Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua"

Transkripsi

1 Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua

2 Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup 1 2. Acuan Normatif 1 3. Istilah Dan Definisi Komponen Keselamatan Peralatan Sistem Penerangan Sistem Alat Kemudi As Dan Suspensi Ban Dan Pelek Rangka Efisiensi Rem Mesin / Transmisi Sistem Bahan Bakar Sistem Kelistrikan Sepeda Motor Roda Dua Dengan Rumah-Rumah Sepeda Motor Roda Dua Dengan Kereta Samping.. 8 Lampiran A.. 10 Lampiran B.. 13 Lampiran C.. 15 Bibliografi. 18 i

3 Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua, merupakan standar baru dan dibuat dengan tujuan sebagai acuan dalam pemeriksaan kendaraan yang terkait dengan keselamatan. Standar ini merupakan standar komponen kendaraan yang terkait dengan kelaikan jalan sepeda motor roda dua meliputi peralatan, sistem penerangan, sistem kemudi, as dan suspensi, ban dan pelek, rangka dan bodi, efisiensi rem, mesin/transmisi, sistem bahan bakar, sistem kelistrikan, standar perancangan sepeda motor roda dua dengan rumah-rumah dan standar perancangan sepeda motor roda dua dengan kereta samping. ii

4 Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua 1. Ruang lingkup Standar keselamatan ini menetapkan standar komponen kendaraan yang terkait dengan kelaikan jalan sepeda motor roda dua meliputi peralatan, sistem penerangan, sistem kemudi, as dan suspensi, ban dan pelek, rangka dan bodi, efisiensi rem, mesin/transmisi, sistem bahan bakar, sistem kelistrikan, standar perancangan sepeda motor roda dua dengan rumah-rumah dan standar perancangan sepeda motor roda dua dengan kereta samping. 2. Acuan normatif SNI 7400: 2008, Cara Pengujian Klakson Untuk Kendaraan Bermotor. SNI , Kaca Spion Untuk Kendaraan Bermotor Kategori L. SNI , Kaca Pengaman Diperkeras Untuk Kendaraan Bermotor. SNI No 7403 : 2008, Pengujian Tingkat Ketelitian Speedometer. SNI 1811:2007, Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua. SNI , Ban Sepeda Motor. SNI 4658:2008, Pelek Kendaraan Bermotor Kategori L. 3. Istilah dan definisi 3.1. Helm standar terbuka (open face) bentuk helm yang menutup kepala sampai dengan bagian leher dan menutup depan telinga Helm standar tertutup (full face) bentuk helm yang menutup kepala atas, bagian leher, dan bagian mulut Konfigurasi Roda Sepeda Motor Jenis Trike konfigurasi roda tiga pada modifikasi sepeda motor roda dua dimana satu roda di depan sebagai kemudi dan dua roda dibelakang simetris sebagai penggerak kendaraan Rumah-rumah bagian dari Kendaraan Bermotor jenis Mobil Penumpang, Mobil Bus, Mobil Barang, atau Sepeda Motor yang berada pada landasan berbentuk ruang muatan, baik untuk orang maupun barang Sepeda Motor kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah Sepeda Motor Kategori L1 kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas silinder mesin tidak lebih dari 50 cm 3 atau dengan desain kecepatan maksimum 50 km/jam Sepeda Motor Kategori L3 kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas silinder lebih dari 50 cm 3 atau dengan desain kecepatan lebih dari 50 km/jam. 1 dari 18

5 3.8. Sepeda Motor Roda Tiga Jenis Side Car konfigurasi roda tiga pada modifikasi sepeda motor roda dua dengan tambahan satu roda disamping atau biasanya seperti delta trike tetapi posisi roda tidak simetris Sepeda Motor Roda Tiga Jenis Tad Pole konfigurasi roda tiga pada modifikasi sepeda motor roda dua dimana dua roda di depan, satu roda di belakang simetris sebagai penggerak kendaraan. 4. KOMPONEN KESELAMATAN 4.1. PERALATAN KLAKSON 1. Persyaratan klakson: a. Klakson harus mengeluarkan bunyi dan dapat digunakan tanpa mengganggu konsentrasi pengemudi. b. Suara klakson paling rendah 83 (delapan puluh tiga) desibel atau db (A) dan paling tinggi 118 (seratus delapan belas) desibel atau db (A). 2. Ambang batas suara klakson diukur pada jarak 2 meter di depan kendaraan KACA SPION 1. Kaca spion yang dipasang pada sepeda motor diletakkan di sebelah kiri dan kanan stang dan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: a. Terpasang kokoh pada kendaraan bermotor. b. Dapat diatur secara vertikal dan horizontal sesuai keinginan pengemudi. c. Bebas dari tepian yang tajam sehingga tidak membahayakan. 2. Persyaratan kaca spion: a. Berjumlah 2 (dua) buah atau lebih. b. Dibuat dari kaca atau bahan lain yang dipasang pada posisi yang dapat memberikan pandangan ke arah samping dan belakang dengan jelas tanpa mengubah jarak dan bentuk objek yang terlihat. Forward view with peripheral vision Killing Zone Killing Zone Rear view with Mirrors Gambar 1 - Kaca Spion Harus Dapat Melihat Obyek di Samping dan Belakang 2 dari 18

6 3. Persyaratan kaca spion : a. Dimensi kaca spion sepeda motor untuk minimum permukaan pantul kaca spion adalah sebagai berikut: 1. Luas area tidak boleh kurang 6900 mm2, 2. Untuk kaca spion bulat, diameter minimum 94 mm. 3. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa memuat lingkaran dengan diameter 78 mm. 4. Radius permukaan pantul minimum 1000 mm dan maksimum 1500 mm. 5. Untuk kaca spion bulat, diameter maksimum 150 mm. 6. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa masuk ke dalam segi empat dengan ukuran sisi 120 mm x 200 mm. b. Kaca spion sepeda motor harus bisa diatur oleh pengemudi dalam posisi mengemudi normal dengan arah kaca spion kendaraan bermotor harus mudah diatur dan dapat tetap bertahan pada posisi tertentu. c. Konstruksi penyangga harus sedemikian rupa sehingga bila kaca spion kendaraan bermotor dipasang dapat berfungsi sesuai keperluan, jika diperlukan dapat ditambahkan peralatan mekanik peredam gerak kejut. d. Kaca spion kendaraan bermotor harus dapat berfungsi dengan baik pada siang dan malam hari ALAT-ALAT PENGENDALIAN 1. Alat-alat pengendalian sepeda motor diletakkan pada stang kemudi bagian kiri dan kanan dan sebagian lainnya pada kaki sehingga mudah untuk dioperasikan. Alat pengendalian pada sepeda motor terdiri dari tombol, tuas atau saklar berbentuk ergonomik, bulat pada tepiannya dan tidak tajam. 2. Alat alat pengendalian sepeda motor meliputi : a. Tombol starter mesin, saklar mematikan mesin dan tuas choke, b. Tuas aksererasi mesin (throttle), c. Tuas kopling transmisi manual, d. Saklar lampu utama baik lampu jauh atau lampu dekat, e. Tombol klakson, f. Tuas rem depan dan tuas rem parkir pada sepeda motor tertentu, g. Pengendalian rem belakang terletak pada bagian kaki kanan, h. Tuas pemindah gigi terletak pada bagian kaki sebelah kiri, i. Kunci kontak dan kunci pengaman 3. Sepeda motor jenis transmisi otomatis harus dilengkapi dengan pengaman ganda agar pada saat menghidupkan mesin tidak membahayakan. Pengaman tersebut secara elektronik terhubung dengan tuas rem depan sehingga saat menghidupkan mesin, sepeda motor pada posisi pengereman roda depan LAMPU INDIKASI 1. Lampu indikasi sepeda motor terletak menjadi satu dengan speedometer sehingga mudah dimonitor oleh pengemudi. Lampu indikasi berfungsi membantu pengemudi untuk mengetahui operasi lampu-lampu penerangan dan kondisi kendaraan. 2. Lampu indikasi pada panel speedometer terdiri dari lampu lampu kecil berwarna biru, hijau, merah dan kuning. Lampu indikator terdiri dari : - Lampu indikasi lampu utama jauh (high beam) - Lampu arah - Lampu darurat /hazzard (pada sepeda motor tertentu) - Lampu indikator level bahan bakar - Lampu indikator tekanan oli mesin (pada sepeda motor tertentu) - Lampu indikator temperatur mesin (pada sepeda motor tertentu) - Lampu speedometer, tachometer dan odometer 3 dari 18

7 SPEEDOMETER 1. Speedometer sepeda motor terletak pada stang kemudi sehingga mudah terlihat oleh pengemudi. Speedometer untuk motor ada dua jenis yaitu mekanik dan elektronik. Speedometer jenis elektronik lebih akurat dan mudah dibaca. Speedometer mekanik digerakkan oleh kabel putar fleksibel yang terhubung oleh roda depan sedangkan jenis elektronik adalah dengan adanya alat sensor pembaca putaran pada roda yang juga akan terbaca pada speedometer kecepatan dari kendaraan. 2. Akurasi alat penunjuk kecepatan diukur menggunakan alat pengukur kecepatan pada kecepatan tertentu yang memberikan hasil pengukuran yang sama antara alat uji dengan alat penunjuk kecepatan. Dalam hal hasil pengukuran tidak sama dengan alat penunjuk kecepatan dapat diberikan batas toleransi. 3. Keakurasian speedometer diukur pada kecepatan 40 Km/jam dengan nilai penyimpangan -10% hingga +15% atau 36 Km/jam hingga 46 Km/jam pada penunjuk pengukuran Perlengkapan 1. Perlengkapan bagi Sepeda Motor adalah helm yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.. 2. Helm pelindung yang digunakan oleh pengendara dan penumpang kendaraan bermotor roda dua, meliputi helm standar terbuka (open face) dan helm standar tertutup (full face). 3. Perlengkapan tambahan bagi Sepeda Motor adalah jaket dan sepatu Sistem Penerangan LAMPU UTAMA 1. Lampu utama sepeda motor tidak dilengkapi alat penyetelan arah sinar ke kiri atau kanan tetapi hanya arah atas dan bawah agar tidak menyilaukan pengguna jalan lain. 2. Sepeda motor harus dilengkapi dengan lampu utama dekat dan lampu utama jauh paling banyak dua buah berwarna putih atau kuning muda. 3. Lampu utama Sepeda Motor harus dapat memancarkan cahaya paling sedikit 40 (empat puluh) meter ke arah depan untuk lampu utama dekat dan 100 (seratus) meter ke arah depan untuk lampu utama jauh. 4. Apabila Sepeda Motor dilengkapi lebih dari 1 (satu) lampu utama dekat maka lampu utama dekat harus dipasang berdekatan. Gambar 2 - Arah Pancar Lampu Sepeda Motor 4 dari 18

8 LAMPU POSISI 1. Lampu posisi depan Sepeda Motor berwarna putih atau kuning muda dan lampu posisi belakang berwarna merah. 2. Apabila sepeda motor mempunyai 2 (dua) lampu posisi depan, harus dipasang berdekatan. 3. Lampu posisi belakang untuk Sepeda Motor berjumlah paling banyak 2 (dua) buah LAMPU PENUNJUK ARAH 1. Lampu penunjuk arah berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip. 2. Lampu penunjuk arah, terletak di depan dan belakang, berwarna kuning berfungsi sebagai lampu sebagai petunjuk arah berbelok dan berkedip kedip saat dioperasikan. 3. Lampu penunjuk arah untuk Sepeda Motor dipasang secara berpasangan di bagian depan dan bagian belakang Sepeda Motor, sejajar di sisi kiri dan kanan LAMPU REM 1. Warna lampu rem Sepeda Motor adalah merah. 2. Lampu rem Sepeda Motor harus dipasang paling banyak 2 (dua) buah pada bagian belakang ALAT PEMANTUL CAHAYA 1. Alat pemantul cahaya harus dapat dilihat oleh pengemudi kendaraan lain yang berada di belakang kendaraan pada malam hari dari jarak paling sedikit 100 (seratus) meter apabila pemantul cahaya tersebut disinari oleh lampu utama kendaraan di belakangnya. 2. Dilarang menggunakan alat pemantul cahaya berbentuk segitiga SISTEM ALAT KEMUDI 1. Sistem kemudi terdiri dari roda kemudi atau stang kemudi (sepeda motor) dan batang kemudi. Adapun persyaratan sistem kemudi, yaitu: a. Dapat digerakkan b. Roda kemudi atau stang kemudi dirancang dan dipasang yang tidak membahayakan pengemudi. 2. Cara pemeriksaan sistem kemudi dapat dilakukan secara visual yaitu: a. Pemeriksaan kerapatan / speling pada bantalan poros stang dan kepala kemudi. b. Pemeriksaan kelurusan dan kesejajaran antara stang dan garpu depan 4.4. AS DAN SUSPENSI 1. Suspensi pada sepeda motor dirancang untuk menahan getaran akibat benturan roda dengan permukaan jalan yang terdiri dari dari beberapa komponen yaitu pegas/ per yang berupa pegas keong dan peredam kejut (shock absorber). 2. Pemeriksaan sistem suspensi dilakukan secara visual dengan pemeriksaan keadaan pegas, kebocoran oli peredam kejut serta bantalan bantalan karet penopang suspensi BAN DAN PELEK Ban sepeda motor terdiri dari 2 jenis yaitu menggunakan ban dalam dan tanpa ban dalam (tubeless). 5 dari 18

9 UKURAN DAN JENIS BAN Ukuran ban dan pelek haruslah sesuai. Cara mengetahui kesesuaian adalah dengan memperhatikan informasi penting yang tercetak pada dinding-samping sebuah ban, yaitu kode-kode ban berupa huruf dan angka yang memiliki arti sebagai berikut : KEADAAN BAN Gambar 3 - Kode Ban Sepeda Motor Pemeriksaan keadaan ban perlu dilakukan terhadap: 1. Tekanan angin Pelek dan ban bertekanan digunakan pada Kendaraan Bermotor harus memiliki ukuran dan kemampuan yang disesuaikan dengan berat yang diijinkan. 2. Kondisi permukaan ban Kondisi permukaan ban yang baik adalah tidak retak, memiliki permukaan rata (tidak ada benjolan atau gelembung). Permukaan ban yang menempel pada pelek harus menempel dengan rapat Keadaan Pelek Gambar 4 - Informasi Tekanan Ban 1. Pelek sepeda motor/casting wheel (CW) merupakan pelek yang diproduksi menggunakan logam ringan ( alumunium alloy) atau carbon yang dituang dan dicetak dengan menggunakan pressure / tekanan tinggi dan pelek konvensional menggunakan jari jari sebagai penghubung antara pelek dan poros roda atau sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. 2. Pemeriksaan pelek dilakukan secara visual yaitu pemeriksaan kelurusannya saat berputar Rangka 1. Fungsi utama rangka sepeda motor adalah sebagai tempat menopang komponen komponen sepeda motor dan sebagai penguat dasar sepeda motor. 2. Pemeriksaan dilakukan secara visual untuk mengetahui kelurusan roda depan dan belakang. 6 dari 18

10 4.7. EFISIENSI REM 1. Efisiensi pengereman kendaraan bermotor adalah minimum 5 m/dt2. 2. Efisiensi rem tidak diwajibkan untuk roda kereta samping yang dipasang pada sepeda motor MESIN / TRANSMISI Mesin pada sepeda motor dikenal 2 sistem kerja mesin yang terdiri yaitu: a. Mesin 4 langkah, adalah jenis mesin yang bekerja 4 langkah dalam siklusnya, yaitu langkah hisap, langkah kompresi, langkah usaha dan langkah buang. b. Mesin 2 langkah, pada prinsipnya motor bakar 2 langkah (2 tak) melakukan siklus hanya dalam dua langkah piston pada satu putaran poros engkol. Emisi gas buang diukur berdasarkan kandungan polutan yang dikeluarkan Kendaraan Bermotor. Kandungan polutan tidak boleh melebihi ambang batas. Tabel 1- Ambang Batas Emisi Gas Buang Buang Sepeda Motor Lama Kategori Parameter Tahun CO HC Metode Pembuatan (%) (ppm) uji Sepeda motor 2 langkah < Idle Sepeda motor 4 langkah < Idle Sepeda motor (2 langkah dan 4 langkah) > Idle 4.9. SISTEM BAHAN BAKAR 1. Komponen sistem bahan bakar pada sepeda motor sama dengan sistem bahan bakar pada kendaraan bermotor lainnya yaitu terdiri dari tangki bahan bakar, pipa / selang bahan bakar, tutup tangki bahan bakar, pompa bahan bakar, filter bahan bakar dan alat ukur bahan bakar. 2. Sistem bahan bakar harus terlindungi dengan baik dan tidak terdapat kebocoran SISTEM KELISTRIKAN 1. Sistem kelistrikan meliputi baterai, kunci kontak, saklar, sekring, pengedip (flaser), relay, kabel penghubung, altenator dan starter. 2. Sistem kelistrikan sepeda motor harus dalam kondisi baik dan tidak terdapat kabel dalam kondisi terbuka yang dapat menyebabkan korsleting SEPEDA MOTOR RODA DUA DENGAN RUMAH-RUMAH Rumah-rumah pada sepeda motor untuk keperluan angkutan barang harus memenuhi persyaratan: a. Mempunyai ruang muatan barang dengan lebar tidak melebihi stang kemudi; b. Tinggi ruang muatan tidak melebihi 900 milimeter dari atas tempat duduk pengemudi. 7 dari 18

11 Gambar 5 - Sepeda Motor Dengan Rumah-rumah SEPEDA MOTOR RODA DUA DENGAN KERETA SAMPING Untuk memenuhi aspek keselamatan sebagai angkutan penumpang, sepeda motor roda dua dengan kereta samping harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Jenis sepeda motor yang diijinkan adalah jenis L3 (> 50 cm3 ). 2. Titik berat sepeda motor roda dua dengan kereta samping atau biasa disebut Cg (center of grafity), posisinya diusahakan terletak sedekat mungkin dengan roda belakang atau paling tidak 1/3 ~ 1/2 dari jarak sumbu roda depan dan sumbu roda belakang. 3. Posisi titik berat (Cg) sebaiknya terletak serendah mungkin, karena semakin tinggi titik berat kendaraan akan mudah terguling. Tinggi titik berat terhadap permukaan tanah sebaiknya sebesar 1/2 dari lebar sumbu roda. Contoh jika lebar kendaraan 1000 mm maka tinggi titik berat dari permukaan jalan adalah 500 mm. 4. Direkomendasikan dilengkapi rem parkir pada roda bagian belakang sepeda motor. 5. Lampu posisi, lampu rem di belakang berjumlah 2 (dua) buah kiri dan kanan. Lampu posisi juga diletakkan pada bagian depan kendaraan sebanyak 2 (dua) buah pada posisi terluar bodi kendaraan. 6. Peralatan sistem kendali, harus mudah dioperasikan. 7. Karoseri rumah-rumah kendaraan harus dibuat model terbuka dengan atap yang ringan terbuat dari kanvas/ terpal dan pengemudi harus dapat melihat langsung keadaan sekitarnya. 8. Batang penghubung antara sepeda motor dengan kereta samping minimum 3 titik yang terikat pada rangka utama sepeda motor. 9. Lebar maksimum 1300 mm 10. Tinggi maksimum adalah 2200 mm. 11. Berat total maksimum yang diperbolehkan 400 kg, dengan muatan 100 kg 12. Maksimum kecepatan yang diperbolehkan 50 km/jam dengan kemampuan jalan menanjak dengan kecepatan 20 Km/jam pada sudut 8 derajat. 13. Kereta samping yang dipasang pada sepeda motor harus dilengkapi: - Lampu posisi depan - Lampu posisi belakang - 1 (satu) buah pemantul cahaya pada tepi terluar bagian belakang. - Lampu penunjuk arah yang dipasang di sisi kiri depan dan belakang sepeda motor. 8 dari 18

12 Gambar 6 - Sepeda Motor Roda Dua Dengan Kereta Samping 9 dari 18

13 Lampiran A Daftar Pemeriksaan Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua No Komponen 10 dari 18 Standar 1 Peralatan Klakson 1. Klakson harus berbunyi pada rentang 83 DB -118 db 2. Diukur pada jarak 2 meter di depan kendaraan Kaca Spion 1. Berjumlah 2 (dua) buah atau lebih. 2. Dibuat dari kaca dapat memberikan pandangan ke arah samping dan belakang dengan jelas tanpa mengubah jarak dan bentuk objek yang terlihat. 3. Dapat diatur secara vertikal dan horizontal. 4. Luas area tidak boleh kurang 6900 mm Untuk kaca spion bulat, diameter minimum 94 mm. 6. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa memuat lingkaran dengan diameter 78 mm. 7. Radius permukaan pantul minimum 1000 mm dan maksimum 1500 mm. 8. Untuk kaca spion bulat, diameter maksimum 150 mm. 9. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa masuk ke dalam segi empat dengan ukuran sisi 120 mm x 200 mm. 2 Sistem Penerangan Alat-alat Pengendalian Lampu Indikasi Speedometer Ergonomik, bulat dan tidak tajam pada bagian tepinya serta harus mudah dijangkau. Mudah dilihat oleh pengemudi, diberi warna tertentu dan dilengkapi dengan simbol simbol tertentu. Keakurasian -10% hingga +15% diukur pada kecepatan 40 km/jam. Perlengkapan 1. Helm. 2. Perlengkapan tambahan berupa jaket dan sepatu. Lampu Utama 1. Berwarna putih atau kuning muda. 2. Memancarkan cahaya min 40 m ke arah depan untuk lampu utama dekat dan 100 m ke arah depan untuk lampu utama jauh. 3. Dilengkapi alat penyetelan arah sinar ke atas dan ke bawah. 4. Dipasang berdekatan bila lebih dari 1 lampu utama. Lampu Posisi 1. Lampu posisi depan berwarna putih atau kuning muda dan lampu posisi belakang berwarna merah. 2. Apabila mempunyai 2 lampu posisi depan, harus dipasang berdekatan. 3. Berjumlah paling banyak 2 buah. Lampu Arah 1. Berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip. 2. Terletak di depan dan belakang. Kesesuaian Dengan Standart Ket. (Berfungsi/ Berfungsi)

14 No 3 Sistem Alat Kemudi 4 As Dan Suspensi Komponen 11 dari 18 Standar 3. Dipasang berpasangan di bagian depan dan bagian belakang, sejajar di sisi kiri dan kanan. Lampu Rem 1. Berwarna merah. 2. Dipasang paling banyak 2 buah pada bagian belakang. Reflektor Merah 5 Ban Dan Pelek Ukuran dan Jenis Ban 1. Dapat dilihat pada malam hari dari jarak paling sedikit 100 m oleh pengemudi kendaraan di belakangnya apabila pemantul cahaya tersebut disinari oleh lampu utama kendaraan di belakangnya. 2. Dilarang menggunakan alat pemantul cahaya berbentuk segitiga. 1. Dapat digerakkan 2. membahayakan pengemudi 3. Kerapatan / speling pada bantalan poros stang dan kepala kemudi. 4. Stang dan garpu depan harus lurus dan sejajar 1. Mampu menahan getaran akibat benturan roda dengan permukaan jalan 2. Pegas lurus, tidak ada kebocoran oli peredam kejut dan bantalan bantalan karet penopang suspensi tidak retak. Ukuran ban harus sesuai dengan ukuran pelek. Keadaan Ban 1. Harus memiliki ukuran dan kemampuan yang disesuaikan dengan berat yang diijinkan. 2. Kondisi permukaan ban tidak retak, memiliki permukaan rata (tidak ada benjolan atau gelembung). 3. Permukaan ban yang menempel pada pelek harus menempel dengan rapat. Kedalaman Alur Ban Ukuran dan Jenis Pelek boleh kurang dari 1 mm. 1. Ukuran ban harus sesuai dengan ukuran pelek. 2. Ukuran dan jenis pelek harus mengikuti spefisikasi kendaraan yang ditetapkan oleh masing-masing pabrikan. Lurus pada saat berputar. Keadaan Pelek 6 Rangka Dan Rangka Roda dedan dan belakang harus lurus Bodi Penopang 7 Efisiensi Rem Rem Utama Efisiensi pengereman minimum 5 m/dt2 8 Mesin/Transmisi Emisi CO/HC 2 langkah < 2010 CO = 4,5% ; HC = ppm 4 langkah < 2010 CO =5,5% ; HC = 2400 ppm 2&4 langkah >2010 CO=4,5%;HC= 2000 ppm 9 Sistem Bahan Bakar ada kebocoran pada tangki, pipa, pompa dan karburator atau injector. 10 Sistem ada kabel yang terkelupas. Kelistrikan 11 Sepeda Motor Roda Dua Dengan Rumah-rumah 12 Sepeda Motor Roda Dua 1. Ruang muatan barang dengan lebar tidak melebihi stang kemudi. 2. Tinggi ruang muatan maks 900 mm dari atas tempat duduk pengemudi. 1. Jenis sepeda motor yang diijinkan adalah jenis L3 (> 50 cm3 ). Kesesuaian Dengan Standart Ket. (Berfungsi/ Berfungsi)

15 No Dengan Kereta Samping Komponen Standar 2. Titik berat sepeda motor roda dua dengan kereta samping (Cg) terletak paling tidak 1/3 ~ 1/2 dari jarak sumbu roda depan dan sumbu roda belakang. 3. Tinggi titik berat (Cg) terhadap permukaan tanah sebesar 1/2 dari lebar sumbu roda. 4. Dilengkapi rem parkir pada roda bagian belakang sepeda motor. 5. Lampu posisi, lampu rem di belakang berjumlah 2 (dua) buah kiri dan kanan. Lampu posisi juga diletakkan pada bagian depan kendaraan sebanyak 2 (dua) buah pada posisi terluar bodi kendaraan. 6. Peralatan sistem kendali mudah dioperasikan. 7. Karoseri rumah-rumah dibuat model terbuka dengan atap yang ringan terbuat dari kanvas/ terpal. 8. Terikat minimum 3 titik dengan rangka utama sepeda motor. 9. Lebar maksimum 1300 mm. 10. Tinggi maksimum adalah 2200 mm. 11. JBB maks 400 kg, dengan muatan 100 kg. 12. Kec maks 50 km/jam dengan kemampuan jalan menanjak dengan kecepatan 20 Km/jam pada sudut 8 derajat. 13. Kereta samping harus dilengkapi: - Lampu posisi depan. - Lampu posisi belakang. - 1 (satu) buah pemantul cahaya. pada tepi terluar bagian belakang. - Lampu penunjuk arah yang. dipasang di sisi kiri depan dan belakang sepeda motor. Kesesuaian Dengan Standart Ket. (Berfungsi/ Berfungsi) 12 dari 18

16 Lampiran B Daftar Pemeriksaan Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua Dengan Rumah-rumah No Komponen 13 dari 18 Standar 1 Peralatan Klakson 1. Klakson harus berbunyi pada rentang 83 DB -118 db. 2. Diukur pada jarak 2 meter di depan kendaraan. Kaca Spion 1. Berjumlah 2 (dua) buah atau lebih; 2. Dibuat dari kaca dapat memberikan pandangan ke arah samping dan belakang dengan jelas tanpa mengubah jarak dan bentuk objek yang terlihat. 3. Dapat diatur secara vertikal dan horizontal. 4. Luas area tidak boleh kurang 6900 mm Untuk kaca spion bulat, diameter minimum 94 mm. 6. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa memuat lingkaran dengan diameter 78 mm. 7. Radius permukaan pantul minimum 1000 mm dan maksimum 1500 mm. 8. Untuk kaca spion bulat, diameter maksimum 150 mm. 9. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa masuk ke dalam segi empat dengan ukuran sisi 120 mm x 200 mm. 2 Sistem Penerangan Alat-alat Pengendalian Lampu Indikasi Speedometer Ergonomik, bulat dan tidak tajam pada bagian tepinya serta harus mudah dijangkau. Mudah dilihat oleh pengemudi, diberi warna tertentu dan dilengkapi dengan simbol simbol tertentu Keakurasian -10% hingga +15% diukur pada kecepatan 40 km/jam Perlengkapan 1. Helm 2. Perlengkapan tambahan berupa jaket dan sepatu Lampu Utama 1. Berwarna putih atau kuning muda; 2. Memancarkan cahaya min 40 m ke arah depan untuk lampu utama dekat dan 100 m ke arah depan untuk lampu utama jauh. 3. Dilengkapi alat penyetelan arah sinar ke atas dan ke bawah. 4. Dipasang berdekatan bila lebih dari 1 lampu utama. Lampu Posisi 1. Lampu posisi depan berwarna putih atau kuning muda dan lampu posisi belakang berwarna merah. 2. Apabila mempunyai 2 lampu posisi depan, harus dipasang berdekatan. 3. Berjumlah paling banyak 2 buah. Lampu Arah 1. Berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip. Kesesuaian Dengan Standart Ket. (Berfungsi/ Berfungsi)

17 No 3 Sistem Alat Kemudi 4 As Dan Suspensi Komponen Standar 2. Terletak di depan dan belakang 3. Dipasang berpasangan di bagian depan dan bagian belakang, sejajar di sisi kiri dan kanan. Lampu Rem 1. Berwarna merah. 2. Dipasang paling banyak 2 buah pada bagian belakang. Reflektor Merah 5 Ban Dan Pelek Ukuran dan Jenis Ban 1. Dapat dilihat pada malam hari dari jarak paling sedikit 100 m oleh pengemudi kendaraan di belakangnya apabila pemantul cahaya tersebut disinari oleh lampu utama kendaraan di belakangnya. 2. Dilarang menggunakan alat pemantul cahaya berbentuk segitiga. 1. Dapat digerakkan 2. membahayakan pengemudi 3. Kerapatan / speling pada bantalan poros stang dan kepala kemudi. 4. Stang dan garpu depan harus lurus dan sejajar 1. Mampu menahan getaran akibat benturan roda dengan permukaan jalan. 2. Pegas lurus, tidak ada kebocoran oli peredam kejut dan bantalan bantalan karet penopang suspensi tidak retak. Ukuran ban harus sesuai dengan ukuran pelek. Keadaan Ban 1. Harus memiliki ukuran dan kemampuan yang disesuaikan dengan berat yang diijinkan. 2. Kondisi permukaan ban tidak retak, memiliki permukaan rata (tidak ada benjolan atau gelembung). 3. Permukaan ban yang menempel pada pelek harus menempel dengan rapat. Kedalaman Alur Ban Ukuran dan Jenis Pelek boleh kurang dari 1 mm. 1. Ukuran ban harus sesuai dengan ukuran pelek. 2. Ukuran dan jenis pelek harus mengikuti spefisikasi kendaraan yang ditetapkan oleh masing-masing pabrikan. Lurus pada saat berputar. Keadaan Pelek 6 Rangka Dan Rangka Roda dedan dan belakang harus lurus. Bodi Penopang 7 Efisiensi Rem Rem Utama Efisiensi pengereman minimum 5 m/dt 2. 8 Mesin/Transmisi Emisi CO/HC 2 langkah < 2010 CO = 4,5% ; HC = ppm 4 langkah < 2010 CO =5,5% ; HC = 2400 ppm 2&4 langkah >2010 CO=4,5%;HC= 2000 ppm 9 Sistem Bahan Bakar ada kebocoran pada tangki, pipa, pompa dan karburator atau injector. 10 Sistem ada kabel yang terkelupas. Kelistrikan 11 Sepeda Motor Roda Dua Dengan Rumah-rumah 1. Ruang muatan barang dengan lebar tidak melebihi stang kemudi. 2. Tinggi ruang muatan maks 900 mm dari atas tempat duduk pengemudi. Kesesuaian Dengan Standart Ket. (Berfungsi/ Berfungsi) 14 dari 18

18 Lampiran C Daftar Pemeriksaan Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua Dengan Kereta Samping No Komponen 15 dari 18 Standar 1 Peralatan Klakson 1. Klakson harus berbunyi pada rentang 83 DB -118 db. 2. Diukur pada jarak 2 meter di depan kendaraan. Kaca Spion 1. Berjumlah 2 (dua) buah atau lebih. 2. Dibuat dari kaca dapat memberikan pandangan ke arah samping dan belakang dengan jelas tanpa mengubah jarak dan bentuk objek yang terlihat. 3. Dapat diatur secara vertikal dan horizontal. 4. Luas area tidak boleh kurang 6900 mm Untuk kaca spion bulat, diameter minimum 94 mm. 6. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa memuat lingkaran dengan diameter 78 mm. 7. Radius permukaan pantul minimum 1000 mm dan maksimum 1500 mm. 8. Untuk kaca spion bulat, diameter maksimum 150 mm. 9. Untuk kaca spion yang tidak bulat, permukaan pantulnya harus bisa masuk ke dalam segi empat dengan ukuran sisi 120 mm x 200 mm. 2 Sistem Penerangan Alat-alat Pengendalian Lampu Indikasi Speedometer Ergonomik, bulat dan tidak tajam pada bagian tepinya serta harus mudah dijangkau. Mudah dilihat oleh pengemudi, diberi warna tertentu dan dilengkapi dengan simbol simbol tertentu. Keakurasian -10% hingga +15% diukur pada kecepatan 40 km/jam. Perlengkapan 1. Helm 2. Perlengkapan tambahan berupa jaket dan sepatu Lampu Utama 1. Berwarna putih atau kuning muda. 2. Memancarkan cahaya min 40 m ke arah depan untuk lampu utama dekat dan 100 m ke arah depan untuk lampu utama jauh. 3. Dilengkapi alat penyetelan arah sinar ke atas dan ke bawah. 4. Dipasang berdekatan bila lebih dari 1 lampu utama. Lampu Posisi 1. Lampu posisi depan berwarna putih atau kuning muda dan lampu posisi belakang berwarna merah. 2. Apabila mempunyai 2 lampu posisi depan, harus dipasang berdekatan. 3. Berjumlah paling banyak 2 buah Lampu Arah 1. Berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip. Kesesuaian Dengan Standart Ket. (Berfungsi/ Berfungsi)

19 No 3 Sistem Alat Kemudi 4 As Dan Suspensi Komponen 16 dari 18 Standar 2. Terletak di depan dan belakang 3. Dipasang berpasangan di bagian depan dan bagian belakang, sejajar di sisi kiri dan kanan. Lampu Rem 1. Berwarna merah. 2. Dipasang paling banyak 2 buah pada bagian belakang. Reflektor Merah 5 Ban Dan Pelek Ukuran dan Jenis Ban 1. Dapat dilihat pada malam hari dari jarak paling sedikit 100 m oleh pengemudi kendaraan di belakangnya apabila pemantul cahaya tersebut disinari oleh lampu utama kendaraan di belakangnya. 2. Dilarang menggunakan alat pemantul cahaya berbentuk segitiga. 1. Dapat digerakkan. 2. membahayakan pengemudi. 3. Kerapatan / speling pada bantalan poros stang dan kepala kemudi. 4. Stang dan garpu depan harus lurus dan sejajar. 1. Mampu menahan getaran akibat benturan roda dengan permukaan jalan. 2. Pegas lurus, tidak ada kebocoran oli peredam kejut dan bantalan bantalan karet penopang suspensi tidak retak. Ukuran ban harus sesuai dengan ukuran pelek. Keadaan Ban 1. Harus memiliki ukuran dan kemampuan yang disesuaikan dengan berat yang diijinkan 2. Kondisi permukaan ban tidak retak, memiliki permukaan rata (tidak ada benjolan atau gelembung) 3. Permukaan ban yang menempel pada pelek harus menempel dengan rapat Kedalaman Alur Ban Ukuran dan Jenis Pelek boleh kurang dari 1 mm. 1. Ukuran ban harus sesuai dengan ukuran pelek. 2. Ukuran dan jenis pelek harus mengikuti spefisikasi kendaraan yang ditetapkan oleh masing-masing pabrikan. Lurus pada saat berputar. Keadaan Pelek 6 Rangka Dan Rangka Roda dedan dan belakang harus lurus. Bodi Penopang 7 Efisiensi Rem Rem Utama Efisiensi pengereman minimum 5 m/dt2 8 Mesin/Transmisi Emisi CO/HC 2 langkah < 2010 CO = 4,5% ; HC = ppm 4 langkah < 2010 CO =5,5% ; HC = 2400 ppm 2&4 langkah >2010 CO=4,5%;HC= 2000 ppm 9 Sistem Bahan Bakar ada kebocoran pada tangki, pipa, pompa dan karburator atau injector. 10 Sistem ada kabel yang terkelupas. Kelistrikan 11 Sepeda Motor Roda Dua Dengan Kereta Samping 1. Jenis sepeda motor yang diijinkan adalah jenis L3 (> 50 cm 3 ). 2. Titik berat sepeda motor roda dua dengan kereta samping (Cg) terletak paling tidak 1/3 ~ 1/2 dari jarak sumbu Kesesuaian Dengan Standart Ket. (Berfungsi/ Berfungsi)

20 No Komponen Standar roda depan dan sumbu roda belakang. 3. Tinggi titik berat (Cg) terhadap permukaan tanah sebesar 1/2 dari lebar sumbu roda. 4. Dilengkapi rem parkir pada roda bagian belakang sepeda motor. 5. Lampu posisi, lampu rem di belakang berjumlah 2 (dua) buah kiri dan kanan. Lampu posisi juga diletakkan pada bagian depan kendaraan sebanyak 2 (dua) buah pada posisi terluar bodi kendaraan. 6. Peralatan sistem kendali mudah dioperasikan. 7. Karoseri rumah-rumah dibuat model terbuka dengan atap yang ringan terbuat dari kanvas/ terpal. 8. Terikat minimum 3 titik dengan rangka utama sepeda motor. 9. Lebar maksimum 1300 mm. 10. Tinggi maksimum adalah 2200 mm. 11. JBB maks 400 kg, dengan muatan 100 kg. 12. Kec maks 50 km/jam dengan kemampuan jalan menanjak dengan kecepatan 20 Km/jam pada sudut 8 derajat. 13. Kereta samping harus dilengkapi: - Lampu posisi depan. - Lampu posisi belakang. - 1 (satu) buah pemantul cahaya pada tepi terluar bagian belakang. - Lampu penunjuk arah yang dipasang di sisi kiri depan dan belakang sepeda motor. Kesesuaian Dengan Standart Ket. (Berfungsi/ Berfungsi) 17 dari 18

21 Bibliografi UU No 22 Tahun 2009, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2012, Tentang Kendaraan. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 69 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan. 18 dari 18

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup 1 2. Acuan Normatif 1 3. Istilah Dan Definisi.. 1 4. Komponen Keselamatan 2 4.1. Peralatan.. 2 4.2. Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri mobil di Indonesia ini sangatlah maju, dalam penggunaannya mobil digunakan sebagai sarana yang dapat membantu kebanyakan orang untuk memindahkan

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Umum AKAP

Standar Keselamatan Angkutan Umum AKAP Standar Keselamatan Angkutan Umum AKAP Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata...ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah Dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 2 4.1. Peralatan... 2

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Perdesaan

Standar Keselamatan Angkutan Perdesaan Standar Keselamatan Angkutan Perdesaan Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata...ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 2 4.1. Peralatan... 2

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1993 (44/1993) Tanggal : 14 JULI 1993 (JAKARTA) Sumber : LN 1993/64; TLN NO.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Peraturan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Perkotaan

Standar Keselamatan Angkutan Perkotaan Standar Keselamatan Angkutan Perkotaan Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah Dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 2 4.1. Peralatan... 2 4.2.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di jalan raya Terselenggaranya pengangkutan adalah konsekuensi logis dari adanya hubungan timbal balik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Maksud Tujuan Studi D. Ruang Lingkup Batasan Studi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Maksud Tujuan Studi D. Ruang Lingkup Batasan Studi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarana atau kendaraan di jalan mempunyai persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor. Sebagai jaminan keselamatan berkendaraan, diperlukan standar untuk

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Gambar Lampu kepala

Gambar Lampu kepala BAB 10 SISTEM PENERANGAN (LIGHTING SYSTEM) 10.1. Pendahuluan Penerangan yang digunakan di kendaraan diklasifikasikan berdasarkan tujuannya: untuk penerangan, untuk tanda atau informasi. Contoh, lampu depan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

BAB IV USULAN UJI KELAYAKAN BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) UNTUK INDONESIA

BAB IV USULAN UJI KELAYAKAN BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) UNTUK INDONESIA BAB IV USULAN UJI KELAYAKAN BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) UNTUK INDONESIA 4.1 Prosedur Uji Kelayakan Bus AKAP Prosedur uji kelayakan bus AKAP ataupun kendaraan bermotor lain akan mengikutsertakan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Perancangan Interior yang Ergonomis Perancangan interior yang ergonomis adalah sebagai berikut : Kursi Depan Tinggi alas duduk : 280 mm Lebar alas duduk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun

Lebih terperinci

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN DAN UJI GAS EMISI BUANG KENDARAAN BERMOTOR

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN DAN UJI GAS EMISI BUANG KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN DAN UJI GAS EMISI BUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 96, Tambahan

4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 96, Tambahan you RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47, Pasal 48, Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 10 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Barang

Standar Keselamatan Angkutan Barang Standar Keselamatan Angkutan Barang Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata...ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah Dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 3 4.1. Peralatan... 3 4.2.

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG MODA TRANSPORTASI TRADISIONAL BECAK DAN ANDONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

SOSIALISASI DALAM RANGKA : PERTEMUAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SELURUH INDONESIA TAHUN 2010

SOSIALISASI DALAM RANGKA : PERTEMUAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SELURUH INDONESIA TAHUN 2010 SOSIALISASI DALAM RANGKA : PERTEMUAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SELURUH INDONESIA TAHUN 2010 OLEH : DIREKTUR LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT JAKARTA, 31 MEI 2010 ANGKUTAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan Rangka CASIS GEOMETRI RODA 1. Komponen kendaraan Motor : Blok motor dan kepala silinder serta perlengkapannya sistem bahan bakar bensin atau diesel Casis : 1. Sistem kemudi 2. Pegas dan peredam getaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien BERKENDARA YANG BAIK Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien 1. Pengecekan Bagian Luar Mobil Sebelum menggunakan mobil

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Man

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Man No.1296, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kendaraan Bermotor. Pengujian Berkala. Pencabutan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : NOMOR PM 133 TAHUN 2015 TENTANG PENGUJIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 44 TAHUN 2010 STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan

Lebih terperinci

Sepeda Syarat keselamatan

Sepeda Syarat keselamatan SNI 1049:2008 Standar Nasional Indonesia Sepeda Syarat keselamatan ICS 43.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 1049:2008 Daftar isi Datar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A Pohon Keputusan

LAMPIRAN A Pohon Keputusan 72 LAMPIRAN A Pohon Keputusan Identifikasi Kerusakan pada motor Yamaha V-ixion B010 B020 B030 B040 B050 B060 B070 B080 B090 B100 B110 B120 B130 B140 B010 B020 B030 B040 B050 B060 B070 B080 B090 B100 B110

Lebih terperinci

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA TAHUN 2009 PEMERINTAH MEMPREDIKSI ADA SEKITAR 16,25 JUTA PEMUDIK ATAU NAIK 15% DIBANDINGKAN 2008 SEBANYAK 15,3

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 26 TAHUN OOOOOOOOOO TENTANG STANDAR KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 26 TAHUN OOOOOOOOOO TENTANG STANDAR KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 26 TAHUN 2015 2014OOOOOOOOOO TENTANG STANDAR KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

2 sektoral semata, namun lebih dimaksudkan untuk pencapaian tujuan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana diuraikan di atas. Pemer

2 sektoral semata, namun lebih dimaksudkan untuk pencapaian tujuan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana diuraikan di atas. Pemer TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 120) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN I. UMUM

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 Lingkup Kerja Praktek di PT. Safari Dharma Sakti Lingkup kerja praktek di PT.Safari Dharma Sakti pemeliharaan secara berkala kendaraan bus Mercedes Benz dan Hino meliputi

Lebih terperinci

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Suzuki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016

KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016 Selamat Pagi/Siang/Sore, KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016 Saya Septy Chairunisya mahasiswa S1 FIKES UEU Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEAMANAN/KELAYAKAN KENDARAAN

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEAMANAN/KELAYAKAN KENDARAAN KODE MODUL OPKR-10-013C SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BODI OTOMOTIF PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEAMANAN/KELAYAKAN KENDARAAN BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 T E N T A N G PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BIDANG ANGKUTAN

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN http://images.hukumonline.com/ I. PENDAHULUAN Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa power loss pada engine bus Hino R260 yang diakibatkan kesalahan pemindahan gigi

Lebih terperinci

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 149 TAHUN 2011 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang:a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang :

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN 2012, No.279 46 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN A. UJIAN PRAKTIK SIM A B. UJIAN PRAKTIK SIM B I C. UJIAN PRAKTIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 22 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan

Lebih terperinci

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu 001 1 (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu 002 1 (1) Tikungan ke kiri (2) Tikungan ke kanan (3) Tikungan beruntun, ke kiri dahulu 003 1 (1) Tikungan beruntun,

Lebih terperinci

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN LATAR BELAKANG Persyaratan Teknis : adalah persyaratan minimal yg harus dipenuhi

Lebih terperinci

polusi udara kendaraan bermotor

polusi udara kendaraan bermotor polusi udara kendaraan bermotor Bahaya Polusi Udara Akibat Kendaraan Bermotor 70 % Polusi Udara di Jakarta Akibat Kendaraan Bermotor!!! Penduduk Jakarta menikmati udara baik/bersih kurang dari 27 hari

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS 4.1. Tujuan Perawatan Perawatan dan perbaikan merupakan suatu hal yang sangat penting agar suatu alat atau mesin dapat bekerja dengan baik. Karena dengan sistem perawatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, Menimbang

Lebih terperinci

Penempatan marka jalan

Penempatan marka jalan Penempatan marka jalan 1 Ruang lingkup Tata cara perencanaan marka jalan ini mengatur pengelompokan marka jalan menurut fungsinya, bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya. Tata cara perencanaan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMILIK CBR250R

PEDOMAN PEMILIK CBR250R PEDOMAN PEMILIK CBR250R BACALAH SEBELUM MENGENDARAI 4HKYJB00 d PERLENGKAPAN YANG SEMESTINYA ANDA TERIMA SEBUAH BUKU PEDOMAN PEMILIK Berisi petunjuk pemakaian dan pemeliharaan sepeda motor Honda. SEBUAH

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah .

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah  . BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rem merupakan komponen yang sangat penting dalam kendaraan. Rem yang tidak bekerja dengan baik / blong (lepas kendali) dapat mengakibatkan kendaraan sulit

Lebih terperinci

Nomor 25 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 25 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG

Nomor 25 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 25 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG Nomor 25 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 1 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG KENDARAAN TIDAK BERMOTOR DI KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA

Lebih terperinci

SUDAHKAH ANDA MENERIMANYA?

SUDAHKAH ANDA MENERIMANYA? INFORMASI PENTING KESELAMATAN PERLENGKAPAN YANG SEMESTINYA ANDA TERIMA PERLENGKAPAN YANG SEMESTINYA ANDA TERIMA SEBUAH BUKU PEDOMAN PEMILIK Berisi petunjuk pemakaian dan pemeliharaan skuter Honda. SEBUAH

Lebih terperinci

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2014 KEMENHUB. Jalan. Marka. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti perbuatan untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan arti dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transportasi Menurut Nasution (1996) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hubungan ini terlihat tiga

Lebih terperinci

15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender

15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender 15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender Modul Diklat Basic PKP-PK 15.1 Prosedur pengoperasian Rapid Intervention Vehicle Type IV 15.1.1 Sebelum mesin kendaraan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

CONTOH SOAL FISIKA OSN KE-1 Oleh: Enjang Jaenal Mustopa

CONTOH SOAL FISIKA OSN KE-1 Oleh: Enjang Jaenal Mustopa CONTOH SOAL FISIKA OSN KE-1 Oleh: Enjang Jaenal Mustopa 1. Energi dapat berpindah dan berubah. Misalnya energi dapat berpindah dari tumbuhan ke manusia. Energi juga dapat berubah dari suatu bentuk energi

Lebih terperinci

MEKANISME PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PENERBITAN REKOMENDASI KENDARAAN WAJIB UJI BARU

MEKANISME PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PENERBITAN REKOMENDASI KENDARAAN WAJIB UJI BARU UNTUK PENERBITAN REKOMENDASI KENDARAAN WAJIB UJI BARU PENDAFTARAN PENERBITAN REKOMENDASI KENDARAAN WAJIB UJI BARU Surat permohonan penerbitan identitas uji kendaraan baru KTP/Identitas pemilik kendaraan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini ditujukan kepada pengguna kursi roda yang mengendarai mobil dalam kegiatan sehari-hari. Kesulitan para pengguna kursi roda yang mengendarai mobil adalah melipat, memindahkan, dan

Lebih terperinci

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu: JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BUKU AJAR NO 2 Motor Bensin TANGGAL : KOMPETENSI Mendeskripsikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TEGAL NOMOR : 050/0781 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TEGAL NOMOR : 050/0781 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Alamat : Jl. Cut Nyak Dien No. 3 Slawi Telp / Fax (0283) 6197540 Kode Pos Slawi 52417 KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI

Lebih terperinci

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi Sepeda Motor 4-langkah Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- langkah. Adapun spesifikasi dari mesin uji

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

Lebih terperinci