lain yang termasuk dalam kriteria gangguan Besar. BUPATI NGAWI, HARSONO