BAB IV USULAN UJI KELAYAKAN BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) UNTUK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV USULAN UJI KELAYAKAN BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) UNTUK INDONESIA"

Transkripsi

1 BAB IV USULAN UJI KELAYAKAN BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) UNTUK INDONESIA 4.1 Prosedur Uji Kelayakan Bus AKAP Prosedur uji kelayakan bus AKAP ataupun kendaraan bermotor lain akan mengikutsertakan pihak swasta yang posisinya sebagai partner bagi DISHUB. Pihak swasta yang dimaksud adalah bengkel-bengkel yang telah diberi izin dan telah diakreditasi oleh pemerintah. Dengan adanya sistem seperti ini, kualitas perbaikan bus ataupun kendaraan bermotor yang akan mengikuti uji kelayakan utama dan gagal sewaktu mengikuti uji kelayakan utama, akan terjamin. Setelah bus ataupun kendaraan bermotor lain diperbaiki, pihak bengkel swasta akan memberi tanda bukti bahwa kendaraan yang bersangkutan telah diperbaiki. Adapun mekanisme atau run down prosedur yang diusulkan adalah sebagai berikut, yaitu: 1. Maksimal tiga minggu sebelum masa berlaku uji kelayakan bus akan habis, bus tersebut harus sudah diperbaiki atau diperiksa dibengkel teknik yang telah diberi akreditasi oleh pemerintah. 2. Setelah diperiksa atau diperbaiki oleh bengkel teknik, bus tersebut diberi sertifikat atau tanda telah diperiksa atau diperbaiki. Kemudian, dua minggu sebelum masa berlaku uji kelayakan habis, bus sudah harus diuji kelayakannya. Pada saat akan menguji kelayakan bus tersebut, pemilik atau pemohon harus membawa bukti bahwa bus tersebut telah diperiksa dan diperbaiki oleh bengkel teknik yang telah diakreditasi. Kemudian, bus tersebut diinspeksi oleh DISHUB setempat. Jika ditemukan kegagalan pada item pengujian, bus harus diperbaiki lagi ke bengkel teknik yang telah diakreditasi tetapi jika bus dinyatakan lulus dari pengujian, maka bus tersebut akan diberi sertifikat lulus uji oleh DISHUB setempat. Kemudian 85

2 setiap enam bulan berikutnya bus harus mengukiti uji kelayakan sampai bus mencapai masa phase-off. Gambar 4.1 Usulan prosedur uji kelayakan 4.2 Panduan Teknis Pengujian Bus AKAP Parameter pengujian pada uji kelayakan bus harus mengikuti ketentuan legalisasi PP no 44 tahun1993, yaitu; 1. Peralatan 2. Sistem penerangan 3. Sistem kemudi 4. As dan suspensi 5. Ban dan pelek 6. Rangka dan bodi 86

3 7. Sistem rem 8. Mesin/transmisi 9. Lain-lain Namun, semua parameter pengujian di atas dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan tingkat kefatalan yang bisa diakibatkan jika terjadi kegagalan, yaitu; a. Parameter Primary Test 1. Sistem rem 2. Sistem kemudi 3. Ban dan roda b. Parameter Secondary Test 1. Peralatan 2. Sistem penerangan 3. As dan suspensi 4. Rangka dan bodi 5. Mesin atau transmisi 6. Lain-lain Parameter primary test merupakan parameter yang jika mengalami kegagalan pada saat bus beroperasi akan mengakibatkan peluang penumpang tewas sangat besar. Hal ini harus dihindari dengan cara mewajibkan parameter uji (sistem rem, sistem kemudi, ban dan roda) harus lulus mutlak (zero tolerance). Parameter secondary test merupakan parameter yang jika mengalami kegagalan pada saat bus beroperasi mengakibatkan peluang penumpang tewas sangat kecil. Sehingga pada saat pengujian, parameter ini tidak terlalu ditekankan lulus mutlak. 87

4 4.2.1 Peralatan Pengujian Parameter Metode Tabel 4.1 Peralatan Yang Diuji Pengujian Kriteria 1. Peralatan 1.01 Visual 1.Keberadaan nomor chasis Nomor Chasis 2.Nomor chasis sama dengan yang tercantum dalam buku STNK 3.Keaslian nomor chasis 1.02 Visual 1.Plat nomor masih dalam masa berlakunya Plat Nomor 2.Mudah dibaca 3.Terpasang dengan baik (tidak salah letak) 1.03 Informasi Visual 1.Kelengkapan informasi Penting Kendaraan 2.Tulisan informasi terbaca dengan jelas 1.04 Visual 1.Penghapus kaca lengkap secara struktural Penghapus Kaca Depan 2.Penghapus kaca bekerja dengan baik 1.05 Audio 1.Jenis bunyi klakson yang sesuai dengan Klakson dan ketentuan Pengukuran 2.Frekuensi bunyi klakson sesuai dengan ketentuan 88

5 Table 4.1 Peralatan Parameter Metode Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 1.Peralatan 1.06 Visual 1.Kaca spion ada dan lengkap Kaca Spion dan 2.Struktur penopang kaca spion cukup kaku (rigid) Pengukuran 3.Posisi kaca spion memungkinkan pengemudi melihat dengan jelas ke arah belakang (sesuai dengan ketentuan) 1.07 Visual 1.Tidak ada alat-alat tambahan yang mengurangi Pandangan ke Depan pandangan pengemudi 1.08 Visual 1.Semua kaca yang dipakai sesuai dengan Kaca dan ketentuan Penahan Sinar 2.Tidak ada retakan atau kelunturan pada kaca depan yang berpotensi mengurangi bidang pandang bagi pengemudi 3.Tidak ada sisa pecahan kaca pada jendela samping dan belakang 4.Tidak ada bagian konstruksi lain yang terbuka karena tidak adanya kaca jendela 5.Keberadaan tabir/penahan sinar matahari dan berfungsi 6.Tabir matahari tidak menghalangi pandangan pengemudi ketika tidak digunakan 89

6 Table 4.1 Peralatan Parameter Metode Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 1.Peralatan 1.09 Visual 1.Berfungsi secara konsisten Alat-alat Pengendali dan 2.Letak dan posisi setting sesuai dengan Pengujian kondisi awal kendaraan 1.10 Visual 1.Semua lampu indikator (sorotan utama, Lampu Indikasi isyarat membelok, isyarat bahaya,lampu kabut) dapat berfungsi secara baik dan tidak salah warna 1.11 Visual 1.Keberadaan speedometer 2.Speedometer bekerja atau berfungsi dengan dan baik Pengukuran 3.Speedometer mudah dilihat dari tempat Speedometer pengemudi dan harus diterangi 1.12 Visual 1.Keberadaan perlengkapan minimum Perlengkapan 2.Semua perlengkapan minimum masih berfungsi 3.Posisi pemasangan yang benar dan terpasang secara kuat (kokoh) 90

7 Keterangan: Nomor chasis dapat berubah akibat adanya perbaikan misalnya pengelasan dan pengetukan Penghapus kaca depan dapat bekerja dengan baik tergantung pada 1. Kerataan bidang kerja 2. Kualitas karet 3. Tekanan wiper yang cukup pada bidang kerja Frekuensi bunyi klakson sesuai dengan ketentuan,yaitu; 1. Dapat didengar dengan jelas pada jarak 60 m dari sumber bunyi 2. Level kebisingan db Syarat /ketentuan tentang bidang pandang pada kaca spion 1. Kaca spion dalam Gambar 4.2 Bidang pandang kaca spion dalam 2. Kaca spion luar Gambar 4.3 Bidang pandang kaca spion luar 91

8 Alat-alat pengendali berfungsi secara konsisten jika tidak ada retak, pecah, berkarat atau kendor. Alat-alat pengendali minimum harus diuji sebanyak tiga kali Letak atau posisi setting sesuai dengan kondisi awal kendaraan. Akibat salah letak, yaitu; 1. Terhalang pada saat pemakaian 2. Tidak pada daerah jangkauan pengemudi 3. Tidak dapat dikenali lagi karena perubahan posisi dan lambang Speedometer berfungsi atau bekerja dengan baik jika speedometer dapat memberikan harga kecepatan yang seakurat mungkin dengan kecepatan sebenarnya dengan toleransi ±15% 92

9 4.2.2 Sistem Penerangan Parameter Metode Tabel 4.2 Sistem Penerangan Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 2.Sistem 2.01 Visual 1. Keberadaan lampu jauh Penerangan Lampu Jauh dan dan 2. Lampu jauh berfungsi dengan baik Tambahan Lampu Pengukuran 3. Posisi atau letak dan warna lampu jauh sesuai dengan ketentuan Jauh 2.02 Visual 1. Keberadaan lampu dekat Lampu Dekat dan 2. Lampu dekat berfungsi dengan baik Pengukuran 3. Posisi atau letak dan warna lampu dekat sesuai dengan 2.03 Arah Lampu Depan ketentuan Pengukuran 1. Arah lampu utama harus sesuai dengan ketentuan 2.04 Visual 1. Keberadaan lampu kabut Lampu Kabut dan 2. Lampu kabut berfungsi dengan baik Depan dan Belakang Pengukuran 3. Posisi atau letak dan warna lampu kabut depan sesuai dengan ketentuan 93

10 Tabel 4.2 Sistem Penerangan Pengujian Parameter Metode Yang Diuji Pengujian Kriteria 2.05 Visual 1.Keberadaan lampu posisi Lampu Posisi Depan dan 2.Lampu posisi berfungsi dengan baik dan Belakang Pengukuran 3. Posisi/letak dan warna lampu posisi sesuai dengan ketentuan 2.06 Visual 1. Keberadaan Lampu rem Lampu Rem dan 2. Lampu rem berfungsi dengan baik Pengukuran 3. Posisi/letak dan warna lampu rem sesuai dengan ketentuan 2.07 Visual 1. Keberadaan lampu pelat nomor Lampu Pelat dan 2. Lampu pelat nomor berfungsi dengan baik Nomor Pengukuran 3. Posisi atau letak dan warna lampu sesuai dengan ketentuan 94

11 Tabel 4.2 Sistem Penerangan Parameter Metode Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 2.Sistem 2.08 Visual 1. Keberadaan lampu mundur Penerangan Lampu Mundur dan 2. Lampu mundur berfungsi dengan baik Pengukuran 3. Posisi/letak dan warna sesuai dengan ketentuan 2.10 Visual 1. Keberadaan lampu arah Lampu Arah dan 2. Lampu arah berfungsi dengan baik Pengukuran 3. Posisi atau letak dan warna sesuai dengan ketentuan 2.11 Visual 1. Keberadaan reflektor merah Reflektor Merah dan 2. Reflektor berfungsi dengan baik Pengukuran 3. Posisi atau letak dan warna sesuai dengan ketentuan 95

12 Keterangan: a. Lampu jauh Jumlah dua buah (kuning muda atau putih) Mampu menerangi 60 m dengan kecepatan 40 km/jam 100 km/jam pada malam hari cuaca cerah Mampu menerangi 100 m dengan kecepatan minimum 100 km/jam pada malam hari cuaca cerah Pemasangan lampu pada kendaraan dengan ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah dan tidak boleh dekat ke sisi bagian terluar kendaraan dibandingkan dengan lampu dekat b. Lampu dekat Jumlah dua buah (putih atau kuning muda) Mampu menerangi jarak minimum 40 m pada malam hari cuaca cerah Pemasangan lampu pada kendaraan tidak lebih dari 1250 mm dari permuakaan tanah dan tidak boleh melebihi 400 mm dari sisi bagian terluar kendaraan c. Lampu penunjuk arah Jumlah genap (warna kuning tua kelap-kelip) Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah d. Lampu rem Jumlah dua buah (warna merah tua) Mempunyai kekeuatan cahaya lebih dari lampu posisi belakang Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah e. Lampu posisi depan Jumlah dua buah (warna kuning muda atau putih) 96

13 Dapat bersatu dengan lampu utama dekat Dapat dilihat dari jarak minimum 300 m pada malam hari cuaca cerah Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah dan tidak melebihi 400 mm dari sisi terluar kendaraan f. Lampu posisi belakang Jumlah genap (warna merah) Dapat dilihat dari jarak 300 m pada malam hari cuaca cerah Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah dan tidak melebihi 400 mm dari sisi terluar kendaraan g. Lampu mundur Warna putih atau kuning muda Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dan hanya menyala ketika penerus daya dalam posisi mundur h. Lampu penerangan tanda nomor kendaraan Lampu harus dapat menerangi pelat nomor kendaraan dan dapat dibaca dengan jarak minimum 50 m pada malam hari cuaca cerah dari belakang i. Lampu peringatan Menggunakan lampu penunjuk arah yang menyala secara bersamaan dengan sinar kelap-kelip j. Lampu tanda batas Jumlah dua buah depan kiri atas dan kanan atas ( warna putih atau kunig muda) Jumlah dua buah belakang kiri atas dan kanan atas (merah) 97

14 k. Reflektor Jumlah genap (warna merah) Dipasang pada bagian belakang kendaraan Apabila disinari oleh lampu utama kendaraan lain reflektor harus dapat dilihat dengan jarak minimum 100 m pada malam hari cuaca cerah Pemasangan reflektor tidak lebih dari 400 mm dari sisi terluar kendaraan l. Lampu kabut Jumlah paling banyak dua buah (warna putih atau kuning) Titik tertinggi penyinaran lampu kabut dari bagian terluar sisi samping kendaraan tidak lebih dari 400 mm m. Arah penyinaran lampu utama dicek dengan menggunakan high light tester yaitu ; Gambar 4.4 Garis batas cahaya lampu pada high light tester C = titik pusat, intensitas tertinggi pancaran sorotan utama harus pada titik ini K = titik kelukan, kelukan pada batas terang dan gelap Garis 1-1 = garis batas atas dari batas terang gelap sorotan dip simetris jenis eropa Garis 1-k-2 = garis batas atas dari batas terang/gelap sorotan dip asimetris jenis eropa Garis 3-3 = garis batas atas dari batas terang/gelap sorotan dip jenis amerika 98

15 4.2.3 Sistem Kemudi Table 4.3 Sistem kemudi Parameter Metode Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 3. Sistem 3.01 Visual 1.Roda kemudi dipasang dengan baik pada batang kemudi Kemudi Roda Kemudi 2.Profil roda kemudi tidak bergerigi 3.02 Pengukuran 1.Speling tidak lebih dari 1/5 dari diameter roda kemudi Speling pada Roda Kemudi Batang kemudi dipasang dengan baik Batang Kemudi 3.04 Visual Visual 1.Kotak roda gigi kemudi tidak retak Roda Gigi Kemudi 2.Speling tidak berlebihan pada arah radial 3.Flens-flens tidak rusak atau kendor 4.Roda gigi kemudi dipasang dengan baik pada chasis 99

16 Table 4.3 Sistem kemudi Parameter Metode Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 3. Sistem 3.05 Visual 1.Semua komponen atau lingkage tidak boleh ada perbaikan Kemudi Sambungan Kemudi berupa lasan 2.Komponen atau linkage dipasang dengan aman, tidak retak dan tidak terpuntir 3.06 Visual Penyambungan 1.Sendi peluru dipasang dengan baik Sendi Peluru 3.07 Visual 1.Kondisi integritas struktur power steering dalam keadaan baik Power steering 2.Power steering berfungsi secara konsisten 3.08 Diagnosa Kaki menguncup (Toe-In): Slide Slip dengan 1.Tidak lebih dari 5mm/m slide slip Kaki membuka (Toe-Out): tester 1.Tidak lebih dari 5mm/m 100

17 Keterangan a. Batang kemudi dipasang dengan baik jika; Speling roda kemudi tidak berlebihan pada arah aksial dan atau radial Sendi universal tidak rusak atau aus Mounting bracket tidak rusak, aus dan terpasang dengan aman Mur tidak kendor b. Sambungan/lingkage kemudi, yaitu tie rod, track rod dan steering arm tidak boleh ada perbaikan berupa lasan c. Sendiri peluru dipasang dengan baik tidak aus, speling tidak berlebihan dan sendi peluru dilengkapi sealing d. Kondisi integritas struktur power steering dalam keadaan baik jika; Pompa hidrolis terpasang dengan baik Keausan sabuk V masih dalam batas kewajaran Struktur integrasi saluran fluida ( pipa, selang dan katup) tidak bocor 101

18 4.2.4 As dan Suspensi Parameter Metode Tabel 4.4 As dan Suspensi Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 4. AS dan 4.01 Visual 1.Melalui alat diagnosa suspensi, kondisi sambungan tidak Suspensi Suspensi Roda ada yang rusak atau kendor Depan 2.Tidak ada korosi yang berlebihan 4.02 Visual 1.Melalui alat diagnosa suspensi, kondisi sambungan tidak Suspensi Roda ada yang rusakatau kendor Belakang 2.Tidak ada korosi yang berlebihan 4.03 Visual 1.Kondisi sumbu dalam keadaan baik (tidak bengkok dan retak) Sumbu 2.Perbaikan berupa pengelasan tidak diijinkan 4.04 Visual 1.Baut, baut U dan mur serta pengikat pegas daun dipasang Pemasangan As dan Audio dengan erat 4.06 Visual 1.Kondisi pegas-pegas masih dalam keadaan yang baik Pegas 2.Absorber masih berfungsi dengan baik 4.07 Visual dan Bantalan Roda Audio 1.Bantalan roda berfungsi dengan baik 102

19 Keterangan; a. Kondisi sumbu dalam keadaan baik (tidak bengkok atau retak). Retak yang paling sering terjadi pada dudukan pegas sumbu belakang karena adanya beban yang berat b. Baut, baut U dan mur serta pengikat pegas daun dipasang dengan erat. Indikasi baut atau pengikat yang dipasang dengan erat bila dipukul akan mengeluarkan bunyi yang nyaring. c. Kondisi pegas masih dalam keadaan baik jika; Daun pegas tidak patah Dilengkapi dengan penjepit Daun pegas disusun sejajar Susunan daun pegas tidak dimanipulasi Tidak boleh ada daun pegas tambahan d. Absorber masih berfungsi dengan baik. Indikasinya akan timbul panas di dinding absorber e. Bantalan roda berfungsi dengan baik, indikasinya; Bantalan roda tidak mengelurkan bunyi ketika roda beroperasi Bantalan roda ridak berputar dengan lancar 103

20 4.2.5 Ban dan Pelek Parameter Metode Tabel 4.5 Ban dan Pelek Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 5.Ban dan 5.01 Visual 1.Ban yang dipakai sesuai dengan standar Pelek Ukuran dan Jenis 2.Spesifikasi ban harus sama pada sumbu yang sama 5.02 Visual 1.Kondisi struktur ban masih bagus Ban 2. Katup angin masih berfungsi dengan baik 3.Ban vulkanisir tidak boleh dipasang pada sumbu roda depan 5.03 Visual 1.Kedalaman telapak minimal 1,6 mm merata Kedalaman dan disetiap titik Kembang Ban Pengukuran 5.04 Visual 1.Pelek yang dipasang berbeda dengan yang Ukuran dan Jenis Pelek tercantum dalam STNK 5.05 Visual 1.Kondisi struktur pelek masih dalam keadaan baik Keadaaa Pelek 2.Pelek harus dipasang dengan aman 5.06 Visual 1. Mur atau baut roda lengkap dan dipasang Penguatan Ban dengan kuat 2. Lubang baut tidak terdeformasi 104

21 Keterangan: a. Ban standar merupakan ban yang sesuai dengan ketentuan lembaga MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa). Spesifikasi ban ter diri dari ; 1. Ukuran 2. Aspek rasio 3. Tipe ban (radial atau cross ply) b. Kondisi struktur ban masih bagus tidak ada gelembung ataupun sobekan/irisan c. Katup angin berfungsi dengan baik jika tidak bocor, tersumbat dan bengkok (kecuali sudah didesain bengkok) d. Kondisi struktur pelek masih dalam keadaan baik jika tidak bengkok ataupun retak 105

22 4.2.6 Rangka dan Bodi Tabel 4.6 Rangka dan Bodi Parameter Metode Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 6. Rangka 6.01 Impak 1. Integritas konstruksi chasis masih kuat dan Bodi Rangka Penopang dan 2. Perubahan chasis sesuai dengan yang tercantum Visual dalam STNK dan buku uji Bemper tidak menghalangi atau mengurangi Batang bemper Visual penglihatan lampu dan 2. Bemper dan komponennya terpasang kaku Pengukuran 3. Ukuran bemper sesuai standar dan profilnya tidak bergerigi/tajam 6.03 Visual 1. Kondisi ban cadangan Tempat roda 2. Jumlah minimum roda cadangan cadangan 3. Pemasangan roda cadangan harus kokoh 6.04 Visual 1. Integritas struktur bodi dalam keadaan kokoh Kondisi Bodi 2.Chasis dan bodi simetris terhadap sumbu memenajangnya 3. Alat-alat pengikat dalam kondisi yang baik (tidak ada retakan,bengkok atau kendor) 4. Keberadaan engsel dan berfungsi(tidak patah) 5. Tidak ada profil bergerigi yang dapat membahayakan orang lain 106

23 Tabel 4.6 Rangka dan Bodi Pengujian Parameter Metode Yang Diuji Pengujian Kriteria 6.05 Visual 1. Ruang pengemudi harus menjamin pengemudi melakukan Ruang pengemudi tugas dengan aman 6.06 Visual 1. Integritas struktur tempat duduk masih baik Tempat duduk dan 2. Jumlah tempat duduk penumpang sesuai dengan Pengukuran kapaistas penumpang 107

24 Keterangan: a. Integritas konstruksi chasis masih kuat. Konstruksi chasis melemah jika; 1. Karat berlebihan 2. Retak dibagian yang sering mendapat tekanan 3. Bengkok 4. Sambungan ( baut, paku keling kendor) b. Perubahan chasis sesuai dengan yang tercantum di STNK dan buku uji. Perubahan chasis yaitu pemanjangan dan pemendekan c. Ukuran bemper sesuai dengan ketentuan yaitu 50 cm terhadap bagian terdepan kendaraan dan profil tidak bergerigi d. Jumlah minimum roda cadangan satu ban untuk setiap kendaraan. Roda cadangan dipasang pada tempat roda cadangan e. Integritas struktur bodi dalam keadaan kokoh. Integritas bodi melemah jika lantai rusak (berlubang), dinding bodi yang sangat berkarat, batang diagonal yang melemah f. Jarak dan dimensi tempat duduk harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku Tempat duduk pengemudi dan penumpang harus terpisah Lebar tempat duduk penumpang minimal 400 mm dan simetris terhadap steering wheel Tempat duduk pengemudi harus memiliki peralatan pengatur untuk menyesuaikan posisi Lebar tempat duduk penumpang minimal 400 mm 108

25 4.2.7 Sistem Rem Tabel 4.7 Sistem rem Parameter Metode Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 7.Sistem Rem 7.01 Visual 1.Pedal rem dilapisi pad anti slip Pedal Rem 2.Pedal rem tidak bengkok, rusak atau patah 3.Speling pedal rem tidak berlebihan 4.Pedal rem tidak kaku dan terhalang ketika dioperasikan 5.Mounting pedal rem kokoh 7.02 Visual 1.Reservoir diisi lebih dari 1/2 volume reservoir Fluida Rem dan 2.Reservoir dilengkapi tutup Pengukuran 3.Fluida tidak terkontaminasi 7.03 Visual 1.Pipa tidak bocor, advance corroded dan retak Selang Fleksibel 2.Pipa dipasang dengan baik dan tidak bersinggungan dan Pipa dengan komponen yang bergerak 3.Selang tidak bocor, retak serta tidak menggembung ketika rem sedang dioperasikan 4.Selang dipasang dengan sangat aman 7.04 Visual 1.Mounting sistem hidrolik kokoh dan aman Sistem Hidrolik 2.Sistem hidrolik tidak bocor 3.Hidrolik tidak melemah ketika rem dioperasikan 109

26 Tabel 4.7 Sistem rem Parameter Metode Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 7.Sistem Rem 7.05 visual 1.Brake rod, tuas, kabel, sambungan dan pivot tidak Komponen rusak dan dipasang dengan kokoh dan aman Mekanik Rem 2.Speling brake rod, tuas, kabel dan shoe tidak terhalang oleh komponen lain 3.Braket, baut dan pin dipasang dengan aman 4.Lining tidak terkontaminasi oli atau fluida lain 5.Lining dipasang dengan aman 6.Tebal minimum lining tidak lebih dari 1,5 mm 7.Drum tidak rusak dan retak 7.06 Visual 1.Mounting master silinder aman dan kokoh Master silinder 2.Master silinder tidak bocor dan rusak 7.07 Visual Servo 1.Servo tidak bocor dan rusak 7.08 Visual 1.Katup tidak bocor, retak dan rusak katup 2.Katup dipasang dengan kokoh dan aman 7.09 Visual 1.Tuas tidak melemah karena karat dan patah Rem Parkir 2.Mounting tuas sangat aman dan kokoh 3.Pergeerakan tuas tidak berlebihan atau terhalangi oleh komponen lain 4.Ratchet tidak aus 110

27 Tabel 4.7 Sistem rem Parameter Metode Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 7.Sistem Pengukuran Rem Efisiensi rem utama harus lebih dari 60% Efisiensi Rem Utama 7.11 Pengukuran Perbedaan Efisiensi 1.Selisih maksimum rem utama 30% Rem Utama 7.12 Pengukuran 1.Selisih maksimum gaya rem pada roda kiri dan Perbedaan Depan kanan 8% 7.13 Pengukuran 1.Selisih maksimum gaya rem pada roda kiri dan Perbedaan Belakang kanan 8% 7.14 Pengukuran 1.Selisih maksimum gaya rem pada roda kiri dan Rem Parkir/Tangan kanan 18% Keterangan : a. Rachet merupaka roda gigi satu arah. Rachet yang telah aus ketika tuas rem tangan digerakkan tidak akan megeluarkan bunyi 111

28 4.2.8 Mesin/Transmisi Pengujian Parameter Metode Tabel 4.8 Mesin/transmisi Yang Diuji Pengujian Kriteria 8. Mesin dan 8.01 Visual 1.Struktur penopang mesin(mounting system) dalam keadaan Transmisi Dudukan mesin baik dan kokoh 2.Fleksibilitas dudukan mesin sesuai dengan standar 8.02 Visual 1.Sistem saluran fluida pada mesin tidak bocor Kondisi mesin dan 2.Keberadaan tutup saringan minyak dan saringan udara Pengukuran 3.Daya mesin masih sesuai dengan daya kapasitasnya 8.03 Visual 1.Sendi/bantalan masih berfungsi dengan baik Transmisi tenaga 2.Poros gardan masih berfungsi dengan baik 8.04 Visual 1.Keberadaan knalpot dan berfungsi dengan baik Sistem pembuangan 2.Struktur penopang cukup kaku 8.05 Visual dan Penyebaran asap Pengukuran 1.Polusi emisi masih dalam standar emisi yang berlaku 112

29 Keterangan: a. Struktur penopang mesin dalam keadaan baik dan kokoh, jika; 1. Komponennya lengkap 2. Tidak retak 3. Tidak kendor b. Daya mesin masih sesuai dengan daya kapasitasnya yaitu memiliki perbandingan daya dan berat total kendaraan minimal sebesar 4,5kW/1000kg c. Sendi atau bantalan berfungsi dengan baik 1. Sendi lentur berfungsi dengan baik jika tidak ada retakan dan keausan berlebih 2. Sendi universal berfungsi dengan baik jika tidak ada celah berlebihan akibat aus d. Poros garden masih berfungsi dengan baik, jika; 1. Poros garden tidak bengkok dan terpuntir retak (dapat dicek melalui putaran ketika mesin jalan) 2. Power train tidak mengalami backlash (pada saat poros berputar akan terdengar bunyi) e. Keberadaan knlapot dan berfungsi dengan baik. Knalpot berfungsi dengan baik jika; 1. Tidak mengeluarkan bunyi yang berlebihan ( db) 2. sambungan sistem pembuangan tidak bocor 3. Sistem pembuangan tidak menonjol kebagian luar bodi f. Polusi emisi masih dalam standar emisi yang berlaku, yaitu; 1. Emisi gas buang tidak berwarna hitam dan biru untuk mesin tua 2. Emisi gas buang tidak lebih dari 50% saat mesin beroperasi 113

30 4.2.9 Lain-lain Table 4.9 Lain-lain Parameter Metode Pengujian Yang Diuji Pengujian Kriteria 9.Lain-Lain 9.01 Visual 1. Tangki bahan bakar dalam kondisi bagus dan terpasang kaku Sistem Bahan Bakar 2. Saluran bahan bakar tidak bocor 9.02 Visual 1. Sistem listrik atau komponen berfungsi dengan baik Sistem Listrik 2. Batere terpasang kaku 3. Sekring (pemutus arus) harus sesuai dengan spesifikasi awal Keterangan; a. tangki bahan bakar dalam kondisi bagus ( retak, lekuk dan bocor) dan terpasang kaku. 114

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup 1 2. Acuan Normatif 1 3. Istilah Dan Definisi.. 1 4. Komponen Keselamatan 2 4.1. Peralatan.. 2 4.2. Sistem

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup 1 2. Acuan Normatif 1 3. Istilah Dan Definisi.. 1 4. Komponen Keselamatan 2 4.1. Peralatan.. 2 4.2. Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN UJI KELAYAKAN BUS DI IRLANDIA, AUSTRALIA DAN INDONESIA

BAB III PERBANDINGAN UJI KELAYAKAN BUS DI IRLANDIA, AUSTRALIA DAN INDONESIA BAB III PERBANDINGAN UJI KELAYAKAN BUS DI IRLANDIA, AUSTRALIA DAN INDONESIA 3.1 Uji Kelayakan Kendaraan di Irlandia 3.1.1 Review NCT Uji kelayakan kendaraan bermotor di Irlandia dilakukan oleh satu badan

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1993 (44/1993) Tanggal : 14 JULI 1993 (JAKARTA) Sumber : LN 1993/64; TLN NO.

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS

BAB III ANALISIS KASUS A. Analisis BAB III ANALISIS KASUS Penulis mengumpulkan data-data teknis pada mobil Daihatsu Gran Max Pick Up 3SZ-VE dalam menganalisis sistem suspensi belakang untuk kerja pegas daun (leaf spring), dimana

Lebih terperinci

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan Rangka CASIS GEOMETRI RODA 1. Komponen kendaraan Motor : Blok motor dan kepala silinder serta perlengkapannya sistem bahan bakar bensin atau diesel Casis : 1. Sistem kemudi 2. Pegas dan peredam getaran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN REM 4.1 PENGERTIAN PERAWATAN Perawatan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mencegah kerusakan terhadap suatu obyek, sehingga diharapkan dapat berfungsi secara maksimal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 Lingkup Kerja Praktek di PT. Safari Dharma Sakti Lingkup kerja praktek di PT.Safari Dharma Sakti pemeliharaan secara berkala kendaraan bus Mercedes Benz dan Hino meliputi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Jurnal Elemen Volume 4 Nomor 1, Juni 2017 ISSN : 2442-4471 PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Kurnia Dwi Artika 1, Rusuminto Syahyuniar 2, Nanda Priono 3 1),2) Staf Pengajar Jurusan Mesin

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Perancangan Interior yang Ergonomis Perancangan interior yang ergonomis adalah sebagai berikut : Kursi Depan Tinggi alas duduk : 280 mm Lebar alas duduk

Lebih terperinci

PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3

PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3 PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3 PERAWATAN FORKLIFT Oleh FD20ST-3 Ady Prasetya (210345025) Hasan Basri (210345035) Muhamad Maulana (210345039) Apa itu forklift??? Forklift adalah sebuah alat bantu berupa kendaraan

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN PREVENTIF PADA PT DUNIA EXPRESS TRANSINDO 4.1 PERAWATAN PREVENTIF Perawatan preventif merupakan tindakan pemeliharaan yang terjadwal dan terencana. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 523 TAHUN : 2001 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco G16ADP 2 langkah 160cc Dari pembongkaran yang dilkukan didapat spesifikasi komponen kopling kering mekanis

Lebih terperinci

Gambar Lampu kepala

Gambar Lampu kepala BAB 10 SISTEM PENERANGAN (LIGHTING SYSTEM) 10.1. Pendahuluan Penerangan yang digunakan di kendaraan diklasifikasikan berdasarkan tujuannya: untuk penerangan, untuk tanda atau informasi. Contoh, lampu depan

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS 4.1. Tujuan Perawatan Perawatan dan perbaikan merupakan suatu hal yang sangat penting agar suatu alat atau mesin dapat bekerja dengan baik. Karena dengan sistem perawatan

Lebih terperinci

Spesifikasi Oli dan Cairan Pendingin Untuk Kendaraan RIV

Spesifikasi Oli dan Cairan Pendingin Untuk Kendaraan RIV N o Spesifikasi Oli dan Cairan Pendingin Untuk Kendaraan RIV Tipe Lubricant Temperatur Kerja dan Spesifikasi Lubricant Di atas 0 C 0 C sampai - 8 C -8 C sampai 0 C Grease, Automotive, dan artilery NLGI

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Perdesaan

Standar Keselamatan Angkutan Perdesaan Standar Keselamatan Angkutan Perdesaan Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata...ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 2 4.1. Peralatan... 2

Lebih terperinci

BAB IV PERBAIKAN SISTEM REM MITSUBISHI L300

BAB IV PERBAIKAN SISTEM REM MITSUBISHI L300 BAB IV PERBAIKAN SISTEM REM MITSUBISHI L300 4.1. Pemeriksaan dan Uji Performa Komponen Setiap kendaraan yang akan dilakukan perbaikan tentunya memiliki beberapa masalah pada komponen yang terdapat pada

Lebih terperinci

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM Diskripsi Unit Kompetensi: Kompetensi ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap pada pekerjaan melepas, memeriksa dan menyetel komponen rem piringan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Pada gambar 4.1 menggambarkan sebuah langkah dari proses pelayanan perawatan kendaraan yang dilakukan oleh menejemen Astrido Daihatsu Kebon Jeruk agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri mobil di Indonesia ini sangatlah maju, dalam penggunaannya mobil digunakan sebagai sarana yang dapat membantu kebanyakan orang untuk memindahkan

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Umum AKAP

Standar Keselamatan Angkutan Umum AKAP Standar Keselamatan Angkutan Umum AKAP Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata...ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah Dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 2 4.1. Peralatan... 2

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 22 BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 3.1 Tempat Dan Objek Analisis Tempat untuk melakukan analisis dan perbaikan pada tugas akhir ini, adalah workshop otomotif

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Man

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Man No.1296, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kendaraan Bermotor. Pengujian Berkala. Pencabutan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : NOMOR PM 133 TAHUN 2015 TENTANG PENGUJIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa power loss pada engine bus Hino R260 yang diakibatkan kesalahan pemindahan gigi

Lebih terperinci

4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 96, Tambahan

4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 96, Tambahan you RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

Kepala Unit PKP-PK (NIP)

Kepala Unit PKP-PK (NIP) Shift Disiapkan Oleh, 2 Shift Disiapkan Oleh, 3 Jenis Kelidaraan Kode Kendaraan Bandara Minggu Ke Form Checklist Mingguan untuk Foam Tender $. No Elektrik Pekerjaan Periksa kondisi kabel dan koneksinya

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Perkotaan

Standar Keselamatan Angkutan Perkotaan Standar Keselamatan Angkutan Perkotaan Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah Dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 2 4.1. Peralatan... 2 4.2.

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Maksud Tujuan Studi D. Ruang Lingkup Batasan Studi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Maksud Tujuan Studi D. Ruang Lingkup Batasan Studi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarana atau kendaraan di jalan mempunyai persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor. Sebagai jaminan keselamatan berkendaraan, diperlukan standar untuk

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Gambar 4.1 Alur Proses Perawatan 31 1. Customer mengambil nomor antrian pada mesin antrian. 2. Customer memberikan data mobil beserta keluhannya kepada

Lebih terperinci

UJI KELAYAKAN BUS ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP) DI INDONESIA. Humisar Nainggolan

UJI KELAYAKAN BUS ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP) DI INDONESIA. Humisar Nainggolan UJI KELAYAKAN BUS ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP) DI INDONESIA TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin Oleh Humisar Nainggolan 13103123 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2 Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &

Lebih terperinci

ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL

ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL MODUL PELATIHAN ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL Oleh: Sriyono 132206843 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2007 Servis Rutin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PENANGANAN KERUSAKAN PADA SEPEDA MOTOR

SISTEM PAKAR PENANGANAN KERUSAKAN PADA SEPEDA MOTOR P a g e 1 SISTEM PAKAR PENANGANAN KERUSAKAN PADA SEPEDA MOTOR Nama : Dedi Andika NIM : 11111066 Prodi : Teknik Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta Fakultas Teknologi Informatika 2014 P a g e

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti perbuatan untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan arti dari

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

GIGI KEMUDI TYPE RAK DAN PINION

GIGI KEMUDI TYPE RAK DAN PINION PRAKTEK GIGI KEMUDI TYPE RAK DAN PINION 1. Tujuan Khusus Pembelajaran P e s e r t a b e l a j a r d a p a t Membongkar gigi kemudi type rak dan pinion Memeriksa bagian-bagian gigi kemudi type rak dan pinion

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BIDANG ANGKUTAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suspensi

BAB II DASAR TEORI Suspensi digilib.uns.ac.id BAB II DASAR TEORI 2. 1. Suspensi Suspensi adalah suatu sistem yang berfungsi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN PADA MESIN MOBIL KIA RIO TIPE SF DAN JB

BAB III PERAWATAN PADA MESIN MOBIL KIA RIO TIPE SF DAN JB BAB III PERAWATAN PADA MESIN MOBIL KIA RIO TIPE SF DAN JB 3.1. Pengertian Perawatan Perawatan adalah suatu proses perawatan semua perlengkapan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Perawatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Suspensi Suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan yang bergelombang sehingga menambah kenyamanan berkendara

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB V PERSIAPAN MENGHIDUPKAN, MENGHIDUPKAN, MEMATIKAN DAN MENJALANKAN TRAKTOR Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien BERKENDARA YANG BAIK Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien 1. Pengecekan Bagian Luar Mobil Sebelum menggunakan mobil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN RUMUSAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN RUMUSAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Makalah ini di susun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Sistem Pemindah Tenaga. di mana Dosen yang mengajar mata kuliah ini menuntun siswanya agar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TEGAL NOMOR : 050/0781 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TEGAL NOMOR : 050/0781 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Alamat : Jl. Cut Nyak Dien No. 3 Slawi Telp / Fax (0283) 6197540 Kode Pos Slawi 52417 KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI

Lebih terperinci

MODIFIKASI SISTEM KEMUDI MANUAL MENJADI SISTEM KEMUDI DENGAN POWER STEERING TIPE RACK AND PINION PADA TOYOTA KIJANG 5K

MODIFIKASI SISTEM KEMUDI MANUAL MENJADI SISTEM KEMUDI DENGAN POWER STEERING TIPE RACK AND PINION PADA TOYOTA KIJANG 5K MODIFIKASI SISTEM KEMUDI MANUAL MENJADI SISTEM KEMUDI DENGAN POWER STEERING TIPE RACK AND PINION PADA TOYOTA KIJANG 5K PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) 1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) Memuat berlebihan tidak hanya memperpendek usia kendaraan anda, tetapi juga berbahaya, oleh sebab itu hindarkanlah. Berat muatan harus dibatasi oleh GVM ( berat kotor

Lebih terperinci

Bahan Sistem. Umum. Sistem. 2level

Bahan Sistem. Umum. Sistem. 2level mesin wajar dari tidak 2. Pedoman Pemeliharaan Vehicle Untuk Kendaraan Rapid Intervention terdapat di dalam kendaraan RIV adalah Mesin, Elektronik, Pengereman (Breaking System), Kemudi (Steering System),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pihak

mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pihak Jenis Kendaraan Kode Kendaraan Bandara Tahun Form Checklist Tahunan untuk Foam Tender a No Pekerjaan Lakukan inspeksi pada fuel filter eksterior untuk mengetahui ada/tidaknya kebocoran yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kopling Kopling adalah satu bagian yang mutlak di perlukan pada kendaraan di mana penggerak utamanya di peroleh dari hasil pembakaran di dalam silinder mesin. Sumber :

Lebih terperinci

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: XX/XX/XXXX

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: XX/XX/XXXX Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: XX/XX/XXXX No. Polisi: B XXX XX Warna Eksterior/Interior: Hitam/Abu-abu Merk: MercedesBenz Bahan Interior: Kulit Model/Tipe: E240 2.6 Bahan bakar: Bensin Transmisi:

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING 7 PENDAHULUAN SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN). Pemindah tenaga (Power Train) adalah sejumlah mekanisme

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK AKHIR

LAPORAN PROYEK AKHIR LAPORAN PROYEK AKHIR REKONDISI DAN MODIFIKASI SISTEM PENGGERAK, SISTEM REM DAN SISTEM KEMUDI MOBIL LISTRIK Disusun guna memenuhi sebagian syarat Untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

8 gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (breaking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua obyek. Si

8 gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (breaking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua obyek. Si BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Rem Rem dirancang untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan aan atau memungkinkan parkir pada tempat yang menurun. Peralatan ini sangat penting

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 44 TAHUN 2010 STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Gambar 4.1, Alur proses perawatan (Sumber: Astrido group. 2016) 25 1 Customer mengambil nomor antrian pada mesin antrian. 2 Customer memberikan data

Lebih terperinci

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB IV CARA PERAWATAN REM TROMOL PADA BUS HINO RK1J DI PT. SAFARI DHARMA SAKTI. Perawatan rem yang dilakukan. Memeriksa Drum Tromol

BAB IV CARA PERAWATAN REM TROMOL PADA BUS HINO RK1J DI PT. SAFARI DHARMA SAKTI. Perawatan rem yang dilakukan. Memeriksa Drum Tromol BAB IV CARA PERAWATAN REM TROMOL PADA BUS HINO RK1J DI PT. SAFARI DHARMA SAKTI Perawatan rem yang dilakukan Memeriksa Drum Tromol Memeriksa Ketebalan Kanvas Memeriksa Pegas Pengembali Memeriksa Penahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di jalan raya Terselenggaranya pengangkutan adalah konsekuensi logis dari adanya hubungan timbal balik

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling Gambar 4.1 Diagram Proses Perawatan dan Perbaikan Kopling 29

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik, hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat ukur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa Ketepatan Tekanan Tutup Radiator pada Bus Hino R260. Diagram alur penelitian ini

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN LATAR BELAKANG Persyaratan Teknis : adalah persyaratan minimal yg harus dipenuhi

Lebih terperinci

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil urban adalah kendaraan yang di desain irit bahan bakar dengan tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang jauh lebih kecil karena

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN JENIS DAN TARIF ATAS JENIS

Lebih terperinci

15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender

15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender 15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender Modul Diklat Basic PKP-PK 15.1 Prosedur pengoperasian Rapid Intervention Vehicle Type IV 15.1.1 Sebelum mesin kendaraan

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN 3.1 Metode Perancangan Metode yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode sistematis. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : 1. Penjabaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam perkembangannya semakin membutuhkan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam perkembangannya semakin membutuhkan teknologi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perkembangannya semakin membutuhkan teknologi. Kehidupan manusia menjadi maju karena teknologi, salah satunya kemajuan teknologi dibidang otomotif.

Lebih terperinci

CARA PERAWATAN FORKLIFT BATTERY

CARA PERAWATAN FORKLIFT BATTERY CARA PERAWATAN FORKLIFT BATTERY HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN antara lain sebagai berikut : PERAWATAN HARIAN A. SEBELUM PENGOPERASIAN 1. Periksa Level oli hydrolic. 2. Periksa kebocoran. 3. Periksa kekencangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Garis Besar Chasis Dan Suspensi Pada sebuah kendaraan terbagi ke dalam beberapa sistem yang merupakan point utama dari adanya sebuah kendaraan, salah satunya sistem chasis meliputi

Lebih terperinci

DM-RAPD (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Pedal SPD-SL DURA-ACE PD-R9100 ULTEGRA PD-R8000

DM-RAPD (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Pedal SPD-SL DURA-ACE PD-R9100 ULTEGRA PD-R8000 (Indonesian) DM-RAPD001-01 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pedal SPD-SL DURA-ACE PD-R9100 ULTEGRA PD-R8000 SM-PD63 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3

Lebih terperinci